Anda di halaman 1dari 22

-1-

BUPATI KETAPANG
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI KETAPANG


NOMOR TAHUN 2021

TENTANG

SISTEM JASA PELAYANAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAN PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KETAPANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


Direncanakan oleh
Seketaris Dinas dan kinerja rumah sakit, perlu ditopang oleh sistem
jasa pelayanan berbasis kinerja sebagai bentuk
motivasi dan penghargaan kepada pegawai;
M. Ikbal, ST, MT
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 30 ayat (1) huruf
NIP.19710123 199503
Disetujui oleh 1 004
Kepala Dinas Kesehatan
b Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, Rumah Sakit mempunyai hak untuk
menerima imbal jasa pelayanan serta menentukan
H.Rustami, SKM, M.Kes
Diteliti oleh remunerasi, insentif dan penghargaan sesuai
Kepala Bagian Hukum
ketentuan perundang-undangan, maka perlu adanya
pengaturan mengenai sistem pembagian jasa
Mintaria,
Diteliti SH. MH
Kembali oleh
pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah dan
Asisten Sekda Bidang Pemerintahan c. Puskesmas;
dan Kesejahteraan Rakyat
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan
Donatus Franseda, AP,
Disempurnakan olehMM Peraturan Bupati tentang Sistem Jasa Pelayanan
NIP.19741212
Sekretaris199311
Daerah1 001 Rumah Sakit Umum Daerah dan Puskesmas;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara


Alexander Wilyo, S.STP, M.Si
NIP.19790802 199802 1 001
-2-

Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Perpanjangan Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1953 Nomor 9), sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1820) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut,
Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II
Tabalong dengan Mengubah Undang-Undang Nomor
27 tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang
Darurat Nomor 3 Tahun 1953 Tentang Perpanjangan
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965
Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2756);
3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2009 Nomor 144) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2009 Nomor 153) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),
-3-

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir


dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 874);
8. Peraturan Menteri Keuangan nomor 176/PMK.05/2017
tentang Pedoman Remunerasi Badan Layanan Umum
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1701);
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
228/MENKES/SK/III/2002 tentang Pedoman
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
yang Wajib Dilaksanakan Daerah;
10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk
Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
11. Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2019 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Dinas Kesehatan (Berita Daerah
Kabupaten Ketapang Tahun 2019 Nomor 21);
12. Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2020 Tentang
Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah
Dokter Agoesdjam Ketapang (Berita Daerah
Kabupaten Ketapang Tahun 2019 Nomor 21);
13. Peraturan Bupati Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Pola
Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah Pada Pusat
Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Ketapang (Berita
Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2020 Nomor 25);

MEMUTUSKAN:
-4-

Menetapkan : PERATURAN BUPATI KABUPATEN KETAPANG TENTANG


SISTEM JASA PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DAN PUSKESMAS.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Ketapang;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintah
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan Daerah Kabupaten Ketapang;
3. Bupati adalah Bupati Ketapang;
4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang;
5. Rumah Sakit Umum Daerah, yang selanjutnya disingkat RSUD adalah
rumah sakit milik Pemerintah Daerah;
6. Direktur adalah Direktur RSUD;
7. Dokter adalah dokter spesialis konsultan, dokter spesialis, dokter residen,
dokter umum, dokter gigi spesialis, dan dokter gigi yang merupakan
pegawai, tidak termasuk dokter tamu;
8. Dokter Tamu adalah Dokter yang bukan pegawai tetapi diperkenankan
merawat atau melakukan tindakan medis di RSUD dan UPTD Puskesmas;
9. Residen adalah Dokter peserta Program Pendidikan Spesialis I dan Spesialis
II;
10. Kelompok Tenaga Medis adalah kelompok tenaga yang terdiri dari dokter
spesialis konsultan, dokter spesialis, dokter residen, dokter umum, dokter
gigi spesialis konsultan, dokter gigi spesialis, dokter gigi, dan apoteker;
11. Kelompok Tenaga Keperawatan/ Setara adalah kelompok tenaga yang
terdiri dari perawat, bidan, radiografer, refraksionis, penata anastesi, ahli
teknologi laboratorium medik, nutrisionis, fisiotherapis, perekam medis,
dan tenaga ahli kefarmasian, petugas central steril supply departement
(CSSD), perawat Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), perawat
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), perawat Manajer Pelayanan
Pasien (MPP), Komite kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit
(K3RS);
-5-

12. Kelompok Tenaga Administrasi Fungsional adalah kelompok tenaga yang


terdiri dari tenaga ahli elektromedik, petugas loundry, petugas gizi (bukan
nutrisionis), petugas Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit (IPSRS), administrasi ruangan, satuan pengamanan, petugas
transporter, cleaning service, tukang kebun, rekam medik, petugas
teknologi informasi (TI), sopir, petugas gas medis, dan petugas
pemulasaran jenazah;
13. Kelompok Tenaga Administrasi Perkantoran adalah tenaga yang
menunjang kelancaran tugas-tugas yang diselenggarakan dari kegiatan
pelayanan kesehatan tidak langsung yang terdiri dari satuan klaim dan
distribusi jasa, serta tenaga admin di masing- masing bidang di RSUD;
14. Pejabat Struktural adalah Kelompok yang terdiri dari Direktur, Kepala
bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian;
15. Pejabat Fungsional adalah suatu jabatan non struktural bagi unit-unit
usaha strategis tempat diselenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat terdiri dari Kepala instalasi, Satuan Pengawas
Internal , Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite Tenaga Kesehatan
Lain, Kepala Ruangan;
16. Pegawai adalah Pegawai RSUD dan UPTD Puskesmas yang berstatus
pegawai;
17. Pegawai RSUD adalah Pegawai PNS dan Non PNS yang bekerja di RSUD;
18. Pegawai Puskesmas adalah Pegawai PNS dan Non PNS yang bekerja di
Puskesmas;
19. Pegawai BLUD Non PNS adalah setiap pegawai bukan PNS yang diangkat
oleh pimpinan BLUD untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan
tugas yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan BLUD;kebutuhan dan kpuan BLUD;
20. PNS RSUD adalah Pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang yang diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bekerja di RSUD;
21. PNS Puskesmas adalah Pegawai yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang yang diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bekerja di
Puskesmas;
-6-

22. BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan pemerintah


yang menerapkan pola keuangan BLUD dan dibentuk untuk memberikan
pelayanan lapangan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan
atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktifitas;
23. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis dibawah supervisi Dinas
Kesehatan;
24. Jasa Pelayanan adalah jasa bagi para pelaksana pelayanan di rumah sakit,
yang terdiri dari jasa medis, jasa keperawatan/setara dan jasa pelayanan
administrasi, sebagai sumber pembiayaan jasa pelayanan pada sistem jasa
pelayanan;
25. Jasa Sarana dan Prasarana RSUD adalah pengganti biaya fasilitas, biaya
operasional dan biaya tetap rumah sakit, berdasarkan harga satuan ( Unit
cost);
26. Jasa Sarana dan Prasarana Puskesmas adalah pengganti biaya fasilitas,
biaya operasional dan biaya tetap puskesmas, berdasarkan harga satuan
(Unit cost);
27. Jasa Pelayanan Langsung adalah imbalan kerja yang diberikan kepada
individu atau kelompok yang memberikan pelayanan langsung sesuai
dengan proporsi yang telah ditentukan dalam sistem pembagian jasa
pelayanan ini;
28. Jasa Pelayanan Tidak Langsung adalah imbalan kerja yang diberikan
kepada kelompok direksi, managemen dan kepada seluruh pegawai di
lingkungan RSUD melalui pos kebersamaan;
29. Pos Kebersamaan adalah sejumlah dana yang dihimpun dari proporsi jasa
pelayanan yang akan didistribusikan kepada seluruh karyawan rumah
sakit menggunakan proporsi indexing ssuai dengan sistema pembagian
jasa pelayanan;
30. Sistem Jasa Pelayanan adalah sistem yang mengatur pengupahan pegawai
yang diberlakukan di lingkungan RSUD dan Puskesmas;
31. Jasa Medis adalah pendapatan individu yang dihasilkan akibat pelayanan
tenaga medis dan bagian dari jasa pelayanan yang tercantum dalam
komponen tarif dan bersifat individu, meliputi dokter umum dan
spesialis, dokter subspesialis, konsulen, dokter gigi, dokter gigi spesialis,
dan dokter tamu;
-7-

32. Jasa Keperawatan adalah imbalan yang diterima oleh kelompok tenaga
keperawatan atas pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam rangka
pemberian asuhan keperawatan;
33. Jasa Pelayanan Administrasi adalah imbalan yang diterima oleh kelompok
tenaga administrasi atas pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
merupakan bagian dari jasa pelayanan yang tercantum dalam komponen
tarif;
34. Tarif adalah imbalan atas barang dan atau jasa yang diberikan oleh BLUD
termasuk imbalan hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan
untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya perunit layanan;
35. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan dan atau rehabilitasi medis;
36. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,
prevensi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa dirawat inap;
37. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi,
prevensi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis, dan atau
pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur;
38. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi risiko kematian
atau kecacatan;
39. Pelayanan Ambulance (ambulance service) adalah pelayanan transportasi
terhadap penderita gawat-darurat, evakuasi medis, jenazah dan atau
pelayanan rujukan pasien dari tempat tinggal/tempat kejadian pasien ke
rumah sakit atau sebaliknya dan atau pelayanan rujukan pasien dari
RSUD dr Agoesdjam Kabupaten Ketapang ke rumah sakit lain atau
sebaliknya;
40. Tindakan Medis adalah manuver/perasat/tindakan berupa pembedahan
atau non pembedahan dengan menggunakan pembiusan atau tanpa
pembiusan;
41. Pelayanan Medico-Legal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan yang
berkaitan dengan kepentingan hukum;
42. Pelayanan Penunjang Diagnostik adalah pelayanan untuk penegakan
diagnosis yang antara lain dapat berupa pelayanan patologi klinik, patologi
anatomi, mikrobiologi, radiologi diagnostik, elektromedis diagnostik,
endoskopi, dan tindakan/pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya;
-8-

43. Pelayanan Pemulasaraan Jenazah adalah pelayanan yang diberikan untuk


penyimpanan jenazah, konservasi (pengawetan) jenazah, bedah jenazah,
dan pelayanan lainnya terhadap jenazah;
44. Tarif Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah pembayaran atau imbal
jasa atas pelayanan kesehatan pada RSUD, terdiri dari jasa sarana dan
prasarana RSUD dan jasa pelayanan, yang merupakan sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaran kegiatan pelayanan kesehatan yang
dibebankan kepada masyarakat atau pihak ketiga sebagai imbalan atas
pelayanan yang diterimanya;
45. Tarif Pelayanan Kesehatan Puskesmas adalah pembayaran atau imbal jasa
atas pelayanan kesehatan pada Puskesmas, terdiri dari jasa sarana dan
prasarana Puskesmas dan jasa pelayanan, yang merupakan sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaran kegiatan pelayanan kesehatan yang
dibebankan kepada masyarakat atau pihak ketiga sebagai imbalan atas
pelayanan yang diterimanya;
46. Indexing adalah cara atau perangkat untuk menetukan besaran skor
individu karyawan sesuai dengan beban kerjanya.
47. ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan yang melayani perawatan pasien
kritis dewasa baik kasus trauma mau pun non trauma;
48. ICCU (Intensive Cardiologi Care Unit) adalah ruangan yang melayani
perawatan pasien kritis dewasa yang mengalami gangguan pada jantung;
49. PICU (Pediatric Intensive Care Unit) adalah ruangan yang melayani
perawatan pasien kritis anak- anak;
50. NICU (Neonatus Intensive Care Unit) adalah ruangan yang melayani pasien
kritis bayi baru lahir;
51. CSSD (Central Sterile Supply Department) adalah Suatu instalasi dirumah
sakit yang menjadi koordinator dari suatu sistem kerja supply dan alat-
alat steril;
52. BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab langsung
kepada presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan
Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya
ataupun rakyat biasa;
53. INA CBG adalah sistem pembayaran dengan system paket berdasar
penyakit yang diderita pasien. INACBGs merupakan rata-rata biaya yang
dihabiskan oleh suatu kelompok diagnosis;
-9-

54. PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) adalah kelompok petugas yang
bertugas mengupayakan untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya
infeksi pada pasien petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan;
55. PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) adalah kelompok tugas yang
mengupayakan rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien,
klien dan kelompok masyarakat agar pasien dapat mandiri dan
mempercepat kesembuhannya;
56. K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit) kelompok petugas
yang mengupayakan peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM rumah sakit,
pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat sekitar rumah sakit.

BAB II
AZAS, HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
AZAS
Pasal 2

Sistem jasa pelayanan berazaskan tiga hal yaitu :


a. proporsionalitas yang diukur dengan besarnya beban aset yang dikelola
dan besaran pendapatan RSUD dan Puskesmas;
b. kesetaraan yang memperhatikan industri pelayanan sejenis ; dan
c. kepatutan yang melihat kemampuan RSUD dan Puskesmas dalam
memberikan upah kepada pegawai.

Bagian Kedua
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 3

(1) Manajemen RSUD dan Puskesmas berkewajiban menyediakan alokasi


biaya untuk jasa pelayanan pegawai yang dianggarkan melalui
anggaran atau Rencana Bisnis Anggaran (RBA).
(2) Setiap pegawai RSUD dan Puskesmas berhak mendapat jasa
pelayanan.
(3) Yang tergolong kepada kelompok pusat pendapatan atau revenue
center, adalah :
- 10 -

a. Instalasi Gawat Darurat;


b. Instalasi Rawat Jalan;
c. Instalasi Rawat Inap;
d. Instalasi high care unit;
e. NICU,PICU, ICU, ICCU;
f. Instalasi Bedah Sentral;
g. Instalasi Farmasi;
h. Instalasi Radiologi;
i. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik;
j. Instalasi Patologi Anatomi;
k. Instalasi Rehabilitasi Medik;
l. Instalasi Hemodialisa;
m. Ambulance;
n. Medical Check Up
o. Pemulasaraan Jenazah;
p. Usaha-usaha lain.
(4) Setiap Pegawai RSUD dan Puskesmas berkewajiban memberikan
pelayanan yang optimal dan produktif sesuai dengan standar
pelayanan minimal.

BAB III
PENERIMA JASA PELAYANAN
Pasal 4

Yang berhak menerima jasa pelayanan sebagaimana maksud pasal 3 ayat (2)
terdiri dari:
a. Pejabat Struktural;
b. Pejabat Fungsional;
c. Kelompok Tenaga Medis;
d. Kelompok Tenaga Keperawatan dan Setara;
e. Kelompok Tenaga Administrasi Fungsional; dan
f. Kelompok Tenaga Administrasi Perkantoran.

Pasal 5

Jasa pelayanan tidak diberikan kepada pegawai RSUD dan Puskesmas


apabila yang bersangkutan:
- 11 -

a. menjalani tugas belajar;


b. menjalani masa persiapan pensiun (MPP);
c. menjalani cuti diluar tanggungan negara;
d. menjalani masa tahanan atau dihukum penjara yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
e. berstatus diperbantukan atau dipekerjakan ke instansi lain.

BAB IV
KOMPONEN DAN PROPORSI JASA PELAYANAN UNTUK RSUD

Bagian Kesatu
KOMPONEN JASA PELAYANAN DALAM TARIF RSUD
Pasal 6

(1) Komponen jasa yang tercantum dalam Tarif RSUD terdiri dari Jasa
Sarana Prasarana rumah sakit dan Jasa Pelayanan.
(2) Jasa Pelayanan yang tercantum di dalam komponen Tarif tidak
termasuk Jasa pelayanan.
(3) Jasa Medis, Jasa Keperawatan, dan Jasa Pelayanan Administrasi yang
tercantum dalam Tarif RSUD, disebut sebagai Jasa pelayanan setelah
diatur distribusinya dalam Sistem Jasa Pelayanan.
(4) Besaran Jasa Pelayanan adalah 40 % (Empat Puluh Persen) dari
seluruh total atas imbalan pelayanan pasien BPJS, umum dan
Penjamin lainnya yang didapatkan RSUD.

Bagian Kedua
DISTRIBUSI BESARAN JASA PELAYANAN LANGSUNG
DAN TIDAK LANGSUNG
Pasal 7

(1) Setiap penghasil Jasa Pelayanan diwajibkan memberikan kontribusi


yang diatur dalam sistem Jasa Pelayanan.
(2) Distribusi Jasa Pelayanan terdiri dari jasa pelayanan langsung dan jasa
pelayanan tidak langsung.
(3) Jasa Pelayanan Langsung diberikan kepada penghasil jasa pelayanan
baik Tenaga Medis, kelompok tenaga keperawatan setara dan kelompok
administrasi fungsional sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan
- 12 -

dalam sistem jasa pelayanan, sebesar 60% (Enam Puluh Persen) dari
proporsi jasa yang diterima.
(4) Pendistribusian Jasa Tidak Langsung 40% (Empat Puluh Persen), yang
mana besarannya diatur sebagai berikut:
a. Pejabat Struktural sebesar 10.5% (Sepuluh Koma Lima Persen);
b. Pejabat Fungsional sebesar 1.5% ( Satu Koma Lima Persen);
c. Pos Kebersamaan sebesar 25% (Dua Puluh Delapan Persen);
d. Kelompok Tenaga Administrasi Perkantoran sebesar 3% (tiga
persen);
(5) Pos Kebersamaan diberikan kepada seluruh Pegawai berdasarkan
indexing.

Bagian Ketiga
DISTRIBUSI JASA PELAYANAN LANGSUNG
Pasal 8

(1) Distribusi Insentif langsung kepada individu dan/atau kelompok yang


menghasilkan jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2), ditentukan sebagai berikut:
a. Pelayanan Rawat Jalan:
1. Jasa Konsultasi Dokter dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa
Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20%
(Dua Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional
sebesar 10% (Sepuluh Persen);
2. Tindakan medis dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa tenaga medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa
Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20%
(Dua Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional
sebesar 10% (Sepuluh Persen); dan
3. Tindakan keperawatan dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 70% (Tujuh Puluh
Persen), jasa tenaga medis sebesar 20% (Dua Puluh Persen) dan
jasa tenaga administrasi fungsional sebesar 10% (Sepuluh
Persen).
b. Pelayanan Rawat Inap:
1. Jasa konsultasi medis dengan komposisi pembagian, yaitu :
- 13 -

jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa


Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen);
2. Jasa konsultasi farmasi dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa Apoteker sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa
Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen).
Konsultasi farmasi dilakukan apabila ada permintaan dari Dokter
Penanggung Jawab Pasien;
3. Tindakan medis dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa
Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen);
4. Tindakan keperawatan dengan komposisi pembagian, yaitu :
jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari Jasa
Pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen).
c. Pelayanan Rawat Darurat
1. Jasa konsultasi medis dengan komposisi pembagian, yaitu :
Jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari jasa
pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen);
2. Tindakan medis dengan komposisi pembagian, yaitu :
Jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari jasa
pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen);
3. Tindakan keperawatan dengan komposisi pembagian, yaitu :
Jasa medis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen) dari jasa
pelayanan, jasa tenaga keperawatan dan setara sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi fungsional sebesar
10% (Sepuluh Persen).
- 14 -

d. Instalasi Penunjang :
1. Instalasi Radiologi, proporsi jasa pelayanan radiologi sebesar 40%
dengan komposisi pembagian: jasa medis sebesar 30% (Tiga
Puluh Persen) , jasa Radiografer sebesar 60% (Enam Puluh
Persen) dan Jasa Tenaga Administrasi Fungsional sebesar 10%
(Sepuluh Persen);
Jika dokter radiologi lebih dari satu orang maka kelompok dokter
radiologi menjadi 45% (Empat Puluh Lima Persen), jasa
radiografer 45% (Empat Puluh Lima Persen) dan kelompok
administrasi 10% (Sepuluh Persen);
2. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik, proporsi jasa pelayanan
sebesar 20% (Dua Puluh Persen) dengan komposisi pembagian:
Jasa medis sebesar 30% (Tiga Puluh Lima Persen), Jasa
keperawatan dan setara sebesar 60% (Enam Puluh Persen) dan
jasa pelayanan administrasi 10% (Sepuluh Persen);
3. Instalasi Rehabilitasi Medik, proporsi jasa pelayanan sebesar 40%
(Empat Puluh Persen) dengan komposisi pembagian: Jasa medis
sebesar 45% (Empat Puluh Lima Persen), jasa fisioterapis sebesar
45% (Empat Puluh Lima Persen) dan jasa pelayanan administrasi
10% (Sepuluh Persen);
4. Instalasi Gizi, proporsi jasa pelayanan sebesar 40% (Empat Puluh
Persen), dengan komponen pembagian: proporsi Jasa Pelayanan
konsultasi dokter spesialis gizi sebesar 45% (Empat Puluh Lima
Persen), 45% (Empat Puluh Lima Persen) adalah jasa pelayanan
nutrisionis dan pelayanan adminstrasi 10% (Sepuluh Persen);
5. Instalasi Patologi Anatomi, proporsi jasa pelayanan sebesar 40%
(Empat Puluh Persen) dengan komponen pembagian: Jasa medis
sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen), jasa analis sebesar 20% (Dua
Puluh Persen) dan jasa tenaga administrasi sebesar 10%
(Sepuluh Persen);
6. Instalasi Farmasi, proporsi jasa pelayanan farmasi sebesar 5%
(Lima Persen) dari omzet penjualan dengan komponen
pembagian: jasa apoteker sebesar 60% (Enam Puluh Persen), jasa
asisten apoteker sebesar 30% (tiga Puluh Lima Persen) dan jasa
pelayanan administrasi sebesar 10% (Sepuluh Persen);
- 15 -

7. Instalasi Hemodialisa, proporsi jasa pelayanan hemodialisa


sebesar 40% (Empat Puluh Persen) dengan komponen pembagian :
Jasa medis sebesar 25% (Dua Puluh Lima Persen), jasa
keperawatan dan setara sebesar 65% (Enam Puluh Lima Persen),
dan jasa tenaga administrasi sebesar 10% (Sepuluh Persen).
e. Instalasi Bedah Sentral
1. Jasa operator adalah sebesar 67% (Enam Puluh Tujuh Persen)
dari seluruh Jasa Pelayanan dengan komposisi pembagian, yaitu
: jasa dokter operator sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen ) Jasa
perawat bedah sebesar 20% (Dua Puluh Persen) dan Jasa
Pelayanan Administrasi sebesar 10% (Sepuluh Persen);
2. Jasa Anestesi adalah sebesar 33% (Tiga Puluh Tiga Puluh
Persen) dari total jasa pelayanan dengan komposisi pembagian,
yaitu: jasa dokter anestesi sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen),
jasa perawat anestesi sebesar 20% (Dua Puluh Persen) dan jasa
administrasi sebesar 10% (Sepuluh Persen);
3. Jasa Dokter spesialis pendamping operasi adalah sebesar 20%
(Dua Puluh Persen) dari Jasa operator ditambahkan diluar jasa
pelayanan bedah dengan komposisi pembagian, yaitu : Jasa
dokter spesialis sebesar 70% (Tujuh Puluh Persen), jasa Perawat
sebesar 20% (Dua Puluh Persen) dan jasa pelayanan
administrasi sebesar 10% (Sepuluh Persen);
(2) Proporsi jasa yang bersumber dari tarif paket Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau BPJS dan asuransi lain yang menggunakan tarif
paket INA CBG’s, sesuai dengan perhitungan proporsi jasa pelayanan
umum yang dikonversikan kedalam jasa Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Yang mana untuk RSUD dengan besaran jasa pelayanan 40% dari
total klaim paket JKN yang diterima; dan
(3) Konversi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan menggunakan
software jasa pelayanan JKN yang disusun berdasarkan ketetapan
dalam sistem jasa pelayanan ini.

Bagian Keempat
DISTRIBUSI JASA PELAYANAN TIDAK LANGSUNG
Pasal 9
- 16 -

(1) Distribusi Jasa Pelayanan tidak langsung untuk Pejabat Struktural


sebesar 10,5% (Sepuluh koma lima Persen) dari total jasa pelayanan,
yang mana besarannya diatur sebagai berikut:
a. Direktur sebesar 25% (Dua Puluh Lima Persen);
b. Kepala Bidang dan Kepala Bagian 30% (Tiga Puluh Persen);dan
c. Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian 45% (Empat Puluh Lima
Persen).
(2) Distribusi Jasa Pelayanan tidak langsung untuk Pejabat Fungsional
(Kepala Instalasi, Ketua Komite, Ketua SPI, Kepala Ruangan Revenue
Centre) sebesar 1,5% (Satu koma lima Persen) dari total jasa pelayanan
berdasarkan Indexing kelompok terkait.
(3) Distribusi Jasa Pelayanan tidak langsung Kelompok Tenaga Administrasi
Perkantoran sebesar 3% (Tiga Persen) dari total jasa pelayanan
berdasarkan Indexing kelompok terkait.
(4) Distribusi Jasa Pelayanan tidak langsung untuk Pos Kebersamaan
sebesar 25% ( Dua Puluh Lima Persen) dari total Jasa Pelayanan.

Bagian Kelima
DISTRIBUSI POS KEBERSAMAAN
Pasal 10

(1) Pos Kebersamaaan merupakan kontribusi dari setiap penghasil


jasa yang berada pada revenue center RSUD terdiri dari komponen
jasa dan jasa pelayanan langsung biaya operasional.
(2) Pos Kebersamaan diberikan kepada seluruh pegawai.
(3) Distribusi pos kebersamaan berdasarkan skoring yang
ditentukan dengan perhitungan indexing yang ditetapkan dalam
Sistem Jasa Pelayanan.
(4) Seluruh pegawai dapat menerima jasa pelayanan tidak langsung
sesuai dengan besaran total skor individu pegawai yang bersangkutan
dengan rumus jasa pelayanan = (Skor individu : Total skor RS) X Total
Dana Pos Kebersamaan.
Pasal 11

(1) Skor individu dinilai oleh atasan yang bersangkutan dan perhitungan
seluruh skor individu yang menjadi skor RSUD ditetapkan oleh
Direktur RSUD.
- 17 -

(2) Besaran jasa pelayanan tidak langsung bagi setiap pegawai


tergantung besar kecilnya Pos Kebersamaan dan kinerja pegawai.
(3) skor individu bisa berubah setiap bulan bergantung kepada
perubahan masa kerja, pelatihan atau training, sifat pelayanan,
keberadaan dalam TIM, emergency, dan performa indeks ditetapkan
dengan Keputusan Direktur.

Bagian Keenam
INDEXING
Pasal 12

(1) Indexing yang digunakan berdasarkan :


a. masa kerja atau index dasar sebagai jasa pelayanan dasar bagi
seluruh pegawai sesuai dengan masa kerja karyawan dengan
variable sebagai berikut;

MASA KERJA INDEX Keterangan

Masa kerja dari 0 sd < 2 Tahun 1


Masa kerja dari 2 sd < 5 Tahun 2 Masa kerja dihitung
Masa kerja dari 5 sd < 10 Tahun 3 sejak mulai kerja di
Masa kerja dari 10 sd < 15 Tahun 4
UPTD terkait
Masa kerja dari 15 sd < 20 Tahun 5
Masa kerja > dari 20 Tahun 6

b. Training index untuk memberikan penghargaan nilai


kualifikasi/capacity berdasarkan pelatihan atas keterampilan yang
bersertifikat yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah
dilakukan oleh pegawai dan memperhatikan masa berlaku yang
tercantum dalam sertifikat dengan ketentuan sebagai berikut:

PELATIHAN INDEX

Tidak memiliki sertifikat 1


Pelatihan bersertifikat selama 3 hari 2
Pelatihan bersertifilat selama 1 bulan 4
Pelatihan bersertifikat selama 3 bulan 6
Pelatihan bersertfikat selama 6 bulan 8
Pelatihan bersertifikan selama 1 tahun 10
Pelatihan bersertifikat selama 1 tahun lebih 12
- 18 -

c. Keterlibatan dalam tim adalah keterlibatan dalam tim pelayanan


khusus di RSUD dengan variabel sebagai berikut :

TIM INDEX

Tidak terlibat dalam Tim 1


Anggota Tim 2
Ketua Tim 4

d. Emergency index merupakan nilai untuk pegawai yang memiliki


tugas pokok dan fungsi yang menuntut harus siap melaksanakan
tugas setiap saat dengan tingkatan emergency yang sangat
tergantung jenis pekerjaannya, dengan variable sebagai berikut :
No Tingkat Emergency Index
1 Tingkat Non Emergency 1
 Administrasi perkantoran
 Customer service
2 Tingkat Emergency Sedang
 Administrasi keuangan (diluar
perkantoran)
 Gizi, Laundry
 Farmasi
 Rawat Jalan
 CSSD non shift
 Radiologi non Shift
 Laboratorium non shift
 Forensik
2
 PKRS/Promkes
 Kesehatan Lingkungan
 Security
 Rehabilitasi medik
 Cleaning service
 Kamar jenazah
 IPSRS non shift
 KIA
 Ruang tindakan
 Rekam medis
3 Tingkat Emergency Tinggi
 Sopir ambulance
 IPSRS shift
 PPI, K3RS , Case Manager
4
 Rawat Inap
 Laboratorium shift
 Farmasi shift, CSSD shift
 Radiologi shift
4 Tingkat Emergenci Sangat Tinggi
 ICU, ICCU, NICU, PICU,
 IGD 6
 Hemodialisa
 Isolasi
- 19 -

5 Tingkat Emergency Khusus


12
 Bedah Sentral
e. sifat pelayanan yang berdasarkan tingkat kompleksitas pelayanan
yang terdiri dari minimal care, partial care, total care dan critical
care, yaitu :

SIFAT PELAYANAN INDEX


Minimal care
IPSRS, Gizi, Laundry, CSSD, Cleaning
Service, Apotik, Kamar Jenazah, Gas
2
Medis, Satpam, IPAL, Tukang Kebun,
Rekam Medik, Kasir, administrasi
perkantoran, PKRS customer service
Partial care
Rawat jalan, Rawat Inap, Laboratorium,
Radiologi, Rehabilitasi Medik, 4
Ambulance, Case manajer, PPI , K3RS,
VK
Total care
IGD, ICU, NICU, PICU, Hemodialisa, 6
Perinatologi, Isolasi
Critical care
12
Instalasi Bedah Sentral

f. Performance index adalah untuk mengukur hasil / pencapaian


kerja dari pegawai.

Nilai performance index adalah dua kali index dasar .


(2) Setelah dilakukan indexing maka dilakukan Rating yaitu :

a. Index dasar = Rate 1


b. Training index = Rate 3
c. Keterlibatan dalam Tim = Rate 3
d. Emergency index = Rate 3
e. Sifat pelayanan = Rate 3
f. Performance Index = Rate 4
(3) Skor adalah nilai individu yang merupakan pengkalian dari index
terhadap rating;
(4) skor individu adalah penjumlahan dari score index dasar, Training
index, keterlibatan dalam tim, emergency, sifat pelayanan, dan
performance index;
(5) skor individu seluruh pegawai dijumlahkan menjadi keseluruhan skor
RSUD.
BAB V
- 20 -

KOMPONEN DAN PROPORSI JASA PELAYANAN UNTUK PUSKESMAS

Bagian Kesatu
KOMPONEN JASA PELAYANAN PUSKESMAS
Pasal 13

(1) Jasa Pelayanan bersumber dari pendapatan UPTD Puskesmas.


(2) Besaran Jasa Pelayanan adalah 60 % (Enam Puluh Persen) dari
seluruh pendapatan kapitasi Puskesmas.

Pasal 14

(1) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)


diberikan berdasarkan skor individual.
(2) Kriteria perhitungan skor individual sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempertimbangkan variabel:
a. masa kerja;
b. training ;
c. keterlibatan tim ;
d. emergensi ;
e. sifat pelayanan ;
f. rangkap tugas administrasi;
g. penanggung jawab program;dan
h. penanggung jawab medis.

Bagian Kedua
INDEXING PUSKESMAS
Pasal 15

(1) Penetapan besaran skor individu sebagaimana di maksud didalam pasal


14 ayat (1) untuk puskesmas ditambahkan variabel indeks :
a. Tugas administrasi;
b. Penanggung jawab program;
c. Penanggung jawab medis.
- 21 -

d. Tugas administrasi bagi Pegawai yang menjalankan tugas


merangkap pekerjaan diluar tugas pokok dan fungsi pekerjaannya
atau jabatan lain, diberi nilai index :
1. Nilai 10 (sepuluh) untuk pegawai yang merangkap sebagai
Kepala UPTD Puskesmas;
2. Nilai 8 (Delapan) untuk pegawai yang merangkap sebagai
pejabat Tata Usaha UPTD Puskesmas;
3. Nilai 7 (Tujuh) untuk Pegawai yang merangkap sebagai
bendahara pengeluaran;
4. Nilai 6 (Enam) untuk Pegawai yang merangkap sebagai
Pengurus Barang;
5. Nilai 5 (Lima) untuk Pegawai yang merangkap sebagai
bendahara penerimaan;
6. Nilai 1 (Satu) untuk Pegawai yang merangkap sebagai Pengolah
data laporan/administrasi;

e. Penanggung jawab program, untuk tingkat puskesmas ada


penambahan Indeks skor individual berupa variable penanggung
jawab program atau yang setara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 ayat (2) huruf g, sebagai penaggung jawab program atau
setara diberi tambahan nilai 1 (satu) untuk setiap program atau
yang setara; dan
f. Penanggung jawab medis, untuk tingkat puskesmas ada
penambahan Indeks skor individual berupa variable
penanggungjawab medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (2) huruf h, diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai 7 (tujuh) untuk tenaga yang bertugas sebagai Dokter
umum.
b. Nilai 6 (enam) untuk tenaga yang bertugas sebagai Dokter gigi.

(2) Skor adalah nilai individu yang merupakan pengkalian dari index.
(3) Skor individu adalah penjumlahan dari skor index dasar, Training
index, keterlibatan dalam tim, emergency, sifat pelayanan, tugas
administrasi, penanggung jawab program, dan penanggung jawab
medis.
(4) Skor individu seluruh pegawai dijumlahkan menjadi keseluruhan
skor Puskesmas.
- 22 -

(5) Seluruh pegawai dapat menerima jasa pelayanan sesuai dengan


besaran skor individu pegawai yang bersangkutan dengan rumus =
(Skor individu : Total skor Puskesmas) x Total Dana Jasa Pelayanan.

PENUTUP
Pasal 16

(1) Sistem jasa pelayanan merupakan acuan sah secara hukum yang
ditetapkan berdasarkan keputusan pemilik rumah sakit.
(2) Sistem pembagian jasa pelayanan ini dapat dievaluasi kembali setiap
tahun.

Ditetapkan di : Ketapang
Pada Tanggal : Oktober 2021

BUPATI KETAPANG,

MARTIN RANTAN

Diundangkan di : Ketapang
Pada Tanggal : Oktober 2021

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KETAPANG,

ALEXANDER WILYO

Anda mungkin juga menyukai