Anda di halaman 1dari 43

BUPATI KETAPANG

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN BUPATI KETAPANG


NOMOR TAHUN 2019

TENTANG
TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN KETAPANG

BUPATI KETAPANG,

Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 38 ayat (2)


Direncanakan Oleh :
Sekretaris Dinas Kesehatan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah, perlu disusun Tata
SUDIRMAN SINAGA,SKM. M. Kes Kelola Badan Layanan Umum Daerah pada Pusat Kesehatan
NIP.19691117 199302 1 001
NIP.196911NINI17 199302 1
Disetujui Oleh : Masyarakat di Kabupaten Ketapang;
Kepala Dinas Kesehatan,
b. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, perlu diberikan otonomi
H. RUSTAMI, SKM,: M.Kes
Diteliti Oleh kepada manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat
NIP.19630512
Kepala Bagian198511 1 003
Hukum,
berdasarkan prinsip efektifitas, efisiensi dan
EDI RADIANSYAH, SH, MH produktivitas;
NIP. 19700617 200003 1 001
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
Diteliti Kembali Oleh :
Asisten III Bidang Administrasi Umum dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah pada Pusat
Drs. HERONIMUS TANAM, ME
NIP. 19630719 199603 1 003 Kesehatan Masyarakat dengan Peraturan Bupati.

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan


Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Disempurnakan Oleh :
Sekretaris Daerah, Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9), sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
H. FARHAN, SE, M.Si
NIP. 19621124 198810 1 002 Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
NIP. 1963019 199603 1
Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4502) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5340);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akutansi Pemerintahan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1423);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 68);
15. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 59);
16. Peraturan Bupati Ketapang Nomor 21 Tahun 2019
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Kesehatan, (Berita
Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2019 Nomor 21);
17. Keputusan Bupati Ketapang Nomor 362/Dinkes-A/2019
Tahun 2019 tentang Penetapan Status Pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Ketapang.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA KELOLA


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA PUSAT
KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN
KETAPANG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Ketapang.
2. Bupati adalah Bupati Ketapang.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.


5. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
6. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD
adalah sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis
dinas/badan daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang mempunyai fleksibilitas dalam pola pengelolaan
keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan

daerah pada umumnya.


7. Badan Layanan Umum Daerah Pusat Kesehatan
Masyarakat, yang selanjutnya disebut BLUD Puskesmas,
adalah semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Ketapang.
8. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah, yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD, adalah Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
pada Pusat Kesehatan Masyarakat se-Kabupaten Ketapang
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
9. Pegawai Aparatur Sipil Negara, yang selanjutnya disebut
Pegawai ASN, adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
10. Pegawai Non Aparatur Sipil Negara, yang selanjutnya disebut
Pegawai Non ASN, adalah pegawai dengan sistem kontrak di
lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang (Puskesmas)
yang disepakati berdasarkan perjanjian kerjasama dan bekerja
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan perjanjian kerjasama
untuk jangka waktu tertentu, dan disahkan dan ditetapkan oleh
pemimpin badan layanan umum daerah.
11. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang selanjutnya
disingkat PPKD, adalah kepala satuan kerja pengelola
keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
bertindak sebagai bendahara umum daerah.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya
disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
13. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya
disingkat TAPD adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah
Kabupaten Ketapang.
14. Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi,
pesangon dan/atau pensiun.
15. Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan keuangan/ barang
Badan Layanan Umum Daerah pada batas-batas tertentu
yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.
16. Pejabat Pengelola Badan Layanan Umum Daerah pada Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Pejabat
Pengelola adalah pejabat pengelola yang terdiri dari pemimpin,
pejabat keuangan dan pejabat teknis.
17. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas dan
tagihan Badan Layanan Umum Daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode anggaran bersangkutan yang tidak
perlu dibayar kembali.
18. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh Badan Layanan Umum Daerah.
19. Biaya adalah sejumlah pengeluaran dalam bentuk kas dan
utang yang mengurangi ekuitas dana lancar untuk
memperoleh barang dan/atau jasa untuk keperluan
operasional Badan Layanan Umum Daerah.
20. Basis Akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa terjadi, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar.
21. Rekening Kas Badan Layanan Umum Daerah adalah
rekening tempat penyimpanan uang Badan Layanan Umum
Daerah yang dibuka oleh pemimpin Badan Layanan Umum
Daerah pada bank umum untuk menampung seluruh
penerimaan pendapatan dan pembayaran pengeluaran
Badan Layanan Umum Daerah.
22. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
Daerah yang selanjutnya disingkat DPA-BLUD adalah
dokumen yang memuat pendapatan dan biaya, proyeksi arus
kas, jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan
dihasilkan dan digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran
oleh Badan Layanan Umum Daerah.
23. Rencana Strategis Badan Layanan Umum Daerah yang
selanjutnya disebut Renstra BLUD adalah dokumen
perencanaan 5 (lima) tahunan Puskesmas.
24. Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum
Daerah, yang selanjutnya disingkat RBA BLUD adalah sebagai
bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran Organisasi
Perangkat Daerah.
25. Rencana Kerja Anggaran, yang selanjutnya disingkat RKA,
adalah dokumen perencanaan dan anggaran kerja BLUD
Puskesmas.
26. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM
adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Badan Layanan Umum Daerah Pusat
Kesehatan Masyarakat.
27. Praktik Bisnis Yang Sehat adalah penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik
dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan.
28. Satuan pengawas internal adalah perangkat Badan Layanan
Umum Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan
pengendalian internal dalam rangka membantu pimpinan
Badan Layanan Umum Daerah untuk meningkatkan kinerja
pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial
sekitarnya dalam menyelenggarakan bisnis sehat.
29. Tarif adalah imbalan atas barang dan/atau jasa yang
diberikan oleh Badan Layanan Umum Daerah termasuk
imbal hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan
untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit
layanan.
30. Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengaturan dan
kebijakan yang jelas mengenai sumber daya manusia yang
berorientasi pada pemenuhan secara kuantitatif dan
kualitatif/kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.
31. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
32. Tenaga non Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan tetapi tidak memiliki
pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan namun ikut menunjang upaya pelayanan di
bidang kesehatan.
33. Investasi adalah pengeluaran untuk mendapatkan aset dalam
rangka memperoleh manfaat ekonomis yang dapat
meningkatkan kemampuan BLUD dalam pelayanan kepada
masyarakat.
34. Sisa lebih perhitungan anggaran yang selanjutnya disingkat
dengan SILPA merupakan selisih lebih antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran BLUD berdasarkan laporan realisasi
anggaran selama 1 (satu) tahun anggaran.
35. Defisit anggaran BLUD merupakan selisih kurang antara
pendapatan dengan belanja BLUD.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Tata kelola BLUD Puskesmas ini dimaksudkan sebagai pedoman
dan landasan hukum dalam menyelenggarakan pengelolaan
Puskesmas dalam rangka melaksanakan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
(2) Tata kelola ini bertujuan untuk :
a. mewujudkan kerja sama yang baik dan harmonis antara
Pemerintah Daerah sebagai pemilik, unsur pejabat pengelola
dan pegawai pada BLUD Puskesmas sehingga tercipta tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance); dan
b. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, profesionalisme
dan tanggung jawab sehingga pelayanan yang diberikan oleh
BLUD Puskesmas dapat dipertanggungjawabkan kepada
semua pihak serta dapat memberikan manfaat bagi
Pemerintah Daerah sebagai Pemilik.

BAB III
NAMA, LAMBANG DAN ALAMAT

Pasal 3

Nama BLUD Puskesmas adalah Puskesmas yang telah ditetapkan oleh


Bupati di Kabupaten Ketapang.

Pasal 4

(1) Lambang BLUD Puskesmas adalah :

(2) Makna lambang BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. bentuk segi enam hexagonal melambangkan : Keterpaduan dan
kesinambungan yang terintegrasi dari 6 (enam) prinsip yang
melandasi penyelenggaraan Puskesmas. Makna pemerataan
pelayanan yang mudah diakses masyarakat. Pergerakan dan
pertanggungjawaban Puskesmas di wilayah kerjanya;
b. irisan dan buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur
upaya kesehatan, yaitu : Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
masyarakat. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) untuk
memelihara dan meningkatkan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan perorangan;
c. stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas
sebagai tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan
upaya dalam proses penyelenggaraan kesehatan;
d. bidang segitiga mewakili 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi
status derajat kesehatan masyarakat yaitu, genetik, lingkungan
dan perilaku;
e. bentuk palang hijau di dalam bentuk segi enam melambangkan,
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif;
f. warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya; dan
g. warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.

Pasal 5

Tempat/alamat operasional BLUD Puskesmas berada di wilayah


kecamatan di Kabupaten Ketapang.

BAB IV
RUANG LINGKUP

Pasal 6

Ruang lingkup tata kelola BLUD Puskesmas dalam Peraturan Bupati


ini meliputi :
a. prinsip tata kelola;
b. struktur organisasi;
c. prosedur kerja;
d. pengelompokan fungsi
e. pengelolaan sumber daya manusia;
f. remunerasi;
g. standar pelayanan minimal;
h. rencana strategis;
i. pengelolaan keuangan;
j. investasi, sisa lebih perhitungan anggaran dan defisit anggaran;
k. pengelolaan barang;
l. penyelesaian kerugian;
m. tarif layanan;
n. kerjasama;
o. pengelolaan lingkungan;
p. pembinaan dan pengawasan; dan
q. evaluasi dan penilaian kinerja.

BAB V
PRINSIP TATA KELOLA

Pasal 7

Prinsip tata kelola BLUD Puskesmas diselenggarakan dengan


menganut pada prinsip :
a. transparansi;
b. akuntanbilitas;
c. responsibilitas;
d. independensi; dan
e. kesetaraan dan kewajaran.

Pasal 8

(1) Transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a,


merupakan asas keterbukaan yang dibangun atas dasar
kebebasan arus informasi agar informasi secara langsung
dapat diterima bagi yang membutuhkan.
(2) Akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b,
merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang
dipercayakan pada BLUD Puskesmas agar pengelolaannya
dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Responsibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c,
merupakan kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan
organisasi terhadap prinsip bisnis yang sehat sesuai perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Independensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d,
merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan prinsip bisnis yang
sehat.
(5) Kesetaraan dan kewajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf e ………

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI

Bagian Kesatu
Kedudukan dan Struktur Organisasi BLUD Puskesmas

Pasal 9

(1) BLUD Puskesmas berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis


Dinas Kesehatan yang merupakan unit pelaksana teknis
operasional dan kegiatan teknis penunjang di wilayah kerjanya
masing-masing.
(2) Struktur organisasi BLUD Pukesmas dikategorikan sesuai dengan
klasifikasi Puskesmas terdiri dari :
a. Puskesmas kawasan perkotaan dan perdesaan; dan
b. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.
(3) Struktur organisasi BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a terdiri dari :
a. Kepala Puskesmas;
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
c. Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan
masyarakat;
d. Penanggungjawab UKM Pengembangan;
e. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium; dan
f. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
(4) Struktur organisasi BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdiri dari :
a. Kepala Puskesmas;
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
c. Penanggungjawab UKM esensial, UKM Pengembangan, dan
keperawatan kesehatan masyarakat;
d. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium; dan
e. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.

Bagian Kedua
Pejabat Pengelola

Pasal 10

Pejabat Pengelola BLUD Puskesmas terdiri atas:


a. Pemimpin BLUD;
b. Pejabat keuangan; dan
c. Pejabat teknis.

Bagian Ketiga
Pengangkatan Pejabat Pengelola

Pasal 11

(1) Pejabat Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Bupati.


(2) Pemimpin BLUD Puskesmas dijabat oleh Kepala Puskesmas yang
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Kepala Dinas
Kesehatan.
(3) Pejabat keuangan dan pejabat teknis BLUD Puskesmas
dijabat oleh Pegawai Negeri Sipil yang diangkat atas usul
pemimpin BLUD Puskesmas, dan bertanggungjawab kepada
pemimpin BLUD Puskesmas.

Bagian Keempat
Persyaratan Pejabat Pengelola

Pasal 12

(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat


pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1),
ditetapkan berdasarkan kompetensi dan kebutuhan praktik
bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
(3) Kebutuhan praktek bisnis yang sehat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), merupakan kebutuhan BLUD
Puskesmas untuk meningkatkan kinerja keuangan dan non
keuangan berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik.

Bagian Kelima
Tanggung Jawab Pejabat Pengelola

Pasal 13
(1) Pemimpin BLUD Puskesmas bertangung jawab terhadap
operasional dan keuangan BLUD Puskesmas secara umum.
(2) Pejabat keuangan BLUD Puskesmas bertanggung jawab
terhadap keuangan BLUD Puskesmas.
(3) Pejabat teknis BLUD Puskesmas bertanggungjawab terhadap
mutu, standarisasi, administrasi, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan peningkatan sumber daya
lainnya.

Bagian Keenam
Tugas dan Kewajiban Pejabat Pengelola

Pasal 14

(1) Pemimpin BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal


10 huruf a mempunyai tugas dan kewajiban:
a. memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi,
mengendalikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan
kegiatan BLUD Puskesmas;
b. menyusun renstra BLUD Puskesmas;
c. menyiapkan RBA-BLUD;
d. mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan
pejabat teknis kepada Bupati melalui Kepala Dinas
Kesehatan;
e. menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan BLUD
Puskesmas selain pejabat yang telah ditetapkan dengan
peraturan perundangan-undangan; dan
f. menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan BLUD Puskesmas kepada
Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(2) Pejabat keuangan BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf b mempunyai tugas dan kewajiban:
a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
b. menyiapkan DPA-BLUD;
c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang-piutang;
f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap dan
investasi;
g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan
keuangan.
(3) Pejabat teknis BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf c, mempunyai tugas dan kewajiban:
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA; dan
c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

BAB VII
PROSEDUR KERJA

Pasal 15

(1) Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan


pelayanan didokumentasikan dalam Standar Operasional
Prosedur (SOP).
(2) SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan acuan
bagi seluruh petugas di BLUD Puskesmas dalam melaksanakan
pekerjaan.

BAB VIII
PENGELOMPOKAN FUNGSI

Pasal 16
Fungsi pelayanan BLUD Puskesmas didasarkan pada 2 (dua)
kelompok terdiri dari:
a. fungsi pelayanan meliputi upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan; dan
b. fungsi pendukung pelayanan meliputi fungsi manajemen
Puskesmas, satuan pengawas internal dan tim mutu pelayanan.

Pasal 17

(1) Upaya kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


pasal 16 huruf a, terdiri atas:
a. upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
1. pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS;
2. pelayanan kesehatan lingkungan;
3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
yang bersifat UKM;
4. pelayanan gizi yang bersifat UKM;
5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit;dan
6. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.

b. upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang


kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif
dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing Puskesmas meliputi :
1. pelayanan kesehatan jiwa;
2. pelayanan kesehatan gigi masyarakat;
3. pelayanan kesehatan tradisional komplementer;
4. pelayanan kesehatan olahraga;
5. pelayanan kesehatan indera;
6. pelayanan kesehatan lansia;
7. pelayanan kesehatan kerja; dan
8. pelayanan kesehatan lainnya.
(2) Upaya kesehatan perorangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 huruf a, terdiri dari:
a. pelayanan pemeriksaan umum;
b. pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
c. pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP;
d. pelayanan gawat darurat;
e. pelayanan gizi yang bersifat UKP;
f. pelayanan persalinan;
g. pelayanan rawat inap untuk puskesmas yang menyediakan
rawat inap;
h. pelayanan kefarmasian; dan
i. pelayanan laboratorium.

Pasal 18

(1) Fungsi manajemen Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 16 huruf b, terdiri dari :
a. perencanaan;
b. pelaksanaan pengendalian; dan
c. pengawasan dan pertanggungjawaban.
(2) Satuan pengawas internal sebagimana dimaksud dalam pasal
16 huruf b merupakan perangkat BLUD Puskesmas yang
bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian internal
dalam rangka membantu pemimpin BLUD Puskesmas untuk
meningkatkan kinerja pelayanan dan keuangan.
(3) Tim mutu pelayanan sebagimana dimaksud dalam pasal 16
huruf b dibentuk untuk membantu pemimpin BLUD Puskesmas
dalam mengawal layanan kesehatan berbasis mutu dan
keselamatan pasien.

Pasal 19

(1) Tugas pokok satuan pengawas internal adalah :


a. mengawasi pelaksanaan dan operasional BLUD Puskesmas;
b. menilai pengendalian pengelolaan dan pelaksaaan kegiatan
BLUD Puskesmas; dan
c. memberikan saran perbaikan kepada Kepala Puskesmas.
(2) Fungsi satuan pengawas internal adalah:
a. pelaksana pengawasan terhadap segala kegiatan BLUD
puskesmas keuangan dan pelayanan;
b. penelusuran kebenaran laporan atau informasi tentang
penyimpangan yang terjadi; dan
c. pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat
pengawas fungsional.
(3) Satuan pengawas internal dibentuk dan ditetapkan dengan
keputusan pemimpin BLUD Puskesmas.
(4) Satuan pengawas internal berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada pemimpin BLUD Puskesmas.

Pasal 20

(1) Tim mutu Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18


ayat (3) mempunyai tugas sebagai berikut:
a. membantu kepala BLUD Puskesmas dalam hal menangani
masalah-masalah yang berkaitan dengan mutu klinis dan
keselamatan pasien;
b. mengembangkan program peningkatan mutu klinis dan
keselamatan pasien di Puskesmas;
c. menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
peningkatan mutu klinis dan keselamatan pasien di
Puskesmas;
d. menjalankan peran dan melakukan motivasi, edukasi,
konsultasi, monitoring dan evaluasi implementasi program
mutu klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas; dan
e. melakukan pencatatan, pelaporan dan analisa masalah
terkait dengan kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian
nyaris cidera (KNC) dan kejadian potensi cidera (KPC), dan
secara berkala membuat laporan kegiatan.
(2) Pembentukan tim mutu pelayanan dan tugasnya ditetapkan oleh
Pemimpin BLUD Puskesmas.

BAB IX
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal 21

(1) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD Puskesmas terdiri atas


tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang berasal
dari PNS dan/atau Non PNS sesuai kebutuhan.
(2) Kebutuhan jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja.
(4) Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. dokter;
b. dokter gigi;
c. perawat dan perawat gigi;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi;
i. tenaga kefarmasian; dan
j. perekam medik.
(5) Jenis tenaga non kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. tenaga administrasi;
b. pengemudi;
c. petugas kebersihan;
d. tenaga IT; dan
e. petugas keamanan.
(6) Ketentuan tentang pengadaan, persyaratan, pengangkatan,
penempatan, batas usia, masa kerja, hak, kewajiban dan
pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai yang berasal dari
tenaga Non PNS pada BLUD Puskesmas selanjutnya diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB X
REMUNERASI

Pasal 22

(1) Pejabat pengelola dan pegawai BLUD Puskesmas dapat


diberikan remunerasi sesuai dengan tingkat tanggungjawab
dan profesionalisme.
(2) Remunerasi BLUD Puskesmas ditetapkan dengan Peraturan
Bupati berdasarkan usulan pemimpin BLUD Puskesmas
melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(3) Pengaturan remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempertimbangkan prinsip proporsionalitas, kesetaraan,
kepatutan, kewajaran dan kinerja serta memperhatikan indeks
harga daerah/wilayah.
(4) Untuk mengatur remunerasi BLUD Puskesmas, Bupati dapat
membentuk tim dengan Surat Keputusan yang keanggotaannya
dapat berasal dari unsur :
a. OPD yang membidangi kegiatan BLUD;
b. OPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah;
c. unsur perguruan tinggi; dan
d. lembaga profesi.

Pasal 23
(1) Pengaturan remunerasi BLUD Puskesmas, dihitung berdasarkan
indikator penilaian, meliputi :
a. pengalaman dan masa kerja;
b. ketrampilan, ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan;
c. resiko kerja;
d. tingkat kegawatdaruratan;
e. jabatan yang disandang ; dan
f. hasil/capaian kinerja.
(2) Penetapan remunerasi bagi pemimpin BLUD Puskesmas
mempertimbangkan faktor :
a. ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat pelayanan
serta produktivitas;
b. pelayanan sejenis;
c. kemampuan pendapatan;
d. kinerja operasional berdasarkan indikator keuangan,
pelayanan, mutu dan manfaat bagi masyarakat.
(3) Remunerasi bagi pejabat keuangan dan pejabat teknis
ditetapkan paling banyak sebesar 90% (sembilan puluh
persen) dari remunerasi pemimpin BLUD Puskesmas.

Pasal 24
(1) Remunerasi bagi dewan pengawas dan sekretaris dewan
pengawas diberikan dalam bentuk honorarium atas imbalan
kerja berupa uang yang bersifat tetap dan diberikan setiap bulan.
(2) Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. honorarium ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar
40% (empat puluh persen) dari gaji dan tunjangan pemimpin
BLUD Puskesmas;
b. honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar
36% (tiga puluh enam persen) dari gaji dan tunjangan
pemimpin BLUD Puskesmas; dan
c. honorarium sekretaris Dewan Pengawas paling banyak
sebesar 15% (lima belas persen) dari gaji dan tunjangan
pemimpin BLUD Puskesmas.

BAB XI
STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Pasal 25

(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan,


kesetaraan, kemudahan dan kualitas layanan yang diberikan
oleh BLUD Puskesmas, ditetapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dengan Peraturan Bupati.
(2) SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun dan
diusulkan oleh pemimpin BLUD Puskesmas kepada Bupati
melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(3) SPM harus memenuhi persyaratan:
a. fokus pada jenis pelayanan;
b. terukur;
c. dapat dicapai;
d. relevan dan dapat diandalkan; dan
e. tepat waktu.
(4) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a, mengutamakan kegiatan pelayanan yang
menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD Puskesmas.
(5) Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
(6) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c,
merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat
pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya.
(7) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf d, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan
dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD
Puskesmas.
(8) Tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e,
merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang
telah ditetapkan.

BAB XII
RENCANA STRATEGIS

Pasal 26
(1) BLUD Puskesmas menyusun rencana strategis (Renstra) yang
merupakan perencanaan 5 (lima) tahunan yang disusun untuk
menjelaskan strategi pengelolaan BLUD dengan
mempertimbangkan alokasi sumber daya dan kinerja dengan
menggunakan teknik analisis bisnis.
(2) Renstra BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mengacu kepada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Ketapang dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan.
(3) Renstra BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), memuat :
a. rencana pengembangan layanan;
b. strategi dan arah kebijakan;
c. rencana program dan kegiatan; dan
d. rencana keuangan.
(4) Renstra BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 27

Renstra BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA) dan evaluasi kinerja.
BAB XIII
PENGELOLAAN KEUANGAN

Bagian Kesatu
Pendapatan

Pasal 28

Pendapatan BLUD Puskesmas dapat bersumber dari :


a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. APBD; dan
e. lain-lain pendapatan yang sah.

Pasal 29

(1) Pendapatan yang bersumber dari jasa layanan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a, berupa imbalan
yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada
masyarakat.
(2) Pendapatan yang bersumber dari hibah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 huruf b, dapat berupa hibah terikat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain.
(3) Pendapatan yang bersumber dari hasil kerjasama dengan pihak
lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf c, dapat
berupa pendapatan dari hasil kerjasama operasional, sewa
menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas dan
fungsi BLUD Puskesmas.
(4) Pendapatan yang bersumber dari APBD sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 huruf d, berupa pendapatan yang
berasal dari DPA APBD.
(5) Lain-lain pendapatan BLUD Puskesmas yang sah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 28 huruf e, meliputi :
a. jasa giro;
b. pendapatan bunga;
c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa
oleh BLUD Puskesmas;
e. investasi; dan
f. pengembangan usaha.

Pasal 30
(1) Seluruh Pendapatan BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 28 huruf a sampai dengan huruf e dikelola
langsung untuk membiayai pengeluaran BLUD sesuai RBA
kecuali yang berasal dari hibah terikat.
(2) Seluruh pendapatan BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e,
dilaksanakan melalui rekening kas BLUD dan dicatat dalam kode
rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan
BLUD Puskesmas.
(3) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaporkan kepada Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah setiap semester melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(4) Format laporan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berpedoman pada peraturan perundang-undangan mengenai
BLUD.

Bagian Kedua
Belanja

Pasal 31
(1) Belanja BLUD Puskesmas terdiri atas :
a. belanja operasi; dan
b. belanja modal.
(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
mencakup seluruh belanja BLUD Puskesmas untuk menjalankan
tugas dan fungsi meliputi :
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja bunga; dan
d. belanja lain.
(3) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
mencakup seluruh belanja BLUD Puskesmas untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD
Puskesmas meliputi :
a. belanja tanah;
b. belanja peralatan dan mesin;
c. belanja gedung dan bangunan;
d. belanja jalan, irigasi dan jaringan; dan
e. belanja aset tetap lainnya.

Bagian Ketiga
Biaya

Pasal 32
(1) Pembiayaan BLUD Puskesmas terdiri dari :
a. penerimaan pembiayaan; dan
b. pengeluaran pembiayaan.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun anggaran
berikutnya.
(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi :
a. sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya;
b. divestasi; dan
c. penerimaan utang/pinjaman.
(4) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
huruf b meliputi :
a. investasi; dan
b. pembayaran pokok utang/pinjaman.

Bagian Keempat
Perencanaan Anggaran

Pasal 33
(1) Puskesmas menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) setiap
tahun dengan berpedoman kepada Rencana Strategis BLUD
Puskesmas.
(2) Penyusunan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disusun berdasarkan :
a. anggaran berbasis kinerja;
b. standar satuan harga; dan
c. kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diperoleh dari layanan yang diberikan
kepada masyarakat, hibah, hasil kerja sama dengan pihak
lain dan/atau hasil usaha lainnya, APBD, dan sumber
pendapatan BLUD Puskesmas lainnya.

Pasal 34

(1) Ambang batas RBA ditetapkan dengan besaran prosentase.


(2) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan
operasional BLUD Puskesmas.
(3) Besaran prosentase sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan dalam RBA dan DPA-BLUD Puskesmas oleh
PPKD.
(4) Prosentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi,
dapat dicapai, terukur, rasional dan dapat dipertanggung
jawabkan.

Pasal 35

RBA merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan


kegiatan BLUD Puskesmas dengan berpedoman pada pedoman
pengelolaan keuangan BLUD Puskesmas.

Pasal 36

(1) RBA memuat :


a. kinerja tahun berjalan;
b. asumsi makro dan mikro;
c. target kinerja;
d. analisis dan perkiraan biaya satuan;
e. perkiraan harga;
f. anggaran pendapatan dan biaya;
g. besaran prosentase ambang batas;
h. prognosa laporan keuangan;
i. perkiraan maju (forward estimate);
j. rencana pengeluaran investasi/modal; dan
k. ringkasan pendapatan dan belanja untuk konsolidasi
dengan RKA Perangkat Daerah yang membidangi.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan
usulan program, kegiatan, SPM dan biaya dari keluaran
yang akan dihasilkan.

Pasal 37

(1) Kinerja tahun berjalan, meliputi :


a. hasil kegiatan usaha;
b. faktor yang mempengaruhi kinerja;
c. perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi;
d. laporan keuangan tahun berjalan; dan
e. hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan
pencapaian kinerja tahun berjalan.
(2) Asumsi makro dan mikro, antara lain meliputi:
a. tingkat inflasi;
b. pertumbuhan ekonomi;
c. nilai kurs;
d. tarif; dan
e. volume pelayanan.
(3) Target kinerja, antara lain meliputi:
a. perkiraan pencapaian kinerja pelayanan; dan
b. perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.
(4) Analisis dan perkiraan biaya satuan merupakan perkiraan
biaya per unit penyedia barang dan/atau jasa pelayanan yang
diberikan, setelah memperhitungkan seluruh komponen biaya
dan volume barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.
(5) Perkiraan harga merupakan estimasi harga jual produk
barang dan/atau jasa setelah memperhitungkan biaya per
satuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti
tercermin dari tarif layanan.
(6) Anggaran Pendapatan dan Belanja merupakan rencana
anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan
dalam satuan uang yang tercermin dari rencana Pendapatan dan
Belanja.
(7) Besaran prosentase ambang batas merupakan besaran
prosentase perubahan anggaran bersumber dari Pendapatan
operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan
mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD
Puskesmas.
(8) Prognosa laporan keuangan merupakan perkiraan realisasi
keuangan tahun berjalan seperti tercermin pada laporan
operasional, neraca, dan laporan arus kas.
(9) Perkiraan maju (forward estimate) merupakan perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari
tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi
dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
(10) Rencana pengeluaran investasi merupakan rencana pengeluaran
dana untuk memperoleh aset tetap.
(11) Ringkasan Pendapatan dan belanja untuk konsolidasi dengan
RKA Perangkat Daerah yang membidangi merupakan
ringkasan Pendapatan dan Belanja dalam RBA yang
disesuaikan dengan format RKA Perangkat Daerah yang
membidangi.

Pasal 38
(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 disusun dan
dikonsolidasikan dengan RKA Dinas Kesehatan.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipersamakan
sebagai RKA BLUD Puskesmas.
(3) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk dibahas dan dilakukan
verifikasi sebagai bagian dari RKA Dinas Kesehatan.

Pasal 39

(1) RKA Dinas Kesehatan beserta RBA BLUD Puskesmas


disampaikan kepada PPKD.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau RKA
Dinas Kesehatan beserta RBA, oleh PPKD dilakukan verifikasi
dan disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
(3) RBA yang telah dilakukan verifikasi oleh PPKD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada TAPD untuk
dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD.

Pasal 40

(1) Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD


ditetapkan menjadi Peraturan Daerah, pemimpin BLUD
Puskesmas melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk
ditetapkan menjadi RBA definitif.
(2) RBA definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipakai
sebagai dasar penyusunan DPA-BLUD Puskesmas untuk
diajukan kepada PPKD.

Bagian Kelima
Pelaksanaan Anggaran

Pasal 41
(1) DPA-BLUD Puskesmas mencakup antara lain.
a. pendapatan dan belanja;
b. proyeksi arus kas; dan
c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan
dihasilkan.
(2) PPKD mengesahkan DPA-BLUD Puskesmas sebagai dasar
pelaksanaan anggaran.
(3) Pengesahan DPA-BLUD Puskesmas berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal DPA-BLUD Puskesmas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), belum disahkan oleh PPKD, BLUD Puskesmas
dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya
sebesar angka DPA-BLUD Puskesmas tahun sebelumnya.

Pasal 42
(1) DPA-BLUD Puskesmas yang telah disahkan oleh PPKD
menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD.
(2) Penarikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang
dan/atau jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sebesar selisih
(mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah dengan aliran kas
masuk yang diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang
diproyeksikan, dengan memperhatikan anggaran kas yang
telah ditetapkan dalam DPA-BLUD Puskesmas.

Pasal 43

(1) DPA-BLUD Puskesmas menjadi lampiran perjanjian kinerja


yang ditandatangani oleh Bupati dengan pemimpin BLUD
Puskesmas.
(2) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan manifestasi hubungan kerja antara Bupati dan
pemimpin BLUD Puskesmas, yang dituangkan dalam
perjanjian kinerja (contractual performance agreement).
(3) Dalam perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Bupati menugaskan pemimpin BLUD Puskesmas untuk
menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak
mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD
Puskesmas.
(4) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan :
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.

Pasal 44

Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dilaksanakan


melalui Rekening Kas BLUD Puskesmas.

Pasal 45

(1) Dalam pengelolaan kas, BLUD Puskesmas menyelenggarakan :


a. perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. penyimpanan kas dan pengelolaan rekening bank;
d. pembayaran;
e. perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka
pendek; dan
f. pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh
pendapatan tambahan.
(2) Penerimaan BLUD Puskesmas pada setiap hari disetorkan
seluruhnya ke Rekening Kas BLUD Puskesmas dan
dilaporkan kepada pejabat keuangan BLUD Puskesmas.

Bagian Keenam
Pengelolaan Piutang dan Utang/Pinjaman

Pasal 46
(1) BLUD Puskesmas dapat memberikan piutang sehubungan
dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau transaksi yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan BLUD Puskesmas.
(2) BLUD Puskesmas melaksanakan penagihan piutang pada
saat piutang jatuh tempo, dilengkapi dengan bukti dan
administrasi penagihan.
(3) Dalam hal penagihan piutang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), sulit tertagih, maka penagihan piutang diserahkan
kepada Bupati dengan melampirkan bukti-bukti yang sah.

Pasal 47
(1) Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat.
(2) Tata cara penghapusan piutang BLUD Puskesmas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 48
(1) BLUD Puskesmas dapat melakukan utang/pinjaman
sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau
perikatan pinjaman dengan pihak lain.
(2) Utang/pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
berupa utang/pinjaman jangka pendek atau utang/pinjaman
jangka panjang.
(3) Pemanfaatan utang/pinjaman jangka pendek hanya untuk
biaya operasional atau yang diperoleh dengan tujuan untuk
menutup selisih antara jumlah kas yang tersedia ditambah
proyeksi jumlah penerimaan kas dengan proyeksi jumlah
pengeluaran kas dalam 1 (satu) tahun anggaran.
(4) Pembayaran utang/pinjaman jangka pendek sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) merupakan kewajiban pembayaran
kembali utang/pinjaman yang harus dilunasi dalam tahun
anggaran berkenaan termasuk bunga menjadi tanggung jawab
pemimpin BLUD Puskesmas.
(5) Pemimpin BLUD Puskesmas dapat melakukan pelampauan
pembayaran bunga dan pokok sepanjang tidak melebihi nilai
ambang batas yang telah ditetapkan dalam RBA.
(6) Utang/pinjaman jangka pendek sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dibuat dalam bentuk perjanjian utang/pinjaman yang
ditandatangani oleh pemimpin BLUD Puskesmas dengan pemberi
utang/pinjaman.
(7) Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka pendek
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.

Pasal 49
(1) Utang/pinjaman jangka panjang merupakan utang/pinjaman
yang memberikan manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dengan masa
pembayaran kembali atas utang/pinjaman tersebut lebih dari 1
(satu) tahun anggaran.
(2) Utang/pinjaman jangka panjang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperuntukkan hanya untuk pengeluaran
belanja modal.
(3) Pembayaran utang/pinjaman jangka panjang sebagairnana
dimaksud pada ayat (2) merupakan kewajiban pembayaran
kembali utang/pinjaman yang meliputi pokok utang/pinjaman,
bunga dan biaya lain yang harus dilunasi pada tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian utang/
pinjaman yang bersangkutan.
(4) Mekanisme pengajuan utang/pinjaman jangka panjang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Akuntansi, Pelaporan Keuangan

Pasal 50
(1) BLUD Puskesmas menyelenggarakan akuntansi dan laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.
(2) Setiap transaksi keuangan BLUD Puskesmas dicatat dalam
dokumen pendukung yang dikelola secara tertib.
(3) Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), menggunakan basis akrual baik
dalam pengakuan pendapatan, belanja, biaya, aset, kewajiban
dan ekuitas dana.
(4) BLUD Puskesmas mengembangkan dan menerapkan sistem
akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang
berlaku untuk BLUD yang bersangkutan yang selanjutnya
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 51

(1) Laporan keuangan BLUD Puskesmas berdasarkan SAP terdiri dari:


a. neraca, yaitu menyajikan informasi posisi keuangan entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu;
b. laporan operasional, yang menyajikan informasi mengenai
surplus/defisit operasional BLUD, termasuk sumber, alokasi
dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola;
c. laporan arus kas, yaitu menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama
satu periode akuntansi, saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan pada BLUD;
d. laporan realisasi anggaran, yaitu menyajikan informasi
realisasi pendapatan, belanja, surplus/defisit, pembiayaan,
dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang
masing−masing dibandingkan dengan anggarannya dalam
satu periode;
e. laporan perubahan ekuitas yang menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya;
f. laporan perubahan saldo anggaran lebih, yang menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya;
dan
g. catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan
keuangan.
(2) Laporan keuangan disertai dengan laporan kinerja yang
berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD
Puskesmas.
(3) Laporan keuangan diaudit oleh pemeriksa eksternal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap triwulan BLUD Puskesmas menyampaikan laporan
operasional dan laporan arus kas kepada PPKD melalui
Kepala Dinas Kesehatan, paling lambat 15 (lima belas) hari
setelah periode pelaporan berakhir.
(5) Setiap semesteran dan tahunan BLUD Puskesmas wajib
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan lengkap
yang terdiri dari laporan operasional, neraca, laporan arus kas
dan catatan atas laporan keuangan disertai laporan kinerja
kepada PPKD melalui Kepala Dinas Kesehatan untuk
dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan Dinas
Kesehatan dan laporan keuangan Pemerintah Daerah, paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah periode pelaporan
berakhir.
(6) Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) untuk kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan
standar akuntansi pemerintah.
BAB XIV
INVESTASI, SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN
DAN DEFISIT ANGGARAN

Bagian Kesatu
Investasi

Pasal 52

(1) BLUD Puskesmas dapat melakukan investasi sepanjang memberi


manfaat bagi peningkatan pendapatan dan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat serta tidak mengganggu likuiditas
keuangan BLUD dengan tetap memperhatikan rencana
pengeluaran.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) berupa investasi
jangka pendek.

Pasal 53
(1) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (2) merupakan investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau
kurang.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dapat dilakukan dengan mengoptimalkan surplus kas jangka
pendek dengan memperhatikan rencana pengeluaran.
(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
meliputi:
a. deposito pada bank umum dengan jangka waktu 3 (tiga)
sampai dengan 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis: dan
b. surat berharga negara jangka pendek.
(4) Karakteristik investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. ditujukan untuk manajemen kas; dan
c. instrumen keuangan dengan risiko rendah.
(5) Ketentuan pengelolaan investasi BLUD Puskesmas selanjutnya
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Pasal 54
(1) Sisa lebih perhitungan anggaran BLUD Puskesmas dapat
digunakan dalam tahun anggaran berikutnya, kecuali atas
perintah Bupati disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas
daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas dan rencana
pengeluaran.
(2) Pemanfataan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD Puskesmas
dalam tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
(3) Pemanfataan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD Puskesmas
dalam tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
harus melalui mekanisme APBD.
(4) Pemanfataan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD Puskesmas
dalam tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) apabila dalam kondisi mendesak dapat dilaksanakan
mendahului perubahan APBD.
(5) Kriteria kondisi mendesak sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mencakup:
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang
anggarannya belum tersedia dan/atau belum cukup
anggarannya pada tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah
daerah dan masyarakat.

Pasal 55

Pengelolaan dan mekanisme penggunaan sisa lebih perhitungan


anggaran BLUD Puskesmas selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Ketiga
Defisit Anggaran

Pasal 56

Dalam hal anggaran BLUD Puskesmas diperkirakan defisit,


ditetapkan pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut antara lain
dapat bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun
anggaran sebelumnya dan penerimaan pinjaman.

BAB XV
PENGELOLAAN BARANG

Bagian Kesatu
Pengadaan Barang dan/atau Jasa

Pasal 57

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD Puskesmas yang


dananya bersumber sebagian atau seluruhnya dari APBD
dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD Puskesmas yang
bersumber dari:
a. jasa layanan;
b. hibah tidak terikat;
c. hasil kerja sama dengan pihak lain; dan
d. lain-lain pendapatan BLUD Puskesmas yang sah,
diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah.

Pasal 58

(1) Ketentuan lebih lanjut tentang pengadaan barang dan/atau


jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2),
selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(2) Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menjamin ketersediaan barang dan/atau jasa
yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang
sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan
kebutuhan untuk mendukung kelancaran pelayanan BLUD
Puskesmas.

Pasal 59

Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari


hibah terikat dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan
pengadaan dari pemberi hibah, atau dengan ketentuan
pengadaan barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD
Puskesmas sepanjang disetujui oleh pemberi hibah.

Pasal 60

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 ayat (2) dilakukan oleh pelaksana pengadaan.
(2) Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dapat berbentuk kelompok kerja atau unit yang dibentuk oleh
pemimpin BLUD Puskesmas untuk melaksanakan pengadaan
barang dan/atau jasa pada BLUD Puskesmas.
(3) Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
terdiri atas personil yang memahami tata cara pengadaan,
substansi pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan dan bidang
lain yang diperlukan.

Bagian Kedua
Pengelolaan Barang/Aset

Pasal 61

BLUD Puskesmas melaksanakan pengelolaan barang/aset mengikuti


ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan
barang milik daerah.

BAB XVI
TARIF LAYANAN

Pasal 62

(1) BLUD Puskesmas mengenakan tarif layanan atas penyediaan


layanan barang dan/atau jasa yang diberikan kepada
masyarakat.
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa
besaran tarif dan/atau pola tarif.
(3) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
atas dasar perhitungan biaya satuan per unit layanan atau
hasil per investasi dana.
(4) Tarif l a y a n a n sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk
imbal hasil yang wajar dari investasi dana dan untuk
menutup seluruh atau sebagian dari biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang/jasa atas layanan yang disediakan
oleh BLUD Puskesmas.
(5) Dalam hal penyusunan tarif tidak dapat disusun dan ditetapkan
atas perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi
dana, maka tarif dapat ditetapkan dengan perhitungan atau
penetapan lain yang berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 63

(1) Pemimpin BLUD Puskesmas mengusulkan tarif layanan per


unit layanan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Kesehatan.
(2) Tarif layanan BLUD Puskesmas disusun dengan
mempertimbangkan aspek kontinuitas, pengembangan layanan,
kebutuhan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan
dan kompetisi yang sehat.
(3) Pemimpin BLUD Puskesmas dalam menyusun besaran tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk tim
penyusun tarif.
(4) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
terdiri dari :
a. Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi kegiatan
BLUD Puskesmas ;
b. Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi pengelolaan
keuangan daerah;
c. unsur perguruan tinggi; dan
d. lembaga profesi.
(5) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dengan Peraturan Bupati dan disampaikan
kepada pimpinan DPRD.
(6) Peraturan Bupati mengenai tarif layanan BLUD dapat
dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan
keadaan.
(7) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat
dilakukan baik secara keseluruhan atau per unit layanan.

BAB XVII
KERJASAMA

Pasal 64
(1) BLUD Puskesmas dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan saling
menguntungkan.
(3) Prinsip saling menguntungkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat berbentuk finansial dan/atau non finansial.

Pasal 65
(1) Kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
pasal 64 ayat (1), meliputi :
a. kerjasama operasional; dan
b. pemanfaatan barang milik daerah.
(2) Kerjasama operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, dilakukan melalui pengelolaan manajemen dan proses
operasional secara bersama dengan mitra kerja sama dengan
tidak menggunakan barang milik daerah.
(3) Pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan melalui pendayagunaan barang milik
daerah dan/atau optimalisasi barang milik daerah dengan tidak
mengubah status kepemilikan untuk memperoleh pendapatan
dan tidak mengurangi kualitas pelayanan umum yang menjadi
kewajiban BLUD Puskesmas.
(4) Pendapatan yang berasal dari pemanfaatan barang milik daerah
yang sepenuhnya untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi
kegiatan BLUD yang bersangkutan merupakan pendapatan
BLUD Puskesmas.
(5) Pemanfaatan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b mengikuti peraturan perundang-undangan.
(6) Tata cara kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selanjutnya diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIII
PENYELESAIAN KERUGIAN

Pasal 66

Setiap kerugian daerah pada BLUD Puskesmas yang disebabkan oleh


tindakan melawan hukum atau yang disebabkan oleh kelalaian
seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian Negara/
daerah.

BAB XIX
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pasal 67

(1) Dalam menjaga kelestarian lingkungan, BLUD Puskesmas


wajib mengelola limbah Puskesmas melalui penyusunan
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pengelolaan limbah padat, limbah cair, pengawasan
dan pengendalian vektor.
(3) Pengelolaan limbah cair wajib memenuhi syarat baku mutu
yang ditetapkan secara nasional dan regional meliputi
pengelolaan secara kimiawi, fisik dan biologis sebelum
dibuang ke lingkungan.
(4) Dalam mengelola limbah padat, BLUD Puskesmas wajib
memisahkan sampah medis dari sampah non medis.
(5) Pengelolaan sampah medis wajib mematuhi peraturan
perundang-undangan.
BAB XX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 68

(1) Pembinaan teknis BLUD Puskesmas dilakukan oleh Kepala


Dinas Kesehatan.
(2) Pembinaan Keuangan BLUD Puskesmas dilakukan oleh
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 69

(1) Pengawasan operasional BLUD Puskesmas dilakukan oleh satuan


pengawas internal.
(2) Pengawasan eksternal BLUD Puskesmas dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

BAB XXI
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA

Pasal 70

(1) Evaluasi dan penilaian kinerja BLUD Puskesmas dilakukan


setiap tahun oleh Bupati terhadap aspek keuangan dan non
keuangan.
(2) Evaluasi dan penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian
hasil pengelolaan BLUD Puskesmas sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Strategis dan Rencana Bisnis dan Anggaran.

Pasal 71

Evaluasi dan penilaian kinerja dari aspek keuangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1), dapat diukur berdasarkan
tingkat kemampuan BLUD Puskesmas dalam :
a. memperoleh hasil usaha atau hasil kerja dari layanan yang
diberikan (rentabilitas);
b. memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditas);
c. memenuhi seluruh kewajibannya (solvabilitas); dan
d. kemampuan penerimaan dari jasa layanan untuk membiayai
pengeluaran.

Pasal 72

Penilaian kinerja dari aspek non keuangan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1), dapat diukur berdasarkan
perspektif pengguna jasa layanan, proses internal pelayanan,
pembelajaran, dan pertumbuhan.

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 73
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Ketapang.

Ditetapkan di Ketapang
pada tanggal , Juli 2019

BUPATI KETAPANG,

MARTIN RANTAN

Diundangkan di Ketapang
pada tanggal, Juli 2019

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KETAPANG

H. FARHAN,SE,M.Si
NIP. 19621124 199810 1 002

BERITA DAERAH KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2019 NOMOR …..

Anda mungkin juga menyukai