Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

MAKALAH PROGRAM KERJA MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA


“PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP KEPATUHAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DI
SMPN 9 DESA SUNGAI PAPAUH”
WILAYAH KERJA POSKESDES SUNGAI PAPAUH

DOSEN PENGAJAR : IRA SURYANIS, SST., M.Keb

DISUSUN OLEH :
NAMA : JUMIATI, Am.Keb
NIM : 223001070114
KELAS : REGULER B 2.2

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI (UNAJA)
KOTA JAMBI TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi
menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan remaja yang pesat
terkait dengan pemenuhan gizi atau konsumsi remaja dalam mengkonsumsi zat-zat
makanan salah satunya adalah konsumsi zat besi. Konsumsi yang zat besi yang kurang
dapat menimbulkan anemia pada remaja.

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal, kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-
laki dan perempuan, untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai hemoglobin
kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0
gram/100ml (Proverawati, 2011). Niven (2013:192) mengatakan bahwa kepatuhan adalah
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketetapan yang diberikan oleh profesional
kesehatan.Faktor yang mempengaruhi masalah gizi pada remaja diantaranya
pengetahuan dan kesadaran dalam mencukupi kebutuhan zat gizi individu.

Menurut Teori Health Belief Model, perilaku individu dipengaruhi oleh persepsi dan
kepercayaan individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi dan kepercayaan
tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan realitas. Dalam hal ini penting untuk bisa
membedakan penilaian kesehatan secara objektif dan subjektif. Penilaian secara objektif
artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang tenaga keseahatan, sedangkan penilaian
subjektif artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang individu berdasarkan keyakinan
dan kepercayaannya. Dalam kenyataan di lapangan, penilaian secaraa subjektif yang
sering dijumpai di masyarakat (Priyoto, 2014). Seseorang yang memiliki persepsi positif
akan cenderung memiliki perilaku yang positif misalnya dengan patuh meminum obat.
Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki persepsi negatif, maka akan
cenderung menunjukkan sikap negatif, misalnya tidak patuh dalam konsumsi obat (Pasek
et al., 2013).

Persepsi merupakan tanggapan langsung dari suatu proses dimana seseorang


mengetahui beberapa hal melalui inderanya. Persepsi juga merupakan sebuah proses
memahami lingkungan yang mengikutsertakan pengorganisasian dan penafsiran sebagai
rangsangan dalam sebuah pengalaman psikologi (Badu & Djafri, 2017). Adherence atau
kepatuhan adalah keterlibatan penuh pasien dalam penyembuhan dirinya baik melalui
kepatuhan atas instruksi yang diberikan untuk terapi, maupun dalam ketaatan
melaksanakan anjuran lain dalam mendukung terapi (Idtesis.com, 2019). Dalam hal
kepatuhan, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan. Yaitu
segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh atau tidak patuh
(Carpenito, 2013).
Upaya penanggulangan masalah anemia pada remaja berkaitan dengan faktor-faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya anemia, antara lain yaitu saat menstruasi
mengkonsumsi tablet tambah darah untuk menggantikan zat besi yang hilang
bersamaan darah haid (Khumaidi, 2009). Menurut Riskesdes tahun 2013 jumlah anemia
di Indonesia sebesar 21,7%. Angka prevalensi anemia masih tergolong tinggi, dibuktikan
dengan data WHO Regional Officer SEARO sebanyak 20-40% remaja putri mengalami
anemia ringan sampai berat di Asia Tenggara. Menurut Kemenkes RI tahun 2016
indikator pembinaan perbaikan gizi masyarakat salah satunya adalah pemberian tablet
tambah darah bagi remaja putri dengan target cakupan sebesar 30% pada tahun 2019.
Masalah gizi yang rentan terjadi pada remaja putri yang disebabkan oleh asupan
kebutuhan zat gizi yang tidak tepat adalah anemia. 6 Penyebab paling umum dari
anemia yaitu kekurangan nutrisi terutama zat besi (WHO, 2020). Anemia masih tinggi di
kalangan remaja putri dikarenakan asupan kebutuhan gizi yang masih kurang. Remaja
putri juga mengalami masa menstruasi, pada masa tersebut remaja putri dapat
kehilangan zat besi dua kali lipat. 1 Gejala pada anemia yaitu pusing, kelelahan,
kelemahan, dan sesak napas (WHO, 2020). Pemerintah melakukan upaya
penanggulangan anemia melalui program pemberian suplemen zat besi atau tablet
tambah darah secara berkala untuk remaja putri yang diatur dalam PERMENKES No.88
tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil. 2
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018 di Indonesia, proporsi pada remaja putri
kelompok umur 15-24 tahun sebesar 32%. Proporsi pemberian tablet tambah darah
yang diterima remaja putri sebsar 76,2%. Berdasarkan jumlah tersebut, remaja putri
yang mengonsumsi tablet tambah darah > 52 butir hanya 1,4% sedangkan < 52 butir
sebesar 98,6%. Menurut data tersebut menunjukkan masih rendahnya kepatuhan
remaja putri dalam mengonsumsi tablet tambah darah.
pentingnya pengetahuan pada remaja agar memiliki informasi yang benar, agar
memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab, agar dapat melakukan
berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan sedini mungkin. Di lingkupwilayah kerja
Poskesdes Sungai Papauh yaitu di SMPN 9 merlung , masih ada remaja putri yang malas
konsumsitablet tambah darah yang telah diberikan dengan berbagai alasan,baik itu tidak
memahami dengan jelas apa itu anemia dan dampaknya.
Oleh karena itu, saya tertarik untuk membuat inovasi layanan terbaru yang bisa
dilaksanakan di SMPN 9 Merlung dengan tujuan peningkatan pengetahuan pada
remaja putri mengenai Anemia,tablet tambah darah dan akibatnya apabila tidak
mengkonsumsinya.Dalam pelaksanaannya tentu saja saya melibatkan wali kelas atau
guru pendamping saat melakukan penyuluhan setiapbulannya dan berkolaborasi
dengan pihak puskesmas dengan menghadirkan ahli gizi,ahlipromosi kesehatan, ahli
laboratorium dan bidan koordinator Puskesmas sebagai narasumber.

B. RUMUSAN MASALAH
Anemia merupakan masalah kesehatan tertinggi pada remaja yang sering
diakibatkan kekurangan nutrisi zat besi.Remaja harus memperhatikan asupan nutrisi
yang dikonsumsi setiap hari terutama saat menstuasi. Remaja harus lebih banyak
mendapatkan pengetahuan dari sumber yang jelas dan terpercaya.Dengan adanya
inovasi peningkatan pengetahuan pada remaja dengan penyuluhan setiap bulan
sebelum memberikan tablet tambah darah remaja dan meningkatkan kepatuhan remaja
putri dalam mengkonsumsi tablet tambah darah yang diberikan.

C. TUJUAN
Dengan adanya inovasi minum tablet tambah darah serentak setiap hari kamis dan
penyuluhan kesehatan diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kepatuhan remaja putri untuk konsumsi tablet tambah darah dengan
teratur diharapkan adanya penurunan jumlah remaja putri dengan anemia

D. MANFAAT
Saya berharap, dengan adanya inovasi yang dilakukan,dapat menjadikan remaja
putri berpengetahuan luas tentang apa itu anemia dan zat besi serta efek samping atau
resiko apabila kekurangan zat besi dan semakin disiplin untuk mengkonsumsi tablet
tambah darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANEMIAN PADA REMAJA


1. Pengertian Remaja dan klasifikasinya
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa remaja akhir (17–9
tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial.
Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan
kejiwaan (psikososial) (Depkes,2002).
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju ke masa dewasa. Pada masa
itu remaja akan mengalami perubahan baik fisik, psikis dan kematangan fungsi seksual. Masa
remaja (adolescence) merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kogntif, dan sosio-
emosional (Santrock, 2007 dalam Siahaan, 2012). Menurut Depkes (2008) dalam Siahaan
(2012) diterangkan bahwa remaja putri adalah masa peralihan dari anak ke dewasa, ditandai
dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai dengan berfungsinya alat
reproduksi seperti menstruasi (umur 10-19 tahun).
Batasan usia remaja diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Monks, dkk,
(1999) dalam Nursari (2010) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Masa Remaja awal (12-15 tahun)
Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanakkanak lagi, namun
belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya (Kartono, 1990) dalam Nursari,
2010).
b. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun sudah timbul unsur baru,
yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Pada rentang usia ini
mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih berbobot. Pada masa ini remaja
mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya (Kartono, 1990 dalam Nursari, 2010).
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri, dengan itikad baik
dan keberanian. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola
yang jelas yang baru ditentukannya (Kartono, 1990 dalam Nursari, 2010).

2. Pengertian Anemia
Anemia gizi besi merupakan masalah gizi mikro terbesar di Indonesia, dimana terjadi
pada kelompok balita, anak sekolah, ibu hamil, wanita dan lakilaki dewasa. Secara umum
anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari normal. Adapun
pengertian anemia menurut Adriani dan Wijatmadi (2012), anemia merupakan suatu
keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai normal untuk
kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Hemoglobin (Hb) adalah parameter yang
digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Kandungan hemoglobin yang
rendah mengindikasikan anemia. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang
berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.
Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah yang lebih rendah
daripada normal sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah
dalam produksi guna mempertahankan kadar hemoglobin pada tingkat normal sedangkan
anemia gizi besi adalah anemia yang timbul, karena kekurangan zat besi sehingga
pembentukan sel - sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (Adriani dan
Wijatmadi, 2012).
3. Ambang batas Anemia
Ambang batas anemia Kadar hemoglobin dalam darah menjadi kategori dalam
penentuan status anemia. Adapun kadar hemoglobin yang menandakan anemia menurut
umur dan jenis kelamin berdasarkan WHO, 2011:

4. Penyebab Anemia
Menurut Adriani dan Wijatmadi (2012), dalam masyarakat yang diet sehari-harinya sebagian
besar berasal dari sumber nabati, adanya penyakit infeksi 11 maupun investasi parasit
sangat berperan dalam terjadinya anemia gizi. Rendahnya kadar zat besi dalam diet sehari-
hari maupun kurangnya tingkat absorpsi zat besi yang terkandung dalam sumber nabati
hanya merupakan sebagian dari alasan tingginya angka prevalensi anemia gizi di Indonesia.
Investasi cacing dalam usus, terutama cacing tambang dan penyakit infeksi yang lain banyak
dijumpai dan menambah timbulnya anemia. Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan
seseorang menjadi anemia, yaitu kehilangan darah karena perdarahan akut/kronis,
pengerusakan sel darah merah, dan produksi sel darah merah yang tidak cukup banyak.
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya anemia gizi pada usia remaja (health media
nutrition series) adalah:
a. Adanya penyakit infeksi yang kronis
b. Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
c. Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
d. Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk dari zat besi, vitamin B12, vitamin B6,
vitamin C, tembaga.
Menurut Depkes (2003) dalam Nursari (2010), penyebab anemia pada remaja putri dan
wanita sebagai berikut:
1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati nabati pada remaja putri dan wanita
tinggi, dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.
2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan
mempertahankan berat badannya.
3. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yang membutuhkan zat
besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.

5. Gejala Anemia
Gejala anemia Menurut Arisman (2004), gejala anemia biasanya tidak khas dan sering tidak
jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada
telapak tangan, kuku dan konjungtiva palpebra. Sedangkan menurut Depkes (1998) dan
Supariasa (2002) dalam Nursari (2010), gejala/tandatanda anemia antara lain 5 L (lelah, lesu,
lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat,
susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, dan mudah
mengantuk.

6. Cara pencegahan dan Penanggulangan Anemia


Menurut Kemenkes R.I (2016), upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan
dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan
pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya:
 Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan makanan
sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam
makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber
pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-heme), walaupun penyerapannya lebih
rendah dibanding dengan hewani.
 Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi Fortifikasi bahan makanan yaitu
menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi
pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan
tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi.
 Suplementasi zat besi Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi
kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian
suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk
meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh.

B. Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)


1. Pengertian kepatuhan
Ada beberapa pengertian kepatuhan menurut para ahli, yaitu:
 Menurut Ian dan Marcus (2011) dalam Putri (2016) Kepatuhan mengacu kepada situasi
ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau nasehat
yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu
sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi
kesehatan melalui suatu kampanye media massa.
 Menurut Kozier (2010) dalam Putri (2016) Kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya:
minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran
terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap
aspek anjuran hingga mematuhi rencana.
 Menurut Taylor (1991) dalam Putri (2016) Mendefinisikan kepatuhan terhadap
pengobatan adalah perilaku yang menunjukkan sejauh mana individu mengikuti anjuran
yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit.
 Menurut Delameter (2006) dalam Putri (2016) Mendefinisikan kepatuhan sebagai upaya
keterlibatan aktif, sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap perilaku yang mendukung
kesembuhan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, dapat disimpulkan kepatuhan adalah segala
upaya atau tindakan seseorang individu untuk sadar mengikuti segala bentuk anjuran dari
tenaga kesehatan demi mendukung kesembuhan individu tersebut. Dalam pembahasan
ini, akan membahas kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri.
Suplementasi tablet tambah darah (TTD) diberikan dengan tujuan menghindari remaja
putri dari resiko anemia. Konsumsi TTD sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan
kepatuhan remaja putri. Kesadaran merupakan factor pendukung remaja putri untuk
mengkonsumsi secara baik (WHO, 1998 dalam Siahaan, 2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Oktania (2014) kesehatan seseorang atas
masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku.
Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: faktor pendorong
(presdisposing faktor) didalamnya termasuk pengetahuan, pendidikan, sikap, tindakan,
tradisi atau tindakan dan lain sebagainya; faktor pendukung (enabling faktor) yang
terwujud dalam aksesibilitas informasi, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan lain
sebagainya; faktor penguat (reinforcing faktor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan maupun petugas lain, keluarga dan masyarakat yang semuanya bisa
menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Faktor-faktor dalam teori
Lawrence Green diantaranya:
 Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo, 2007).
 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan
hasill dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
 Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Dengan perkataan lain dapat
dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa
yang diketahuinya.
 Tindakan Tindakan adalah realisasi dari pengetahuian dan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2007).
 Ketersediaan fasilitas Suatu sikap belom otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan adalah fasilitas
(Notoatmodjo, 2007).
 Komitmen pemerintah Komitmen dalam hal ini yaitu adanya program pemberian
tablet tambah darah yang harus terus terselenggara.
 Motivasi/ peran dari petugas kesehatan Motivasi dari petugas kesehatan
merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Motivasi mereka
terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru
tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi
perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan
tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang
positif bagi pasien yang telah mampu beroreintasi dengan program pengobatan
(Niven, 2002 dalam Oktania, 2014).

3. Pengertian Tablet Tambah Darah (TTD)


Tablet tambah darah (TTD) adalah suplemen yang mengandung sekurangnya 60 mg
elemental besi dan 400 mcg asam folat. Pemberian suplementasi ini dilakukan di
beberapa tatanan yaitu fasyankes, institusi pendidikan, tempat kerja dan KUA/tempat
ibadah lainnya (Kemenkes R.I, 2016).

4. Anjuran Konsusmsi Tablet Tambah Darah


Menurut program TTD di Puskesmas Bukit Indah yang tercantum dalam Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
(WUS) menyatakan bahwa program TTD diberikan kepada remaja putri usia 12-18 tahun
di sekolah dengan frekuensi 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. Pemberian TTD
pada remaja putri di sekolah dapat dilakukan dengan menentukan hari minum TTD
bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di masing-masing sekolah. Saat libur
sekolah TTD diberikan sebelum libur sekolah.
5. Efek Samping Konsumsi Tablet Tambah Darah(TTD)
Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping seperti:
 Nyeri/perih di ulu hati
 Mual dan muntah
 Tinja berwarna hitam
Gejala di atas (nyeri/perih di ulu hati, mual, muntah, dan tinja berwarna hitam) tidak
berbahaya. Untuk mengurangi gejala di atas sangat dianjurkan minum TTD setelah
makan (perut tidak kosong) atau malam sebelum tidur. Bagi rematri dan WUS yang
mempunyai gangguan lambung dianjurkan konsultasi kepada dokter (Kemenkes R.I,
2016)
6. Metode pengukuran kepatuhan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Indikator keberhasilan untuk program pencegahan dan penanggulangan anemia pada
remaja putri dan WUS adalah cakupan program anemia pada remaja putri dan WUS,
kepatuhan remaja putri dan WUS yang mengonsumsi TTD dan diharapkan terjadi
penurunan prevalensi anemia pada remaja putri dan WUS (Kemenkes R.I, 2016).

Selain itu juga dilakukan perhitungan sisa tablet tambah darah remaja putri untuk menilai
% kepatuhan menurut Ana, dkk., (2006) dalam Oktania (2014), yaitu:

% KEPATUHAN=jumlah TTD yang diperoleh-jumlah sisa tablet X 100%


Jumlah tablet yang diperoleh
Subjek dinyatakan patuh jika mengonsumsi tablet ≥ 75% dari total tablet yang diberikan
dan dinyatakan tidak patuh jika mengonsumsi < 75% dari total tablet yang diberikan
(Nuradhiani, Briawan, dan Dwiriani, 2017).

C. Program kerja berdasarkan Evidance Base yang telah dilakukan


Selama ini dalam melaksanakan layanan kebidanan pada remaja maupun wanita
dewasa awal yang belum menikah, datang berkunjung ke Poskesdes Sungai Papauh ataupun
pelayanan di luar gedung yaitu wilayah kerja desa Sungai papauh seperti keluhan yang
umum terjadi ,anemia atau lemas dan lesu saat haid,nyeri saat haid/menarce, keputihan
yang gatal dan mengganggu,konjungtiva yang pucat dan remaja putri yang sulit
berkonsentrasi saat belajar di sekolah.

Layanan yang diberikan biasanya adalah edukasi untuk pencegahan,penyuluhan dan


tes laboratorium sederhana. Tetapi hal ini cakupan nya sempit, dalam artian hanya yang
datang dan berkunjung atau saya datangi ke SMPN 9 untuk mendapatkan layanan saja yang
akan mendapatkan informasi dan edukasi seputar masalah kesehatan reproduksi
remaja.Dengan jumlah remaja yang sedikit pelaksanaan minum tablet tambah darah masih
minim,Hal ini disebabkan remaja di wilayah kerjasaya banyak yang mondok/sekolah ke luar
daerah.Karena remaja putri kebanyakan berdomisili di luar wilayah ,tentu saja berpengaruh
bagi upaya saya menurunkan angka anemia di wilayah kerja Poskesdes Sungai papauh.

Untuk remaja yang masih berada di wilayah kerja saya membina melalui berbagai
kegiatan,diantaranya:
1. penyuluhan kesehatan bersama narasumber dari Puskesmas Bukit
Indah,penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan presepsi
remaja Putri di SMPN 9 tentang :
 pengertian anemia dan dampak/ resikonya, Kekurangan Energi kronik,cara
konsumsi tablet tambah darah oleh Ahli Gizi Puskesmas.
 pengertian Hemoglobin dan pengecekan Hb remaja oleh petugas
Laboratorium Puskesmas.
 kesehatan reproduksi remaja, ciri-ciri fisik dan psikologis remaja, keputihan
fisiologis, efek samping konsumsi tablet tambah darah, konseling kesehatan
dan lain-lain oleh saya selaku Bidan Desa Poskesdes.
 Promosi kesehatan dengan GERMAS,diantaranya makan sayur dan buah
serta aktivitasfisik setiap hari oleh Tenaga Promkes Puskesmas
 Kanker payudara dan pemeriksaan SADARI DAN SADANIS oleh Bidan
Koordinator Puskesmas.
 Suntikan Tetanus Toksoid (TT) Wus oleh Petugas Imunisasi Puskesmas
2. kegiatan pemeriksaan HB secara berkala bagi siswa yang anemia dan golongan darah
untuk seluruh siswa.
3. Membuka jam pelayanan konseling via media sosial dan whatsApp apabila ada
remaja yang ingin berkonsultasi tentang kesehatannya .
4. minum tablet Tambah Darah secara serentak di Hari Kamis setiap minggunya
dengan dipandu oleh guru pendamping di ruang perpustakaan.

Remaja putri sangat aktif bertanya dan antusias disaaat dilakukan penyuluhan
terutama disesi tanya jawab.Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang timbul sesuai
dengan keluhan yang dirasakan.Mereka lebih terbuka mengungkapkan segala keluhan
kesehatan yang dialami.Sebagai tenaga kesehatan sudah tentu saya memberikan konseling
dan asuhan kebidanan yang tepat terhadap keluhan yang dirasakan.Namun apabila ada
beberapa keluhan yang tidak bisa saya selesaikan,saya akan merujuk remaja tersebut ke
Puskesmas untuk mendapatkan penanganan dari dokter.Jika terdapat pertanyaan-
pertanyaan seputar kesehatan yang diluar pengetahuan saya sebagai bidan,saya akan
mendiskusikannya terlebih dahulu kepada dokter/bidan senior untuk kemudian di jawab
disaat pertemuan bulan berikutnya.
Adanya kunjungan rutin dari tenaga kesehatan ke SMPN 9 membuat kepala sekolah
dan guru merasa senang.Antusias remaja putri untuk berkumpul bersama dan berdiskusi
bersama guru pendamping dan tenaga kesehatan meningkatkan pengetahuannya secara
tidak langsung.pihak sekolah juga sangat berterimakasih dengan adanya ”gerakan minum
tablet tambah darah serentak di hari kamis dan pemeriksaan HB rutin bagi remaja yang
Anemia” menjalin kerjasama lintas sektor yang baik dan menghasilkan remaja ceria,bebas
anemia dan meningkatkan kepatuhan serta kesadaran remaja akan pentingnya
mengkonsumsi tablet tambah darah untuk kesehatan remaja saat ini dan kemudian hari.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah Lismiana,Sofwan


Indarjo,Universitas Negeri Semarang Indonesia yang berjudul “Pengetahuan dan Persepsi
Remaja Putri Terhadap Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah”. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah
siswa perempuan di SMP Negeri 27 Semarang sejumlah 99 responden. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Oktober 2020. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah Non-probability menggunakan metode cara purposive nonrandom sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian kuisioner. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariate dengan uji chi square.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa responden tidak memiliki keyakinan diri
untuk mampu mengonsumsi tablet tambah darah sesuai dengan yang dianjurkan. Hal
tersebut yang kemudian memengaruhi perilaku kepatuhan dari responden untuk
mengonsumsi tablet tambah darah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Aprianti et
al., (2018) yang memiliki nilai p pada variabel persepsi keyakinan diri sebesar 0,00 (p>0,05)
sehingga dapat diartikan bahwa persepsi keyakinan diri berpengaruh terhadap perilaku
konsumsi table tambah darah pada responden. Memiliki persepsi keyakinan yang baik akan
lebih cenderung memotivasi diri untuk bertindak (Hubbard, 2017). Dan persepsi keyakinan
disebut sebagai salah satu faktor yang dapat secara langsung mempengaruhi niat perilaku
dan faktor persepsi lainnya (Huang et al., 2016).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Fatma Ryalda Samputri, Novera Herdiani,
Fakultas Kesehatan Universitas Nahdhatul Ulama Surabaya yang berjudul “Pengetahuan dan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah pada Remaja
Putri” metode penelitian ini adalah penelitian literature review. Analisis penelitian ini
menggunakan persamaanpersamaan antar kasus (method of aggrement) atau perbedaan-
perbedaan pada kasus yang mirip (method of difference). Dengan mencari jurnal melalui
portal garuda dan google scholar (2017-2021).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 9 dari 10 jurnal menyimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet
tambah darah pada remaja putri, sedangkan 1 dari 10 jurnal menyimpulkan bahwa
pengetahuan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi
tablet tambah darah pada remaja putri, dan 5 dari 10 jurnal menyimpulkan bahwa dukungan
keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah
darah pada remaja putri

Akan tetapi ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Astri wahyuningsih , Anna Uswatun
qoyyimah, Prodi Kebidanan Stikes Muhamadiyah Klaten yang berjudul “HUBUNGAN
PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET
TAMBAH DARAH REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM “ metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganom dengan sejumlah 41 responden dengan teknik
purposive.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar
observasi berupa kartu suplementasi gizi. Pengisian kuisioner yaitu responden memilih
jawaban benar atau salah dari pertanyaan yang telah diberikan dengan memberi tanda
centang ( √ ) pada kolom yang tersedia.responden menuliskan tanggal dari mereka mulai
minum tablet tambah darah tersebut sampai 7 hari berikutnya.Data di analisis menggunakan
uji univariat dan bivariat.Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang
anemia pada remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Karanganom adalah cukup. Tingkat
kepatuhan konsumsi TTD adalah tidak patuh. Terdapat hubungan antara pengetahuan
tentang anemia dengan kepatuhan konsumsi TTD.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan pendapat saya dimakalah ini. Hal ini disebabkan oleh
faktor ketidakpatuhan yaitu ketidakpahaman intruksi siswi terhadap informasi yang
diberikan oleh tenaga kesehatan tentang aturan minum tablet tambah darah. Faktor lainnya
yang mempengaruhi adalah kualitas interaksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di SMA
Negeri 1 Karanganom tidak terfokus pada sasaran sehingga kurang adanya interaksi yang
baik antara tenaga kesehatan dengan siswi di sekolah tersebut. Isolasi sosial dan keluarga
adalah faktor yang sangat berpengaruh karena dukungan dari lingkungan sekitar dan
keluarga dapat mempengaruhi keyakinan mereka untuk mengkonsumsi TTD secara teratur.
Keyakinan sikap kepribadian juga berpengaruh karena jika dia yakin TTD berguna untuk
kesehatannya maka dia akan patuh dalam mengkonsumsinya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi remaja adalah hal yang sangat penting, remaja sehat adalah
remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Sehat
fisiknya, terpenuhi gizinya, sehat mental dan spiritualnya. Usaha untuk peningkatan
pengetahuan, khususnya remaja putri adalah dengan memberikan edukasi, dalam hal ini
inovasi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan kesehatan reproduksi remaja,
khususnya remaja putri dapat dilakukan edukasi berupa penyuluhan, ataupun
pemeriksaaan, sehingga memiliki kandungan edukasi dan diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan.

Memanfaatkan wadah Sekolah SMPN 9 dan posyandu remaja sebagai sarana untuk
peningkatan pengetahuan remaja putri, dan adanya tanya jawab ataupun bisa
berkonsultasi secara online ataupun offline jika memiliki keluhan dan pertanyaan tentang
masalah kesehatan reproduksi. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan reproduksi remaja dan terciptanya generasi yang cemerlang.

B. Saran
Diharapkan bahwa dengan usaha meningkatkan pengetahuan remaja putri, dapat
pula menurunkan resiko terjadinya Anemia dan KEK, dan dapat menjadi cikal bakal
kesehatan yang baik untuk persiapan kehamilan nantinya. Menjadi remaja sehat, inovatif
dan produktif untuk generasi cemerlang selanjutnya. Besar harapan jika dikembangkan
inovasi shot video edukasi, ditambah lagi adanya aplikasi gratis tentang kesehatan
reproduksi remaja yang bisa menjawab berbagai pertanyaan seputar permasalah remaja.
Sehingga pemanfaatan terknologi dapat digunakan untuk hal yang positif.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai