Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya

tanpa risiko, yang merupakan beban bagi seorang wanita. Mortalitas dan

Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin masih merupakan masalah besar

di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Agar meminimalkan

resiko yang terjadi maka dilakukan asuhan yang berkelanjutan berkaitan

dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu (Continuity Of Care).

Kontinuitas asuhan berakar dari kemitraan pasien dan bidan dalam jangka

panjang dimana bidan tahu riwayat pasien dari pengalamannya dan dapat

mengintegrasikan informasi baru dan dapat mengambil tindakan yang

efisien tanpa penyelidikan mendalam atau review catatan. Kontinuitas

asuhan dipimpin oleh bidan dan dalam pendekatanya bidan bekerjasama

dengan tim kesehatan lainya. Asuahan ini diberiakan mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, BBL, neonatus, dan KB. ( Firaya, dkk, 2013 )

Semua kehamilan mempunyai resiko / potensial terjadinya

patologis. Salah satu contoh kasus patologi pada trimester III adalah

Ketuban Pecah Dini. Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Selaput ketuban yang membatasi

rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat kaitannya.

Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim, dan sel
trofloblas yang terikat erat dalam matriks kolagen. Selaput ketuban

berfungsi menghasikan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.

( Prawirohardjo, 2013 : 677 ).

Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir

diantaranya Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai

kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain

itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia

tumbuh kembang sellanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan

yang tinggi. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini

masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab

kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan

15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih

sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.

Statistik menunjukan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada

bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. ( Atikah dan Cahyo, 2010 )

Berdasarkan WHO pada tahun 2013 setiap hari sekitar 800 perempuan

meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran. Hampir semua

kematian ini, dan sebagian besar bisa dicegah. (WHO, 2014). Pada tahun

2013 di Indonesia (95,4%) ibu hamil sudah melakukan pemeriksaan

kehamilan (K1) dan K4 sebesar 70,4 %. Tenaga yang paling banyak

memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan


ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%). Hasil Riskesdas

2013, persalinan di fasilitas kesehatan adalah 70,4 % dan masih terdapat

29,6 % di rumah/lainnya. Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten (dokter spesialis, dokter umum dan bidan) mencapai 87,1%,

namun masih bervariasi antar provinsi.81,9 % ibu bersalin yang mendapat

pelayanan nifas pertama pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah

melahirkan (KF1), periode 7 sampai 28 hari setelah melahirkan (KF2)

sebesar 51,8 % dan periode 29 sampai 42 hari setelah melahirkan (KF3)

sebesar 43,4 %. Akan tetapi angka nasional untuk KF lengkap yang

dicapai baru sebesar 32,1%. (Riset Kesehatan Dasar 2013).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab yang paling sering

pada saat mendekati persalinan. Angka insidensi ketuban pecah dini pada

tahun 2010 berkisar antara 6-10 % dari semua kelahiran. Angka kejadian

KPD yang paling banyak terjadi ada kehamilan cukup bulan yaitu 95 %,

sedangkan pada kehamilan prematur terjadi sedikit 34 %. ( Kartika Eri dan

Henni Juaria, 2013 ). Prevalensi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) berkurang dari 11,1 % tahun 2010 menjadi 10,2 % tahun 2013

(Riset Kesehatan Dasar 2013).

Pada tahun 2013 di Provinsi Jawa Timur Angka Kematian Ibu

sejumlah 642 jiwa. Dari data tahun 2012 sampai 2013 didapati Angka

Kematian Ibu meningkat. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) di

Provinsi Jawa Timur antara lain: perdarahan 21,81 %,


eklampsia/preeklampsia 36,29 %, jantung 12,93 %, infeksi 22,90 %, dan

penyebab lain 6,07 %. (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2013).

Pada tahun 2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Kediri

sejumlah 34 jiwa. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu di Kabupaten

Kediri antara lain karena preeklampsia atau eklampsia 32,4%, perdarahan

8,1%, sepsis atau infeksi 5,4%, partus lama 2,7% dan lain-lain 51,4%.

(Dinkes Kabupaten Kediri, 2013).

Di Puskesmas Kepung pencapaian sampai dengan bulan Oktober

2014 cakupan K1 sebanyak 601 (82,90%) ibu hamil dari sasaran 725

(100%) ibu hamil. Cakupan K4 sebanyak 557 (76,83%) ibu hamil dari

sasaran 725 (90%) ibu hamil. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

sebanyak 570 (82,25%) ibu dari sasaran 693 (85%). Cakupan ibu hamil

resiko tinggi adalah 92 (12,97%) ibu dari sasaran 145 (20%). Cakupan

kunjungan nifas sebanyak 547 (78,93 %) ibu dari sasaran 693 (80%).

Cakupan kunjungan neonatus sebanyak 565 (87,33%) neonatus dari

sasaran 647 (80%). Rekapitulasi laporan PWS dan LB3 KIA pada bulan

Januari-Oktober tahun 2014 Puskesmas Kepung antara lain, Linkes 570,

Likes di Fasilitas kesehatan 570, Jumlah Lin total 570, laporan kematian

neonatus sampai dengan bulan Oktober 2014 sebanyak (0-5 hari) adalah 10

(laki-laki 7 dan perempuan 3). ( Puskesmas Kepung, Oktober 2014).

Dari data tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu

kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan
kebidanan secara komperehensif (Continuity Of Care). Hal ini, sesuai

dengan target global Millennium Development Goals (MDG’s) 2015

menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan untuk AKB adalah

23/100.000. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab

langsung kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera

setelah persalinan. Maka, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan ibu dan anak salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara

berkelanjutan atau Continuity Of Care.

Continuity Of Care adalah suatu proses dimana pasien dan tenaga

kesehatan yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan

secara terus menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya

perawatan medis yang efektif. Kontinuitas asuhan COC dipimpin oleh

bidan dan dalam pendekatanya bidan bekerjasama dengan tim kesehatan

lainya, dalam melakukan asuhan secara berkelanjutan untuk mencegah

komplikasi dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus,

nifas dan KB. Dengan ini dapat membantu bidan (tenaga kesehatan),

memberikan asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas

pelayanan dari waktu ke waktu. Secara tradisional, asuhan yang

berkesinambungan idealnya membutuhkan hubungan terus menerus antara

pasien dengan bidan. Layanan selama trimester III, kelahiran dan

melahirkan sampai enam minggu pertama post partum (Qorinah dan

Nuraisya, 2013).
Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care

mulau dari proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, hingga KB.

Pada saat diberiakan asuhan kehamilan ditemukan bahwa ibu mengalami

tanda-tanda terjadi pecah ketuban sebelum awitan persalinan pada usia

kehamilan lebih dari 37 minggu. Pecahnya ketuban tersebut berpengaruh

terhadap komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin antara lain : persalinan

prematur, infeksi, sindrom deformitas janin, hipoksia, asfiksia prolapsus

(keluarnya) bagian janin seperti tali pusat, tangan atau kaki. Terminasi

kehamilan dilakukan secara normal, dengan diberikan oksitosin drip untuk

merangsang kontraksi uterus agar mempercepat persalinan dan mencegah

adanya komplikasi. Diketahui pula bahwa bayi terlahir dengan berat badan

lahir rendah (BBLR). Komplikasi langsung yang mungkin terjadi pada bayi

diantaranya hipotermia, hipoglikemia, perdarahan intrakranial. Asuhan

pada masa nifas hingga KB tidak terdapat masalah atau berjalan dengan

normal.

Apabila tidak dilakukan asuhan pada ibu dan bayi dapat

menyebabkan perkembangan kesehatan klien tidak tidak dapat dipantau

sehingga tidak dapat mengetahui masalah potensial yang terjadi pada klien

dan apabila terjadi kegawat daruratan tidak dapat segera ditangani dan

kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian ibu dan anak.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan

bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara


komprehensif (Continuity Of Care). Solusi yang dapat diberikan untuk

tenaga kesehatan maupun pasien antara lain tenaga kesehatan harus lebih

meningkatkan pelayanannya, harus tepat melakukan rujukan jika didapati

komplikasi pada pasien, deteksi dini harus lebih ditingkatkan lagi, pasien

harus sadar akan kesehatan diri, memberikan penyuluhan kepada pasien atau

masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Serta solusi yang dapat

diberikan untuk tokoh masyarakat adalah harus aktifnya tokoh masyarakat

dalam membina warganya terutama pada kesehatan ibu dan anak, selalu

melaporkan kepada tenaga kesehatan bila terjadi masalah kesehatan ibu dan

dan anak.

Peran bidan dalam masyarakat sebagai tenaga terlatih pada sistem

kesehatan nasional diantaranya memberikan pelayanan sebagai tenaga

terlatih, Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat dan

meningkatkan sistem rujukan (Manuaba, 2010). Peran masyarakat, tokoh

masyarakat dan keluarga juga dibutuhkan dalam pengawasan dan

pendampingan ibu hamil dengan memberikan motivasi, dukungan secara

moril dan spiritual dalam mendukung asuhan Continuity Of Care yang

dilakukan.

Tujuan diberikan Continuity Of Care adalah untuk menyediakan

pelayanan asuhan yang berkelajutan berkaitan dengan kualitas pelayanan

antar waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus dan

tenaga profesional kesehatan.


Oleh karena itu, mengingat pentingnya peran dan fungsi Bidan dan

untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDG’s) 2015,

penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity Of

Care) untuk menyusun proposal laporan tahap akhir (LTA) dengan cara

meningkatkan kualitas dan kuantitas pada saat kunjungan Ante Natal Care

(ANC), Intra Natal Care (INC), dan Post Natal Care (PNC), KB serta

memberikan konseling tentang masa kehamilan sampai nifas sesuai

dengan standart kebidanan dengan menggunakan asuhan yang

berkesinambungan (Continuity Of Care).

1.2 Identifikasi Masalah

Ruang lingkup yang digunakan yaitu pada ibu hamil trimester III,

bersalin, nifas selama 4-6 minggu, neonatus usia 6-15 hari, dan KB pada ibu

post partum 42 hari (6 minggu) dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan ini merupakan penerapan fungsi

dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan

ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga

berencana.

Hasil identifikasi terhadap subyek dalam studi kasus ini diketahui

bahwa Ny.A di BPM Hj.Sumarmiati, SST , M.Kes Desa Kepung Kecamatan

Kepung Kabupaten Kediri, dengan kehamilannya yang saat ini adalah yang

ketiga dengan umur kehamilan 37 minggu 6 hari, dengan Ketuban Pecah

Dini (KPD) dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ). Asuhan
Continuity Of Care diberikan kepada Ny.A dari masa kehamilan, persalinan,

nifas, BBL, neonatus dan KB.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care

kepada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB sesuai dengan

stadar asuhan dengan menggunakan dokumentasi SOAP dan

pendekatan manajemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas,

BBL, neonatus dan KB.

1.3.2.2 Menentukan diagnosa dari asuhan kebidanan sesuai

prioritas pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

BBL serta KB.

1.3.2.3 Menyusun perencanaan asuhan kebidanan secara

kontinyu pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

BBL, serta KB.

1.3.2.4 Melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada

ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan BBL serta KB.

1.3.2.5 Mengevalusi asuhan kebidanan yang telah dilakukan

secara sistematis pada ibu hamil, bersalin, nifas,

neonatus, dan BBL, serta KB.


1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah di

lakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

BBL, serta KB.

1.4 Manfaat

1.4.1 MANFAAT TEORITIS

1.4.1.1 MANFAAT BAGI PENULIS

a. Meningkatkan pengetahuan, menambah pemahaman dan

pengalaman secara nyata tentang asuhan kebidanan

secara Continuity Of Care pada ibu hamil, bersalin dan

BBL, nifas, neonatus serta KB sehingga berguna dalam

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.

b. Dapat dijadikan perbandingan untuk laporan studi kasus

selanjutnya.

1.4.1.2 MANFAAT BAGI INSTITUSI

Diharapkan dapat menjadi bahan materi kuliah

Continuity Of Care dan asuhan kebidanan ini dapat

memberikan pemahaman bagi mahasiswa DIII Kebidanan

Karya Husada mengenai asuhan kebidanan secara

berkesinambungan.

1.4.1.3 MANFAAT BAGI PROFESI

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

untuk menambah pengetahuan tentang Continuity Of Care


pada kehamilan, persalinan dan BBL, nifas, neonatus, serta

KB.

1.4.1.4 MANFAAT BAGI PASIEN

Meningkatkan pengetahuan serta wawasan pasien akan

pentingnya menjaga kesehatan, dan dapat membedakan

antara mitos atau issu dalam masyarakan dengan teori

kesehatan.

1.4.2 MANFAAT PRAKTIS

1.4.2.1 MANFAAT BAGI PENULIS

Memberikan pengalaman secara nyata tentang

asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,

bersalin dan BBL, nifas, neonatus serta KB. Dapat

meningkatkan ketrampilan dalam hal praktik kebidanan

secara Continuity Of Care. Sehingga dapat meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan.

1.4.2.2 MANFAAT BAGI INSTITUSI

Memberikan masukan tentang metode penelitian

secara “STUDI KASUS” bagi mahasiswa DIII Kebidanan

Karya Husada mengenai asuhan kebidanan secara

Coninuity Of Care.
1.4.2.3 MANFAAT BAGI PROFESI

Diharapkan dapat menjadi bahan materi kuliah

Continuity Of Care dan asuhan kebidanan ini dapat

memberikan pemahaman bagi mahasiswa DIII Kebidanan

Karya Husada mengenai asuhan kebidanan secara

berkesinambungan.

1.4.2.4 MANFAAT BAGI PASIEN

Mendapatkan pendampingan secara berkala yang

dimulai dari masa kehamilan Trimester III, bersalin dan

BBL, nifas, neonatus, serta KB. Sehingga keadaan pasien

dapat dikontrol secara berkala dan mendapatkan

penanganan yang sesuai dengan kebutuhan. Diharapkan ibu

dapat memahami factor risiko pada kehamilan dan

komplikasi persalinan, melalui penyuluhan dan konseling

dari Bidan.

Anda mungkin juga menyukai