Oleh :
dr. Nyoman Gede Bimantara, S.Ked.
dr. Putu Wedayanti, S. Ked
dr. Prayoga Setiawan, S. Ked
dr. Made Prani Windasari, S. Ked
dr. Diogo Adiwicaksana Fernandez, S. Ked
Pembimbing :
dr. Ketut Duara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Remaja adalah periode dalam kehidupan dimana terjadi masa peralihan dari
masa kanak ke masa dewasa.(WHO, 2014) Sebagai fase peralihan yang berjalan
natural, remaja mencoba berbagai perilaku yang kadang merupakan perilaku
berisiko (Lestary dan Sugihani, 2011) Menurut World Health Organization
(WHO) remaja adalah penduduk yang berusia 10-19 tahun, tidak jauh berbeda
di Indonesia dimana menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia 10-18 tahun. (Pratiwi, 2013 dan
WHO, 2014)
Terdapat beberapa alas an untuk meningkatkan perhatian akan kesehatan remaja
yaitu; pertama adalah karena jumlah populasi remaja yang banyak di Indonesia
maupun secara global yang hampir mencapai 1/5 dari populasi penduduk
keseluruhan di mana menurut data WHO di tahun 2012 jumlah remaja adalah
1,2 miliar atau sekitar 16,4%; kedua adalah remaja sehat akan memiliki dampak
besar pada perkembangan sosial dan ekonomi; dan ketiga adalah remaja yang
sehat penting untuk masa depan dan sekarang dimana remaja adalah aset dan
sumber daya penting untuk keluarga, komunitas dan bangsa. (WHO, 2012)
Peningkatan perhatian pada kesehatan remaja ini akan mempengaruhi status
kesehatan pada fase hidup setelahnya. Dengan contoh, banyak dari penyakit
tidak menular pada usia dewasa berawal dari kebiasaan yang kurang sehat yang
terkadang dimulai sejak remaja seperti konsumsi tembakau, alkohol, pola
makan tidak sehat ataupun aktivitas fisik yang kurang.(WHO, 2012) Perilaku
berisiko ini mengacu pada semua yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian dan adaptasi sosial dari remaja. Menurut definisi Departemen
Kesehatan Republik Indonesia seperti dikutip dalam sebuah jurnal; remaja
berisiko adalah remaja yang pernah melakukan perilaku berisiko bagi kesehatan
seperti merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan
hubungan seksual pranikah. (Lestary dan Sugihani, 2011)
mengenai
kesehatan
reproduksi.Berawal
dari
kurangnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19
tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth)
untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.Ini kemudian disatukan dalam sebuah
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun.Sementara itu
dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia
antara 10-24 tahun. Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh
dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang
paling berat. Menurut Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan
masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa
pembentukan tanggung jawab.
2.1.2 Perubahan yang terjadi pada masa remaja
Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia
remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi
kognitif dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi,
sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar,
timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan.Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin
menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik
lainnya.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya.
Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.
2.2 Penyakit Terkait Perilaku Buruk Remaja
2.2.1 Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannyaterutama melalui
hubungan seksual.Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genitalgenital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital.Sehingga
kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada
daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit
menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung
dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu
penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya
ketika di dalam kandungan.Penyakit menular seksual yang umum terjadi di
Indonesia antara lain gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks,
10
11
risiko-risiko.Namun
sebaliknya,
jika
remaja
mampu
memandang seks atas dasar cinta, maka dengan sendirinya tercipta pola pikir
yang holistik penuh dengan tanggung jawab, dan sudah seharusnya
menempatkan cinta dalam berpacaran sebagai sesuatu yang sehat dan sakral.
Oleh
karena
itu,
untuk
membantu
remaja
dalam
mengatasi
12
13
Wajib hukumnya bagi remaja dengan aktifitas seksual bebas yang bertukar
pasangan dan berisiko terjadinya kehamilan maupun penularan IMS dan
HIV-AIDS.
4. Dont inject atau Drugs
Hindarilah menggunakan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya) terutama narkotika suntik, karena sangat berisiko
terhadap transmisi HIV-AIDS.
5. E-ducation ; carilah narasumber, dan informasi-informasi remaja yang
tepat.
14
Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah,
atau dari lintas sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau
sepengetahuan) puskesmas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke puskesmas
adalah:
Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu
dan anak (KIA) dalam menghadapi remaja yangdatang, diharapkan dapat
menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah khusus
remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila
diperlukan.
Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas loket atau
petugas laboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga harus
menjaga kerahasiaan remaja tersebut, dan memenuhi kriteria peduli remaja.
3. Konseling
Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:
hidup sehat merupakan adaptasi dari life skills education (LSE).Sedangkan life
skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial seseorang untuk
memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara
efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan dalam
lingkup yang luas, yaitu: kesehatan fisis, mental, dan sosial.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
Konselor sebaya atau Peer Educator di sekolah merupakan remaja sekolah yang
mendapatkan pelatihan pendidik sebaya dari Dinas Kesehatan.Pelatihan ini
merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai salah satu
syarat keberhasilan PKPR.Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja
atau konselor sebaya dan pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh, yaitu
kelompok ini berperan sebagai agen perubahan di antara kelompok sebayanya agar
berperilaku sehat.Lebih dari itu, kelompok ini terlibat dan siap membantu dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR.Kader yang berminat, berbakat, dan
sering menjadi tempat curhat bagi teman yang membutuhkannya dapat diberikan
pelatihan tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship
dan konseling.
17
BAB III
METODE
3.1. Strategi Penyuluhan
Sebelum kegiatan proyek mini, persiapan bagi pelaksana kegiatan adalah
penguasaan materi penyuluhan, penguasaan cara-cara penyampaian pesan.
Penguasaan materi dilakukan dengan cara membaca materi tentang topik-topik
yang akan dibawakan pada saat penyuluhan yaitu kesehatan reproduksi remaja,
perubahan remaja pada masa pubertas, perilaku remaja hingga ke infeksi
menular seksual, dan penyalahgunaan NAPZA dan rokok. Persiapan tempat,
waktu dan peserta dilakukan dengan meminta izin dan bekerja sama dengan
Puskesmas II Karangasem dan pihak sekolah SMP 6 Amlapura. Tanggal untuk
penyuluhan direncanakan pada Sabtu, 7 Maret 2015 pukul 08.00 sampai dengan
10.30 bertempat di SMP Negeri 6 Amplapura.
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan perkenalan tim penyuluhan terlebih
dahulu. Selanjutnya dilakukan pemberian pertanyaan secara singkat kepada para
siswa sebelum dilakukan penyuluhan untuk mengetahui pengetahuan mereka
tentang kesehatan reproduksi remaja. Setelah itu dilanjutkan dengan penyuluhan
berupa pemberian materi mengenai kesehatan reproduksi remaja, perubahan
remaja pada masa pubertas, pelayanan kesehatan peduli remaja, perilaku remaja
hingga ke infeksi menular seksual, dan penyalahgunaan NAPZA dan rokok oleh
tim penyuluh. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi (tanya-jawab) singkat
mengenai materi yang telah dipresentasikan. Pada akhir diskusi, tim penyuluh
menyimpulkan kembali isi dari materi yang dibawakan beserta tanya jawab
tersebut. Sebagai bentuk evaluasi tentang pemahaman siswa tentang materi
yang telah disampaikan akan dilakukan penilaian dengan cara menanyakan
kembali pertanyaan yang sebelumnya ditanyakan saat sebelum dilakukannya
penyuluhan serta penilaian pre test dan post test.
3.2. Isi Materi
Materi penyuluhan yang disampaikan pada kegiatan ini yaitu:
a. Perubahan remaja pada masa pubertas
18
Kabupaten Karangasem
Waktu
Kegiatan
Metode
08.00-08.20
Perkenalan
diri
dan
sesi tanya
jawab
Ceramah,
08.20-08.30
Pembagian
kuisioner
Pengisian
08.30-10.00
Penyuluhan
10.00-10.15
Tanya jawab
10.15-10.25
Pembagian
test
10.25-10.30
Penilaian
Penutup
&
Acuan
Dokter
Internsip
Pemberian
pertanyaan
mengacu materi
Dokter
Internsip
Materi
Ceramah
Dokter
Internsip
Pemeberian
materi dengan
LCD
Diskusi
Dokter
Internsip
Pemberian
materi
Pengisian
post test
Dokter
Internsip
Materi
Diskusi
Dokter
Internsip
materi
kuisioer
post
Fasilitator
19
Indikator penilaian
a. Kehadiran peserta 80% dari seluruh siswa/i kelas 3 SMP N 6
Amlapura
b. Peserta aktif bertanya, yaitu minimal terdapat 1 pertanyaan pada sesi
tanya jawab
c. Peningkatan pengetahuan mengenai materi tentang kesehatan
reproduksi remaja, perubahan remaja pada masa pubertas, IMS dan
HIV, dan penyalahgunaan NAPZA dan rokok dinilai dari rata-rata
hasil post test >70.
d. Acara berlangsung sesuai jadwal
2.
Waktu penilaian
Cara penilaian
a. Melihat jumlah peserta yang hadir melalui daftar hadir peserta
b. Melakukan sesi tanya jawab dan mencatat setiap pertanyaan yang
diajukan
c. Melakukan pre test dan post test pada 50 orang peserta yang
mengikuti penyuluhan dan kemudian hasil pre test dan post
testakan dibandingkan dan dilihat apakah ada peningkatan rata-rata
hasil pre test serta post test mengenai pengetahuan peserta terhadap
materi yang diberikan.
d. Melihat kesesuaian lama berlangsungnya acara dengan jadwal.
20
BAB IV
HASIL KEGIATAN
4.1. Gambaran Umum Puskesmas Karangasem II
4.1.1. Keadaan Geografis Puskesmas Karangasem II
Puskesmas Karangasem II merupakan salah datu dari 12 puskesmas yang ada di
kabupaten Karangasem dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. di sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Abang I
b. di sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Abang II
c. di sebelah selatan Samudera Indonesia
d. di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Puskesmas Karangasem I
Wilayah Puskesmas Karangasem II didominasi wilayah perbukitan, memiliki iklim
laut tropis, dipengaruhi angin musim sehingga mengalami 2 musim yaitu kemarau
dan hujan.
Puskesmas Karangasem II memiliki wilayah kerja sebanyak 6 dari 11 desa yang ada
di seluruh kecamatan Karangasem, yaitu:
a. Desa Tegallinggah
b. Desa Bukit
c. Desa Tumbu
d. Desa Seraya Barat
e. Desa Seraya Tengah
f. Desa Seraya Timur
Desa Seraya Timur memiliki luas wilayah sebesar 9,36 m2 dengan jumlah dusun
sebanyak 9 dusun. Kepadatan penduduk sebesar 715,81 km2 merupakan wilayah
terpadat kedua setelah desa Tumbu. Dengan jarak tempuh dari Puskesmas
Karangasem II sepanjang 10 km menjadikan waktu tempuh ke puskesmas sekitar 10
menit.
4.1.2. Keadaan Demografis Puskesmas Karangasem II
Sesuai laporan profil Puskesmas Karangasem II tahun 2013,total luas wilayah kerja
46,87 km2 terdiri dari 6 desa dan 54 dusun/banjar dengan jumlah penduduk total
34.810 jiwa dengan 9.812 Kepala Keluarga (KK). Jumlah penduduk berdasarkan
jenis kelamin adalah laki-laki 17.422 jiwa dan 17.388 jiwa. Berdasarkan kelompok
21
umur, pada kelompok umur 0-9 tahun sebanyak 1804 jiwa, kelompok umur 10-19
tahun sebanyak 2419 jiwa, kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 3398 jiwa,
kelompok usia 30-39 sebanyak 4894 jiwa, kelompok usia 40-49 tahun sebanyak
6786 jiwa, kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 6830 jiwa, dan usia 60 tahun ke
atas sebanyak 8694 jiwa. Pada wilayah desa Seraya Timur, jumlah penduduk pada
tahun 2013 adalah 7.559 jiwa dengan rincian yaitu laki-laki sebanyak 3.707 jiwa
dan wanita sebanyak 3.852 jiwa.
Jumlah sekolah di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II sebanyak 40 sekolah,
dengan rincian yaitu 7 sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) atau
sederajat sebanyak 29 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat
sebanyak 3 sekolah, dan Sekolah Menengah Pertama atau sederajat sebanyak 1
sekolah. Pada wilayah desa Seraya Timur terdapat 2 TK, 4 SD, dan 1 SMP.
4.1.3. Sumber Daya Kesehatan
Dari data ketenagaan Puskesmas Karangasem II dikutip dari laporan profil
Puskesmas Karangasem II tahun 2013, jumlah seluruh pegawai adalah 38 orang
dengan rincian 27 orang di Puskesmas Induk, 2 orang di Desa Bukit, 2 orang di
Desa Tumbu, 1 orang di Tegallinggah, 2 orang di Desa Seraya Barat, 2 orang di
Desa Seraya Timur, 1 orang di Desa Seraya Tengah.
4.1.4. Sarana Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Karangasem II adalah 1
orang puskesmas Induk yang terletak di Desa Seraya Tengah, 5 Puskesmas
Pembantu (Pustu Seraya Timur I, Pustu Seraya Timur II, Pustu Seraya Barat, Pustu
Bukit, Pustu Tumbu), 4 Polindes (Polindes Tegallinggah, Polindes Tumbu,
Poskesdes Seraya Barat, Polindes Seraya Tengah) dan 63 Posyandu yang tersebar di
seluruh wilayah Puskesmas Karangasem II.
22
Peserta
Penyuluhan dihadiri oleh 174 orang peserta yang terdiri dari seluruh siswa-
Pelaksana Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh dokter internsip yang sedang bertugas di
b.
c.
d.
e.
4.2.4
yaitu berkisar umur 14-16 tahun. Siswa siswi tersebut terdiri dari 5 kelas yaitu kelas
IX A hingga IX E. berdasarkan jenis kelamin, responden lebih banyak laki-laki
dibandingkan perempuan. Dimana responden laki-laki berjumlah 110 orang (63%)
dan perempuan 64 orang (37%).
23
24
Nilai
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
Jumlah Siswa
Sesi I
Sesi II
1
1
2
2
8
2
5
1
1
4
2
4
2
4
1
4
2
3
1
TOTAL
25
25
Berdasarkan hasil analisa dari pretest yang dilaksanakan di sesi I dan sesi II,
diketahui bahwa rerata nilai pretest pada sesi I adalah 4,36. Sedangkan hasil rerata
nilai post test pada sesi II adalah 5,52. Siswa-siswa pada sesi I memiliki nilai yang
lebih kecil. Nilai terkecil terdapat pada sesi I yaitu 1.5 yang berarti siswa tersebut
hanya mampu menjawab 3 pertanyaan benar dari 20 soal yang ada mengenai
kesehatan reproduksi remaja. Nilai pre test tertinggi ada pada sesi II yaitu 7.5
dimana siswa tersebut berhasil menjawab 15 pertanyaan benar dari 20 soal
mengenai materi kesehatan reproduksi remaja yang dibawakan. Adapun hasil ratarata nilai pretest keseluruhan dari 50 siswa yang mengikuti penyuluhan ini adalah
4,94.
Setelah mengikuti penyuluhan, siswa siswi diberikan post test untuk melihat
tingkat pengetahuan siswa siswi SMP Negeri 6 Amlapura setelah mendengarkan
berbagai macam materi kesehatan reproduksi remaja. Dari kedua sesi terlihat
adanya peningkatan pengetahuan setelah pemberian materi. Rata-rata nilai post test
pada sesi I adalah 6.76 dan rata-rata hasil post test pada sesi II adalah 7.6.
Sedangkan, jika seluruh hasil post test digabungkan, maka siswa-siswi memiliki
rata-rata 7.18. Nilai post test terendah adalah 2 dan nilai post test tertinggi adalah 9.
25
Nilai
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
TOTAL
Jumlah Siswa
Sesi I
Sesi II
1
1
1
1
1
1
2
2
8
4
2
1
25
1
1
1
1
5
2
6
6
2
25
26
Mereka pun akhirnya paham. Pada akhir sesi juga dibahas jawaban post test. Siswa
siswi menjawab sesuai pendapat mereka dan terjadi diskusi dua arah.
4.6 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi diskusi pemahaman tentang pengetahuan mengenai masalah
kesehatan remaja didasarkan pada beberapa aspek, yaitu dari segi peserta, proses
kegiatan itu sendiri, maupun dari perbandingan antara hasil pre-test sebelum
penyuluhan dengan hasil post-test setelah dilakukan penyuluhan pada siswa SMP
Negeri 6 Amlapura.
Dari segi peserta, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan telah mencapai
target minimal 80% kehadiran koresponden, dimana dari seluruh kelas yang diminta
ikut serta dalam penyuluhan ini, seluruh siswa mengikuti kegiatan penyuluhan.
Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik di mana
hal ini dapat dilihat dari mampunya siswa menjawab dengan benar pertanyaan
mengenai kesehatan reproduksi remaja setelah diberikannya materi penyuluhan.
Dari segi proses penyuluhan (ceramah dan diskusi) yang telah berlangsung,
dapat dilaporkan bahwa ceramah dan diskusi berlangsung dengan baik dan terlihat
bahwa adanya komunikasi yang timbal balik antara peserta dengan pembicara.
Keberhasilan penyuluhan yang dinilai dengan adanya peningkatan pengetahuan
siswa mengenai masalah seksualitas dan kesehatan reproduksi dapat dilihat dari
perbandingan jawaban-jawaban pre-test sebelum dilakukan penyuluhan dengan
post-test setelah dilakukan penyuluhan dengan memberikan beberapa pertanyaan
secara tertulis dan lisan. Pre-test dan post-test dilakukan terhadap 50 peserta untuk
mengetahui tingkat pengetahuan mereka sebelum ataupun sesudah penyuluhan.
Pre-test dan post-test memuat 20 pertanyaan yang sama dan dilakukan selama 10
menit. Pertanyaan pre test dan post test terlampir.
Adapun peningkatan hasil post test setelah dilakukan penyuluhan adalah
rerata meningkat 2.24 dibandingkan post test. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan setelah pemberian materi
27
28
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kesehatan Reproduksi Remaja, Perubahan Remaja pada Masa Pubertas,
Perilaku Remaja Sehat, IMS dan HIV, dan Penyalahgunaan NAPZA
Selama ini, masalah kesehatan, penyalahgunaan NAPZA dan merokok;
terutama pada remaja, masih menjadi perhatian serius dari pemerintah. Hal ini
dikarenakan remaja merupakan masa transisi dimana secara psikologis, remaja
sedang dalam masa yang sangat labil dan sedang dalam masa pencarian jati diri.
Masa-masa inilah yang sangat berperan dalam perkembangan remaja kedepannya,
sehingga remaja sangat rentan terjerumus ke dalam hai-hal yang negatif dalam
hidupnya. Apalagi dalam tradisi ketimuran yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
yang masih menganggap pembicaraan seputaran seks adalah hal yang memalukan
dan tabu untuk dibicarakan, bahkan antara anak dan orang tua, dapat
mengakibatkan remaja salah dalam mendapatkan informasi. Hal ini tentu saja
didasarkan perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga mereka bisa
mendapatkan apa saja informasi yang mereka inginkan melalui media massa dan
media elektronik, yang dalam hal ini yang paling sering di gunakan adalah internet.
Dalam hal perkembangan psikologi remaja, termasuk hal yang mengenai kesehatan
reproduksi remaja, tentu saja hubungan anak-orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan remaja kedepannya.
Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa hampir semua responden hanya
memiliki sedikit pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, perubahan
remaja pada masa pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan
penyalahgunaan NAPZA. Dari 20 soal pilihan ganda pretest yang diberikan
sebelum dilakukannya penyuluhan, pelaksanaan pretest ini dibagi dalam 2 sesi.
Berdasarkan hasil analisa dari pretest yang dilaksanakan di sesi I dan sesi II,
diketahui bahwa rerata nilai pretest pada sesi I adalah 4,36. Sedangkan hasil rerata
nilai post test pada sesi II adalah 5,52. Siswa-siswa pada sesi I memiliki nilai yang
lebih kecil. Nilai terkecil terdapat pada sesi I yaitu 1.5 yang berarti siswa tersebut
hanya mampu menjawab 3 pertanyaan benar dari 20 soal yang ada mengenai
kesehatan reproduksi remaja. Nilai pre test tertinggi ada pada sesi II yaitu 7.5
dimana siswa tersebut berhasil menjawab 15 pertanyaan benar dari 20 soal
29
mengenai materi kesehatan reproduksi remaja yang dibawakan. Adapun hasil ratarata nilai pretest keseluruhan dari 50 siswa yang mengikuti penyuluhan ini adalah
4,94.
Rendahnya hasil pencapaian ini salah satunya dapat di pengaruhi oleh
pengetahuan yang minim tentang kesehatan reproduksi remaja, perubahan remaja
pada masa pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan penyalahgunaan
NAPZA.
Setelah dilakukannya penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja
terhadap responden, didapatkan hasil bahwa pengetahuan mereka tentang kesehatan
reproduksi remaja, perubahan remaja pada masa pubertas, perilaku remaja sehat,
IMS dan HIV, dan penyalahgunaan NAPZA telah meningkat bila dibandingkan
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat melalui hasil postest yang dilakukan setelah
dilakukannya penyuluhan. Rata-rata nilai post test pada sesi I adalah 6.76 dan ratarata hasil post test pada sesi II adalah 7.6. Sedangkan, jika seluruh hasil post test
digabungkan, maka siswa-siswi memiliki rata-rata 7.18. Nilai post test terendah
adalah 2 dan nilai post test tertinggi adalah 9. Pertanyaan yang diberikan secara
lisan juga dapat dijawab dengan dengan baik oleh koresponden yang ditunjuk
secara random oleh tim penyuluh.
Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa pengetahuan tentang reproduksi
remaja, perubahan remaja pada masa pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV,
dan penyalahgunaan NAPZA i pada umumnya masih buruk dan perlu perbaikan.
Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pendidikan sejak dini baik dari
orang tua maupun guru yang menjadi pendidik di sekolah tempat mereka menuntut
ilmu. Inilah yang ikut serta mempengaruhi perkembangan psikologi remaja
kedepannya, dan tentu saja berpengaruh terhadap angka kejadian IMS, kehamilan
pranikah, dan penyalahgunaan NAPZA. Setelam mendapatkan penyuluhan ini,
diharapkan mereka mampu secara mandiri menjadi pribadi yang bertanggung jawab
menjaga kesehatan reproduksi mereka sendiri, mengurangi angka kejadian
kehamilan pranikah di daerahnya, dan mengurangi angka penyalahgunaan NAPZA.
Selain itu diharapkan pula mereka mampu mensosialisasikan pengetahuan yang
mereka dapatkan kepada orang lain.
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja, perubahan remaja pada
masa pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan penyalahgunaan
NAPZA yang kami lakukan berjalan dengan lancar, karena koordinasi yang
baik antara pihak puskesmas dengan sekolah.
2. Proses penyuluhan dengan menggunakan presentasi, diskusi dua arah, dan
role play terbukti berhasil meningkatkan pengetahuan siswa SMP Negeri 6
Amlapura mengenai kesehatan reproduksi remaja, perubahan remaja pada
masa pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan penyalahgunaan
NAPZA, terlihat dari meningkatnya nilai post-test dibandingkan dengan
nilai pre-test nya.
5.2 Saran
1. Penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, perubahan remaja pada masa
pubertas, perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan penyalahgunaan NAPZA
sebaiknya dilakukan minimal tiap enam bulan, agar siswa paham dan
mengerti mengenai kesehatan alat reproduksi mereka, dapat terhindar dari
bahaya penyakit IMS, dan dapat menurunkan angka penyalahgunaan
NAPZA.
2. Pihak sekolah juga ikut memberi informasi kepada semua siswa mengenai
kesehatan reproduksi remaja, perubahan remaja pada masa pubertas,
perilaku remaja sehat, IMS dan HIV, dan penyalahgunaan NAPZA.
31