Anda di halaman 1dari 29

Mini Project

LAPORAN PEMANTAUAN BALITA DENGAN


BERAT DIBAWAH GARIS MERAH RT 04 RW
04 KELURAHAN KUNINGAN BARAT

Oleh :
dr. Arlene Widjaja

Pembimbing :
dr. Febby Hallytha

Dokter Internsip
Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat
5 Maret 2019 – 5 Juli 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai faktor salah satunya

adalah status gizi anak balita, sebab anak balita sebagai generasi penerus yang

memiliki kemampuan untuk dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan

bangsa.

Masalah gizi pada anak balita yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah

pertumbuhan anak balita yakni dengan Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah

(BGM). Berat badan di Bawah Garis Merah adalah keadaan kurang gizi tingkat

berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan

sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.1

Bawah Garis Merah (BGM) adalah keadaan anak balita yang mengalami

gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi sehingga pada saat ditimbang berat

badan anak balita di bawah garis merah pada KMS atau status gizi buruk (BB/U <

-3 SD) atau adanya tanda-tanda klinis, sedangkan menurut Departemen Kesehatan

RI (2005), anak balita BGM adalah anak balita yang saat ditimbang berat badannya

di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

2
KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan anak balita berdasarkan

indeks antropometri Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang berfungsi sebagai

alat bantu untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak balita. Catatan pada

KMS dapat menunjukkan status gizi balita. Balita dengan pemenuhan gizi yang

cukup memiliki berat badan yang berada pada daerah berwarna hijau, sedangkan

warna kuning menujukkan status gizi kurang, dan jika berada di Bawah Garis

Merah (BGM) menunjukkan status gizi buruk.2

Proporsi gizi buruk dan kurang di Indonesia turun 19,6% menjadi 17,7% pada

tahun 2018 namun di pronvinsi DKI Jakarta, proporsi gizi buruk dan kurang di

tahun 2018 tetap meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Berdasarkan profil

kesehatan DKI Jakarta tahun 2017 yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan DKI

Jakarta, dari sekitar 391.164 balita yang ditimbang, 5.898 balita berada di bawah

garis merah atau sebesar 1,5 %, dibandingkan dengan tahun 2016 ditemukan 937

kasus balita berada dibawah garis merah (BGM), atau sebesar 0,47%, dan terus

meningkat pada tahun 2018. Peningkatan penemuan kasus balita di bawah garis

merah pada tahun 2017 disebabkan beberapa faktor salah satunya peningkatan

program skrining gizi buruk di seluruh wilayah Jakarta. Balita ditimbang pada

tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 158,405 balita yang

ditimbang, terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar 59,51%.

3
Gambar 1. Jumlah Balita di Timbang dan Balita di Bawah Garis Merah (BGM)

Menurut Kab-Kota Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017

Gambar 2. Presentase Balita Dengan Gizi Buruk Provinsi DKI Jakarta Tahun

2012-2017

4
BGM merupakan penyebab pertama kematian anak balita yaitu sebesar 54%

kematian anak balita. Indonesia sebagai peringkat kelima dunia yang anak balitanya

mengalami gangguan pertumbuhan dengan jumlah anak balita yang berat badannya

di BGM sebesar 7,7 juta anak balita.4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

masalahnya adalah:

1.2.1. Bagaimanakah gambaran pengetahuan keluarga balita BGM di Puskesmas

Kelurahan Kuningan Barat?

1.2.2. Bagaimanakah gambaran sikap keluarga balita BGM di Puskesmas

Kelurahan Kuningan Barat?

1.2.3. Bagaimanakah gambaran perilaku keluarga balita BGM di Puskesmas

Kelurahan Kuningan Barat?

1.2.4. Bagaimanakah gambaran kesadaran keluarga balita BGM di Puskesmas

Kelurahan Kuningan Barat terhadap pemberian makanan tambahan dan

edukasi pola makan sebagai bentuk upaya rehabilitasi balita BGM?

5
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui masalah, penyebab masalah, dan penyelesaian masalah

program upaya kesehatan gizi di Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat,

Kecamatan Mampang Prapatan, Provinsi DKI Jakarta periode Maret 2019

sampai dengan Juni 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menggambaran pengetahuan keluarga balita BGM di Puskesmas Kelurahan

Kuningan Barat.

1.3.2.2 Menggambarkan sikap keluarga balita BGM di Puskesmas Kelurahan

Kuningan Barat.

1.3.2.3 Menggambarkan perilaku keluarga balita BGM di Puskesmas Kelurahan

Kuningan Barat.

1.3.2.4 Menggambarkan kesadaran keluarga balita BGM di Puskesmas Kelurahan

Kuningan Barat terhadap pemberian makanan tambahan dan edukasi pola

makan sebagai bentuk upaya rehabilitasi balita BGM

6
1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat

1.4.1.1 Memberikan informasi tentang gambaran pengetahuan keluarga balita

BGM di Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.

1.4.1.2 Memberikan informasi tentang gambaran sikap keluarga keluarga balita

BGM di Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.

1.4.1.3 Memberikan informasi tentang gambaran perilaku keluarga balita BGM di

Puskesmas Kelurahan Kuningan Barat.

1.4.2 Untuk Masyarakat Kelurahan Kuningan Barat

1.4.2.1 Memberikan informasi kepada balita dan keluarga balita BGM tehadap

penyakitnya dan asupan gizi yang baik.

1.4.3 Untuk Penulis

1.4.3.1 Memenuhi syarat kelulusan dalam program internsip dokter indonesia

1.4.3.2 Menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu kesehatan gizi dan ilmu

kesehatan masyarakat.

1.4.3.3 Mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki penulis dalam bidang ilmu

kesehatan gizi dan ilmu kesehatan masyarakat.

1.4.3.4 Berkontribusi dalam memberikan solusi untuk peningkatan status gizi

balita BGM di beberapa daerah di lingkungan kerja penulis yang masih

rendah

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Balita Bawah Garis Merah

Balita atau Bawah Lima Tahun adalah anak yang telah menginjak usia di

atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris.H,2006). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak

yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran

dan pengayaan. Balita juga bisa menggunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-59

bulan. Balita terbagi menjadi dua golongan yaitu balita dengan usia satu sampai tiga

tahun dan balita dengan usia tiga sampai lima tahun (Soekirman,2006).

KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur

(Kementerian Keseharan RI, 2010). Fungsi KMS ada 3 yaitu, alat untuk

pemantauan pertumbuhan anak, sebagai catatan pelayanan kesehatan anak

(pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI dan imunisasi) dan untuk alat edukasi

( cara pemberian makanan anak dan perawatan bila menderita diare ). Kartu KMS

balita 2008 dibedakan antara anak laki-laki (biru) dan anak perempuan (merah

muda), kartu KMS diisi setiap bulan dan dilihat pertumbuhan anaknya.

Status pertumbuhan anak dalam KMS berdasarkan grafik ada 2 klasifikasi

yaitu naik dan tidak naik, bila berat badan naik anjurkan ibu untuk mempertahankan

8
kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai dengan

umurnya. Bila berat badan tidak naik 1 kali, tanyakan dan catat keadaan anak bila

ada keluhan dan kebiasaan makan anak, berikan penjelasan kemungkinan penyebab

berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu, serta anjurkan untuk datang pada

penimbangan berikutnya. Bila berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah

Garis Merah (BGM) rujuk anak ke puskesmas atau pustu atau poskesdes

9
2.2. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

Pemberian Makanan Tambahan atau yang kemudian disingkat dengan PMT

menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep adalah kegiatan pemberian

makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta

kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan keamanan

pangan serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Program pemberian makanan tambahan di Indonesia dilakukan karena masih

tingginya angka gizi kurang pada balita yang disebabkan oleh asupan gizi yang

kurang mencukupi balita.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) itu sendiri terdapat dua macam,

yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan dan Pemberian Makan

Tambahan (PMT) Penyuluhan. Walaupun terdapat dua macam PMT, namun

sebenarnya tujuan yang hendak dicapai sama, yaitu untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita.

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan

diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Pemberian makanan

tambahan hanya dikonsumsi oleh balita gizi kurang atau gizi buruk dan diberikan

sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan

utama. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal.

Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di

wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa

10
untuk keamanan pangan. Diutamakan berupa sumber protein hewani dan nabati

serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT

pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3

bulan. Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT

pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk

biskuit yang tiap 100 gram PMT mengandung 450 kalori, 14 gram lemak, 9 gram

protein, dan 71 gram karbohidrat. PMT Balita mengandung 10 vitamin (vitamin A,

B1, B2, B3, B6, B12, D, E, K, dan Asam Folat) dan 7 mineral (besi, zink, fosfor,

selenium, dan kalsium). Setiap bungkus PMT Balita terdiri dari 12 keping biskuit

atau 540 kalori (45 kalori per biskuit). Usia 6-11 bulan diberikan 8 keping per hari

selama 1 bulan, setara dengan 20 bungkus PMT Balita. Usia 12-59 bulan diberikan

12 keping per hari selama 1 bulan, setara dengan 30 bungkus PMT Balita. Bila berat

badan telah sesuai, pemberian PMT Balita dihentikan dan untuk selanjutnya

mengonsumsi makanan keluarga gizi simbang. Sedangkan PMT pemulihan

berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan dan makanan

tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Penyuluhan adalah makanan

tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan oleh kader posyandu.

Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua

balita tentang makanan kudapan (snack) yang baik diberikan untuk balita, sebagai

sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi balita dan sebagai sarana untuk

11
menggerakkan peran serta masayarakat dalam mendukung kesinambungan

penyelenggaraan posyandu.

2.3. Status Gizi

Pengertian Status Gizi Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan

tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke

dalam tubuh dan juga perwujudan manfaatnya. Hadi (2005), status gizi adalah

merupakan suatu ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture yang dibutuhkan

individu dalam suatu variable. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam

bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2002).

Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko

untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan

berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses

pemulihan (FKM UI, 2007).a

Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok umur yang

rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu indikator yang

paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan melalui

pengukuran status gizi balita (Supariasa,2004) dalam (Purwanti, 2009).

Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya

intake makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orangtua

tidak tahu melakukan penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat

12
atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang

dewasa harus makan tiap harinya (Ali, 2006).

2.4. Penilaian Status Gizi

A. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa dkk, 2002).

1. Antropometri

Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengnukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, dkk. 2002).

2. Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, dkk. 2002).

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang

diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yag digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, dkk. 2002).

13
4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan

struktur dan jaringan (Supariasa, dkk. 2002).

B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

penilaian yaitu, survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi

(Supariasa dkk, 2002:20). 10

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa dkk,

2002:20).

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis

data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka

kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi (Supariasa, dkk. 2002).

14
3. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti

iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa dkk, 2002:21)

2.5. Klasifikasi Status Gizi Balita

Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang sering

disebut reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di

Indonesia adalah WHO-NCHS. Menurut Harvard dalam Supariasa 2002, klasifikasi

status gizi dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Gizi lebih (Over weight)

Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier,

2005). Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara

energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga

atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena

penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan (Arisman, 2007).

15
b. Gizi baik (well nourished)

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2005).

c. Gizi kurang (under weight)

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih

zat-zat esensial (Almatsier, 2005).

d. Gizi buruk (severe PCM)

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan

nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-

rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di

Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama

yang banyak dijumpai pada balita (Lusa, 2009).

Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score

diklasifikasikan menjadi :

a. Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD

b. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD

c. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD

d. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah balita BGM di RW 04 Kelurahan Kuningan

Barat. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan April tahun 2019 sampai Juni

2019.

3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari

pasien balita BGM RW 04 Kelurahan Kuningan Barat. Pengumpulan data

menggunakan wawancara secara allo-anamnesis terhadap orangtua pasien, serta

pengukuran tinggi badan dan berat badan secara langsung yang dilakukan saat

kunjungan rumah pasien balita BGM.

3.4 Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data diambil dari orang tua responden menggunakan Kartu Menuju Sehat

(KMS) pasien serta wawancara yang berisikan riwayat pola makan pasien yang

meliputi jenis makan, jumlah makan, dan frekuensi makan menggunakan metode

Food Record. Langkah dari Food Record yang pertama meminta ibu dari subjek

17
penelitian mencatat makanan yang dikonsumsi dalam Ukuran Rumah Tangga

(URT) / gram (nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan),

lalu peneliti memperkirakan / estimasi URT kedalam ukuran berat (gram) untuk

bahan makanan yang dikonsumsitadi, kemudian menganalisis bahan makanan

kedalam zat gizi dengan Daftar Komposisi (DKBM) dan yang terakhir

membandingkan dengan AKG. Selanjutnya hasil dikumpulkan, dievaluasi dan

selanjutnya membuat kesimpulan.

3.5 Populasi Sampel

Populasi target :

 Setiap pasien balita BGM yang tinggal di wilayah Kelurahan Kuningan

Barat Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan.

Populasi terjangkau :

 Setiap pasien balita BGM yang tinggal di RW 04 Kelurahan Kuningan

Barat Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan.

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi : Balita yang ditimbang di posyandu wilayah Puskesmas

Kuningan Barat yang memiliki perbandingan antara berat badan per usia

berada di bawah garis merah pada KMS.

Kriteria Eksklusi : Balita yang ditimbang di posyandu wilayah Puskesmas

Kuningan Barat yang memiliki perbandingan antara berat badan per usia

berada di bawah garis merah pada KMS dan menderita penyakit lain.

18
3.7 Sampel

Metode pemilihan sampel penelitian adalah non-probabilty sample.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari Posyandu Balita Bougenville III yang terdapat di RW 04, didapatkan

hasil :

 Total jumlah balita : 106 Balita

 Jumlah balita yang gizi buruk sejak April-Juni : 1 Balita

Balita

Nama : Fauziah Novitasari

Usia : 4 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Berat Badan : 11.6 kg

Tinggi Badan : 98 cm

Agama : Islam

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Alamat : Jl. Poncol Jaya gg IV RT 004 RW 004, Kelurahan

Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

20
Identitas Orangtua

Nama ayah : Tn. Nasir

Pekerjaan : buruh serabutan

Nama ibu : Ny. Maryati

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Keluarga yang serumah : ibu, ayah, 2 kakak (14 tahun dan 7 tahun), 1 nenek.

Riwayat Kelahiran

Berat badan lahir : 2850 gram

Panjang badan lahir : 49 cm

Tempat lahir : Rumah bersalin

Penolong lahir : bidan

Keadaan saat lahir : langsung menangis, badan hangat, kulit kemerahan

21
Riwayat Imunisasi

Tabel Riwayat Imunisasi

Tanggal Pemberian Imunisasi


Jenis Imunisasi
1 2 3 4
Hepatitis B 09-11-2014
BCG 03-12-2014
DPT (pentabio) 09-01-2015 17-03-2015 08-05-2015
Polio 03-12-2014 09-01-2015 17-03-2015 08-05-2015
Campak 07-09-2015
Booster pentabio 03-11-2016
Booster campak 04-01-2017

Riwayat Tumbuh Kembang

- Mengangkat kepala : 2 bulan

- Tengkurap : 4 bulan

- Duduk tegak : 8 bulan

- Merangkak : 9 bulan

- Merambat : 10 bulan

- Berdiri tanpa pegangan: 12 bulan

- Berjalan : 16 bulan

- Bicara 1-2 kata : 12 bulan

- Bicara kalimat : 26 bulan

- Menyebut nama dan tempat : 36 bulan

- Menggambar : 48bulan

22
4.2 Pembahasan

An. Fauziah merupakan balita Bawah Garis Merah (BGM) di wilayah Kuningan

Barat, yaitu di wilayah kerja Posyandu Bougenville III. Posyandu Bougenville III

memiliki total anak balita berjumlah 106 anak. Dari 106 anak di Posyandu

Bougenville III terdapat 1 anak BGM An. Fauziah. Telah dilakukan pengukuran

antropometri pada An. Fauziah selama 3 bulan, dari April 2019 hingga Juni 2019,

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel Hasil Pengukuran Antropometri April-Juni 2019

Bulan Berat Badan (BB) Tinggi Badan (TB)


April 11,6 kg 98 cm
Mei 11.8 kg 98.3 cm
Juni 13kg 98.5cm

Dari hasil pengukuran antropometri di atas, An. Fauziah termasuk dalam

kategori BGM berdasarkan perbandingan antara BB dengan dengan usia sesuai

pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Karena hal tersebut, An. Fauziah mendapat

makanan tambahan berupa biskuit Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari

puskesmas

Selama 3 bulan pemantauan berat badan dan pemberian makanan tambahan,

terlihat adanya penambahan berat badan pada bulan April ke bulan Mei sebanyak

1,4 kg, status gizi anak Fauziah naik ke garis kuning. Terdapat beberapa faktor yang

berpengaruh pada status gizi An. Fauziah, diantaranya jumlah dan jenis makanan

yang diberikan oleh orangtua, ketelatenan orangtua dalam memberikan biskuit

23
PMT, tingkat pengetahuan orangtua tentang gizi yang terkandung dalam makanan,

kesadaran orangtua terhadap tumbuh kembang anak, pekerjaan orangtua, status

ekonomi keluarga

Anak Fauziah makan utama 3-4 kali sehari, jam 9 pagi, jam 12 siang, jam 4

sore, diselingi dengan minum susu atau makan biscuit PMT. Menu makanan yang

sering diberikan pada An. Fauziah setiap kali makan adalah nasi putih 1/2 centong

nasi dengan lauk telur ayam 1 butir, tahu, tempe, sop baso, makaroni, sawi / timun,

mie/ soun. Menu ayam 2 kali seminggu dan terkadang ikan tongkol. An. Fauziah

selalu menghabiskan makanannya.

Pemberian biskuit PMT pada An. Fauziah rutin dilakukan setiap 2 minggu

sekali dengan diberikan 2 kotak PMT. Satu kotak PMT berisi 21 bungkus, 1

bungkus berisi 4 keping biskuit, yang dimana anak BGM 1 harinya harus

mengonsumsi 3-4 bungkus biskuit PMT.

Status gizi balita juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga. Dilihat dari

hasil wawancara pendapatan keluarga yaitu Rp 1.500.000 per bulan dari ayah dan

Rp 750.000 per bulan dari nenek. Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor

penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan sehingga keluarga yang

pendapatannya tinggi akan menunjang semua kebutuhan yang diperlukan.

Hubungan pola makan dengan balita BGM. Pola makan anak merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita.

24
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang telah dilakukan terhadap

anak Fauziah selama 3 bulan yaitu bulan April-Juni 2019 serta diberikan intevensi

edukasi pola makan, anak Fauziah dikategorikan sebagai anak dengan BGM pada

bulan April 2019 dan terkategori sebagai garis kuning pada bulan Mei dan Juni

2019 berdasarkan kurva KMS (berat badan terhadap usia). Intervensi yang

diberikan sejak awal pengamatan memberikan hasil yang positif berupa kenaikan

berat badan yang cukup signifikan saat diimplementasikan dengan baik. Dari

pengamatan pun ternyata tidak terbukti jika tingkat keaktifan seorang anak

berpengaruh terhadap rendahnya berat badan anak selama pola makan yang

diberikan benar.

5.2. Saran

Saran yang diberikan kepada keluarga dengan Anak BGM yaitu pentingnya

untuk lebih mengetahui pola makan yang baik pada anak serta efek buruk yang

dapat ditimbulkan dari kurangnya berat badan pada anak agar kesadaran dari orang

tua terhadap kesehatan anaknya semakin meningkat. Pengetahuan itu bisa

didapatkan dari kader masyarakat atau tenaga medis di wilayah sekitar yang

kemudian diimplementasikan oleh orang tua.

25
Lampiran

26
27
REFERENCE

 Harahap, S.M., BGM pada Anak Balita. 2015. [on line]. Dari:

http://repository.usu. ac.id/bitstream/12345678/45095/4/ chapte

r%2011.pdf. [13 mei 2019]

 Sulistiyoningsih, H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.

Yogyakarta. 2011.

 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017, Dinas Kesehatan

DKI Jakarta, 2017.

 UNICEF, 2012. UNICEF (Unite for Children) Indonesia Laporan

Tahunan 2012 [on line]. Dari: http://www.unicef.org/indonesia/id/UNI

CEF_Annual_ Report_%28Ind%29_130731.pdf. [15 April 2016]

 Adriani, M & B. Wirjatmadi. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan

Mikrozinc pada Pertumbuhan Balita). Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group.

 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, B. (2016). PERBAIKAN

GIZI UNTUK GENERASI AGAR MAMPU MENANGKAN PERSAINGAN.

[online] Depkes.go.id. Available at:

http://www.depkes.go.id/article/print/16122100005/perbaikan-gizi-untuk-

28
generasi-agar-mampu-menangkan-persaingan.html [Accessed 21 May

2019].

 Departemen Kesehatan RI, 2000. Gizi Seimbang menuju Hidup Sehat bagi

Balita. Jakarta: Depkes RI.

 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, D. (2004). Petunjuk Teknis

Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi

Masyarakat. [ebook] Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

pp.6-7. Available at: http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2012/05/SPM_Gizi.pdf [Accessed 13 May 2019].

 Kabupaten Sumenep, D. (2015). PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

( PMT ) UNTUK BALITA | Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep.

[online] Dinkessumenep.org. Available at:

https://dinkessumenep.org/?p=4881 [Accessed 21 May 2019].

 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, D. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat

(KMS) bagi Balita. [ebook] Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, pp.5-6. Available at: http://gizi.depkes.go.id/wp-

content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf

[Accessed 13 May 2019].

 Kementerian Kesehatan RI, P. (2015). InfoDATIN Situasi Kesehatan Anak

Balita di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, p.1.

29

Anda mungkin juga menyukai