ASI EKSKLUSIF
PUSKESMAS KELURAHAN PENJARINGAN I
Pembimbing
dr. Niken Harliseptiani Kusumawati
Kepala Puskesmas
dr. Susanti
Dibuat oleh
dr. Lathifah Nabilahsari
PROGRAM INTERNSHIP
AGUSTUS 2020
i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................4
2.1 Profil Puskesmas.................................................................................................................. 4
2.1.1 Gambaran Umum.......................................................................................................................................... 4
2.1.2 Sarana dan Prasarana...................................................................................................... 6
2.1.2.2 Sarana dan Prasarana Khusus................................................................................................................ 7
2.1.3 Sumber Daya Manusia................................................................................................................................ 9
2.2 ASI Eksklusif...................................................................................................................... 11
2.2.1 Epidemiologi................................................................................................................................................ 11
2.2.2 Etiologi.......................................................................................................................................................... 11
2.2.3 Fisiologi Laktasi......................................................................................................................................... 12
2.2.4 Keunggulan ASI dan Manfaat Menyusui............................................................................................ 14
2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi ASI....................................................................................17
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................................................... 21
3.2 Sumber data........................................................................................................................ 21
3.3 Prosedur Kerja................................................................................................................... 21
BAB IV HASIL......................................................................................................................23
4.1 Data ASI eksklusif tahun 2019........................................................................................ 23
4.2 Indikator, Target dan Pencapaian Program................................................................ 24
4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah....................................................................... 25
4.5 Alternatif Solusi Penyebab Masalah.............................................................................. 30
4.6 Rekomendasi Intervensi................................................................................................... 31
Lampiran 1. Kuesioner.........................................................................................................35
Lampiran 2. Poster Penyuluhan........................................................................................42
Lampiran 3. Pamflet PSN Mandiri....................................................................................44
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara yang terbaik bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak awal yang akan menjadi calon
penerus bangsa, ASI merupakan asupan yang diperlukan dan terbaik untuk bayi
karena ASI memiliki zat – zat gizi yang bernilai tinggi yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta memiliki zat kekebalan tubuh dan dapat
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.1
Bedasarkan hasil survey DINKES Jakarta pada tahun 2017 pemberian ASI eksklusif
pada bayi yang berusia 0 – 6 bulan masih relative rendah apabila dibandingkan
dengan target yang harus dicapai pada tahun 2020 yaitu 80%.1
1
Tabel 1. Presentas Jumlah Bayi diberi ASI eksklusif menurut kab-kota Provinsi DKI Jakarta tahun 2017
Kepulauan Seribu 54
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
20% Bumil
BUMIL
No
Bufas
Balita
Bulin
Bayi
PUS
1 RW I 5932 169 34 161 161 692 154 23 154 603
2 RW 2 5824 157 31 150 150 646 144 22 144 563
3 RW 3 5916 124 24 118 118 508 113 17 113 442
4 RW 4 5409 34 7 32 32 138 31 5 31 121
5 RW 5 5778 23 5 21 21 92 21 3 21 80
6 RW 7 7445 146 29 140 140 600 133 20 133 522
7 RW 8 8632 157 32 151 151 646 143 21 143 562
8 RW 17 19790 315 63 301 301 1292 287 43 287 1125
Total 64.726 1225 225 1074 1074 4614 102611 154 1026 401811
5
2.1.2 Sarana dan Prasarana
6
3. Fasilitas Pelayanan Posyandu
Tabel 5. Fasilitas Pelayanan Posyandu
NAMA POSYANDU
No LOKASI
TAHUN 2018
1 RW 01 MELATI
2 RW 02 MAWAR
3 RW 03 ANYELIR I
4 ANYELIR 2
5 RW 04 CEMPAKA
6 RW 05 DAHLIA
7 RW 07 KEMUNING I
8 KEMUNING II
9 KEMUNING III
10 RW 08 ANGGREK I
11 ANGGREK II
12 ANGGREK III
13 ANGGREK IV
14 KENANGGA I
15 RW 017 KENANGGA II
16 KENANGGA III
17 KENANGGA IV
18 KENANGA V
19 KENANGA VI
20 KENANGA VII
1. Gedung
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I memiliki luas tanah 400 meter persegi dengan
luas lantai ± 190 meter persegi dengan bangunan 2 lantai. Sarana Air Puskesmas
Kelurahan Penjaringan I menggunakan PAM. Sarana Penerangan Kapasitas Listrik
yang digunakan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I sebesar 11.000 watt.
2. Sarana Komunikasi
Puskesmas Kelurahan penjaringan I memiliki sarana komunikasi berupa telephone,
dan internet.
3. Alat Medis
Peralatan Medis untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I
sudah memenuhi kelengkapan pelayanan dasar dengan kondisi baik.Peralatan
7
Kantor yang ada sudah baik dan memenuhi kebutuhan penunjang pegawai bekerja
dengan cepat, walaupun ada beberapa alat yang kondisinya sudah kurang baik.
4. Sarana Penunjang Pelayanan
Tabel 6. Sarana penunjang pelayanan
Kurang
No Jenis Alat Jumlah Baik Rusak
Baik
1. Komputer 11 10 1 0
2. Motor dinas 0 0 0 0
3. AC 24 8 3 13
4. IPAL 1 0 1 0
5. TV 1 0 1 0
8
2.1.3 Sumber Daya Manusia
1. Dokter 2 1 1
umum
2. Dokter Gigi 1 1
3. Bidan 13 2 11
4. Sanitarian 1 1
5. Nutrisionis 1 1
6. Rekam 1 1
Medis
7. Apoteker 1 1
8. Asisten 1 1
Apoteker
9. Perawat 4 2 2
10. Staf 2 2
Administrasi
11. Security 3 3
12. Cleaning 4 4
service
TOTAL 34 6 21 7
9
2.1.5 Struktur Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi
10
2.2 ASI Eksklusif
2.2.1 Epidemiologi
Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46
per 1000 kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia
dibawah 2 bulan. Hal ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif
UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada
Tahun 2006. Terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki
kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25
kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.
Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia dibawah 2
tahu yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi
melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI
eksklusif dijadikan prioritas program dinegara berkembang ini.6
2.2.2 Definisi
Asi adalah Adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai
makanan bayinya. Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya
memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan tanpa makanan minuman lain selain
obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan telah memenuhi kebutuhan
bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein, lemak, vitamin,
mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI dapat
mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung
semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh
darah yang sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang
kaya antibody.4,5
.
2.2.3 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin).9
11
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir
ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen,
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi
untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron
akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi
sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan
isapan bayi.10
13
laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum
sehingga ASI keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks), Refleks ini timbul apabila mulut bayi
terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pengeluaran ASI (Oksitosin), Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di
sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh
ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor
yang terletak pada duktus. Bila ductus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis.
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek
gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan
aspek penundaan kehamilan.7
1. Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan
bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu
kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
14
Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai,
juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan
Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan
susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada
susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80,
sehingga tidak mudah diserap.
2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli
dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
15
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil.
Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi
pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan,
dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang
pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan
meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik
bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin
contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah
dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
16
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas
yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
c. Faktor Bayi
17
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya
menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
b. Lingkungan
lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap
orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat
pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan
pertimbangan lebih modern dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley
(1996) wanita yang berada dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering
melihat ibu-ibu menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak
18
dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian
ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan.12
c. Pengalaman
pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam
keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang
menyusui bayinya secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif
tentang menyusui sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila
wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki
sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan
menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui
dikemudian harinya dan sebaliknya.12
d. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua,
mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan
dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga
yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan
kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang
menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut
menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.6
19
Gambar 3. Model determinan perilaku menyusui12.
20
BAB III
METODE
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Laporan Tahunan Program
Gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I tahun 2019. Dilakukan konfirmasi data
melalui wawancara dan diskusi dengan Penanggung Jawab Program Gizi pada
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I.
21
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Penentuan alternatif pemecahan masalah dilakukan dengan cara
brainstorming seluruh anggota tim penulis dengan melihat fishbone diagram.
6. Menentukan prioritas pemecahan masalah
Prioritas pemecahan masalah ditentukan menggunakan program solution
prioritization tool (MxIxV/C).
7. Menyusun rencana implementasi pemecahan masalah
22
BAB IV
HASIL
Sepanjang tahun 2019, rata- rata pencapaian ASI eksklusif pada daerah Kelurahan
Penjaringan I sebesar 9,65%. Berikut adalah grafik pencapaian perbulan pada
tahun 2019.
Gambar 4. Grafik pencapaian ASI eksklusif PKL Penjaringan I tahun 2019
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
ASI lulus 6 bulan
Tabel 10. Program, indikator, target, pencapaian program ASI eksklusif Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I
2019
Indikator Target PKL
Gap
(%) (%)
Presentase ASI eksklusif yang
46 9,65 36,35
lulus hingga enam bulan
24
yang memiliki efek besar oleh karena itu untuk menentukan prioritas masalah
program digunakan teknik decision matrix (USG) pada setiap program gizi.
Tabel 10. Identifikasi Masalah pada Program gizi Puskesmas Kelurahan Penjaringan I
No Program U S G Total
1 Balita yang 5 5 1 25
tidak naik berat
badannya
2 ASI eksklusif 5 5 2 50
3 Pernikahan 5 5 1 25
usia dini
25
Gambar 5. Kerangka fish-bone pemberian ASI eksklusif
26
Tabel 11. Matriks Penyebab Masalah
No Penyebab I T R IxTxR
. Masalah
P S RI DU SB PB PC Tot
1. Banyaknya mitos 5 1 1 1 1 1 1 11 2 1 22
yang beredar
2. Ibu tidak dapat 5 1 1 1 1 1 1 11 1 1 11
membeli pompa
ASI
3. Kurangnya 5 5 5 1 1 1 1 19 4 4 304
sosialisasi ASI
eksklusif
27
Prevalence
Prevalence adalah besarnya masalah. Terdapat 3 masalah yang diberi nilai 5 yaitu
banyaknya mitos yang beredar, ibu tidak dapat membeli pompa ASI dan kurangnya
sosialisasi ASI eksklusif. Kurangnya sosialisasi ASI eksklusif sendiri dapat berakibat
kurangnya pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif itu sendiri.
Severity
Severity adalah besar akibat yang ditimbulkan oleh masalah. Terdapat 1 penyebab
masalah yang mendapat nilai 5 pada aspek ini, yaitu kurangnya sosialisasi ASI
eksklusif, yang nantinya akan berakibat kurangnya pengetahuan ibu mengenai
pemberian ASI secara eksklusif dan akan berdampak dengan tingginya bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif.
Rate of Increase
Rate of increase adalah cepatnya pertumbuhan masalah apabila penyebab tidak
ditangani. Pada aspek ini Kurangnya sosialisasi ASI eksklusif pada masyarakat
diberikan nilai 5 karena jika keadaan tersebut terus berlanjut dapat meningkatkan
jumlah bayi yang tidak diberi ASI eksklusif.
Social Benefit
Social benefit adalah manfaat untuk masyarakat jika masalah tersebut ditangani.
Dikarenakan sedang terjadi pandemi COVID – 19, sosialisasi kepada masyarakat
sesuai dengan posyandu di wilayah tempat tinggal di tiadakan, akan tetapi sosialisasi
sangat penting karena dapat memberi manfaat yang lebih kepada masyarakat karena
terjadi komunikasi dua arah dan pemaparan masalah secara langsung serta
diadakannya sesi tanya jawab secara langsung, mengingat manfaatnya yang besar
28
kepada masyarakat maka sosialisasi akan tetap diadakan, oleh dari itu diberikan nilai
5.
Public Concern
Public concern (PB) adalah kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah
tersebut. Pada hal ini PB mendapat nilai 1 karena tidak ada data mengenai kepedulian
masyarakat secara kuantitatif maupun kualitatif terhadap masalah-masalah yang
dijabarkan.
Political Climate
Political climate (PC) merupakan situasi politik di dalam maupun di luar lingkup
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I. Pada hal ini tidak dapat dinilai sehingga
mendapat nilai 1 karena tidak ditemukan data mengenai politik yang terlibat maupun
disebabkan oleh masalah-masalah tersebut.
Technical feasibility
Technical feasibility merupakan seberapa mampu laksana suatu masalah untuk
diselesaikan secara teknis atau menggunakan teknologi. Sosialisasi ASI eksklusif
merupakan hal yang paling mungkin dilakukan maka diberikan nilai 4.
Resource availability
Resource availability merupakan ketersediaan sumber daya untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Nilai 4 diberikan pada penyebab masalah kurangnya sosialisasi ASI
eksklusif pada masyarakat karena dapat dilakukan sendiri tanpa mengubah struktur
organisasi. Sedangkan, nilai 1 diberikan kepada kedua masalah lainnya karena hal
tersebut merupakan masalah yang membutuhkan pemecahan masalah yang berupa
finansial dan merombak struktur organisasi Puskesmas.
Masalah yang menjadi prioritas dalam program ASI eks pada Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I adalah kurangnya sosialisasi mengenai ASI eksklusif pada masyarakat.
29
Maka dari itu, dipikirkan beberapa alternatif solusi yang dapat menyelesaikan
masalah tersebut yang dapat ditemukan pada tabel berikut.
30
(kecepatan jalan keluar mengatasi masalah), dan cost (biaya yang diperlukan untuk
menjalankan solusi), didapatkan solusi ke-4 sebagai prioritas solusi yaitu penyuluhan
secara langsung di puskesmas pada masyarakat.
Komponen Rincian
Nama Penyuluhan ASI eksklusif
Bedasarkan hasil pre test dan post test yang dilakukan saat penyuluhan kepada 20
orang ibu hamil yang sedang berkunjung untuk melakukan ante natal care di
Puskesmas Kelurahan Penjaringan I, didapatkan sebanyak 95% hasil post test lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pre test ibu, sedangkan 5% menunjukan bahwa ada
ibu yang memiliki nilai post test yang sama dengan nilai pre test.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
32
5.1 kesimpulan
Bedasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan dari evaluasi program mengenai
ASI eksklusif di Puskesmas Kelurahan Penjaringan I pada tahun 2019 bahwa gap
antara target dan pencapaian ASI eksklusif masih sangat tinggi yaitu 36,35% ,
bedasarkan matriks penyebab masalah, prioritas penyebab masalah yang memiliki
angka tertinggi adalah kurangnya sosialisasi ASI eksklusif. Sedangkan untuk
alternatif solusi penyebab masalah yang mendapatkan nilai tertinggi dan dirasa sangat
mampu untuk memecahkan masalah adalah melakukan penyuluhan secara langsung.
5.2 Saran
Bedasarkan hasil evaluasi dari penelitian ini maka peneliti memberikan saran bahwa
dengan pemberian penyuluhan ini para ibu disekitar Puskesmas Kelurahan
Penjaringan I akan lebih memahami pentingnya ASI eksklusif dan memberikan ASI
eksklusif kepada bayi nya, sehingga nantinya angka pemberian ASI eksklusif akan
meningkat. Sedangkan untuk tenaga Kesehatan diharapkan agar intervensi yang sudah
dilakukan yaitu berupa penyuluhan secara langsung akan terus diadakan mengingat
hal tersebut sangat memberikan pengaruh kepada pengetahuan pada ibu.
Referensi
33
1. Arimurti Ida. KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG
PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA
WANITA_2007 [cited_08 juli 2007]. Available from: www.mail-
archive.com/idakrisnashow@yahoogroup.com/msg18698.html
2. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman Penetapan indicator Provinsi Sehat
dan kabupaten/kota sehat. Kepmenkes nomor
1202/Menkes/SK/VIII/2003.DEPKES RI. Available from:
www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikator.pdf
3. Depkes RI. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Jakarta. 2004.
Available from: http://asuh.wikia.com/wiki/ASI_eksklusif
4. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S. (2006). Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta.Unit Kerja Koordinasi Neurologi,
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan
Petugas Kesehatan di Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
6. Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-
17)
7. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
(hlm: 10-11)
8. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6
September 2009; pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-
payudara-dan-fisiologi-laktasi.html
botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6
September 2009; pukul 10:50 WIB..
9. Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
(hlm:3-5)
10. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 11-18)
11. World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding
Promotion and Support in Developing Countries. 2003
12. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota
Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
34
35
Lampiran 1. Kuesioner pre test dan post test
37
38