Anda di halaman 1dari 35

BIDAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN

PRAKTEK
No No. Revisi Halaman
MANDIRI Dokumen
..............
.............. ........./.........

Terbit Tanggal: Ditetapkan


SOP 10 Mei 2014 Penanggung jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Pengertian ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu
hamil selama kehamilannya. Mempersiapkan ibu agar
memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama
hamil, bersalin dan nifas. Mendeteksi dini faktor resiko
dan menangani masalah tersebut secara dini.
2.Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal
Care ( ANC ), sehingga dapat menyelesaikannya
dengan baik, melahirkan bayi yang sehat dan
memperoleh kesehatan yang optimal pada masa nifas
serta dapat menyusui dengan baik dan benar.
3.Kebijakan  Semua bidan yang melakukan tindakan pelayanan
ANC , pelayanan yang diberikan harus sesuai
dengan SOP
4.Prosedur 1. PERSIAPAN PASIEN
 Mempersiapkan alat dan bahan medis yang
diperlukan.
 Mempersiapkan Bumil mengosongkan kandung
kemih.
 Petugas mencuci tangan dengan sabun
antiseptik dan bilas dengan air mengalir dan
keringkan.
2. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
 Leanec
 Doppler / spekulum corong
 Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
 Meteran pengukur LILA
 Selimut
 Reflex Hammer
 Jarum suntik disposibel 2,5 ml
 Air hangat
Timbangan Berat Badan dewasa
Tensimeter Air Raksa
Stetoscope
Bed Obstetric
Spekulum gynec
Lampu halogen / senter
Kalender kehamilan
b. Bahan
 Sarung tangan
 Kapas steril
 Kassa steril
 Alkohol 70 %
 Jelly
 Sabun antiseptik
 Wastafel dengan air mengalir
 Vaksin TT
3. PELAKSANAAN
a. Anamnesa:
 Riwayat perkawinan.
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga.
 Status wayat Haid, HPHT.
 Riwayat imunisasi Ibu saat ini
 Kebiasaan ibu.
 Riwayat persalinan terdahulu

Dari Usia kehamilan dan buat taksiran persalinan.

b. Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum.
 Keadaan umum Bumil
 Ukur TB, BB, Lila.
 Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR
 Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala
sampai ekstremitas).
 Mata : conjungtiva, ikterus ;
 Gigi
 Kaki :Oedema kaki , dst.
 Pemeriksaan khusus.
 UMUR KEHAMILAN <20 mgg :
a). Inspeksi.
1. Tinggi fundus
2. Hyperpigmentasi (pada areola mammae,
Linea nigra).
3. Striae.
b) Palpasi.
1. Tinggi fundus uteri
2. Keadaan perut
c) Auskultasi.
 UMUR KEHAMILAN > 20 mgg:
a). Inspeksi.
1. Tinggi fundus uteri
2. Hypergigmentasi dan striae
3. Keadaan dinding perut

b). Palpasi.
Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi
kerjanya sbb :
Pemeriksa berada disisi kanan bumil,
menghadap bagian lateral kanan.
1) Leopold 1.
1. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong
uterus kebawah (jika diperlukan, fiksasi uterus
basah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis)
2. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang
memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap kebagian
kepala ibu.
3. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada fundus uteri dan rasakan bagian yang ada
pada bagian tersebut dengan jalan menekan
secara lembut dan menggeser telapak tangan
kiri dan kanan secara bergantian
2) Leopold 2.
1. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding
perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
2. Mulai dari bagian atas, tekan secara
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan
kemudian geser kearah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memenjang
(punggung) atau bagian yang kecil
(ekstremitas).
3) Leopold 3.
1. Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan
menghadap kebagian kaki ibu.

2. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada


dinding lateral kiri bawah,telapak tangan kanan
pada dinding lateral kanan bawah perut ibu,
tekan secara lembut bersamaan atau
bergantian untuk menentukan bagian bawah
bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen
adalah kepala, dan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong).
4) Leopold 4.
1. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan
pada dinding lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan
berada pada tepi atas simfisis.
2. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian
rapatkan semua jari tangan kanan meraba
dinding bawah uterus.
3. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari
kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada
bagian terbawah bayi (bila presentasi kepala,
upayakan memegang bagian kepala didekat
leher dan bila presentasi bokong, upayakan
untuk memegang pinggang bayi)
5. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas
panggul, kemudian letakkan jari0jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk
menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul.
c). Auskultasi.
- Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung
janin.
d). Pemeriksaan Tambahan.
- Laboratorium rutin : Hb, Albumin
- USG
 Akhir pemeriksaan :
a. Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
b. Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan.
c. Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan
status pasien.
d. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang
meliputi : usiakehamilan, letak janin, posisi
janin, Tafsiran persalinan, Resiko yang
ditemukan atau adanya penyakit lain.
e. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
f. Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan
dengan hasil pemeriksaan
g. Jelaskan pentingnya imunisasi
h. Jelaskan menjadi akseptor KB setelah
melahirkan
i. Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumash Sakit
4.Sikap  Sopan
 Teliti
 Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
5.Petugas  Bidan

pelaksanakan
6.Catatan Mutu  Kartu Ibu
 Buku register kohort ibu hamil
 Buku register ibu hamil
 Buku KIA

BIDAN PEMERIKSAAN
PRAKTEK DENYUT JANTUNG
MANDIRI JANIN
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung jawab
BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan
pemeriksaan denyut jatung janin diperut ibu
hamil dengan menggunakan lenek/ doopler
2.Tujuan  Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan
ibu dan perkembangan janin khususnya
denyut jantung janin dalam rahim.
3.Indikasi  Memastika kesehatan janin

4.Ruang Lingkup Ibu hamil dengan usia kehamilan 16


minggu / 4 bulan yang datang ke bidan
praktek mandiri
5.Kebijakan Bidan yang mendengarkan Denyut jantung Janin harus
sesuai dengan SOP
6.Prosedur 1. Persiapan Pasien
 Persiapan Mental
 Menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada pasien
 menjaga privasi pasien
2. Persiapan Alat
 Doppler
3. Bahan
 Jelly
4. Cara Kerja
 Baringkan ibu hamil dengan posisi
terlentang
 Beri jelly pada doppler /lineac yang akan
digunakan
 Tempelkan doppler pada perut ibu hamil
didaerah punggung janin.
 Hitung detak jantung janin :
- Dengar detak jantung janin selama 1
menit, normal detak jantung janin 120-
140 / menit.
 Beri penjelasan pada pasien hasil
pemeriksaan detak jantung janin
- Jika pada pemeriksaan detak jantung
janin, tidak terdengar ataupun tidak
ada pergerakan bayi, maka pasien
diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke
RS.
 Pasien dipersilahkan bangun
 Catat hasil pemeriksaan diKartu Ibu dan
Buku KIA
7.Sikap  Sopan
 Teliti dan Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon
pasien
 Cekatan
8.Indikator kinerja DJJ dapat didengar dengan tepat dan benar

9.Petugas  Bidan

melaksanakan
10. Catatan Mutu  Kartu Ibu, Buku kohort ibu hamil, Buku
register ibu hamil, Buku KIA
11. Hal-hal perlu Selama tindakan selalu menjaga privasi pasien

diperhatikan
BIDAN PENCABUTAN IUD
PRAKTEK
MANDIRI

SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-


Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung jawab
BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan pengeluaran
IUD dari dalam rahim atas indikasi medis atau
pertimbangan pribadi
2.Tujuan  Mengeluarkan alat KB (IUD) dalam rahim

3.Indikasi  Pada pasien yang ada indikasi medis


 Pada pasien atas pertimbangan pribadi antara lain :
- Ingin punya anak lagi atau ganti cara kontrasepsi
4.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan pencabutan IUD harus
sesuai dengan SOP
5.Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

6.Prosedur 3. Persiapan Pasien


 Persiapan Mental
Menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan dan yang akan pasien rasakan pada
saat dan setelah pencabutan
 Persiapan Administrasi
Surat izin tindakan dari pasien atau suami

4. Persiapan Alat
 Alat Steril
 Troly dengan bak steril berisi :
~ sarung tangan steril
~ kom berisi betadine
~ Kasa steril
~ speculum
~ tampon tong
~ kagel tang
 Alat Non Steril
 Meja/tempat tidur ginekologi dialasi
perlak
 Lampu sorot
 Tempat sampah/ember yang dilapisi
 Kursi

5. Cara Kerja
 Sapa pasien dengan ramah dan hangat
 Tanyakan alasannya ingin mencabut dan
jawab semua pertanyaannya
 Tanyakan tujuan dari KB selanjutnya
 Jelaskan proses pencabutan IUD dan apa
yang akan pasien rasakan pada saat dan
setelah pencabutan
 Anjurkan pasien untuk BAK dan
membersihkan genitalia terlebih dahulu
 Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan
degan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril
 Lakukan pemeriksaan binomial

 Pasang speculum vagina untuk melihat


serviks
 Usapkan vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik 2-3 kali
 Jepit benang yang dekat serviks dengan
klem dan tarik benang dengan hati-hati
untuk mengeluarkan IUD
 Tunjukkan kepada pasien bahwa IUD telah
dicabut
 Rendam seluruh peralatan dalam lisol
 Buang bahan –bahan yang sudah tidak
dipakai lagi
 Rendam sarung tangan dalam larutan lisol
 Cuci tangan dengan air dan sabun
 Buat rekam medic tentang pencabutan IUD
 Diskusikan apa yang harus dilakukan pasien
bila mengalami efek samping
 Lakukan konseling untuk metode
kontrasepsi yang lain bila pasien ingin
mengganti dengan yang baru
 Bantu pasien untuk menentukan alat
kontrasepsi yang baru atau beri alat
kontrasepsi sementara sampai dapat
memutuskan alat kontrasepsi baru yang akan
dipakai.
7.Sikap  Sopan
 Teliti
 Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
8.Petugas  Bidan

Peelaksana
9.Hal-hal yang Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum
pasien
perlu
diperhatikan
BIDAN
PRAKTEK
PEMASANGAN IMPLANT
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:-

Terbit Tanggal :
halaman:-

Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
10 Mei 2014

FITRI YANTI, S.ST


Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan penamaman atau pemasangan kapsul
dibawah kulit
Tujuan Mencegah ovulasi dan implantasi pada endometrium
Kebijakan Bidan yang melakukan tindakan pemasangan Implant harus sesuai dengan SOP
Prosedur A. SIKAP
1. Menyapa klien dengan ramah dan sopan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Merespon terhadap reaksi pasien
4. Percaya diri
5. Memberikan rasa empati pada klien

B. ALAT DAN BAHAN


1. Tempat tidur pasien
2. Implant dalam kemasan steril
3. Sarung tagan steril
4. Larutan anti septik
5. Anastesi lokal konsentrasi 1 %
6. Spuit 5 cc
7. Trokar
8. Skapel
9. Templet / pola
10. Band aid
11. Kasa pembalut
12. Epineprin untuk syok anafilaktik
C. CONTENT
1. Memastikan klien sudah mencuci lengan kiri atas atau kanan bila kidal
bersih
2. Memakai APD lengkap
3. Melakukan cuci tangan 7 langkah
4. Mendekatkan alat dan memakai sarung tangan
5. Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik.
6. Memasang kain penutup steril/ DTT di tempat pemasangan Implant.
7. Menyuntikkan anestesi lokal secara intrakutan
8. Melakukan anestesi lanjutan subdermal di tempat insisi dan alur pema
Implant ( Masing- masing 1 cc )
9. Menguji efek anestesi sebelum melakukan insisi pada kulit
10. Membuat insisi 2 mm dengan ujung bisturi / skalpel hingga subdermal
11. Memasukkan ujung trokar melalui luka insisi hingga mencapai subder
kemudian angkat dan dorong sejajar kulit
12. Mengeluarkan pendorong dan memasukkan kapsul ke dalam trokar
13. Memasukkan pendorong dan memasukkan kapsul ke dalam trokar.
14. Menahan pendorong di tempatnya, kemudian tarik trokar ke arah pang
pendorong untuk menempatkan kapsul 1 di subdermal
15. Menahan kapsul pada tempatnya , tarik trokar dan pendorong ( bersa
hingga tanda 2 mencapai luka incisi.
16. Mengarahkan ujung trokar ke samping kapsul pertama, kemudian dor
Mengikuti alur kaki segitiga terbalik ) hingga tanda 1 mencapai luka in
17. Menarik pendorong keluar masukkan kapsul kedua dan dorong denga
pendorong ke ujung trokar hingga terasa tahanan.
18. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan kapsu
subdermal.
19. Menarik trokar ke arah pangkal pendorong untuk menempatkan kapsu
subdermal.
20. Menahan kapsul pada tempatnya , tarik trokar dan pendorong ( bersa
hingga keluar seluruhnya melalui luka.
21. Memeriksa kembali kedua kapsul telah terpasang di subdermal pada
telah direncanakan.
22. Cuci tangan dan melepas APD

10. Sikap  Sopan


 Teliti
 Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan

11. Petugas  Bidan

Peelaksana
12. Hal-hal Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan umum pasien

yang perlu
diperhatikan
BIDAN PEMBERIAN TABLET ZAT BESI
PADA IBU HAMIL
PRAKTEK
No No. Revisi Halaman
MANDIRI Dokumen
..............
.............. ........./.........

Terbit Tanggal: Ditetapkan


SOP 10 Mei 2014 Penanggung jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Pengertian Memberikan tablet tambah darah (Fe) untuk
dikonsumsi ibu hamil
2.Tujuan  Sebagai acuan dalam melakukan pemberian
tablet zat besi pada ibu hamil dan anemia pada
kehamilan untuk mengatasi anemia sebelum
persalinan berlangsung.
3.Kebijakan  Bidan dalam melakukan pelayanan ANC ,
pelayanan yang diberikan harus mengacu pada
standart pelayanan 14 T
4.Prosedur 1. PERSIAPAN PASIEN
 Persiapan Mental
 Menjelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada pasien

2. ALAT DAN BAHAN


c. Alat
Alat tulis
Form Pemeriksaan Laboratorium
d. Bahan
Tablet Zat besi

3. PELAKSANAAN

a. Periksa konjungtiva pasien, untuk menentukan


pasien anemis atau tidak.
b. Catat hasil pemeriksaan dalam kartu status dan
KMS ibu hamil.
c. Isi form pemeriksaan laboratorium.
d. Jelaskan pada pasien tujuan dari pemeriksaan.
e. Jelaskan pada pasien, untuk membayar biaya
pemeriksaan laboratorium di kasir sebelum
kelaboratorium dan setelah selesai pemeriksaan
membawa hasil pemeriksan kembali ke unit
pelayanan kesehatan ibu.
f. Rujuk ke unit pelayanan gizi, jika hasil
pemeriksaan Hb <11gr %
g. Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil,
sedikitnya 1 tablet / hari, selama 30 hari berturut-
turut untuk pasien hamil pada trimester I,
sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia
diberikan tablet zat besi dan vitamin C tiga kali
satu tablet perhari ( 3 X 1 ) , hal ini sangat
tergantung dengan persediaan obat yang ada
h. Jika tablet zat besi persediaan habis, maka akan
diberikan resep luar
i. Beri penyuluhan gizi pada semua ibu hamil
disetiap kunjungan ANC, tentang perlunya minum
tablet zat besi dan vitamin C, serta menghindari
minum teh / kopi / susu dalam 1 jam sebelum /
sesudah makan, karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi.

4.Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
5.Petugas  Bidan

pelaksana
6.Catatan Mutu  Kartu Ibu
 Buku register kohort ibu hamil
 Buku register ibu hamil
 Buku KIA
7.Hal-hal yang Selama tindakan selalu memperhatikan dan
meyakinkan pasien untuk bersedia mengkonsumsi
perlu tablet FE
diperhatikan
BIDAN MEMBIMBING IBU CARA
MENYUSUI YANG BAIK
PRAKTEK
No No. Revisi Halaman
MANDIRI Dokumen
..............
.............. ........./.........

Terbit Tanggal: Ditetapkan


SOP 10 Mei 2014 Penanggung jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


5.Pengertian Melakukan bimbingan pada ibu dalam menyusui
bayinya
6.Tujuan  Sebagai acuan dalam membimbing ibu
melakukan cara menyusui yang baik
7.Kebijakan  Bidan dalam melakukan bimbinga ibu menyusui
harus mengacu pada SOP
8.Prosedur ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Kursi yang rendah agar kaki tidak
menggantung dan punggung bersandar pada kursi
2. Bahan
a. Lap bersih / tissue

6. INSTRUKSI KERJA
a. Beritahu ibu untuk cuci tangan dahulu.
b. Keluarkan ASI sedikit lalu oleskan pada puting
susu dan areola sekitarnya.
c. Ibu duduk dengan santai menggunakan kursi
yang rendah
d. Punggung bersandar dengan santai pada kursi.
e. Pegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan ibu. Kepala bayi tidak boleh
terngadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
f. Satu tangan bayi pada arah badan ibu
sebaiknya diletakkan dibelakang badan ibu.
g. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala
bayi menghadap payudara ibu.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
i. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
j. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas
payudara dan jari lain menopang dibawah
payudara, jangan menekan puting susu /
areolanya saja.
k. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
dengan cara menyentuh pipi / sisi mulut bayi
dengan putting susu.
l. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat
punggung bayi didekatkan kepayudara ibu
dengan puting susu dan areola dimasukkan
kedalam mulut bayi. Usahakan sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi sehingga
puting berada dilangit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar.
m. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara
sampai payudara terasa kosong.
n. Lanjutkan dengan menyusui pada payudara
yang satu lagi.
o. Cara melepaskan isapan bayi
p. Masukkan jari kelingking ibu kemulut bayi
melalui sudut mulutnya.
q. Tekan dagu bayi kebawah

r. Setelah selesai menyusui, keluarkan ASI sedikit


dan oleskan pada putting susu serta areola
sekitarnya dan biarkan erring sendiri.
s. Jangan lupa menyendawakan setelah menyusui
dengan cara.
 Bayi di gendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu dan tepuk punggungnya
berlahan.
 Bayi tidur terlungkup dipangkuan ibu dan
tepuk punggungnya berlahan.
8.Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
9.Petugas  Bidan

pelaksana
10. Hal-hal Selama tindakan selalu memperhatikan dan
meyakinkan pasien untuk bersedia menusui bayinya
yang perlu
diperhatikan
BIDAN PEMASANGAN IUD
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Defenisi Suatu tindakan obstetri dengan melakukan
pemasangan dan insersi IUD ke dalam rahim
2.Tujuan  Memasukan alat KB (IUD) kedalam rahim

3.Indikasi  Pada pasien yang ada indikasi medis


 Pada pasien atas pertimbangan pribadi antara
lain :
- Tidak Ingin punya anak lagi atau ganti cara
kontrasepsi
4.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan pemasangan
IUD harus sesuai dengan SOP
5.Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

6.Prosedur 1. URAIAN UMUM :


a. Penerimaan pasien dari loket pendaftaran
b. Pengkajian data pasien dan pengisian kartu
KB
c. Pemeriksaan fisik akseptor IUD
d. Konseling penyuluhan kepada akseptor
tentang efek samping dan jadwal
kunjungan ulang
e. Pengisian informed consent
f. Persiapan alat dan pelaksanaan
pemasangan IUD
g. Pencatatan dan pelaporan
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Menerima akseptor diloket pendaftaran
b. Melakukan anamnesa kepada akseptor
tentang:
 Identitas akseptor
 Jumlah anak
 Menstruasi terakhir
 Riwayat penyakit (DM, Jantung, tumor,
dll)
c. Melakukan pengisian status sesuai dengan
hasil anamnesis.
d. Melakukan pemeriksaan :
 Mengukur berat badan
 Mengukur tekanan darah
 Melakukan pemeriksaan fisik:
Mata :warna sklera?
Payudara :ada benjolan?
Leher :kelainan thiroid?
Perut :pembesaran uterus /benjolan?
Ektremitas : varises?
e. Melakukan konseling/ penyuluhan tentang
efek samping dan jadwal kunjungan
kembali

f. Menyiapkan alat dan IUD yang steril


g. Memasang hand scoon dan melakukan
vulva higiene
h. Melakukan pemeriksaan dalam (porsio,
uterus dari kemungkinan adanya massa)
i. Melakukan pemasangan spekulum dan
menentukan bentuk uterus
(antefleksi/retrofleksi, panjang uterus)
j. Memasukan IUD kedalam tabung insersi,
selanjutnya melakuka insersi dan
memotong tali IUD
k. Membersihkan alat-alat yang telah dipakai
l. Menyerahkan kartu kb yang telah diisi
kepada akseptor KB
m. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-
1 dan register KB

b.Sikap  Sopan
 Teliti
 Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
c. Petugas  Bidan

Peelaksana
d.Hal-hal yang Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan
umum pasien
perlu
diperhatikan
BIDAN PELAYANAN KB
PRAKTEK SUNTIK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Defenisi Melayanai pasien yang ingin mendapatkan suntik
KB
2.Tujuan  Melakukan penyuntikan obat kb pada akseptor

3.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan suntk KB


harus sesuai dengan SOP
4.Referensi Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi

5.Prosedur 1. URAIAN UMUM


a. Bidan menerimaan pasien dari loket
pendaftaran.
b. Bidan melakukan pengkajian data pasien dan
pengisian Kartu KB.
c. Melakukan pemeriksaan fisik akseptor KB
suntik.
d. Melakuka konseling / penyuluhan kepada
akseptor tentang efek samping dan jadwal
kunjungan kembali.
e. mempersiapan alat dan pelaksanaan
penyuntikan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Bidan menerima akseptor dari loket
pendaftaran.
b. Melakukan anamnesis kepada akseptor
tentang :
» Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit ( tumor,
jantung, DM, dll ).
c. Melakukan pengisian status sesuai dengan
hasil anamnesis.
d. Melakukan pemeriksaan :
» Mengukur berat badan.
» Mengukur tekanan darah.
» Melakukan pemeriksaan khusus :
Mata : warna
sklera ?
Payudara : ada
benjolan ?
Leher :
kelainan tyroid ?
Perut :
pembesaran uterus / benjolan
?
Ekstremitas :
varices ?
e. Melakukan konseling / penyuluhan tentang
efek samping dan jadwal kunjungan kembali.
f. Menyiapkan alat dan obat suntik KB.
g. Melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam
spuit disposible yang sesuai.

h. Melakukan aseptik dengan kapas alkohol


pada lokasi yang akan disuntik.
i. Bidan melakukan penyuntikan secara intra
muskuler, kemudian aspirasi untuk
memastikan ujung jarum spuit tidak masuk
ke pembuluh darah, lanjut menyemprotkan
obat suntik KB sesuai dosis dan mencabut
jarum spuit dari tempat suntikan.
j. Melakukan anti septik kembali pada daerah
bekas suntikan.
k. Membuang spuit bekas ke tempat sampah
medis
l. menyerahkan Kartu KB yang telah diisi
kepada akseptor.
m. Melakukan pencatatan hasil pelayanan di K-1
dan Register KB.

6.Sikap  Sopan
 Teliti
 Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
7.Petugas  Bidan

Peelaksana
8..Hal-hal Selama tindakan selalu memperhatikan keadaan
umum dan privasi pasien
yang perlu
diperhatikan

BIDAN PENAGANAN SYOK


PRAKTEK ANAFILAKTIK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Tujuan  Melakukan penanganan syok anafilaktik

2.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan penanganan syok


anafilaktik harus sesuai dengan SOP
3.Referensi
4.Prosedur 1. Peralatan
 Tabung Oksigen
 Tensimeter
 Ambulance (Jika di rujuk)
 Adrenalin ampul
 Dexamethason Vial
 Jarum suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Penanganan utama dan SEGERA
I. Jauhkan antigen penyebab.
II. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign
(tensi, nadi, napas) sampai syok teratasi.
III. Segera baringkan penderita kaki lebih tinggi
dari kepala.
IV. Segera berikan adrenalin 0,3 – 0,5 mg larutan
1 : 1000 (1 mg/ml) untuk penderita dewasa atau
0,01 μg/kgBB untuk penderita anak-anak, i.m.
V. Pemberian ini dapat diulang 2  3 kali tiap 15
menit sampai keadaan membaik.
b. Penanganan tambahan :
 Bila terjadi bronkospasme, dimana pemberian
adrenalin kurang memberi respons, dapat
ditambahkan aminofilin 5 – 6 mg/kgBB i.v dosis
awal selama 15 menit yang diteruskan 0,4 – 0,9
mg/kgBB/jam dalam cairan infus.
 Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya
hidrokortison 100 mg atau deksametason 5 – 10
mg i.v sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau
syok yang membandel.
 Bila perlu, rujuk pasien ke RS terdekat dengan
pengawasan bidan

5.Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
6.Petugas  Bidan

Peelaksana
7. yg perlu Selama tindakan perhatikan keadaan umum dan privasi
pasien
diperhatikan

BIDAN EPISIOTOMI
PRAKTEK MEDIOLATERAL
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1. Tujuan Mempercepat kelahiran dan menghindari asfiksia
pada bayi.
2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan episiotomi
mediolateral harus sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. PERLENGKAPAN
 Kassa steril
 Bethadine
 Gunting episiotomi
 Larutan klorin 0.5%
2. LANGKAH-LANGKAH
a. Melakukan teknik aseptik pada daerah perineum
yang akan dilakukan episiotomi
b. Saat yang tebaik untuk memotong episiotomi
ialah pada saat perineum sedang menipis dan
pucat atau mengkilap. Kehilangan darah akan
lebih besar jika memotong lebih cepat. Akan
tetapi, jika memotong episiotomi atas indikasi
kegawatan bayi, maka lakukan pemotongan
kapan saja diperlukan untuk mempercepat
kelahiran bayi.
c. Setelah pemberian 10 cc anestesi lokal ambil
gunting episiotomi yang tajam dengan satu
tangan. Letakkan kedua jari tangan lainnya di
dalam vagina diantara gunting dan kepala bayi
untuk mencegah luka kepala bayi secara tidak
sengaja. Ujung mata gunting yang tumpul di
dalam vagina. Mulai pada titik tengah dari
perineum dan miringkan gunting sebesar 45
derajat. Potong ke arah bokong kanan ibu.
d. Buat episiotomi dengan satu atau dua potongan
besar.
e. Putar gunting dan posisikan menghadap ke atas
vagina. Lindungi kepala bayi dengan tangan lalu
masukkan gunting.
f. Tekan kain kassa ke daerah luka sementara ibu
melanjutkan meneran bersamaan dengan
kontraksi untuk mencegah kehilangan darah
yang berkelanjutan.
c. Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
d. Petugas  Bidan

Peelaksana
7. yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
dan privasi pasien
diperhatikan

BIDAN AMNIOTOMI
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1. Tujuan Memecahkan ketuban pada saat persalinan dan
pembukaan lengkap.
2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan amniotomi harus
sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. PERALATAN

 Klem ½ Kocher
 Bengkok
 Lenec / dopler
 Larutan klorin 0.5 %
2. LANGKAH-LANGKAH
a. Sentuhlah selaput ketuban yang sedang
menggelembung. Pastikan bahwa kepala sudah
(benar-benar masuk ke dalam panggul) engaged &
tidak adanya bagian-bagian kecil janin.
b. Memasukkan klem ½ kocher ke dalam vagina
dengan jari tangan kiri dituntun oleh tangan kanan
yang memakai sarung tangan hingga bisa
merasakan / menyentuh selaput ketuban.
c. Apabila kontraksi melemah, pindahkan jari tangan
kanan dan gunakan klem ½ kocher untuk
memecahkan selebar 1-2 cm dari atas ke bawah
selaput membran hingga pecah.
d. Keluarkan klem ½ kelly atau kocher dengan tangan
kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin 0.5%.
Pertahankan jari tangan kanan di dalam vagina
untuk merasakan penurunan kepala janin dan
pastikan bahwa tidak meraba adanya tali pusat
atau bagian-bagian kecil dari janin. Kemudian
keluarkan tangan kanan secara lembut dari dalam
vagina.
e. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada
mekonium atau darah. Jika ada, lakukan langkah-
langkah gawat darurat.
f. Cucilah sekresi dari sarung tangan di dalam larutan
klorin 0.5%.
g. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
h. Periksa kembali denyut jantung janin. Masukkan
dalam partograf waktu pemecahan selaput
ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
e. Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
f. Petugas  Bidan

Peelaksana
7. yg perlu Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
dan privasi pasien
diperhatikan
BIDAN PENJAHITAN PERINEUM
PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1. Tujuan Melakukan penjahitan pada luka perineum untuk
mempercepat penyembihan luka dan mencegah
infeksi.
2. Kebijakan  Bidan yang melakukan penjahitan perineum harus
sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan

4. Prosedur 1. Peralatan Penjahitan :


a. Bak instrumen steril berisi : sepasang sarung
tangan, pemegang jarum, jarum jahit otot dan
kulit, chromic catgut atau catgut no. 2/0 atau
3/0, pinset, gunting benang dan kassa steril
b. Alat suntik sekali pakai 10 ml dibuka dan
dimasukkan ke dalam heacting set
c. Satu ampul lidokain 1% dipatahkan
d. Kain bersih, Kapas DTT, Air DTT
e. Lampu sorot / senter yang diarahkan ke
vuva/perineum ibu
f. Larutan klorin 0.5%

2. PERSIAPAN
a. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat
tidur, dengan posisi litotomi
b. Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan
kain bersih dan kering
c. Pakai sarung tangan DTT atau steril
d. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain
1%, dengan teknik satu tangan, letakkan
kembali ke dalam wadah heacting set
e. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
f. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan
daerah luka dari darah atau bekuan darah, dan
nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada
daerah perineum
g. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan
perineum, masukkan jarum suntik secara
subkutan sepanjang tepi luka
h. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang
terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan
kembali masukkan. Ulangi lagi aspirasi ( cairan
lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah
dapat menyebabkan gangguan denyut jantung
hingga tidak teratur )
i. Suntikkan cairan lidokain 1% secukupnya sambil
menarik jarum suntik pada tepi luka daerah
perineum

j. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka,


arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada
mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikkan
cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik.
( Bila robekan besar dan dalam, anastesi daerah
bagian dalam robekan – alur suntikan anastesi
akan berbentuk seperti kipas : tepi perineum,
dalam luka, tepi mukosa vagina )
k. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan
penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari
anastesi.

3. LANGKAH-LANGKAH
a. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk
melihat robekan. Rabalah dengan ujung jari
seluruh daerah luka & lihat dimana ujung luka
tersebut.
b. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka
episiotomi, pasang tampon atau kassa ke dalam
vagina.
c. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum,
kemudian kunci pemegang jarum
d. Pasang benang jahit pada mata jarum
e. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
f. Lakukan penjahitan pertama 1 cm di atas ujung
luka di dalam vagina ibu.
g. Peganglah pemegang jarum dengan tangan
lainnya. Gunakan pemegang jarum (pinset) untuk
menarik jarum melalui jaringan. Jangan sekali-kali
menggunakan jari tangn. Menggunakan jari
tangan untuk meraba jarum adalah berbahaya.
Anda bisa menusuk jari tangan anda atau
melobangi sarung tangan anda yang akan
meningkatkan risiko terkena infeksi kuman dari
darah seperti HIV atau hepatitis B
h. Ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong
ujung benang yang bebas ( ujung benang tampa
jarum ) hingga tersisa kira-kira 1 cm
i. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan
jahitan jelujur hingga tepat di belakang lingkaran
himen.
j. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina,
sampai kebelakang lingkaran himen, dan tarik
keluar pada luka perineum. Perhatikan seberapa
dekatnya jarum ke puncak lukanya.
k. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit
lapisan ototnya. Lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya. Otot biasanya tampak
sedikit lebih merah dan rasanya agak keras bila
disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke
otot. Rasakan dasar dari luka, ketika anda sudah
mencapai ujung luka, berarti anda telah menutup
lapisan otot yang dalam
l. Setelah mencapai ujung luka yang paling akhir
dari luka, putarlah arah jarum anda dan mulailah
menjahit ke arah vagina, dengan menggunakan
jahitan untuk menutup jaringan subcuticuler.
Carilah lapisan subcuticuler umumnya lembut dan
memiliki warna yang sama dengan mukosa
vagina.

Kemudian membuat jahitan lapis kedua.


Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan lapis kedua ini
akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0.5 cm
terbuka. Luka ini akan menutup sendiri pada
waktu proses penyembuhan berlangsung
m.Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka
perineal kembali ke vagina di belakang cincin
himen untuk diamankan, diikat dan dipotong
benangnya.
n. Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Agar
simpul tersebut benar-benar kuat, buatlah 1 ½
kali simpul mati
o. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan
masing-masing 1 cm. Jika ujung dipotong terlalu
pendek, jahitan mungkin akan bisa terlepas. Jika
hal ini terjadi, seluruh jahitan episiotomi akan
menjadi longgar dan terlepas
p. Masukkan jari anda ke dalam rektum
q. Rabalah puncak dinding rektum untuk
mengetahui apakah ada jahitan. Jika anda
meraba ada jahitan, maka pastikan agar anda
memeriksa kembali rektum tersebut 6 minggu
pasca kelahiran. Jika belum sepenuhnya sembuh
pada saat itu (yakni, anda merasakan adanya
fistula), maka rujuklah ibu tersebut ke dokter
r. Periksa ulang kembali untuk memastikan bahwa
anda tidak meninggalkan apapun seperti kassa,
tampon, instrumen di dalam vagina ibu
s. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun
t. Keringkan dan buat ibu merasa nyaman
u. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara
pembersihan daerah perineum dengan sabun dan
air 3 sampai 4 kali setiap hari. Kalau tidak, ia
harus menjaga agar perineumnya tetap kering
dan bersih. Beritahu ibu agar jangan
memasukkan benda apapun ke dalam vaginanya
v. Mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu
minggu agar anda bisa memeriksanya kembali.
g. Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
h. Petugas  Bidan

Peelaksana
7. Hal-hal yg Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
perlu dan privasi pasien

diperhatikan

BIDAN DISTOSIA BAHU


PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1. Tujuan Mempercepat kelahiran bayi dan menghindari terjadinya
macet persalinan
2. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan penyelesaian kasus
distosia bahu harus sesuai dengan SOP
3. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

4. Prosedur 1. PERALATAN
- Gunting episiotomi
- Apron plastik, masker, kacamata pelindung
- Sarung tangan DTT/steril dan Alas kaki/sepatu
boot karet

2. LANGKAH-LANGKAH
a. Pakai sarung tangan DTT atau steril dan lakukan
episiotomi secukupnya
b. Lakukan manuver McRobert’s :
- Dengan posisi ibu berbaring pada
punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Minta dua asisten untuk membantu ibu
- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-
menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu)
untuk menggerakkan bahu anterior di bawah
simfisis pubis. Hindari tekanan yang
berlebihan pada kepala bayi karena mungkin
akan melukainya
- Secara bersamaan mintalah salah satu asisten
untuk memberikan sedikit tekanan suprapubis
ke arah bawah dengan lembut. Jangan lalukan
dorongan pada fundus, karena akan
mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa
menyebabkan ruptura uteri
c. Jika bahu tetap tidak lahir :
- Masukkan satu tangan ke dalam vagina &
lakukan penekanan pada bahu anterior, ke
arah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi
& mengurangi diameter bahu.
- Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu
posterior ke arah sternum
d. Jika bahu masih tetap tidak lahir :
- Masukkan satu tangan ke dalam vagina &
pegang tulang lengan atas yang berada pada
posisi posterior
- Fleksikan lengan bayi di bagian siku &
letakkan lengan tersebut melintang di dada
bayi

e. Jika bahu masih tetap tidak lahir setelah


melakukan manuver-manuver di atas, minta ibu
untuk berganti posisi merangkak. Coba bantu
kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan
cara melakukan tarikan perlahan-lahan pada
bahu anterior ke arah atas dengan hati-hati;
segera setelah bahu anterior lahir, lahirkan bahu
posterior dengan tarikan perlahan-lahan ke arah
bawah dengan hati-hati. Jika tetap tidak berhasil,
rujuk ibu.
5. Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
6. Petugas  Bidan

Peelaksan
a
7.hal-hal yg Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
dan privasi pasien
perlu
diperhatikan
BIDAN KOMPRESI BIMANUAL
PRAKTEK UTERUS
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


7. Tujuan Menghentikan perdarahan dan mencegah syok
anafilaktik.
8. Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan kompresi bimanual
uterus harus sesuai dengan SOP dan protap
9. Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

10.Prosedur 1. PERSIAPAN
Pasien :
 Perut bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun
 Cairan infus sudah terpasang jika diperlukan
 Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
 Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup
perut bawah

2. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


a. Kosongkan kandung kemih
b. Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut
kateter dan masukkan kedalam wadah yang
berisi cairan klorin 0,5%
c. Pasang speculum dibawah dan diatas. Bila
diperlukan, pasang spekulum lateral kiri dan
kanan
d. Tentukan bahwa perdarahan memang keluar
melalui ostium serviks, bukan dari laserasi atau
robekan jalan lahir
e. Lepaskan spekulum dan letakkan di dalam
wadah yang tersedia
f. Bersihkan sarung tangan, lepas dan rendam
secara terbalik dalam larutan klorin 0,5%
g. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan
handuk
h. Pakai sarung tangan DTT yang baru dengan
benar
i. Pastikan cairan infus berjalan baik dan
uterotonika sudah diberikan

3. PROSEDUR KERJA
3.1. KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
a. Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan
antiseptik pada sarung tangan kanan. Dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri, sisihkan kedua labium mayus
ke lateral dan secara obstetrik, masukkan tangan
kanan melalui introitus.
b. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior, dorong uterus ke kranio-anterior.
c. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus
uteri.

d. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak


tangan kiri dengan kepalan tangan kanan pada forniks
anterior
e. Perhatikan perdarahan yang terjadi, bila perdarahan
berhenti, pertahankan posisi demikian hingga
kontraksi uterus membaik. Bila perdarahan Belum
berhenti, lanjutkan ke tindakan berikut.
f. Keluarkan tangan kanan, bersihkan sarung tangan dan
rendam dalam klorin 0,5 %.
g. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk
h. Pakai sarung tangan DTT yang baru secara benar.
3.2. KOMPRESI BIMANUAL UTERUS EKSTERNA
a. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu.
b. Tekan dinding perut bawah untuk menaikkan fundus
uteri agar telapak tangan kiri dapat mencakup dinding
belakang uterus.
c. Pindahkan posisi tangan kanan sehingga telapak
tangan kanan dapat menekan korpus uteri bagian
depan
d. Tekan korpus uteri dengan jalan mendekatkan telapak
tangan kiri dan kanan dan perhatikan perdarahan yang
terjadi.
e. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi tersebut
hingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Bila
perdarahan belum berhenti, lanjutkan ke langkah
berikut
3.3. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS
a. Raba pulsasi arteri femoralis pada
lipatan paha
b. Kepalkan tangan kiri dan tekan bagian
punggung jari telunjuk hingga
kelingking pada umbilikus ke arah
kolumna vetebralis dengan arah tegak
lurus
c. Dengan tangan lain, raba pulsasi
arteri femoralis untuk mengetahui
cukup tidaknya kompresi :
- Jika pulsasi masih teraba, artinya
tekanan kompresi masih belum
cukup
- Jika kepalan tangan mencapai aorta
abdominalis, maka pulsasi arteri
femoralis akan berkurang /
berhenti
d. Jika perdarahan pervaginam berhenti,
pertahankan posisi tersebut dan
pemijatan uterus (dengan bantuan
asisten) hingga uterus berkontraksi
baik
e. Jika perdarahan masih berlanjut :
- Lakukan ligasi arteri uterina adan
utero-ovarika
- Jika perdarahan masih terus banyak,
lakukan histerektomi supravaginal
11. Petug  Bidan

as
Peelaksan
a
7.hal-hal yg Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
dan privasi pasien
perlu
diperhatikan

BIDAN MANUAL PLASENTA


PRAKTEK
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


12.Tujuan Mengeluarkan placenta dari dalam uterus.

13.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan manusl placenta


harus sesuai dengan SOP dan protap untuk
menghindari komplikasi
14.Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

15.Prosedur
1. PERSIAPAN
Pasien :
b. Cairan dan slang infus sudah terpasang.
Perut bawah dan paha sudah dibersihkan
c.Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
resusitasi
d. Menyiapkan kain alas bokong dan penutup
perut bawah
e. Medikamentosa :
 Analgetika ( Pethidin 1-2 mg/kg BB /
Ketamin HCl 0,5 mg/kg BB / tramadol 1-2
mg/kg BB
 Sedativa ( Diazepam 10 mg )
 Uterotonika ( Oksitosin, Ergometrin,
Prostaglandin )
 Bethadine
 Oksigen dan regulator
Penolong :
a. Celemek, masker, kacamata pelindung,
sepatu bot
b. Sarung tangan panjang DTT / Steril
c.Instrumen :
 Klem : 2 buah
 Spuit 5 cc dan jarum no. 23 : 4 buah
 Wadah Plasenta : 1 buah
 Kateter dan penampung air kemih : 1 buah
 Heacting set : 1 set
d. Larutan Klorin 0,5 %

2. LANGKAH-LANGKAH
2.1. Tindakan Penetrasi ke Kavum Uteri
a. Mencuci tangan hingga siku dengan air
dan sabun kemudian keringkan
b. Memberikan sedativa dan analgetik
melalui karet infus
c. Memakai sarung tangan hingga mencapai
siku
d. Mengkaterisasi kandung kemih apabila ibu
tidak dapat berkemih sendiri
e. Menjepit tali pusat dengan klem dan
tegangkan tali pusat sejajar lantai

f. Memasukkan satu tangan secara obstetrik


(punggung tangan ke bawah) dalam
vagina dengan menelusuri bagian bawah
tali pusat
g. Setelah tangan mencapai pembukaan
servik, meminta asisten untuk memegang
klem, kemudian tangan penolong yang lain
menahan fundus uteri
h. Sambil menahan fundus uteri,
memasukkan tangan dalam ke klavum
uteri sehingga mencapai tempat implatasi
plasenta
i. Membuka tangan obstetrik menjadi seperti
memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk)
2.2. Melepas Plasenta dari Dinding
Uterus
a. Menentukan tempat implantasi plasenta,
temukan tepi plasenta paling bawah
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap
di sebelah atas. Bila dibagian depan,
pindahkan tangan ke bagian depan tali
pusat dengan punggung tangan
menghadap ke atas
 Bila plasenta di bagian belakang,
lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan
menyelipkan ujung jari di antara
plasenta dan dinding uterus, dengan
punggung tangan menghadap ke
dinding dalam uterus
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan
hal yang sama (pungggung tangan
pada dinding kavum uteri) tetapi tali
pusat berada di bawah telapak tangan
kanan
b. Menggerakkan tangan kanan ke kiri dan
kanan sambil bergeser ke kranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta
dapat dilepaskan
- Sambil melakukan tindakan, perhatikan
keadaan ibu, lakukan penanganan yang
seuai bila terjadi penyulit
2.3. Mengeluarkan Plasenta
a. Sementara satu tangan masih di dalam
kavum uteri, lakukan eksplorasi ulang
untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding
uterus
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis
untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan
c. Instruksikan asisten yang memegang klem
untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam menarik plasenta keluar (hindari
percikan darah)
d. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang
telah disediakan
e. Lakukan sedikit pendorongan uterus
(dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir
- Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah
perdarahan yang keluar
f. Memeriksa kelengkapan plasenta
g. Dekontaminasi alat bekas pakai ke dalam
larutan klorin 0.5% dan membuka sarung
tangan di dalam larutan klorin 0.5%
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
2.4. Perawatan Lanjutan
a. Memonitor perdarahan pervaginam dan
memeriksa tanda-tanda vital :
 setiap 15 menit pada jam pertama
 setiap 30 menit pada jam kedua
b. Meyakinkan bahwa uterus tetap
berkontraksi
c. Catat kondisi pasien dan buat laporan
tindakan
d. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan
hal-hal penting untuk dipantau
e. Beritahukan kepada ibu dan keluarganya
bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
masih memerlukan perawatan

BIDAN Rujukan Neonatus


PRAKTEK
Dengan Asfiksia
MANDIRI
SOP no dok: 01 no.revisi:- halaman:-
Terbit Tanggal : Ditetapkan
10 Mei 2014 Penanggung
jawab BPM

FITRI YANTI, S.ST


1.Tujuan Sebagai acuan dalam merujuk Neonatus dengan Asfiksia

2.Kebijakan  Bidan yang melakukan tindakan peanganan asfiksia


bayi baru lahir harus sesuai dengan SOP
3.Referensi Ilmu Kebidanan, Patologi Kebidanan

4.Prosedur 1. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Selimut hangat/tebal yang bersih/popok serta kain penyeka
muka.
- Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan dan no.0 untuk bayi
kurang bulan
- Penghisap lendir.slym dan penekan lidah : 1 set
- Meja kering, bersih dan hangat
- Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
- Timer ( jam tangan yang ada detiknya )
Bahan : Oxygen, ventilasi dengan oxygen
2. INSTRUKSI KERJA
2.1. Penanganan Umum :
a. Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus
dengan kain yang hangat yang kering.
b. Jika belum dilakukan, segera klem & potong tali pusat
c. Letakan bayi ditempat keras dan hangat ( dibawah
radiant – heater ) untuk resusitasi
d. Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam
melakukan tindakan perawatan dan resusitasi
2.2. Resusitasi.
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit
pertama kehidupan. Indikator terpenting bahwa
diperlukan resusitasi adalah kegagalan nafas setelah bayi
lahir.
2.3. Membuka jalan nafas / mengatur posisi bayi,
sbb :
Posisi bayi :
- Terlentang
- Kepala lurus dan sedikit terngadah / ekstensi ( posisi
mencium bau )

- Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada


- Bersihkan jalan nafas dengan menghisat mulut lalu
hidung, jika terdapat darah / meconium dimulut atau
hidung, hisap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : Jangan menghisap terlalu dalam
ditenggorokan, karena dapat mengakibatkan
turunnya rekuensi denyut jantung bayi atau bayi
berhenti bernafas.
- Tetap jaga kehangatan tubuh bayi.
- Nilai kembali keadaan bayi :
 Jika bayi mulai menangis atau bernafas
lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
 Jika bayi tetap tidak bernafas lanjutkan dengan
ventilasi.
2.4. Ventilasi bayi baru lahir.
a. Cek kembali posisi bayi ( kepala sedikit ekstensi )
b. Posisi sungkup dan cek perlekatannya
c. Pasang sungkup diwajah, menutupi pipi, mulut dan
hidung
d. Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
e. Remas balon dengan 2 jari atau seluruh tangan
tergantung besarnya balon.
2.5. Ventilasi bayi jika perlekatan baik dan terjadi
pengembangan dada. Pertahankan frekuensi ( sekitar 40
x / menit ) dan tekanan ( amati dada mudah naik dan
turun ).
a. Jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
b. Jika dada tidak naik :
- Cek kembali dan koreksi posisi bayi
- Reposisi sungkup untuk pelekatan lebih baik
- Remas balon lebih kuat untuk mukus, darah /
mekonium
2.6. Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti &
nilai apakah terjadi nafas spontan
a. Jika pernafasan normal ( frekuensi 30 – 60 x / menit ),
tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.

b. Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan


ventilasi sampai nafas spontan terjadi.
2.7. Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi
dan amati nafas selama 5 menit setelah tangis
berhenti.
a. Jika pernafasan normal (frekwensi 30 – 60 x / menit),
tidak ada tarikan dinding dada dan suara merintih
dalam 1 menit resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan
dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b. Jika frekwensi 30 x / menit, lanjujtkan ventilasi.
c. Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi
dengan oxygen, jika tersedia, rujuk kekamar bayi atau
tempat pelayanan yangh dituju.
2.8. Jika nafas belum teratur setelah 20 menit
ventilasi :
a. Rujuk ke pelayanan yang dituju.
b. Selama dirujuk, jaga bayi tetap hangat dan berikan
ventilasi jika diperlukan.
2.9. Jika tidak ada usaha bernafas, megap – megap
atau tidak ada nafas setelah 20 menit ventilasi,
hentikan ventilasi, bayi lahir mati, berikan dukungan
psikologis kepada keluarga.
5.Sikap  Sopan
 Teliti, Hati-hati
 Tanggap dan peka terhadap respon pasien
 Cekatan
6.Petugas  Bidan

Peelaksan
a
7..hal-hal yg Selama melakukan tindakan perhatikan keadaan umum
dan privasi pasien
perlu
diperhatik
an

Anda mungkin juga menyukai