Anda di halaman 1dari 45

IMUNISASI PADA BAYI DAN

BALITA

Kelompok 24
Fanny Laras Septi
Indriantika

Pengertian imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan


kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukan vaksin kedalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang
dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui
suntikan (misalnya BCG, DPT, dan campak)
dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).

Tujuan imunisasi

Tujuan
pemberian
imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi
kebal
terhadap
penyakit
sehingga dapat menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas
serta
dapat
mengurangi
kecacatan akibat penyakit yang
dapat
dicegah
dengan
imunisasi.

Jenis imunisasi terbagi menjadi dua, yaitu :

Imunisasi yang
diwajibkan

Imunisasi yang dianjurkan

Imunisasi yang diwajibkan


BCG

Hepatitis B
DPT

Polio
Campak

Imunisasi yang dianjurkan


MMR
Hib

Varicella
Hepatitis A
Pneumokokus

Influenza
Tifoid

Imunisasi yang diwajibkan

1. BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC. Vaksin BCG merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. TBC
disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis
Diberikan dibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah
usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberculin). Jika ada
penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang
ke rumah, segera setelah lahir bayi harus di imunisasi BCG.
Kontra indikasi :
Bayi yang TB atau menunjukan mantoux positif. Adanya
penyakit kulit yang berat dan menahun seperti : eksim,
furunkulosis dan sebagainya.

Efek Samping :
Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat
suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi
luka.
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan
atau leher,
Reaksi ini normal tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
Cara Pemberian :
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
dengan 4 ml pelarut.
Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis sebanyak
itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan jarum kecil yang
khusus
Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke dalam
lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk
memberikan suntikkan intrakutan secara tepat, harus menggunakan
jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26)

Vaksin BCG

2. Hepatitis B
Diberikan sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,
kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Dilanjutkan pada usia 1 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu
pengidap VHB, diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobin
antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
dosisnya diberikan Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara
suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua
dan ketiga.

Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Dan tidak dapat
diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

Efek Samping :
Umumnya tidak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang),
berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul
demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.

Cara Pemberian :
Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai
program/anjuran, yakni 0,5 cc.
Posisi bayi diatur (bayi dipangku ibunya,
tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga
kepala, bahu, dan memegang sisi luar
tangan kiri bayi, tangan kanan bayi
melingkar kebadan ibu dan tangan kanan
ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
Pada anak di lengan dengan cara
intramuskuler. Sedangkan pada bayi dipaha
lewat anterolateral (antero = otot-otot di
bagian depan; lateral = otot bagian luar).
Posis

Vaksin
Hepatitis B
vaksin PID

3. Polio
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan
melalui mulut dengan dosis 2 tetes. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur
beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu.
Vaksin polio dilakukan sampai 4 kali. Pemberian
vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,
vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT
dengan interval 2 jam.
Diberikan Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia
2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5
tahun.

Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan pada anak
yang menderita penyakit akut atau
demam tinggi
muntah atau diare, penyakit kanker
atau keganasan, HIV/AIDS, sedang
menjalani pengobatan steroid dan
pengobatan radiasi umum, serta
anak dengan mekanisme kekebalan
terganggu.

Efek Samping :
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot.
Cara Pemberian :
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis
Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis
Vaccine/OPV).
Setiap membuka vial baru harus menggunakan
penetes
(dropper) yang baru.
Atur posisi bayi, minta orang tua untuk memegang bayi
dengan kepala disangga dan dimiringkan kebelakang
Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah.
Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut
bayi secara hati-hati, baik dengan ibu jari pada dagu
(untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi
dengan jari-jari.

4. DPT
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang
telah dilemahkan (toksoid).
Vaksin terhadap pertusis terbuat dari kuman
Bordetella Pertusis yang telah dimatikan.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi
aktif adalah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman
tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan.
Ada 3 macam kemasan vaksin, yaitu:
Bentuk kemasan tunggal tetanus(TT)
Kombinasi dengan vaksin difteria dan tetanus (DT)
Kombinasi dengan Vaksin difteria, pertusis dan
tetanus(DPT)

Usia dan Jumlah


Pemberian
: bayi (2, 4, 6 bulan)
3 kali di usia
Imunisasi ulang pertama dilakukan
pada usia 1,5 2 tahun atau pada
usia 18 bulan setelah imunisasi
dasar ke-3.
Diulang lagi dengan vaksin DT pada
usia 5-6 tahun (kelas 1) vaksin
pertusis tidak dianjurkan untuk anak
berusia lebih dari 5 tahun karena
reaksi yang timbul dapat lebih hebat
selain itu perjalanan penyakit pada
usia > 5 tahun tidak parah.

Diulang lagi pada usia 12 tahun (menjelang tamat


SD). Anak yang mendapat DPT pada waktu bayi
diberikan DT 1 kali saja dengan dosis 0,5 cc dengan
cara IM, dan yang tidak mendapatkan DPT pada
waktu bayi diberikan DT sebanyak 2 kali dengan
interval 4 minggu dengan dosis 0,5 cc secara IM,
apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang
didapat pada waktu bayi maka tetap diberikan 2 kali
suntikan. Bila bayi mempunyai riwayat kejang
sebaiknya DPT diganti dengan DT dengan cara yang
sama dengan DPT.

Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan kepada anak yang kejangnya di sebabkan
suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang
betul-betul berat atau habis di rawat karena infeksi otak, dan
yang alergi terhadap DPT. Mereka hanya boleh menerima vaksin
DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.

Efek Samping :
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti : lemas, demam,
pembengkakan, dan atau kemerahan pada bekas penyuntikan.
Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,
iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari.

Cara pemberian :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogen.
Disuntikan secara Intramuskular pada paha
tengah luar dengan dosis pemberian 0,5 ml
Posisi bayi diatur ( bayi dipangkuan ibunya,
tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga
kepala, bahu dan memegang sisi luar tangn bayi.
Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu dan
tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan
kuat.

Posis

5. Campak
penyakit campak mudah menular,
dan mereka yang daya tahan
tubuhnya lemah gampang sekali
terserang penyakit yang disebabkan
virus mobili.
campak hanya diderita sekali seumur
hidup. Jadi, sekali terkena campak,
setelah itu biasanya tak akan terkena
lagi.

Usia dan Jumlah Pemberian :


Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9-11 bulan, dan
ulangan (booster) 1 kali di usia 6-7 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena
antibody dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia
balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

Efek Samping :
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa
menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya
sangat kecil. Biasanya demam berlangsung
seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan
mirip campak selama 3 hari.

Kontra Indikasi :
Anak yang mengidap penyakit immune deficiency
atau yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukemia, limfoma.
Cara pemberian :
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih
dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril
yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut.
Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara
subkutan dengan dosis 0,5 cc.
posisi bayi diatur (bayi dipangku ibunya, lengan
kanan bayi dilepat diketiak ibunya. Ibu menopang
kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri
bayi)
Posis

Imunisasi yang dianjurkan


MMR
Imunisasi
MMR
(measles,
mumps,
rubella)
merupakan imunisasi yang digunakan dalam
memberikan kekebalan terhadap penyakit campak
(measles); gondong, parotis epidemika (mumps);
dan campak Jerman (rubella).
Vaksin harus digunakan dalam waktu 1 jam setelah
di larutkan dan diletakan pada tempat sejuk,
terlindung dari cahaya menjaga vaksin tetap stabil
dan
tidak
kehilangan
potensinya.
Vaksin
kehilangan potensi pada suhu 22-25 oC.

Cara pemberiannya :
satu kali 0,5 ml secara intramuscular atau
subkutan dalam. Vaksin diberikan pada
anak
umur
15-18
bulan
untuk
menghasilkan serokonversi terhadap ketiga
virus tersebut. MMR diberikan minimal 1
bulan sebelum atau setelah imunisasi yang
lain. Apabila anak telah mendapatkan
imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan,
maka imunisasi campak-2 pada umur 5-6
tahun tidak perlu diberikan. Vaksin ulang
diberikan pada usia 10-12 tahun atau 12-18
tahun sebelum pubertas.

Kontra indikasi :
imunisasi ini antara lain keganasan yang tidak
diobati. Gangguan imunitas, alergi berat, demam
akut, sedang mendapat vaksin hidup lain seperti
BCG, kehamilan, dalam tiga bulan setelah tranfusi
darah atau pemberian imunoglobin, defisiensi
imun termasuk HIV dan setelah suntikan
imunoglobin.

Efek samping :
Reaksi KIPI dari vaksin MMR, antara lain reaksi
sistemik seperti malaise, ruam, demam, kejang
demam dalam 6-11 hari, ensefalitis,
pembengkakan kelenjar parotitis,
meningoensefalitis dan trombositopeni.

Vaksin
MMR

HiB
Imunisasi HiB ( haemophilus influenza tipe
b) merupakan imunisasi yang diberikan
untuk mencegah terjadinya penyakit
influenza tipe b.
antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein-protein lain,
seperti tosoid tetanus (PRP-T), toksoid
difteri (PRP-D atau PRPCR50), atau dengan
kuman meningokokus (PRP-OMPC).

Pada pemberian imunisasi awal dengan


PRP-T dilakukan 3 suntikan dengan
interval 2 bulan (usia 2, 4, 6 bulan),
sedangkan vaksin PRP-OMPC dilakukan 2
suntikan dengan interval 2 bulan (usia 2
dan 4 bulan). Dosis pemberian vaksin ini
adalah 0,5 ml, diberikan melalui injeksi
intramuskuler. Vaksin PRP-T atau PRPOMP perlu diulang pada umur 18 bulan.
Apabila anak datang usia 1-5 tahun, Hib
hanya diberikan satu kali saja.

Varicella
Imunisasi varicella merupakan
imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit cacar
air (varicella). Vaksin varicella
merupakan virus varicella zoozter
strain OKA yang dilemahkan dalam
bentuk bubuk kering. Vaksin harus
disimpan pada suhu 2-80C.
Vaksin dapat diberikan bersamaan
dengan vaksin MMR.

Cara Pemberian :
Pemberian pada anak hanya diperlukan satu
dosis vaksin. Bagi individu
imunokompromise, remaja dan dewasa
memerlukan dua dosis, selang 1-2 bulan.
Pemberian vaksin varicella dapat diberikan
suntikan tunggal pada usia 12 tahun di
daerah tropis dengan dosis 0,5 ml secara
subkutan dan apabila di atas 13 tahun dapat
diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8
minggu.
Untuk anak yang kontak dengan penderita
varisela, vaksin dapat mencegah penularan
bila diberikan dalam waktu 72 jam setelah
kontak.

Efek Samping :
Reaksi KIPI pada vaksin ini, antara
lain reaksi local berupa ruam papulvesikel ringan.
Kontra indikasi :
demam tinggi, hitung limfosit
kurang dari 1200 I, defisiensi imun
seluler, seperti pengobatan
keganasan, pengobatan
kortikosteroid dosis tinggi
(2mg/kgBB/hari atau lebih) serta
alergi neomisin

Vaksin
Varicella

hepatitis A
Imunisasi hepatitis A merupakan imunisasi dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.
pemberian imunisasi ini dapat diberikan untuk usia diatas 2 tahun.
Imunisasi awal menggunakan vaksin Havrix (berisi virus hepatitis A
strain HM175 yang dinonaktifkan) dengan 2 suntikan dan interval 4
minggu, booster pada 6 bulan setelah nya. Jika menggunakan
vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan pada usia 6 dan 12
bulan.
Pemberian bersamaan dengan vaksin lain (hepatitis b atau tifoid)
tidak mengganggu respon imun masing-masing vaksin dan tidak
meningkatkan frekuensi efek samping. Kombinasi hepatitis
B/Hepatitis A dalam kemasan Prefilled syringe 0,5 ml intramuskuler.
Vaksin kombinasi ini tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan,
tetapi diberikan pada anak lebih dari 12 bulan untuk mengejar
imunisasi hepatitis B yang belum lengkap/belum pernah.
Efek samping dari vaksin ini sangat jarang. Reaksi local ringan
merupakan efek tersering dan demam pada 4% resipien

Vaksin Hepatitis A

Pneumoko
kus
Vaksin pneumokokus bertujuan untuk mengurangi mortalitas
akibat pneumokokus invasif, adalah pneumonia, bakteriemia
dan meningitis.
Vaksin ini dianjurkan diberikan pada orang lanjut usia diatas
65 tahun seseorang dengan asplenia termasuk anak dengan
penyakit sickle cell usia lebih dari 2 tahun, pasien
imunokompromise, pasien imunokompeten dan kebocoran
cairan serebrospinal.
Cara Pemberian :
Vaksin ini diberikan dalam dosis tunggal 0,5 ml secara
intramuskuler atau subkutan dalam di daerah deltoid atau
paha anterolateral.
Efek samping :
Reaksi KIPI imunisasi ini adalah eritem atau nyeri ringan
pada tempat suntikan kurang dari 48 jam, demam ringan
mialgia pada dosis ke dua.

Kontra indikasi :
apabila timbul reaksi anafilaksis
setelah pemberian vaksin, umur
kurang dari 2 tahun, dalam
pengobatan imunosupresan/radiasi
kelenjar limfe, kehamilan, telah
mendapatkan vaksin pneumokokus
dalam 3 tahun.

Influenz
a
Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif
(inactivated influenza virus) terdapat 2 macam vaksin, yaitu
whole-virus dan split-virus vaccine. Untuk anak-anak
dianjurkan jenis split virus vaccine karena tidak
menyebabkan demam tinggi.
Cara Pemberian :
Vaksin
diberikan
dengan
suntikan
subkutan
atau
intramuscular. 1 dosis secara teratur setiap tahun dapat
diberikan pada anak usia 9 tahun keatas. Anak usia 6 bulan
sampai 9 tahun bila mendapatkan vaksin pertama kali harus
diberikan dosis 2 kali berturut-turut dalam jarak 1 bulan.
Pada individu yang pernah terpajan diberikan 1 kali dengan
dosis tunggal. Pada anak atau dewasa dengan gangguan
fungsi imun, diberikan 2 dosis dengan jangka interval 4
minggu.

Reaksi KIPI dari vaksin ini, antara lain nyeri


lokal, eritema dan indurasi di tempat
penyuntikan, demam, lemas, mialgia (flulike symptoms) setelah 6 sampai 12 jam
pasca imunisasi selama 1-2 hari.
Kontra indikasi vaksin influenza, antara
lain hipersensitif anafilaksis terhadap
vaksin influenza sebelumnya, hipersensitif
telur, demam akut sedang atau berat, ibu
hamil dan ibu menyusui.

Tifoid
Terdapat dua jenis vaksin demamtifoid,
yaitu vaksin suntikan(polisakarida atau
capsular Vi Polisaccharide/ViPS) dan
vaksin tipoid oral Ty21a.
Vaksin suntikan diberikan setiap pada
umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan
berikan setiap 3 tahun.
Penyimpanan vaksin harus pada suhu 28 oC, tidak boleh dibekukan dan akan
kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun

Vaksin diminum 1 jam sebelum makan dengan minuman


yang tidak lebih dari 37 oC. Kapul harus ditelan utuh dan tidak
boleh dipecahkan karena dapat rusak oleh asam lambung.
Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic,
sulfonamide atau antimalaria yang aktif terhadap salmonella.
Efek samping :
Reaksi KIPI vaksin ini, antara lain reaksi local (bengkak, nyeri,
kemerahan di tempat penyuntikan). Reaksi sistemik seperti
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea
dan nyeri perut jarang dijumpai.
Kontra indikasi :
alergi bahan ajuvan vaksin dan demam.

Jadwal imunisasi

TERIMA
KASIH

Deltoid

anterolateral

hv
b

dp

cmp

Anda mungkin juga menyukai