PENDAHULUAN
WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang hamil
akan mengalami komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat
mengancam jiwanya. Sebanyak 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sebagian besar
akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fakta. Agar lebih
efektif dalam meningkatkan keselamatan ibu dan bayi baru lahir, asuhan antenatal
harus lebih difokuskan pada berbagai intervensi seperti pemberian edukasi dan
peningkatan mutu pelayanan antenatal yang telah terbukti bermanfaat menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO,
2003).
Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama
adalah perdarahan sebanyak 28%. Penyebab lainnya seperti eklampsi (24%), infeksi
(11%), partus lama (5%), dan abortus (5%). Angka kematian yang tinggi disebabkan
2 sebab pokok yaitu (1) masih kurangnya pengetahuan dan penanggulangan
komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas, (2) kurang meratanya
pelayanan kebidanan yang baik bagi semua yang hamil (Wiknjosastro, 2005).
Faktor lain penyebab tingginya angka kematian ibu yang juga cukup penting
seperti, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan,
sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat. Pandangan yang menganggap
kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar
perempuan mendapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya
peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun
Tahun 2010 dapat diketahui bahwa cakupan K1 yang dicapai oleh Kecamatan
Besitang yaitu sebanyak 896 dari 1244 ibu hamil (72,03%), sementara itu cakupan
K4 yaitu sebanyak 540 dari 1244 ibu hamil (43,41%). Pada data Profil Puskesmas
Besitang Tahun 2011 dapat diketahui cakupan K1 yaitu sebanyak 1214 dari 1270 ibu
hamil (95,59%), sementara itu cakupan K4 yaitu sebanyak 1255 dari 1270 ibu hamil
(98,82%).
Pemeriksaan kehamilan sesuai standar (4kali) sangat mempengaruhi
kesehatan ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga (>28
minggu) sangat penting karena pada trimester III dilakukan palpasi abdomen untuk
mendeteksi adanya kehamilan ganda, kelainan letak, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit (Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003).
Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan oleh penulis di Kecamatan
Besitang, masih ditemukan ibu ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilannya ke petugas kesehatan pelayanan antenatal dengan teratur. Selain faktor
intrinsik ibu (pengetahuan, umur, pendidikan), faktor ekstrinsik (paritas, pendapatan
suami, keterjangkauan serta ketersediaan pelayanan) juga memengaruhi seorang ibu
untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas pelayanan antenatal.
Penelitian
sebelumnya
yang
pernah
dilakukan
mengenai
hubungan
mendeskripsikan
umur,
pendidikan,
pengetahuan,
paritas,