Latar belakang
terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Pada tahun
1994, AKI sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi
334 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1997, 307 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2002, dan pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000
maternal Indonesia masih cukup jauh dari target MDG, yakni 110 per
100.000kelahiranhidup.(UNDP,2008)
kematian masih dapat dicegah. AMP nerupakan suatu program untuk mencari
sebab kematian ibu dan bayi dengan tujuan untuk pencegahan kematian
tahunnya
Audit Maternal Perinatal merupakan serangkaian kegiatan penelusuran
sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna mencegah
kesakitan atau kematian serupa dimasa yang akan datang. Faktor yang sangat
besar pengaruhnya dalm kegiatan audit ini adalah keakuratan data. Salah
satu hal yag harus dikerjakan adalah penekanan individu dan institusi yang
terlibat bahwa proses audit maternal perinatal/ neonatal kabupaten akan
menekannkan prinsip kerahasiaan individu dan institusi. Pada saat
dilakukannya penilaian ujian kasus.
Masalah kesehatan ibu, perinatal dan neonatal merupakan masalah
nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan
kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta
lambatnya penurunan kedua angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan KIA
tersebut perlu dilakukan bersama-sama dan berkesinambungan oleh para
pelaksana pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar dan di tingkat pelayanan
rujukan. AMP merupakan suatu program yang turut berpartisipasi dalam
menurunkan AKI dan AKB dengan memberikan informasi penyebab kematian
ibu dan bayi baik secara medis dan sosial. Oleh karena itu, perlu dibentuk Tim
AMP yang anggotanya perwakilan dari lintas sektor dan lintas program sebagai
pelaksananya. Tim AMP ini akan membuat rencana kerja, pelaksanaan dan
monitoring serta tindak lanjut dari pemecahan masalah penyebab kematian
ibu dan anak. Menurut data dari dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Karawang sudah bias di turunkan 40
% ( 34/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018 ) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah 130/1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:
Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18 bulan
– 36 bulan.
Program SDIDTK
Pengertian SDIDTK
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pengertian :
Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan
gerak kasar gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
anak.
Sasaran :
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan
untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau
Rumah
Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh
kembang buku KIA.
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku
pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan
penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.
MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan signifikan,
yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi secara masal.
Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar dari
kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen
untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai
klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan
petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada
anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan
kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara
berkembang.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.
Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, lamanya
sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penilaian
pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.
Langkah-Langkah Kegiatan
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa oral gula-garam,
sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL
KONSELING MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya membantu
orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan anak
sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang
sesuai umur anak.
c) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak di ubah? bila ya, bagaimana caranya?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat
0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex: pisang, pepaya, air jeruk
dan air tomat, makan pendamping diberikan 2x/hari ,sesuai pertambahan umur diberikan bubur
tim ditambah kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang hijau,
santan/minyak. frekuensi 7-8 sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari bubur
nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan 3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan
selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau, pisang, biskuit dan lain-lain diantara waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang ditambah telur, ayam, ikan,
tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan
2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah, makanan
selingan 2x/hari.
Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi susu kental.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Tags: 2017, IbuAnak, MTBM, PerawatanBayiMay 19, 2017
Kematian anak di Indonesia sering dijumpai pada usia neonatal atau bayi muda. Rasionya 19 per
1000 anak meninggal pada usia neonatal-bayi muda. Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2
bulan. Pada usia ini, bayi sangatlah rentan terserang penyakit. Sekali terkena akan sangat cepat
mengalami perburukan bahkan kematian jika tidak mendapat penanganan yang tepat dan segera.
Berbagai upaya terus dilakukan di berbagai negara untuk meningkatkan angka harapan hidup
pada rentang usia ini. Mulai dari WHO, Kemenkes, dan berbagai organisasi kesehatan anak
lainnya membuat panduan dalam upaya peningkatan angka harapan hidup anak. Di Indonesia
sendiri sudah dibentuk peraturan mentri kesehatan dalam manajemen terpadu bayi muda atau
yang dikenal dengan MTBM.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan
neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita
sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus
mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:
Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi
mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4
pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.
Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8
– 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai
warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.
Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran
udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil
bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam
pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan
lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.
Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir,
antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin
K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di
paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit,
beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari
rumah sakit.
Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang
atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya
jika ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:
Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas pelayanan
kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap
kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya
yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan berikutnya
ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi bayi. Berikut adalah pemeriksaan
yang dilakukan saat kunjungan bayi muda ke fasilitas pelayanan kesehatan:
1. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk kemudian
diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya
2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya
4. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau
rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI
5. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari
0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah
lahir
6. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun
perdarahan tali pusat
7. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu
1. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami sianosis
atau distres pernapasan berat.
2. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika
oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).
3. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45
mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV
selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa
10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV,
berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
4. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
5. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat.
6. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
7. Pantau bayi dengan ketat.
Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk dalam
warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di
faskes sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa
keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat,
sianosis, dan gagal jantung.
NOTULEN
PEMBELAJARAN SOCIAL HASIL AMP
( Audit Maternal Perinatal )
Kematian maternal dan neonatal masih menjadi masalah di Indonesia,
Pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam
MTBS-M:
Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi
mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4
pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.
Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8
– 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai
warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.
Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran
udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil
bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam
pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan
lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.
Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir,
antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin
K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di
paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit,
beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari
rumah sakit.
NOTULEN
MANAJEMEN TERPADU BALITA
SAKIT ( MTBS )
MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan signifikan,
yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi secara masal.
Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar dari
kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat. Penerapan
MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki
manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu – ibu
dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat
ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.
MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.
Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, lamanya
sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penilaian
pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.
Langkah-Langkah Kegiatan
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa: