Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sukanti Ningsih

NIM : 2010101051

Skenario Asuhan Neonatus dan Bayi


Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular dan
upaya menurunkan angka kematian pada anak. Masing-masing imunisasi disesuaikan
dengan jadwal pemberian, teknik pemberian, dan memberikan efek samping yang
berbeda-beda. Berbagai macam penyakit dapat di cegah dengan pemberian imunisasi,
akan tetapi masih terdapat pro dan kontra yang ada di masyarakat berkaitan dengan
imunisasi pada bayi. Tantangan imunisasi bayi juga bertambah pada masa pandemi
covid 19. Oleh karena itu upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
LO)

1. Definisi dari imunisasi

2. Jenis-jenis imunisasi pada anak bayi

3. Jadwal pemberian imunisasi pada anak bayi

4. efek samping dan kontraindikasi pada pemberian imunisasi pada anak bayi

5. Dampak tidak lengkapnya pemberian imunisasi pada anak bayi

6. Wewenang bidan dan cara bidan dalam mengatasi pandangan negative masyarakat
terhadap imunisasi pada anak bayi

7. Aturan pemberian imunisasi pada anak di era covid-19


Step VI (LO)

1. Definisi dari imunisasi

Jawab :

 Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

 Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah


penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita (Mardianti & Farida, 2020).

2. Jenis-jenis imunisasi pada anak bayi

Jawab :

 BCG 1 bulan & polio/opv 2,3,4 bulan

 Campak-Rubela (MR) bayi berumur 9 bulan, JE (Japanese


Enchephalitis) bayi berumur10 bulan, PCV 3 bayi berumur 12 bulan

 Hepatitis B waktu pelaksanaannya di berikan pada waktu bayi baru


lahir

 Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi


segera setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan
vitamin K1 minimalm30 menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg
positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg)
pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir.

 Efek samping vaksin BCG umumnya bersifat lokal, berupa pustul,


abses, luka, krusta, skar. Efek samping lokal ini biasanya disebabkan
oleh teknik penyuntikan yang salah. Sedangkan efek samping sistemik
seperti limfadenitis, osteitis, demam, dan infeksi TB diseminata jarang
ditemukan, dan seringkali hanya terjadi pada individu dengan
imunodefisiensi.

 Efek samping imunisasi MR 1. Demam 2. Ruam 3. Alergi 4. kejang 5.


bintik-bintik seperti memar

 Dosis, teknik pemberian, tempat pemberian :

Hb : 0,5 ml, intramuscular, paha kanan

BCG : 0,05 ml, intracutan, lengan kanan

OPV : 2 tetes, oral, mulut

DPT-HB-Hib : 0,5 ml, intramuscular, paha kiri

IPV : 0,5 ml, intramuscular, paha kanan atau kiri

PCV : 0,5 ml, intramuscular, lokasi penyuntikan diberi jarak minimal 2,5
cm

MR: 0,5 ml, intramuscular, lengan kiri

 Efek samping Hepatitis B ini hanya berupa keluhan nyeri pada


bekas suntikan, yang disusul dengan demam ringan
danpembengkakan. Namun, reaksi ini bisa menghilang dalam waktu
dua hari

 Kontraindikasi Campak individu yang mengidap penyakit imune


defiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukimia,limfoma

 Kontraindikasi vaksin BCG (bacille calmette guerin) pada prinsipnya


sama dengan kontraindikasi pemberian vaksin lain. Individu yang akan
divaksin harus dalam kondisi sehat, dan tidak memiliki riwayat
hipersensitif terhadap komponen vaksin. Penderita imunodefisiensi
atau mengonsumsi imunosupresan merupakan kontraindikasi vaksin.

 Dosis polio Sebagai imunisasi primer, dosisnya adalah 0,5 ml. Dosis
pertama diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir dalam bentuk tetes
mulut (OPV). Vaksin selanjutnya diberikan saat usia 2 bulan, 3 bulan,
dan 4 bulan. Vaksin booster diberikan saat anak berusia 18 bulan. Efek
samping, Pusing, Nyeri atau kemerahan di area penyuntikan, Telinga
berdenging, Demam, Anak rewel atau terlihat Lelah, Muntah.

 Imunisasi DPT adalah imunisasi yang diberikan guna melindungi


tubuh dari penyakit Difteri, partusis dan tetanus. jadwal pemberian
Usia 2,4,6,18 bulan kemudian 5 tahun dan pada usia 10-12 tahun
sebagai booster.

 Vaksin Hib bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus


influenza tipe B. Infeksi bakteri ini dapat memicu penyakit, seperti
radang selaput otak (meningitis), radang paru-paru (pneumonia),
radang sendi (septic arthritis), dan radang pada lapisan pelindung
jantung (perikarditis). Reaksi KIPI Hib meliputi:
Bengkak atau kemerahan di bagian lengan yang disuntik, Hilang nafsu
makan
Mengantuk, Demam

 Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk melindungi anak dari


campak, gondongan, dan rubella. Ketiga kondisi ini dapat
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis,
pembengkakan otot, atau hilang pendengaran (tuli).
Reaksi KIPI MMR adalah: Demam selama 2–3 hariKulit gatal Bengkak,
merah, dan sakit di area bekas sun

 Kontraindikasi DPT (pertusis) : cerebral & neurological abnormality,


jgn diberikan dlm bntk kombinasi tp scr terpisah yaitu DT tanpa
pertusis dan HepB. Waspada by dg riw kejang demam.

 Kontra indikasi dari


1. DPT HB HIB ykejang atau jaraknya otak pada bayi baru lahir atau
kaya neng saraf serius
2. vaksin hepatitis B penderita infeksi berat dan disertai kejang
3. vaksin polio oral pada individu yang menderita imun Defisiensi
tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio
pada anaknya sedang sakit.
4. IPV sedang demam penyakit akut atau penyakit kronis Progresif
hipersensitif pada pemberian vaksin ini sebelumnya penyakit demam
akibat infeksi akut alergi terhadap streptomisin.

 Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai


umur 6 minggu, dosis kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus
selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan
interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI,
2020). Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi
rotavirus. Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga bisa
menyebabkan KIPI, seperti: gatal-gatal, muntah, diare, mengi atau
bengek, jantung berdebar.

 Vaksin influenza merupakan vaksin yang mampu melindungi Anak


dari penyakit flu. Vaksin ini sebaiknya diberikan setiap satu tahun
sekali. Meski merupakan penyakit ringan, flu nyatanya juga bisa
menimbulkan masalah besar bagi sebagian orang. Meski biasanya
hanya menimbulkan gejala ringan, flu juga bisa menyebabkan
komplikasi serius. Menurut WHO, angka kejadian influenza yang
berkomplikasi mencapai 5 juta kasus per tahun dan angka kematian
mencapai 650.000 kasus di seluruh dunia. Oleh karena itu, WHO, IDAI,
dan PAPDI merekomendasikan vaksin influenza untuk diberikan
setahun sekali, terutama di masa pandemi COVID-19. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi meliputi pneumonia, gangguan sistem
saraf pusat, dan gangguan jantung seperti miokarditis dan serangan
jantung. Selain itu, flu juga bisa memperparah kondisi penyakit kronis,
seperti asma, diabetes, dan gagal jantung kongestif. Efek samping
vaksin Influenza, seperti Rasa sakit, kemerahan, dan bengkak di area
yang disuntik, demam, mual, lelah, sakit kepala dan nyeri otot.

 Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang


menyebar melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi JE. Beberapa KIPI yang dapat muncul adalah:
area bekas suntikan kemerahan, bengkak atau nyeri saat ditekan, sakit
kepala, nyeri otot, demam

 Varisela
Imunisasi varisela diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. KIPI yang bisa
terjadi meliputi: Sakit, kemerahan, dan bengkak di area bekas suntikan
Benjolan di bagian yang disuntik, Demam
vaksin varisela dapat diberikan pada usia 12-24 bulan

 PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur
12- 15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV
2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak
2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020). Vaksin PCV
(pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan
septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
Reaksi KIPI PCV antara lain: Bengkak dan kemerahan di area yang
disuntik dan demam.

 Vaksin demam berdarah yang telah tersedia adalah vaksin CYD-TDV


(dengvaxia). Vaksin ini berisi virus dengue tetravalen yang telah
dilemahkan. Tetravalen artinya vaksin tersebut dapat membentuk
kekebalan tubuh terhadap 4 tipe virus dengue yang beredar, yaitu virus
dengue serotipe 1–4. Vaksin ini telah mendapatkan izin edar di
beberapa negara endemik demam berdarah dan biasanya diberikan 3
kali dengan jarak waktu penyuntikan 4–6 bulan.

 Kontraindikasi vaksin dengue adalah pada pasien dengan reaksi


alergi yang berat terhadap vaksin maupun komponen vaksin, pasien
dengan imunosupresi berat, dan pasien yang belum pernah mengalami
infeksi dengue. Pemberian vaksin dengue perlu diperhatikan pada
pasien yang akan melakukan pemeriksaan tuberkulin.

 Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang


setiap 3 tahun (IDAI, 2020). Vaksin ini diberikan untuk mencegah
penyakit tipes, yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Reaksi KIPI tipes antara lain: gatal-gatal, demam, bengkak di
wajah, bibir, atau lidah, lengan yang disuntik terasa nyeri ketika ditekan,
sakit kepala

 Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali
dengan jarak 6-15 bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI,
2020). Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk
mencegah kanker serviks. KIPI HPV dapat berupa: sakit kepala,
demam, lengan yang disuntik kemerahan dan terasa nyeri, pingsan

 Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera


mungkin sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau
lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020). Vaksin
BCG diberikan untuk melindungi tubuh dari penyakit tuberkulosis (TB).
KIPI pada vaksin BCG adalah: ruam merah di area suntikan, demam,
sakit ketika buang air kecil, sakit perut, muntah.
 Vaksin Hepatitis A Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk
mencegah hepatitis A yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A.
KIPI yang bisa terjadi adalah: demam, mual, hilang nafsu makan, sakit
kepala, sulit bernapas, bengkak di wajah, bibir, atau lidah, ruam
kemerahan atau bengkak di area suntikan

3. Jadwal pemberian imunisasi pada anak bayi (jadi satu dengan nomor 2)

4. efek samping dan kontraindikasi pada pemberian imunisasi pada anak bayi (jadi satu
dengan nomor 2)

5. Dampak tidak lengkapnya pemberian imunisasi pada anak bayi

Jawab :

 Dampak tidak lengkap dari imunisasi Tetanus (Penyakit yang


disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin).

 Selain ancaman penyakit campak, dampak imunisasi dasar anak


tidak lengkap dapat menyebabkan anak rentan akan difteri.

 1. Difteri (Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium)


2. Pertusis (Penyakit pada saluran pernafsan yang disebabkan oleh
bakteri Bordetela pertussis atau batuk rejan)
3. Hemofilus Influenza tipe-b/Hib ( Salah satu bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi di beberapa organ, seperti meningitis, epiglottitis,
pneumonia, artritis dan selulitis, banyak menyerang anak di bawah
usia 5 tahun terutama pada usia 6 bulan).

 Dampak tidak lengkap imunisasi MR/Campak pada bayi adalah


demam dan merah-merah selain itu dapat menyebabkan radang otak.
pada janin dalam kandungan ibu yang terkena campak dapat
menyebabkan kelainan jantung, buta krn katarak, keterbelakangan
mental, otak tidak berkembang dan tuli.

 Penyakit TBC
Dampak jika bayi tidak imunisasi adalah terkenanya penyakit
Tuberculosis (TBC). Terjangkit Hepatitis B Jenis penyakit ini salah
satu penyakit yang dapat menyebabkan kehilangan nyawa pada
seseorang, sebab infeksi hepatitis merupakan suatu infeksi virus pada
hati.
Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin
(racun).
Terkena Radang Selaput Otak Agar bayi tidak terkena dengan
penyakit meningitis, ada baiknya dilakukan pencegahan dengan
melakukan imunisasi HIB. Polio Dampak jika bayi tidak imunisasi
berikutnya adalah terkena penyakit polio.

 Anak-anak dan balita lebih berisiko terjangkit penyakit infeksi oleh


karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum sempurna (Atikah
proverawati & Citra Setyo Dwi Andhini, 2017, h.11).

 Japanese encephalitis (JE) merupakan suatu penyakit infeksi


peradangan otak akibat virus JE yang ditularkan oleh nyamuk. JE lebih
sering ditemukan di negara beriklim tropis dibanding beriklim dingin,
terutama pada musim hujan. Sebagian besar orang yang terinfeksi
virus JE tidak bergejala atau gejala tidak spesifik menyerupai flu.
Apabila anak tidak diberikan vaksin JE akan lebih rentan terkena
penyakit tersebut. JE bisa menyebabkan kematian. Setiap tahun
diperkirakan terjadi 67.900 kasus JE dengan 13.600-20.400 kematian.
Bilapun bertahan hidup, biasanya penderita seringkali mengalami
gejala sisa (sekuele), antara lain gangguan sistem motorik (motorik
halus, kelumpuhan, gerakan abnormal); gangguan perilaku (agresif,
emosi tak terkontrol, gangguan perhatian, depresi); atau gangguan
intelektual (retardasi); atau gangguan fungsi saraf lain (gangguan
ingatan/memori, epilepsi, kebutaan).

6. Wewenang bidan dan cara bidan dalam mengatasi pandangan negative masyarakat
terhadap imunisasi pada anak bayi

Jawab :

 Pemberian informasi mengenai konseling, informasi dan edukasi


terhadap pelayanan imunisasi sedianyaharus selalu dilakukan karena
ini merupakan atribusi undang-undang khususnya untuk paraibu balita
dalam sebuah pelayanan kebidanan.

 Bidan tentunya mempunyai peran penting dalam vaksinasi, bidan


mempunyai kewenangan mulai dari masa bayi baru lahir s/d balita
hingga pra sekolah. Pemberian informasi mengenai konseling,
informasi dan edukasi terhadap pelayanan imunisasi sedianya harus
selalu dilakukan karena ini merupakan atribusi undang-undang
khususnya untuk paraibu balita dalam sebuah pelayanan kebidanan.

7. Aturan pemberian imunisasi pada anak di era covid-19

Jawab :

Adapun, prinsip – prinsip yang menjadi acuan dalam melaksanakan program


imunisasi pada masa pandemi COVID-19 yaitu:
1) imunisasi dasar dan lanjutan tetap diupayakan lengkap dan dilaksanakan sesuai
jadwal untuk melindungi anak dari PD3I;

2) secara operasional, pelayanan imunisasi baik di posyandu, puskesmas, puskesmas


keliling maupun fasilitas kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi
mengikuti kebijakan pemerintah daerah setempat;

3) kegiatan surveilans PD3I harus dioptimalkan termasuk pelaporannya; serta 4)


menerapkan prinsip PPI dan menjaga jarak aman 1 – 2 meter.

Keberlangsungan pelayanan imunisasi ditentukan berdasarkan pertimbangan risiko


dan manfaat dengan langkah sebagai berikut:

1. Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan penilaian dan pemetaan risiko


berdasarkan analisis epidemiologi transmisi lokal COVID-19, cakupan imunisasi rutin
setempat, dan situasi PD3I;

2. Dinas kesehatan dan puskesmas membuat rekomendasi keberlangsungan


pelaksanaan pelayanan imunisasi di wilayah kerjanya;

3. Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan advokasi kepada pemerintah daerah


setempat untuk memperoleh dukungan dari pimpinan daerah beserta jajarannya baik
dari segi kebijakan maupun operasional agar pelayanan imunisasi dapat berjalan
untuk memberikan perlindungan optimal kepada anak;

4. Dinas kesehatan dan puskesmas melakukan monitoring intensif terhadap cakupan


imunisasi dan surveilans PD3I untuk mendapatkan gambaran tingkat perlindungan di
masyarakat dan untuk mengindentifikasi kelompok masyarakat yang berisiko tinggi
terjadinya KLB untuk menjadi prioritas dalam kegiatan catch up imunisasi sesudah
masa pandemi COVID-19 selesai.

Berdasarkan penilaian dan pemetaan risiko, rekomendasi keberlangsungan pelayanan


imunisasi dapat berupa:

1. Pelayanan imunisasi dijalankan dengan pilihan tempat:

a. Posyandu

b. Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya yang memberikan layanan imunisasi

c. Puskesmas keliling

2. Pelayanan imunisasi ditunda dan mengharuskan petugas (dibantu kader kesehatan)


mencatat anak-anak yang belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk diprioritaskan pada
kesempatan pertama pelayanan imunisasi dapat diberikan.

Anda mungkin juga menyukai