Anda di halaman 1dari 110

STUDI KASUS KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH

DELAY) ANAK USIA DINI DI PAUD ANAK HEBAT


KARTASURA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah


Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh:
CANTIKA DELFI ARTAMIA
NIM. 183131081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii
NOTA PEMBIMBING

Hal : Skripsi Sdri. Cantika Delfi Artamia


NIM : 183131081
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
UIN Raden Mas Said Surakarta
Di tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan memberikan arahan dan perbaikan seperlunya, maka
kami sekalu pembimbing berpendapat bahwa skripsi sdri:
Nama : Cantika Delfi Artamia
NIM : 183131081
Judul : Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Anak Usia
Dini Di Paud Anak Hebat Kartasura
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada sidang munaqosyah skripsi guna
memperoleh gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 24 Februari 2023
Pembimbing,

Rosida Nur Syamsiyati, S. Pd., M. Pd.


NIP. 19760408 201701 2 163

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech Delay)


Anak Usia Dini Di Paud Anak Hebat Kartasura” yang disusun oleh Cantika Delfi
Artamia telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu
Tarbiyah UIN Raden Mas Said Surakarta pada hari Senin, 27 Maret 2023 dan
dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam bidang
Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Penguji 1
Merangkap Ketua : Nur Tanfidiyah, M. Pd. (………….)
NIP. 19941110 201903 2 025

Penguji 2
Merangkap Sekretaris : Rosida Nur Syamsiyati, S. Pd., M. Pd. (………….)
NIP. 19760408 201701 2 163

Penguji Utama : Hery Setiyatna, M. Pd. (………….)


NIP. 19691029 200003 1 001

Surakarta, 19 Mei 2023


Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

Prof. Dr. H. Baidi, M. Pd.


NIP. 19640302 199603 1 001

iv
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya tulis sederhana ini
penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tersayang, Ibu Nur Utami dan Bapak Rusli Haryoto yang
telah mencurahkah kasih sayang yang tulus, kesabaran, semangat dan
pengorbanan yang tiada henti serta dukungan dan motivasi bapak dan ibu
penulis dapatkan hingga menyelesaikan studi.
2. Adikku tercinta Titania Veldavia yang selalu memberikan support terus untuk
menyelesaikan perkuliahan.
3. Sahabat putih abu-abuku Amora, Mutia, Silfi, Ma’arij yang selalu
memberikan dukungan semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan
skripsi.
4. Teman-teman PIAUD Angkatan 2018 yang selalu memberikan dukungan
semangat supaya segera menyelesaikan skripsi.
5. Teman-teman PIAUD Angkatan 2018 kelas C yang telah memberikan
dukungan semangat agar segera menyelesaikan skripsi.
6. Azmin Jafry Arikadili yang selalu menjadi mood boster, sabar, mau
direpotkan dan memberikan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan.
7. Almamater UIN Raden Mas Said Surakarta tempat saya menimba ilmu.

v
MOTTO

1. Jangan menyerah! Takdir itu milik Allah tapi do’a dan usaha itu milik kita.
2. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…(QS. Ar-Rad : 11)
3. Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Muslim)

vi
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Cantika Delfi Artamia

NIM : 183131081

Program Studi : Pendidikan Islalm Anak Usia Dini

Fakultas : Fakultas Ilmu Tarbiyah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul


“Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Anak Usia Dini Di PAUD
Anak Hebat Kartasura” adalah hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan
plagiasi dari karya orang lain.

Apabila di kemudian hari bahwa skripsi ini adalah plagiasi maka saya siap
dikenakan sanksi akademik

Surakarta, 24 Februari 2023


Yang Menyatakan,

Cantika Delfi Artamia


NIM. 183131081

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Anak Usia Dini
Di PAUD Anak Hebat Kartasura”. Tidak lupa sholawat serta salam saya curahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Keberhasilam penulisan skripsi tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
motivasi berbagai pihak, sehingga melalui kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Mudhofir, S. Ag., M. Pd selaku Rektor UIN Raden Mas Said
Surakarta.
2. Prof. Dr. H. Baidi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah.
3. Tri Utami, M. Pd. I., selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Raden Mas Said Surakarta
4. Hery Setiyatna, M. Pd Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan kemudahan dalam menyelesaikan studi di UIN Raden
Mas Said Surakarta.
5. Rosyida Nur Syamsiyati, M. Pd. selaku Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dosen beserta staf Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Raden Mas Said Surakarta.
7. Cita Restuningrum, S. Pd sekalu Kepala PAUD Anak Hebat Kartasura yang
telah memberikan izin dalam penelitian.
8. Semua guru dan Staf PAUD Anak Hebat Kartasura yang telah membantu
pengumpulan data dan memudahkan saat proses penelitian dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena telah
memberikan dukungan do’a dan semangat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi. Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas

viii
segala dukungan dan semangat. Semoga Allah senantiasa melimpahkan
berkah-Nya kepada kalian semua. Aamiin.
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki tulisan yang akan disusun
selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya.

Surakarta, 24 Februari 2023


Penulis,

Cantika Delfi Artamia


NIM. 183131081

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii
NOTA PEMBIMBING .......................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
MOTTO.................................................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian....................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10
A. Kajian Teori............................................................................................... 10
1. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) ............................................... 10
a. Pengertian Keterlambatan Bicara ................................................ 10
b. Tahapan Perkembangan Bahasa .................................................. 11
c. Karakteristik Perkembangan Bahasa........................................... 13

x
2. Anak Usia Dini ................................................................................... 16
a. Pengertian Anak Usia Dini.......................................................... 16
b. Karakteristik Anak Usia Dini ...................................................... 17
c. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini .......................... 18
3. Keterlambatan Bicara anak Usia Dini ................................................ 19
a. Pengertian Keterlambatan Bicara Anak Usia Dini...................... 19
b. Jenis-jenis Keterlambatan Bicara ................................................ 20
c. Penyebab keterlambatan bicara anak usia dini............................ 22
d. Penanganan dan Stimulus Keterlambatan Bicara Anak .............. 26
B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 30
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 36
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 36
B. Setting Penelitian....................................................................................... 37
C. Subjek dan Informan Penelitian ................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 38
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 41
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 42
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 44
A. Fakta Temuan Penelitian ........................................................................... 44
1. Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................. 44
a. Letak Geografis PAUD Anak Hebat Kartasura .......................... 44
b. Visi dan Misi PAUD Anak Hebat Kartasura .............................. 44
c. Kepengurusan PAUD Anak Hebat Kartasura ............................. 45
2. Identifikasi Anak Keterlambatan Bicara Di PAUD Anak Hebat
Kartasura ............................................................................................ 46
3. Upaya guru menangani keterlambatan bicara pada subyek ............... 49
B. Interpretasi Hasil Penelitian ...................................................................... 53

xi
1. Identifikasi Anak Keterlambatan Bicara Di PAUD Anak Hebat
Kartasura ............................................................................................ 53
2. Upaya guru menangani keterlambatan bicara pada subyek ............... 55
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 59
A. Kesimpulan................................................................................................ 59
B. Saran .......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62
LAMPIRAN .......................................................................................................... 65

xii
ABSTRAK
Cantika Delfi Artamia, 183131081, Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech
Delay) Anak Usia Dini Di PAUD Anak Hebat Kartasura, Skripsi: Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Jurusan Pendidikan Dasar, Fakultas Ilmu
Tarbiyah, UIN Raden Mas Said Surakarta. Mei 2023
Kata Kunci : Keterlambatan bicara, anak usia dini, Upaya penanganan
Pembimbing : Rosida Nur Syamsiyati, S. Pd., M. Pd.

Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan perkembangan bicara


dan bahasa anak usia dini. Masalah gangguan perkembangan anak sering
diketahui belakangan ini khususnya perkembangan bicara dan bahasa anak dapat
mempengaruhi hasil anak di sekolah. Anak dengan masalah bicara dapat
mengalami kesulitan membaca dan menulis yang menyebabkan pada kemampuan
belajar rendah di usia sekolah. Apabila terlambat ditangani anak biasanya akan
mengalami masalah penyesuaian diri dan memiliki masalah sosial. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlambatan bicara pada anak usia dini
khususnya pada usia 4-5 tahun dan untuk mengetahui cara penanganan anak
dengan keterlambatan bicara yang dilakukakan guru di PAUD Anak Hebat
Kartasura.
Metode penelitian ini menggunaka penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang anak dengan
keterlambatan bicara berusia 4-5 tahun. Sedangkan informan adalah kepala PAUD
dan guru kelas di PAUD Anak Hebat Kartasura. Teknik pengumpulan data
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mengetahui keabsahan data pada
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber data. Kemudian analisis
data menggunakan model deskriptif interaktif dengan tahapan pengumpulan data,
kondensasi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian keterlambatan bicara (speech delay) anak usia dini di
PAUD Anak Hebat Karasura dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu factor eksternal dan
internal. Faktor internal yaitu adanya gangguan lain seperti autism dan ADHD
(Attention Deficit Hyperctivity Disorder). Sedangkan factor eksternalnya adalah
kurangnya stimulus dari orang tua dan dukungan perkembangan bicara dalam
berkomunikasi dilingkungan sekitarnya. Upaya guru untuk mengembangkan
kemampuan berbicara subjek melalui (1) Asesmen, (2) Perencanaan kegiatan atau
pembelajaran, (3) Pelaksanaan kegiatan atau pembelajaran, (4) Evaluasi. Asesmen
yang digunakan dalam upaya penanganan keterlambata bicara pada subyek adalah
menggunakan asesesmen dari Rumah Sakit. Dalam perencanaan kegiatan atau
pembelajaran yang dilakukan guru kepada subyek itu sama seperti anak normal
yang lain. Pelaksanaan pembelajaran subyek digabungkan dengan anak-anak
normal yang lain. Tidak ada ruangan khusus atau kelompok khusus sesuai
permasalahan yang dialami subyek. Tahap evaluasi ini subyek mulai banyak
mengalami perkembangan yang baik dalam berbicara selama menjalankan terapi
yang dianjurkan dokter dan adanya stimulus dari guru.

xiii
ABSTRACT
Cantika Delfi Artamia, 183131081, Case Study of Early Childhood Speech Delay
in PAUD Anak Hebat Kartasura, Thesis: Early Childhood Islamic Education
Study Program, Department of Basic Education, Faculty of Tarbiyah Sciences,
UIN Raden Mas Said Surakarta. May 2023
Keywords: speech delay, early childhood, handling efforts
Advisor : Rosida Nur Syamsiyati, S. Pd., M. Pd.

This research was conducted due to problems in the development of


speech and language in early childhood. The problem of child development
disorders is often known recently, especially in children's speech and language
development can affect children's results in school. Children with speech
problems can have difficulty reading and writing which can lead to low learning
abilities at school age. If it is too late to be handled, children will usually
experience adjustment problems and have social problems. The purpose of this
study was to determine speech delays in early childhood, especially at the age of
4-5 years and to find out how teachers treat children with speech delays at PAUD
Anak Hebat Kartasura.
This research method uses descriptive qualitative research with a case
study approach. The subject of this study was a child with a speech delay aged 4-5
years. Meanwhile, the informants were the head of PAUD and the class teacher at
PAUD Anak Hebat Kartasura. Observation data collection techniques, interviews,
and documentation. To determine the validity of the data in this study using data
source triangulation techniques. Then the data analysis used an interactive
descriptive model with the stages of data collection, data condensation, data
exposure, and drawing conclusions.
The results of the study of speech delay in early childhood at Anak Hebat
Karasura PAUD are influenced by 2 factors, namely external and internal factors.
Internal factors are the presence of other disorders such as autism and ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder). While the external factor is the lack of
stimulus from parents and support for speech development in communicating in
the surrounding environment. The teacher's efforts to develop the ability to speak
the subject through (1) Assessment, (2) Planning activities or learning, (3)
Implementation of activities or learning, (4) Evaluation. The assessment used in
efforts to deal with speech delays on the subject is using an assessment from the
hospital. In planning activities or learning that is carried out by the teacher on the
subject, it is the same as other normal children. Implementation of subject
learning combined with other normal children. There is no special room or special
group according to the problems experienced by the subject. At this evaluation
stage, the subject begins to experience good development in speaking while
carrying out the therapy recommended by the doctor and the stimulus from the
teacher.

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak .............................. 14


Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 37
Tabel 4. 1 Daftar Pengurus PAUD Anak Hebat Kartasura ................................... 45

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 33


Gambar 3. 1 Analisis Data Model Kualitatif ....................................................... 43

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Dalam Penelitian ............................................ 66


Lampiran 2 Pedoman Observasi Dalam Penelitian............................................... 67
Lampiran 3 Pedoman Sumber Dokumentasi Dalam Penelitian ............................ 68
Lampiran 4 Field Note .......................................................................................... 69
Lampiran 5 Hasil Evaluasi .................................................................................... 79
Lampiran 6 Hasil Assesment ................................................................................ 90
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian .............................................................. 92
Lampiran 8 Biodata Penulis .................................................................................. 93

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah-masalah tumbuh kembang anak semakin menjadi hal yang

wajar belakangan ini. Semakin meluas jumlah anak usia dini yang mengalami

masalah tersebut semakin bertambah. Perkembangan bicara dan bahasa anak-

anak dapat mempengaruhi hasil anak di sekolah. Anak-anak dengan masalah

bicara terancam memiliki tantangan membaca dan mengarang yang

menyebabkan rendahnya kemampuan belajar di usia dini. Bila terlambat

ditangani, anak-anak biasanya akan mengalami masalah penyesuaian diri dan

memiliki masalah sosial.

Menurut Hafidz Triantoro Aji Pratomo dosen Poltekkes Kemenkes

Surakarta Jurusan Terapi Wicara dalam Tomblin et al (Suara merdeka Solo)

“Permasalahan komunikasi atau dapat disebut kendala bahasa dan bicara,

banyak terjadi pada anak-anak. Sekitar 7,4 % anak usia prasekolah

mengalami permasalah bahasa (Tomblin et al, 1997)”.

Wahjuni dalam Jariyah (2017: 5) mengatakan informasi di bagian

pemulihan Klinik RSCM tahun 2006 dari 1125 kunjungan ada 10,13%.

Penelitian di salah satu kelurahan di Jakarta pusat menemukan dominasi

keterlambatan bicara sebesar 9,3% dari 214 anak di bawah usia 3 tahun.

Menurut Hurlock (1978: 194-195), bahwa keterlambatan bicara pada

anak usia dini yaitu dengan asumsi tingkat perkembangan bicara berada di

bawah tingkat kualitas perkembangan bicara anak anak seusia yang

1
2

seharusnya terlihat dari ketepatan penggunaan kata. Ada banyak faktor yang

mempengaruhi keterlambatan bicara. Kemampuan berbicara anak

dipengarugi oleh beberapa factor yaitu factor intrinsic dan factor ekstrinsik.

Faktor intrinsic yaitu factor bawaan sejar lahir, sedanngkan factor ekstrinsik

adalah factor dari luar atau lingkungan sekitar. Hurlock (1980: 114-115)

menyebutkan factor yang mempengaruhi keterlambatan bicara anak yaitu

intelegensi, jenis disiplin, posisi urutan, besarnya keluarga, status social

ekonomi, status ras, berbahasa dua, dan penggolongan peran seks.

Madyawati (2016: 91) mengatakan keterlambatan bicara merupakan

salah satu penyebab gangguan yang sering ditemukan pada anak. Gangguan

ini meningkat pesat setiap harinya. Beberapa hasil penelitian gangguam

bucara dan bahasa sekitar 5-10% pada anak sekolah. Banyak penyebab

gangguan bicara dan bahasa yang perlu di waspadai.

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa yang terjadi

sejak anak lahir sampai dengan dewasa. Pada usia 0-6 tahun perkembangan

yang sangat penting. Pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, bahasa dan

perkembangan sosial harus dimulai stimulasinya di tempat tinggal,

pengasuhan anak, serta pelayanan pendidikan. Pertumbuhan dan

perkembangan anak berbeda-beda, ada yang cepat dan ada juga terlambat,

tergantung faktor yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak (Susanto, 2011:21).

Tahapan perkembangan bahasa menurur Wiliam Stern dan Clara Stern

adalah anak usia 6 bulan sampai 1 tahun meraba dan mengeluarkan suara
3

yang belum berarti seperti “a” , “o”. Pada usia 1-1,6 tahun mulai sudah ada

penguasaan kata namun belum lengkap, seperti “mem” atau “mik”. Kemudia

pada usia 2-2,6 tahun anak sudah mampu menyusun kalimat pendek dan usia

2,6 tahun keatas anak sudah mampu merangkai kata menjadi kalimat yang

panjang (Fadillah, 2012: 47).

Adapun karakteristik perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun yaitu

mampu menggunakan 1.000-2.500 kata. Anak mampu menyusun kalimat

dengan baik dan benar. Pada usia ini anak sudah mampu mengekspresikan

dirinya, menulis dan membaca (Susanto, 2011: 78-79). Dalam hal ini anak

mampu mendengarkan dan menanggapi pembicaraan orang lain. Menurut

Todd Houston, Ph. D., a speech pathologist at the University of Akron

“comprehensive, family-centered early intervention services that support

listening, spoken-language, and age-appropriate communication” (Houston,

2013). Menggunakan bahasa bayi terus menerus menyebabkan keterlambatan

bicara contohnya “cayang mik cucu duyu yuk”. Oleh karena itu selalu orang

tua harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan usia anak

karena anak itu meniru kata-kata yang sering di dengar. Dengan membacakan

buku untuk anak sedini mungkin bisa menambah kosa kata anak hal ini dapat

dilakukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan bicara pada anak usia

dini.

Hambatan perkembangan bicara pada anak usia dini menjadi

persoalan. Ciri-ciri anak mengalami keterlambatan bicara dilihat dari

ketepatan penggunaan kata, yang dipisahkan oleh lafal yang tidak jelas dan
4

dalam penyampaiannya dapat memanfaatkan komunikasi berbasis isyarat,

sehingga orang tua dan orang-orang di sekitarnya kurang dapat memahami

maksud dari anak, meskipun faktanya bahwa anak dapat memahami apa yang

dibicarakan orang.

Dalam kajiannya, Wenty Aggraini (2011: 39-40) mengungkap bahwa

dengan asumsi anak usia dini mengalami hambatan dalam perkembangan

bicara mereka, mereka harus memiliki faktor-faktor yang membuat hambatan

tersebut muncul. Variabel utama yang dapat menjadi alasan keterlambatan

bicara di sini adalah tidak adanya kepuasan terhadap hal-hal mendasar dalam

korespondensi. Ini adalah dasar sebenarnya untuk berbicara, status mental

untuk berbicara, model hebat untuk ditiru, membuka pintu untuk pelatihan,

inspirasi, dan arahan.

Mendeteksi keterlambatan bicara lebih dini akan lebih baik dan

kemungkinan penyembuhannya. Keterlambatan bicara di deteksi oleh semua

orang terdekatnya dalam penanganannya, yakni melibatkan orang tua,

keluarga, dan dokter. Dalam mendeteksi sejak dini harus dapat mengenali

keterlambatan bicara termasuk golongan ringan atau tidak.

Kemampuan bahasa anak berkaitan dengan organ bicara yaitu motoric

mulut, motoric halus dan kasar serta kemampuan sensorinya. Untuk itu perlu

dilakukan assesmen apakah kondisi keterlambatan bicara anak adalah kondisi

yang hanya terlambat bicara atau merupakan salah satu ciri dari gangguan

lainnya, seperti autisme, ADHD, global development delay, atau gangguan

tumbuh kembang yang lainnya. Apabila hasil assesmen ditemukan bahwa


5

keterlambatan bicara ini hanya terlambat bicara tanpa adanya ganggan

penyerta lainnya, maka hanya perlu dilakukan terapi wicara dengan terapis

yang profesional. Tetapi jika hasil assesmen menunjukkan bahwa ada

memiliki kecenderungan dengan gangguan lain maka diperlukan jenis terapi

yang lain. Pertama terapi sensori integrasi, terapi untuk mengintegrasikan

alat-alat indra anak dan mengkoordinasikan alat geraknya serta membantu

anak bisa menerima rangsangan. Kedua, terapi okupasi yaitu terapi untuk

membantu anak untuk dapat mengikuti instruksi dengan benar dan melakukan

aktivitas di rumah dengan baik. Setelah anak bisa diajarkan bisa fokus,

perhatian dan dapat melakukan aktivitasnya, kemudian baru diarahkan anak

untuk dapat melakukan terapi wicara. Namun, apabila anak keterlambatan

bicara dengan gangguan penyerta lainnya maka anak butuh untuk melakukan

terapi perilaku (Hartanto, 2018: 547).

Anak dengan keterlambatan bicara berusia 5 tahun. Pada anak usia 12

bulan dan mulai aktif berjalan membuat susah untuk makan. Untuk mengatasi

hal tersebut orang tua memberikan atau meminjamkan handphone dan

memutarkan video melalui Youtube anak mau makan dengan lahap.

Kebiasaan tersebut dilakukan secara terus menerus hingga anak memasuki

usia 3-4 tahun. Saat usia 3-4 tahun orang tua mulai merasa bahwa

perkembangan anak seperti ada keterlambatan dari pada anak-anak lain

seusianya. Anak mengalami hambatan keterlambatan bicara dilihat dari

artikulasi atau pengucapan kosataka yang tidak jelas dan kurang dimengerti

orang lain. Kosa kata yang dikuasai anak sedikit yaitu hanya mama, papa,
6

kakak, ini, itu, sana, sini, iya dan tidak. Kadang anak menggunakan bahasa

isyarat untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan maksud seperti

menunjuk, menganggukkan dan menggelengkan kepala. Contohnya ia

menunjuk ke suatu arah yang ingin dituju atau benda yang diinginkan. Bahasa

isyarat menganggukan dan menggelengkan kepala untuk memberikan

jawaban “iya” dan tidak”.

Mama G bercerita bahwa G suka berteriak, memukul sesuatu yang ada

didekatnya serta menangis apabilah orang tua tidak mengerti atau memahami

keinginannya. Akhirnya orang tua membawa anak ke Dokter spesialis anak,

hasilnya normal dan dokter hanya memberikan vitamin dan menyarankan

untuk melakukan terapi wicara. Dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah

perkembangan bicara yang terjadi tidak disebabkan oleh gangguan pada

organ bicara yang disebabkan oleh faktor yang lainnya. Faktor yang

memperngaruhi keterlambatan bicara yaitu model yang ditiru, kurangnya

model pengajaran bahasa, kebiasaan anak dalam menonton TV dan youtube,

kurangnya bimbingan, kebiasaan anak bermain sendiri, kurangnya motivasi

untuk berbicara dan lingkungan sekitar.

Dalam setifikat Nomor 412/6067/2021 PAUD Anak Hebat Kartasura

menjadi terpilih sebagai sekolah yang melaksanakan layanan Holistik

Integratif (HI) pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di

Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu, peneliti ingin menggali informasi dan

mendeskripsikan unsur-unsur apa saja yang mempengaruhi keterlambatan

bicara anak usia dini serta stimulasi apa dilakukan oleh orang tua dan guru
7

dan penanganan pada masalah keterlambatan bicara anak. Pada penelitian ini

diharapkan menjadi informasi dan pemikiran untuk semua pihak dalam

mengatasi maslah keterlambatan bicara di anak-anak dengan lebih cerdik.

Demikian juga diharapkan dapat menjadi review untuk orang tua sehingga

mereka dapat mengharapkan dan selanjutnya memberikan perawatan yang

sesuai untuk anak-anak mereka untuk menjauhkan diri dari keterlambatan

bicara pada anak-anak mereka.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi di PAUD

Anak Hebat Kartasura pada saat kegiatan belajar mengajar, identifikasi

masalah yang ditemukan antara lain :

1. Kosa kata yang dimiliki anak usia 4-5 tahun sedikit, seperti mama, papa,

kakak, ini, itu, sana, sini, iya dan tidak.

2. Anak usia 4-5 tahun menggunakan isyarat dalam berkomunikasi seperti

menunjuk, menganggukkan dan menggelengkan kepala.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, difokuskan pada masalah keterlambatan bicara

anak usia 4-5 tahun di PAUD Anak Hebat Kartasura.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian di

rumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses identifikasi anak keterlambatan bicara di PAUD

Anak Hebat Kartasura?


8

2. Bagaimanakah cara penanganan anak keterlambatan bicara yang dilakukan

oleh guru PAUD Anak Hebat Kartassura?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

untuk mengetahui:

1. Identifikasi anak keterlambatan bicara usia 4-5 tahun di PAUD Anak

Hebat Kartasura.

2. Cara penanganan anak keterlambatan bicara yang dilakukan guru PAUD

Anak Hebat Kartasura.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini semoga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan

khususnya pada bidang pendidikan, yaitu yang berkaitan dengan aspek

perkembangan bahasa anak usia dini tentang masalah keterlambatan

bicara pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai bahan dan inovasi baru dalam memberikan kontribusi positif

dalam lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas guru dalam

menangani anak dengan keterlambatan bicara


9

b. Bagi Guru PAUD Anak Hebat Kartasura

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan

bahasa anak khususnya dalam penanganan keterlambatan bicara

anak usia dini.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Keterlambatan Bicara (Speech Delay)

a. Pengertian Keterlambatan Bicara

Berbicara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

artinya berkata, bercakap dan melahirkan pendapat. Menurut Nuraeni

(2022: 25) berbicara adalah proses penyampaian informasi atau

pendapat kepada orang lain dengan tujuan terjadi perubahan

pengetahuan, sikap dan ketrampilan menyimak sebagai bukti

informasi diterima.

Suhartono dalam Madyawati (2016: 90) mengatakan bahwa

berbicara adalah menyampaikan pendapat atau informasi melalui

bunyi bahasa. Berbicara merupakan sebagai alat sosialisasi setiap

individu untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan segala hal.

Wiyani (2020: 34) menyebutkan setiap individu memiliki

kemampuan berbahasa yaitu kemampuan membaca, kemampuan

menulis, kemampuan mendengar atau menyimak, dan kemampuan

berbicara. Kemampuan tersebutu harus dimiliki setiap individu untuk

dapat berkomunikasi dengan orang lain. Salah satunya yang pertama

harus dikuasai adalah kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara

berkembang seiring bertambahnya usia.

10
11

Keterlambatan dalam berbicara adalah suatu kecenderungan

dimana anak sulit dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan

pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan

kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat anak tersebut berbeda

dengan anak lain sesusianya (Khoiriyah, 2016).

Berdasaran paparan diatas dapat disimpulkan bahwa

keterlambatan bicara adalah tingkat perkembangan kemampuan

berbahasa individu rendah dibawah tingkat kemampuan bahasa orang

lain. Berbicara merupakan alat untuk berkomunikasi yang berupa

bunyi lisan yang sangat penting untuk berpikir dan bentuk

mengekspresikan diri dalam mengeluarkan pendapat atau

menyampaikan informasi kepada orang lain.

b. Tahapan Perkembangan Bahasa

Tahapan perkembangan bahasa menurur Wiliam Stern dan

Clara Stern adalah anak usia 6 bulan sampai 1 tahun meraba dan

mengeluarkan suara yang belum berarti seperti “a” , “o”. Pada usia 1-

1,6 tahun mulai sudah ada penguasaan kata namun belum lengkap,

seperti “mem” atau “mik”. Kemudia pada usia 2-2,6 tahun anak sudah

mampu menyusun kalimat pendek dan usia 2,6 tahun keatas anak

sudah mampu merangkai kata menjadi kalimat yang panjang

(Fadillah, 2012: 47).


12

Menurut Guntur (Susanto, 2011: 75-76) tahapan

perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa rentang usia

antara lain:

1) Tahap pralinguistik yaitu anatara usia 0-1 tahun. Tahapan ini

dimana anak mulai menangis, tertawa, dan menjerit. Tahap ini

pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna.

2) Tahap linguistic yaitu antara usia 1-2 tahun. Tahap ini anak sudah

mampu menyatakan kalimat dalam satau sampai 2 kata. Tahapan

ini ditandai dengan pembendaharaan kata anak sampai 50-100

kosa kata.

Tahap perkembangan bicara anak yang berhubungan dengan

perkembangan berpikir anak menurut Vygotsky (Dhieni, 2020: 5.20)

yaitu:

1) Tahap eksternal yaitu orang dewasa memberikan pengarahan,

informasi dan melakukan tanya jawab dengan anak.

2) Tahap egosentrisme yaitu anak berbicara sesuai dengan jalan

pikirannya.

3) Tahap internal yaitu anak memiliki penghayatan sepenuhnya dan

menggunakan pemikirannya sendiri,

Berdasarkan paparan tahapan perkembangan bahasa dapat

ditarik kesimpulan bahwa anak mulai berbicara dan mengenal bahasa

sejak dikandungan. Pada usia 0-1 bulan anak sudah mulai

mengekspresikan dirinya melalui tangisan, tertawa dan menjerit.


13

Kemudian usia 1-2 tahun ke atas anak mampu mengungkapkan makna

kalimat mulai dari satu kata hingga membuat kalimat sederhana dan

kalimat kompleks. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak dapat

dilakukan dengan bantuan orang dewasa melalui percakapan. Dengan

itu anak dapat menemukan, meningkatkan dan mengembangkan

bahasanya.

c. Karakteristik Perkembangan Bahasa

Pada anak usia 4-5 tahun. Kemampuan berbahasa yang paling

sering dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini merupakan

karakteristik umum kerakteristik kemampuan bahasa pada anak usia

4-5 tahun. Karakteristik perkembangan bahasa ini meliputi

mendengarkan dan menceritakan kembali dengan kalimat sederhana

secara berurutan seperti; menyebutkan nama, jenis kelamin dan

umurnya (Dhieni, 2020: 5.21).

Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun adalah

sebagai berikut (Wiyani, 2014:105):

1) Telah dapat mengucapkan kata 1.000-2.500 kosakata.

2) Mulai mampu bercerita.

3) Menyalin huruf alfabet.

4) Menulis namanya sendiri.

5) Merangkai kalimat.

6) Menguasai fonem dan tata bahasa yang dipergunakan.


14

7) Telah dapat mendengar menggunakan baik daat orang berbicara

serta bisa menanggapi pembicaraan.

Selain peningkatan jumlah kosa kata anak usia 4-5 tahun juga

mengalami peningkatan dalam penguasaan tata bahasa. Anak usia

tersebut mampu merangkai huruf menjadi kata dan kata menjadi

sebuah kalimat bermakna. Anak mulai dapat mengeluarkan kalimat

negative, kalimat tanya, dan kalimat pasif. Pada usia 4-5 tahun anak

dapat menggunakan kalimat kompleks dan hubungan sebab-akibat

contohnya “saya makan karena lapar”. Anak juga menyambungkan

kalimat untuk menyambungkan cerita misalnya “… abis itu… abis

itu…”.

Aktivitas diatas diharapkan memenuhi tingkat perkembangan

anak dalam aspek perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun. Berikut

tingkat pencapaian aspek perkembangan anak usia dini dalam aspek

perkembangan bahasa:

Tabel 2. 1
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Usia Pencapaian Perkembangan Bahasa
4-5 Bahasa Ekspresif:
tahun - Menyimak Perkataan orang lain (Bahasa Ibu atau
bahasa lainnya)
- Mengerti dua perintah yang diberikan secara
bersamaan
- Memahami cerita yang dibacakan
- Mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat
(nakal, pelit, baik hati, baik, jelek, dan lainnya).
- Mendengar dan membedakan bunyi-bunyian dalam
bahasa indonesia
- Mengulang kalimat sederhana
- Bertanya dengan kalimat yang benar
15

- Menjawab sesuai dengan pertannyaan (kapan dab


mengapa)
- Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (nakal,
pelit, baik hati, baik, jelek, senang, berani dan
lainnya).
- Menyebutkan kata-kata yang dikenali
- Mengutarakan pendapat kepada orang lain
- Menyatakan alasan terhadap sesuatu yang
diinginkan atau ketidaksetujuan
- Menceritakan kembali cerita yang pernah didengar
- Berpartisipasi dalam percakapan
Bahasa Reseptif:
- Mengenal simbol-simbol
- Mengenal suara-suara hewan atau benda yang ada
disekitarnya
- Membuat coretan bermakna
- Menulis dan mengucapkan huruf a-z

Bedasarkan paparan diatas mengenai karkteristik kemampuan

bahasa anak usia 4-5 tahun dapat disimpulkan bahwa anak usia

tersebut sudah dapat menguasai 1.000 – 2.500 kata dan mulai dapat

bercerita hingga menanggapi pembicaraan. Orang tua tentu akan

merasa bangga bila anak memiliki kemampuan bahasa secara normal

serta dapat mencapai tingkat perkembangan bahasa anak usia dini.

Tetapi, kenyataannya masih terdapat anak usia dini yang mengalami

masalah perkembangan bahasa. Umumnya persoalan perkembangan

yang dialami anak usia dini artinya gagap serta gangguan bahasa

ekspresif. Gangguan bahasa ekspresif ini yang tak jarang dikenal

banyak orang dengan keterlambatan bicara (Speech delay).


16

2. Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Undang-undang Republik Indonesi Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (14), menyatakan

bahwa anak usia dini adalah anak yang sejak lahir hingga berusia

enam tahun. Sedangkan yang disebutkan National Association for The

Young Children dalam Aisyah( 2020: 1.3), yang menyebutkan bahwa

anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang mencakup

pendidikan di taman penitipan anak, taman kanak-kanak dan sekolah

dasar.

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan. Masa usia dini merupakan

masa dimana anak-anak sedang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Masa ini sebagai masa yang paling awal

dan penting dalam sepanjang masa pertumbuhan dan

perkembangannya (Wiyani, 2014: 32).

Menuruut Agusta (Jariyah, 2017: 19) asa anak usia dini sering

disebutu masa golden age atau masa emas.Pada masa ini anak

mengalami masa peka dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Anak

membutuhkan makanan bergizi seimbang dan stimulasi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila anak distimulasi dengan


17

tepat maka akan membantu anak dalam menjalani tugas

perkembangan dengan baik

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan yakni

anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun atau 8 tahun yang memiliki

pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Unik dalam arti dimana

anak membutuhkan rangsangan-rangsangan yang baik untuk mencapai

kematangan yang sempurna.

b. Karakteristik Anak Usia Dini

Setiap anak itu unik, tahap perkembangan dan pertumbuhan

anak usia dini beda dengan usia yang lainnya. Anak usia dini memiliki

karakteristik yang khas. Ada beberapa karakteristik pada anak usia

dini.

Hartati dalam Aisyah (2020: 1.4-1.9) menyebutkan beberapa

karakteristik anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2) Pribadi yang unik.

3) Suka berfantasi dan berimajinasi.

4) Masa paling potensial untuk belajar.

5) Bersikap egosentrisme

6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

7) Sebagai makhluk sosial.

Menurut Hibama dalam Jariyah (2017: 54-55) tentang

karakteristik anak usia 4-6 tahun sebagai berikut:


18

1) Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan

sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak

2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami

pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya

3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan

dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.

Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya

4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun

dilakukan anak secara bersama-sama.

Berdasarkan paparan mengenai karakteristik anak usia dini

dapat disimpulkan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling

potensial untuk belajar, bersikap egosentrisme, memiliki rentang daya

konsentrasi yang pendek serta sebagai makhluk social. Oleh karena itu

pada masa usia dini sebagai masa paling baik untuk belajar.

c. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Bredekamp dan Coople dalam Aisyah (2020: 1.17)

beberapa prinsip perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut;

Aspek-aspek perkembangan anak misalnya, perkembangan fisik,

sosial, emosional, dan kognitif saling terkait erat satu sama lain.

Perkembangan anak terjadi secara berturut-turut yang berlangsung

dengan cakupan yang berfluktuasi di antara anak-anak dan juga antar

bidang perkembangan dari masing-masing kemampuan.


19

Perkembangan anak berlangsung lebih kompleks, khusus,

terorganisasi, dan terinternalisasi.

Pengalaman awal anak mempunyai pengaruh kumulatif dan

tertunda terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan cara belajar

dapat dipengaruhi oleh konteks social dan kultural yang

mempengaruhi interaksi kematangan biologis dan llingkungan, baik

fisik maupun social. Perkembangan anak meningkat apabila diberikan

kesempatan untuk mempraktekkan kentrampilan yang baru saja di

peroleh dan mendapatkan tantangan. Hal untuk merefleksikan

perkembangan anak yaitu dengan bermain.

Melalui sarana bermain anak berkesempatan untuk bertumbuh

dan berkembang sehingga anak disebut pembelajar aktif. Anak akan

berkembang dan belajar dengan baik ketika berada dalam area yang

aman yaitu fisik dan psikologinya. Dalam bermain anak dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologi yang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan prinsip-prinsip

perkembangan anak usia dini adalah anak merupakan pembelajar

aktif. Anak berkembang dan belajar dari interaksi anak melalui

bermain.

3. Keterlambatan Bicara anak Usia Dini

a. Pengertian Keterlambatan Bicara Anak Usia Dini

Menurut Hurlock (1978: 194-196), anak dikatakan terlambat

bicara apabila tingkat perkembangan bicara berada di bawah tingkat


20

pencapaian perkembangan bicara anak sesuai yang umurnya. Hal

dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata. Contohnya apabila

saat teman sebaya berbicara dengan menggunakan kata-kata,

sedangkan anak menanggapi menggunakan isyarat dan gaya bicara

bayi maka anak yang tersebut dianggap orang lain terlalu kecil untuk

diajak bermain. Sedangkan Tandry (2011: 96) Keterlambatan bicara

(speech delay) yaitu anak mengalami kesulitan mengekspresikan

dirinya dalam berbicara.

b. Jenis-jenis Keterlambatan Bicara

Psikiater anak dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ mengatakan

keterlambatan bicara atau speech delay pada anak adalah gangguan

yang perlu diperhatikan, hal ini bukan sebuah diagnosa melainkan

sebuah gejala, jadi pada anak dengan speech delay itu adalah gejala

awal dari beberapa macam gangguan. Speech delay dibagi menjadi

dua klaster (Zeuny, 2020):

1) Gangguan speech delay fungsional: gangguan ini tergolong

ringan dan terjadi karena kurangnya stimulasi atau pola asuh yang

salah.

2) Gangguan speech delay non-fungsional: gangguan ini merupakan

sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif,

seperti autism ataupun ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

Disorder) yang dialami anak.


21

Ada beberapa jenis keterlambatan bicara (Speech delay)

menurut Van Tiel dalam Tsuraya (2013: 40) antara lain:

1) Specific Language Impairment yaitu gangguan bahasa merupakan

gangguan primer yang disebabkan karena gangguan

perkembangannya sendiri, tidak disebabkan karena gangguan

sensoris, gangguan neurologis dan gangguan kognitif (inteligensi)

2) Speech and Language Expressive Disorder yaitu anak mengalami

gangguan pada ekspresi bahasa

3) Centrum Auditory Processing Disorder yaitu gangguan bicara

tidak disebabkan karena masalah pada organ pendengarannya.

Pendengarannya sendiri berada dalam kondisi baik, namun

mengalami kesulitan dalam pemrosesan informasi yang

tempatnya di dalam otak.

4) Pure Dysphatic Development yaitu gangguan perkembangan

bicara dan bahasa ekspresif yang mempunyai kelemahan pada

sistem fonetik.

5) Gifted Visual Spatial Learner yaitu karakteristik gifted visual

spatial learner ini baik pada tumbuh kembangnya,

kepribadiannya, maupun karakteristik giftednessnya sendiri.

6) Disynchronous Developmental yaitu perkembangan seorang anak

gifted pada dasarnya terdapat penyimpangan perkembangan dari

pola normal. Ada ketidaksinkronan perkembangan internal dan

ketidaksinkronan perkembangan eksternal.


22

Berdasarkan paparan jenis keterlambatan bicara anak dapat

ditarik kesimpulan bahwa jenisa keterlambatan bicara digolongkan

sesuai dengann gejala atau factor yang mempengaruhinya. Factor

keterlambatan bicara dapat disebabkan mulai dari bawaan sejak lahir

atau factor internal. Adapun factor eksternal lainnya seperti stimulus

atau pola ashuh yang tidak sesuai dan lingkungan sekitarnya.

c. Penyebab keterlambatan bicara anak usia dini

Menurut Jalango dalam Dhieni (2020: 5.6-5.7) keluarga adalah

tempat pertama mengembangkan kemampuan bahasa anak.

Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh pola asuh yang kreatif dan

inovatif. Orang tua harus bisa menciptakan interaksi dan komunikasi

agar memberikan masukan positif terhadap ketrampilan bahasa anak.

Dengan itu anak tidak akan mengalami kesulitan saat memasuki tahap

perkembangan bahasa untuk menjadi seseorang yang terampil

berbahasa. Bahasa diperoleh mulai sejak anak masih dalam

kandungan. Perkembangan anak umunnya berbeda-beda anatara satu

dengan yang lain. Ada banyak unsur yang melatarbelakangi mengapa

anak terlambat berbicara dibandingkan dengan teman sebayanya.

Yang terpenting yaitu orang tua mengetahui tahapan perkembangan

bicara anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Istiqlal (2007: 206- 216)

diperoleh hasil bahwa unsur penyebab keterlambatan bicara pada anak

adalah anak tidak mendapatkan model yang baik untuk ditiru dalam
23

berbicara dengan menggunakan kata yang tepat, anak tidak memiliki

motivasi yang kuat untuk berbicara, serta kesempatan berbicara yang

kurang kuat bagi anak.

Unsur-unsur keterlambatan bicara pada anak sangat banyak

dan luas. Berdasarkan Hurlock (1978: 195-196) keterlambatan bicara

terlihat bahwa orang tua tidak hanya berbicara kepada anak tetapi juga

menggunakan berbagai macam kata yang banyak, maka

perkembangan bicara anak akan berkembang cepat.

Kemampuan bicara pada anak dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor intrinsik yang merupakan faktor bawaan sejak lahir dan

ekstrinsik yang merupakan faktor stimulus yang dipelajari anak dari

lingkungan. Hurlock (1980: 114-115) menyebutkan unsur-unsur yang

mempengaruhi keterlambatan bicara pada anak, sebagai berikut:

1) Intelegensi

Semakin cerdas anak, semakin cepat keterampilan berbicara

dikuasai sehingga semakin cepat dapat berbicara.

2) Jenis disiplin

Anak yang dibesarkan dengan disiplin yang cenderung lemah

lebih banyak berbicara daripada anak-anak yang orang tuanya

bersikap keras dan berpandangan bahwa “anak-anak harus dilihat

tetapi tidak didengar”.


24

3) Posisi urutan

Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada

adiknya dan orang tua lebih mempunyai banyak waktu untuk

berbicara dengan adiknya.

4) Besarnya keluarga

Anak tunggal di dorong untuk lebih banyak bicara daripada anak-

anak dari keluarga besar dan orang tuanya mempunyai lebih

banyak waktu untuk berbicara dengannya. Dalam keluarga besar,

disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini menghambat anak-

anak untuk berbicara sesukanya.

5) Status sosial ekonomi

Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung

kurang terorganisasi daripada keluarga kelas menengah dan atas.

Pembicaraan antar anggota keluarga juga jarang dan anak kurang

didorong untuk berbicara.

6) Status ras

Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada

kebanyakan anak berkulit hitam dapat disebabkan sebagian

karena mereka dibesarkan dalam rumah dimana para ayah tidak

ada atau dimana kehidupan keluarga tidak teratur karena

banyaknya anak atau karena ibu harus bekerja di luar rumah.

7) Berbahasa dua
25

Meskipun anak dari keluarga berbahasa dua sebanyak anak dari

keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya sangat terbatas

kalau ia berada dalam kelompok sebayanya atau dengan orang

dewasa di luar rumah.

8) Penggolongan peran seks

Terdapat efek penggolongan peran seks pada pembicaraan anak

sekalipun anak masih berada dalam tahun-tahun pra sekolah.

Anak laki-laki diharapkan sedikit berbicara dibandingkan dengan

anak perempuan. Apa yang dikatakan dan bagaimana cara

mengatakannya diharapkan dari anak perempuan, membual dan

mengkritik orang lain misalnya, dianggap lebih sesuai untuk anak

laki-laki. Sedangkan anak perempuan wajar apabila mengadukan

orang lain.

Mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi keterlambatan

bicara, selain dari unsur-unsur diatas yang menyebabkan seorang anak

menjadi terlambat bicara menurut dr. Widodo Judarwanto, S.p. A. (K)

(dalam Madyawati, 2016: 93) gangguan pendengaran juga dapat

menjadi penyebab keterlambatan bicara pada anak. Karena anak yang

mengalami gangguan pendengaran kurang dapat mendengar

pembicaraan orang-orang disekitarnya. Adapula disebabkan

kurangnya stimulus atau pola asuh yang salah.


26

d. Penanganan dan Stimulus Keterlambatan Bicara Anak

Umumnya anak usia dini mulai dapat berkomunikasi dengan

beberapa patah kata pada umur 2 tahun. Apabila anak pada usia

tersebut ada tanda-tanda gangguan dalam perkembangan bahasa,

berikut jenis terapi yang dapat dilakukan untuk anak yang mengalami

keterlambatan bicara menurut dr. Widodo Judarwanto, Sp. A dalam

Madyawati (2016: 98-100):

1) Terapi Okupasi dan Sensor Integrasi

Terapi ini mengajarkan anak untuk self care yang mencakup

aktivitas keseharian anak seperti menulis, bersosialisasi,

berpakaian, merawat diri, mengemukakan pendapat atau ide, dan

menyusun tugas agar anak dapt survive, belajar dan bermanfaat.

2) Terapi ABA

Terapi ini memberikan pelatihan khusus pada anak dengan

memberi positive reinfoecement (hadiah atau pujian).

3) Terapi Wicara

Terapi ini untuk memberikan proses penyembuhan bagi anak

yang mengalami gangguan berbahasa, bicara dan gangguan

menelan.

Keterlambatan bicara perlu mendapatkan penanganan yang

sesuai dengan kondisinya. Untuk itu perlu dilakukan assesmen apakah

kondisi keterlambatan bicara anak adalah kondisi yang hanya

terlambat bicara atau merupakan salah satu ciri dari gangguan lainnya,
27

seperti autisme, ADHD, global development delay, atau gangguan

tumbuh kembang yang lainnya. Apabila hasil assesmen ditemukan

bahwa keterlambatan bicara ini hanya terlambat bicara tanpa adanya

ganggan penyerta lainnya, maka hanya perlu dilakukan terapi wicara

dengan terapis yang profesional. Tetapi jika hasil assesmen

menunjukkan bahwa ada memiliki kecenderungan dengan gangguan

lain maka diperlukan jenis terapi yang lain. Pertama terapi sensori

integrasi, terapi untuk mengintegrasikan alat-alat indra anak dan

mengkoordinasikan alat geraknya serta membantu anak bisa

menerima rangsangan. Kedua, terapi okupasi yaitu terapi untuk

membantu anak untuk dapat mengikuti instruksi dengan benar dan

melakukan aktivitas di rumah dengan baik. Setelah anak bisa

diajarkan bisa fokus, perhatian dan dapat melakukan aktivitasnya,

kemudian baru diarahkan anak untuk dapat melakukan terapi wicara.

Namun, apabila anak keterlambatan bicara dengan gangguan penyerta

lainnya maka anak butuh untuk melakukan terapi perilaku (Hartanto,

2018: 547).

Tahap-tahapan untuk mendeteksi anak keterlambatan bicara

yaitu sebagai berikut:

1) Asesmen

Menurut Lerner dalam (Haryanto, 2019 : 13) asesmen adalah

suatu penilaian yang dilakukan sebelum anak diberikan

pelajarran atau sesudah dari hasil deteksi dini tumbuh kembang


28

anak yang ditemukan bahwa diperkirakan anak berkebutuhan

khusus. Tujuan asesmen untuk mendapatkan informasi

mengenai aspek perkembangan anak guna memahami dan

mengenal kemampuan anak secara fisik dan lingkungannya.

2) Perencanaan kegiatan atau pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan guru

untuk melaksanakna kegiatan yang memberikan fasilitas anak

dalam belajar. Rencana pembelajaran ini harus berdasarkan

karakteristik anak meliputi; usia, social, budaya, dan kebutuhan

individual). Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan

tujuan mendukung pencapaian kompetensi dasarr dan

kompetensi inti. Mengarahan guru dalam membangun sikap,

pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki anak serta

menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Mendukung

pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran (Wahyuni, 2015: 2).

3) Pelaksanaan kegiatan atau pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yaitu suatu implementasi dari

rencana pelaksanaan pembelajar. Dalam pelaksanaan

pembelajaran terjadi adanya interaksi guru dan siswa untuk

mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelum

pelaksanaan pembelajaran.
29

4) Evaluasi

Evaluasi alah proses membandingkan hasil pengukuran materi

terhadao batasan yang dibakukan. Hasil evaluasi dapat

berbentuk angka atau uraian tentang kenyataan yang terdapat

pada materi yang diukur (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1985:)

Selain penanganan khusus dari dokter sebagai orang tua juga

dapan memberikan stimulus yang baik kepada anak. Berikut beberapa

cara yang dapat dilakukan orang tua atau pendidik pada anak untuk

melatih berbicara anak menurut Madyawati (2016: 74-75), yaitu:

1) Jangan biarkan anak menonton TV sendirian

2) Sering mengajak anak berbicara.

3) Mengajarkan anak untuk selalu bersosialisai.

4) Bermain flashcard

5) Perbaiki ucapan

6) Menghindari berbicara bilingual

7) Membatasi anak bermain gadget

8) Bernyanyi dengan gerakan

9) Membacakan buku

Berdasarkan dari paparan diatas penanganan dan stimulus

keterlambatan bicara pada anak usia dini dapat ditarik kesimpulan

bahwa banyak factor yang mendukung anak unruk berkembang dalam

berbicara.pada dasarnya anak bersifat meniru semua konsep yang ada


30

dilingkungannya. Untuk mengetahui apakah anak mengalami

gangguan keterlambatan bicara perlu dilakukan asesmen apakah anak

tersebut disebabkan oleh factor-factor lainnya. Ada beberapa terapi

yang dapat dilakukan yaitu terapi okupasi dan sensor integrasi, terapi

ABA, dan terapi wicara. Selain itu ada tahapan-tahapan untuk

menanganin anak keterlambatan bicara yaitu asesmen, perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Stimulus yang

dapat dilakukan oleh orang tua maupun pendidik. Bawasannya peran

orang tua sangat penting dalam menstimulasi agar anak cepat

berbicara dengan melakukan hal-hal sederhana seperti mendampingi

anak menonton TV dan gadget, mengajak ngobrol, membacakan

buku, bernyanyi dan bermain bersama.

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengangkat judul “Studi Kasus Keterlambatan Bicara

di PAUD Anak Hebat Kartasura” terbilang cukup signifikan dengan berbagai

strategi yang dilakukan oleh orang tua dan guru di PAUD Anak Hebat

Kartasura. Berikut merupakan hasil penelitian yang relevan:

1. Penelitian yang terkait dengan topik yang diangkat adalah skripsi yang

berjudul “Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Anak (Studi Kasus

Anak Usia 5 Tahun)”. Skripsi ini ditulis oleh Wenty Anggraini (2011).

Skripsi ini menguraikan tentang keterlambatan bicara pada anak usia 5

Tahun. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi keterlambatan bicara pada anak-anak dan perlakuan


31

yang diberikan oleh orang tua dan lingkungan dalam menanggapi

masalah ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 12 faktor

yang mempengaruhi keterlambatan bicara yang terjadi pada subjek untuk

kasus ini. Ke-12 faktor tersebut adalah Multilingual, model yang layak

untuk dicerminkan, tidak adanya kesempatan untuk bekerja berbicara,

tidak adanya inspirasi untuk berbicara, penghiburan, arahan, hubungan

teman sebaya, perubahan, kelahiran kembar, orientasi, jenis kelamin, dan

besar keluarga. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian

yang akan dilakukakn oleh peneliti.

Persamaan penelitian Wenty dengan penellitian yang sedang

dikaji yaitu terletak pada jenis penelitiannya yaitu dengan deskriptif

kualitatif dan meneliti faktor penyebab keterlambatan bicara dan stimulus

orang tua dalam menghadapi masalah anak keterlambatan bicara.

Meskipun mempunyai persamaan, penelitian sebelumnya dengan

penelitian yang sedang dikaji juga memiliki perbedaan yaitu dalam

penelitian yang sedang dikaji membahas penanganan yang dapat

dilakukan orang tua dan guru disekolah dalam menghadapi anak

keterlambatan bicara.

2. Penelitian yang terkait dengan topik yang diangkat adalah skripsi yang

berjudul “Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia Dini”. Skripsi ini ditulis

oleh Ainun Jariyah (2017). Skripsi ini menguraikan tentang

keterlambatan bicara pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk
32

dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara

pada anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya faktor

genetik yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan bicara.

Dalam masalah ini anak juga berkomunikasi dengan orang lain

menggunakan isyarat (gerak tubuh). Upaya orang tua untuk

mengembangkan bicara anak dengan video, gambar, dan permainan yang

dapat merangsang perkembangan bicara anak.

Dalam penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang

sedang dikaji yaitu menggunakan metode triangulasi yakni

membandingkan karakteristik perkembangan anak keterlambatan bicara

dengan teman sebaya yang belum lancar bicara guna untuk mengetahui

faktor penyebabnya. Selain memiliki persamaan dengan penelitian

sebelumnya, penelitian ini juga memiliki perbedaan dalam pembahasan

penelitian ini fokus pada anak usia 3 tahun-an dan tidak membahas

penanganan serta stimulus anak keterlambatan bicara yang dilakukan

orang tua dan guru di sekolah.

3. Penelitian yang terkait dengan topik yang diangkat adalah skripsi yang

berjudul “Studi Kasus Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak

Usia 4 Tahun Di Tk Matahari Palembang”. Skripsi ini ditulis oleh

Ramadhana Febriyenti (2018). Skripsi ini menguraikan tentang

keterlambatan bicara pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk
33

dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara

pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

beberapa faktor-faktor yang mengalami anak keterlambatan bicara

(speech delay) yang terjadi pada kasus ini yaitu kecerdasan, posisi urutan

anak, besarnya keluarga, status ekonomi sosial, ras, berbahasa dua, suara

yang sangat gaduh, dan gaya bicara, hubungan dengan teman sebaya.

Selain faktor-faktor tersebut di atas terdapat faktor yang merupakan

temuan dalam penelitian ini yaitu pola asuh orangtua dan hubungan anak

dengan orangtua yang jarang berkomunikasi. Dalam penelitian ini

memiliki kesamaan yaitu mengidentifikasi faktor penyebab

keterlambatan bicara pada anak usia dini. Selain itu juga memiliki

perbedaan dalam penelitian pada usia anak, penelitian yang sedang dikaji

meneliti anak usia 4-5 tahun sedangkan penelitian Ramdhana hanya anak

usia 4 tahun dan tidak membahas penangan serta stimulus keterlambatan

bicara pada anak.

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2. 1
Kerangka Berpikir
34

Aspek bahasa anak usia dini dipengaruhi oleh lingkungan anak dan

sekitarnya. Kemampuan berbahasa anak ada 2 yaitu bahasa reseptif dan

bahasa ekspresif. Bahasa reseptif adalah menerima pesan atau informasi dari

orang lain dalam bentuk suara. Sedangkan bahasa ekspresif adalah

kemampuan mengungkapkan gambara, maksud, gagasan ataupun perasaan.

Pada aspek bahasa memiliki kriteria dalam tahap perkembangan sesuai usia

anak. Apabila anak tidak sesuai dengan tahap perkembangan bahasa pada

anak lain maka anak perlu adanya penanganan khusus untuk mendeteksi

gangguan tersebut. salah satunya yang sering ditermui adalah gangguan

keterlambatan bicara anak.

Keterlambatan bicara adalah anak mengalami kesulitan

mengekspresikan dirinya dalam berbicara atau mengungkapkan ide, gagasan

maupun perasaannya. Banyak factor atau unsur yang menyebabkan anak

mengalami keterlambatan bicara. Salah satunya adalah orang tua karena

orang tua adalah guru bicara awal dan baik. anak dpat mendengarkan suara

tidak hanya sesudah lahir tetapi sejak masih didalam kandungan anak sudah

dapat mendengarkan suara. Konsep anak dalam berbicara bersifat meniru apa

yang ada di sekitarnya.

Untuk mengetahui factor lain yang mempengaruhi gangguan

keterlambatan bicara yakni perlu dilakukan assesmen. Assesmen dapat

dilakukan dengan dokter spesiali anak dan tumbuh kembang. Dalam

penanganan anak keterlambatan bicara ada beberapa terapi yang dapat

dilakukan yaitu terapi okupasi dan sensori integrasi, terapi ABA, dan terapi
35

wicara. Adapula stimulasi orang tua yaitu dengan melakukan hal-hal

sederhana dalam mendapingi anak dirumah seperti, mengajak ngobrol,

membaca buku, bernyanyi dan bermain bersama.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak

Usia Dini menggunakan metode kualitatif dengann pendekatan studi kasus.

Metode kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang bermaksud untuk

tahu kenyataan tentang apa yang dialami subjek penelitian, contohnya sikap,

persepsi, motivasi, tindakan serta lain-lain, secara keseluruhan serta dengan

cara deskripsi pada bentuk kata-kata serta bahasa di suatu konteks khusus

yang alamiah serta menggunakan memanfaatkan metode alamiah (Moleong,

2006:6).

Jenis pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan studi

kasus. Studi kasus merupakan kenyataan spesifik yang hadir pada suatu

konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena

serta konteks tak sepenuhnya jelas (Poerwandari, 2001:65). Tipe studi kasus

yang dipergunakan pada penelitian ini merupakan Single case design

merupakan suatu penelitian studi kasus yang menekankan penelitian hanya

pada sebuah unit perkara saja. Single case design dipergunakan, jika peneliti

menemukan perkara eksklusif yang unik, perkara yang kritis. Tujuannya ialah

buat mengkaji fenomena atau kondisi umum dengan lebih mendalam.

Hal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah unsur-unsur yang

menyebabkan keterlambatan bicara (speech delay) pada anak dan penanganan

serta stimulus yang dapat dilakukan orang tua maupun pendidik. Dalam

36
37

penelitian ini peneliti akan melihat hal-hal yang timbul menjadi sebab dari

keterlambatan bicara. Karena alasan di atas, maka akan lebih mendalam,

apabila didapatkan dalam hasil penelitian yang berupa kata-kata apa adanya

sesuai dengan yang diungkapkan, dan sesuai dengan keadaan sebenarnya

yang dilakukan oleh subjek.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PAUD Anak Hebat Kartasura. Lokasi

ini dipilih karena PAUD Anak Hebat Kartasura merupakan salah satu

sekolah yang dipilih menjadi sekolah holistik integratif atau sering

dikenal dengan sekolah ramah anak. Selain itu, sekolah tersebut

mempunyai siswa dengan keterlambatan bicara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2021 dimulai dari observasi

lapangan untuk mendapatkan data awal sampai dengan penyusunan hasil

akhir.

Tahun Penelitian
No. Kegiatan 2021 2022 2023
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
1 Observasi √ √ √
2 Pengajuan Judul √
3 Pembuatan
Proposal (BAB 1, √ √ √ √ √ √ √ √ √
2, 3)
4 Pengumpulan
√ √ √
Data
5 Analisis Data √ √ √ √ √ √ √ √
6 Penyusunan Hasil
√ √ √ √ √ √ √ √
Akhir
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian
38

C. Subjek dan Informan Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek yang dicermati buat diteliti

peneliti, yaitu subjek yang sebagai sentra perhatian atau target penelitian.

Adapun yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah anak dengan

keterlambatan bicara usia 4-5 tahun di PAUD Anak Hebat Kartasura.

2. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang mampu memberikan informasi utama

yang diperlukan pada penelitian. Adapun yang sebagai informan dalam

penelitian ini adalah Kepala PAUD dan guru kelas di PAUD Anak Hebat

Kartasura.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpululan data merupakan langkah yang peling strategis

pada penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ialah mendapatkan data

sehingga peneliti bisa mendapatkan data secara stadarisasi sesuai

menggunakan teknik pengumpulan data (Sugiono, 2016:224-225). Dalam

pengumpulan data peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan

data untuk memperoleh keakuratan data di lapangan. Teknik pengumpulan

data yang digunakan peneliti sebagai berikut:

1. Observasi

Tekinik observasi (pengamatan) ialah teknik pengumpulan data

dengan melakukan aktivitas pencatatan kenyataan yang dilakukan secara

sistematis mengamati hal yang berkaitan dengan ruang, tempat pelaku,


39

aktivitas, waktu, insiden, serta tujuan. Teknik penelitian dapat dilakukan

secara terlibat eksklusif (partisipatif) juga nonpartisipatif buat

memperoleh data (Sugiono, 2016:226).

Sanafiah faisal dalam Sugiono (2016: 310), mengklasifikasi

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation

dan covertobservation). Selanjutnya Spradley, dalam Sugiyono membagi

observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu partisipasi pasif (passive

participacion) peneliti dating ditempat kegiatan subyek tetapi tidak ikut

dalam kegiatan tersebut. Partisipasi moderat (moderat participation)

adanya keseimbangan antara penelitian sebagai orang dalam dengan

orang luar, Partisipasi aktif (active participation) ikut terlibat dalam

kegiatan namun belum lengkap, partisipasi lengkap (complete

participation) peneliti terlibat sepenuhnya yang dilakukan subjek dan

informan.

Berdasarkan pendapat diatas observasi dalam penelitian ini

termasuk dalam observasi partisipasi pasif (passive participacion),

dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang di amati, tetapi

tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya,

peneliti datang ke sekolah, mengamati dan mencatat suasana maupun

peristiwa yang terjadi pada objek penelitian. Pada dasarnya peneliti

terlibat langsung dengan tempat dilakukan penelitian tetapi tidak aktif

dalam upaya yang dilakukan oleh subjek.


40

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih buat bertukar

info atau menggali data dan pandangan baru melalui tanya jawab,

sehingga dapat pada konstruksikan makna sesuai data yang akan dicari

peneliti (Sugiono, 2016:231-240). Dalam penelitian ini menggunakan

wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiono, 2016:220).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan

kepala sekolah dan guru kelas mengenai penyebab dan strategi

penanganan anak usia 4-5 tahun dengan keterlambatan bicara.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk menerima data pada bahan

yang berbentuk catatn atau mulut sesuai impian peneliti. Dokumentasi

adalah cacatan insiden yang telah berlalui. Dokumen bisa berbentuk foto,

laporan, rekaman atau karya-karya monumendal dari seseorang. Sifat

utama dari data dokumentasi ini tidak terbatas pada ruang dan waktu

ketika sehingga memberi peluang kepada peneliti buat mengetahui hal-

hal yang pernah terjadi di masa lampau. Dokumentasi dipergunakan

sebagai alat pelangkap serta pengumpul data yang dapet diperoleh

memulai observasi serta wawancara.

Pada peneleitian ini dokumentasi dilakukan buat mendukung dan

menunjang teknik wawancara serta observasi pada mengumpulkan data.


41

Dokumentasi yang diperoleh peneliti yaitu profil sekolah, daftar keadaan

guru dan siswa, hasil evaluasi pembelajaran, catatan deteksi dini tumbuh

kembang anak, dan catatan asesmen anak dengan keterlambatan bicara.

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data yang telah didapatkan peneliti melalui teknik pengumpulan data

tidak langsung di analisis. Sebelum dianalisis data diperiksa keabsahan data

atau keberaran data yang telah didapat. Teknik keabsahan data yang

digunakan pada penelitian ini yaitu teknik triangulasi. Teknik triangulasi

adalah metode pemeriksaan keabsahan informasi yang menggunakan

beberapa pilihan yang berbeda dari informasi tersebut untuk pemeriksaan atau

sebagai korelasi terhadap informasi tersebut (Moleong, 2006:330).

Menurut Patton pada (Moleong, 2006:330) bahwa triangulasi dengan

metode memiliki taktik yaitu:

1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data.

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data menggunakan

metode yang sama.

Rahayu dan Ardani (2004: 142) mendefinisikan triangulasi sebagai

“teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu.” Peneliti membandingkan dengan data-data yang diperoleh melalui

narasumber primer dan sekunder terhadap informan dalam triangulasi

tersebut. Informan yang digunakan adalah orang tua anak dan pendidik yang
42

menangani kasus tersebut dan juga keluarga yang lain. Denzin dalam

Moleong (2006: 330) menamakan teknik triangulasi tersebut sebagai

“triangulasi sumber data.” Tujuan digunakannya teknik triangulasi dalam

penelitian ini adalah agar peneliti dapat membandingkan atau me-recheck

temuan hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber penelitian dengan

sumber lain yang dirasa berhubungan dengan penelitian tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Spradley dalam Gunawan (2014: 210) Analisis data adalah

pencarian pola. Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari

sesuatu untuk menetapkan bagian bagiannya, hubungan antar kajian dan

keseluruhannya. Teknik pengumpulan data dan analisis data tidak secara

mudah dipisahkan, keduanya dijalankan bersamaan.

Tahap analisis data penelitian kualitatif yaitu pengumpulan data,

kondensasi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan serta veryfikasi.

Pengumpulan data merupakan sumber data yang dikumpulkan dilokasi

penelitian dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan

lapangan. Catatan lapangan dibuat sewaktu observasi dan wawancara.

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum dan memilih hal-hal pokok

penting. Dalam mereduksi data peneliti menelaah data-data yang telah

diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Data yang sudah direduksi kemudian di paparkan. Pemaparan data

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman kasus dan acuan mengambil

tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis data. Penelitian kualitatif data


43

sering disajikan dengan teks bersifat naratif. Setelah pemaparan data langkah

selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti

kuat. Akan tetapi apabila kesimpulan awal didukung denga bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka

yang disamapaikan adalah kesimpulan yang kredibel.

Gambar 3.1
Analisis Data Model Kualitatif
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Fakta Temuan Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Letak Geografis PAUD Anak Hebat Kartasura

Penelitian ini dilakukan di PAUD Anak Hebat Kartasura

terletak di Dukuh Papungan RT 03 RW 06, Pucangan, Kartasura,

Sukoharjo, Jawa Tengah. PAUD Anak Hebat Kartasura merupakan

sekolah milik Yayasan Ardian Santo Pawiro. PAUD Anak Hebat

Kartasura mendapatkan izin operasional dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Sukoharjo dengan keputusan Nomor: 800/5541/2014 dan

memperoleh NPSN dengan Nomor: 69914483. PAUD Anak Hebat

Kartasura didirikan Bapak Drs. Sukardi sejak 9 Januari 2012. Awal

merintis PAUD ini memiliki seorang guru dengan delapan orang

murid.

b. Visi dan Misi PAUD Anak Hebat Kartasura

1) Visi PAUD Anak Hebat Kartasura

Membentuk generasi sholeh, cerdas berkreatifitas, ceria

beraktifitas dan mandiri.

2) Misi PAUD Anak Hebat Kartasura

a) Membiasakan berperilaku islami dan berakhlakul karimah.

b) Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif.

44
45

c) Menyelenggarakan layanan pengembangan holistic

integrative.

d) Menyiapkan anak didik memasuki jenjang pendidikan dasar

sesuai tahap perkembangan anak.

e) Mewujudkan sekolah ramah anak bagi perkembangan peserta

didik.

f) Memfasilitasu dan menstimulus tumbuh kembang anak

secara optimal.

g) Membangun kerjasama dengan lingkup terkait dan

masyarakat guna meningkatkan dan pengoptimalan

pendidikan anak usia dini.

c. Kepengurusan PAUD Anak Hebat Kartasura

Tenaga pendidikan di PAUD Anak Hebat Kartasura yang

professional dan berkompeten di bidang Pendidikan Anak Usia Dini.

Sebagian guru di PAUD Anak Hebat merupakan lulusan dari

pendidikan anak usia dini da nada juga yang sedang menempuh

pendidikan di Pendidikan anak usia dini.

Tabel 4. 1
Daftar Pengurus PAUD Anak Hebat Kartasura
No Nama Jabatan
1 Ahmad Muhson Burhanudin, M. Pd. Penasehat
2 Drs. H. Sukardi Ketua Yayasan
3 Isnaini Syamsiyah Jamil, S. Pd. Sekretaris
4 Suparni, S. Pd. Bendahara
5 Cita Restuningrum, S. Pd. Kepala Sekolah
6 Siti Ngaisah Guru TK A
7 Lilis Haryatini, S. Pd. Guru TK A
8 Prabawati Ika Pratama Guru TK B
46

No Nama Jabatan
9 Anisa Latifah Hanif Guru TK B
10 Indriati Laila, S. Pd. Guru TK B
11 Eni Widiastuti Guru KB
12 Darwanti Guru KB

2. Identifikasi Anak Keterlambatan Bicara Di PAUD Anak Hebat

Kartasura

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan anak laki -

laki berusia lima tahun yang mempunyai permasalahan dengan

perkembangan bicaranya. Kemampuan bicara mereka jika dibandingkan

dengan tahapan tugas perkembangan bicara yang ideal ataupun dengan

anak seusianya, kedua anak tersebut mengalami keterlambatan dalam

kemampuan bicaranya (Speech Delay). Subjek merupakan anak

ketiga dari orang tuanya. Kondisi seperti ini membuat orang tua subjek

agak sedikit bingung dalam mengurus anak. Kondisi keluarga dan saudara

juga tidak memungkinkan untuk diajak berbagi pengalaman tentang

mengasuh bayi. Hal ini yang membuat orang tua subjek akhirnya merawat

subjek sendiri dengan berdasarkan naluri mereka. Mereka membuat jadwal

sendiri pada setiap harinya, seperti waktu makan, tidur, bermain, dan juga

mandi. Jadi ketika waktu makan telah tiba, walau subjek sedang bermain

dan tidak ingin makan, makanan akan tetap datang dan mereka harus

makan. Hal ini memang sangat membantu dalam pengaturan perilaku

subjek dan juga keluarganya pada setiap jamnya, melalui pembiasaan

disiplin waktu kegiatan. Untuk membuat subjek tenang dan tidak rewel

ketika waktu makan mama biasanya menyalakan televisi dengan program


47

anak-anak, memainkan musik di komputer dan menyebarkan mainan

subjek, ataupun dengan menyalakan VCD kartun kesukaan mereka.

Masalah yang dialami subjek adalah keterlambatan bicara. Hal

tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hurlock (1978: 194-196)

menyatakan seorang anak dikatakan terlambat bicara apabila tingkat

perkembangan bicaranya berada di bawah tingkat perkembangan bicara

anak seusianya yang dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, kosa

kata yang kurang dari 100 kosa kata..Cuplikan hasil wawancara dengan

guru subjek mengungkapan tanda-tanda keterlambatan bicara subjek.

Sebagaimana kutipan wawancara dengan guru subjek dibawah ini;

“…setelah mengetahui ada perkembangan anak yang kurang


berkembang karena anak usia 4-5 tahun kosa kata yang di kuasai dibawah
tingkat perkembangan anak seusiany dan menggunakan bahasa isyarat
contohnya “mengangguk berarti iya dan menggelengkan kepala berarti
tidak” (Field Note 05)

Faktor-faktor yang menyebabkan subjek dengan keterlambat bicara

kurang diklarifikasi oleh guru. Hal tersebut mungkin dikarenakan guru

tidak mengerti tentang penyebab gangguan tersebut. Guru hanya tau dari

cerita orang tua waktu masih balita sering diberi tontonan video dari

gadget tanpa bahasa serta hasil diagnosa dokter bahwa anak tersebut

mengalami gangguan lain yakni autisme dan ADHD (Lampiran 5). Selain

hasil asesmen atau pemeriksaan dari dokter terdapat juga cuplikan

wawancara dibawah ini menunjukkan bahwa guru tidak mengetahui

penyebab keterlambatan bicara yang dialami oleh subjek:

“…orang tua juga membawa anak ke dokter spesialis anak setelah


mengetahui ada perkembangan anak yang kurang berkembang karena anak
48

usia 4-5 tahun kosa kata yang di kuasai dibawah tingkat perkembangan
anak seusianya dan menggunakan bahasa isyarat contohnya mengangguk
berarti iya dan menggelengkan kepala berarti tidak. Disarankan dokter
untuk sekolah agar dibaurkan dengan anak-anak normal untuk merangsang
bicaranya dan melakukan terapi di rumah sakit. Dan perlunya
pendampingan kepada anak seperti membatasi penggunaan
gadget…”(Field note 05)

“…untuk faktornya saya kurang tau. Hanya dengar dari cerita


ibunya itu karena saat masih balita sering di kasih gadget dan diputarkan
video yang tidak berbicara dengan suara dan ibunya menjelaskan awal
masuk sekolah karena saran dari dokter spesialis anak untuk sekolah dan
digabungkan bersama anak normal untuk merangsang berbicaranya.”(Field
note 07)

Selain wawancara mengenai factor penyebab. Hasil wawancara

dengan guru kelas juga dapat menggambarkan bagaimana cara anak

berkomunikasi. Cuplikan wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

“Gavin itu masih dituntun dan dibenarkan saat pengucapan kosa

kata. Kalo ditanya namanya siapa aja bisa tapi tidak lengkap sempurna, dia

bilangnya “Apin” nanti kita betulkan “Gavin” tapi yaa kalo mau panggil

temannya dia pake kata ‘he he” sambil teriak kalo temennya belom nengok

disamperin dan ditepuk pundahnya sambil bilang “hee..” Alhamdulillah

selama ini komunikasinya baik. Kemudian kalo dia mau minta sesuatu aja

masih pake bahasa isyarat seperti nunjuk, geleng-geleng, manggut.

Umpama minta dibukakan pintu atau diambilkan sesuatu dia narik tangan

saya diajak deket pintu sambil megang gagang pintunya. Di kelas juga

sukanya bermain sendiri tidak mau bersama teman-temannya. Tantrum

juga kalau ada yang tidak paham dengan maksud gavin. Emang agak sulit

kalau diminta ngapa-ngapain, prestasinya agak tertinggal sama teman-

temannya. Itu awal-awal masuk mba. Yang jelas sekarang ada perubahan
49

perkembangan bicaranya seperti diajak ngobrol sekarang sudah bisa

nyambung dan jawabannya pas…”(Field Note 07)

Tidak hanya dari cuplikan wawancara, tetapi hasil asesmen dokter

juga menyatakan sebagaimana cuplikan wawancara:

“ wicara belum jelas (bubbling) perlu adanya terapi lanjutan”


(Lampiran 5)

3. Upaya guru menangani keterlambatan bicara pada subyek


Setelah mengetahui adanya siswa dengan keterlambatan bicara,

guru berupaya untuk melatih dan menstimulus perkembangan bicara anak.

Guru juga tidak memiliki strategi khusus untuk melatih dan menstimulus

perkembangannya. Cuplikan wawancara dibawah ini sebagai acuan guru

berupaya melatih dan menstimulus perkembangan bicara anak:

“…Penanganan yang dilakukan yaitu sering mengajak bicara anak,


megajak anak bersosialisasi, memperbaiki ucapannya, kontak mata dan
gerak mulut, bernyanyi dan bercerita. Hanya beberapa yang dapat
dilakukan sesuai pengetahuan saja karena disini tidak ada psikologi atau
guru khusus untuk menangani anak dengan keterlambatan bicara…” (Field
Note 3)

“…disini gaada strategi khusus sebenarnya mba. Ya sesuai apa


yang kita ketahui saja untuk mengembangkan semua aspek perkembangan
anak. Ya seperti ini mba kita sering bertanya kepada anak tiap baru datang
di antarr orang tua contohnya “assalamu’alaikum mas Gavin, selamat
pagi”. Kita akan melihat bagaimana respon anak melalui jawabannya.
Dibetulkan kata atau kosa kata anak, ssering diajak ngobrol hanya sekedar
menceritakan tadi sarapan lauk apa, tadi sholat subuh tidak, sikat gigi
tidak, mandi sendiri atau dimandiin. Dari hal itu kita merangsang respon
anak melalui bersosialisasi. Pembelajaran dengan menggunaka flashcard
dan eksplor benda-benda disekitarnya dan membacakan buku. Ya
pengetahuan guru disini hanya itu mba, karena juga tidak ada guru khusus
dalam penanganan anak dengan keterlambatan bicara. Anak keterlambatan
bicara disini juga masih tergolong ringan jadi perlu distimulus aja
insyaallah bisa mba.” (Field Note 07)
50

Tidak adanya guru khusus dan terapis di sekolah, orang tua subyek

juga melakukan pemeriksaan tumbuh kembang ke Rumah Sakit untuk

mendapatkan penanganan lebih lanjut. Terapi lanjutan yang dilakukan

sesuai saran dokter yaitu terapi wicara dan rehabilitasi medis (Lampiran

5).

Tahap-tahapan untuk mendeteksi anak keterlambatan bicara yaitu

sebagai berikut:

a. Asesmen

Menurut Lerner dalam (Haryanto, 2019 : 13) asesmen adalah suatu

penilaian yang dilakukan sebelum anak diberikan pelajarran atau

sesudah dari hasil deteksi dini tumbuh kembang anak yang

ditemukan bahwa diperkirakan anak berkebutuhan khusus. Tujuan

asesmen untuk mendapatkan informasi mengenai aspek

perkembangan anak guna memahami dan mengenal kemampuan

anak secara fisik dan lingkungannya. PAUD Anak Hebat Kartasura

tidak adanya guru khusus dan terapis di sekolah, orang tua subyek

juga melakukan pemeriksaan tumbuh kembang ke Rumah Sakit

untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hasil asesmen subyek

dari Rumah Sakit dijelaskan bahwa keterlambatan bicara yang

dialami subyek disebabkan adanya gangguan lain yaitu autism

ataupun ADHD (Attention Dificit Hyperactivity Disorder). Subyek

menjalankan terapi lanjutan yang dilakukan sesuai saran dokter

yaitu terapi wicara dan rehabilitasi medis (Lampiran 5).


51

b. Perencanaan kegiatan atau pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan guru untuk

melaksanakna kegiatan yang memberikan fasilitas anak dalam

belajar. Rencana pembelajaran ini harus berdasarkan karakteristik

anak meliputi; usia, social, budaya, dan kebutuhan individual).

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan tujuan

mendukung pencapaian kompetensi dasarr dan kompetensi inti.

Mengarahan guru dalam membangun sikap, pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki anak serta menyiapkan alat dan bahan

yang diperlukan. Mendukung pengelolaan dan pelaksanaan

pembelajaran (Wahyuni, 2015: 2). Dari pengamatan peneliti

perencanaan pembelajaran yang dibuat guru PAUD Anak Hebat

Kartasura tidak ada perbedaan dengan rencana pembelajaraan

anak-anak normal. Subyek mengikuti kegiatan dan pembelajaran

sama seperti anak-anak yang lain.

c. Pelaksanaan kegiatan atau pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yaitu suatu implementasi dari rencana

pelaksanaan pembelajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi

adanya interaksi guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu

yang telah direncanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran.

Subyek melakukan kegiatan pembelajaran bersama anak-anak

normal. Tidak ada kelas khusus untuk melaksanakan kegiatan

pembelajarannya.
52

d. Evaluasi

Evaluasi alah proses membandingkan hasil pengukuran materi

terhadao batasan yang dibakukan. Hasil evaluasi dapat berbentuk

angka atau uraian tentang kenyataan yang terdapat pada materi

yang diukur (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985: 12).

Berdasarkan hasil temuan mengenai factor penyebab dan cara

berkomunikasi subyek dapat dituliskan dalam hasil evaluasi

subyek. Keterangan subyek dalam perkembangan bahasa pada

semester 1 (satu) ada yang perlu dilatih yaitu 1) subyek belum

mampu mengulang kalimat sederhana, 2) menjawab pertanyaan

sesuai pertanyaan, 3) menyatakan alasan terhadap sesuatu yang

disetujui atau tidak disetujui, dan 4) menceritakan kembali cerita

yang telah di dengar. (Lampiran 6). Setelah rutin dalam

menjalankan terapi wicara dan rehabilitasi medis dengan dokter

spesialis subyek pada semester 2 (dua) banyak perubahan

(Lampiran 6). Hal tersebut dinyatakan dalam cuplikan wawancara

sebagai berikut:

“…sekarang ada perubahan perkembangan bicaranya seperti diajak


ngobrol sekarang sudah bisa nyambung dan jawabannya pas. Mau
mencontoh tulisan juga kalau belajar dikelas dan sudah mau duduk
bareng satu meja sm teman-temannya. Pokoknya sudah banyak
perubahan. Mama Gavin juga tanggap setelah mengetahui hal
tersebut, mba. Mamanya juga konsultasi ke spesialis anak dan
melakukan terapi wicara setahu saya saat mengobrol bareng Mama
mas Gavin…”(Field Note 07)
53

B. Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan di lapangan terkait subyek yang memiliki

masalah keterlambatan bicara dapat digambarkan berdasarkan 2 temuan

berikut ini:

1. Identifikasi Anak Keterlambatan Bicara Di PAUD Anak Hebat

Kartasura

Subjek merupakan anak ketiga dari orang tuanya. Kondisi keluarga

dan saudara juga tidak memungkinkan untuk diajak berbagi pengalaman

tentang mengasuh bayi. Hal ini yang membuat orang tua subjek akhirnya

merawat subjek sendiri dengan berdasarkan naluri mereka. Mereka

membuat jadwal sendiri pada setiap harinya, seperti waktu makan, tidur,

bermain, dan juga mandi. Jadi ketika waktu makan telah tiba, walau subjek

sedang bermain dan tidak ingin makan, makanan akan tetap datang dan

mereka harus makan. Hal ini memang sangat membantu dalam pengaturan

perilaku subjek dan juga keluarganya pada setiap jamnya, melalui

pembiasaan disiplin waktu kegiatan. Untuk membuat subjek tenang dan

tidak rewel ketika waktu makan mama biasanya menyalakan televisi

dengan program anak-anak, memainkan musik di komputer dan

menyebarkan mainan subjek, ataupun dengan menyalakan VCD kartun

kesukaan mereka.

Faktor penyebab keterlambatan bicara pada subjek belum diketahui

secara pasti. Dikarenakan ketidaktahuan guru subjek dalam

mengidentifikasi penyebab keterlambatan bicara. Guru subjek hanya


54

mengetahui bahwasannya kebiasaan ibu yang memberikan video melalui

gadget yang tidak bersuara atau mengeluarkan kata (Field Note 05). Hasil

wawancara dengan guru subjek yang tidak ada tanda jelas menunjukkan

faktor-faktor keterlambatan bicara yang diungkapkan oleh Hurlock (1980:

114-115).

Namun jika ditinjau dengan faktor keterlambatan bicara yang

diungkapkan oleh Jalango dalam (Dhieni, 2020: 5.6-5.7), keterlambatan

bicara pada subjek bisa disebabkan oleh salah satu faktor eksternal, yaitu

pola asuh. Hal ini diungkapkan oleh ibunya subjek saat bercerita kepada

guru, bahwa subjek saat balita sering diberikan gadget dan di putarkan

video yang tidak bersuara atau tidak mengeluarkan kata (Field note 07).

Hasil pemeriksaan subyek di Rumah Sakit, subyek didiagnosa

mengalami gangguan lain seperti autism atau ADHD (Lampiran 5).

Gangguan speech delay non-fungsional merupakan adanya gangguan

bahasa reseptif, seperti autism atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

Disorder) yang dialami anak, hal tersebut diungkapkan oleh Psikiater anak

dr. Anggia Hapsari, Sp. KJ dalam (Zeuny, 2020).

Cara subjek berkomunikasi peneliti meninjau dari hasil wawancara

dengan guru subjek yang menyebutkan bahwa subjek menggunakan

bahasa isyarat dan subjek juga mengucapkan beberapa kata meskipun kata

tersebut belum benar dan jelas. Selain itu guru subjek juga

mengungkapkan bahwa subjek menggunakan bahasa isyaratnya seperti

menggelengkan kepala, mengangguk, atau menunjuk ketika menginginkan


55

sesuatu atau ketika berkomunikasi dengan teman-temannya (Field note 5

dan 7). Hasil dari asesmen pemeriksaan dokter spesialis subyek di Rumah

Sakit juga menyatakan bicara subyek masih belum jelas atau bubbling

(Lampiran 3).

2. Upaya guru menangani keterlambatan bicara pada subyek

Upaya guru dalam menangani keterlamabatan bicara dilihat dari

hasil waeancara, guru subyek menginformasikan bahwa orangtua subjek

pernah membawa ke dokter. Orang tua juga melalukan terapi serta

menjalankan saran dari dokter untuk perkembangan bicara subyek (Field

note 05). Orangtua subjek juga meminta guru-gurunya untuk memberikan

bimbingan lebih kepada subjek ketika subjek mengalami kesulitan dalam

suatu tugas, atau saat berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah

sesuai saran dari dokter untuk di gabungkan dengan anak-anak normal

untuk merangsang perkembangan bicara subyek (Field note 07). Selain

hasil wawancara ada hasil pemeriksaan dokter yang menyarankan untuk

melakukan terapi lanjutan yaitu terapi wicara dan rehabilitasi medis.

(Lampiran 5)

Dalam upaya penanganan dilakukan tahap-tahap dalam

menaganani keterlambatan bicara yaitu sebagai berikut:

a. Asesmen
Menurut Lerner dalam (Haryanto, 2019 : 13) asesmen adalah suatu

penilaian yang dilakukan sebelum anak diberikan pelajarran atau

sesudah dari hasil deteksi dini tumbuh kembang anak yang


56

ditemukan bahwa diperkirakan anak berkebutuhan khusus. Tujuan

asesmen untuk mendapatkan informasi mengenai aspek

perkembangan anak guna memahami dan mengenal kemampuan

anak secara fisik dan lingkungannya. Untuk asesmen anak guru

menggunakan asesmen dari luar yaitu dari dokter spesialis di

Rumah Sakit. Hasil tersebut dilakukan secara individu dari pihak

orang tua yang membawa subyek ke Rumah Sakit. Hasil asesmen

subyek dari Rumah Sakit dijelaskan bahwa keterlambatan bicara

yang dialami subyek disebabkan adanya gangguan lain yaitu autism

ataupun ADHD (Attention Dificit Hyperactivity Disorder). Subyek

menjalankan terapi lanjutan yang dilakukan sesuai saran dokter

yaitu terapi wicara dan rehabilitasi medis (Lampiran 4). Di sekolah

tidak ada strategi khusus dalam penangannya keterlambatan bicara

subyek. Guru hanya menstimulus sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki dan tidak adanya guru bayangan untuk mendampingi

subyek. Cara menanganinya dengan mengajak berbicara, bermain

flashcard, membaca buku, bernyanyi dan bercerita. Dengan hal

tersebut subyek dapat menambah kosa katanya melalui kegiatan

tersebut (Field note 03-05).

b. Perencanaan kegiatan atau pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rancangan guru untuk

melaksanakna kegiatan yang memberikan fasilitas anak dalam

belajar. Rencana pembelajaran ini harus berdasarkan karakteristik


57

anak meliputi; usia, social, budaya, dan kebutuhan individual).

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan tujuan

mendukung pencapaian kompetensi dasar dan kompetensi inti.

Mengarahan guru dalam membangun sikap, pengetahuan dan

ketrampilan yang dimiliki anak serta menyiapkan alat dan bahan

yang diperlukan. Mendukung pengelolaan dan pelaksanaan

pembelajaran (Wahyuni, 2015: 2). Dari pengamatan peneliti

perencanaan pembelajaran yang dibuat guru PAUD Anak Hebat

Kartasura tidak ada perbedaan dengan rencana pembelajaraan

anak-anak normal. Subyek mengikuti kegiatan dan pembelajaran

sama seperti anak-anak yang lain.

c. Pelaksanaan kegiatan atau pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yaitu suatu implementasi dari rencana

pelaksanaan pembelajar. Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi

adanya interaksi guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu

yang telah direncanakan sebelum pelaksanaan pembelajaran.

Subyek melakukan kegiatan pembelajaran bersama anak-anak

normal. Tidak ada kelas khusus untuk melaksanakan kegiatan

pembelajarannya.

d. Evaluasi

Evaluasi alah proses membandingkan hasil pengukuran materi

terhadao batasan yang dibakukan. Hasil evaluasi dapat berbentuk

angka atau uraian tentang kenyataan yang terdapat pada materi


58

yang diukur (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985: 12).

Perkembangan bahasa subyek pada semester 1 (satu) ada yang

perlu dilatih yaitu 1) subyek belum mampu mengulang kalimat

sederhana, 2) menjawab pertanyaan sesuai pertanyaan, 3)

menyatakan alasan terhadap sesuatu yang disetujui atau tidak

disetujui, dan 4) menceritakan kembali cerita yang telah di dengar

(Lampiran 6). Subyek menjalankan terapi wicara dan rehabilitasi

medis di Rumah Sakit (Lampiran 5) dan stimulus guru yag

diberikan kepada subyek untuk meningkatkan perkembangan

bahasa subyek, sekarang subyek sudah lebih banyak perubahannya

dalam berbicara (Field Note 07).


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Simpulan yang dapat di hasilkan dari penelitian tentang penyesuaian

diri anak yang mengalami keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi keterlambatan bicara subyek ditemukan adanya faktor

keterlambatan bicara pada subjek dari factor internal dan eksternal.

Faktor internal yaitu adanya gangguan lain seperti autism atau ADHD.

Sedangkan factor eksternalnya adalah pola asuh orang tua yang salah.

Hal ini dikarenakan kurangnya stimulus dari orang tua dan dukungan

perkembangan bicara dalam berkomunikasi dilingkungan sekitarnya.

Cara berkomunikasi subjek dengan membandingkan karakteristik

perkembangan bicara subjek dengan anak-anak seusianya dengan tanda-

tanda subjek belum bisa lancar berbicara seperti teman-teman seusianya

(bubbling). Selain itu subjek juga masih banyak menggunakan isyarat

ketika berkomunikasi dengan orang lain. Bentuk komunikasi berupa

isyarat seperti menggelengkan kepala, menganggukkan kepala, dan

menunjuk dengan tangan.

2. Cara penanganan keterlambatan bicara yang dilakukan guru PAUD Anak

Hebat melalui tahap – tahap penanganan keterlambatan bicara pada anak

usia dini sebagai berikut 1) asesmen dalam upaya penanganan

keterlambata bicara pada subyek adalah menggunakan asesesmen dari

luar. Guru menggunakan hasil asesmen periksaan subyek di rumah sakit

59
60

yang dilakukan oleh orang tua subyek. Hal ini tidak ada guru

pendamping dalam upaya penanganan dan stratergi khusus dalam

penanganan keterlambatan bicara pada subyek. 2) Perencanaan kegiatan

atau pembelajaran yang dilakukan guru kepada subyek itu sama seperti

anak normal yang lain. 3) pelaksanaan pembelajaran subyek digabungkan

dengan anak-anak normal yang lain. Tidak ada ruangan khusus atau

kelompok khusus sesuai permasalahan yang dialami subyek. Upaya yang

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berbicara subjek

melalui permainan-permainan yang dapat menstimulus keinginan anak

untuk berbicara seperti flashcard, bernyanyi, dan bercerita. 4) Evaluasi

kegiatan Subyek pada semester 1 masih banyak yang perlu dilatih dalam

perkembangan bahasanya. Subyek juga melakukan terapi wicara dan

rehabilitasi medis dengan dokter spesialis. Hasil peningkatan

perkembangan bahasa subyek dari semester 1 (satu) subyek belum

mampu mengulang kalimat sederhana. Belum mampu menjawab

pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan dan belum mampu

menyatakan alasan setuju atau tidak setuju. Mulai semester 2 (dua)

subyek sudah mampu mengulang kalimat sederhana, menjawab

pertanyaan serta memberikan alasan setuju atau tidak setuju.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian, berdasarkan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:


61

1. Bagi guru memberikan kesempatan yang sama untuk berpraktek bicara

pada setiap anak. Menjadi model bicara yang baik dengan memberikan

motivasi, dorongan, serta bimbingan dalam proses belajar berbicara anak.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memaksimalkan teknik

pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi agar

lebih dapat bervariasi sehingga diperoleh data yang akurat, tepat dan

maksimal bagi keberhasilan penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan keterlambatan bicara (speech delay) pada anak.


62

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2020. Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anggraini, Wenty. 2011. “Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak


(Studi Kasus Anak Usia 5 Tahun).” Universitas Negeri Semarang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Penilaian Dalam Pendidikan


Program Akta. Mengajsr V, Universitas Terbuka. Jakarta. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/127fc25f2767da91f4
b007ae713ce4d7.pdf.

Dhieni, Nurbiana. 2020. Metode Pengembangan Bahasa. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Fadhillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik


Dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Febriyenti, Ramadhana. 2018. “STUDI KASUS KETERLAMBATAN BICARA


(SPEECH DELAY) PADA ANAK USIA 4 TAHUN DI TK MATAHARI
PALEMBANG.” Universitas Sriwijaya Palembang.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Teori. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartanto, William Surya. 2018. “Deteksi Keterlambatan Bicara Dan Bahasa


Anak.” 45: 545–49.

Haryanto, Ibnu Syamsi. 2019. Pengantar Identifikasi Dan Asesmen Suatu


Tinjauan Anak Berkebutuhan Khusus. Revisi. Yogyakarta: UNY Press.

Houston, KT. 2013. “Alex Guthrie Mendengar Suara Ibunya Hari Ini.” The
University of Akron School of Speech-Language Pathology and Audiology.
https://www.uakron.edu/sslpa/patient-experience/ (September 10, 2022).

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

———. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Istiqlal, Alfani N. 2021. “Gangguan Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada


Anak Usia 6 Tahun.” Preschool 2: 206–16.
63

Jariyah, Ainun. 2017. “Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia Dini.” Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel.

Khoiriyah. 2016. “MODEL PENGEMBANGAN KECAKAPAN BERBAHASA


ANAK YANG TERLAMBAT BERBICARA (SPEECH DELAY).” Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini 1: 36–45.
https://media.neliti.com/media/publications/187403-ID-none.pdf.

Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta:


Kencana.

Marlina. 2015. Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (Pendekatan


Psikoedukasional). Revisi. Padang: UNP Press Padang.

Moleong, J. L. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:


Rosdakarya.

———. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mulyani, Novi. 2018. Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media.

Nuraeni. 2002. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Dan Apresiasi Bahasa Dan


Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPG.

Poerwandari, E. Kristi. 2009. Pendekatan Kualitatif Untuk Perilaku Manusia.


Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesi.

Pratomo, Hafidz T. A. 2022. “Deteksi Dini Masalah Komunikasi Anak


Prasekolah.” Suara Merdeka Solo. https://solo.suaramerdeka.com/opini/pr-
051718625/deteksi-dini-masalah-komunikasi-anak-prasekolah (November
17, 2021).

Rahayu, dkk. 2004. Observasi Dan Wawancara. Jawa Timur: Bayumedia


Publishing.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.


Tandry, Novita. 2011. Mengenal Tahap Tumbuh Kembang Anak Dan
Masalahnya. Jakarta: Libri.

Tsuraya, Inas. 2013. “Kecemasan Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak
Terlambat Bicara (Speech Delay) Di RSUD DR. M. Ashari Pemalang.”
64

Developmental and Clinical Psychology 2: 38–43.

Wahyuni, Mareta dkk. 2015. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

Wiyani, Novan Ardy. 2014a. Format PAUD: Konsep, Karakteristik Dan


Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

———. 2014b. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava


Media.

———. 2020. Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Zeuny, Frista. 2020. “Penyebab Speech Delay Atau Keterlambatan Bicara Pada
Anak.” BP PAUD DAN DIKMAS D.I. YOGYAKARTA.
https://pauddikmasdiy.kemdikbud.go.id/artikel/penyebab-speech-delay-atau-
keterlambatan-bicara-pada-anak/ (September 5, 2022).
65

LAMPIRAN
66

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Dalam Penelitian


PEDOMAN WAWANCARA STUDI KASUS KETERLAMBATAN
BICARA (SPEECH DELAY) ANAK USIA DINI DI PAUD ANAK HEBAT
KARTASURA

Pedoman Wawancara
1. Apa penyebab anak dengan keterlambatan bicara (speech delay) di
PAUD Anak Hebat Kartasura?
2. Bagaimana perkembangan bahasa anak yang mengalami keterlambatan
bicara?
3. Apa penanganan guru dalam mengatasi anak dengan keterlambatan
bicara?
4. Strategi apa yang dilakukan guru dalam menstimululasi anak dengan
keterlambatan bicara?
5. Apakah ada factor penyebab keterlambatan bicara pada anak?
6. Bagaimana evaluasi perkembangan anak setelah mendapatan stimulus
di sekolahan?
67

Lampiran 2 Pedoman Observasi Dalam Penelitian


PEDOMAN OBSERVASI STUDI KASUS KETERLAMBATAN BICARA
(SPEECH DELAY) ANAK USIA DINI DI PAUD ANAK HEBAT
KARTASURA
Pedoman Observasi
1. Lembaga di sekitar PAUD Anak Hebat Kartasura
2. Fasilitas anak dengan keterlambatan bicara di PAUD Anak Hebat
Kartasura
3. Asesmen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru kepada anak
dengan keterlambatan bicara di PAUD Anak Hebat Kartasura
68

Lampiran 3 Pedoman Sumber Dokumentasi Dalam Penelitian


PEDOMAN SUMBER DOKUMENTASI STUDI KASUS
KETERLAMBATAN BICARA (SPEECH DELAY) ANAK USIA DINI DI
PAUD ANAK HEBAT KARTASURA
Pedoman Sumber Dokumentasi
1. Hasil asesmen anak dengan keterlambatan bicara
2. Hasil evaluasi anak dengan keterlambatan bicara
69

Lampiran 4 Field Note


FIELD-NOTE

Kode : 01

Judul : Observasi Pertama

Informan : Bunda Cita

Tempat : Ruang Tamu Kantor

Hari/Tanggal : Senin, 11 Oktober 2021

Waktu : 12.00-Selesai

Saya berangkat dari rumah pukul 11.45 setelah sholat dhuhur. Sebelumnya sudah

janjian dengan Bunda Cita melalui WhatsApp untuk datang ke sekolah setelah

jam 12.00 siang karena beliau ada rapat himpaudi. Saya sampai di sekolah sekitar

jam 12.00 langsung ke kantor bertemu dengan Bunda Cita selaku Kepala Sekolah

PAUD Anak Hebat Kartasura untuk meminta izin melakukan penelitian. Bunda

Cita membenarkan memang ada siswa atau murid dengan keterlambatan bicara.

Beliau mengizinkan saya melakukan penelitian di PAUD Anak Hebat Kartasura

dan melakukan observasi di hari besok Selasa 12 Oktober 2021. Bunda Cita

menyarankan untuk ikut terjun mengikuti kegiatan belajar mengajar agar

mengetahui secara mendalam mengenai siswa atau murid dengan keterlambatan

bicara.
70

FIELD-NOTE

Kode : 02

Judul : Observasi

Informan : Bunda Siti

Tempat : Kelas

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Oktober 2021

Waktu : 08.00-Selesai

Pukul 07.55 saya tiba di PAUD Anak Hebat Kartasura kemudian langsung

menuju ke kelas Bunda Siti. Saya langsung mengamati anak dengan

keterlambatan bicara saat pembelajaran berlangsung. Disini saya diberikan

kesempatan untuk memperkenalkan diri didepan kelas. Di PAUD Anak Hebat

Kartasura tidak ada kelas khusus jadi anak dengan keterlambatan bicara

digabungkan dengan anak-anak yang normal dengan tujuan dapat merangsang

bicara dan menambah kosa kata melalui suara dan interaksi teman-temannya.

Disini saya dapat mengamati denga jelas anak yang mengalami keterlambatan

bicara ini tidak bisa betah didalam kelas. Ia suka menyendiri dan tidak mau

berbaur dengan teman sebayanya. Suka menangis apabila dipaksa terlalu lama di

kelas dan anak tersebut suka menggambar sesuai imajinasinya walaupun hanya

corat coret saja.


71

FIELD-NOTE

Kode : 03

Judul : Wawancara

Informan : Bunda Indri

Tempat : Di luar Kelas

Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Oktober 2021

Waktu : 08.00-Selesai

Saya berangkat ke PAUD Anak Hebat untuk melakukan observasi lagi. Saya

langsung ke kantor bertemu Bunda Indri. Saya langsung diajak mengenal lebih

dekat dengan anak yang mengalami keterlambatan bicara. Kegiatan pertama

dilakukan di mushola untuk mengajarkan anak berwudhu dan sholat. Selesai

sholat dilanjutkan muroja’ah. Hal ini merupakan kegiatan pembiasaan yang

dilaksanakan PAUD Anak Hebat Kartasura setiap hari sebelum kegiatan belajar.

Setelah anak-anak selesai melaksanakan wudhu, sholat dan muroja’ah dilanjutkan

kegiatan mendengarkan cerita dari Bunda Indri. Setelah semua kegiatan di

mushola selesai dilanjutkan melihat binatang kelinci di halaman belakang PAUD

Anak Hebat Kartasura. Setalah itu anak-anak cuci tangan dan persiapan untuk

makan siang bersama. Sambil menunggu anak-anak selesai makan saya bertanya

kepada Bunda Indri “anak keterlambatan bicara yang ada di PAUD Anak Hebat

Kartasura disebabkan oleh apa, Bun?” Beliau menjawab “Keterlambatan bicara

disini sering ditemukan karena diberikan tontonan video dari gadget yang tidak

berbahasa dan tidak ada batasan waktu serta kurangnya pendampingan orang tua.

Hal ini diketahui saat tes wawancara orang tua sebelum masuk sekolah disini”.
72

Kemudian saya mengajukan pertanyaan kedua “ Bagaimana perkembangan

bahasa anak yang mengalami keterlamabatan bicara, Bun?” Beliau menjawab

“Kosa kata yang dikuasai masih sedikit terkadang masih suka menggunakan

bahasa isyarat menggeleng dan menganggukan kepala untuk menjawab iya atau

tidak. Sosial emosionalnya juga belum mau bergabung main dengan teman

sebayanya.” Pertanyaan ketiga “penanganan yang dilakukan guru untuk anak

dengan keterlambatan bicara apa, Bun?” Beliau menjawab “Penanganan yang

dilakukan yaitu sering mengajak bicara anak, megajak anak bersosialisasi,

memperbaiki ucapannya, kontak mata dan gerak mulut, bernyanyi dan bercerita.

Hanya beberapa yang dapat dilakukan sesuai pengetahuan saja karena disini tidak

ada psikologi atau guru khusus untuk menangani anak dengan keterlambatan

bicara. Anak keterlambatan bicara disini masih masuk golongan ringan yang mana

masih dapat ditangani dengan stimulus yang baik. Karena anak adalah peniru

ulung yang mana secara tidak langsung apa yang kita lakukan dapat menjadi

contoh dia melakukan sesuatu.”


73

FIELD-NOTE

Kode : 04

Judul : Wawancara

Informan : Bunda Lilis

Tempat : Di luar Kelas

Hari/Tanggal : Senin, 18 Oktober 2021

Waktu : 08.00-Selesai

Saya tiba di PAUD Anak Hebat Kartasura pukul 07.50 dan mengikuti kegiatan

menyimak membaca dan mengaji anak-anak. Dan saya sambil bertanya-tanya

mengenai strategi penanganan anak dengan keterlambatan bicara. Saya bertanya

kepada beliau “strategi yang dilakukan dalam penanganan anak keterlambatan

bicara disini apa, Bun?”. Beliau menjawab “disini gaada strategi khusus

sebenarnya mba. Ya sesuai apa yang kita ketahui saja untuk mengembangkan

semua aspek perkembangan anak. Ya seperti ini mba kita sering bertanya kepada

anak tiap baru datang di antarr orang tua contohnya “assalamu’alaikum mas

Gavin, selamat pagi”. Kita akan melihat bagaimana respon anak melalui

jawabannya. Dibetulkan kata atau kosa kata anak, ssering diajak ngobrol hanya

sekedar menceritakan tadi sarapan lauk apa, tadi sholat subuh tidak, sikat gigi

tidak, mandi sendiri atau dimandiin. Dari hal itu kita merangsang respon anak

melalui bersosialisasi. Pembelajaran dengan menggunaka flashcard dan eksplor

benda-benda disekitarnya dan membacakan buku. Ya pengetahuan guru disini

hanya itu mba, karena juga tidak ada guru khusus dalam penanganan anak dengan
74

keterlambatan bicara. Anak keterlambatan bicara disini juga masih tergolong

ringan jadi perlu distimulus aja insyaallah bisa mba.”


75

FIELD-NOTE

Kode : 05

Judul : Wawancara

Informan : Bunda Wanti

Tempat : Di luar Kelas

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Oktober 2021

Waktu : 08.00-Selesai

Saya tiba di PAUD Anak Hebat pukul 07.45 langsung ke kantor dan ikut gabung

menyambut anak-anak yang baru saja datang. Disitu saya bertanya kepada Bunda

Wanti “Bun, anak keterlambatan bicara disini pendekatan dan penanganan yang

dilakukan orang tau apa kalau tau anaknya memiliki kekurangan?”. Beliau

menjawab “orang tua juga membawa anak ke dokter spesialis anak setelah

mengetahui ada perkembangan anak yang kurang berkembang karena anak usia 4-

5 tahun kosa kata yang di kuasai dibawah tingkat perkembangan anak seusianya

dan menggunakan bahasa isyarat contohnya mengangguk berarti iya dan

menggelengkan kepala berarti tidak. Faktornya saya kurang tau juga mba. Tapi

disarankan dokter untuk sekolah agar dibaurkan dengan anak-anak normal untuk

merangsang bicaranya dan melakukan terapi di rumah sakit. Dan perlunya

pendampingan kepada anak seperti membatasi penggunaan gadget. Orang tua

mengetahui hal tersebut saat anak sudah mau memasuki usia 2 atau 3 tahun yang

biasanya anak sudah cerewet namun anak tersebut tidak. Bahkan susah berbaur

dengan temannya dan sering bermain sendiri.”


76

FIELD-NOTE

Kode : 06

Judul : Mengumpulkan Data

Informan : Bunda Praba

Tempat : Di Kantor

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Oktober 2021

Waktu : 08.00-Selesai

Hari ke 6 saya melakukan penelitian di PAUD Anak Hebat Kartasura. Setiba di

sekolah saya menemui Bunda Praba. Saya mendapatkan beberapa data mengenai

catatan administrasi sekolah, hasil evaluasi anak, profil sekolah, daftar keadaan

guru di PAUD Anak Hebat.


77

FIELD-NOTE

Kode : 07

Judul : Wawancara

Informan : Bunda Siti

Tempat : Di Kelas

Hari/Tanggal : Kamis, 3 Febuari 2022

Waktu : 08.00-Selesai

Pada waktu itu saya tiba di PAUD Anak Hebat Kartasura pukul 08.15 saya

langsung ke kelas Bunda Siti selaku wali kelas. Saya ikut pembukaan kelas

hingga semua kegiatan selesai. Setelah kegiatan selesai saya bertanya bagaimana

cara berkomukasinya mas Gavin kepada Bunda Siti. Beliau menjawab “Gavin itu

masih dituntun dan dibenarkan saat pengucapan kosa kata. Kalo ditanya namanya

siapa aja bisa tapi tidak lengkap sempurna, dia bilangnya “Apin” nanti kita

betulkan “Gavin” tapi yaa kalo mau panggil temannya dia pake kata ‘he he”

sambil teriak kalo temennya belom nengok disamperin dan ditepuk pundahnya

sambil bilang “hee..” Alhamdulillah selama ini komunikasinya baik. Kemudian

kalo dia mau minta sesuatu aja masih pake bahasa isyarat seperti nunjuk, geleng-

geleng, manggut. Umpama minta dibukakan pintu atau diambilkan sesuatu dia

narik tangan saya diajak deket pintu sambil megang gagang pintunya. Di kelas

juga sukanya bermain sendiri tidak mau bersama teman-temannya. Tantrum juga

kalau ada yang tidak paham dengan maksud gavin. Emang agak sulit kalau

diminta ngapa-ngapain, prestasinya agak tertinggal sama teman-temannya. Itu

awal-awal masuk mba. Yang jelas sekarang ada perubahan perkembangan


78

bicaranya seperti diajak ngobrol sekarang sudah bisa nyambung dan jawabannya

pas. Mau mencontoh tulisan juga kalau belajar dikelas dan sudah mau duduk

bareng satu meja sm teman-temannya. Pokoknya sudah banyak perubahan. Mama

Gavin juga tanggap setelah mengetahui hal tersebut, mba. Mamanya juga

konsultasu ke spesialis anak dan melakukan terapi wicara setahu saya saat

mengobrol bareng Mama mas Gavin. Sekarang tinggal melanjutkan stimulus yang

lebih baik dan mendampingi anak saat bermain, menonton TV/Video yang

berbahasa serta sering mengajak anak mengobrol bahkan bernyanyi dan menari

bersama.” Saya bertanya kepada Bunda Siti “Bunda untuk factor penyebab

keterlambatan bicara mas Gavin itu apa bunda?” beliau menjawab “untuk

faktornya saya kurang tau. Hanya dengar dari cerita ibunya itu karena saat masih

balita sering di kasih gadget dan diputarkan video yang tidak berbicara dengan

suara dan ibunya menjelaskan awal masuk sekolah karena saran dari dokter

spesialis anak untuk sekolah dan digabungkan bersama anak normal untuk

merangsang berbicaranya.”
79

Lampiran 5 Hasil Evaluasi


80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90

Lampiran 6 Hasil Assesment


91
92

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian

19 Mei 2023
93

Lampiran 8 Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

Identitas Diri
Nama Lengkap : Cantika Delfi Artamia
Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 April 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Gang Pelembatok-Keputren
RT 02/08, Kartasura,
Sukoharjo
Riwayat Pendidikan
1. SD : SD Negeri 04 Kartasura (2005-2011)
2. SMP : SMP Muhammadiyah 1 Kartasura (2011-2014)
3. SMA : SMA Negeri 2 Sukoharjo (2014-2017)
4. S1 : UIN Raden Mas Said Surakarta (2018-2023)
Riwayat Organisasi
1. OSIS SMP Muhammadiyah 1 Kartasura (Sebagai Wakil Ketua Osis Tahun
2012-2013)
2. OSIS SMA N 2 Sukoharjo (Sebagai Anggota Devisi Keagamaan Tahun
2015-2016)

Anda mungkin juga menyukai