Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan


upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu
dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Upaya
kesehatan mencakup upaya-upaya pelayanan kesehatan, promosi
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan
penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, serta sediaan farmasi
dan alat kesehatan. Upaya kesehatan di Kabupaten Ketapang tergambar
dalam uraian berikut:

4.1. Program Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga
kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan
berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu
indikator Renstra dan MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas
mengingat terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan
AngkaKematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator keberhasilan
pembangunan daerah, khususnya pembangunan kesehatan. Indikator ini
juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).

4.1.1. Cakupan K1
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan profesional
(dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan
perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai pedoman

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 29


pelayanan antenatal dengan titik berat pada kegiatan promotif. Hasil
pelayanan antenatal dapat dilihat pada cakupan pelayanan K1 dan K4.

( tabel 28 pada lampiran )

Cakupan K1 ibu hamil adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan


pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan
tidak tergantung usia semester kehamilan.

Cakupan K1 ibu hamil pada tahun 2013 terendah di Puskesmas Hulu


Sungai (63,7%) dan tertinggi di Puskesmas Riam (120,2%) seperti terlihat
pada grafik dibawah ini.

Grafik 4.1
Cakupan Pelayan K1 Ibu Hamil Di Kabupaten Ketapang
Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.1.2. Cakupan K4
Cakupan K-4 adalah kunjungan Ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan
distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu
kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambaran cakupan kunjungan
emeriksaan (K4) ibu hamil, dari tahun tahun 2008 - 2013 ditampilkan pada
grafik berikut ini.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 30


Grafik 4.2
Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Di Kabupaten Ketapang
Tahun 2009 - 2013

Sumber : Sie KIA/KB

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan ibu


hamil (K4) dari tahun 2009 – 2013 terendah pada tahun 2009 dan tertinggi
pada tahun 2012. Berikut grafik cakupan K4 menurut Puskesmas pada
tahun 2013.

Grafik 4.3
Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber : Sie KIA/KB

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 31


Hasil cakupan pemeriksaan K4 ibu hamil menurut laporan Puskesmas
di Ketapang dapat dilihat pada grafik diatas dengan persentase cakupan
tertinggi terdapat pada puskesmas Riam (117,8%) dan cakupan terendah
terdapat pada puskesmas Hulu Sungai (50,2%).

4.1.3. Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil

Hasil cakupan imunisasi TT ibu hamil menurut laporan Puskesmas di


Kabupaten Ketapang pada tahun 2011 – 2013 berfluktuasi, berturut-turut :
74,9%; 80,5% dan 79,2%. Imunisasi TT ibu hamil terlihat menunjukkan
kesenjangan antara cakupan tertinggi dengan cakupan terendah ( tabel 29
pada lampiran ) . Cakupan tertinggi di Puskesmas Kedondong (154,6%) dan
cakupan terendah terdapat di Puskesmas Balai Berkuak (21,5%). Menurut
laporan puskesmas, ada 50,2% (13 puskesmas) yang cakupan TT-nya
belum mencapai 80%. Rendahnya cakupan imunisasi TT terhadap ibu hamil
akan memberikan kontribusi kematian neonatal karena tetanus neonatorum
(TN). Cakupan imunisasi TT menurut Puskesmas terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.4
Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 32


4.1.4. Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani

Berdasarkan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA, terdapat 15


Puskemas yang cakupannya masih dibawah 75%. Cakupan terendah di
Puskesmas Kendawangan dan Cakupan kabupaten Ketapang sebesar
60,6% juga masih dibawah target yang ditetapkan (75%). Untuk itu perlu
Puskemas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat
mencapai target yang telah ditentukan. Cakupan tertinggi terdapat di
Puskesmas Kendawangan (144,6%) dan terendah di Puskesmas Riam (0%)
seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.5
Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.1.5. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Data cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) per Puskesmas seperti
tergambar pada grafik berikut ini:

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 33


Grafik 4.6
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber : Sie KIA/KB

Pada grafik diatas terlihat cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan


tertinggi di Puskesmas Sukamulya (136,45%) dan cakupan terendah di
Puskesmas Balai Berkuak (59,9%). Cakupan menunjukkan lebih dari 100%
dapat dimungkinkan karena sasaran ibu bersalin dalam suatu wilayah relatif
kecil ( tabel 28 pada lampiran )

4.1.6. Cakupan Pelayanan Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai


standar pada ibu hamil mulai 6 jam sampai 12 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2009- 2013 memperllihatkan tren yang
meningkat. Hal ini disebabkan sudah terisinya formasi tenaga kesehatan di
desa (Poskesdes) oleh tenaga bidan yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan program kesehatan ibu dan anak (KIA).

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 34


Grafik 4.7
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2009 - 2013

Sumber : Laporan Laporan Seksi Kesga

Cakupan tertinggi di Puskesmas Sukamulya (123,8%) dan terendah di


Puskesmas Balai Berkuak (27,1%) seperti terlihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4.8
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.1.7. Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) Lengkap

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 35


Kunjungan neonatal lengkap adalah bila neonatus melakukan
kunjungan ke tenaga/fasilitas kesehatan atau dikunjungi oleh tenaga
kesehatan minimal 3 kali sesuai waktu yang telah ditentukan Pelayanan
untuk neonatal yang berkualitas meliputi Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian vitamin K1
injeksi apabila tidak diberikan pada saat lahir serta pemberian imunisasi
Hepatitis B1. Selain itu,perlu dilakukan validasi secara mendalam untuk
cakupan KN Lengkap, misalnya dengan pemeriksaan apakah bayi sudah
mendapatkan vitamin A dalam waktu 24 jam dan imunisasi TT sehingga
neonatal mendapatkan pelayanan yang berkualitas seperti yang diharapkan.
Cakupan kunjungan neonatus tahun 2011-203 mengalami fluktuasi,
berturut-turut: 66,53%; 85,1% dan 74,52%. Pada grafik cakupan kunjungan
neonatus terlihat 12 puskesmas (50%) masih di bawah target kabupaten
(86%). Sehingga secara akumulatif mempengaruhi cakupan Kabupaten.
Cakupan terendah adalah Puskesmas Balai Berkuak (25,8%) dan tertinggi di
Puskesmas Sukamulya seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.9
Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) Lengkap
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber : Laporan Bulanan KIA Puskesmas

4.1.8. Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 36


Neonatus dengan kompikasi ditangani adalah neonatus dengan
dengan penyakit dan kelainan yang mendapat pelayanan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih (dokter, bidan, perawat) di sarana kesehatan.
Neonatus komplikasi adalah neonatus dengan penyakit dan kelainan yang
menyebabkan kesakitan,kecacatan dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, premature, BBLR (bayi berat lahir rendah
≤ 2500 gr. Berikut ini cakupan neonatal komplikasi ditangani di Kabupaten
Ketapang tahun 2013.

Grafik 4.10
Cakupan Pelayanan Neonatus Komplikasi yang dilayani
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Seksi KIA/KB

Dari grafik diatas terlihat cakupan tertinggi di Puskesmas Sungai


Melayu (67,2%) dan terendah di Puskesmas Riam dan Puskesmas Hulu
Sungai (0%). Seluruh Puskesmas belum mencapai target yang ditetapkan ,
sehingga mempengaruhi cakupan Kabupaten (67,4%) .

4.1.9. Cakupan Kunjungan Bayi

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 37


Cakupan kunjungan bayi menurut Puskesmas pada tahun 2013
terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.11
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Ketapang
Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

Dari grafik diatas terlihat cakupan tertinggi di Puskesmas Tanjung Pura dan
terendah di Puskesmas Sukabangun ( tabel 37 pada lampiran ). Cakupan
kabupaten sebesar 89,4% sudah mencapai target yang ditetapkan (87%).

4.1.10 Cakupan Pelayanan Anak Balita


Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan pada anak berusia umur 12-59 bulan.
Cakupan pelayanan Anak Balita pada tahun 2013 sebesar 71,2%. Bila
dbandingkan dengan target Renstra, baru 6 Puskesmas (25%) yang
memenuhi target. Cakupan tertinggi di Puskesmas Marau dan terendah di
Puskesmas Tumbang Titi (0%). Peningkatan cakupan dilakukan dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup balita diantaranya adalah melakukan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dan stimulasi tumbuh
kembang pada anak dengan menggunakan SDIDTK, pembinaan posyandu,
pembinaan anak prasekolah (PAUD) dan konseling keluarga pada kelas ibu

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 38


balita dengan memanfaatkan Buku KIA, perawatan anak balita dengan
pemberian ASI sampai 2 tahun, makanan gizi seimbang dan vitamin A.
Angka cakupan pelayanan anak Balita seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4. 12
Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.1.11. Pelayanan Keluarga Berencana


4.1.11.1 Cakupan peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan
peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan
PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB
aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS
(Pasangan Usia Subur). Cakupan peserta KB aktif pada tahun 2013 di
Kabupaten Ketapang sebesar 67,9% ( tabel 35 pada lampiran ), angka ini
sudah melebihi target kabupaten sebesar 65%. Cakupan tertinggi di
Puskesmas Sukabangun (100,0%) dan terendah di Puskesmas Manis Mata
(38,1%) seperti terlihat pada grafik berikut.

Grafik 4.13

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 39


Cakupan peserta KB aktif menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.1.11.2 Cakupan Peserta KB Baru

Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia


Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat
dan/atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi
setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Sedangkan untuk cakupan
peserta KB Baru tidak memiliki target, namun diharapkan dari tahun ke tahun
hasil capaian terjadi peningkatan.
Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non
MKJP (92,79%) yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan
untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi ( tabel 34 pada lampiran ).
Proporsi pemakai kontrasepsi pil cukup besar yaitu 58,9%, hal tersebut dapat
difahami karena akses untuk memperoleh pil relatif lebih mudah, sebagai akibat
tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat
dengan tempat tinggal peserta KB. Cakupan tertinggi di Puskesmas Suka Mulya
(73,7%) dan terendah di Puskesmas Mulia Baru (4,5%) seperti terlihat pada
grafik berikut.
Grafik 4. 14

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 40


Cakupan Peserta KB Baru menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.2 Penjaringan Kesehatan Anak Kelas 1 SD/setingkat


Program kesehatan anak usia sekolah, khususnya pada penjaringan
kesehatan SD dan sederajat terdapat 4 Puskesmas yang mencapai target
kabupaten yaitu sebesar 94% seperti terlihat pada grafik. Puskesmas
dimaksud telah melaksanakan pemeriksaan penjaringan kesehatan siswa
SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan, tenaga terlatih atau guru Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) atau dokter kecil ( tabel 46 pada lampiran ).
Salah satu penyebab tidak tercapainya target bagi Puskesmas lainnya
adalah karena terbatasnya pengelola kesehatan anak usia sekolah serta
karena sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan anak usia
sekolah secara berjenjang belum berjalan optimal.

Grafik 4.15

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 41


Cakupan Penjaringan Kesehatan Kelas 1 SD/sederajat
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.3 Cakupan Penjaringan Anak SD/setingkat

Program kesehatan pada anak SD/setingkat, terdapat 12 (50%)


Puskesmas yang telah mencapai target (94%) seperti terlihat pada grafik
dibawah ini. Sementara 12 Puskesmas lainnya masih belum mencapai target
yang ditetapkan ( tabel 47 pada lampiran ). Hal ini disebabkan karena
program kesehatan anak usia sekolah pada pelayanan kesehatan
(pemeriksaan kesehatan berkala) pada siswa SD dan sederajat masih belum
menjadi prioritas sehingga anggaran yang tersedia belum maksimal untuk
kegiatan dimaksud.

Grafik 4.16
Cakupan Penjaringan Anak SD/setingkat

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 42


Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

4.4 Upaya Kesehatan Lanjut Usia

Masalah kesehatan merupakan aspek yang sangat penting yang perlu


diperhatikan oleh semua orang termasuk para lanjut usia. Salah satu
indikator keberhasilan Pembangunan Kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia dimana pada
RPJMN Depkes, tahun 2014 diharapkan terjadi peningkatan UHH dari 70,6
tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014.Cakupan pelayanan Usila
dikabupeten ketapang tahun 2013 sebesar 37.94% (tabel 48 pada lampiran).

4.5 Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan


pemutusan mata rantai penularan pada Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai
keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child
Immunization).
Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak.
Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua
jenis antigen, yakni BCG 1 (satu) kali, DPT 3 (tiga) kali, HB 3 (tiga) kali, Polio
4 (empat) kali dan Campak 1 (satu) kali. Adapun sasaran program imunisasi

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 43


ádalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan murid SD.
Berikut ini grafik cakupan desa/kelurahan menurut Puskesmas tahun 2013.

Grafik 4.17
Cakupan Desa/kelurahan UCI (universaal Chid Immunization)
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Pengamatan Penyakit dan Imunisasi

Dari grafik diatas terlihat, baru ± 20% Puskesmas yang mencapai


target desa/kelurahan UCI, sehingga tidak terpenuhinya target UCI
Kabupaten (100%). Salah satu penyebab utama rendahnya pencapaian UCI
desa tersebut adalah rendahnya akses pelayanan dan tingginya angka drop
out. Perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas imunisasi yang telah
dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi,
kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran. Cakupan

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 44


desa/kelurahan UCI dari tahun 2011-2013 secara berturut-turut: 71,9%;
80,7% dan 79,0%.

4.6 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Rasio pencabutan gigi terhadap tumpatan gigi tetap di Kabupaten
Ketapang sebesar 1:16. Rasio ini jauh lebih rendah dari target Kabupaten
1:3 (target nasional 1:1). Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini antara
lain: masyarakat masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut,
frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh petugas
kesehatan di setiap lini baik yang dilakukan didalam maupun diluar gedung
masih sangat minim dan terbatasnya tenaga perawat gigi dan peralatan
untuk penambalan gigi ( tabel 53 pada lampiran ).

4.7 Kunjungan Pelayanan Kesehatan Dasar


Sarana pelayanan di Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar bagi penderita melalui pelayanan rawat jalan
dan rawat inap bagi Puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas
perawatan).
Dari laporan yang ada, pada tahun 2013 jumlah masyarakat yang
telah memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebanyak 13.628 orang rawat
jalan dan 6.566 orang rawat inap. Dari seluruh kunjungan tersebut terdapat
383 kunjungan gangguan jiwa (tabel 58 pada lampiran).

4.8 Pelayanan Kesehatan Rujukan


Rumah Sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan dan berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari
Puskesmas dan jaringannya. Oleh karena itu, perlu rumah sakit yang
memperhatikan mutu dan kualitas pelayanan kesehatannya. Mutu pelayanan
rumah sakit diantaranya dapat dilihat dari aspek penyelenggaraan pelayanan
gawat darurat, aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan dan keselamatan
pasien. Semua Rumah Sakit (1 unit pemerintah dan 1 unit rumah sakit
swasta) di Kabupaten Ketapang telah mempunyai layanan gawat darurat
level 1 ( tabel 49 pada lampiran ).

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 45


Selama periode tahun 2012-2013 jumlah tempat tidur (TT) Rumah
Sakit semakin meningkat, dari 189 TT pada tahun 2012 menjadi 224 TT,
sehingga diharapkan bisa menampung kebutuhan TT rawat inap seluruh
daerah di Kabupaten Ketapang. Kapasitas tidur yang mencukupi akan
menunjang mutu pelayanan.

4.8.1 Angka Kematian di Rumah Sakit


Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross
Death Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di
Rumah Sakit. Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit
semakin baik. Angka yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.
GDR di Kabupaten Ketapang pada tahun 2013 sebesar 2,1 berarti
masih jauh dibawah angka maksimum (masih dapat ditolerir). Angka ini
mengalami peningkatan dibandngkan dengan tahun 2012 sebesar 1,3 ( tabel
59 pada lampiran )
Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah
sakit, berarti bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin
baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir adalah 25 per 1.000 penderita keluar.
Rata-rata NDR di Kabupaten Ketapang tahun 2013 sebesar 1,2 berarti masih
dibawah batas yang dapat ditolerir dan mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan NDR tahun 2012 sebesar 2,5.

4.8.2 Indikator Kinerja Pelayanan Rumah Sakit


Indikator yang digunakan dalam penilaian rumah sakit yaitu BOR,
LOS dan TOI. BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuanwaktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja
rumah sakit dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah
menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh
masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 46


sakit atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah
sakit adalah antara 60% sampai dengan 80%. Rata-rata di Kabupaten
Ketapang BOR pada tahun 2013 sebesar 42,8 masih lebih rendah dari BOR
ideal.
Rata-rata lama rawat seorang pasien/Average Length of Stay (ALOS)
yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang pasien di
RS di Kabupaten Ketapang tahun 2013 adalah 2,9 hari, lebih rendah dari
LOS ideal.
TOI (Turn Of Interval) dan LOS merupakan indikator tentang efisiensi
penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan
tempat tidur semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-
rata TOI di Kabupaten Ketapang tahun 2013 adalah 3,8 hari, berada diatas
kisaran TOI ideal ( tabel 60 pada lampiran ).

4.9 Ketersediaan Obat


Tingkat ketersediaan obat yang diukur sebanyak 34 item obat (tidak
semua item obat yang ada di pelayanan kesehatan). 34 item obat tersebut
yang diperkirakan bisa mewakili, yang merupakan obat emergency, fast
moving, penunjang utama dan life saving, serta yang wajib tersedia untuk
beberapa penyakit menular.
Pada tahun 2013 dari 34 jenis obat yang dilaporkan, stok terbanyak
adalah paracitamol tablet dengan kemasan botol 1000 tablet sebanyak 1.266
botol dengan perkiraan rata-rata 636 botol perbulan (tabel 69 pada
lampiran).
Ketersediaan obat tertinggi yaitu tablet tambah darah kombinasi (262)
artinya tingkat ketersediaan tablet tambah darah cukup selama 262 bulan.
Ketersediaan paling rendah yaitu Natrium klorida larutan infus 0,9% steril dan
Ibupropen tablet 200 mg (masing-masing 11), artinya ketersediaan obat
untuk kedua jenis obat tersebut hanya tercukupi sampai 11 bulan.

4.10 Kejadian Luar Biasa

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 47


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Penyakit-penyakit yang berpotensi KLB di Kabupaten Ketapang
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) pada saat musim penghujan,
sedangkan pada saat musim kemarau yang mengancam adalah penyakit
diare. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi lingkungan dan
sanitasi dasar yang masih belum memadai, masih rendahnya cakupan air
bersih untuk masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan serta
perilaku yang menuju pada pola hidup bersih dan sehat masih rendah. Pada
tahun 2012 terjadi KLB DBD di Kabupaten Ketapang dengan jumlah kasus
tercatat 470 orang (Incidence Rate = 105,4), meninggal 11 orang (Case
Fatality Rate = 2,3). Tetapi pada tahun 2013 tidak ada KLB pada penyakit
yang berpotensi menimbulkan wabah ( tabel 51 pada lampiran ).

4.11 Upaya Perbaikan Gizi


4.11.1 Status Gizi Berdasarkan BB/U
Gambaran status gizi balita berdasarkan Berat Badan menurut Umur
(BB/U). Dari grafik, diketahui bahwa berdasarkan indikator BB/U, persentase
balita Gizi Buruk (BB Sangat Kurang) sebesar 1,54% dan persentase balita
Gizi Kurang sebesar 6,9%. Jika dibandingkan dengan target MDGs sebesar
3,6% ,memang masih dalam batas aman. Akan tetapi harus ditekankan
bahwa semua Puskesmas yang ada harus tetap waspada dan terus
mempertahankan agar prevalensi gizi buruknya tidak naik bahkan
diupayakan agar semaksimal mungkin berupaya menguranginya ( tabel 27
pada lampiran ).
Grafik 4.18
Status Gizi Berdasarkan BB/U
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013
Sumber: Sie Gizi

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 48


4.11.2 Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Jika dilihat dari data balita BGM (Bawah Garis Merah) dibanding
dengan balita yang ditimbang (D), tahun 2013 di Kabupaten Ketapang
sebanyak 615 balita (2,3%). Berikut ini grafik Balita BGM menurut
Puskesmas ( tabel 44 pada lampiran ).

Grafik 4. 19
Balita BGM menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Gizi

4.11.3 Cakupan Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan tumbuh kembang Balita di Posyandu, dilanjutkan dengan
penentuan status gizi oleh bidan di desa atau petugas kesehatan lainnya.
Penemuan kasus gizi buruk harus segera ditindak lanjuti dengan rencana
tindak yang jelas, sehingga penanggulangan gizi buruk memberikan hasil
yang optimal.
Pendataan gizi buruk di Kabupaten Ketapang didasarkan pada
kategori Tinggi Badan/Umur (TB/U). Jika ternyata balita tersebut merupakan
kasus gizi buruk, maka segera dilakukan perawatan gizi buruk sesuai
pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika ternyata terdapat penyakit
penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di Puskesmas maka segera
dirujuk ke rumah sakit. Dari seluruh balita gizi buruk yang dilaporkan dan

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 49


ditemukan (44 kasus) sebanyak 97,7% telah dilakukan perawatan sesuai
dengan prosedur dan 1 kasus keluarga balita menolak perawatan.

4.11.4 Penimbangan Balita (D/S)


Partisipasi masyarakat dalam perbaikan gizi bagi balita dapat
ditunjukkan dari indikator jumlah balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran
balita (D/S). Tahun 2013, tercatat 80% cakupan D/S di Kabupaten Ketapang.
Cakupan D/S menurut Puskesmas terlihat pada grafik berikut ( tabel 44 pada
lampiran ).

Grafik 4.20
Cakupan Penimbangan Balita menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Gizi

Dari grafik diatas terlihat cakupan tertinggi di Puskesmas Sungai


Laur (98,9%) dan terendah di Puskesmas Mulia Baru (43,6%). Dua
Puskesmas yang cakupannya terendah termasuk wilayah perkotaan, hal ni
mungkin dapat disebabkan orang tua Balita adalah pekerja sehingga kurang
memperhatikan perkembangan Balitanya termasuk menimbang di Posyandu
dan berkembangnya PAUD (pendidikan Anak Usia Dini) yang belum
terintegrasi dengan Posyandu.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 50


4.11.5 Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah
memberikan tablet tambah darah yaitu sediaan Fe yang bertujuan untuk
menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri, dan
WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil
dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama
periode kehamilannya.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar


haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan
tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Grafik 4.21
Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe3) Ibu Hamil
Menurut Puskesmas di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie KIA/KB

Dari grafik diatas terlihat cakupan tertinggi di Puskesmas Riam


(114,4%) dan terendah di Puskesmas Pemahan (48,1%) seperti pada tabel
30 dalam lampiran.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 51


4.11.6 Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul vitamin A
adalah bayi berumur mulai 6-11 bulan dan anak umur 12-59 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul vitamin A dosis tinggi terdiri
dari kapsul vitamin A berwarna biru dengan dosis 100.000 SI yang diberikan
kepada bayi umur 6-11 bulan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A
adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
(200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan.
Cakupan pemberian vitamin A pada bayi (6-11 bulan) tertinggi di
Puskesmas Marau (101,5%) dan terendah di Puskesmas Simpang Dua
(24,1%). Cakupan pemberian vitamin A pada anak balita (1-4 tahun) tertinggi
di Puskesmas Tanjung Pura dan terendah di Puskesmas Pemahan.
Sedangkan pemberian vitamin A pada ibu nifas tertinggi di Puskesmas
Kendawangan (98,7%) dan terendah di Puskesmas Simpang Dua (87,4%)
seperti pada tabel 32 dalam lampiran.

4.11.7 Cakupan ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain sampai bayi berusia 6 bulan, kemudian pemberian ASI harus
tetap dilanjutkan sampai bayi berusia 2 (dua) tahun walaupun bayi sudah
makan. Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya cakupan ASI eksklusif:
rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenaai manfaat ASI dan cara
menyususi yang benar; faktor sosial budaya; kondisi yang kurang memadai
bagi ibu pekerja; kurangya konseling laktasi dan dukungan dari tenaga
kesehatan dan gencarnya pemasaran susu formula.
Berdasarkan laporan yang ada, cakupan ASI menurut Puskesmas
seperti pada tabel 41 dalam lampiran tertinggi di Puskesmas Marau (79,5%)
dan terendah di Puskesmas Mulia Baru (0%), seperti terlihat pada grafik
berikut.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 52


Grafik 4. 22
Cakupan ASI Eksklusif Menurut Puskesmas
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Gizi

4.12 Perilaku Masyarakat


Menurut teori Blum, salah satu faktor yang berperan penting dalam
menentukan derajat kesehatan adalah perilaku, karena ketiga faktor lain
seperti lingkungan, kualitas pelayanan kesehatan maupun genetika
kesemuanya masih dapat dipengaruhi oleh perilaku. Banyak penyakit yang
muncul juga disebabkan karena perilaku yang tidak sehat. Perubahan
perilaku tidak mudah untuk dilakukan, namun mutlak diperlukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu, upaya promosi
kesehatan harus terus dilakukan agar masyarakat berperilaku hidup bersih
dan sehat. penerapan perilaku hidup bersih dan sehat harus dimulai dari unit
terkecil masyarakat yaitu rumah tangga.

4.12.1 Penyuluhan Kesehatan


Hasil kegiatan program pemberdayaan masyarakat dan promosi
kesehatan dalam rangka penyebarluasan informasi kepada masyarakat
selain melalui penyuluhan langsung maupun penyuluhan tidak langsung juga
sangat didukung oleh adanya berbagai media informasi. Bentuk media

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 53


informasi tersebut berupa leaflet, pameran dan media elekronik (radio).
Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
program kesehatan baik pada kelompok tertentu maupun yang bersifat
massal. Frekuensi kegiatan penyuluhan masih sangat terbatas karena
keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk
melakukan penyuluhan kesehatan serta terbatasnya media penyuluhan dan
alokasi anggaran khususnya untuk kegiatan penyuluhan dan promosi
kesehatan lainnya.
Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas terhadap
masyarakat dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten didasarkan pada
sasaran yaitu secara kelompok maupun dengan sasaran massa. Dari data
yang diperoleh, frekuensi penyuluhan tahun 2013 mencapai 1.208 kegiatan
penyuluhan kelompok dan 343 kegiatan penyuluhan massa (Lampiran Data
Profil Kesehatan Tabel 54).

4.12.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Persentase rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) didapatkan dari jumlah rumah tangga yang melaksanakan 10
indikator PHBS dibagi dengan rumah tangga yang dipantau. Sepuluh
indikator tersebut adalah : Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
Bayi diberi ASI eksklusif, Balita ditimbang setiap bulan, Menggunakan air
bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban
sehat, Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, Makan sayur dan buah
setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari,tidak merokok di dalam
rumah.
Dari 24 Puskesmas yang ada, baru 9 Puskesmas yang melakukan
pemantaua PHBS. Hasil kegiatan pemantauan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) tersebut, pada tatanan Rumah Tangga tahun 2013 dari
6.301 rumah tangga yang dipantau sebanyak 4.520 (71,7%) ber-PHBS
seperti pada tabel 61 dalam lampiran.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 54


4.13 Pelayanan Jaminan Kesehatan
Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus
berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2,
bahwa negaramengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2004 dan UU No. 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2011 serta
rencana pencapaian Universal Coverage Insurance (UCI) pada tahun 2019
yang dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2014 memungkinkan
adanya langkah dan upaya untuk mencapai target tersebut.
Pola pembiayaan pelayanan kesehatan fee for service dimana
masyarakat membayar kepada penyedia pelayanan kesehatan setiap selesai
mendapatkanpelayanan kesehatan saat ini masih menjadi pilihan utama
masyarakat saat. Pola pembiayaan fee for service pasti akan membebani
masyarakat dikarenakan kejadian sakit merupakan suatu hal yang tidak
dapat diprediksi oleh masyarakat demikian pula berapa besar dana yang
harus disediakan ketika berada dalam kondisi sakit. Oleh karena itu
seharusnya pola pembiayaan kesehatan dari fee for service harus dialihkan
ke arah prospective payment atau pola pembiayaan kesehatan prabayar.
Beberapa bentuk prospective payment yang saat ini dikenal di
Kabupaten Ketapang yaitu Program Pemerintah Jamkesmas dan Jamkesda,
program Asuransi Kesehatan oleh PT. ASKES (Persero). Sedangkan yang
dikelola oleh masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat seperti
Dana Sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) dan yang lainnya tidak lagi ada
dalam masyarakat.
Data untuk mengetahui cakupan jaminan kesehatan pra bayar, hanya
berasal dari PT ASKES dan Jamkesmas. Dari data tersebut, sampai dengan
akhir tahun 2013 jumlah masyarakat Kabupaten Ketapang yang telah
tercover dalam program jaminan kesehatan dikeluarkan PT ASKES
sebanyak 28,6 %

4.14 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 55


Untuk memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Beberapa indikator
yang menggambarkan kondisi lingkungan antara lain rumah sehat, TUPM,
air bersih dan sarana sanitasi dasar seperti pembuangan air limbah, tempat
sampah dan kepemilikan jamban serta sarana pengolahan limbah di sarana
pelayanan kesehatan.

4.14.1 Rumah Sehat


Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah,
sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan
hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah. Data mengenai
rumah sehat sampai dengan tahun 2013 belum tersedia.

4.14.2 Angka Bebas Jentik Nyamuk Aedes


Pada tahun 2013 dari 24 Puskesmas, baru 17 Puskesmas yang
melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB). Dari kegiatan yang
dilaksanakan jumlah rumah/bangunan yang ada 87.756 yang dilakukan
pemeriksaan 15,40% (13.633 rumah/bangunan), yang bebas jentik sebanyak
61,40%. Cakupan angka bebas jentik ini masih jauh dari target yang
ditetapkan (95%). Walaupun demikian, terjadi peningkatan jumlah
Puskesmas yang melakukan kegiatan PJB sehingga secara akumulatif
berpengaruh terhadap cakupan ABJ. Terlihat pada tren yang meningkat
tahun 2011- 2013 berturut-turut yaitu: 51,3%; 55,8% dan 61,40%.
Naiknya cakupan angka bebas jentik menunjukkan bahwa
masyarakat mulai memahami salah satu cara untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan
populasi vektor (nyamuk aedes aegypti) yang hidup di tempat penampungan
air bersih. Namun masih perlu upaya-upaya lain untuk terus meningkatkan
cakupan ABJ agar mencapai target yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 56


berkala angka bebas jentik yang dilaksanakan oleh beberapa Puskesmas di
Kabupaten Ketapang disajikan pada grafik berikut.

Grafik 4.23
Cakupan Angka Bebas Jentik Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Peyehatan Lingkungan

Dari grafik diatas terlihat cakupan tertinggi di Puskesmas Sungai


Laur (95,0%) dan terendah di 7 Puskesmas lainnya (0%).

4.14.3 Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah. Dari 17.750
jumlah keluarga yang diperiksa, memiliki jamban sehat 77,5%, memiliki
tempat sampah sehat 72,3% dan pengelolaan air limbah 53,6%.
Dalam mendukung perubahan sanitasi total khususnya buang air
besar disembarang tempat, pada tahun 2013 telah dilakukan pemicuan
Community Led Total Sanitation (CLTS) di 44 desa untuk mendukung
pencapaian wilayah stop buang air besar di sembarang tempat dan
penurunan penyakit berbasis lingkungan, khususnya Diare. Melalui CLTS
diharapkan terjadi perubahan perilaku tidak buang air besar di sembarang
tempat.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 57


4.14.4 Air Minum dan Air Bersih
Air bersih dan air layak minum atau air minum sehat adalah dua hal
yang tidak sama tetapi sering dipertukarkan. Tidak semua air bersih layak
minum, tetapi air layak minum biasanya berasal dari air bersih. Air bersih
perlu diolah dahulu agar layak minum dan menjadi air minum sehat.
Berbagai upaya yang telah dilakukan selama tahun 2013 untuk
program penyehatan air yaitu pemeriksaan rutin kualitas air pada PDAM, air
kemasan isi ulang dan perpipaan. Cakupan air bersih dan air minum
terlindungi di Kabupaten Ketapang pada tahun 2013 masing-masing sebesar
92,1% dan 48,4%. Cakupan tertinggi di Puskesmas Kedondong dan
terendah di Puskesmas Hulu Sungai.

4.15 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)


Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah suatu
upaya kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar.
Dalam konsep paradigma sehat, upaya-upaya kesehatan yang
dilakukan pemerintah tidak akan menghasilkan output yang baik, apabila
tidak terjalin kerjasama yang baik antara berbagai sektor termasuk
masyarakat. Oleh sebab itu upaya kesehatan yang berbasis masyarakat
juga menjadi program prioritas. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos
Kesehatan Pondok Pesantren (Poskestren), Kelompok Dana Sehat, Pos
Obat Desa dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah merupakan
bentuk-bentuk UKBM di masyarakat. Dari tahun ke tahun perkembangan
UKBM ini belum berjalan dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Pembangunan Poskesdes hingga tahun 2013 sebagian besar masih
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK),
walaupun beberapa Poskesdes telah dibangun melalui swadaya masyarakat,
melalui kegiatan PNPM Mandiri dan Perusahaan.

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 58


4.15.1 Poskesdes
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) merupakan koordinator dari
berbagai UKBM yang ada di suatu desa/kelurahan dan merupakan salah
satu syarat terbentuknya Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2013
Pembangunan Poskesdes di Kabupaten Ketapang sebagian besar masih
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK),
walaupun beberapa Poskesdes telah dibangun melalui swadaya masyarakat,
melalui kegiatan PNPM Mandiri dan Perusahaan. Jumlah Poskesdes yang
ada sampai dengan akhir tahun 2013 di Kabupaten Ketapang 174 unit.
Jumlah ini tidak menujukkan perbedaan bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang bejumlah 170 unit.

4.15.2 Posyandu
Jumlah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kabupaten Ketapang
dari tahun 2010-2013 menunjukkan kenaikan, akan tetapi tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok. Secara kualitas, berdasarkan tingkat
perkembangan Posyandu Mandiri dari tahun 2012 sebesar 2,2% menjadi
2,7% pada tahun 2013 dan Posyandu Purnama dari 25,7% pada tahun 2013
menjadi 26,8% pada tahun 2013. Berikut proporsi Posyandu menurut strata
di Kabupaten Ketapang tahun 2013.

Grafik 4.24
Proporsi Posyandu Menurut Strata
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013

Sumber: Sie Promosi Kesehatan

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 59


Dari grafik diatas terlihat, dari seluruh Posyandu yang ada proporsi
terbanyak menurut starata yaitu Pratama (37,7%) dan Madya ((34,5%).
Faktor yang turut berpengaruh dalam meningkatan kualitas Posyandu adalah
kinerja dari pengelola Posyandu seperti kader Posyandu. Keberadaan
petugas kesehatan di Posyandu tidaklah berarti jika kader Posyandu tidak
dapat berperan secara optimal, sehingga kader Posyandu sebagai
penanggungjawab Posyandu mempunyai peran yang penting.
Rasio Posyandu terhadap Balita sampai dengan tahun 2013 di
Kabupaten Ketapang yaitu 1,01: 100, artinya 1 Posyandu melayani 100
Balita. Sedangkan standarnya yaitu 1 Posyandu melayani 50 - 100 Balita.
Jadi berdasarkan data, jumlah Posyandu yang ada sudah mencukupi untuk
meningkatkan cakupan pelayanan balita. Pada tahun-tahun mendatang,
diharapkan peningkatan kualitas Posyandu yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri.

4.15.3 Desa/kelurahan Siaga


Suatu Desa dan Kelurahan Siaga bisa menjadi Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif jika memenuhi 8 (delapan) kriteria berdasarkan Pedoman Desa
danKelurahan Siaga Aktif Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor
1519/Menkes/SK/X/2010. Desa siaga adalah desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk
mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan
menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya
sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Dari seluruh desa/kelurahan (262) yang ada di Kabupaten Ketapang
tahun 2013, desa siaga sebanyak 95,8% (251 desa), desa siaga yang aktif
sebayak 67,3%.

4.16 Upaya Pelayanan Kefarmasian dan Penyediaan Alat Kesehatan

Upaya pelayanan kefarmasian/penyediaan obat dan perbekalan


kesehatan pada tahun 2013 bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 60


kecukupan jenis obat pelayanan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
dan jaringannya agar pelayanan kesehatan dasar (PKD) dianggarkan melalui
dana APBD Kabupaten Ketapang. Kegiatan distribusi dari Instalasi Farmasi
Kabupaten ke sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
jaringannya dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.
Disamping pengadaan obat, dalam rangka mendukung kualitas pelayanan
kesehatan maka pengadaan alat dan perbekalan kesehatan pada tahun
2013 dilakukan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), seperti peralatan
kesehatan untuk puskesmas perawatan dan rawat jalan, peralatan
kesehatan untuk puskesmas pembantu dan peralatan kesehatan untuk
poskesdes serta kendaraan roda 4 untuk Instalasi Farmasi untuk
memudahkan mobilisasi obat. Disamping itu perlengkapan sarana dan
prasarana kendaraan roda dua untuk poskesdes dan perbekalan lainnya
juga dilakukan dalam rangka kegiatan operasional luar gedung dan kegiatan
posyandu.

4.17 Upaya Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu


(kategori miskin dan hampir miskin) pada tahun 2013 dilaksanakan melalui
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dilanjutkan melalui
program Jaminan Program Kesehatan Daerah (Jamkesda). Program ini
merupakan program yang sangat strategis mengingat program ini dapat
langsung menyentuh dan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat
yang membutuhkan.
Pada tahun 2013, sasaran masyarakat miskin yang ditargetkan oleh
Pemerintah untuk program Jamkesmas ini adalah sebanyak 130.429 jiwa
(28,6% dari jumlah penduduk). Data jumlah kunjungan baru untuk pasien
dengan kartu Jamkesmas tidak tersedia. Kunjungan rawat jalan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang dicakup oleh Jamkesmas sebesar 120,2%
(156.747). Dari kunjungan rawat jalan tersebut yang mendapat pelayanan
kesehatan rujukan (strata 2 dan 3) sebanyak 2,5% (3.879).

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 61


Untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan sesuai dengan
pedoman teknis dan pedoman pelaksanaan yang ada puskesmas juga
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan ke luar gedung dan kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat miskin yang sangat membutuhkan. Langkah
ini dinilai sangat tepat mengingat kondisi geografis masyarakat terutama di
kecamatan-kecamatan yang masih relatif sulit dalam rangka meningkatkan
akses masyarakat miskin akan pelayanan kesehatan.

4.18 Cakupan Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Cakupan kinerja untuk standar pelayanan minimal (SPM) bidang


kesehatan di Kabupaten Ketapang tahun 2013 ditampilkan sesuai dengan
indikator kinerja yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tanggal 29 Juli 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Indikator kinerja
yang diukur terdiri dari 4 jenis pelayanan dengan 18 indikator kinerja.
Cakupan dari 18 indikator kinerja tersebut pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa upaya-upaya kesehatan yang sifatnya wajib, masih sangat
membutuhkan perhatian yang sangat serius dan saling bersinergi dari para
petugas kesehatan serta dukungan dan komitmen yang tinggi dari para
pemegang kebijakan termasuk kerja sama dari berbagai lintas sektor serta
dukungan dari masyarakat karena pencapaian beberapa indikator kinerja
SPM Bidang Kesehatan belum tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan. Beberapa indikator pendukung MDGs yang cakupannya masih
perlu ditingkatkan adalah seperti cakupan pemeriksaan (K4) baru 83,6% dari
target 88%, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan sudah mencapai 95,5% dari target 100%, sementara
cakupan neonatus dengan komplikasi 21,8% dengan target 70%. Selain
indikator kesehatan ibu tersebut diatas, indikator cakupan desa UCI menurun
bila dibandingkan dengan tahun 2012 dari 80,7% menjadi 74,1% pada tahun
2013 dari target 100%.
Bagi program yang cakupannya turun dan tidak mencapai target, agar dapat
dianalisa dan dicari penyebab rendahnya cakupan. Pencapaian target kinerja

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 62


SPM bidang kesehatan di Kabupaten Ketapang selama tahun 2013 seperti
ditampilkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1
Cakupan Indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2013
HASIL/ TARGET/ PROSENTASE
NO NAMA INDIKATOR REALISASI SASARAN (%)
(ABSOLUT) (ABSOLUT)
1 2 3 4 5
1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4 8.649 10.347 83,6

2 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani 1.255 2.069 60,7

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 9.429 9.878 95,5


kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

4 Cakupan Pelayanan Nifas 6.971 9.878 70,6


Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang
5 307 1.411 21,8
ditangani
6 Cakupan Kunjungan Bayi 8.410 9.56 89,4
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
7 194 262 74,1
Immunization
8 Cakupan Pelayanan Anak Balita (1-4 ) 27.563 38.729 71,2

9 Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI NA NA NA


pada usia 6-24 bulan keluarga miskin

10 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat Perawatan 43 44 97,7


Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan
11 11.940 15.279 78,1
setingkat
12 Cakupan Peserta KB aktif 58.756 86.312 67,9

13 Cakupan Penemuan Penderita Penyakit :

a.AFP rate per 100.000 penduduk < 15 Tahun 3 145.296 2,1

b.Penemuan Penderita Pneumonia Balita 108 46.987 2,3

c.Penemuan Pasien Baru TB BTA positif 486 956 50,7

d.Penderita DBD yang ditangani 207 207 100

e.Penemuan Penderita Diare 9.772 10.383 106,3


Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar pasien
14 156.747 130.429 120,2
masyarakat miskin
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien
15 NA NA NA
Masyarakat Miskin
16 Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang 2 2 100
harus diberikan sarana kesehatan (RS) di
Kabupaten Ketapang
17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang 0 0 100
dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

18 Cakupan Desa Siaga Aktif 164 262 65,3

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 63


Sumber : Sub Bagian Penyusunan Program, Evaluasi dan Pelaporan

Hingga akhir tahun 2013, Standar Pelayanan Minimal bidang


kesehatan di Kabupaten Ketapang secara operasional belum disahkan
dalam Peraturan Bupati Ketapang. Pengaturan ini dirasakan sangat penting
agar pelaksanaan SPM sesuai Peraturan Menteri Kesehatan mempunyai
kekuatan hukum di daerah. Dengan peraturan Bupati semua unsur yang
terlibat mempunyai wadah serta komitmen yang sama dalam
pelaksanaannya
Selain hal tersebut diatas, perlunya penetapan Bupati tentang SPM
bidang kesehatan karena masih ada indikator-indikator spesifik daerah yang
harus dilaksanakan dan juga menjadi masalah spesifik yang belum diatur
pada indikator SPM sesuai Peraturan Menteri Kesehatan tersebut. Hal ini
perlu diatur untuk menjamin adanya dukungan dan komitmen daerah dalam
pelaksanaannya serta jaminan ketersediaan pembiayaan yang
berkesinambungan sehingga pelaksanaan dan capaian indikator-indikator
SPM tersebut dapat berkesinambungan dalam rangka percepatan-
percepatan indikator Millenium Development Goals (MDGs).

Profil Kesehatan Kabupaten Ketapang Tahun 2013 64

Anda mungkin juga menyukai