Anda di halaman 1dari 21

HUKUM dan ETIKA

TEKNOLOGI REPRODUKSI BERBANTU

Adi Setyawan Prianto


PENDAHULUAN

Bayi tabung (IVF) merupakan satu alternatif yang


merupakan pilihan terakhir bagi pasangan suami istri yang
belum mendapatkan kehamilan dan ingin memperoleh
keturunan.

Mengingat hal ini merupakan kebutuhan manusia sebagai


makhluk Tuhan seutuhnya, pemerintah memandang perlu
untuk mengatur masalah program bayi tabung (IVF)
melalui system perundangan.
Kritik terhadap Profesi oleh para Ahli Filsafat.
● Etika dan moral di dalam profesi (kedokteran) tidak jarang mendapat kritikan tajam
dari para filosof, dengan sudut pandang mereka yang berbeda pula.

● Yang menganggap bahwa para dokter (profesi) sesungguhnya keliru memandang


diri mereka “sebagai pecinta umat manusia”.

● Seperti yang diucapkan oleh Benard Show bahwa :


“ profesi (termasuk kedokteran)sesungguhnya mempunyai etika yang non-ideologis
(….berarti mempunyai nilai-nilai lain, nilai ekonomis, bisnis, sosial yang terselubung).
● Lebih keras lagi Benard Show mengatakan bahwa :
“ Semua profesi merupakan persekongkolan melawan kaum awam”.

● Kaum profesi berdiri sebagai tertuduh karena dianggap lebih


menginginkan status dan kekayaan.
● Tak diragukan lagi, kata Daryl Koehn, bahwa dewasa ini banyak orang setuju
dengan penelitian Benard Show itu.

● Suatu pernyataan yang dilontarkan oleh para ahli filsafat dari kaliber dunia
bagi kita semua.
Azas Etika Reproduksi Manusia

Komisi Etik dari berbagai negara memberi pandangan dan pegangan,


terhadap hak reproduksi, dan etika dalam ranah reproduksi manusia,
dengan memperhatikan beberapa azas yang perlu dipahami :

1. Niat untuk berbuat baik (beneficence).


2. Bukan untuk kejahatan (non-maleficence).
3. Menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir (autonomy).
4. Tidak bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku (justus).
Beberapa Teknologi Reproduksi Berbantu :
Etik dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan
di beberapa negara tertentu.
INGGRIS :
● Inggris merupakan negara pertama di dunia yang mempunyai peraturan mengenai
teknologi reproduksi buatan.
● Pada tahun 1982, dibentuk suatu komisi yang disebut :
Committee of Enquiry into Human Fertilization and Embryology.
● Tujuan dibentuknya komisi ini : untuk memberi pandangan, asupan, dan
pertimbangan kebijaksanaan kepada pemerintah tentang aspek-aspek sosial,
etika, dan hukum yang berhubungan dengan berbagai persoalan mengenai
perkembangan baru dalam Fertilisasi manusia dan Embryologi.
● “Warnock Report” yang sangat terkenal itu, disampaikan pada tahun 1984.
● Laporan tersebut menekankan bahwa perlunya pengaturan yang jelas pada tiap
teknik reproduksi manusia, dan hal-hal lain yang berkembang dari teknologi tersebut.

● Selanjutnya pada tahun 1990, dibentuk suatu badan independen yang disebut
Human Fertilization and Embryology Authority (HFEA) yang mempunyai wewenang
sebagai penasehat (advisory) dan pelaksanan (executive).
Pelaksanan dalam hal pemberian perizinan kepada mereka yang melakukan
pelayanan, penelitian, serta melakukan pengawasan.
Pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan yang berbunyi:
Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir
untuk membantu suami istri mendapat keturunan.

Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum itu berasal.
2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
3. Pada sarana kesehatan tertentu

Ayat 3
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata
Terhadap Inseminasi Buatan
(Bayi Tabung)
Segi Hukum IVF bila benihnya dari Suami Istri

● Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro


transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak
tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai
anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya.

● Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya


telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari
perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari pasangan tersebut.

● Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak itu bukan anak
sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan
apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.
Surrogate Mother

● Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami,


maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan
penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih.
Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

● Dalam hal ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut
sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.

● (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan


perjanjian semacam itu dinilai sah secara perdata barat,
sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)
Segi Hukum IVF Bila Semua Benihnya Dari Donor

● Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat
pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang
wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai
status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh
seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.

● Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut


memiliki status sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat
perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak tersebut bukan pula
anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya.

Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis
dan biologis sebagai anaknya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai