Anda di halaman 1dari 17

Audit Maternal Perinatal

Latar belakang

Kematian maternal dan neonatal masih menjadi masalah di Indonesia,

terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Pada tahun

1994, AKI sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun menjadi

334 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1997, 307 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2002, dan pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian KesehatanRI,2007).Berdasarkan hasil dalam Survei Demografi

KesehatanIndonesia pada tahun 2012 dikatakan bahwa estimasi angka

kematian maternal sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian

Kesehatan RI, 2012) sehingga dapat dikatakan bahwa angka kematian

maternal Indonesia masih cukup jauh dari target MDG, yakni 110 per

100.000kelahiranhidup.(UNDP,2008)

Beberapa daerah di Indonesia telah mencapai target tersebut tetapi dalam

kajian dalam audit maternal perinatal (AMP) diketahui bahwa mayoritas

kematian masih dapat dicegah. AMP nerupakan suatu program untuk mencari

sebab kematian ibu dan bayi dengan tujuan untuk pencegahan kematian

dimasa mendatang. Namun rekomendasi hasil kegiatan AMP yang kurang

bermutu menimbulkan kematian dengan sebab sama berulang setiap

tahunnya
Audit Maternal Perinatal merupakan serangkaian kegiatan penelusuran
sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna mencegah
kesakitan atau kematian serupa dimasa yang akan datang. Faktor yang sangat
besar pengaruhnya dalm kegiatan audit ini adalah keakuratan data. Salah
satu hal yag harus dikerjakan adalah penekanan individu dan institusi yang
terlibat bahwa proses audit maternal perinatal/ neonatal kabupaten akan
menekannkan prinsip kerahasiaan individu dan institusi. Pada saat
dilakukannya penilaian ujian kasus.
Masalah kesehatan ibu, perinatal dan neonatal merupakan masalah
nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan
kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta
lambatnya penurunan kedua angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan KIA
tersebut perlu dilakukan bersama-sama dan berkesinambungan oleh para
pelaksana pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar dan di tingkat pelayanan
rujukan. AMP merupakan suatu program yang turut berpartisipasi dalam
menurunkan AKI dan AKB dengan memberikan informasi penyebab kematian
ibu dan bayi baik secara medis dan sosial. Oleh karena itu, perlu dibentuk Tim
AMP yang anggotanya perwakilan dari lintas sektor dan lintas program sebagai
pelaksananya. Tim AMP ini akan membuat rencana kerja, pelaksanaan dan
monitoring serta tindak lanjut dari pemecahan masalah penyebab kematian
ibu dan anak. Menurut data dari dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Karawang sudah bias di turunkan 40
% ( 34/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018 ) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah 130/1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Berbagai upaya telah di lakukan Puskesmas Cicinde untuk menurunkan


AKI dan AKB,tetapi sampai tribulan ini sudah ada kematian bayi.sehubungan
hal tersebut ,kabupaten bermaksud memberikan bantuan teknis berupa
pertemuan AMP untuk mengidentifikasi penyebab kematian dan
meningkatkan mutu pelayanan KIA.
MATERI SIDDTK
 Pengertian Pertumbuhan, Perkembangan, dan Stimulasi

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan,


berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih


kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian.

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6


tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu,
ayah, pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam
kehidupan sehari-hari.

-.Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip


dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying.


2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak , terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

-. Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk


mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikrosefali/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
dilakukan dengan pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
dengan tujuan untuk memnetukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Selain itu, juga dilakukan pengukuran
Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan tujuan untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
dilakukan dengan :
o Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dengan tujuan
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
o Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan
gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak
lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara
anak.
o Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini
kelainan daya dengar agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya
lihat menjadi lebih besar.
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Ada beberapa jenis alat yang digunakan
untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional
pada anak, yaitu; Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental


emosional pada anak prasekolah.

ü Ceklist Autis anak praseolah (Checklist for Autism in Toddler/CATT) bagi


anak umur 18 bulan samapai 36 bulan.

Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada anak umur 18 bulan
– 36 bulan.

ü Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas


(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36
bulan ke atas.
Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas pada anak umur 36 bulan ke atas.

 Program SDIDTK

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)


merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) yang
telah dilakukan sejak tahun 1988 dan termasuk salah satu program pokok
Puskesmas Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi
diselenggarakan dalam bentuk kemitraanan tara keluarga, masyarakat dengan
tenaga professional Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SDIDTK
dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak


secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun
pertama kehidupan, diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
(orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader,
tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan
tenaga professional kesehatan, pendidikan dan sosial).

 Pengertian SDIDTK

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan


berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan .
Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).

Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan anak


prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010.

Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6
tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pengertian :

ü Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6


tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

ü Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk


menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita
dan anak prasekolah.

ü Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada


anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai
dengan umurnya.

Penyimpangan bisa salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan
gerak kasar gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
anak.

Sasaran :

r 0-6 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas


ehatan yang berkerja di lini terdepan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, Penyuluhan
a). Tenaga pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial yang terkait dengan pembinaan
r swasta dan profesi lainnya.

 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak


dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut
:

a) Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan
untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau
Rumah
Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh
kembang buku KIA.

b) Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk
Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku
pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan
penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.

c) Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka


perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik
tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi
sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh
kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa,
kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog

MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan signifikan,
yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi secara masal.
Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar dari
kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat.

Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari
masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.

Defenisi Manajemen Terpadu Balita Sakit

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu manejemen
untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai
klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.

MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan
petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada
anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk
meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan
kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara
berkembang.

MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.

Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit

a) Meningkatkan keterampilan petugas


b) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e) Memperbaiki sistem kesehatan

Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit

 Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan


Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

 Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, lamanya
sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
 Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penilaian
pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

Langkah-Langkah Kegiatan

 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS


 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Petugas melaksanakan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan memberikan
penyuluhan
 Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke ruang
pengobatan untuk konsultasi ke dokter.

Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit

1. Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :


2. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
3. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
4. Persiapan pengadaan formulir
5. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
6. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap

IDENTIFIKASI TINDAKAN MTBS

Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani diare, tindakan MTBS
mencangkup 3 rencana terapi :
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa oral gula-garam,
sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO. Ex : oralit
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL

KONSELING MTBS

Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya membantu
orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

KONSELING BAGI IBU

Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini.
penilaian berupa :

I. Menilai cara pemberian makan anak :

Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan, tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan anak
sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang
sesuai umur anak.

Hal yang ditanyakan :

a) Apakah ibu meneteki anak?


berapa kali?
apa ibu juga meneteki pada malam hari?

b) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?


makanan/minuman apa?
berapa kali sehari?
alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak makan/minum yang
diberikan?
Apakah anak dapat porsi tersendiri?
Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?

c) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak di ubah? bila ya, bagaimana caranya?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat
0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI ex: pisang, pepaya, air jeruk
dan air tomat, makan pendamping diberikan 2x/hari ,sesuai pertambahan umur diberikan bubur
tim ditambah kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang hijau,
santan/minyak. frekuensi 7-8 sendok/hari
9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari bubur
nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan 3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan
selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau, pisang, biskuit dan lain-lain diantara waktu makan.
12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang ditambah telur, ayam, ikan,
tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan
2x/hari.
> 2 tahun : makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah, makanan
selingan 2x/hari.
Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama. Jangan diberi susu kental.
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Tags: 2017, IbuAnak, MTBM, PerawatanBayiMay 19, 2017

Kematian anak di Indonesia sering dijumpai pada usia neonatal atau bayi muda. Rasionya 19 per
1000 anak meninggal pada usia neonatal-bayi muda. Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2
bulan. Pada usia ini, bayi sangatlah rentan terserang penyakit. Sekali terkena akan sangat cepat
mengalami perburukan bahkan kematian jika tidak mendapat penanganan yang tepat dan segera.
Berbagai upaya terus dilakukan di berbagai negara untuk meningkatkan angka harapan hidup
pada rentang usia ini. Mulai dari WHO, Kemenkes, dan berbagai organisasi kesehatan anak
lainnya membuat panduan dalam upaya peningkatan angka harapan hidup anak. Di Indonesia
sendiri sudah dibentuk peraturan mentri kesehatan dalam manajemen terpadu bayi muda atau
yang dikenal dengan MTBM.

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan
neonatal.

Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita
sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus
mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:

1. Perawatan esensial bayi baru lahir


2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi
mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4
pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8
– 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai
warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.

Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran
udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil
bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam
pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan
lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.
Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir,
antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin
K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di
paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit,
beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari
rumah sakit.

Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda

Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang
atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya
jika ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:

 Tidak bisa menyusu


 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)
 Frekuensi napas > 60 kali/menit
 Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
 Sianosis sentral.

Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas pelayanan
kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap
kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya
yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan berikutnya
ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi bayi. Berikut adalah pemeriksaan
yang dilakukan saat kunjungan bayi muda ke fasilitas pelayanan kesehatan:

1. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk kemudian
diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya

Tanda atau Gejala Klasifikasi


o Tidak mau minum atau memuntahkan PENYAKIT SANGAT BERAT ATAU
semua ATAU INFEKSI BAKTERI BERAT
o Riwayat kejang ATAU
o Bergerak hanya jika distimulasi ATAU
o Napas cepat ATAU
o Napas lambat ATAU
o Tarikan dinding dada ke dalam yang
kuat ATAU
o Merintih ATAU
o Demam (≥ 37,5C) ATAU
o Hipotermi ( <35,5C) ATAU
o Nanah yang banyak di mata ATAU
o Pusar kemerahan meluas sampai
dinding perut

o Pustul kulit ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL


o Mata bernanah ATAU
o Pusat kemerahan atau bernanah

o Tidak terdapat salah satu tanda diatas MUNGKIN BUKAN INFEKSI

2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya

Tanda dan Gejala Klasifikasi


Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI BERAT

o Letargis atau tidak sadar


o Mata Cekung
o Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE DEHIDRASI RINGAN /SEDANG

o Gelisah atau rewel


o Mata Cekung
o Cubitan kulit perut kembali lambat

Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau DIARE TANPA DEHIDRASI


ringan/sedang

3. Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER


o Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
o Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
o Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
o Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
o Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi


 Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) IKTERUS BERAT
ATAU
 Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14
hari ATAU
 Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki
ATAU
 Tinja berwarna pucat

 Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ IKTERUS


14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki

 Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS

4. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau
rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI
5. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari
0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah
lahir
6. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun
perdarahan tali pusat
7. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya:

1. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami sianosis
atau distres pernapasan berat.
2. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika
oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).
3. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45
mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV
selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa
10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV,
berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
4. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
5. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat.
6. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
7. Pantau bayi dengan ketat.
Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk dalam
warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di
faskes sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa
keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat,
sianosis, dan gagal jantung.
NOTULEN
PEMBELAJARAN SOCIAL HASIL AMP
( Audit Maternal Perinatal )
Kematian maternal dan neonatal masih menjadi masalah di Indonesia,

Audit Maternal Perinatal merupakan serangkaian kegiatan penelusuran sebab


kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna mencegah
kesakitan atau kematian serupa dimasa yang akan datang. Faktor yang sangat
besar pengaruhnya dalm kegiatan audit ini adalah keakuratan data. Salah
satu hal yag harus dikerjakan adalah penekanan individu dan institusi yang
terlibat bahwa proses audit maternal perinatal/ neonatal kabupaten akan
menekankan prinsip kerahasiaan individu dan institusi. Pada saat
dilakukannya penilaian ujian kasus.
Masalah kesehatan ibu, perinatal dan neonatal merupakan masalah
nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan
kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) serta
lambatnya penurunan kedua angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat mendesak untuk ditingkatkan dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan KIA
tersebut perlu dilakukan bersama-sama dan berkesinambungan oleh para
pelaksana pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar dan di tingkat pelayanan
rujukan. AMP merupakan suatu program yang turut berpartisipasi dalam
menurunkan AKI dan AKB dengan memberikan informasi penyebab kematian
ibu dan bayi baik secara medis dan sosial. Oleh karena itu, perlu dibentuk Tim
AMP yang anggotanya perwakilan dari lintas sektor dan lintas program sebagai
pelaksananya. Tim AMP ini akan membuat rencana kerja, pelaksanaan dan
monitoring serta tindak lanjut dari pemecahan masalah penyebab kematian
ibu dan anak. Menurut data dari dinas Kesehatan Kabupaten Karawang,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Karawang sudah bias di turunkan 40
% ( 34/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2018 ) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah 130/1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Berbagai upaya telah di lakukan Puskesmas Cicinde untuk menurunkan


AKI dan AKB,tetapi sampai tribulan ini sudah ada kematian bayi.sehubungan
hal tersebut ,kabupaten bermaksud memberikan bantuan teknis berupa
pertemuan AMP untuk mengidentifikasi penyebab kematian dan
meningkatkan mutu pelayanan KIA.
NOTULEN
MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA
( MTBM )
Bayi muda adalah bayi berusia 1 hari – 2 bulan. Pada usia ini, bayi sangatlah rentan terserang
penyakit. Sekali terkena akan sangat cepat mengalami perburukan bahkan kematian jika tidak
mendapat penanganan yang tepat dan segera. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik
yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi
oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal

Pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan yang termsuk dalam
MTBS-M:

5. Perawatan esensial bayi baru lahir


6. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan
7. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
8. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi
mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4
pelayanan tadi wajib segera ditindaklanjuti.

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8
– 28 hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada
saat dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai
warna untuk menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.

Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran
udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil
bayi bisa tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam
pertama kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan
lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan kering.

Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir,
antara lain: memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin
K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di
paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit,
beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari
rumah sakit.
NOTULEN
MANAJEMEN TERPADU BALITA
SAKIT ( MTBS )
MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit sekaligus sebagai pedoman
bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat ) khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) memiliki tujuan yang dapat dikatakan signifikan,
yaitu menurukan angka kesakitan serta kematian yang ada pada dunia yang terjadi secara masal.
Dengan peningkatan fasilitas kesehatan yang ada serta memiliki pengetahuan dasar dari
kesehatan kita bisa menilai tumbuh kembangnya anak sehat ataupun tidak sehat. Penerapan
MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki
manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu – ibu
dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat
ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan.

MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan
menurunkan angka kesakitan.

Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit

a) Meningkatkan keterampilan petugas


b) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e) Memperbaiki sistem kesehatan

Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit

 Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan


Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
Konseling bagi ibu
Tindakan dan pengobatan
Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

 Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama, lamanya
sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
 Pemeriksaan :
Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun.
Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penilaian
pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

Langkah-Langkah Kegiatan

 Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS


 Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
 Petugas melaksanakan anamnesa
 Petugas melakukan pemeriksaan
 Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan memberikan
penyuluhan
 Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk ke ruang
pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
NOTULEN
STIMULASI INTERVENSI
DANDETEKASI DINI TUMBUH
KEMBANG ANAK. ( SIDDTK )
 Pengertian SDIDTK

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan


berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan .
Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara : keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial). Stimulasi
adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6 tahun agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengganti
orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau kelompok masyarakat
di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip


dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih saying.


2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan
meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak
ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
umur anak , terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.

B. Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk


mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikrosefali/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
dilakukan dengan pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
dengan tujuan untuk memnetukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Selain itu, juga dilakukan pengukuran
Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan tujuan untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Ada beberapa jenis alat yang digunakan
untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional
pada anak, yaitu; Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi
anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.

Anda mungkin juga menyukai