Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar

500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000

jiwa per tahun. Angka kematian ibu merupakan salah satu tolak ukur untuk

memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu di suatu negara. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), adalah dengan cara

memberikan pelayanan kesehatan maternal yang efektif kepada setiap kehamilan,

persalinan dan nifas.

Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun 2007

sebesar 248/100.000 KH. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar

307/100.000 KH, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target

MDG’s 2015 (102/100.000 KH) Sementara untuk AKB, berdasarkan perhitungan

dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26,9/1000 KH (2007). Angka ini

sudah jauh menurun dibandingkan tahun 2002-2003 sebesar 35/1000 KH. Adapun

target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 KH.

Adapun penyebab langsung kematian ibu yang didominasi oleh karena

perdarahan 28 %, Eklamsia 24 %, infeksi 11 % menurut Survey Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT, 2001). Perdarahan yang terjadi selama persalinan dapat diakibatkan

oleh karena atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir seperti

1
2

pada perineum, serviks, fornik, dan rahim. (Saifuddin, 2006). Penyebab infeksi

umunya merupakan komplikasi akibat ketuban pecah dini (Sarimawar Djaja et al,

1999). Sedangkan angka kematian bayi (AKB) disebabkan oleh asfiksia, infeksi dan

berat bayi lahir rendah. (SDKI, 2003).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten tahun 2007,

angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Banten mencapai 292

dari 100 ribu kelahiran hidup. Pada tahun 2008 jumlah kematian ibu di Kabupaten

Serang yaitu sebanyak 47 orang, yang disebabkan oleh perdarahan berjumlah 22

orang, infeksi 9 orang, eklamsi 1 orang dan lain-lain 15 orang. Sedangkan jumlah

kematian bayi sebanyak 151 orang, yang disebabkan oleh tetanus neonatorium

berjumlah 7 orang, BBLR 47 orang, asfiksia 45 orang dan lain-lain 48 orang.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam Obstetri berkaitan

dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai

sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan

infeksi ibu. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut.

Berkurangnya membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari

vagina dan serviks. (Saifuddin, 2006).

Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil

yang bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Sekitar

95 % terjadi pada kehamilan cukup bulan dan 34,5% terjadi pada kehamilan kurang

bulan. (www.Depkes RI.com). Ketuban pecah dini bisa mengakibatkan banyak


3

komplikasi diantaranya adalah infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier

atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput

ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal bisa menjadi patogen yang akan

membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Sedangkan infeksi itu sendiri

merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu.

Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) beberapa upaya sudah dilakukan diantaranaya program Making

Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000 yang

memfokuskan pada 3 pesan kunci yaitu (1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan, (2) setiap komplikasi obstetrik mendapat pelayanan adekuat, (3) setiap

WUS menjaga akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan.

Pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan menangani komplikasi

menjadi pencegahan terjadinya komplikasi diakui dapat membawa perbaikan

kesehatan kaum ibu di Indonesia. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan

komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau

kematian ibu dan bayi baru lahir. Jika semua penolong persalinan dilatih agar

kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap

berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat

dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam

kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan

jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. (Depkes RI, 2008).
4

Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional yang bekerja secara langsung

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu, baik dalam masa kehamilan,

bersalin, nifas dan penanganan bayi baru lahir, harus mampu mendeteksi sedini

mungkin sekaligus dapat mengantisifasi komplikasi yang akan terjadi pada

kehamilan normal. Dengan harapan, faktor yang mempersulit pada masa kehamilan

normal, bersalin nifas dan penanganan bayi baru lahir dapat diatasi. Hal ini adalah

salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian maternal dan neonatal.

Oleh karena itu upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi pada

kehamilan, persalinan, nifas dan BBL sebaiknya setiap persalinan di tolong oleh

bidan, atau minimal didampingi oleh bidan.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil

studi kasus ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

IBU HAMIL NY. “M” SEJAK USIA KEHAMILAN 34 MINGGU S.D 6

MINGGU POSTPARTUM DI BPS “E” SERANG PERIODE MARET S.D

JUNI 2009” dengan cara pendekatan manajemen asuhan kebidanan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir secara komprehensif sejak

kehamilan 34 minggu, persalinan sampai nifas 6 minggu, dengan menggunakan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan dan didokumentasikan dengan SOAP.


5

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan fisiologis

1.2.2.2 Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan patologis

1.2.2.3 Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis

1.2.2.4 Dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan fisiologis

1.2.2.5 Dapat melakukan pendokumentasian pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir dengan metode SOAP.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

Mampu menerapkan secara nyata ilmu yang sudah didapat mengenai asuhan

kebidanan secara komprehensif.

1.3.2 Bagi ibu hamil

Pasien mendapatkan pelayanan yang berkesinambungan dan komprehensif

sejak masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

1.3.3 Bagi BPS

Sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan

kebidanan dan mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif

1.3.4 Bagi Institusi

Sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai