Anda di halaman 1dari 13

Jenis Kegiatan : F5 – tanggal 15-03-2022

Dokter Pendamping : dr. Yunita Saraswati


Judul Lap. Kegiatan : VAKSINASI DASAR (1)

Identitas Penerima Vaksin / Keterangan Terkait Penerima Vaksin


Balita perempuan yang diberikan imunisasi berinisal H 2 bulan 2 minggu PB/TB 58
cm dengan BB 6,5 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin BCG (1x), Hepatitis B (1x).

Latar Belakang
Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi
(imunisasi aktif) maupun dengan pemberia antibodi (imunisasi pasif). Manfaat utama dari
imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat
penyakit-penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya
memberikan perlindungan pada individu melainkan juga pada komunitas, terutama untuk
penyakit yang ditularkan melaui manusia.

Jenis – Jenis Imunisasi Dasar


1. Imunisasi Polio
Penyakit polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus polio. Penyakit ini menyerang susuan saraf pusat dan menyebabkan
kelumpuhan. Masa inkubasi virus biasanya 8 – 12 hari. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin
polio oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
Vaksin polio diberikan 6 kali : Saat bayi dipulangkan dari rumah sakit atau
pada kunjungan pertama (0), Usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) : pusing, diare ringan, nyeri otot.
Kontraindikasi : demam (>38 C), muntah, diare berat, pengobatan imunosupresi,
infeksi HIV, hipersensitif terhadapa antibiotik dalam vaksin.
2. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitits B merupakan penyakit perdangan pada hati. Penyebabnya salah
satunya adalah virus hepatitis B. disuntikkan secara itramuskular (IM). KIPI Hepatitis
B biasanya reaksi loka yang ringan dan segera hilang, demam ringan 1-2 hari.
Imunisasi hepatitis B pada anak diberikan 4 kali, yaitu segera setelah lahit, usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan.
3. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis. BCG adalah vaksin galur Mycobacterium bovis yang dilemahkan,
sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Pemberian vaksin BCG 1 kali sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Bila
berumur 3 bulan atau lebih diberikan jikam uji tuberkulin negatif. Vaksin ini
diberikan secara intrakutan (dibawah kulit) daerah deltoid kanan.
KIPI imunisasi BCG : ulkus lokal superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus
meninggalkan parut diameter 4 – 8 mm akan sembuh dalam 2 – 3 bulan.
Kontra Indikasi : reakasi uji tuberkulin > 5 mm, infeksi HIV, demam resiko tinggi,
gizi buruk, pernah sakit TB, kehamilan.
4. Imunisasi DTP
Vaksin DTP mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus, dan vaksin pertusis.
Vaksin ini memberikan perlindungan terhadapat 3 penyakit sekaligus yaitu difteri,
pertusis, dan tetanus. Vaksin DTP dibedakan menjadi 2, yaitu DTwP dan Dtap
berdasarkan pada vaksin tetanus. DTwP (Difteri Tetanu whole Pertusis) mengandung
suspensi kuman B. pertusis yang sudah mati, sedangkan DtaP (Difteri Tetanus
acellular Pertusis) tidak mengandung seluruh komponen kuman B. Pertusis
melainkan hanya beberapa komponen yang bergun dalam patogenesis dan memicu
pembentukan antibodi. Vaksin DtaP mempunyai efek lebih ringan dibandingkan
DTwP.
Vaksin DTP diberikan saat anak berusia 2,3,4 bulan dan dilanjutkan saat usia
18 bulan, 5-7 tahun atau pada program BIAS keals 1 umur 7 tahun atau lebih
menggunakan vaksin Td atau Tdap, adn selanjutnya usia 10-18 tahun pada program
BIAS kelas 5. Booster diberian setiap 10 tahun.
5. Imunisasi MR / MMR (Mumps, Measles dan Rubella)
Campak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
demam, ruam, batuk, pilek, serta mata merah dan berair. Campak juga kerap
menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan
otak, dan bahkan kematian.
Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang menyebabkan
penderitanya mengalami demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata merah,
dan mata gatal. Rubella kerap terjadi pada anak-anak dan remaja.
Umumnya bersifat ringan, virus ini bisa berdampak buruk pada ibu hamil yang
tertular, karena dapat menyebabkan keguguran atau bahkan cacat lahir serius pada
bayi, misalnya kebutaan dan tuli. Program pemberian imunisasi vaksin MR ini
bertujuan untuk mencegah infeksi rubella saat kehamilan yang dapat menyebabkan
bayi lahir dengan penyakit kelainan bawaan.
Vaksin MR merupakan pengganti vaksin MMR yang kini sudah tidak tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Vaksin MMR merupakan vaksin untuk
mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan. Perbedaan antara vaksin MR
dan MMR adalah kandungan mumps untuk melawan penyakit gondongan yang tidak
lagi dimasukkan ke dalam vaksin MR.
Gondongan atau parotitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala, pembengkakan
kelenjar di bagian bawah telinga, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.
Gondongan juga dapat menyebabkan komplikasi yang mencakup
pembengkakan testis atau ovarium, sehingga mengakibatkan kemandulan, tuli,
meningitis, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa berakhir pada kematian. Namun,
kasus penyakit gondongan sudah jarang dijumpai di Indonesia.
Pemberian Vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan. Bila hingga usia 12
bulan belum mendapatkan vaksin MR dapat diberikan MMR. dan dilanjutkan booster
MR/MMR pada usia 18 bulan, dan 5 -7 tahun dalam program BIAS kelas 1.
Disuntikkan secara subkutan maupun intramuskular.
KIPI imunisasi MR/MMR : demam > 39,5 C, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati
pasca imunisasi.
Kontra Indikasi vaksin MR/MMR : demam tinggi, pengobatan imunosupresi, hamil,
riwayat alergi (hipersensitivitas)

Gambaran Pelaksanaan
Posyandu bayi dan balita dilaksanakan di Posyandu Sungai Jariang tanggal 12 juni
2023 dengan 20 sasaran bayi dan balita yang dipantau. Pelaksanaan kegiatan Posyandu
disebut juga dengan sistem lima meja, yaitu meja I pendaftaran, meja II penimbangan, meja
III pencatatan, meja IV penyuluhan, meja V pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan
tambahan bagi peserta posyandu.
Monitoring berjalan lancar, pemeriksaan buku KMS anak, buku pengukuran kader,
pengetahuan kader mengenai imunisasi dasar. Memberikan Imunisasi sesuai Jadwal
Imunisasi Anak Rekomendasi Ikatana Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020.
Untuk anak balita perempuan yang diberikan imunisasi berinisal H 2 bulan 2 minggu
PB/TB 58 cm dengan BB 6,5 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin BCG (1x), Hepatitis B (1x).
Polio (1x) diberikan Imunisasi Polio 1 dan imunisasi DTP 1. dan mengedukasi orangtuanya.

Pemerintah akan menggelar Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dalam 2 tahap. Yakni
Tahap I pada bulan Mei 2022 untuk wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua, dan kemudian Tahap II pada Agustus 2022 untuk Jawa dan
Bali.

Hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi anak menurun akibat pandemi COVID-19, yang
menyebabkan gangguan rantai pasokan vaksin, adanya aturan pembatasan kegiatan, jumlah
tenaga kesehatan yang terbatas, dan membuat orang tua/wali asuh enggan ke faskes karena
takut tertular COVID-19. f mencegah penyakit seperti campak, rubella, polio, difteri, dan
tetanus.

Vaksin/imunisasi yang disetujui WHO aman dan terbukti secara ilmiah efektif.

Tanpa adanya semua vaksin ini, anak-anak bisa terkena penyakit-penyakit berbahaya ini, dan
dapat berakibat kematian.
Dokumentasi
Jenis Kegiatan : F5 – tanggal 12-07-2022
Dokter Pendamping : dr. Yunita Saraswati
Judul Lap. Kegiatan : VAKSINASI DASAR (2)

Identitas Penerima Vaksin / Keterangan Terkait Penerima Vaksin


Balita laki-laki yang diberikan imunisasi berinisal T 9 bulan PB/TB 59 cm dengan
BB 6,7 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin Vaksin BCG (1x), Hepatitis B (4x). Polio (4x), DPT
(3x).

Latar Belakang
Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi
(imunisasi aktif) maupun dengan pemberia antibodi (imunisasi pasif). Manfaat utama dari
imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat
penyakit-penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya
memberikan perlindungan pada individu melainkan juga pada komunitas, terutama untuk
penyakit yang ditularkan melaui manusia.

Jenis – Jenis Imunisasi Dasar


1. Imunisasi Polio
Penyakit polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus polio. Penyakit ini menyerang susuan saraf pusat dan menyebabkan
kelumpuhan. Masa inkubasi virus biasanya 8 – 12 hari. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin
polio oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
Vaksin polio diberikan 6 kali : Saat bayi dipulangkan dari rumah sakit atau
pada kunjungan pertama (0), Usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) : pusing, diare ringan, nyeri otot.
Kontraindikasi : demam (>38 C), muntah, diare berat, pengobatan imunosupresi,
infeksi HIV, hipersensitif terhadapa antibiotik dalam vaksin.
2. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitits B merupakan penyakit perdangan pada hati. Penyebabnya salah
satunya adalah virus hepatitis B. disuntikkan secara itramuskular (IM). KIPI Hepatitis
B biasanya reaksi loka yang ringan dan segera hilang, demam ringan 1-2 hari.
Imunisasi hepatitis B pada anak diberikan 4 kali, yaitu segera setelah lahit, usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan.
3. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis. BCG adalah vaksin galur Mycobacterium bovis yang dilemahkan,
sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Pemberian vaksin BCG 1 kali sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Bila
berumur 3 bulan atau lebih diberikan jikam uji tuberkulin negatif. Vaksin ini
diberikan secara intrakutan (dibawah kulit) daerah deltoid kanan.
KIPI imunisasi BCG : ulkus lokal superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus
meninggalkan parut diameter 4 – 8 mm akan sembuh dalam 2 – 3 bulan.
Kontra Indikasi : reakasi uji tuberkulin > 5 mm, infeksi HIV, demam resiko tinggi,
gizi buruk, pernah sakit TB, kehamilan.
4. Imunisasi DTP
Vaksin DTP mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus, dan vaksin pertusis.
Vaksin ini memberikan perlindungan terhadapat 3 penyakit sekaligus yaitu difteri,
pertusis, dan tetanus. Vaksin DTP dibedakan menjadi 2, yaitu DTwP dan Dtap
berdasarkan pada vaksin tetanus. DTwP (Difteri Tetanu whole Pertusis) mengandung
suspensi kuman B. pertusis yang sudah mati, sedangkan DtaP (Difteri Tetanus
acellular Pertusis) tidak mengandung seluruh komponen kuman B. Pertusis
melainkan hanya beberapa komponen yang bergun dalam patogenesis dan memicu
pembentukan antibodi. Vaksin DtaP mempunyai efek lebih ringan dibandingkan
DTwP.
Vaksin DTP diberikan saat anak berusia 2,3,4 bulan dan dilanjutkan saat usia
18 bulan, 5-7 tahun atau pada program BIAS keals 1 umur 7 tahun atau lebih
menggunakan vaksin Td atau Tdap, adn selanjutnya usia 10-18 tahun pada program
BIAS kelas 5. Booster diberian setiap 10 tahun.
5. Imunisasi MR / MMR (Mumps, Measles dan Rubella)
Campak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
demam, ruam, batuk, pilek, serta mata merah dan berair. Campak juga kerap
menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan
otak, dan bahkan kematian.
Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang menyebabkan
penderitanya mengalami demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata merah,
dan mata gatal. Rubella kerap terjadi pada anak-anak dan remaja.
Umumnya bersifat ringan, virus ini bisa berdampak buruk pada ibu hamil yang
tertular, karena dapat menyebabkan keguguran atau bahkan cacat lahir serius pada
bayi, misalnya kebutaan dan tuli. Program pemberian imunisasi vaksin MR ini
bertujuan untuk mencegah infeksi rubella saat kehamilan yang dapat menyebabkan
bayi lahir dengan penyakit kelainan bawaan.
Vaksin MR merupakan pengganti vaksin MMR yang kini sudah tidak tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Vaksin MMR merupakan vaksin untuk
mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan. Perbedaan antara vaksin MR
dan MMR adalah kandungan mumps untuk melawan penyakit gondongan yang tidak
lagi dimasukkan ke dalam vaksin MR.
Gondongan atau parotitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala, pembengkakan
kelenjar di bagian bawah telinga, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.
Gondongan juga dapat menyebabkan komplikasi yang mencakup
pembengkakan testis atau ovarium, sehingga mengakibatkan kemandulan, tuli,
meningitis, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa berakhir pada kematian. Namun,
kasus penyakit gondongan sudah jarang dijumpai di Indonesia.
Pemberian Vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan. Bila hingga usia 12
bulan belum mendapatkan vaksin MR dapat diberikan MMR. dan dilanjutkan booster
MR/MMR pada usia 18 bulan, dan 5 -7 tahun dalam program BIAS kelas 1.
Disuntikkan secara subkutan maupun intramuskular.
KIPI imunisasi MR/MMR : demam > 39,5 C, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati
pasca imunisasi.
Kontra Indikasi vaksin MR/MMR : demam tinggi, pengobatan imunosupresi, hamil,
riwayat alergi (hipersensitivitas)

Gambaran Pelaksanaan
Posyandu bayi dan balita dilaksanakan di posyandu Tengkong – Tengkong tanggal 27
Juni 2023 dengan 15 sasaran bayi dan balita yang dipantau. Pelaksanaan kegiatan Posyandu
disebut juga dengan sistem lima meja, yaitu meja I pendaftaran, meja II penimbangan, meja
III pencatatan, meja IV penyuluhan, meja V pemeriksaan kesehatan dan pemberian makanan
tambahan bagi peserta posyandu.
Monitoring berjalan lancar, pemeriksaan buku KMS anak, buku pengukuran kader,
pengetahuan kader mengenai imunisasi dasar. Memberikan Imunisasi sesuai Jadwal
Imunisasi Anak Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020.
Untuk anak balita perempuan yang diberikan imunisasi berinisal T 9 bulan 2 minggu
PB/TB 59 cm dengan BB 6,7 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin BCG (1x), Hepatitis B (4x).
Polio (4x), DPT (3x) dan saat kunjungan ke posyandu diberikan Imunisasi Campak (MR)
lalu mengedukasi orangtuanya.
Jenis Kegiatan : F5 – tanggal 16-07-2022
Dokter Pendamping : dr. Yunita Saraswati
Judul Lap. Kegiatan : VAKSINASI DASAR (3)

Identitas Penerima Vaksin / Keterangan Terkait Penerima Vaksin


Balita perempuan yang diberikan imunisasi berinisal R 2 bulan 7 minggu PB/TB 60
cm dengan BB 6,5 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin BCG (1x), Hepatitis B (4x). Polio (4x),
DPT (3x)

Latar Belakang
Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi
(imunisasi aktif) maupun dengan pemberia antibodi (imunisasi pasif). Manfaat utama dari
imunisasi adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat
penyakit-penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya
memberikan perlindungan pada individu melainkan juga pada komunitas, terutama untuk
penyakit yang ditularkan melaui manusia.

Jenis – Jenis Imunisasi Dasar


1. Imunisasi Polio
Penyakit polio atau poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus polio. Penyakit ini menyerang susuan saraf pusat dan menyebabkan
kelumpuhan. Masa inkubasi virus biasanya 8 – 12 hari. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin
polio oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
Vaksin polio diberikan 6 kali : Saat bayi dipulangkan dari rumah sakit atau
pada kunjungan pertama (0), Usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) : pusing, diare ringan, nyeri otot.
Kontraindikasi : demam (>38 C), muntah, diare berat, pengobatan imunosupresi,
infeksi HIV, hipersensitif terhadapa antibiotik dalam vaksin.
2. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitits B merupakan penyakit perdangan pada hati. Penyebabnya salah
satunya adalah virus hepatitis B. disuntikkan secara itramuskular (IM). KIPI Hepatitis
B biasanya reaksi loka yang ringan dan segera hilang, demam ringan 1-2 hari.
Imunisasi hepatitis B pada anak diberikan 4 kali, yaitu segera setelah lahit, usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan.
3. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis. BCG adalah vaksin galur Mycobacterium bovis yang dilemahkan,
sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Pemberian vaksin BCG 1 kali sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Bila
berumur 3 bulan atau lebih diberikan jikam uji tuberkulin negatif. Vaksin ini
diberikan secara intrakutan (dibawah kulit) daerah deltoid kanan.
KIPI imunisasi BCG : ulkus lokal superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus
meninggalkan parut diameter 4 – 8 mm akan sembuh dalam 2 – 3 bulan.
Kontra Indikasi : reakasi uji tuberkulin > 5 mm, infeksi HIV, demam resiko tinggi,
gizi buruk, pernah sakit TB, kehamilan.
4. Imunisasi DTP
Vaksin DTP mengandung toksoid difteri, toksoid tetanus, dan vaksin pertusis.
Vaksin ini memberikan perlindungan terhadapat 3 penyakit sekaligus yaitu difteri,
pertusis, dan tetanus. Vaksin DTP dibedakan menjadi 2, yaitu DTwP dan Dtap
berdasarkan pada vaksin tetanus. DTwP (Difteri Tetanu whole Pertusis) mengandung
suspensi kuman B. pertusis yang sudah mati, sedangkan DtaP (Difteri Tetanus
acellular Pertusis) tidak mengandung seluruh komponen kuman B. Pertusis
melainkan hanya beberapa komponen yang bergun dalam patogenesis dan memicu
pembentukan antibodi. Vaksin DtaP mempunyai efek lebih ringan dibandingkan
DTwP.
Vaksin DTP diberikan saat anak berusia 2,3,4 bulan dan dilanjutkan saat usia
18 bulan, 5-7 tahun atau pada program BIAS keals 1 umur 7 tahun atau lebih
menggunakan vaksin Td atau Tdap, adn selanjutnya usia 10-18 tahun pada program
BIAS kelas 5. Booster diberian setiap 10 tahun.
5. Imunisasi MR / MMR (Mumps, Measles dan Rubella)
Campak dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan
demam, ruam, batuk, pilek, serta mata merah dan berair. Campak juga kerap
menyebabkan komplikasi serius seperti infeksi telinga, diare, pneumonia, kerusakan
otak, dan bahkan kematian.
Rubella atau campak Jerman merupakan infeksi virus yang menyebabkan
penderitanya mengalami demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, mata merah,
dan mata gatal. Rubella kerap terjadi pada anak-anak dan remaja.
Umumnya bersifat ringan, virus ini bisa berdampak buruk pada ibu hamil yang
tertular, karena dapat menyebabkan keguguran atau bahkan cacat lahir serius pada
bayi, misalnya kebutaan dan tuli. Program pemberian imunisasi vaksin MR ini
bertujuan untuk mencegah infeksi rubella saat kehamilan yang dapat menyebabkan
bayi lahir dengan penyakit kelainan bawaan.
Vaksin MR merupakan pengganti vaksin MMR yang kini sudah tidak tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Vaksin MMR merupakan vaksin untuk
mencegah penyakit campak, rubella, dan gondongan. Perbedaan antara vaksin MR
dan MMR adalah kandungan mumps untuk melawan penyakit gondongan yang tidak
lagi dimasukkan ke dalam vaksin MR.
Gondongan atau parotitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang
dapat mengakibatkan terjadinya demam, nyeri sendi, sakit kepala, pembengkakan
kelenjar di bagian bawah telinga, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.
Gondongan juga dapat menyebabkan komplikasi yang mencakup
pembengkakan testis atau ovarium, sehingga mengakibatkan kemandulan, tuli,
meningitis, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa berakhir pada kematian. Namun,
kasus penyakit gondongan sudah jarang dijumpai di Indonesia.
Pemberian Vaksin MR diberikan pada anak usia 9 bulan. Bila hingga usia 12
bulan belum mendapatkan vaksin MR dapat diberikan MMR. dan dilanjutkan booster
MR/MMR pada usia 18 bulan, dan 5 -7 tahun dalam program BIAS kelas 1.
Disuntikkan secara subkutan maupun intramuskular.
KIPI imunisasi MR/MMR : demam > 39,5 C, ruam, ensefalitis, dan ensefalopati
pasca imunisasi.
Kontra Indikasi vaksin MR/MMR : demam tinggi, pengobatan imunosupresi, hamil,
riwayat alergi (hipersensitivitas)

Gambaran Pelaksanaan
Posyandu bayi dan balita dilaksanakan di Posyandu Silayang tanggal 21 Juni
2023 dengan 20 sasaran bayi dan balita yang dipantau. Pelaksanaan kegiatan
Posyandu disebut juga dengan sistem lima meja, yaitu meja I pendaftaran, meja II
penimbangan, meja III pencatatan, meja IV penyuluhan, meja V pemeriksaan
kesehatan dan pemberian makanan tambahan bagi peserta posyandu.
Monitoring berjalan lancar, pemeriksaan buku KMS anak, buku pengukuran
kader, pengetahuan kader mengenai imunisasi dasar. Memberikan Imunisasi sesuai
Jadwal Imunisasi Anak Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun
2020.

Untuk anak balita perempuan yang diberikan imunisasi berinisal R 2 bulan 7


minggu PB/TB 60 cm dengan BB 6,5 Kg. Riwayat Pemberian Vaksin BCG (1x),
Hepatitis B (4x). Polio (4x), DPT (3x) dan saat kunjungan ke posyandu diberikan
Imunisasi Campak (MR) lalu mengedukasi orangtuanya.

Anda mungkin juga menyukai