IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 01/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
A. Pengertian Pelayanan Kesehatan yang di berikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya
B. Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan Pemeriksaan Ante Natal,
sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik, melahirkan
Bayi sehat dan memperoleh kesehatan yang optimal pada masa
nifas dan dapat menyusui dengan baik dan benar
C. Kebijakan Pelayanan antenatal dapat dilakukan oleh seluruh bidan yang ber
Praktek Mandiri dan Bidan Delima
D. Refrensi
Buku Kesehatan Ibu dan anak
E. Alat dan Bahan Persiapan
A. Alat
Lennec
Doopler
Meteran Kain Pengukur Tinggi Fundus Uteri
Meteran Pengukur LILA
Selimut
Reflek Hammer
Jarum Suntik Disposible 2,5 ml
Air Hangat
Timbangan Berat Badan Dewasa
Tensimeter air raksa
Stoscope
Bed Obstetri
Spekulum gyne
Lampu halogen/ senter
Kalender kehamilan
B. Bahan
Sarung tangan
F. Prosedur 1) Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan medis yang
diperlukan
Mempersiapkan bumil dan di persilahkan
mengosongkan kandung kemih
Petugas mencuci tangan dengan sabun anti septik dan
bilas dengan air mengalir dan keringkan
2) Pelaksanaan
3) Anamnese
Riwayat perkawinan
Riwayat penyakit ibu dan keluargta
Status riwayat haid / HPHT
Status Imunisasi ibu saat ini
Kebiasaan ibu
Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnese haid tersebut,tentukan usia kehamilan dan
buat taksiran persalinan
4) Pemeriksaan
5) Pemeriksaan umum
Keadaan umum bumil
Ukur Tinggi badan, dan timbang berat badan
(T1)
Tanda Vital : Tekanan darah, nadi, RR, T ( T2 )
Ukur LILA ( T3 )
Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai
ekstermitas)
6) Pemeriksaan khusus
Umur kehamilan < 20 mgg
a) Inspeksi
(1) Fundus
(2) Hiperpigmentasi ( pada areola mammae,
Linnea nigra )
(3) Striae
b) Palpasi
(1) Tinggi Fundus Uteri
(2) Keadaan Perut
c) Auscultasi
Umur Kehamilan > 20 mgg
a) Inspeksi
Tinggi Fundus uteri
SOP KEBIDANAN PRAKTEK MANDIRI BIDAN Page 2
SOP KEBIDANAN PRAKTEK MANDIRI BIDAN Page 3
Hiperpigmentasi dan Striae
Keadaan dinding Perut
b) Palpasi/ Presentasi janin dan Auscultasi (T4 )
Lakukan pemeriksaan Leopold dan Instruksi
kerjanya sebagai berikut :
Leopold 1
- Letakkannsisi lateral telunjuk kiri pada
puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus .
Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus ke bawah ( jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan
meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi dan simfisis.
- Angkat jari telunjuk kiri ( dan jari nyang
memfiksasiuterus bawah ) kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian kepala ibu
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
(2) Leopold 2
- Letakkan telapak tangan kiri pada dinding
perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
- Mulai ke bagian atas, tekan secara
bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser kearah
bawah dan rasakan adanya bagian yang
ratadan memanjang ( punggung ) atau
bagian yang kecil – kecil ( ekstermitas )
(3) Leopold 3
- Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan
menghadap pada bagian kaki ibu.
- Letakkan ujung telapak tangan kiri pada
dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu. Tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian
bawah bayi ( bagian keras bulat dan hampir
homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong.
(4) Leopold 4
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada dinding lateral kiri dan kanan
berada pada tepi atas simifis
- Tentukan kedua jari kiri dan kanan,
kemudian rapatkan semua jari – jari tangan
kanan yang meraba dinding bawah uterus.
- Perhatikan sudut yang dibentuk olrh jari-jari
kiri dan kanan ( konvergen/ divergen )
- Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi ( bila presentasi
kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pinggang bayi )
- Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas
panggul, kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untukmmenilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul
c. Auscultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekwensi jantung janin
Tablet Fe ( T5 )
Imunisasi Td ( T6 )
d. Pemeriksaan tambahan
- Tes Laboratorium ( T7 ) rutin : Hb, golongan darah,
reduksi urindan protein urin
- USG
3. Akhir Pemeriksaan
- Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
- Buat prognosa dan rencana Tata laksana Kasus ( T8)
- Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status
pasien
- Temu Wicara / Konseling atau Penyuluhan ( T9 )
yang meliputi : Usia kehamilan, letak janin, posisi
janin, taksiran persalinan, resiko yang ditentukan atau
adanya penyakitlain.
- Jelaskan untuk kunjungan ulang
- Tatalaksana atau mendapatkan Pengobatan(T10)
- Beri alasan bila pasien rujuk ke rumah sakit
C. Unit Terkait
KIA dan Laboratorium di Puskesmas
ASUHAN
PERSALINANNORMAL
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 02/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
A. Pengertian Proses Pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atu dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
secara spontan dengan presentasi belakang kepala
dan tanpa komplikasi
B. Tujuan Sebagai Pedoman Bidan dalam mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal
C. Referensi 1. Buku saku kesehatan ibu
2. Asuhan persalinan normal
Persiapan lingkungan
1. Tutup sketsel, jendela dan pintu untuk menjaga privasi
pasien
2. Beri penerangan yang cukup untuk memudahkan bidan
dalam melakukan tindakan yang akan di lakukan
3. Siapkan tempat tidur pasien , yang memudahkan bidan
memberikan pertolongan pada persalinan normal
Persiapan pasien
1. Berikan penjelasan tentang prosedur, tujuan dan
manfaat
2. Memberitahukan ibu, bahwa bidan akan melakukan
pertolongan persalinan, agar bayi lahir dan ibu
melewati proses persalinan dengan normal agar
terhindar dari komplikasi
3. Informed concent
Memberitahukan ibu untuk mrendantangani surat
pernyataan bahwa ibu bersedia dilakukan pertolongan
yang akan dilakukan
4. Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Dianjurkan ibu pada posisi setengah duduk tidak
dianjurkan ibu untuk tidur terlentang
Persiapan petugas
Mencuci tangan dengan 12 langkah
1. Basahi tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun ke seluruh permukaan tangan
3. Gosok telapak dengan telapak
4. Gosok telapak kanan di atas punggung telapak kiri
dan sebaliknya
5. Gosok telapak dengan jari saling menyilang
6. Gosok bagian belakang jari pada telapak dengan
posisi saling mengunci
7. Gosok jempol dengan gerakan memutar
8. Kelima jari kanan menguncup dan digosok memutar
pada telapak kiri dan sebaliknya
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan tangan dengan tisu/handuk bersih dan
kering
11. Gunakan tisu/handuk tersebut untuk mematikan keran
air, lalu buang tisu/cuci handuk ke tempat sampah
yang tersedia
12. Tangan kini sudah bersih
E 1. Mengenali Gejala dan Tanda Kala II Persalinan
Mendengar dan melihat tanda Kala II :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/ vaginanya
c. Terlihat perineum menonjol
d. Terlihat vulva-vagina dan anus membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah per
vaginam
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir siap
digunakan:
a. Klem, gunting, benang tali pusat, siap dalam wadahnya
(tidak perlu, hanya disiapkan saja) * penghisap lendir
sekarang
tidak dipakai lagi, dipakai hanya saat akan resusitasi,
b. Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi
Dalam kondisi bersih dan hangat,
c. Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termomete
Dalam kondisi baik dan bersih,
d. Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit
steril sekali pakai di dalam partus set/wadah DTT,
e. Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan
Hangat 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm di atas tubuh bayi,
f. Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu:
cairan kristaloid, set infus, set darah.
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih,
sepatu tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan
kacamata.
4. Lepas semua perhiasan pada lengan dan tangan lalu cuci
kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan handuk pribadi atau tisu bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan steril/DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Ambil spuit dengan satu tangan (one hand) yang sudah
bersarung tangan, isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan
kembali spuit tersebut di partus set/wadah DTT atau steril]
tanpa mengontaminasi spuit.
7. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
8. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
9. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap.
10. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan sarung tangandalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelahnya. Periksa denyut
jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/mnt.
a. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Dokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua
temuan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 03/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 04/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 05/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
3. Produser Pencabutan
a. Lakukan pemeriksaan bimanual
b. Bersih kan vagina dengan air DTT, pasang spekulum
vagina untuk melihat serviks,
c. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
d. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati – hati
untuk mengeluarkan AKDR
e. Tunjukan AKDR tersebut pada klien kemudian
rendam dalam larutan cklorin 0,5 %
f. Keluarkan spekulum dengan hati – hati
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 06/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 07/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN BIDAN
INDONESIA
No. Dokumen : 09/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 09/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
Tanggal terbit : 1 Maret 2020 Disetujui Oleh
Praktek Mandiri Bidan
No. Revisi :
SOP
Halaman : 1- 3 Sri Marjiyati, S.ST
A. Pengertian
Melakukan Pencabutan Alat Kontrasepsi bawah kulit
B. Tujuan Agar Petugas dapat melakukan pencabutan AKBK sesuai
standar agar tidak terjadi komplikasi
C. Referensi
Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan 1. Persiapan alat :
a. Meja periksa untuk tempat tidur klien
b. Penyangga lengan atau meja samping
c. Sabun untuk mencuci tangan
d. Kain penutup operasi steril ( bersih ) yang kering
e. Tiga mangkok steril / DTT
f. Sepasang sarung tangan steril / DTT
g. Larutan anti septik
h. Anastesi lokal
i. Spuit ( 5 atau 10 ml ) dan jarum suntik panjang 2,5 – 4
cm ( no 22 )
j. Skapel no 11
k. Klem lengkung dan lurus ( mosquito dan cile )
l. Band aid atau kasa steril dengan plaster
m. Kasa pembalut
n. Epinefrin untuk syok anapfilaktik ( harus tersedia
untuk keadaan darurat
2. Persiapan Klien
a. Persilahkan klien untuk mencuci seluruh lengan dan
tangan dengan sabun dan air mengalir
b. Tutup tempat tidur klien dengan kain yang bersih dan
kering
c. Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang yang
terpasang implant
d. Raba kapsul untuk menentukan lokasinya
e. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat
tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan
menggunakan spidol.
f. Siapkan tempat alat alat , dan buka bungkus steril
tanpa menyentuh alat – alat di dalamnya
E. Prosedur 1. Tindakan sebelum pencabutan
a. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan
keringkan dengan handuk
b. Pakai sarung tangan steril /DTT
c. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
d. Usap tempat pencabutan dengan kasa beranti septik,
gunakan klem steril atau DTT untuk mnemegang kasa
tersebut.
e. Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan
f. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya
g. Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntuk dengan 3 ml obat anastesi
2. Tindakan pencabutan kapsul
a. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak yang sama
dari ujung bawah semua kapsul ( dekat siku ), kira – kira
5 mm dari ujung bawah kapsul
b. Pada lokasi yang sudah di pilih, buat insisi melintang
yang kecil +_4 mmdengan menggunakan scalpel
c. Mulai mencabut kapsul yang mudah di raba dari luar
atau yang terdekat luka insisi
d. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi
lengkungan jepitan mengarah ke kulit
e. Dorong ujung kapsul pertama se dekat mungkin pada
luka insisi
f. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul
g. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan
klem ke dua
h. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah di
cabut
3. Tindakan Pasca Pencabutan
a. Menutup luka insisi, bila klien tidak ingin menggunakan
implat lagi, bersihkan tempat insisi dan sekitarnya
dengan menggunakan kasa ber antiseptik
b. Dekatkan kedua tepi luka insisis kemudian tutup dengan
band aid
c. Buang bahan – bahan habis pakai yang terkontaminasi
d. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai dengan
larutan chlorine 0,5%, selama 10 menit
e. Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5% kemudian
lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik
f. Konseling Pasca Tindakan
PENANGANAN PRE EKLAMSI
RINGAN/ BERAT DAN
EKLAMSI
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 10/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
Tanggal terbit : 1 Maret 2020 Disetujui Oleh
Praktek Mandiri Bidan
No. Revisi :
SOP
Halaman : 1-3 Sri Marjiyati, S.ST
A. Pengertian Penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, protein uria dan oedema
yang timbul karena kehamilan dan terjadi pada triwulan ke 3
kehamilan
B. Tujuan Sebagai acuan Bidan dalam melakukan Penatalaksanaan pada
kasuss pre eklamsi ringan, pre eklamsi berat, dan eklamsi
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsi
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solusio placenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksi sampai kematian janin )
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui
bahwa resiko janin atau ibu akan lebuh berat jika persalinan di
tunda lebih lama
C. Referensi Buku saku pelayan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan
D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Tensi
2. Stetoskop
3. Reflek patella
4. Sudip lidah
IKATAN BIDAN
INDONESIA No.Dokumen : 11/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
C. Referensi
DEPKES RI. (2011). Buku Bagan MTBS. Jakarta: Depkes RI.
D. Prosedur 1. Bidan menyiapkan alat medis (stetoskop, timbangan,
termometer, sound timer, pengukur tinggi badan, buku formulir
MTBS dan senter)
2. Bidan mencuci tangan.
3. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita
mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit,
pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.
4. Pemeriksaan :
a. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
Periksa kemungkinan kejang
Periksa gangguan nafas
Ukur suhu tubuh
Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
Periksa kemungkinan adanya icterus
Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan
diare
Ukur berat badan
Periksa status imunisasi
Dan seterusnya lihat formulir MTBS
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 12/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 13/PMB/III/2020
LAMPUNG SELATAN
Tatalaksana khusus
1. Atonia uteri
a. Lakuakan pemijatan uterus
b. Pastikan plasenta lahir lengkap
c. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
d. Bila tidak tersedia oksitoksin atau bila perdarahan
tidak berhenti,berikan ergometrin 0,2 Mg IM atau IV,
dapat diikuti pemberian 0,2 Mg IM setelah 15 menit,
dan berikan 0,2 Mg IM atau IV setiap 4 jam bila
diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis ( 1mg
)
e. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam
traneksamat secara IV ( bolus selama 1 menit dapat
diulang setelah 30 menit )
2. Robekan jalan lahir
Ruptur perinium dan robekan dinding vagina
a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan
b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan
dengan anti septik
c. Hentikan sumber pedarahan dengan klem dan ikat
dengan benang yang dapat di serap
d. Lakukan penjahitan
e. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm asam
traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien
3. Robekan servik
a. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiridan kanan dari portio.
b. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan/ jahitan
dilakukan secara kontinyu di mulai dari ujung atas
robekan kemudian kearah luar hingga semua
robekan dapat di jahit
f. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm asam
traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat diulang
setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien
4. Retensio plasenta
a. Berikan 20 – 40 µ oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
b. Lakukan tarikan tali pusat terkendali
c. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati hati
d. Berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
( ampisillin 2 gr secara IV dan metronidazole secara
IV )
e. Segera atasi atau rujuk pasien bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi
5. Sisa plasenta
a. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
b. Lakukan eksplorasi digital ( bila servik terbuka ) dan
keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila servik
hanya dapat dilalui instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi
dan kuretase.
c. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus
atonia uteri.
6. Inversio uteri
Segera reposisi uterus namun jika reposisi tampak
sulit, apalagi jika inversio terjadi cukup lama,
bersiaplah untuk merujuk ibu
7. Ganguan pembekuan darah
a. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut
koagulopati dapat di cegah jika volume darah di
pulihkan segera
b. Tangani kemungkina penyebab solusio plasenta
c. Segera rujuk pasien
PENANGANAN BAYI ASFIKSIA
IKATAN BIDAN
INDONESIA
No. Dokumen : 14/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
A. Pengertian Keadaan dimana Bayi Baru Lahir tidak bernafas secara spontan
dan teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat
janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini berkaitan dengan kondisi ibu, masalah
pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan
B. Tujuan Sebagi Acuan Bidan dalam memberikan pertolongan pada bayi
dengan asfiksia dengan tujuan :
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebri
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat
vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra
uteri
C. Referensi 1. Buku saku Pelayanan kesehatan anak
2. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal
D. Kebijakan
Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000
E. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Handuk atau kain bersih dan kering 2
3. Handuk atau kain kecil untuk mengganjal bahu
4. Alat penghisap lendir
5. Penghisap delee DTT / Steril
6. Oksigen
7. Tabung sungkup Balon sungkup dengan katup pengatur
tekanan
8. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60
cm
9. Jam atau pencatat waktu
LANGKAH AWAL
VENTILASI
1. Mulai ventilasi
a. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah ( seperti telah di prediksi
sebelumnya ) sehingga perlu dilakukan tindakan
resusitasi
b. Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu ( pengawasan ibu dan
pertolongan bagi bayi baru lahir dengan asfiksia )
1. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan
sungkup ataupun dengan balon dan sungkup.
Langkah – langkahnya adalah sama, perbedaannya
hanya pada beberapa hal berikut ini. Dengan tabung
dan sungkup:
- Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan
hidung Penolong, kemudian di hembuskan lagi ke
jalan nafas bayi melalui mulut tabung sungkup
- Untuk memasukkan udara baru, penolong harus
melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk
menghirup udara baru dan baru memasukkannya
kembali ke jalan nafas bayi ( bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal tabung /
mengambil nafas dari hidung dan langsung
meniupkan udara, maka yang masuk adalah udara
ekspirasi dari paru penolong )
- Pemenuhan frekwensi 20 kali dalam 30 detik
menjadi sulit karena penghisapan udara..
2. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi
waktu dilakukan penghisapan udara.
3. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup dengan jalan meniup pangkal tabung atau
menekan balon sambil menahan corong sungkup.
4. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu
( perhatikan perlekatan sungkup dan daerah mulut
bayi )
VENTILASI PERCOBAAN
VENTILASI DEFINITIF
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 15/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
Syok Anafilaktik
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang
agresif dan berikan efinefrin / adrenalin 1 : 1000
( 1 mg/ ml ) dengan dosis 0,2 – 0,5 ml/ IM atau SC
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin
( difenhidramin 25 – 50 IM atau IV ), penghambat
reseptor H2 ( ranitidin 1 mg/kg BB IV dan
kortikosteroid ( metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari
diberikan tiap 6 jam )
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 16/PMB/III/2020
LAMPUNG TIMUR
A. Pengertian
Suatu acuan bidan dalam pencegahan infeksi
B. Tujuan Melindungi Petugas kesehatan dan pasien dari resiko
penularan infeksi.
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan
D. Penatalaksanaan 1. Menjaga kebersihan tangan
a. Jaga agar kuku jari – jari tangan agar tetap pendek
b. Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air
c. Selalu bersihkan tangan pada situasi situasi berikut :
- Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
- Sebelum memegang alat atau instrumen infasif, baik
ketiaka mengenakan sarung tangan atau tidak
- Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi,
membran mukosa, kulit yang tidak intak atau kasa
penutup luka.
- Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang
terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien yang
sama
- Setelah melepas sarung tangan steril maupun non
steril.
d. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih
tangan berbahan dasar alkohol
Jika terlihat kotor, namun pembersih tangan berbahan
dasar alkohol tidak tersedia, cucilah tangan dengan air
sabun yang mengalir
e. Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/ cairan
tubuh,atau setelah menggunakan toilet,cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir.cuci tangan juga
dianjurkan bila dicurigai ada paparan terhadap patogen
berspora, lakukan tehnik mencuci
tangan 6 langkah selama 40- 60 detik
f. Sebelum menangani obat- obatan atau menyiapkan
makan bersihkan terlebih dahulu tangan
menggunakan sabun dan air mengalir
g. Bila difasilitas kesehatan tidak tersedia kran dengan
air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih
di tempat yang cukup tinggi dan berikan kran di dasar
ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk cuci
tangan
IKATAN BIDAN
INDONESIA No. Dokumen : 17/PMB/III/2020
LAMPUNG SELATAN