PENDAHULUAN
kematian ibu akibat komplikasi dan kelahiran, turun dari 523.000 pada tahun 1990
menjadi 289 000 wanita meninggal pada 2013.1 Di Indonesia sampai saat ini AKI
semula 334/100.000 (tahun 1997), dalam kurun waktu 10 tahun turun menjadi
228/100.000 (SDKI 2007), namun hasil SDKI 2012 AKI meningkat menjadi
34/1.000 KH menurut SDKI 2007 dan data hasil SDKI 2012 menunjukkan
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
kehamilan, persalinan dan nifas di Aceh masih relatif tinggi, melebihi rata-rata
kesehatan ibu hamil dan kurang berfungsinya sistem deteksi dini ibu hamil yang
beresiko tinggi dan sistem rujukan persalinan belum efektif disamping faktor
medis seperti pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.2,4
yang dilaporkan adalah 149 ibu dari perhitungan AKI di Aceh tahun 2014 sebesar
148,9 per 100.000 Lahir hidup. Bila dibandingkan pada tahun 2013 terjadi
penurunan dari 157,6 per 100.000 lahir hidup menjadi 148,9 per 100.000 lahir
1
2
hidup. Daerah paling banyak memberi kontribusi kematian ibu di Aceh adalah
Kabupaten Aceh Utara sejumlah 29 kematian ibu di ikuti oleh Kabupaten Aceh
Timur sejumlah 11 kematian ibu dan Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara
sebanyak 1456 jiwa dan jumlah lahir hidup sebanyak 100.088 jiwa. Dengan
tersebut maka AKB di Aceh tahun 2014 sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu sebesar 13 per 1.000 kelahiran hidup.
Dari analisa penyebab kematian ibu menunjukkan bahwa 90% kematian ibu
terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan dengan penyebab utama
(31%), perdarahan post partum (20%), abortus (4%), perdarahan ante partum
(3%), parus lama (1%), kelainan amnion (2%). Proporsi penyebab kematian bayi
di provinsi Aceh pada kelompok umur 0-11 bulan menurut Riskesdas 2013 adalah
asfiksia 9,4%, hipotermi 2,4%, bayi kuning 6,6%, kejang 3,3%, tali pusar merah
Masih tingginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan
didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan atau
neonatal, yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi dari WUS/ maternal serta
faktor 4T (terlalu muda dan terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat
jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak hamil atau melahirkan). Kondisi
tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus
topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan
berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah
gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan
landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. berdasarkan topografi wilayah
terpencil 40,8% dan biasa adalah 40,5%. Akses geografis masih menjadi
tantangan pada beberapa daerah. Walaupun median jarak untuk mencapai fasilitas
memerlukan jarak tempuh lebih dari satu jam untuk mencapai rumah sakit
pemerintah, lebih dari 40,8% dari penduduk di Aceh mengalami kesusahan akses
4
menentukan pemanfaatannya.4,9,10
penurunan AKI dan AKB termasuk Angka Kematian Neonatal (AKN) yang
begitu kompleks maka diperlukan upaya yang lebih keras dan dukungan
komitmen dari seluruh stakeholder baik Pusat maupun daerah, seperti dukungan
dari organisasi profesi dan seminat, masyarakat dan swasta serta LSM baik
nasional maupun internasional. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk
mempercepat penurunan AKI dan AKB melalui penanganan obstetri dan neonatal
(PONED).8
pintu untuk keluar dari kematian Ibu yaitu: 1) status perempuan dan kesetaraan
bersih dan aman oleh tenaga yang kompeten 4) PONED-PONEK. Jadi upaya
PONED hanyalah salah satu upaya dan merupakan upaya terakhir untuk
normal, bersih dan aman, 2) Penanganan gawat darurat maternal neonatal, dan 3)
Rujukan tepat waktu atau kasus tidak mampu ditangani.8 Potensi dan tantangan
dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah tenaga kesehatan yang
sebelum hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting dalam
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kasus gawat darurat antara lain
obat secara cepat dan tepat, transportasi cepat, dan harus ada tenaga terlatih.
Sesuai dengan tugasnya, maka Puskesmas PONED harus mampu dan siap
melayani 24 jam. Jika masalah kekurangan sumber daya manusia, peralatan dan
pelayanan dan tingkat kematian ibu.13 Tenaga kesehatan terlatih harus didukung
oleh sumber daya, motivasi dan sistem untuk mendukung kinerja mereka. Sebagai
dengan tingkat sosial ekonomi yang hampir sama dengan Malawi, upaya yang
Emergency Obstetric Care in Six Developing Countries Five Years before the
6
MDG Targets for Maternal and Newborn Health, menyatakan bahwa empat tahun
dari tahun 2012, mayoritas perempuan di negara-negara yang disurvei masih tidak
ditingkatkan untuk mengurangi jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir, sehingga
neonatal.15
Hasil penelitian Anne Austin tahun 2015 menyatakan bahwa hambatan dalam
mendukung.16
(67,77%) yang telah memenuhi syarat minimal tersebut. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan tahun 2013 sebesar 333 kabupaten/kota (67%). Pada tahun 2014,
jumlah kabupaten/kota yang hanya memiliki satu sampai dengan tiga Puskesmas
7
Puskesmas PONED.2
mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir
cakupan dan kualitas pelayanan dasar tampaknya masih perlu ditingkatkan. Dari
data Risfaskes 2011 didapatkan fakta bahwa 241 kabupaten di Indonesia (60 %)
motor). Sebagian besar kegawatdaruratan kebidanan dan bayi baru lahir bisa
dengan memperbaiki kualitas penanganan gawat darurat kebidanan dan bayi baru
PONED di lima regional Indonesia Sumber data dari hasil Riset Fasilitas
Kesehatan tahun 2011. Variabel tenaga kesehatan terlatih, pelayanan 24 jam, alat
8
jam, melibatkan dokter 79,9%, bidan 96,1%, dan perawat 32,8%. Dari 17 jenis
obat dan 26 alat kesehatan (alkes) standar pelayanan PONED, rata-rata angka
ketersediaan di Puskesmas PONED hanya 6,06 jenis obat dan 14,12 alkes
PONED, sedangkan untuk angka kecukupan, rata-ratanya adalah 5,54 jenis obat
Puskesmas Keliling, 43,0% memiliki ambulans, dan hanya 3,7% yang memiliki
terlatih, obat dan alkes, serta alat transportasi. Namun secara keseluruhan,
regional Jawa-Bali lebih siap dibandingkan dengan regional lain. Perlu perhatian
tenaga bidan dan perawat dalam pelayanan PONED, serta menyediakan dan
sebanyak 337 puskesmas dengan rasio 2,14 puskesmas per 30.000 penduduk yang
terdiri dari 143 puskesmas rawat inap dan 194 puskesmas non rawat inap. Dari
Neonatal Emergensi Dasar (PONED), namun jumlah ini masih dibawah target 92
seperti Pustu, Poskesdes, Polindes dan Posyandu juga terus meningkat walaupun
umum - RSU) juga sudah tersedia di seluruh kabupaten/kota. Sekarang ini ada 58
Rumah Sakit diseluruh Aceh yang terdiri dari 32 RSU pemerintah dan 26 RSU
ini belum ada dokter yang bertugas 24 jam, belum adanya sarana & prasarana
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 15 Puskesmas PONED yang
Puskesmas yang lain belum dapat berjalan seperti yang diharapkan. Salah satu
kendala yang dialami Puskesmas PONED tersebut adalah tenaga kesehatan yang
dilatih PONED khususnya bidan. Bidan di Puskesmas yang telah dilatih PPGD
pindah di Puskesmas lain, dokter yang telah dilatih PPGD berdomisili jauh dari
11
Puskesmas.
jumlahnya masih terbatas dan tidak adanya dokter Obgyn yang memberikan
pelayanan sekaligus pelindung menjadi alasan yang utama sehingga pasien lebih
atas juga belum adanya supervisi rutin dari Dinas Kesehatan Kabupaten
sarana pelayanan yang memadai serta penetapan tarif PONED yang akan di
Perda-kan.
Tema sentral dalam penelitian ini adalah tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Masih tingginya AKI dan
AKB dipengaruhi dan didorong berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko
maternal dan atau neonatal serta keterlambatan penanganan kasus
emergensi/komplikasi maternal dan neonatal secara adekuat. Salah satu upaya
yang telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB melalui
penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan
dasar adalah melalui Upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam
PONED antara lain peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tim dalam
penyelenggaraan PONED, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan
peralatan, obat dan bahan habis pakai serta manajemen penyelenggaraannya.
12
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan bayi adalah
keterbatasan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana pelayanan, kurangnya
koordinasi, pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai.
Agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi dapat
memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKB maka perlu
dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan fungsinya. PONED di provinsi
Aceh masih belum semuanya berfungsi dengan baik. Belum pernah dilakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan aktifitas Puskesmas
PONED di Provinsi Aceh sehingga menjadi sangat penting untuk dilakukan
penelitian tentang hal tersebut.
Provinsi Aceh?
1) Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dan kontribusi bagi pemerintah
daerah terutama Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit mengenai kebijakan yang
PONED.
14
1) Instansi Kesehatan
(2) Hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam pendekatan dan sosialisasi
mampu PONED.
efisien.
2) Puskesmas PONED
BAB II
2.1.1 Puskesmas
masyarakat.18
kerja.8
2) Pembangunan Kesehatan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3) Penanggungjawab Penyelenggaraan.
kemampuannya.
Mampu Poned
itu diperlukan pula dukungan lintas program dan lintas sektor terkait. Peningkatan
PONED:8,19
17
tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan
neonatal emergensi/komplikasi.
dibutuhkan.
sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat
6) Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas
2) Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah dilatih
3) Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan
dasar.
penyelenggaraan PONED.
sekitarnya.
8) Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk
berlaku.
(6) Dukungan politis dari Pemerintah daerah dalam bentuk regulasi (Perbup,
(dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan
maternal dan neonatal dasar secara tepat dan cepat; 3) Melaksanakan rujukan
secara cepat dan tepat untuk kasus-kasus yang tidak dapat di tangani di
20
puskesmas; 4) Bagi Puskesmas PONED yang tim PONED-nya tidak lengkap lagi,
hal ini melakukan stabilisasi dan segera melakukan rujukan secara benar, cepat
sekurang-kurangnya adalah:
(5) Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang
dan hipotermia.
(4) Culdocentesis
(7) Evaluasi
(1) Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan lahir, sisa plasenta, kelainan
pembekuan darah.
(3) Resusitasi
(4) Stabilisasi
4) Persalinan macet:
lama/exhausted
6) Infeksi nifas:
thrombophlebitis)
24
(4) Drainase abses pada abses mammae dan kolpotomi pada abses pervis
(1) Peletakan bayi pada meja resusitasi dan dibawa radiant warmer
gagal.
(1) Penyebab dan tingkatam gangguan nafas pada bayi baru lahir
darah
6) Ikterus:
(1) Diagnosis ikterus berdasarkan kadar bilirubin serum atau metode kremer
(2) Pemeriksaan klinis ikterus pada hari pertama, hari kedua, hari ketiga dan
(5) Penyinaran
8) Infeksi neonatus:
beberapa unsur penting dalam input sistem seperti dalam faktor sumberdaya
regulasi dan legislative yang berperan banyak dalam mengatur organisasi dan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh fungsi kerja sama lintas sektor lembaga
pihak.21,22
27
dapat berhasil guna maka dipandang penting adanya hubungan antar berbagai
sub sistem dan komponen yang ada. Relasi antar komponen tersebut yaitu
daya yang ada maka organisasi melakukan program untuk medapatkan market
yang ada, sumber pembiayaan untuk membiayai penyedia sumber daya dan
SISTEM KESEHATAN
MANAJEMEN
Perencanaan
Administrasi PENYEDIAA
Regulasi Legislasi
N
SUMBER PELAYANAN
DAYA KESEHATAN
PRODUKSI PROGRAM Pencegahan
Kebutuhan Obat- ORGANISASI Hasil
Kesehatan,
Kesehatan obatan, Menteri Kesehatan, Pelayanan
Departemen Kesehatan, Perawatan
Perbekalan Kesehatan
Pemberdayaan Kesehatan,
Kesehatan, Masyarakat, Swasta dan Pengobatan
SDM, LSM Sekunder,
Upaya Perawatan
Kesehatan Penyakit
SUMBER
PEMBIAYAAN Spesial dan
Individu/Swasta Asuransi
Penerimaan Negara,
Pajak, Bantuan Luar
Negeri
2.3.1 Input
28
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang paling
penting dan tanggung jawab yang paling menantang dalam organisasi layanan
kesehatan. Organisasi layanan kesehatan harus memiliki kinerja yang tinggi dan
sumber daya manusia yang dianggap merupakan faktor yang paling penting dalam
untuk mempersiapkan SDM saat pra bencana, terjadi bencana dan post bencana
modal dan memadainya bahan, jika tanpa SDM sulit bagi organisasi itu untuk
Revolusi KIA, masih dapat ditoleransi bila Tim PONED terdiri dari 1 dokter
29
terdiri dari: 1 dokter umum, 2 bidan, dan 2 perawat, yang siap menangani kasus
kesehatan sekunder memiliki setidaknya seorang dokter medis. Juga hanya 13,1%
dari empat bidan per fasilitas dibandingkan dengan 80% dari pusat-pusat
SDM dengan perannya masing masing, termasuk potensi para mitra kerja yang
tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan
rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim Inti PONED. Kebutuhan tenaga
pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau dirujuk melalui
(1) Tenaga pelaksaana adalah tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim
inti pelaksana PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari
dari 1 orang dokter umum, 1 orang bidan minimal D3, 1 orang perawat
minimal 1 orang. Tenaga tim poned tersebut harus selalu siap (on side)
(2) Bila tenaga dalam Tim Inti tersebut pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib
kesehatan terlatih.
31
(3) Tim Inti PONED harus tinggal di kompleks Puskesmas, bila kondisi tidak
(4) Petugas yang berperan sebagai pengganti anggota Tim Inti Puskesmas
mampu PONED yang pindah, atau karena kebutuhan tambahan juga harus
mengikuti pelatihan.
(5) Apabila kompetensi anggota Tim hasil pelatihan dirasa belum cukup (dari
Kesehatan Kabupaten.
(6) Tim Inti PONED terlatih dan bersertifikat, selanjutnya akan mendapat
Surat Penugasan sebagai Tim Inti PONED oleh Kepala Dinas Kesehatan.
Dalam Surat Penugasan tersebut harus disertai dengan uraian tugas, hak,
2) Tim Pendukung:
ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang
(3) Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai Tim Pendukung Terdiri dari Dokter
(5) Setelah selesai mengikuti magang dan on the job training, akan diberi
tanggung-jawabnya.
(7) Secara berkala bidan desa yang bertugas di desa dan perawat di Puskesmas
pelatihan tambahan.
kerjanya.
1) Petugas dapur
2) Petugas laundry
3) Penjaga malam
4) Cleaning service
34
Puskesmas keliling).
PONED yang belum berjalan, sumber daya manusia belum memenuhi. SDM
secara kuantitas belum memadai dan secara kualitas belum mendapat pelatihan
PONED.27
SDM dengan perannya masing-masing, termasuk potensi para mitra kerja yang
tenaga dimaksud tidak dapat secara tegas dipisahkan dari kebutuhan pelayanan
35
rawat inap lainnya, kecuali untuk kebutuhan Tim Inti PONED. Kebutuhan tenaga
pelayanan kasus yang seharusnya datang dilayani dan atau dirujuk melalui
2) Sarana Prasarana
(1) Sarana
Hasil penelitian Nova Dela Ira Ika Sejati tentang analisis pemanfaatan fasilitas
maka masyarakat tidak akan segan untuk lebih memilih berobat ke puskesmas itu
kelengkapan dan kecukupan alat kesehatan dan obat PONED. Alat dan obat
36
PONED menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh Puskesmas PONED.
faktor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu PONED seoptimal
mungkin adalah sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga dapat menangani
mampu PONED harus mempunyai akses mudah dengan jalan masuk dari luar
baik, maka pelayanan ANC, PNC, KB post partum di unit rawat jalan Puskesmas
merupakan area tindakan secara umum yang dapat digunakan untuk tindakan
lainnya,
7) Ruang perawatan bayi baru lahir disediakan untuk bayi baru lahir pasca
tindakan, bayi baru lahir dengan: BBLR, asfiksia dan kondisi lainnya yang
sekaligus sebagai kamar jaga untuk perawat/bidan jaga (nurse station), dengan
syarat:
(1) Mempunyai akses langsung ke ruang perawatan bayi baru lahir dengan
masalah.
(4) Ruang perawatan pasien: Ruang rawat persalinan dengan 4 tempat tidur
dewasa dan 3-4 box bayi yang akan digunakan sebagai Ruang rawat
gabung dengan hari rawat ±5 hari. Bayi dari ruang perawatan khusus, bila
yang ada
c. Ruang cuci/laundry, tempat jemur dan setrika linen untuk ruang rawat inap
e. Garasi ambulan
tertata baik, rapi, bersih, nyaman dan aman serta memperhatikan sirkulasi
(2) Prasarana
Peralatan sesuai standar dalam jenis dan jumlahnya, harus selalu tersedia
dalam keadaan bersih atau dalam keadaan steril dan siap pakai, antara lain untuk
kelengkapan di:8
2) Ruang tindakan/persalinan
Peralatan medis dan perawatan di fasilitas rawat jalan Ibu dan Bayi, UGD,
Klinik KB, sebagai bagian peralatan yang tidak terpisahkan dari peralatan khusus
PONED harus tersedia lengkap dan terpelihara baik dan siap pakai. Peralatan
penunjang medis sesuai standar. Peralatan non medis sesuai standar, terdiri atas:
klinik KB, berada di fasilitas rawat jalan, masing-masing dilengkapi dengan meja
fasilitas khusus UGD. Perlengkapan di area terbatas (restrictive area), berupa: (1)
ruang persalinan; (3) Tempat tidur dewasa di ruang pemulihan; (4) Lemari alat-
alat medis di ruang penyimpanan alat ; (5) Meja Mayo untuk tempat alat medis
Perawatan Bayi Khusus, didekat ruangan perawat jaga: Diperlukan Box bayi baru
lahir dengan masalah, dan dapat dirawat di Puskesmas atau dipersiapkan untuk
rujukan RS. Apabila diperkirakan bayi dengan masalah dirawat rata-rata 5 hari,
5)/(80% x 365)= 1,04 Box Bayi dengan perlengkapan khusus. Bila bayi lahir
adalah =(61x1)/(80%x365)= 0,21 TT. Untuk ini disediakan Box bayi dengan
perlengkapan khusus. Bila ibu melahirkan dengan tindakan, bayi baru lahir perlu
inap termasuk PONED dalam melaksanakan tugasnya, berupa: (1) Meja tulis dan
kursi; (2) Rak obat dan kulkas untuk penyimpanan obat; (3) Lemari untuk ATK,
(TT) perawatan maternal: mengacu pada contoh perhitungan jumlah pasien yang
prakiraan hari rawat rata-rata 5 hari, Persalinan normal 3 hari, dan persiapan
dirawat selama 3 hari, membutuhkan hari rawat: (175 x 3)=525 OH. angka 175
(65x5)= 325 (OH). Maternal dengan masalah, yang perlu dirujuk lebih lanjut
Jumlah kebutuhan hari rawat untuk ketiga kategori kasus maternal dimaksud,
jumlahnya = 915 (OH). Dengan BOR 80%, maka kebutuhan Tempat Tidur =
915/ (80%x365), akan memerlukan Tempat Tidur dewasa= 3,13 TT, dibulatkan
pasien di Ruang Rawat Inap, sebanyak tempat tidur untuk Ibu. Kursi tunggu
keluarga pasien diluar ruangan rawat inap (teras fasilitas rawat inap), sebagai
kelengkapan ruang rawat inap umumnya. Tempat dan perlengkapan ruangan cuci
linen/laundry: (1) Letaknya harus jauh dari ruang dapur; (2) Perlengkapan
42
neonatal. Tim poned yang minimal terdiri dari seorang dokter umum, seorang
bidan dan seorang perawat harus siap dipanggil untuk penatalaksanaan setiap ibu
hamil, bersalin atau postpartum dan neonatus yang berada dalam kondisi
mengancam jiwa terkait adanya komplikasi. Oleh karenanya tim poned harus
kompeten dalam penanganan kasus tersebut, dan siap 24 jam di tempat fasilitas
pelayanan kesehatan.35,36
43
pelayanan belum seluruhnya tersedia yakni; alat, obat dan infrastruktur. Hal ini
sehingga obat dan alat yang tersedia kadaluarsa serta rusak. Pengelolaan rujukan
kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal belum berjalan dengan baik sesuai
dengan kasus, cenderung melakukan rujukan dini. Situasi ini dapat ditingkatkan
dengan pelatihan staf medis yang ada untuk memberikan pelayanan obstetrik
rumah sakit. Tim adalah sekelompok orang yang bekerja saling bergantung untuk
memanfaatkan kinerja kolektif yang diperlukan untuk menjaga fasilitas siap dan
manajemen kinerja perawat dan bidan sebagai strategi dalam peningkatan mutu
pelayanan.37
44
neonatal harus tersedia dan selalu dalam kondisi siap pakai . Harus ada
pemeriksaan rutin dan teratur terhadap kelengkapan dan kesiapan troli emergensi
pada setiap unit. Hal ini dapat membantu petugas kesehatan dalam penanganan
kasus yang memerlukan kecepatan dan ketepatan. Selain itu, tim PONED
Tim Teknis dan Tim Pendukung Puskesmas Mampu PONED, MoU pelaksanaan
setiap kegiatan dan untuk setiap satuan wilayah kerja, serta berupa penggalangan
kerjasana tim secara lintas sektoral. Penanganan kasus kesehatan yang tepat dan
efektif memerlukan pembagian tugas dan wewenang yang jelas pada setiap
anggota tim.36 Melalui pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
Selain Tim yang dilatih PONED, maka untuk berfungsinya Puskesmas mampu
PONED dalam satu kesatuan sitem rujukan kasus obstetri dan neonatal
kinerja yang dilakukan melalui Lokakarya Mini Puskesmas dan Lokakarya Mini
Triwulanan dengan Lintas Sektoral, maka segala sesuatu yang perlu dibahas
46
tersebut.8
mempunyai STO khusus PONED lengkap, hanya terdiri dari seorang dokter,
kuantitas petugas yang memadai, tidak adanya dana alokasi khusus PONED dan
pemberian dana insentif, fasilitas alat dan obat yang belum memenuhi standar,
birokrasi tidak adanya format pencatatan pelaporan khusus PONED serta belum
ada kerjasama dengan RS PONEK dan organisasi profesi seperti POGI, PDAI,
serta IBI.39
2.3.2 Proses
tingkat dasar, dalam 24 jam sehari atau purnawaktu, dilengkapi dengan rawat
inap, tempat tidur rawat inap, dan alat serta obat-obatan terstandar. Pedoman
47
bahwa Puskesmas Mampu PONED adalah puskesmas rawat inap yang mampu
terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi
nutrisi).8,36,40
48
harus memiliki jarak tempuh yang dekat dan mudah diakses dari lokasi
PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu
PONED sangat tergantung pada kesiapan tim, ketersediaan alat, obat, dan sarana
atau post-partum, persalinan macet, ketuban pecah dini, sepsis, infeksi nifas,
(2) Kasus bayi atau neonatal: gangguan napas pada bayi, asfiksia pada neonatal,
bayi berat lahir rendah, hipoglikemia pada bayi baru lahir, bayi/neonates
tindakan.32
49
Pillay Y, van den Broek N, Moodley J dalam penelitiannya yang berjudul Basic
sulfat, hanya 48% yang memiliki alat refleks hammer. 14 % tidak memiliki alat
refleks hammer tetapi bisa memberikan magnesium sulfat. 30% poned belum
tidak bisa mengelola kasus abortus inkomplit. Hal yang mengherankan 17% tidak
Logic model atau model logika adalah suatu gambaran sederhana dari
dari keadaan tertentu. Logic model merupakan inti dari rangkaian perencanaan,
50
mengevaluasi kebijakan/program/kegiatan.42
Menurut sebagian orang, model logika hanya dipakai dalam proses evaluasi,
namun sebenarnya tidak sesempit itu, karena penggunaan model logika penting
1) Perencanaan
Model logika merupakan sebuah kerangka kerja dan proses perencanaan untuk
menjembatani kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan.
mengarahkan pada kebutuhan inisiasi, hasil akhir yang diharapkan dan bagaimana
2) Pelaksanaan Program
Model logika berperan sebagai dasar untuk membangun rencana manajemen yang
3) Evaluasi
51
menentukan kapan dan hal apa yang dievaluasi sehingga sumber daya evaluasi
kenyataan dari sebuah teori program. Model logika membantu kita untuk fokus
pada proses dan pengukuran outcome yang tepat. Beberapa orang berpikir bahwa
model logika adalah sebuah model evaluasi, karena begitu banyak evaluator yang
menggunakannya.
1) Input, merupakan sumber daya yang digunakan, seperti sumber daya manusia
pengawasan.
4) Outcome, mengukur capaian dari berbagai kegiatan dalam suatu program yang
berperan sebagai dasar untuk membangun rencana manajemen yang lebih detail.
proses, dan fungsi. Logic model merupakan inti dari rangkaian perencanaan,
mengevaluasi kebijakan/program/kegiatan.42
guna maka dipandang penting adanya hubungan antar berbagai sub sistem dan
komponen yang ada. Relasi antar komponen tersebut yaitu tersedianya jenis
sumber daya (manusia maupun fisik), berdasarkan sumber daya yang ada maka
53
Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia masih tinggi. Berbagai upaya
telah dilakukan. Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB
karena itu PONED harus berfungsi dengan baik, agar AKI menurun. Kenyataanya
Penurunan kemajuan dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak
sosialisasi lintas sektor dan belum mempunyai STO khusus PONED lengkap,
hanya terdiri dari seorang dokter, bidan, dan perawat. Aspek ketersediaan sumber
daya belum terpenuhinya kuantitas petugas yang memadai, tidak adanya dana
alokasi khusus PONED dan pemberian dana insentif, fasilitas alat dan obat yang
khusus PONED serta belum ada kerjasama dengan RS PONEK dan organisasi
obstetri neonatal selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, puskesmas menjadi
sub senter rujukan dan pelayanan obstetri neonatal yang diberikan. Komponen
output yaitu aktivitas puskesmas PONED yang optimal dan cakupan penanganan
kasus PONED. Komponen outcome meliputi capaian dari berbagai kegiatan yang
telah selesai dilaksanakan pada jangka pendek atau menengah. Komponen impact
pelaksanaaan PONED.26-28
Aktivitas PONED dapat terlaksana dengan baik jika komponen input dalam
dibawah ini:
Sarana Prasarana
Aktivitas Puskesmas
PONED
Penyelenggaraan Pelayanan
Kegawatdaruratan
Syarat Administrasi
Puskesmas PONED
2.7 Premis-premis
kesehatan.8
aktifitas PONED.8,32
baik.8,15,27
2.8 Hipotesis
(premis 3,4,5,7,8,9)
57
BAB III
Subjek pada penelitian ini adalah Tim inti PONED (Dokter Umum, Bidan,
3.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Tim Inti PONED (Dokter Umum,
3.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Tim Inti PONED (Dokter Umum, Bidan,
yang digunakan adalah kalibrasi item pada instrumen yang stabil dalam ketelitian
sampel yang layak sebanyak 100 orang (64–144 sampel).46 Penggunaan sampel
58
sebanyak 100 orang akan menghasilkan kualitas pengukuran yang stabil dan teliti.
Salah satu faktor yang memengaruhi ukuran sampel dari responden adalah
1) Tim Inti PONED (Dokter Umum, Bidan, Perawat) yang bekerja di puskesmas
yang disediakan.
Tim Inti PONED yang tidak berada di tempat pada saat penelitian
sampled and data are collected at a single moment in time (studi yang mengambil
sampel dari berbagai segmen populasi dan data dikumpulkan pada waktu yang
bersamaan).49
penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk memengaruhi variabel tersebut sehingga
Studi Pendahuluan
Analisis data
Hasil Penelitian
data yang hendak dianalisis. Tabel 3.1 akan menggambarkan secara lengkap
Variabel Bebas
2. Sumber Tenaga kesehatan yang Formulir yang Nominal Sumber daya
daya berfungsi sebagai tim berisi daftar ditransformasi manusia
menjadi
manusia inti pelaksana PONED pernyataan dengan Interval puskesmas
harus yang sudah Skala Guttman (1- berdasarkan nilai
terlatih dan bersertifikat 2) dengan opsi : Ya Logit Person.
dari Pusat Diklat (2), Tidak (1). a. Tersedia, bila >
Tenaga Kesehatan yang nilai 0,00 logit
telah mendapat b.Tidak Tersedia,
sertifikasi sebagai bila < nilai
61
3. Sarana Penyediaan barang fisik Formulir yang berisi Ordinal Sarana Prasarana
Prasarana yang tidak habis pakai daftar pernyataan ditransformasi puskesmas
menggunakan skala menjadi
dan habis pakai oleh Interval berdasarkan nilai
puskesmas mampu likert 3 opsi yaitu Logit Person.
sudah tersedia (3),
PONED dalam a. Tersedia, bila >
cukup tersedia (2),
pelayanan nilai 0,00 logit
kurang tersedia (1).
kegawatdaruratan b.Tidak Tersedia,
obstetrik neonatal bila < nilai
0,00 logit
4. Penyeleng Pelaksanaan pelayanan Formulir yang Ordinal Penyelenggaraan
garaan kegawatdaruratan berisi pernyataan ditransformasi pelayanan
dari persepsi menjadi
pelayanan maternal dan neonatal, Interval berdasarkan nilai
responden.
kegawatda respon emergensi Logit Person.
Formulir dengan
ruratan terhadap kasus Skala Likert (1-4) a. Tersedia, bila >
kegawatdaruratan dengan opsi : nilai 0,00 logit
Selalu (4), Sering b.Tidak Tersedia,
(3), Kadang- bila < nilai
Kadang (2), Tidak 0,00 logit
Pernah (1).
1) Kuesioner
modifikasi pertanyaan yang telah memenuhi syarat uji validitas dan reliabilitas
Formulir pengumpulan data pada bagian awal berisi data responden yang
puskesmas PONED yang terdiri dari 8 pernyataan, sarana prasarana yang terdiri
menggunakan model data dikotomi dengan jenis soal uraian menggunakan skala
Guttman dan data politomi dengan jenis soal uraian menggunakan skala peringkat
Sementara untuk mendapatkan data pada variabel sumber daya manusia dan
2) Observasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih kongkrit dan relistik.
3) Studi dokumentasi
yang memiliki nilai penting dari berbagai risalah atau sumber formal baik pada
lokasi penelitian maupun diluar instansi yang ada hubungannya dengan penelitian.
Dalam penggunaan alat analisis kuesioner, maka uji validitas wajib untuk
dilakukan. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
pertanyaan tersebut harus dapat menggambarkan sesuatu yang akan diukur. Pada
penelitian ini tidak dilakukan uji validitas ulang, karena peneliti memodifikasi
dari kuesioner yang diadopsi dari pedoman PONED Dekpes RI dan instrumen
penilaian kinerja di puskesmas oleh USAID, yang sebelumnya sudah diteliti dan
1) Persiapan.
050.1/3257/IX/2016.
2) Pengumpulan data
(1) Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak instansi yang ditetapkan sebagai
(3) Pada waktu yang telah disepakati dengan pihak responden, peneliti beserta tim
pengumpul data mengambil instrument yang telah selesai diisi tersebut, sambil
terlewatkan / tidak dijawab, jawaban yang tidak jelas, tulisan yang tidak
(4) Seluruh kuesioner tersebut dikumpulkan dan peneliti menetapkan lebih lanjut
3) Pengolahan Data.
keseragaman data.
merupakan alat analisis yang dapat menguji validitas (kesalahan) dan reliabilitas
66
instrumen riset, bahkan dapat menguji kesesuaian person dan item secara
simultan.46,49
mendapatkan hasil yang valid, yaitu: 1) unit kuantitas terukur, 2) konsep yang
mampu memberikan skala liner dengan interval yang sama; dapat melakukan
prediksi terhadap data yang hilang; dapat memberikan estimasi yang lebih tepat;
yang replicable.46,47,52
Model Rasch mampu mengubah data ordinal menjadi interval dengan cara
dalam bentuk Equal dan Interval yang ditampilan dalam bentuk nilai logit
(logaritma odds digit) measure. Nilai logit measure inilah yang kemudian peneliti
gunakan untuk analisis dengan menggunakan perangkat SPSS versi 17.0 (analisis
karakteristik profesi, puskesmas dan kabupaten. Selain itu pada bagian ini akan
persentase dari persepsi responden tim inti PONED pada formulir pengumpulan
responden dalam memberikan pernyataan dan jawaban dengan melihat nilai logit
responden perlu analisis uji beda untuk mengetahui perbedaan secara statistik
dependen yaitu aktifitas puskesmas PONED dan berapa kuat hubungan tersebut
jika dihubungkan.48 Data hasil pengukuran dari formulir pengumpulan data yang
rasio odd. Menurut Boone, dkk (2014) data dapat dianalisis dengan statistik
parametrik apabila data memiliki skala interval yang sama.52 Artinya data logit
yang dihasilkan dari analisis dengan pemodelan Rasch memenuhi kriteria untuk
dengan uji korelasi pearson menggunakan program komputer SPSS versi 21.
semua variabel independen dan confounding dengan serentak satu langkah dengan
menunjukkan seberapa besar pengaruh dari beberapa variabel bebas dan terikat.
1
P(Y) =
1+ ecp−(a+b1x1+b2x2+b3x3+….bixi)
Tempat dan waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
2016.
69
permohonan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Propinsi Aceh. Penelitian ini
responden untuk ikut serta dalam penelitian ini secara sukarela, responden sudah
kerahasian data, penyulit, dan kompensasi serta contec person yang bisa
dihubungi bila ada yang perlu didiskusikan sehubungan dengan penelitian. Subjek
pemeriksaan obeservasi dan pertanyaan dari kuesioner, Oleh karena itu peneliti
harus memperhatikan kondisi fisik dan waktu luang aktifitas responden. Penelitian
ini sangat bermanfaat bagi responden, baik kelompok kasus maupun kelompok
70
kontrol karena akan mendapatkan keilmuan yang sama, sehingga bagi kedua
3) Keadilan (justice)
apabila terdapat hal yang perlu didiskusikan oleh subjek penelitian. Beberapa
mengundurkan diri dari penelitian ini. Penelitian ini akan dilaksanakan setelah
BAB IV
Aceh, memiliki luas wilayah 56.758,85 km2 atau 5.675.850 Ha (12,26 persen dari
luas pulau Sumatera), wilayah lautan sejauh 12 mil seluas 7.479.802 Ha dengan
garis pantai 2.666,27 km2. Secara administratif pada tahun 2009, Provinsi Aceh
topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan
berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah. Daerah
gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan
Topografi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, keadaan tanahnya terdiri
dengan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Utara Provinsi Aceh terdiri dari 19 Puskesmas yang tersebar di setiap Kabupaten.
Pada Kabupaten Aceh Utara Puskesmas Seunedon tidak dilakukan penelitian oleh
karena sedang dalam pembangunan infrasuktur gedung baru, yang ada pada saat
penelitian hanya satu gedung yang difungsikan sebagai tempat layanan umum dan
sebesar 5,6%, hal ini terjadi oleh karena dokter yang ditugaskan sebagai tim inti
PONED pindah tugas khususnya dokter PTT yang dikontrak berdasarkan batas
waktu tertentu, sebagian dokter tidak berperan dalam pelayanan (sebagai kepala
Sedangkan tenaga perawat tidak menjadi responden karena tim inti PONED yang
dikirim untuk pelatihan sebagian besar adalah bidan dan dokter, ada beberapa
perawat yang dikirim untuk pelatihan PONED namun tidak bertugas di bagian
Aceh Utara sebesar 16,7%, Kabupaten Bireuen sebesar 50%, Kabupaten Pidie
2. Puskesmas
Lhoksukon 4 (5,6%)
Muara Batu 4 (5,6%)
Nisam 4 (5,6%)
Samalanga 4 (5,6%)
Peusangan Selatan 4 (5,6%)
Peusangan 4 (5,6%)
Jeunib 4 (5,6%)
Kuta Blang 4 (5,6%)
Makmur 4 (5,6%)
Gandapura 4 (5,6%)
Peudada 4 (5,6%)
Juli 4 (5,6%)
Bandar Dua 4 (5,6%)
Meureudu 4 (5,6%)
Bandar Baru 4 (5,6%)
Tangse 4 (5,6%)
Reubee 4 (5,6%)
Kembang Tanjong 4 (5,6%)
3. Kabupaten
Aceh Utara 12(16,7%)
Bireuen 36(50,0%)
Pidie Jaya 12(16,7%)
Pidie 12(16,7%)
Jumlah 72 (100)
antara lain Kabupaten Aceh Utara sebesar 16,7%, Kabupaten Bireuen sebesar
50%, Kabupaten Pidie Jaya sebesar 16,7% dan Kabupaten Pidie sebesar 16,7%.
-1 +
XX |S
| AK1 SANGAT MUDAH DILAKSANAKAN
AKTIF
| AK2
-2 +
Skala <less>|<frequ>
Logit
Peta Wright Gambar 4.1 menunjukkan bahwa terdapat satu item yang sangat
susah dilaksanakan, kode AK9 (+2,18 logit) dengan isi item pertanyaan
terdapat dua item yang sangat mudah dilaksanakan yaitu kode AK1 (-1,35 logit)
dan AK2 (-1,65 logit), dengan isi item pertanyaan "puskesmas memberikan
JULI
KEMBANG TANJONG
PEUSANGAN SELATAN
-1 +
NISAM
S| QQ
JEUNIB
MEUREUDU
LHOKSUKON
SAMALANGA
REUBEE
MAKMUR
PEUDADA
|
BANDAR DUA
GANDAPURA
TANGSE
KUTA BLANG
BANDAR BARU
PEUSANGAN
MUARA BATU
XX |
-2 +
Skala Logit <frequ>|<less>
Peta Wright Gambar 4.2 menunjukkan bahwa persentase yang lebih aktif
masing-masing (100%), Peusangan 75% dan Tangse 50%. Sedangkan yang tidak
aktif dalam pelaksanaan Poned adalah Peusangan (25%), Tangse (50%) dan
Reubee (100%).
76
Utara Provinsi Aceh terdapat 15 puskesmas Poned yang aktif (83,3%) dan 3
Puskesmas PONED
|S
TIDAK TERSEDIA
# | MUDAH DIPENUHI
| S2
-2 T+
| S1
S1
## |
|T SANGAT MUDAH DIPENUHI
-3
Skala Logit <less>|<frequ>
Gambar 4.3 Peta Wright Item Sumber Daya Manusia Puskesmas PONED
Peta Wright Gambar 4.3 menunjukkan bahwa terdapat satu item yang sangat
susah dipenuhi, kode S5 (+1,71 logit) dengan isi item pertanyaan "tim pendukung
sudah mengikuti on the job training bersama dengan tim inti pelaksana" dan
77
terdapat satu item yang sangat mudah dipenuhi yaitu kode S1 (-2,23 logit), dengan
isi item pertanyaan "ketersediaan tim inti pelaksana PONED minimal yaitu 1
KEMBANG TANJONG
PESANGAN SELATAN
| QQQQ
T|
-3 + C
Skala <frequ>|<less>
GANDAPURA
PEUDADA
logit
SAMALANGA
KUTA BLANG
MAKMUR
JULI
JEUNIB
BANDAR DUA
NISAM
PEUSANGAN
LHOKSUKON
REUBEE
BANDAR BARU
MUARA BATU
TANGSE
MEUREUDEU
Tangse (50%).
78
wilayah bagian Utara Provinsi Aceh terdapat 13 puskesmas Poned yang tersedia
Tabel 4.4 Distribusi Sumber Daya Manusia Terlatih dan Tidak Terlatih
KARAKTERISTIK Jumlah Terlatih Tidak Terlatih
N % N %
Profesi Dokter 4 3 75 1 25
Bidan 68 28 41,1 40 58,9
Perawat 0 0 0 0 0
Keseluruhan Responden 72 31 43 41 57
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang terlatih adalah
bidan (41,1%) dan dokter (75%). Sumber daya manusia yang terlatih secara
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor sumber daya
lemah.
PONED
jawaban, yaitu: sangat mudah dipenuhi, mudah dipenuhi, susah dipenuhi, dan
|
| S2L S3B S8C S8D
TIDAK TERSEDIA
-2 + S3C S3D S3E S3I S3L S3M S3O S3T S3X S3Z S3AB
S3AE S3AF S10C S10D
|T
|
-3 + S S S S S S
Skala LogiT <less>|<frequ> SANGAT MUDAH DIPENUHI
80
Peta Wright Gambar 4.5 menunjukkan bahwa terdapat lima kelompok item
yang sangat susah dipenuhi dengan isi item pertanyaan "obat valium pada kuret,
abocath no.14, no. 16, tranfusi set, Lasix injeksi pada tranfusi darah, gentamicin
gentamisin 80mg dan ampisilin pada obat-obatan vakum ekstraksi" dan terdapat
satu kelompok item yang sangat mudah dipenuhi dengan isi item pertanyaan
ruang tindakan obstetrik dan neonates, ruang perawatan pasca persalinan, ruang
KUTA BLANG
PEUSANGAN SELATAN
KEMBANG TANJONG
SAMALANGA
PEUSANGAN
BANDAR DUA
LHOKSUKON
JEUNIB
GANDAPURA
MEUREUDEU
BANDAR BARU
NISAM
MAKMUR
PEUDADA
REUBEE
JULI
TANGSE
wilayah bagian Utara Provinsi Aceh terdapat 16 puskesmas Poned yang tersedia
Umum.
| P2
KURANG
| P6 MUDAH DILKSANAKAN
-2 +
T|
-3 +
| P1
|S
-4 +
83
|
-5 ## +
Skala Logit <less>|<frequ>
Peta Wright Gambar 4.7 menunjukkan bahwa terdapat satu item yang sulit
latihan/demo tim emergensi obstetri pada kasus syok, perdarahan post partum,
eklampsia, dan resusitasi neonates secara rutin dilengkapi dengan daftar hadir
peserta" dan terdapat enam item yang mudah dilaksanakan, kode P3 (-0,70 logit),
P4 (-0,75 logit), P5 (-0,51 logit), P2 (-1,34 logit), P6 (-1,68 logit), P1 (-3,38 logit)
dengan isi item pertanyaan "puskesmas memiliki jadwal shift, siap dipanggil,
peralatan dan perlengkapan tersedia dan siap pakai, pemeriksaan rutin kesiapan
alat, terdapat buku catatan serah terima alat dan obat, terdapat poster
penatalaksanaan emergensi".
84
S| BAIK
3 + AA EE GG JJJJ KK NNNN
|M
| BB D F G I K LLL P
2 +
| CC I L MMMM
| C FF OOO P RRR
1 + R
| F P Rata-rata logit
0 M+S
| C p aitem 0,0 logit
XXX |
-1 +
X |
X |
-2 + KURANG
|T
-3 +
X |
S|
-4 +
|
-5 + QQQQ
Skala Logit<frequ>|<less>
MUARA BATU
SAMALANGA
PEUSANGAN SELATAN
PEUSANGAN
KUTA BLANG
KEMBANG TANJONG
BANDAR BARU
LHOKSUKON
JEUNIB
BANDAR DUA
MEUREUDEU
GANDAPURA
NISAM
MAKMUR
PEUDADA
REUBEE
JULI
TANGSE
(100%). Sedangkan yang tidak baik adalah Nisam (25%), Tangse (25%) dan
Tangse (100%).
6 Syarat Administrasi
jawaban, yaitu: sangat mudah dipenuhi, mudah dipenuhi, susah dipenuhi, dan
|S A3
T|
-3 +
TIDAK MENDUKUNG
| A4
-4 ## + SANGAT MUDAH DIPENUHI
<less>|<frequ>
86
Peta Wright Gambar 4.9 menunjukkan bahwa terdapat satu item yang sangat
susah dipenuhi, kode A8 (+6,90 logit) dengan isi item pertanyaan "ada jadwal
dan terdapat satu item yang sangat mudah dipenuhi yaitu kode A4 (-3,74 logit),
dengan isi item pertanyaan "ada MoU penyelenggaraan PONED antara puskesmas
KUTA BLANG
SAMALANGA
PEUSANGAN SELATAN
PEUSANGAN
KEMBANG TANJONG
BANDAR DUA
LHOKSUKON
JEUNIB
GANDAPURA
BANDAR BARU
MEUREUDEU
NISAM
MAKMUR
PEUDADA
REUBEE
JULI
TANGSE
Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4.24 dapat diuraikan sebagai berikut:
Wilayah Bagian Utara Provinsi Aceh. Nilai korelasi sebesar 0,367 yang
korelasi yang tidak signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa tidak
Wilayah Bagian Utara Provinsi Aceh. Nilai korelasi sebesar 0,469 yang
puskesmas PONED) dengan nilai p<α dengan demikian dapat dilanjutkan dengan
Tabel 4.25 Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Antara Sumber
Daya Manusia, Penyelenggaraan Pelayanan
Kegawatdaruratan, Syarat Administrasi dan Aktivitas
Puskesmas PONED
Berdasarkan hasil analisis statistik, maka pembuktian dari hipotesis yaitu akan
Hipotesis 1
PONED.
Bagian Utara Provinsi Aceh dengan nilai p=0,002 (nilai p≤0,05), nilai korelasi
Hipotesis 2
PONED.
Wilayah Bagian Utara Provinsi Aceh dengan nilai p=0,619 (nilai p≥0,05), nilai
Hipotesis 3
PONED di Wilayah Bagian Utara Provinsi Aceh dengan nilai p=0,000 (nilai
Hipotesis 4
Utara Provinsi Aceh dengan nilai p=0,000 (nilai p≤0,05), nilai korelasi sebesar
PONED
sumber daya manusia yang sangat susah untuk dipenuhi oleh responden adalah
"tim pendukung sudah mengikuti on the job training bersama dengan tim inti
pelaksana". Dalam penelitian ini on the job training bersama tim inti pelaksana
PONED tidak dilaksanakan, tim inti yang telah mendapatkan pelatihan tidak
dimiliki dan standar oprasional prosedur yang telah ditetapkan oleh puskesmas.
93
Tim inti Untuk menjadi tim PONED tidak memiliki persyaratan khusus dan
tidak ditentukan dari lama kerjanya karena tim PONED ditunjuk langsung oleh
kepala puskesmas dan telah mendapatan pelatihan PONED. Namun tim PONED
tidak seluruhnya bekerja di bagian PONED, hal ini terjadi oleh karena dokter,
bidan dan perawat yang sudah dilatih PONED ada yang ditempatkan di bagian
lain (mutasi internal puskesmas) dan pindah tugas. Dengan tidak adanya pelatihan
ataupun ketrampilan sebagai tim PONED dan tidak adanya sosialisasi terhadap
Hasil analisis pada tabel 4.24 diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di
puskesmas PONED sudah cukup dan memenuhi syarat minimal. Jumlah tim
PONED telah memadai, namun kualifikasi untuk tim PONED belum sesuai yaitu
tidak semua tim memiliki tenaga minimal 1dokter dan 1 perawat. Setiap
tenaga tersebut terdiri dari bidan yang sudah dilatih Poned dan belum dilatih
Poned, PNS dan honorer puskesmas dan ada juga yang melibatkan tenaga bidan
desa untuk bertugas di bagian Poned. Sedangkan tenaga Dokter tidak hanya
bertugas dibagian PONED tetapi sebagai dokter Jaga puskesmas yang bertugas di
IGD yang siap dipanggil ke bagian PONED bila ada tindakan ataupun pelayanan
yang dibutuhkan.
kunci kesehatan yang sering terjadi, khususnya dokter yang umumnya adalah
dokter PTT yang dikontrak berdasarkan batas waktu tertentu, tempat tinggal
anggota tim PONED jauh dari Puskesmas sehingga tidak bisa merespons cepat
bekerja sendiri namun sangat diperlukan orang yang lebih kompeten dan
seorang dokter. Tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu faktor penting
yang berkontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu dan salah satu
PONED
sarana prasarana yang sangat susah dipenuhi adalah prasarana kuret yaitu obat
valium, tranfusi darah yaitu abocath no. 14 dan no.16, tranfusi set, lasix injeksi,
95
pemberian antibiotik yaitu gentamicin 80 mg, resusitasi bayi yaitu lasix injeksi
pelayanan puskesmas mampu Poned, sarana dan fasilitas harus tersedia dengan
secara umum tersedia alat vakum ekstraksi dan kuret set namun tidak pernah
persalinan dengan alat tersebut. Penyediaan obat guna penatalaksanaan pre dan
eklamsi secara dini di puskesmas PONED yang belum memadai adalah obat anti
semua ada namun obat tersebut secara kualitas tidak layak lagi karena telah
kadualuarsa, hal ini karena jumlah kasus yang sedikit. Hasil observasi penempatan
obat-obatan ini juga tidak pada tempat khusus yang mudah dijangkau oleh petugas
pada saat dibutuhkan atau tersimpan pada tempat yang aman untuk menjaga
kualitas obat.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.24, kondisi fisik bangunan pada
sebagian besar puskesmas dalam kondisi baik, kebersihan umum dan perawatan
baik, ruangan dan tempat pertolongan persalinan cukup, namun pada puskesmas
Muara Batu, Tangse masih ada yang belum memiliki infrastruktur lengkap karena
terpisah dengan puskesmas induk. Setting tempat antara ruangan satu dengan
96
ruang lainnya juga masih belum sesuai dan tidak cukup memberikan ruang gerak
dan kenyamanan bagi pasien maupun petugas, karena letak atau jarak antara ruang
Batu, Bandar Baru dan Kuta Blang) sedang dilakukan renovasi gedung dan saat
ini masih dalam kondisi baik dan layak. Ketersediaan kamar mandi bagi pelayanan
bersalin dan kamar mandi tidak dalam satu lokasi. Jarak antara ruang unit
kegawatdaruratan dan bangsal bersalin tidak seluruhnya dalam satu lokasi yang
strategis. Fasilitas listrik dan penerangan pada puskesmas PONED terpenuhi baik,
kecuali Puskesmas Muara Batu yang masih terpisah dengan puskesmas induk.
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan anatara sarana prasarana dengan
spesifik daerah, alat dan obat PONED menjadi salah satu syarat yang harus
dengan baik.31
komplikasi obstetri seperti vakum ekstraksi, resusitasi dan alat kuret wajib
tersedia. responden dari puskesmas menyatakan tidak memilki fasilitas alat yang
lengkap dimana pada dasarnya alat–alat yang belum lengkap sebenarnya ada
97
namun karena alat tidak pernah difungsikan atau tersimpan digudang dan belum
pernah difungsikan sehingga dapat dikatakan masih baru tapi kondisi rusak.
PONED dengan cara pengajuan usulan obat dan alat sesuai kebutuhan Puskesmas
semuanya bisa terealisasi dengan segera pada tahun yang sama. Pemenuhan
terhadap permintaan obat sering lebih sedikit daripada usulan yang diberikan.
sedikit yang terealisasi. Ketersediaan sarana dan prasarana yang baik merupakan
Puskesmas PONED
puskesmas melakukan latihan atau demo tim emergensi obstetri pada kasus syok,
perdarahan post partum, eklampsia dan resusitasi secara rutin dilengkapi dengan
daftar hadir peserta. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak pernah dilaksanakan di
maternal dan neonatal, tim poned siap siaga dan memiliki daftar shift jaga yang
terbagi dalam tiga jadwal dinas yaitu pagi, sore dan malam. Tim inti poned
memiliki jadwal khusus on call diluar jadwal jaga dan harus siap dipanggil untuk
penatalaksanaan setiap ibu hamil, bersalin atau postpartum dan neonatus yang
neonatal tersedia dan selalu dalam kondisi siap pakai. terdapat pemeriksaan rutin
pada saat pergantian jadwal jaga PONED dan memiliki buku catatan serah terima.
kesehatan.29
obstetrik dan neonatal pada delapan belas puskesmas tidak seluruhnya terpasang
ditempat yang strategis, ada yang tersimpan dalam folder map atau dalam bentuk
99
SOP dalam pelayanan PONED, untuk pelayanan obstetri dan neonatal telah
tidak semua staf puskesmas mengerti tentang SOP. Standar operasional prosedur
secara benar. Sebagian besar komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan
berlangsung. Untuk itu tenaga kesehatan yang terampil dan profesional diperlukan
kehamilan dan persalinan secara cepat tepat dan benar dan mampu mengenali
adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan
penanganan tepat waktu untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi. Kurangnya
PONED
100
syarat administrasi yang sangat susah dipenuhi adalah terdapatnya jadwal rutin
penelitian ini semua puskesmas PONED tidak memiliki jadwal rutin dan tidak
puskesmas PONED belum ada umpan balik pembinaan dari Rumah Sakit/ dinas
PONED yang terencana sangat bagus tidak berjalan dengan optimal karena tidak
ada monitoring dan evaluasi. Keberhasilan program PONED dapat dicapai dengan
spesialis anak dan IBI). Kegagalan program ini seringkali ditemui karena masih
Frekuensi supervisi diharapkan lebih dari 2 kali, dengan manfaat yang dapat
diambil adalah kesalahan yang ditemukan dapat segera diperbaiki atau dapat
melaksanakan tugas dengan baik dan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kerja.
Hasil analisis pada tabel 4.24, diketahui bahwa laporan dan pencatatan pada
efektif dan efisien pencatatan semua persalinan yang ditangani baik normal dan
patologis tercatat dibuku laporan dan kohort. Pencatatan yang sudah dilakukan di
apabila terjadi kematian baik ibu dan bayi yang dipergunakan untuk Audit
Maternal dan Perinatal. Evaluasi kinerja secara khusus kegiatan PONED tidak
supervisi dari Dinas Kesehatan Kabupaten (tanpa jadwal rutin), supervisi hanya
dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja yaitu seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes)
kebidanan, dokter spesialis anak dan organisasi profesi (IBI) dan supervise oleh
Dinas Kesehatan provinsi satu tahun sekali. Supervisi juga diketahui berjalan
efektif. Hal ini juga merupakan hal penting untuk dilakukan dalam mendukung
jika ada sesuatu yang terjadi yang dapat menghambat proses PONED dapat
ditangani dengan cepat, dan pemerintah dapat mengetahui dan menemukan jalan
keluar yang tepat. Selain itu dapat pula sebagai panduan untuk mengetahui angka
supervisi atau akses untuk mendapatkan pelayanan dokter spesialis saat terjadi
emergensi, karena dokter spesialis tidak berada di tempat atau sibuk di RSUD,
setiap kegiatan dan untuk setiap satuan wilayah kerja, serta berupa penggalangan
kerjasana tim secara lintas sektoral. Penanganan kasus kesehatan yang tepat dan
efektif memerlukan pembagian tugas dan wewenang yang jelas pada setiap
Poned. Supervisi dilakukan secara berjenjang dan terpadu dengan pihak terkait
program KIA. Evaluasi dilakukan pada tiap semester. Hasil evaluasi ini akan
disampaikan kepada pihak terkait baik lintas program maupun lintas sektor untuk
pelatihan, dan dengan adanya koordinasi yang cukup dari pihak puskesmas
maupun dari dinas kesehatan, serta yang didukung juga oleh sarana prasarana
obstetri dan neonatal dapat dilaksanakan dan dapat menangani kasus komplikasi
dengan baik.27,37,51
103
Puskesmas PONED
dibandingkan dengan faktor lainnya, hal ini berkaitan dengan Sebagian besar
komplikasi obstetri terjadi pada saat persalinan berlangsung. Untuk itu tenaga
secara cepat tepat dan benar dan mampu mengenali adanya komplikasi yang dapat
mengancam jiwa ibu dan sekaligus melakukan penanganan tepat waktu untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan bayi dan siap 24 jam di tempat fasilitas pelayanan
kesehatan.35,36
puskesmas PONED di Wilayah Bagian Utara Provinsi Aceh, hal tersebut sesuai
puskesmas PONED yang ada di wilayah bagian utara Provinsi Aceh. Sistem
104
yang ditangani sehingga obat dan alat yang tersedia kadaluarsa serta rusak.
Situasi ini dapat ditingkatkan dengan pelatihan staf medis yang ada untuk
diperlukan untuk menjaga fasilitas siap dan bersedia untuk menyediakan cepat
dan efektif tanggap darurat. Pengembangan manajemen kinerja perawat dan bidan
sebagai strategi dalam peningkatan mutu klinis, bahwa advokasi dan komitmen
Bagian Utara Provinsi Aceh. Pada penelitian ini masih memiliki keterbatasan
yaitu hanya memberi gambaran di wilayah bagian Utara Provinsi Aceh dan tidak
PONED dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal sumber
BAB V
5.1 Simpulan
Propinsi Aceh.
5.2 Saran
Provinsi Aceh dan penelitian yang lebih mendalam dengan meneliti variabel
1) Instansi Kesehatan
(1) Perlu membentuk regulasi kebijakan dalam bentuk Surat Keputusan atau
Organisasi Profesi (IBI dan IDI), LSM, dan intansi lintas sektor terkait
dengan baik.
(3) Perlu upaya peningkatan mutu dan kemampuan SDM pelaksana program
rumah sakit. Perlu melakukan advokasi kepada Bupati dan DPRD untuk
Puskesmas PONED.
107
Poned.
PONED dengan membentuk tim yang terdiri dari dokter, bidan dan
DAFTAR PUSTAKA
10. Bappeda Provinsi Aceh. Rencana Jangka Panjang Aceh (RPJP Aceh) Tahun
2005-2025.
12. Heny Lestary EL. Kesiapan Puskesmas PONED di Lima Regional Indonesia.
Media Litbangkes. 2014;24(1):36-41.
109
15. Ameh C, Msuya S, Hofman J, Raven J, Mathai M, Broek N Van Den. Status
of Emergency Obstetric Care in Six Developing Countries Five Years before
the MDG Targets for Maternal and Newborn Health. 2012;7(12):9-15.
17. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
18. Permenkes RI. PMK No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. 2014. 2014:1-
24.
19. Dinkes Provinsi Jawa Barat. Laporan Pengelolaan Dan Analisis Data
Puskesmas Mampu Poned Provinsi Jawa Barat. Vol 53. Bandung: Dinkes
Provinsi Jawa Barat; 2015.
21. A.A Gde Muninjaya. Manajemen Kesehatan. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2004.
24. Sutrisno E. Manajemen Sumber Daya Manusia. 1st ed. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group; 2009.
26. Welfare S, Plan SO. Health Facility Assessment of Emergency Obstetric &
Neonatal Care Services ( EmONC ) in Kigoma Region , Tanzania : Selected
110
Findings. 2015:1-33.
28. Mirkuzie et al. Current evidence on basic emergency obstetric and newborn
care services in Addis Ababa, Ethiopia; a cross sectional study. BMC
Pregnancy Childbirth. 2014;14(1):1-8.
30. Dela Nova Ira Ika Sejati. Analisis pemanfaatan fasilitas kesehatan puskesmas
oleh masyarakat di kecamatan ngrampal kabupaten sragen. 2013:1-16.
35. CDC, USAID, Pepfar. Saving Mothers , Giving Life Emergency Obstetric
and Newborn Care : Access and Availability. 2014.
36. Path. Basic Emergency Obstetric Care : First Response Prepared for the
Merck for Mothers Program. 2012;(February):1 of 11. www.path.org.
40. USAID. Petunjuk Praktis Magang Di RSUD Bagi Dokter Dan Bidan
Puskesmas. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014.
41. Pattinson RC, Makin JD, Pillay Y, van den Broek N, Moodley J. Basic and
comprehensive emergency obstetric and neonatal care in 12 South African
health districts. South African Med J. 2015;105(4):256-260.
42. McCawley Paul F. The Logic Model for Program Planning and Evaluation.
Universitas of Idaho Extension; 2013.
44. Cooksy, L.J., Gill, P., & Kelly P. The program logic model as an integrative
framework for a multimethod evaluation. Eval Program Plann. 2001.
45. Dinkes Provinsi Jawa Barat. Laporan Pengelolaan Dan Analisis Data
Puskesmas Mampu PONED Provinsi Jawa Barat. Bandung
49. Awadalla HI, Kamel EG. Evaluation of maternal and child health services in
El-Minia City , Egypt. 2009:321-329.