Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

ASI EKSKLUSIF
PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I

Pembimbing
dr. Niken Harliseptiani Kusumawati

Kepala Puskesmas
dr. Susanti

Dibuat oleh
dr. Lathifah Nabilahsari

PROGRAM INTERNSHIP

PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I

AGUSTUS 2020
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................4
2.1 Profil Puskesmas.................................................................................................................. 4
2.1.1 Gambaran Umum.......................................................................................................................................... 4
2.1.2 Sarana dan Prasarana...................................................................................................... 6
2.1.2.2 Sarana dan Prasarana Khusus................................................................................................................ 7
2.1.3 Sumber Daya Manusia................................................................................................................................ 9
2.2 ASI Eksklusif...................................................................................................................... 11
2.2.1 Epidemiologi................................................................................................................................................ 11
2.2.2 Etiologi.......................................................................................................................................................... 11
2.2.3 Fisiologi Laktasi......................................................................................................................................... 12
2.2.4 Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui............................................................................................ 14
2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ASI....................................................................................17
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................................................... 21
3.2 Sumber data........................................................................................................................ 21
3.3 Prosedur Kerja................................................................................................................... 21
BAB IV HASIL......................................................................................................................23
4.1 Data ASI eksklusif tahun 2019........................................................................................ 23
4.2 Indikator, Target dan Pencapaian Program................................................................ 24
4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah....................................................................... 25
4.5 Alternatif Solusi Penyebab Masalah.............................................................................. 30
4.6 Rekomendasi Intervensi................................................................................................... 31
Lampiran 1. Kuesioner.........................................................................................................35
Lampiran 2. Poster Penyuluhan........................................................................................42
Lampiran 3. Pamflet PSN Mandiri....................................................................................44

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara yang terbaik bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak awal yang akan menjadi calon
penerus bangsa, ASI merupakan asupan yang diperlukan dan terbaik untuk bayi
karena ASI memiliki zat – zat gizi yang bernilai tinggi yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta memiliki zat kekebalan tubuh dan dapat
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.1

Pemberian asi secara eksklusif dapat mencegah kematian balita sebanyak 13 %.


Pemberian makanan pendamping ASI pada saat dan jumlah yang tepat dapat
mencegah kematian balita sebanyak 6 %, sehingga pemberian ASI eksklusif selama
enam bulan yang dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI akan
dapat mencegah kematian balita sebanyal 19 %.2

Pada tahun 1990 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan


Pemberian ASI (PP-ASI) yang bertujuan untuk membudayakan perilaku menyusui
secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai dengan berumur empat bulan. Pada
tahun 2004, sesuai dengan anjuran bada Kesehatan dunia (WHO), permberian ASI
eksklusif ditingkatkan menjadi enam bulan, sebagaimana dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 450/MENKES/SK/VI/2004
tahun 2004.3

Bedasarkan hasil survey DINKES Jakarta pada tahun 2017 pemberian ASI eksklusif
pada bayi yang berusia 0 – 6 bulan masih relative rendah apabila dibandingkan
dengan target yang harus dicapai pada tahun 2020 yaitu 80%.1

1
Tabel 1. Presentas Jumlah Bayi diberi ASI eksklusif menurut kab-kota Provinsi DKI Jakarta tahun 2017

Daerah Angka pemberian ASI


eksklusif

Jakarta Pusat 55,54

Jakarta Utara 71,67

Jakarta Timur 61,22

Jakarta Selatan 69,59

Jakarta Barat 41,70

Kepulauan Seribu 54

Sumber: Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta tahun 2017.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

o Meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan


Penjaringan I.

1.2.2 Tujuan Khusus


o Mengetahui profil Puskesmas Kelurahan Penjaringan I.
o Melakukan identifikasi masalah terkait ASI Eksklusif oleh nakes di Kelurahan
Penjaringan I.
o Melakukan analisis penyebab masalah ASI eksklusif oleh nakes di Kelurahan
Penjaringan I .
o Merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang sesuai dengan penyebab
masalah pada program ASI Eksklusif oleh nakes di Kelurahan Penjaringan I.
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Puskesmas

o Mendapatkan usulan penyelesaian masalah terkait peningkatan ASI Eksklusif


oleh nakes di Kelurahan Penjaringan I.

1.3.2 Bagi Peneliti

o Melatih peneliti untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah di komunitas.


o Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan evaluasi
program puskesmas terkait program gizi yaitu ASI eksklusif.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas

2.1.1 Gambaran Umum

Puskesmas Kelurahan Penjaringan I terletak di Jl. Pluit Raya Selatan No 2


Kelurahan Penjaringan I. Kecamatan Penjaringan Kota Administrasi Jakarta Utara,
memiliki wilayah kerja yang termasuk dataran rendah kurang lebih 1 (satu) meter
dibawah permukaan laut sehingga jika terjadi hujan dan pasang air laut dapat
menyebabkan banjir. secara sosial adalah daerah padat penduduk yang saat ini
mengalami perkembangan pembangunan secara pesat. Luas Wilayah 326,58 Ha.
Batas Wilayah meliputi:
Sebelah Utara: Pantai Laut Jawa
Sebelah Selatan: Jl. Bandengan Utara
Sebelah Timur: Pelabuhan Sunda Kelapa
Sebelah Barat: Waduk Pluit dan Kawasan Industri

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Penjaringan.


4
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Penjaringan I Tahun 2018
berjumlah 64.726 jiwa.

Tabel.2 Distribusi penduduk diatas dirincikan menjadi data sasaran program


Sasaran

Bayi Resti (15 % bayi)


Jumlah Penduduk

Bayi Baru Lahir


Wilayah RW

20% Bumil
BUMIL
No

Bufas

Balita
Bulin

Bayi
PUS
1 RW I 5932 169 34 161 161 692 154 23 154 603
2 RW 2 5824 157 31 150 150 646 144 22 144 563
3 RW 3 5916 124 24 118 118 508 113 17 113 442
4 RW 4 5409 34 7 32 32 138 31 5 31 121
5 RW 5 5778 23 5 21 21 92 21 3 21 80
6 RW 7 7445 146 29 140 140 600 133 20 133 522
7 RW 8 8632 157 32 151 151 646 143 21 143 562
8 RW 17 19790 315 63 301 301 1292 287 43 287 1125
Total 64.726 1225 225 1074 1074 4614 102611 154 1026 401811

Kondisi sosial budaya dan ekonomi

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan penjaringan I terdiri dari berbagai


macam suku agama. Pada umumnya penduduk merupakan pendatang dari luar
propinsi di seluruh Indonesia. Di tengah perbedaan suku,agama dan budaya, aktifitas
sosial dan peribadatan penduduk berjalan dengan baik. Mata pencaharian penduduk
beraneka ragam, mulai dari nelayan, buruh, pedagang, wiraswasta, pegawai swasta,
pegawai negeri, TNI, POLRI dan lain-lain. Aktifitas perekonomian dalam
lingkunganmenengah ke bawah, juga berjalan sangat dinamis.Dengan banyaknya
sarana pendidikan diwilayah kerjaPuskesmas kelurahan Penjaringan I juga
berpengaruh terhadap perilakumasyarakat terutama remaja seperti masalah
kesehatanreproduksi dan narkoba.

5
2.1.2 Sarana dan Prasarana

2.1.2.1 Sarana dan Prasarana Umum

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Wilayah Puskesmas Kelurahan Penjaringan I


Tabel 3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
No Fasilitas kesehatan Jumlah
1 Rumah sakit 1
2 Rumah Bersalin 1
3 Apotik Swasta 6
4 Toko Obat 11
5 Dokter umum praktek 11
6 Dokter gigi praktek 11
7 Dokter spesialis Praktek 4
8 Klinik 9

2. Fasilitas Pelayanan Posbindu


Tabel 4. Fasilitas Pelayanan Posbindu

NO LOKASI NAMA POSBINDU


1 RW 01 Melati
2 RW02 Mawar
3 RW.03 Anyelir
4 RW 04 Cempaka
5 RW 05 Dahlia
6 RW17 Kenanga II
7 RW07 Kenanga V
8 PPSU PPSU
9 RW 17 RUSUN

6
3. Fasilitas Pelayanan Posyandu
Tabel 5. Fasilitas Pelayanan Posyandu
NAMA POSYANDU
No LOKASI
TAHUN 2018
1 RW 01 MELATI
2 RW 02 MAWAR
3 RW 03 ANYELIR I
4   ANYELIR 2
5 RW 04 CEMPAKA
6 RW 05 DAHLIA
7 RW 07 KEMUNING I
8 KEMUNING II
9   KEMUNING III
10 RW 08 ANGGREK I
11   ANGGREK II
12   ANGGREK III
13   ANGGREK IV
14 KENANGGA I
15 RW 017 KENANGGA II
16 KENANGGA III
17 KENANGGA IV
18 KENANGA V
19 KENANGA VI
20 KENANGA VII

2.1.2.2 Sarana dan Prasarana Khusus

1. Gedung
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I memiliki luas tanah 400 meter persegi dengan
luas lantai ± 190 meter persegi dengan bangunan 2 lantai. Sarana Air Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I menggunakan PAM. Sarana Penerangan Kapasitas Listrik
yang digunakan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I sebesar 11.000 watt.
2. Sarana Komunikasi
Puskesmas Kelurahan penjaringan I memiliki sarana komunikasi berupa telephone,
dan internet.
3. Alat Medis
Peralatan Medis untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I
sudah memenuhi kelengkapan pelayanan dasar dengan kondisi baik.Peralatan
7
Kantor yang ada sudah baik dan memenuhi kebutuhan penunjang pegawai bekerja
dengan cepat, walaupun ada beberapa alat yang kondisinya sudah kurang baik.
4. Sarana Penunjang Pelayanan
Tabel 6. Sarana penunjang pelayanan
Kurang
No Jenis Alat Jumlah Baik Rusak
Baik
1. Komputer 11 10 1 0
2. Motor dinas 0 0 0 0
3. AC 24 8 3 13
4. IPAL 1 0 1 0
5. TV 1 0 1 0

8
2.1.3 Sumber Daya Manusia

Tabel 7. Sumber Daya Manusia


N Jenis tenaga Jumlah PNS Non PJLP
O yang ada PNS

1. Dokter 2 1 1
umum
2. Dokter Gigi 1 1
3. Bidan 13 2 11
4. Sanitarian 1 1
5. Nutrisionis 1 1
6. Rekam 1 1
Medis
7. Apoteker 1 1
8. Asisten 1 1
Apoteker
9. Perawat 4 2 2
10. Staf 2 2
Administrasi
11. Security 3 3
12. Cleaning 4 4
service
TOTAL 34 6 21 7

2.1.4 Visi Misi dan Tata Nilai

Visi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I “Penjaringan I sehat untuk semua”.


Untuk mewujudkan visi tersebut Puskesmas kelurahan penjaringan I mempunyai
Misi:
1. Meningkatkan Pelayanan Sesuai standar yang ditetapkan
2. Mengembangkan SDM yang profesional dan berkualitas
3. Meningkatkan sistem manajamen Puskesmas yang efektif
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan
5. Meningkatkan kemitraan dengan lintas sektor
Tata nilai puskesmas kelurahan Penjaringan I adalah “SEHATI” SEmangat layani
dengan HATI.
Tata nilai puskesmas kelurahan Penjaringan I adalah “SEHATI”.

9
2.1.5 Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi

Sebagai satu bentuk organisasi, Puskesmas Kelurahan Penjaringan I memiliki stuktur


organisasi yang jelas dan mengacu pada Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta no. 1665 tahun 2017. Susunan organisasi
Puskesmas Kelurahan terdiri dari:
1. Kepala Puskemas
2. Penanggung Jawab Tata Usaha
3. Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat
4. Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Perorangan
Penetapan susunan organisasi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I tidak terkait pada
jabatan struktural, mengingat unit kerja tersebut adalah sebagia satuan pelaksana dari
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan, oleh karena itu penetapan susunan
organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat Kelurahan dengan mempertimbangkan
kepentingan tatakelola penyelenggaraan pelayanan public kesehatan yang lebih baik.

10
2.2 ASI Eksklusif

2.2.1 Epidemiologi

Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46
per 1000 kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia
dibawah 2 bulan. Hal ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif
UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada
Tahun 2006. Terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki
kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25
kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.
Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia dibawah 2
tahu yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi
melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI
eksklusif dijadikan prioritas program dinegara berkembang ini.6

2.2.2 Definisi

Asi adalah Adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai
makanan bayinya. Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya
memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan tanpa makanan minuman lain selain
obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan telah memenuhi kebutuhan
bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin,
mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI dapat
mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung
semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh
darah yang sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang
kaya antibody.4,5

.
2.2.3 Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin).9

11
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir
ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen,
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi
untuk produksi ASI.

Gambar 2. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron
akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi
sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan
isapan bayi.10

1. Refleks Prolaktin, Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan


untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi.
Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan
ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin
12
akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflek), Bersamaan dengan pembentukan


prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi
dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang
meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi,
mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran
kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks ), Timbul saat bayi baru lahir


tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan
berusaha menangkap puting susu.

b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks), Refleks ini timbul apabila langit-langit


mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka
sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus

13
laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum
sehingga ASI keluar.

c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks), Refleks ini timbul apabila mulut bayi
terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pengeluaran ASI (Oksitosin), Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di
sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor
yang terletak pada duktus. Bila ductus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis.

2.2.4 Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek
gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan
aspek penundaan kehamilan.7

1. Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan
bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu
kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.

14
Komposisi ASI
 ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai,
juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut.
 ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
 Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan
Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan
susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada
susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi
sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat
terjadinya gangguan pada retina mata.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)


adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA
dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

15
 Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
 Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
daripada susu sapi.
 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi
pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan,
dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik
 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi ASI.
 Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik
bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin
contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3

16
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI.

5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan


Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga
dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai
Metode Amenorea Laktasi (MAL).

2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ASI

1. Faktor penyebab berkurangnya ASI


a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI
keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui .

b. Faktor Psikologi Ibu


Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak
mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan
berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam
meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

c. Faktor Bayi
17
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya
menyebabkan produksi ASI akan berkurang.

d. Faktor Fisik Ibu


Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau
ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.

2. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif


a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan
diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal
maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton
televisi dan dari pengalaman hidup lainnya, hambatan utama tercapainya ASI ekslusif
yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI
ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam
menyusui7. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan
kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk
bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan
yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari
pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian atau nasi sebagai
tambahan ASI di pedesaan.8

b. Lingkungan
lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap
orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat
pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan
pertimbangan lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley
(1996) wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering
melihat ibu-ibu menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak

18
dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian
ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan.12

c. Pengalaman
pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam
keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang
menyusui bayinya secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif
tentang menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila
wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki
sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan
menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui
dikemudian harinya dan sebaliknya.12

d. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua,
mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan
dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga
yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan
kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang
menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.6

19
Gambar 3. Model determinan perilaku menyusui12.

WHO dalam community–based strategies for breastfeeding promotion and support in


developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan framework
mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI dapat dilihat pada
gambar 3 di atas.

20
BAB III
METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Tempat : Puskesmas Kelurahan Penjaringan I


Waktu : Agustus - Oktober 2020

3.2 Sumber data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Laporan Tahunan Program
Gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I tahun 2019. Dilakukan konfirmasi data
melalui wawancara dan diskusi dengan Penanggung Jawab Program Gizi pada
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I.

3.3 Prosedur Kerja

Evaluasi program dilakukan berdasarkan langkah-langkah pada problem solving


cycle, yaitu:
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan cara menentukan kesenjangan atau
perbedaan antara target dan pencapaian program.
2. Menentukan prioritas masalah
Prioritas masalah ditentukan menggunakan teknik decision matrix USG
(urgency, seriousness, growth).
3. Menentukan penyebab masalah
Alternatif penyebab masalah diltentukan dengan membuat fishbone diagram
dari masalah-masalah yang ditemukan.
4. Menentukan prioritas penyebab masalah
Prioritas penyebab masalah ditentukan menggunakan matriks I (Importance),
T (Technical Feasibility), R (Resource Availability).

21
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Penentuan alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan cara
brainstorming seluruh anggota tim penulis dengan melihat fishbone diagram.
6. Menentukan prioritas pemecahan masalah
Prioritas pemecahan masalah ditentukan menggunakan program solution
prioritization tool (MxIxV/C).
7. Menyusun rencana implementasi pemecahan masalah

22
BAB IV
HASIL

4.1 Data ASI eksklusif tahun 2019

Sepanjang tahun 2019, rata- rata pencapaian ASI eksklusif pada daerah Kelurahan
Penjaringan I sebesar 9,65%. Berikut adalah grafik pencapaian perbulan pada
tahun 2019.
Gambar 4. Grafik pencapaian ASI eksklusif PKL Penjaringan I tahun 2019

12.00%

10.00%

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%
ASI lulus 6 bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni


Juli Agustus September Oktober November Desember

Tabel 8. menunjukan data sebaran ASI eksklusif pada Kelurahan Penjaringan I


yang di data setiap bulan sepanjang tahun 2019.

Tabel 9. Data ASI eksklusif setiap bulan

Bulan Jumlah bayi Lulus ASI Presentase


Januari 361 36 9,97%
Februari 361 32 8,86%
Maret 361 37 10,25%
April 361 38 10,53%
Mei 361 29 8,03
Juni 361 41 11,36%
Juli 361 41 11,36%
Agustus 361 41 11,36%
September 361 24 6.65%
23
Oktober 361 35 9,70%
November 361 34 9,42%
Desember 361 30 8,31%

4.2 Indikator, Target dan Pencapaian Program


Tabel 10 berikut menampilkan program beserta indikator, target luaran program,
serta pencapaian program ASI eksklusif yang didata oleh Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I pada tahun 2019.

Tabel 10. Program, indikator, target, pencapaian program ASI eksklusif Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I

2019
Indikator Target PKL
Gap
(%) (%)
Presentase ASI eksklusif yang
46 9,65 36,35
lulus hingga enam bulan

4.3 Penentuan Prioritas Masalah


Dari beberapa program gizi yang ada di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I, program
ASI eksklusif memiliki kesenjangan gap yang paling tinggi, akan tetapi masih banyak
program lainnya yang juga memiliki gap yang cukup tinggi dan merupakan masalah

24
yang memiliki efek besar oleh karena itu untuk menentukan prioritas masalah
program digunakan teknik decision matrix (USG) pada setiap program gizi.

Tabel 10. Identifikasi Masalah pada Program gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I

No Program U S G Total
1 Balita yang 5 5 1 25
tidak naik berat
badannya
2 ASI eksklusif 5 5 2 50

3 Pernikahan 5 5 1 25
usia dini

Berdasarkan hasil perhitungan U (urgency), S (severity), dan G (growth), prioritas


masalah pada program gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I adalah ASI eksklusif.

4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah


Analisis penyebab masalah terhadap program ASI eksklusif pada Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I dilakukan dengan membuat kerangka pikir fishbone diagram
yang kemudian dibandingkan dengan kondisi yang terjadi di Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I. Hal tersebut dilakukan dengan wawancara dan diskusi dengan
Penanggung Jawab program gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I. Setelah
penyebab masalah diidentifikasi, maka penentuan prioritas masalah dilakukan
menggunakan matriks I (importance), T (technical feasibility), dan R (resources),
dengan melihat penyebab masalah dengan skor tertinggi. Tabel 11 menunjukkan
matriks prioritas penyebab masalah pada program ASI eksklusif.

25
Gambar 5. Kerangka fish-bone pemberian ASI eksklusif

26
Tabel 11. Matriks Penyebab Masalah

No Penyebab I T R IxTxR
. Masalah
P S RI DU SB PB PC Tot
1. Banyaknya mitos 5 1 1 1 1 1 1 11 2 1 22
yang beredar
2. Ibu tidak dapat 5 1 1 1 1 1 1 11 1 1 11
membeli pompa
ASI
3. Kurangnya 5 5 5 1 1 1 1 19 4 4 304
sosialisasi ASI
eksklusif

27
 Prevalence
Prevalence adalah besarnya masalah. Terdapat 3 masalah yang diberi nilai 5 yaitu
banyaknya mitos yang beredar, ibu tidak dapat membeli pompa ASI dan kurangnya
sosialisasi ASI eksklusif. Kurangnya sosialisasi ASI eksklusif sendiri dapat berakibat
kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif itu sendiri.

 Severity
Severity adalah besar akibat yang ditimbulkan oleh masalah. Terdapat 1 penyebab
masalah yang mendapat nilai 5 pada aspek ini, yaitu kurangnya sosialisasi ASI
eksklusif, yang nantinya akan berakibat kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pemberian ASI secara eksklusif dan akan berdampak dengan tingginya bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif.

 Rate of Increase
Rate of increase adalah cepatnya pertumbuhan masalah apabila penyebab tidak
ditangani. Pada aspek ini Kurangnya sosialisasi ASI eksklusif pada masyarakat
diberikan nilai 5 karena jika keadaan tersebut terus berlanjut dapat meningkatkan
jumlah bayi yang tidak diberi ASI eksklusif.

 Degree of Unmet Needs (DU)


Degree of Unmet Need (DU) adalah besarnya pengaruh atau dampak masalah pada
masyarakat. Pada aspek ini DU diberikan nilai 1 karena tidak ada data mengenai
permasalahan maupun keinginan masyarakat yang berkaitan dengan program ASI
eksklusif.

 Social Benefit
Social benefit adalah manfaat untuk masyarakat jika masalah tersebut ditangani.
Dikarenakan sedang terjadi pandemi COVID – 19, sosialisasi kepada masyarakat
sesuai dengan posyandu di wilayah tempat tinggal di tiadakan, akan tetapi sosialisasi
sangat penting karena dapat memberi manfaat yang lebih kepada masyarakat karena
terjadi komunikasi dua arah dan pemaparan masalah secara langsung serta
diadakannya sesi tanya jawab secara langsung, mengingat manfaatnya yang besar
28
kepada masyarakat maka sosialisasi akan tetap diadakan, oleh dari itu diberikan nilai
5.

 Public Concern
Public concern (PB) adalah kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah
tersebut. Pada hal ini PB mendapat nilai 1 karena tidak ada data mengenai kepedulian
masyarakat secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap masalah-masalah yang
dijabarkan.

 Political Climate
Political climate (PC) merupakan situasi politik di dalam maupun di luar lingkup
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I. Pada hal ini tidak dapat dinilai sehingga
mendapat nilai 1 karena tidak ditemukan data mengenai politik yang terlibat maupun
disebabkan oleh masalah-masalah tersebut.

 Technical feasibility
Technical feasibility merupakan seberapa mampu laksana suatu masalah untuk
diselesaikan secara teknis atau menggunakan teknologi. Sosialisasi ASI eksklusif
merupakan hal yang paling mungkin dilakukan maka diberikan nilai 4.

 Resource availability
Resource availability merupakan ketersediaan sumber daya untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Nilai 4 diberikan pada penyebab masalah kurangnya sosialisasi ASI
eksklusif pada masyarakat karena dapat dilakukan sendiri tanpa mengubah struktur
organisasi. Sedangkan, nilai 1 diberikan kepada kedua masalah lainnya karena hal
tersebut merupakan masalah yang membutuhkan pemecahan masalah yang berupa
finansial dan merombak struktur organisasi Puskesmas.

4.5 Alternatif Solusi Penyebab Masalah

Masalah yang menjadi prioritas dalam program ASI eks pada Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I adalah kurangnya sosialisasi mengenai ASI eksklusif pada masyarakat.

29
Maka dari itu, dipikirkan beberapa alternatif solusi yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut yang dapat ditemukan pada tabel berikut.

Tabel 12. Penentuan alternatif pemecahan masalah

No Pemecahan Masalah M I V C MxIxV/C


1 Pembuatan video tentang ASI 3 2 3 2 9
eksklusif
2 Kuliah Whats app mengenai ASI 4 4 3 2 24
eksklusif
3 Pembuatan poster ASI eksklusif 3 2 3 3 6
4 Penyuluhan secara langsung 4 5 3 2 30

Berdasarkan penghitungan skor untuk penentuan alternatif pemecahan masalah,


pembuatan video tentang ASI eksklusif, pembuatan poster ASI esklusif mendapatkan
nilai 3 pada komponen magnitude, cakupan masalah yang dapat diselesaikan dengan
kuliah whats app mendapat nilai 4 pada komponen magnitude. Sedangkan
penyuluhan secara langsung di rasa memberikan cakupan masalah yang dapat
diselesaikan lebih banyak karena masyarakat dapat bertatap muka langsung dengan
pemberi materi. Masalah yang terjadi diharapkan dapat diselesaikan secara
berkelanjutan dengan baik melalui penyuluhan secara langsung dan kuliah whats app
dikarenakan bisa dilakukannya komunikasi dua arah sehinga diberikan nilai 4 pada
point importance, sedangkan untuk pembuatan poster dan video tentang ASI eksklusif
diberikan nilai 2 pada komponen importance karena dirasa kurang memberikan
pemecahan masalah yang berkelanjutan secara optimal. Secara keseluruhan tidak ada
alternatif pemecahan masalah yang mencapai skor 5 pada komponen vulnerability
dikarenakan setiap alternatif tidak mampu memecahkan masalah dalam waktu singkat
sehingga semua pemecahan masalah diberikan nilai 3 Pada komponen vulnerability.
Pada komponen cost, pemberian poster tentang ASI memiliki nilai 3 dikarenakan
membutuhkan biaya yang lebih mahal dalam pencetakan poster, sedangan opsi
pemecahan masalah lainnya diberikan nilai 2 karena tidak terlalu memerlukan biaya
yang besar.

Berdasarkan perhitungan dari aspek magnitude (besarnya masalah yang dapat


diselesaikan), importance (penyelesaian masalah yang berkelanjutan), vulnerability

30
(kecepatan jalan keluar mengatasi masalah), dan cost (biaya yang diperlukan untuk
menjalankan solusi), didapatkan solusi ke-4 sebagai prioritas solusi yaitu penyuluhan
secara langsung di puskesmas pada masyarakat.

4.6 Rekomendasi Intervensi

Alternatif solusi yang dipilih merupakan mengadakan penyuluhan secara langsung,


walaupun di tengah pandemi pemeriksaan ibu hamil dan imunisasi dasar wajib masih
dilakukan di puskesmas secara terbatas, oleh karena itu penyuluhan dapat dilakukan
saat ibu di puskesmas, sesaat sebelum penyuluhan akan diberikan pre test dan akan
diadakan post test setelah diberikan penyuluhan untuk mengetahui adakah
peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan atau tidak.

Tabel 13. Rincian rekomendasi intervensi

Komponen Rincian
Nama Penyuluhan ASI eksklusif

Deskripsi Membuat penyuluhan tentang pentingnya pengetahuan


terhadap ASI eksklusif dan mengadakan pre test dan post test
sebelum penyuluhan.

Rumusan Masih banyaknya bayi yang tidak diberika ASI eksklusif.


Masalah
Rumusan Kurangnya sosialisasi tentang ASI eksklusif .
Penyebab
Rumusan Tujuan Tujuan Umum:
• Meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif.
Tujuan Khusus:
• Meningkatkan antusiasme serta motivasi ibu dalam
memberikan ASI eksklusif.
• Memberikan pengetahuan tentang ASI eksklusif kepada
para ibu.

Rincian Kegiatan Sebelum dilakukan penyuluhan, para ibu yang sedang


menunggu untuk dipanggil akan dikumpulkan , setelah itu
31
diberitahu akan diadakan penyuluhan tentang ASI eksklusif,
ibu yang akan diberi penyuluhan akan mengerjakan pre test
sebelum diberi penyuluhan, setelah mengerjakan pre test
penyuluhan di lakukan, setelah penyuluhan berakhir diberikan
kesempatan untuk ibu – ibu bertanya , apabila tidak ada yang
bertanya atau sesi tanya jawab sudah berakhir, akan diadakan
post test.

Waktu 27 Oktober 2020

Estimasi Biaya 1. Print PPT penyuluhan (9 lembar) : Rp. 20.000,-


2. Print pre-test dan post-test (40 lembar) : Rp. 30.000,-
Total Rp 50.000,-

Metode Penilaian Jangka Panjang


Persentase angka lulus pemberian ASI eksklusif selama satu
tahun.
Jangka Pendek
Persentase angka lulus pemberian ASI eksklusif selama 3 bulan

4.7 Hasil Intervensi

Bedasarkan hasil pre test dan post test yang dilakukan saat penyuluhan kepada 20
orang ibu hamil yang sedang berkunjung untuk melakukan ante natal care di
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I, didapatkan sebanyak 95% hasil post test lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pre test ibu, sedangkan 5% menunjukan bahwa ada
ibu yang memiliki nilai post test yang sama dengan nilai pre test.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
32
5.1 kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan dari evaluasi program mengenai
ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I pada tahun 2019 bahwa gap
antara target dan pencapaian ASI eksklusif masih sangat tinggi yaitu 36,35% ,
bedasarkan matriks penyebab masalah, prioritas penyebab masalah yang memiliki
angka tertinggi adalah kurangnya sosialisasi ASI eksklusif. Sedangkan untuk
alternatif solusi penyebab masalah yang mendapatkan nilai tertinggi dan dirasa sangat
mampu untuk memecahkan masalah adalah melakukan penyuluhan secara langsung.

5.2 Saran
Bedasarkan hasil evaluasi dari penelitian ini maka peneliti memberikan saran bahwa
dengan pemberian penyuluhan ini para ibu disekitar Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I akan lebih memahami pentingnya ASI eksklusif dan memberikan ASI
eksklusif kepada bayi nya, sehingga nantinya angka pemberian ASI eksklusif akan
meningkat. Sedangkan untuk tenaga Kesehatan diharapkan agar intervensi yang sudah
dilakukan yaitu berupa penyuluhan secara langsung akan terus diadakan mengingat
hal tersebut sangat memberikan pengaruh kepada pengetahuan pada ibu.

Referensi

33
1. Arimurti Ida. KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG
PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA
WANITA_2007 [cited_08 juli 2007]. Available from: www.mail-
archive.com/idakrisnashow@yahoogroup.com/msg18698.html

2. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman Penetapan indicator Provinsi Sehat
dan kabupaten/kota sehat. Kepmenkes nomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003.DEPKES RI. Available from:
www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikator.pdf
3. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta. 2004.
Available from: http://asuh.wikia.com/wiki/ASI_eksklusif
4. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S. (2006). Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta.Unit Kerja Koordinasi Neurologi,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan
Petugas Kesehatan di Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
6. Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-
17)
7. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
(hlm: 10-11)
8. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6
September 2009; pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-
payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6
September 2009; pukul 10:50 WIB..
9. Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
(hlm:3-5)
10. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 11-18)
11. World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding
Promotion and Support in Developing Countries. 2003
12. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota
Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
34
35
Lampiran 1. Kuesioner pre test dan post test

Pre test dan post test tentang ASI eksklusif

Nama : usia : alamat :

1. usia berapakah bayi mendapatkan ASI eksklusif ? :

a. 0-3 bulan c. 0-6 bulan


b. 0-4 bulan d. 0-2 tahun

2. Apa itu ASI eksklusif :


a. memberikan ASI saja selama 0-6 bulan
b. memberikan ASI dan boleh susu formula selama 0-6 bulan
c. memberikan ASI dan air tajin selama 0-2 tahun
d. memberikan ASI dan buah buahan selama 0-6 bulan

3. berwarna apakah kolostrum :


a. putih bening c. kekuningan
b. cokelat d. saya tidak tahu apa itu kolostrum

4. apakah manfaat ASI pada bayi (pilih lebih dari 1) :


a. menjaga daya tahan tubuh bayi
b. membuat bayi diare
c. mencerdaskan bayi
d. kaya akan vitamin dan mineral
e. pertumbuhan bayi terhambat

5. manfaat ASI bagi ibu :


a. ibu menjadi stress
b. menurunkan berat badan ibu
c. memperat dan menjalin hubungan emosional ibu dan bayi
d. menghemat pengeluaran ibu
e. membuat ibu bertambah gemuk

6. bagaimana ASI keluar dan cukup untuk bayi :


a. kompres payudara dengan air hangat c. sering menyusui anaknya
b. menyusui jika anak menangis d. minum jamu keliling

7. berapa lama ASI tahan di suhu ruangan ? :


a. 24 jam c. 12 jam
36
b. 1 – 2 jam d. 4-6 jam

8. bagaimana ciri ASI basi? (pilih lebih dari 1) :


a. berbau asam
b. terasa manis
c. tidak menyatu saat di teraduk
d. wadah penyimpan tidak ditutup rapat
e. bayi tidak mau meminumnya

9. kapan lemak baik bagi bayi akan keluar pada ASI :


a. saat proses menyusui dimulai
b. 1 jam setelah proses menyusui dimulai
c. 10 – 15 menit setelah proses menyusui dimulai
d. Tidak tahu

10. KB yang paling tepat saat masih menyusui :


a. pil kombinasi c. implan
b. IUD d. suntik 1 bulan atau 3 bulan

37
38

Anda mungkin juga menyukai