Anda di halaman 1dari 10

Tanggal: Rabu, 18 Mei 2022

Judul Laporan: Imunisasi Campak


Identitas Penerima Vaksin:
Nama pasien: An. F
Tanggal Lahir: 18-6-2021
Usia: 10 bulan
BB: 8,8 kg
TB: 72,7 cm

Latar Belakang:
Campak (Measles Rubella) merupakan penyakit yang sangat mudah menular
yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui droplet dari individu ke
individu lainnya. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak
kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau
konjungtivitis akan tetapi akan menjadi sangan berbahaya bila terjadi komplikasi
pneumonia, diare, meningitis hingga menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat
berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan
kelompok (herd immunity) tidak terbentuk. Rubella adalah penyakit akut dan
ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi
yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik
apabila rubella ini mengenai pada wanita hamil trimester pertama.
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun
terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun.
Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia
pada tahun 2013 diperkitakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada
usia 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia 40-44 tahun.
Berdasarkan WHO (World Health Organization) position paper on rubella
vaccine tahun 2011 merekomendasikan bahwa semua negara yang belum
mengintroduksikan vaksin rubella dan telah menggunakan 2 dosis vaksin campak
dalam program imunisasi rutin pada usia 9 bulan -15 tahun.

Gambaran Pelaksanaan:
Pelaksanaan dilaksanakan di posyandu Bojongrangkas, pasien an. F usia 10 bulan,
lahir di bidan, Riwayat imunisasi sebelumnya lengkap, pasien saat ini tidak ada
keluhan. Pasien seharuanya dilakukan vaksinasi campak pada bulan lalu tetapi
terhalang dikarenakan pasien sedang sakit dan orang tua yang terkena COVID-19
sehingga harus dilakukan isolasi mandiri.
Imunisasi campak pertama dilakukan dengan melarutkan vaksin dan pelarut
vaksin terlebih dahulu, vaksin dilarutkan dengan 5 ml larutan pelarut dan di
homogenkan. Imunisasi campak dilakukan pada lengan kiri secara subcutan
dengan dosis 0,5ml. Orang tua diedukasi mengenai efeksamping vaksin yang
dapat terjadi seperti ruam, bengkak pada lokasi penyuntikan dan diedukasi apabila
terjadi hal tersebut dapat dilakukan kompres air hangat pada lokasi penyuntikan.

Judul Laporan: Imunisasi Pentabio 1 + Polio 1


Identitas Penerima Vaksin:
Nama pasien: An. B
Tanggal Lahir: 7-3-2021
Usia: 2 Bulan
BB: 4,3 kg
TB: 58,7 cm

Latar Belakang:
Pentabio adalah vaksin DPT-HB-Hib (vaksin difteri, pertussis, tetanus,
rekombinan hepatitis B, haemophilus influenzae tipe b) diberikan sebagai
imunisasi dasar pada anak usia 2,3,4 bulan dan booster pada usia 18 bulan. Vaksin
dengan metode kombinasi mengurangi jumlah suntikan, jumlah kunjungan ke
perawatan kesehatan, biaya, rasa tidak nyaman dan meningkatkan kepatuhan
orang tua terhadap imunisasi.
Pentabio dapat mencegah beberapa penyakit seperti difteri yang disebabkan oleh
bakteri C.diphtheriae yang dapat menyebabkan sumbatan saluran nafas. Pertussis
(batuk rejan/whooping cough) merupakan suatu penyakit infeksi pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang menyebabkan batuk secara
terus menerus. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan Clostridium Tetani yang
mengenai jaringan syaraf dengan manifestasi paralisis spasm akut. Tetanis terjadi
di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Hampir 500.000 bayi meninggal
akibat tetanus pada bayi baru lahir. Hepatitis B merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang di transmisikan melaluki kontak
darah. Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati yang dapat
terjadi pada semua usia. Haemophillus influenzae tipe B merupakan agen infeksi
yang dapat menyebabkan meningitis. Dapat menyerang usia pada 0-59 bulan.
Vaksin polio merupakan vaksin yang bertujuan untuk mencegah penyakit polio
yang didimana penyakit tersebut diinfeksikan oleh poliovirus yeng mengenai
system saraf.

Gambaran pelaksanaan:
Pelaksanaan dilakukan di posyandu Bojongrangkas, pasien an. B usia 2 bulan,
lahir di bidan imunisasi Hb0, Polio 0, BCG lengkap. Saat ini tidak ada keluhan.
Imunisasi pentabio dilakukan pada anterolateral paha secara intramuscular dengan
dosis 0,5ml. edukasi yang diberikan pada orang tua pasien berupa efek samping
yang dapat terjadi seperti demam, ruam, bengkak pada lokasi penyuntikan. Untuk
ruam dan bengkak dapat dilakukan kompres dengan air hangat dan untuk demam
diberikan obat pulang paracetamol drop 3x0,6 ml. imunisasi polio dilakukan
secara peroral diberikan 2 tetes.

Judul laporan: Imunisasi BCG + Polio 0


Identitas Pasien
Nama: an. A
Tanggal Lahir: 11 April 2022
Usia: 1 Bulan 9 hari
BB: 4,1 kg
TB: 52,5 cm

Latar Belakang:
BCG (Bacillus Calmette-Guerin) adalah strain hidup Mycobacterium bovis
yang dilemahkan untuk menimbulkan kepekaan terhadap M. tuberculosis. Reaksi
yang diharapkan setelah vaksinasi BCG yang berhasil adalah indurasi di tempat
suntikan diikuti dengan lesi lokal yang dimulai sebagai papul 2 minggu atau lebih
setelah vaksinasi, lesi dapat menjadi luka kemudian sembuh setelah beberapa
minggu atau bulan, meninggalkan jaringan parut (scar) yang kecil dan rata. Scar
ini sangat berguna karena dapat menunjukkan bahwa anak tersebut telah
mendapat imunisasi BCG.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Tuberculosis dapat ditularkan
melalui droplet dari seseorang penderita TB paru. Manifestasi yang timbul pada
anak dan dewasa dapat berbeda. Tuberkulosis anak bermanifestasi pada kelenjar
getah bening, dan penegakan diagnosis dilakukan melakukan skoring TB.
Manifestasi TB pada dewasa dapat intrapulmonal dan extrapulmonal.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah imunisasi BCG sesuai jadwal
imunisasi dasar. BCG bekerja paling efektif pada bayi dan anak-anak kecil. Selain
itu, sangat efektif dalam mencegah bentuk TB yang parah, termasuk meningitis
TB dengan perlindungan yang 70% lebih kuat.
Imunisasi Polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis yang
disebabkan oleh poliovirus (PV), penyakit ini akan menyebabkan gangguan pada
system saraf pusan sehingga menyebabkan kelemahan otot ekstremitas hingga
kelumpuhan. Penyakit poliomyelitis dapat menyerang semua kelompok usia,
dengan insidensi tertinggi pada usia 1-15 tahun.
Gambaran Pelaksanaan:
Pelaksanaan dilakukan di posyandu Bojongrangkas, an. A usia 1 bulan 9 hari
dengan lahir spontan di bidan. Riwayat imunisasi sebelumnya Hb0. Saat ini tidak
ada keluhan.
Untuk menyiapkan imunisasi BCG diperlukan pelarut untuk melarutkan
vaksin kering BCG. Imunisasi dilakukan pada lengan kanan secara intrakutan
dengan dosis 0,05ml, vaksin yang berhasil disuntikan secara intrakutan akan
membentuk “indurasi” pada lokasi penyuntikan. Edukasi yang disampaikan pada
orang tua pasien pada lokasi penyuntikan tidak boleh dilakukan penekanan, dan
pada lokasi penyuntikan dapat berbekas hingga dewasa dan tidak perlu di
khawatirkan. Efeksamping yang dapat terjadi pada lokasi penyuntikan BCG ini
dapat timbul luka yang mengeluarkan cairan, hal tersebut dapat dilakukan
kompres dengan cairan antiseptik, dan apabila bertambah luas atau tidak membaik
dapat dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.
Imunisasi polio dilakukan secara oral diberikan 2 tetes.

Judul laporan: Imunisasi IVP + Campak


Identitas pasien:
Nama: An. GA
Tanggal Lahir: 15 Juli 2021
Usia: 10 Bulan
BB: 9,3 kg
TB: 76,3 cm

Latar Belakang:
Poliomyelitis (polio) adalah penyakit yang menular. Hal ini disebabkan ketika
individu terinfeksi oleh poliovirus yang menyerang system saraf. Poliomyelitis
dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan hingga kematian. Terdapat 3 jenis virus
polio, poliovirus tipe 1, poliovirus tipe 2, poliovirus 3.
Virus polio biasanya mengenai anak-anak di bawah usia 5 tahun yang lebih
rentan pada anak yang tidak diimunisasi, selain anak polio juga dapat mengenai
pada remaja dan orang dewasa. Terdapat dua vaksin untuk polio, oral polio
vaccine (OPV) dan inactive polio vaccine (IPV). OPV diberikan secara oral
dengan sediaan vaksin tetes. Terdapat dua jenis yaitu trivalent OPV (tOPV) yang
melindungi terhadap varian poliovirus 1,2, dan 3. Bivalent OPV (bOPV)
melindungi poliovirus tipe 1 dan 3. Kini dibeberapa negara telah memasukan IPV
kedalam jadwal imunisasi dasar. Beralihnya tOPV ke bOPV maka fungsi IPV
akan melindungi poliovirus tipe 2 dan akan juga meningkatkan kekebalan
terhadap poliovirus 1 dan 3. Sehingga pada pemberian IPV dalam imunisasi dasar
akan meningkatkan kekebalan terhadap poliovirus tipe 1 dan 3 pada anak yang
sebelumnya telah menerima OPV, yang akan berkontribusi pada pemberantasan
jenis poliovirus.
Campak (Measles Rubella) merupakan penyakit yang sangat mudah menular
yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui droplet dari individu ke
individu lainnya. Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, bercak
kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau pilek dan/atau
konjungtivitis akan tetapi akan menjadi sangan berbahaya bila terjadi komplikasi
pneumonia, diare, meningitis hingga menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat
berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan
kelompok (herd immunity) tidak terbentuk. Rubella adalah penyakit akut dan
ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Akan tetapi
yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek teratogenik
apabila rubella ini mengenai pada wanita hamil trimester pertama.
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun
terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun.
Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia
pada tahun 2013 diperkitakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada
usia 15-19 tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia 40-44 tahun.
Berdasarkan WHO (World Health Organization) position paper on rubella
vaccine tahun 2011 merekomendasikan bahwa semua negara yang belum
mengintroduksikan vaksin rubella dan telah menggunakan 2 dosis vaksin campak
dalam program imunisasi rutin pada usia 9 bulan -15 tahun.

Gambaran Pelaksanaan:
Pelaksanaan dilakukan di Posyandu Bojongrangkas, An. GA lahir di bidan usia
kehamilan 39 minggu. Saat ini pasien berusia 10 bulan. Riwayat imunisasi
lengkap sebelumnya kecuali IVP pada 4 bulan, saat ini pasien tidak ada keluhan.
Penyuntikan IVP dilakukan pada paha kiri 1/3 anterolateral paha secara IM
dengan dosis 0,5ml dan penyuntikan imunisasi campak pada deltoid kiri secara
subcutan 0,5ml. orang tua pasien diedukasi mengenai efek yang dapat terjadi
seperti adanya ruam atau bengkak pada lokasi penyuntikan yang tidak perlu di
khawatirkan, apabila terjadi efek samping tersebut dapat dilakukan kompres
menggunakan air hangat pada lokasi penyuntikan.

Judul laporan: Imunisasi BCG + polio 0


Identitas pasien:
Nama: An. MN
Tanggal Lahir:12 Maret 2022
Usia: 2 Bulan
BB: 4,2 kg
TB: 55 cm

Latar Belakang:
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh, yang bertujuan
untuk merangsang tubuh agar membuat system pertahanan tubuhnya sendiri
terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC)
tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan
(TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau
ekstraparu TBC). Mycobacterium tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk
seseorang. Seseorang biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru
dan terdapat bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab
juga mendukung terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang
anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri
tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru
(paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau
selaput selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang
terjangkit bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya
sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus
berkembang.
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan.
Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan
orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi
biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan
orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif. Imunisasi
BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas
imunisasi sangat diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan syaraf pusat yang disebabkan
oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.
Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah
caspid tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe
2 (PV2), dan tipe 3 (PV3), ketiganya sama-sama bisa menginfeksi tubuh dengan
gejala yang sama. Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal-oral-route.
Ketika virus masuk kedalam tubuh, partikel virus akan dikeluarkan dalam feses
selama beberapa minggu. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan
meningkatkan kemungkinan terserang poliomyelitis. Kebanyakan poliomyelitis
tidak menunjukan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk dalam
sistem aliran darah. Kurang dari 1% virus masuk dalam sistem syaraf pusat, akan
tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem syaraf motorik, hal ini
menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan (acute flaccid paralysis/ AFP).
Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi
pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani
Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi
polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan
SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini
diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml).

Gambaran Pelaksanaan:
Pelaksanaan dilakukan di posyandu Bojongrangkas, An. MN diantar kedua
orang tuanya untuk melakukan imunisasi dasar, saat ini pasien berusia 2 bulan.
Riwayat imunisasi sebelumnya Hb0 saat melahirkan di bidan. Saat ini pasien tidak
ada keluhan. Imunisasi. Untuk menyiapkan imunisasi BCG diperlukan pelarut
untuk melarutkan vaksin kering BCG. Imunisasi dilakukan pada lengan kanan
secara intrakutan dengan dosis 0,05ml, vaksin yang berhasil disuntikan secara
intrakutan akan membentuk “indurasi” berwarna putih pada lokasi penyuntikan.
Edukasi yang disampaikan pada orang tua pasien pada lokasi penyuntikan tidak
boleh dilakukan penekanan, dan pada lokasi penyuntikan dapat berbekas hingga
dewasa dan tidak perlu di khawatirkan. Efek samping yang dapat terjadi pada
lokasi penyuntikan BCG ini dapat timbul luka yang mengeluarkan cairan, hal
tersebut dapat dilakukan kompres dengan cairan antiseptik, dan apabila bertambah
luas atau tidak membaik dapat dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.
Imunisasi polio dilakukan secara oral diberikan 2 tetes.

Anda mungkin juga menyukai