Anda di halaman 1dari 233

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan untuk mewujudkan keluarga sehat

(Indrayani,2011). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang

memiliki peran penting dan strategis terutama dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan

pelayanan asuhan kebidanan yang berkesinambungan dan komprehensif

sesuai dengan standar dan memiliki peran yang cukup besar untuk

meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan

kebidanan mulai dari wanita hamil, bersalin, nifas serta kesehatan bayi baru

lahir. Dengan memberikan pelayanan kebidanan yang komprehensif maka

peran bidan dalam asuhan dapat menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan

AKB (Angka Kematian Bayi) (Epub, 2011).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia tinggi. Data AKI berdasarkan survey demografi dan kesehatan

Indonesia (SDKI, 2012) yaitu 359/100.000 Kelahiran Hidup. Penyebab angka

kematian ibu (AKI) dikarenakan hipertensi (35,26%), perdarahan (16,44%),

1
2

infeksi (4,74%), abortus (0,30%), partus lama (0,30%) dan lain-lain (42,96%).

Angka Kematian Bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan

penyebab tidak langsung kematian ibu adalah anemia, sebanyak 51% menurut

Survey Kesejahteraan Rumah Tangga, Kekurangan Energi Protein, dan

Kekuranan Energi Kalori (Sulistyawati, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai indikator Indeks Pembangunan

Manumur (IPM), dari lima juta kelahiran terjadi di Indonesia setiap tahunnya,

diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau

persalinan (Prasetyawati,2011). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya

44/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup, dan

Singapura 6/100.000 kelahiran hidup (Diah, 2013).

Berdasarkan profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2012.

Angka kematian ibu sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan AKI (Angka Kematian Ibu) pada tahun

2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. AKI (Angka Kematian Ibu)

sebagian besar terjadi pada waktu nifas sebesar 57,93%, pada waktu hamil

sebesar 24,74% dan pada waktu persalinan sebesar 17,33%. AKB (Angka

Kematian Bayi) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000

kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar

10,34/1.000 (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012). Angka


3

Kematian Ibu (Angka Kematian Ibu) dapat di sebabkan oleh faktor umur hal

ini sesuai dengan penelitian dari Donoso dkk (2014) yang menyatakan bahwa,

perempuan hamil berumur 45-49 tahun memiliki tingkat resiko lebih tinggi.

Risiko kematian janin, bayi dan bayi dua kali lipat 40-44 tahun dan

seterusnya, dan AKI (Angka Kematian Ibu) dari umur 30-34 tahun.

Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang kritis bagi

kehidupan bayi. Dua per tiga Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi dalam 4

minggu setelah persalinan, dan 60% Angka Kematian Bayi (AKB) terjadi

dalam waktu 7 hari setelah bayi lahir. Faktor yang menyebabkan Angka

Kematian Bayi (AKB) antara lain perdarahan, infeksi, kelahiran preterm atau

bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermia (Prasetyawati, 2011).

Hasil dari data Dinas Kesehatan Di Kabupaten Cilacap Pada 2014.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Cilacap sebesar 61,1% dari 36

kasus AKI dapat diketahui bahwa kematian sebagian besar pada masa nifas

sebesar 19 orang, ibu hamil 14 orang, ibu bersalin 3 orang. Angka Kematian

Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-<12 bulan) per 1.000

kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah Angka Kematian Bayi

(AKB) di Kabupaten Cilacap tahun 2014 sebesar 9,46 per 1.000 kelahiran

hidup sebanyak 284 terdiri dari 194 neonatal 90 post-neonatal dari 20.023

kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Cilacap, 2014).


4

Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) dapat di lihat dari umur

kehamilan, hal ini sesuai penelitian Rep (2015) yang menyatakan bahwa Bayi

yang lahir di umur kehamilan 37-38 minggu memiliki tingkat kematian 63%

lebih tinggi daripada umur kehamilan 39-40 minggu. Untuk kelahiran kembar,

angka kematian bayi mencapai 25,84%, 5 kali, tingkat 5,25% untuk kelahiran

tunggal. 36% dari kematian bayi adalah karena penyebab-prematur terkait

kematian, dan tambahan 15% adalah karena penyebab dikelompokkan ke

dalam kategori yang tidak terduga kematian bayi mendadak.

Peran dan tanggung jawab bidan di dalam standar profesi kebidanan

yaitu bidan memberikan asuhan kepada klien selama kehamilan normal yaitu

sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti (Indrayani,2011). Dalam

rangka menciptakan dan mempromosikan kesehatan pasien, diperlukan

manajemen kebidanan yang tepat dan pemahaman yang benar tentang asuhan

kebidanan. Hal ini sesuai penelitian Res (2015).

Asuhan Kebidanan adalah adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien

dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, sehingga

klien dapat terpantau keadaannya dari hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir. Asuhan kebidanan yang tidak diberikan dan tidak dilakukan sesuai
5

dengan standar asuhan berpengaruh menjadi risiko komplikasi pada

kehamilan, persalinan, nifas sampai bayi baru lahir (Prasetyawati,2011).

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penulis tertarik menyusun

studi kasus asuhan kebidanan komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pad Ny. T G2P1A0 di Wilayah Puskesmas Kesugihan II”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan dengan memberikan Asuhan Kebidanan pada iIbu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, serta neonatus secara

komprehensif.

2. Tujuan Khusus

Menerapkan teori manajemen asuhan kebidanan dengan langkah varney

ke dalam asuhan kebidanan komprehensif yaitu :

a. Memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Ny.T G2P1A0 hamil 38+4

minggu di Puskesmas Kesugihan II secara komprehensif.

b. Memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Ny.T G2P1A0 hamil 41+5

minggu di Puskesmas Kesugihan II secara komprehensif.

c. Memberikan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Ny.T secara komprehensif.


6

d. Memberikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir secara

komprehensif.

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada Ibu Hamil trimester III dengan

keadaan normal dimulai dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir

dan neonatus.

2. Tempat

Lokasi Pengambilan kasus di wilayah Puskesmas Kesugihan II Kabupaten

Cilacap.

3. Waktu

Dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penulis mampu mengembangkan teori kebidanan serta mengaplikasikan

teori tersebut ke dalam asuhan kebidanan komprehensif sehingga mampu

memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan, bermutu dan

berkualitas sesuai dengan yang sudah didapatkan selama pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Klien
7

Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan sehingga klien diharapkan mengetahui

secara dini proses kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir,

serta tanda bahaya dan komplikasi kehamilan untuk dapat

mempersiapkan persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir.

b. Bagi Lahan Praktek

Meningkatkan mutu pelayanan terutama bagi ibu hamil, bersalin, nifas

serta bayi baru lahir. Asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu

hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir dapat menjadi acuan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

c. Bagi Penulis

Memberikan kemampuan dalam mengaplikasikan teori dan praktek

sesuai dengan kasus yang nyata dalam memberikan asuhan kebidanan

pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir secara

komprehensif.

d. Bagi Institusi

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bacaan untuk menambah

pengetahuan institusi khususnya yang berkaitan asuhan kebidanan

komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan

sehingga pembaca diharapkan mengetahui secara dini proses

kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir, serta tanda bahaya
8

dan komplikasi kehamilan untuk mempersiapkan persalinan, nifas,

perawatan bayi baru lahir.

E. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan system

penulisan secara sistematis dan dibagi menjadi yaitu :

1. BAB I Pendahuluan

Bab I pendahuluan memberikan gambaran kepada pembaca tentang awal

permasalahan yang akan diselesaikan. Yang berisi latar belakang masalah,

tujuan penulisan, ruang lingkup, manfaat dan sistematika penulisan.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

A. Konsep Medis

Berisi batasan/definisi, fisiologi/patologi, tanda dan gejala,

pemeriksaan penunjangan dan penatalaksanaan medis pada Asuhan

Kebidanan ibu hamil, ibu bersalin, Ibu nifas, dan BBL yang

mengambil dari Data Evidence Based jurnal 5 tahun terakhir dengan

jumlah 5 (lima) jurnal.

B. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Memuat tentang manajemen kebidanan dengan menggunakan

kerangka pikir varney dengan pendekatan manajemen kebidanan dari

5 (lima) langkah: Pengumpulan data dasar, interpretasi data untuk


9

mengidentifikasi diagnose/masalah berdasarkan kondisi Ny.X,

menyusun rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan langsung

asuhan dengan efisien dan aman dan mengevaluasi, perkembangan

dengan SOAP.

3. BAB III TINJAUAN KASUS

Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dikasanakan. Asuhan

kebidanan ditulis sesuai dengan urutan manajemen kebidanan yaitu mulai

pengumpulan data dasar sampai mengevaluasi.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Berisi perbandingan antara teori dengan kenyataan pada kasus yang

disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan yaitu

mulai dari pengumpulan data sampai mengevaluasi.

5. BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan

Merupakan sintesa dari hasil pembahasan yang dapat menjawab

permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus.

b. Saran

Berupa masukan berdasarkan pembahasan yang hendaknya bersifat

operasional/dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
10

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Medis

A. Konsep Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah proses alamiah dan fisiologis pertumbuhan dan

perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsespsi dan berakhir

sampai permulaan persalinan, masa kehamilan dimulai dari konsespsi

sampai lahirnya janin, lama kehamilan yaitu 280 hari atau 40 Minggu

setara dengan 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu trimester pertama antara 0-12

Minggu, trimester kedua antara 12-28 minggu, dan trimester ke tiga antara

28-36 minggu (Sofian, 2011).

Kehamilan merupakan proses yang alamiah, perubahan-perubahan

yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah fisiologis bukan
11

patologis namun dapat menjadi patologis selama kehamilan (Marmi,

2011).

2. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan asuhan kehamilan (Sulistyawati, 2011) yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan

tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, serta

sosial ibu dan bayi.

c. Menemukan secara dini adanya komplikasi.

d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI Esklusif

berjalan normal.

f. Mempesiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dalam memelihara

bayi.

3. Peran dan Fungsi Bidan pada Kehamilan

Peran dan fungsi bidan dalam kehamilan (Sulistyawati, 2011) yaitu:

a. Trimester I
12

1) Menjalin hubungan saling percaya.

Langkah aling awal dalam memberikan asuhan pada trimester I

untuk menentukan kualitas asuhan di waktu-waktu berikutnya.

Hubungan saling percaya pasien dengan bidan mutlak harus dapat

dipenuhi sehingga informasi dan penatalaksanaan yang diberikan

oleh bidan dapat selalu sesuai dengan dta yang disampaikan pasien

secara jujur.

2) Deteksi masalah.

Bidan pada tahap awal melakukan pendeteksian masalah atau

komplikasi yang muncul dengan melakukan penapisan-penapisan

seperti penapisan kelainan bentuk panggul pada pasien dengan

tinggi badan kurang dari 150 cm, pre-eklamsi, hipertensi dalam

kehamilan, dan infeksi. Penapisan ini dilakukan melalui proses

pengkajian data subjekstif dan objektif serta ditunjang dengan

pemeriksaan laboratorium, USG serta rongten.

3) Mencegah masalah TT (TT dan anemia).

Pencegahan masalah anemia merupakan prioritas pertama yang

harus dilakukan oleh bidan karena anemia merupakan penyebab

utama perdarahan post partum. Selain anemia, bidan harus

melakukan pencegahan penyakit tetanus neonatorum karena


13

penyakit ini memberikan peran yang cukup besar dalam

menyebabkan kematian bayi.

4) Persiapan persalinan dan komplikasi.

Bidan tetap harus memberikan informasi periapan persalinan dan

komplikasi seawall mungkin sehingga pasien dan keluarga ikut

aktif dalam pemantauan perjalanan kehamilannya.

b. Trimester II

Setelah bidan menyimpulkan bahwa pasien sudah cukup paham

dengan informasi yang harus diketahui pada trimester I, maka

trimester II bidan memberikan informasi yang berkaitan dengan pre-

eklamsi ringan. Bidan mengajak pasien dan keluarga untuk aktif dalam

memantau kemungkinan gejala-gejala pre-eklamsi ringan dalam

kehamilannya sehingga timbul tanggung jawab bagi pasien dan

keluarga untuk mempertahankan kesehatan secara mandiri.

c. Trimester III

1) Mendeteksi adanya janin tunggal atau ganda

Pada usia kehamilan ini informasi yang perlu disampaikan bidan

adalah hasil pemeriksaan janin dalam kandungan, salah satunya

adalah janin tunggal atau ganda. Informasi tersebut akan


14

mengurangi beberapa kekhawatiran yang dirasakan ibu dan

keluarga berkaitan dengan janin.

2) Letak janin

Gambaran persalinan yang akan dilaluo merupakan salah satu hal

yang dikhawatirkan ibu dan keluarga pada akhir masa kehamilan.

Informasi mengenai kepastian letak dan posisi janin akan

mengurangi kecemasan pasien. Sehingga ibu akan lebih siap jika

diberikan gambaran mengenai proses persalinan secara lengkap.

4. Jadwal Kunjungan Antenatal Care

Menurut penelitian Utami dkk (2013) pelayanan pemeriksaan selama

kehamilan (Antenatal Care) adalah pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada ibu selama

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan

yang lengkap. Setiap Wanita Hamil menghadapi risiko komplikasi

yang biasa mengancam jiwanya.

Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali

kunjungan selama periode antenatal (Sulistyawati, 2011) yaitu:

a. Trimester Pertama Satu Kali

Kunjungan I (0-12 Minggu) dilakukan untuk : Jalin hubungan saling

percaya antara petugas dengan ibu hamil, Pendeteksian masalah serta

penanganannya, Pencegahan masalah TT dan Anemia, Persiapan

persalinan dan komplikasi. Mendorong berperilaku sehat.


15

b. Trimester kedua Satu Kali

Kunjungan ulang (12-28 minggu) dilakukan untuk : pengenalan

komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya, penapisan pre-

eklamsia.

c. Trimester Ketiga Dua Kali

Kunjungan ulang ke III (28-36 Minggu) dilakukan untuk Penanganan

komplikasi akibat kehamilan, menetapkan rencana persalinan dan

menganali tanda-tanda persalinan.

5. Menentukan umur kehamilan

Cara menentukan umur kehamilan menurut aturan Naegele (Medforth

dkk, 2011) adalah:

a. Bila HPHT berada pada bulan 1,2,3 gunakan rumus:

Haid pertama +7, Bulan saat haid +9 dan tidak perlu +0 untuk tahun.

b. Bila HPHT berada pada bulan ke 4 sampai 12 gunakan rumus :

Haid pertama +7, Bulan saat haid -3 dan untuk tahun +1.

6. Standar Pelayanan Antenatal Care

Sesuai dengan keb5jakan depertemen kesehatan, standar minimal,

pelayanan pada ibu hamil adalah 10 bentuk yang disingkat dengan 10 T

sebagai berikut (Kemenkes, 2013):

a. Penimbangan Berat Badan dan Tinggi Badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.


16

Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama

kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan

adanya gangguan pertumbuhan janin. BB ibu hamil yang kurang dari

45 kg akan beresiko melahirkan bayi dengan berat badan bayi kurang

atau BBLR. Bayi dengan BBLR tentu akan terganggu perkembangan

dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya yang juga kurang bagus.

Berat badan (BB) ibu hamil yang lebih dari 65 kg bisa mengalami

perdarahan atau keracunan kehamilan dengan tanda gejalamula-mula

berat badan naik secara berlebihan, lalu tensi naik, bengkak kaki,

ginjal bermasalah, akhirnya keracunan hamil. Kenaikan berat badan

normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua

(Kemenkes RI, 2013). Wanita hamil yang berat badannya bertamabah

11,5-16 kg akan berpengaruh pada pertumbuhan janin seperti

perkembangan otak janin sehingga lebih progresif Marindratama

(2014). Status gizi pada ibu hamil berpengaruh pada status gizi janin.

Kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi janin terkait dengan perhatian

asupan gizi dari makanan yang adekuat agar tumbuh kembang janin

berlangsung optimal (Soetjiningsih, 2012).

RUMUS IMT = BB2/TB

Tabel 2.1 Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT Kategori Penambahan BB Ibu Hamil (Kg)


17

<19,8 Kurus 12,5-18


19,8-26,0 Normal 11,5-16
26,0-29,0 Gemuk 7,0-11,5
>29,0 Sangat Gemuk >11,5
Sumber: Prawirohardjo (2014).

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan pada awal ANC.

Cara mengukur tinggi badan (dalam meter)  adalah dengan posisi

tegak berdiri tanpa menggunakan sepatu dan dilakukan pengukuran.

Tinggi badan kurang dari 145 cm pada ibu hamil perlu diwaspadai

bahwa ibu mungkin mempunyai panggul sempit hingga sulit

melahirkan, dan dapat menjadi alasan untuk direncanakannya proses

persalinan dengan cara operasi. Sehingga ibu hamil bersama suaminya

dapat menyiapkan biaya operasi sejak dini, serta menumbuhkan

kesiapan psikis untuk operasi (Pratiwi, 2015).

b. Ukur lingkar lengan atas (LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk

skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang

energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA

≤ 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR) (Kemenkes RI,2013).

LiLA pada dasarnya berfungsi untuk mengukur angka

kecukupan nutrisi wanita usia subur (WUS) dan pada wanita yang

sedang hamil. Pada WUS akan dihitung seberapa tebal lemak dalam
18

tubuhnya yang bisa dinilai melalui lingkar lengan atas secara cepat.

Sehingga pada dasarnya, banyaknya lemak dalam tubuh akan sangat

berpengaruh pada kesehatan wanita, termaksuk wanita yang sedang

mengandung. Kejadian hipertensi, preeklampsia, diabetes gestasional,

makrosomia, dan lain- lain merupakan sebagian komplikasi dalam

kehamilan yang disebabkan kadar lemak yang berlebih dalam tubuh

(Phelan, 2011).

Pengukuran LiLA dilakukan  dengan melingkarkan pita LiLA

sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1

cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada posisi  berdiri dan

dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan

kiri,  jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.

Sebaliknya jika dia kidal,  pengukuran dilakukan pada lengan

kanan. Hal ini dilakukan untuk memperkecil bias yang terjadi, karena

adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena penimbunan

lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan

pada lengan kanan. Pengukuran LILA dapat digunakan untuk deteksi

dini dan menapis risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia,

diperoleh standar LILA sebagai berikut :

1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status gizi ibu

hamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang


19

Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi

melahirkan bayi BBLR.

2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti status gizi ibu

hamil baik, dan  risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.

c. Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90

mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema

wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria). Pengukuran

tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan. Bila tekanan darah

sistole ≥ 140 mmHg dan diastole ≥ 90 mmHg maka faktor risiko

hipertensi kehamilan. Pengukuran tekanan darah pada wanita hamil

dilakukan sedikitnya dua kali pengukuran dengan interval 30 menit.

Apabila terdapat selisih tekanan darah ≥ 10 mmHg pada pengukuran

pertama baik pada sistolik maupun diastolik didapatkan hasil

pengukuran tekanan darah untuk menegakkan suatu diagnosa

(Kemenkes,2013).

d. Ukur tinggi fundus uteri


20

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24

minggu.

Tabel 2.2 Pemeriksaan TFU

No Umur TFU
Kehamilan
1. 12 minggu Tinggi fundus uteri sekitar dua atau tiga jari di atas
simfisis.
2. 16 minggu Tinggi fundus uterus sekitar satu atau dua jari
pertengahan simfisis dan pusat.
3. 22 minggu Tinggi fundus uteri sekitar dua atau tiga jari di bawah
pusat.
4. 28 minggu Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
5. 32 minggu tinggi fundus uteri sekitar dua atau tiga jari di atas
pusat
6. 36 minggu Tinggi fundus uteri sekitar satu atau dua jari
pertengahan prosesus xifoideus dan pusat.
7. 40 minggu Tinggi fundus uteri dua atau tiga jari dibawah prosesus
xifoideus.
Sumber: Kemenkes RI (2013)

e. Hitung denyut jantung janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap

kali kunjungan antenatal. DJJ normal 120-160x/menit. Jika DJJ lambat


21

kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit

menunjukkan adanya gawat janin.

f. Tentukan presentasi janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke

panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah

lain. Normal presentasi janin yaitu presentasi belakang kepala.

g. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. Berdasarkan dari

hasil penelitian Int J Infect Dis 2012 Tetanus Toksoid merupakan

infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani menjadi

penyebab utama infeksi dan kematian maka dari itu ibu hamil wajib

diberikan imunisasi tetanus toksoid. Berdasarkan penelitian yang

dikemukakan oleh Fitriah dan Arlayda (2013) dalam rangka

mensejahterakaan ibu dan janin sangat dipengaruhi oleh pengetahuan


22

dan sikap ibu untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus.

Berikut ini tabel jadwal pemberian imunisasi tetanus toksoid menurut

Sulistyawati (2011):

Tabel 2.3 Jadwal Imunisasi TT dan Lama Perlindungan

Antigen Interval Lama Perlindungan % Perlindungan


TT 1 Kunjungan antenatal - -
Pertama
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99%
hidup
Sumber : Indrayani (2011)

Keterangan : *Artinya dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,

maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum

h. Beri tablet tambah darah (tablet besi)

Tablet penambah darah berguna untuk meningkatkan kesehatan janin

dan ibu, mencegah perdarahan, meningkatkan berta badan lahir bayi

dan mencegah gangguan pertumbuhan pada janin. Setiap ibu hamil

harus mendapat tablet zat besi minimal 1040 mg yang setara dengan

90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Selama

kehamilan ibu harus meminum tablet tambah darah 60 mg/hari setara

dengan 1 tablet perhari menjelang tidur karena memiliki efek rasa

mual. Berdasarkan penelitian Pamungkas (2014) Kebutuhan Fe atau


23

zat besi masa kehamilan yaitu rata-rata 850-1040 mg. Menurut

penelitian Asyirah (2012) klasifikasi kadar hemoglobin pada wanita

hamil dibagi menjadi 4 kategori yaitu:

Tabel 2.4 Klasifikasi Kadar Hemoglobin wanita hamil

No Kategori Kadar HB Dosis pemberian Fe


1. Tidak Anemia ≥ 11 gr% 60 mg/hari
2. Anemia ringan 9-11 gr%. 3 mg/Kg BB/Hari dalam 3 dosis
terbagi
3. Anemia sedang 7-8 gr%. 3 mg/Kg BB/Hari dalam 3 dosis
terbagi
4. Anemia berat < 7gr% 4-6mg/Kg BB/hari dalam 3 dosis
terbagi
Sumber: Susiloningtyas (2013)

Sumber makanan yang mengandung zat besi di dapatkan dari nabati

dan hewani sepeti daging, ayam, ikan, telor, kacang-kacangan, sayuran

hijau dan beberapa jenis buah-buahan yang kaya akan vitamin C.

Berdasarkan penelitian menurut William (2015) ditemukan pada obat

gestiamin pluz merupakan suplemen ibu hamil yang memiliki peran

sama seperti tablet FE untuk memenuhi nutrisi ibu dan bayi dalam

kandungan yang sangat penting sebagai multivitamin dan asam lemak

esensial pada masa kehamilan sampai menyusui.

i. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:

1) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk

mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk


24

mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

2) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal

sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut

menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi

anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan.

3) Pemeriksaan protein dalam urin

Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada

trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria

merupakan salah satu indikator terjadinya pre-eklampsia pada ibu

hamil.

4) Pemeriksaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal

sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan

sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

5) Pemeriksaan darah Malaria


25

Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan

pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.

6) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi

dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya

dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

7) Pemeriksaan HIV

Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi

kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil

setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

Berdasarkan hasil penelitian menurut Arniti (2014) di angka

infeksi HIV pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu dan

janinnya, untuk mengetahui virus HIV ibu harus mendapatkan

frekuensi tes HIV dua kali selama kunjungan antenatal

berlangsung.

8) Pemeriksaan BTA

Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai

menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain


26

pemeriksaaan tersebut, apabila diperlukan dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

j. Tatalaksana/penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus

ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem

rujukan.

7. Perubahan Psikologis Kehamilan

Memfasilitasi dan meningkatkan kesejahteraan ibu selama hamil

dimana ibu hamil akan mengalami perubahan-perubahan psikologis

selama persalinan ( Marmi,2011) yaitu:

a. Trimester I

Trimester pertama dianggap sebagai periode penyesuaian. Ketika

pertama kali mengetahui dirinya hamil, ibu akan merasa bahagia, syok

dan terkadang menyangkal.

b. Trimester II

Trimester ini dianggap sebagai periode kesehatan yang baik, yakni

periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala rasa

ketidak nyamanan yang normal yang dialami oleh ibu hamil. Selain

itu, ibu hamil biasanya lebih percaya diri dan tenang karena mulai

menerima kehamilannya dan libido mulai meningkat.


27

c. Trimester III

Trimester ini sering disebut dengan periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Ibu hamil mulai merasa cemas dengan keadaan dirinya

dan bayinya.

8. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan dalam Kehamilan

Data pengkajian data kesehatan ibu hamil dengan melakukan pengkajian

riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat. Data dikumpulakan dari

anamnesa merupakan perbincangan terarah dengan cara tatap muka dalam

pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relevan dengan

pasien, observasi merupakan pengumpulan data melalui indera

penglihatan, dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data objektif dari

pasien dengan melakukan instrument tertentu meliputi pemeriksaan

umum, pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan fisik (Romauli, 2011).

a. Pemeriksaan leopold menggunakan menurut Mc Donald (Sondakh,

2013) cara leopold dengan langkah sebagai berikut:

1) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di

fundus. Cara pelaksanaannya adalah pertama Pemeriksa

menghadap ke arah muka ibu hamil. Kedua tangan meraba bagian

fundus dan mengukurn berapa tinggi fundus uteri. Ketiga meraba

bagian apa yang ada di fundus (kepala atau bokong janin).

2) Leopold II
28

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah

kanan atau kiri ibu. Cara pelaksanaan pertama, kedua tangan

pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu. Kedua,

ketika memeriksa sebalah kanan, maka tangan kanan menahan

perut sebelah kiri kea rah kanan. Ketiga, raba perut sebelah kanan

menggunakan tangan kiri, dan rasakan bagian apa yang ada di

sebelah kanan (jika teraba rata, ada tahanan maka itu adalah

punggung bayi, jika teraba bagian kecil menonjol, itu adalah

bagian ekstremitas janin).

3) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah

uterus. Cara pelaksanaan pertama, tangan kiri menahan fundus

uteri. Kedua,tangan kanan meraba bagian janin yang ada di bagian

bawah uterus. Jika teraba bulat, melenting, keras dan dapat

digoyangkan, maka itu kepala. Jika bagian bawah tidak ditemukan

bagaian tersebut maka pertimbangkan janin dalam letak melintang.

Pada letak sungsang/lintang tangan pemeriksa dapat merasakan

goyang pada bagian bawah, tangan kiri merasaka ballottement

(pantulan dari kepala janin, terutama ditemukan pada usia

kehamilan 20-28 minggu). Tangan kanan meraba bagian bawah,

jika teraba kepala, dan masih mudah digoyangkan berarti belum


29

masuk panggul namun jika tidak dapat digoyangkan berarti kepala

sudah masuk panggul.

4) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan

untuk mengetahui apakah sudah masuk panggul atau belum. Cara

pelaksanaannya pemeriksa menghadap kaki pasien, kedua tangan

meraba bagian janin yang ada di bawa Jika teraba kepala,

tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanan di

bagian bawa Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu)

berarti kepala belum masuk panggul, jika kedua tangan divergen

(tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul.

b. Pemeriksaan panggul luar

Pemeriksaan panggul luar yang bertujuan untuk mendeteksi adanya

ketidaknormalan bentuk dan ukuran panggul (Nugroho, 2014) normal

ukuran panggul luar yaitu:

1) Distansia spinarium : 24-26 cm

Jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan

dekstra.

2) Distansia Kristarium : 28-30 cm


30

Jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista

iliaka sisnistra dan dekstra.

3) Conjungata eksterna : 18 cm

Jarak antara bagian atas simpisis ke prosesus lumbal V.

4) Lingkar panggul : 80-90 cm

Jarak antara simpisis melewati spina kemudian prosesus lumbal 5

melewati spina kemudian kembali ke simpisis.

9. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

Berdasarkan penelitian Edyanti dan Rachmah (2014) menyatakan bahwa

ibu yang memeriksakan kehamilan tidak sesuai dengan standar Antenatal

Care (ANC) yang telah di tetapkan sebagaimana mestinya akan

mengalami risiko komplikasi kebidanan. Hal ini dikarenakan kehamilan

ibu dan perkembangan janin tidak dapat dipantau secara berkala, sehingga

komplikasi dalam kehamilan dapat terjadi. Tanda bahaya / komplikasi

pada kehamilan lanjut yaitu:

a. Perdarahan Pervaginam

Perdarahan pervaginam adalah perdarahan pada trimester akhir dalam

kehamilan sampai bayi lahir. Disebabkan oleh kelainan implantasi

plasenta (letak rendah atau previa), kelainan insersi tali pusat atau

pembuluh darah pada selaput amnion dan separasi plasenta sebelum

bayi lahir (Indrayani, 2011). Jenis-jenis perdarahan antepartum

menurut Romauli (2011), yaitu:


31

1) Plasenta Previa

Plasenta Previa merupakan keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah

rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Marmi,

2011). Tanda dan gejala plasenta previa yaitu perdarahan dengan

jumlah banyak atau sedikit darah segar, tidak disertai nyeri.

Menurut De Snoo, plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada

pembukaan 4-5 cm ditetapkan menjadi 3 klasifikasi plasenta

previa yaitu pertama, plasenta previa totalis (sentralis) merupakan

keadaan dimana seluruh ostium ditutupi plasenta. Kedua, plasenta

previa parsialis (lateralis) yaitu keadaan sebagian ostium ditutupi

plasenta. Ketiga, Plasenta previa letak rendah (marginalis)

merupakan tepi plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan

(Marmi, 2011). Penanganan plasenta previa yaitu pemeriksaan

spekulo untuk melihat sumber perdarahan, pemeriksaan USG

terlihat letak plasenta di bawah segmen rahim, pemeriksaan dalam

untuk menegakkan diagnosis plasenta previa dengan tekhnik dan

persiapan meliputi pasang infus dan siapkan donor darah,

pemeriksaan dilakukan dikamar bedah dengan fasilitas yang

lengkap (Sulistyawati, 2011). Pemeriksaan penunjang USG seperti

bidan di sini berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan.

Pemeriksaan USG dapat menentukan implantasi plasenta dan jarak


32

tepi plasenta terhadap ostium. Penatalaksanaan medis dilakukan

jika perdarahan sedikit dan belum ada tanda-tanda inpartu dan

janin masih hidup maka lakukan rawat inap tirah baring dan

berikan antibiotik. Bila perdarahan berhenti dan kehamilan kurang

dari 37 minggu maka pasien dapat dipulangkan terlebih dahulu

untuk rawat jalan namun dengan catatan klien harus kembali ke

rumah sakit apabila terjadi perdarahan (Indrayani, 2011).

2) Solusio plasenta

Adalah suatu keadaan dimana plasenta terlepas sebagian atau

seluruhnya sebelum janin lahir (Romauli,2011). Tanda dan gejala

solusio plasenta yaitu perdarahan disertai dengan nyeri yang

menetap, darah terkadang tidak keluar (terkumpul di belakang

plasenta) (Romauli, 2011). Penanganan solusio plasenta

pemeriksaan dalam, pemeriksaan umum yang cenderung jika pada

solusio plasenta ditandai dengan tekanan darah menurun timbul

syok, nadi dan pernapasan cepat sehingga perlu atasi syok

(Sulistyawati, 2011). Seksio sesarea dilakukan dengan indikasi

belum terjadi inpartu. Janin hidup mengalami gawat janin tetapi

tidak memungkinkan persalinan pervaginam dengan segera. Janin

mati namun tidak dapat dilakukan persalinan pervaginamdalam

waktu yang singkat. Jika penanganan Partu pervaginam terdapat

indikasi inpartu baik janin hidup atau pun mati (Indrayani, 2011).
33

b. Sakit Kepala yang Hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

menunjukan masalah serius adalah sakit kepala yang hebat yang

menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Sakit kepala yang hebat

tersebut ibu ibu merasa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang.

Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-

eklamsia (Romauli, 2011).

c. Penglihatan kabur

Penglihatan kabur karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan

ibu dapat berubah selama proses kehamilan. Dikatakan normal jika

perubahannya ringan. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak seperti

pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak. Perubahan

ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin

gejala dari pre-eklamsi (Sulistyawati, 2011).

d. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

Sebagian besar ibu hamil mengalami bengkak yang normal pada kaki,

yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya akan hilang setelah

muncul pada sore hari dan biasanya akan hilang dengan setelah

beristirahat dengan meninggikan kaki. Bengkak biasa menunjukkan

adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
34

setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini

dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklamsi

(Marmi, 2011).

e. Keluar Cairan per Vagina

Antara urine dengan air ketuban harus dapat dibedakan. Jika keluarnya

cairan ibu tidak terasa, berbau amis, dan warna putih keruh, berarti

yang keluar adalah air ketuban. Jika kehamilan cukup bulan, hati-hati

akan adanya persalinan preterm dan komplikasi infeksi intrapartum

(Sulistyawati, 2011). Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu dengan

pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar

(jumlah,warna, dan bau) serta membedakannya dengan urine, dan

lakukan USG (Romauli, 2011).

f. Gerakan Janin Tidak Terasa

Kesejahetaraan janin dapat diketahui dari keaktifan gerakannya.

Minimal gerakan janin normal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika

kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam

Rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin (Sulistyawati,

2011). Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pemeriksaan DJJ,

pemeriksaan radiologi USG untuk memastikan kematian janin

(Marmi, 2011).

g. Nyeri Perut yang Hebat


35

Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak

berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda-tanda syok, maka

kita harus waspada kemungkinan terjadinya solusio plasenta

(Sulistyawati, 2011). Penatalaksanaan yang diberikan yaitu ukur

tanda-tanda vital dan periksa protein urine (Romauli, 2011).

10. Komplikasi Kehamilan

Komplikasi Kehamilan menurut Kemenkes RI (2013) yaitu:

a. Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung atau lebih dari

6 jam dan belum ada tanda-tanda inpartu. Tanda dan gejala KPD

kehamilan lanut adalah ibu merasakan ketuban pecah tiba-tiba dan

keluar cairan melalui introitus vagina, tidak ada his dalam 1 jam.

Asuhan yang diberikan bidan adalah pemeriksaan kertas lahmus jika

kertas lahmus dari merah berubah menjadi biru merupakan ketuban

pecah dini, pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu, pasang

infus RL 20 tpm untuk restorasi cairan, pantau DJJ, berikan ampicillin

500 mg kemudian di rujuk.

b. Hipertensi Gestasional

Hipertensi pda kehamilan terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20

minggu, sebelumnya tidak ada riwayat hipertensi. Tekanan darah lebih

dari atau sama dengan 140/90 mmHg, protein urine negatip.

Wewenang bidan dalam hipertensi gestasional adalah anjurkan ibu


36

untuk tirah baring, anjurkan ibu untuk diet rendah garam, karbohidrat

dan cukup protein. Memberikan nifedipin 10-20 mg per oral, pasang

Infus RL 20 tpm, kemudian rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi.

c. Pre eklamsia

1) Pre-eklamsi ringan

Preeklamsi ringan adalah hipertensi pada kehamilan ditandai

dengan protein urine positip 1, tekanan darah lebih dari atau sama

dengan sistol 160 mmHg dan diastolic 110 mmHg. Wewenang

bidan dalam pre-eklamsi ringan langsung rujuk tanda diberi

apapun.

2) Pre-eklamsi berat.

Pre-eklamsi berat adalah hipertensi pada kehamilan ditandai

dengan protein urine positip 2 atau 3, tekanan darah lebih dari atau

sama dengan sistol 160 mmHg dan diastolic 110 mmHg.

Wewenang yang diberikan bidan adalah pasang infus NaCl,

mencegah atau menghentikan kejang dengan MgSO4 4 gr Iv pada

jam pertama, dan 2 gram per jam dengan drip NaCl jam ke dua.

Jika kejang berulang berikan 2 MgSo4 2 gr IV jam pertama.

Pasang oksigen 6-8 liter per menit, turunkan tensi dengan obat

antihipertensi (nifedipin 10-20 mg). Cegah dan stop komplikasi

dengan merujuk untuk mendapatkan perawatan intensif.

B. Persalinan
37

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari

serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut

merupakan proses alamiah (Rohani dkk, 2011). Menurut penelitian Epub

(2011) persalinan merupakan peristiwa yang alamiah dan fisiologis.

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus. Persalinan tersebut normal apabila prosesnya terjadi

pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

atau tanpa bantuan (Johariyah dan Ema, 2012).

2. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan Asuhan Persalinan (Rohani, 2011) sebagai berikut :

a. Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

b. Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendeteksi, dan

menatalaksanakan komplikasi tepat waktu.

c. Memberikan dukungan selama persalinan sampai kelahiran bayi.

3. Peran dan Fungsi Bidan pada Persalinan


38

Kebutuhan dasar ibu bersalin berfungsi untuk dapat membantu pasien

secara terus-menerus selama persalinan, bidan harus dapat

memperlihatkan perhatiannya dengan terus berada didekat pasien

(Sondakh, 2013) yaitu :

a. Peran orang terdekat

Peran orang terdekat dapat memberikan perhatian penuh kepada ibu

bersalin sehingga dapat mengurangi rasa sakit.

b. Menjaga kebersihan

Dalam proses persalinan seorang ibu hamil akan mengalami ketidak

nyamanan seperti berkeringat, basah karena blody show, perlak basah,

kain basah, baju yang kotor dan bau sehingga perlu mengganti baju

yang basah dan bau, perlak yang basah dan kotor untuk menjaga

kenyamanan ibu bersalin serta untuk mencegah terjadinya infeksi

karena kuman.

c. Makanan dan cairan

Ibu bersalin membutuhkan makan dan minum untuk menunjang

kekuatan dalam proses persalinan. Cairan sangat penting untuk

mencegah dehidrasi.

d. Eliminasi

Bidan harus cermat dalam kebutuhan eliminasi karena tekanan kepala

bayi pada perineum merangsang refleks saraf sehingga menimbulkan

keinginan untuk BAB sehingga bidan harus cermat melihat perineum.


39

e. Positioning dan aktivitas

Membebaskan ibu untuk merubah posisi sesuai dengan keinginan ibu

sehingga ibu merasa nyaman dan memberikan kebebasan ibu untuk

melakukan aktivitas kecil untuk memberikan rasa nyaman dan untuk

mengurangi rasa sakitnya.

f. Kontrol rasa nyeri

Teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti kehadiran orang yang

disayang, mendengarkan musik, merubah posisi, menggunakan teknik

relaksasi (Marmi, 2012).

g. Menjamin privasi

Privasi bukan hanya mengacu pada penghargaan terhadap tubuh ibu

sebagai seorang pribadi, tetapi juga menghormati tubuhnya,yang

merupakan haknya sebagai individu.

4. Tahapan Fisiologi Persalinan

Tahapan Persalinan terbagi atas 4 kala menurut Sofian (2011) yaitu:

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10cm).

Kala I Persalinan dibagi menjadi dua fase yaitu :

1) Fase Laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal

kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara


40

bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam, hal

ini sesuai dengan penelitian Kurniati (2011)

2) Fase Aktif

Pembukaan serviks 4-10 cm. berlangsung 6 jam dan dibagi

menjadi 3 subfase yaitu :

a) Fase Akselerasi

Fase akselerasi berlangsung selama 2 jam pembukaan 3cm

meningkat menjadi 4 cm.

b) Fase Dilatasi Maximal

Fase dilatasi maximal berlangsung selama waktu 2 jam

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase Deselerasi

Fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali.

Berlangsung dalam waktu 2 jam, pembuakaan 9 cm menjadi

pembukaan lengkap 10 cm.

Pada primigravida berlangsung selama 12 jam dan pada

multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve

Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1

cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)


41

Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukan:

1) Pembukaan serviks telah lengkap yaitu pembukaan 10 cm.

2) Terlihat bagian kepala bayi di introitus vagina.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III Persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

d. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2

jam.

5. Tanda dan Gejala Persalinan

Tanda dan gejala persalinan menurut Rohani dkk (2011) adalah sebagai

berikut:

a. Timbul rasa sakit karena adanya his yang adekuat

b. Keluarnya lendir bercampur darah

c. Biasanya diiringi dengan pecahnya ketuban

d. Pada pemeriksaan dalam telah ada perubahan serviks yaitu menurun

dan membukanya serviks.


42

e. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit).

6. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

a. Asuhan kebidanan ibu bersalin kala I

1) Perubahan Fisiologis dan psikologis kala I

Sejumlah perubahan fisiologis pada ibu selama persalinan penting

bagi bidan untuk memahami perubahan agar dapat membedakan

tanda dan gejala persalinan normal dan abnormal (Lailiyana dkk,

2011). Perubahan fisiologis kala I (Indrayani dan Moudy, 2013)

yaitu:

a) Perubahan tekanan darah

Perubahan tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus

dengan kenaikan sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolic

5-10 mmHg. Kenaikan tekanan darah disebabkan adanya

persaan takut pada ibu. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang

mendukung agar ibu lebih rileks dan santai dengan cara

memposisikan tidur terlentang selama bersalin akan

menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah

besar yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu

maupun janin.

b) Perubahan metabolisme
43

Perubahan metabolisme diakibatkan karena kecemasan serta

kegiatan otot rangka tubuh yang dintandai dengan kenaikan

suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output.

c) Perubahan suhu badan

Perubahan suhu badan selama persalinan dapat mencapai 0,5-

10C.

d) Pernapasan

Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri dan kehawatiran serta penggunaan tekhnik pernapasan

yang tidak benar.

e) Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan

padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir

berhenti selama persalinan dan anak menyebabkan konstipasi.

f) Kontraksi Uterus

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot

polos uterus dan penurunan hormon progesterone yang

menyebabkan keluarnya hormone oksitosin.

2) Perubahan psikologis pada persalinan kala I (Walyani dan Th.

Endang, 2015) yaitu:

a) Perasaan tidak enak.

b) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi.


44

c) Sering memikirkan apakah persalinan berjalan normal.

d) Menganggap persalinan sebagai percobaan.

e) Apakah penolong dapat sabar dan bijaksana.

f) Apakah nanti bayinya akan normal.

g) Apakah ibu sanggup merawat bayinya.

h) Ibu merasa cemas.

3) Asuhan selama persalinan kala I

Asuhan selama persalinan kala I disesuaikan dengan kondisi dan

kebutuhan ibu, tetapi secara umum di katakan bahwa prinsip

pemberian asuhan kebidanan selama persalinan adalah Asuhan

Sayang Ibu dengan menghadirkan seseorang untuk mendampingi

persalinan, mengurangi rasa nyeri dan sakit dengan cara memijat

atau melakukan masase, menciptakan suasana aman dan nyaman,

yakinkan ibu bahwa persalinan akan berjalan normal (Indrayani

dan Moudy, 2013).

b. Asuhan Kebidanan Ibu bersalin kala II

1) Perubahan Fisiologis (Indrayani dan Moudy, 2013) yaitu:

a) Kontraksi otot rahim

Semakin mendekati persalinan kontraksi akan semakin

adekuat.

b) Perubahan uterus
45

Perubahan uterus mengalami perenggangan dalam persalinan

dengan serviks mengalami relaksasi dan dilatasi.

c) Perubahan pada vagina dan dasar penggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah terjadi

perubahan terutama pada dasar panggul yang di renggangkan

oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang

dinding-dindingnya tipis karena suatu renggangan dan kepala

sampai di vulva.

2) Perubahan psikologis kala II

Perubahan psikologis kala II menurut Walyani dan Th. Endang

(2015) wanita yang sedang mengalami persalinan sangat

bervariasi, tergantung pada persiapan bimbingan, perawatan,

dukungan yang diterima wanita baik dari pasangan, keluarga

maupun bidan. Dukungan yang di terima oleh wanita di

lingkungan termasuk mereka yang mendampingi sangat

mempengaruhi aspek psikologinya.

3) Asuhan Sayang Ibu pada Kala II

Asuhan sayang ibu merupakan asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu, serta memberikan asuhan

yang aman. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan sehingga

tercipta perasaan dekat dengan bidan (Walyani dan Th. Endang,


46

2015). Asuhan sayang ibu kala II menurut Indrayani dan Moudy

(2015) meliputi:

a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan

mendampingi ibu agar merasa nyaman, menghadirkan keluarga

atau suami untuk mendampingi, menawarkan minum,

mengipasi dan memijat ibu.

Berdasarkan penelitian Wahyuni, Marheni dan Andyawati

(2012) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga terdekat

terutama suami akan membuat ibu merasa nyaman, aman, tidak

takut dan menambah rasa percaya diri ibu serta akan

mempercepat proses persalinan.

b) Menjaga kebersihan diri, agar ibu terhidar dari infeski.

c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi ketakutan

ibu.

d) Mengatur posisi ibu agar ibu lebih nyaman selama persalinan.

e) Menjaga kandung kemih tetap kosong.

f) Memberikan cukup minum agar memberi tenaga dan

mencegah dehidrasi.

c. Asuhan kebidanan ibu bersalin kala III

1) Perubahan fisiologis pada kala III

Perubahan fisiologis pada kala III menurut Walyani dan Th.

Endang (2015) dimulai setelah bayi sampai lahirnya plasenta yang


47

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus

teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit

kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Pengeluaran plasenta ditandai dengan perubahan

bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, adanya

semburan darah.

2) Perubahan psikologis ibu bersalin kala III

Ibu merasa bangga terhadap dirinya, gembira dan lega atas

kelahiran bayinya dengan menyentuh dan memeluk bayinya

(Indrayani dan Moudy, 2013).

3) Asuhan kebidanan ibu bersalin kala III dapat dilakukan dengan

manajemen aktif kala III (Sondakh, 2013) seperti menganali tanda-

tanda pelepasan plasenta, pemberian oksitosin, melakukan

penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri.

d. Asuhan kebidanan ibu bersalin kala IV

1) Perubahan Fisiologis kala IV

Pada kala IV (Indrayani dan Moudy, 2013), ibu akan mengalami

kehilangan darah pada persalinan disebabkan oleh luka dari bekas

perlekatan plasenta atau adanya robekan pada serviks dan

perineum. Batas normal rata-rata perdarahan persalinan adalah 250

ml atau kisaran 100-300 ml yang merupakan batasan normal untuk

proses persalinan normal.


48

2) Perubahan Psikologis kala IV

Pada kala IV hubungan ibu dan bayi semakin melekat. Pada 1 jam

pertama yang disebut periode sensitive maternal terjadinya

bounding yaitu suatu proses untuk membentuk ikatan dengan bayi.

Proses Bounding Attachment dapat dilakukan dengan cara

langsung mendekap bayi dan ASI langsung disusukan (Indrayani

dan Moudy, 2013),.

3) Asuhan Kebidanan pada kala IV

Asuhan penanganan kala IV menurut Walyani dan Lia (2015),

yaitu:

a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap

20-30 menit pada jam kedua.

b) Memonitoring tanda-tanda vital (tensi, nasi, respirasi, suhu),

kandung kemih, dan perdarahan selama 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua.

c) Menganjurkan ibu untuk cukup cairan guna mencegah

dehidrasi.

d) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan

kering.

e) Biarkan bayi berada pada ibu (Bounding Attachment) untuk

meningkatkan hubungan ibu dan bayi sebagai permulaan

menyusui bayinya. Menurut Nelson dan May (Rukiyah dan


49

Lia, 2015) Bounding Attachment merupakan ikatan antara

individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan

emosi dan fisik yang akrab.

f) Bayi yang diberikan ASI sangat membantu uterus untuk

berkontraksi.

g) Ibu diperbolehkan bangun dan ke kamar mandi. Pastikan ibu

sudah buang air kecil (BAK) setelah 3 jam pasca persalinan.

7. Penatalaksanaan Tindakan Asuhan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal disusun dengan tujuan terlaksananya

persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar,

target akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di

Indonesia. Langkah-langkah APN Kemenkes RI (2013) di dalam

penelitian Andayani (2013) sebagai berikut:

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

Periksa tanda berikut :

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan

vagina.

c) Perineum menonjol dan menipis.

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.


50

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai

tiga ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai APD lengkap seperti sarung tangan, apron atau

celemek, masker, pengaman mata atau google, topi dan sepatu boots.

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan

degan sabun dan air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi

(DTT) pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan

dalam.

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan,

isi dengan 10 UI oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah

partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah

dengan gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5 persen (%), membuka sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit.
51

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus

selesai (pastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal

(120 sampai 160 kali per menit).

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his atau kontraksi apabila

ibu sudah merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman serta cukup minum).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter lima

sampai enam cm.

16) Meletakan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian bawah

bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.


52

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter lima

sampai enam cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan

janin pada perut ibu.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah

atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri

punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang

tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut

janin.

25) Melakukan penilaian selintas :

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak aktif ?


53

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.

Membiarkan bayi di atas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin

10 unit IM (intramuskuler) di sepertiga paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira tiga cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke

arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat.

31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara

dua klem tersebut.

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu

sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.


54

33) Melakukan skin to skin pada bayi dan dilakukan IMD dengan

menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak lima

sampai 10 cm dari vulva.

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan

tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati

ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 sampai 40

detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali

pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan

plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang

plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk

membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput

ketuban.
55

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan)

pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar empat jari tangan kiri hingga kontraksi

uterus baik (fundus teraba keras).

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan

tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik

yang tersedia.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada

ibu paling sedikit satu jam.

44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan dan pengukuran bayi,

beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 satu mg di

berikan secara IM di paha kiri anterolateral.

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.
56

47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik.

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah di dekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat

tinggi (DTT). Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.


57

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58) Melengkapi partograf.

8. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Dalam mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi setelah dilahirkannya

bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu dibersihkan.

Sentuhan kulit dengan kulit mampu mengadirkan efek psikologis yang

dalam di antara ibu dan anak. Pada jam pertama bayi menemukan

payudara ibunya, hal ini merupakan awal hubungan menyusui dengan

berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi. Setelah IMD

dilanjutkan pemberian ASI Esklusif selama 6 bulan. Penelitian

membuktikan bahwa ASI esklusif selama 6 bulan baik bagi bayi. Satu jam

pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk mencari

putting susu sang bunda. Perilaku tersebut dikenal dengan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD). Wewenang bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) (Rukiyah dan Lia, 2012) yaitu:

a. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi saat

melahirkan.

b. Menghindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.

c. Segera keringkan bayi.

d. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di

dada atau perut ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi dan

kemudian selimuti agar tidak hipotermi.


58

e. Anjurkan ibu untuk memberikan sentuhan kepada bayi untuk

merangsang bayi mendekati putting.

f. Biarkan bayi bergerak sendiri untuk mencari putting susu ibunya.

g. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama

minimal satu jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila belum

terjadi proses menyusui hingga 1 jam, biarkan bayi berada di dada ibu

sampai proses menyusu pertama kali.

h. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, memberikan

suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu pertama selesai.

i. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus diupayakan

meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain.

j. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain kecuali ada indikasi

medis yang jelas.

Berdasarkan hasil penelitian Sirajuddin dkk (2013) mengemukakan

bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam pada saat bayi baru

lahir bukan saja menyukseskan pemberian ASI esklusif tetapi dapat

membuat bayi mendapatkan nutrisi pertama kali serta menjaga kehangatan

pada bayi. Apabila semua bayi segera segera setelah lahir diberi

kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak langsung kulit

bayi dengan kulit ibu, maka satu juta nyawa bayi dapat diselamatkan.

Menurut hasil penelitian Setyawati dan Puspita (2013) mengemukakan

bahwa adanya pengaruh IMD (Inisiasi Menyusu Dini) bagi ibu dengan
59

rangsangan sentuhan dan isapan pada payudara ibu dapat mendorong

terbentuknya oksitosin alami yang berdampak pada kontraksi pada uterus

sehingga membantu mempercepat pengeluaran plasenta.

9. Partograf

a. Definisi Partograf

Partograf adalah sebuah tinjauan dalam bentuk grafik tentang elemen

fisik dan peristiwa yang terjadi pada wanita bersalin secara individual

(Medforth, 2011). Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi

berdasarkan observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam

persalinan. Hal tersebut sangat penting khususnya untuk membuat

keputusan klinis selama kala I persalinan. (Rohani dkk, 2011).

Kegunaan Utama Partograf yaitu :

1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan

memerlukan dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.

2) Menentukan apakah persalinan dapat berjalan normal. Sehingga

bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan

persalinan lama.

Partograf digunakan harus pada kondisi sebagai berikut (Rohani dkk,

2011):
60

1) Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai elemen

penting asuhan persalinan.

2) Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat.

3) Dilakukan secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan ibu selama persalinan dan kelahiran.

b. Halaman Depan Partograf

1) Informasi tentang ibu

Berisi nama, umur, gravida, para, abortus (GPA), nomor catatan

medic, tanggal dan waktu dirawat, waktu pecahnya selaput

ketuban.

2) Kondisi janin.

a) Nilai DJJ, setiap kotak pada bagian inimenunjukan waktu 30

menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukan

DJJ, catat dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai

angka menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu

dengan yang lain dengan garis tidak terputus. Kisaran DJJ

terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180-100.

Tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ dibawah 120

atau diatas 160.

b) Warna dan adanya air ketuban.

Nilai air ketuban setiap dilakukan pemeriksaan dalam.

Gunakan lambing sebagai berikut:


61

(a) U: Ketuban Utuh (belum pecah)

(b) J: Ketuban sudah pecah dan air ketuban jerni

(c) M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

meconium.

(d) D: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

(e) K: Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering).

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan

gawat janin jika DJJ masih dalam kategori normal.

Moulage (penyusupan Kepala janin), gunakan lambang:

(a) 0: Tulang kepala janin terpisah.

(b) 1: Tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

(c) 2: Tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih

dapat dipisahkan.

(d) 3: Tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi tidak

dapat dipisahkan.

c) Kemajuan Persalinan. Nilai pembukaan serviks dan catat setiap

4 jam, Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, Garis

waspada dan garis bertindak.

d) Jam dan waktu. Catat waktu dimulainya fase aktif dibagian

bawah partograf tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-1.

Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase


62

aktif persalinan. Dan catat waktu actual saat pemeriksaan

dilakukan

e) Kontraksi uterus. Nilai frekuensi kontraksi dalam waktu 10

menit dan lama kontraksi dalam detik setiap 30 menit.

f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan. Oksitosin dan Obat-

obatan lain serta cairan IV.

g) Kesehatan dan kenyamanan ibu. Seperti

(a) Pemeriksaan nadi, tekanan darah, suhu. Nilai dan catat nadi

setiap 30 menit, tekanan darah setiap 4 jam, suhu tubuh

setiap 2 jam.

(b) Volume urine, protein atau aseton, setiap 2 jam.

h) Asuhan, pengamatan, keputusan klinik lainnya. Merupakan

keputusan klinik disisi luar kolom paragraf, atau buat catatan

terpisah tentang kemajuan persalinan.

c. Halaman belakang partograf

Menurut Rohani (2011) yaitu halaman belakang partograf merupakan

bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan

dan kelahiran, serta tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I

hingga kala IV dan bayi baru lahir.

10. Komplikasi Persalinan

a. Partus Lama
63

Partus lama merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam

pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Penyebab partus lama

yaitu kelinan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan

partus yang salah, janin besar atau kelainan kongenital, primitua.

Penatalaksanaan kasus partus lama adalah pasang infus Ringer Laktat

atau NaCL 0,9% (guyur 1 kolf dan tetes cepat pada kolf berikutnya),

berikan deksametason 10 mg (2 Ampul) secara IV, pemberian

antibiotika ceftriaxone 1 gr/IV (skin test) atau cefotaxime 1-2gr/IV

(skin test), pasang oksigen 2-3 liter per menit. Apabila ketuban sudah

pecah maka persalinan harus segera berlangsung, jika dalam waktu 24

jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan dilakukan

seksio cesarea (Sofian, 2011).

b. Distosia Bahu

Distosia bahu merupakan masalah yang terjadi pada kepala janin yang

telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut dan tidak dapat dilahirkan.

Tanda distosia bahu seperti kepala bayi tidak melakukan putaran paksi

luar, kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina,

bahu bayi tidak lahir. Penanganan yang dilakukan distosia bahu yaitu
64

melakukan episiotomy secukupnya dan melakukan maneuver Mc

Robet’s dengan langkah posisi ibu berbaring pada punggungnya minta

ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin kearah dadanya,

Minta suami atau keluarga untuk membantu ibu. Tekan kepala bayi

secara mantap dan terus menerus kea rah bawah (kearah anus ibu)

untuk menggerakan bahu anterior dibawah simpisis pubis. Jika masih

tetap tidak lahir anjurkan ibu untuk berganti posisi merangkak.

(Johariyah dan Ema, 2012).

c. Lilitan tali pusat

Merupakan kasus tali pusat yang melilit pada leher bayi.

Penatalaksanaan kasus lilitan tali pusat yaitu jika lilitan tali pusat

melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi dan jika

tali pusat melilit erat di leher bayi, lakukan penjepitan tali pusat

dengan klem di dua tempat kemudian potong diantaranya, lalu

lahirkan bayi dengan segera (Johariyah dan Ema, 2011).

d. Prolapsus Funikuli (Tali Pusat Menumbung)

Tali pusat menumbung adalah apabila teraba tali pusat keluar dan

biasanya ketuban sudah pecah. Penyebab tali pusat menumbung

dikarenakan letak lintang, letak sungsang, panggul sempit,

hidrosefalus dan anensefalus, hidramnion.plasenta previa (Sofian,

2011). Asuhan kebidanan yang diberikan pada kasus tali pusat


65

menumbung pertama, nilai DJJ jika ada segera rujuk ke fasilitas yang

memiliki kemampuan tatalaksanaan gawat darurat obstetric dan BBL,

damping ibu ke tempat rujukan, baringkan miring ke kiri dengan

panggul agak naik atau dengan menganjurkan ibu untuk berlutut

dengan bokong lebih tinggi dari kepalanya. Dengan mengenakan

sarung tangan steril satu tangan tetap di dalam vagina untuk

mengangkat kepala bayi dari tali pusat. (Johariyah dan Ema, 2012).

e. Eklampsi

Eklampsi merupakan kasus Penderita pre-eklampsi yang di tandai

dengan TD sistolik 160 mmHg atau lebih, TD diastolic 90 mmHg atau

lebih, disertai dengan kejang, gangguan penglihatan dan nyeri kepala.

Penatalaksanaan kasus eklampsi dengan membaringkan pasien miring

kiri, pasang infus dengan menggunakan jarum diameter sebesar

(ukuran 16 atau 18) berikan RL atau NS 125 cc/jam. Berikan dosis

awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit. Berikan MgSO4 50%,

10gr (5 gr IM pada masing-masing bokong). Segera rujuk ke fasilitas

yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetric

dan BBL (Johariyah dan Ema, 2012).

C. Nifas

1. Definisi Nifas
66

Masa Nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014). Masa nifas

(puerperium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali keadaan semula (sebelum hamil) dan

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari (Vivian dan Tri,

2011).

2. Tujuan Masa Nifas

Tujuan masa nifas menurut Marmi (2014) yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrining komprehensif, deteksi dini, mengobati atau

merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun janin.

c. Memberikan pendidikann kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui dan imunisasi.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

e. Mendapatkan kesehatan emosi.

3. Peran Bidan dalam Masa Nifas

Peran bidan dalam Masa Nifas menurut Walyani (2015) yaitu :

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikilogis selama masa nifas.


67

b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

d. Membuat kebijakan, perencenaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi.

e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

f. Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman.

g. Melakukan menejemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetepkan diagnosa, rencana tindakan yan melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama proses nifas.

h. Memberikan asuhan secara professional.

4. Tahapan Masa Nifas

Menurut Dewi dan Tri Sunarsih (2011) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap

yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.

a. Puerperium Dini
68

Puerperium dini merupakan pemulihan dimana ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita

normal.

b. Puerperium Intermedial

Puerperium Intermedial merupakan masa pemulihan menyeluruh alat-

alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Remote Puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi.

5. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI masa Nifas

Dukungan bidan dalam memberikan ASI (Marmi dkk, 2014) yaitu:

a. Yakinkan ibu dapat menyusui dan ASI yang terbaik.

b. Memastikan bayi mendapat ASI Cukup.

c. Membantu ibu mengembangkan keterampilan dalam menyusui

d. Ibu mengetahui perubahan fisik pada dirinya dan perubahan tersebut

normal

e. Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga mampu menyusui bayinya.

f. Mendukung suami dan keluarga yang mengerti bahwa ASI paling baik

untuk bayi, berguna untuk memberikan dorongan baik bagi ibu agar

lebih berhasil menyusui.


69

g. Peran petugas kesehatan sangat penting dalam membantu ibu-ibu

menyusui terutama pada masa nifas.

h. Membiarkan bayi bersama ibunya setelah ibu bersalin.

i. Mengajarkan masalah payudara untuk mencegah masalah yang timbul.

j. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

k. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat

gabung).

6. Perubahan Psikologis Ibu Nifas

Wanita hamil akan mengalami perubahan yang nyata sehingga

memerlukan adaptasi. Perubahan psokologi seperti sering menangis, lekas

marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan

manisfestasi dari emosi yang labil (Walyani, 2015). Fase-fase yang akan

dialami oleh ibu pada masa nifas :

1) Fase taking in

Ibu nifas masih berfokus pada dirinya sendiri.ibu akan berulang kali

menceritakan pengalamannya selama persalinan dari awal sampai

akhir. Kehadiran seorang suami atau keluarga sangat dibutuhkan pada

fase ini.

2) Fase taking hold


70

Periode ini berlangsung pada hari ke-3-10 setelah melahirkan. Pada

fase ini ibu nifas akan timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayinya.

Tugas bidan disini adalah memberikan konseling tentang cara

merawat bayi, menyusui yang benar, merawat bekas luka jahitan,

senam nifas, gizi seimbang, istirahat yang baik dan kebersihan diri.

3) Fase letting go

Periode ini disebut dengan periode penerimaan akan tanggung jawab

sebagai peran barunya. Berlangsung lebih dari 10 setelah postpartum.

Pada fase ini ibu nifas sudah mulai bisa merawat bayi dan dirinya

sendiri.

7. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Kunjungan Masa Nifas

Menurut Dewi dan Tri Sunarsih (2011) kunjungan masa nifas paling

sedikit di lakukan 4 kali untuk menilai status ibu dan BBL, dan untuk

mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi

dalam masa nifas. Asuhan yang diberikan antara lain sebagai berikut :

a. Asuhan masa nifas pada kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan

menurut Yanti dan Dian (2011) yaitu:

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.
71

3) Memberikan konseling pada ibu nifas salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap hangat dan mencegah hipotermia.

b. Kunjungan ke dua (enam hari post partum)

Asuhan masa nifas pada kunjungan kedua 6 hari post partum menurut

Yanti dan Dian (2011) adalah:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah pusat dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan

tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

c. Kunjungan ke tiga (2 minggu setelah persalinan)


72

Asuhan masa nifas pada kunjungan ke tiga 2 minggu setelah

persalinan menurut Yanti dan Dian (2011) yaitu :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah pusat dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai suhan pada bayi dan tali

pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

d. Kunjungan ke empat (6 minggu setelah persalinan)

Asuhan masa nifas pada kunjungan ke empat 6 minggu setelah

persalinan menurut Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih (2011)

yaitu :

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi

alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.


73

8. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis masa nifas antara lain:

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus

Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan.

Tabel 2.5 Perubahan normal involusi uterus selama masa nifas

Involusi TFU Berat Diameter Keadaan Serviks


Uterus (gr) Uterus

Bayi Setinggi pusat 1.000


Lahir
Uri Lahir 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek
pusat

1 minggu Pertengan pusat- 500 7,5 Beberapa hari


simpisis setelah postpartum
2 minggu Tidak teraba diatas 350 3-4 dapat dilalui 2 jari,
simpisis akhir minggu
6 minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 pertama dapat
dimasuki 1 jari.
8 minggu Sebesar normal 30

Sumber : Vivian dan Tri (2011)

2) Involusi tempat plasenta

Tempat plasenta setelah persalinan, merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka mengecil pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar

3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. penyembuhan luka bekas

plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang


74

tersumbat oleh trombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan

parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara

dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium

baru dibawah permukaan luka. Endometrium mengalami

regenerasi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu

(Dewi dan Tri Sunarsih, 2011).

3) Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setalh janin lahir, berangsung-

angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang

ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak

uterus menjadi retrofleksi (Marmi, 2014).

4) Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama uterus, perubahan pada

serviks postpartum adalah bentuk serviks yang menganga seperti

corong disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi. Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum

dapat dilalui 2 jari, pada akhir minggu pertama ahanya dapat

dilalui 1 jari. Umumnya ostium ekstarnum lebih besar dan tetap

terdapat retak dan robekan pinggirnya terutama pinggir samping.

Oleh karena itu, terbentuklah bibir depan dan bibir belakang pada

serviks (Rukiyah dkk, 2011).


75

5) Lokia

Lokia adalah cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lokia juga mengalami perubahan proses involusi

karena proses involusi. Lokia mempunyai bau amis meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap

wanita. Pengeluaran lokia dibagi berdasarkan waktu dan warnanya

menurut Rukiyah dkk (2011) antara lain:

a) Lokia rubra (Cruenta)

Lokia muncul pada hari ke-1-2 postpartum berwarna merah

dan mengandung darah dan sisa selaput ketuban, jaringan dari

desidua, verniks caseosa, lanugo, meconium.

b) Lokia sanguinolenta

Muncul pada hari ke 3-7 hari postpartum, berwarna merah

kuning berisi darah dan lendir.

c) Lokia serosa

Muncul hari ke 7-14 postpartum, berwarna kecoklatan

mengandung banyak serum, lebih sedikit darah, juga terdiri

atas leukossit dan robekan laserasi plasenta.

d) Lokia alba
76

Muncul sejak 2-6 minggu postpartum berwarna putih

kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan

serabut jaringan yang mati.

e) Lokia purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

f) Lochiostatis

Lokia yang tidak lancer keluarnya.

3) Perubahan pada Vula, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penakanan serta perenggangan yang

besar selama proses melahirkan bayi. Organ ini tetap berada pada

keadaan kendur vagina dan pintu keluar vagina pertama pada masa

nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang

ukurannya perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali seperti

sebelum melahirkan. Perubahan pada perineum menjadi kendur

karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju,

pada hari ke-5 kembali menjadi keadaan sebelum melahirkan

(Rukiyah dkk, 2011).

b. Perubahan Tanda-Tanda Vital


77

Perubahan yang dialami wanita pada masa nifas menurut Dewi dan Tri

Sunarsih (2011) antara lain:

1) Suhu Badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan naik (37,5-38 oC) akibat

kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

Pada hari ke-3 suhu badan naik lagi dikarenakan ada pembentukan

ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena

kebanyaka ASI. Jika suhu tidak turun dikarenakan adanya infeksi

pada endometrium, mastitis, traktus genitalis.

2) Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa 60-80x/menit. setelah

melahirkan umumnya denyut nadi akan lebih cepat.

3) Tekanan Darah

Umumnya tekanan darah wanita postpartum tidak berubah.

tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena adanya

perdarahan, jika ditemukan tekanan darah tinggi menandakan

terjadinya preeklamsia postpartum.

4) Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhungan dengan suhu dan denyut

nadi. Jika suhu tidak normal, pernapasan juka akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernapasan.

c. Perubahan Sistem Hematologi


78

Pada ibu masa nifas 72 jam pertama akan kehilangan volume plasma

daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah

pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktir, dan

haemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi

darah mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

mengingkatkan faktor sehingga meningkatkan factor pembekuan

darah. Dara leukositosis akan tinggi selama bebarapa hari pertama

masa postpartum sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi

patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Penurunan

volume dan peningkatan sel darah pada hari ke 3-7 postpartum, akan

normal dalam 4-5 minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah

selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama

postpartum sekitar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas 500 ml

(Rukiyah dkk, 2011).

d. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Perubahan volume darah bergantung beberapa faktor seperti

kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta


79

menegeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah akibat dari

penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Pada minggu

ke-3 dan ke-4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun. Pada

persalinan per vaginam ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc dan

hematokrit akan naik sedangkan pada kelahiran melalui SC kehilangan

darah dapat dua kali lipat, hematokrit cenderung stabil dan kembali

normal setelah 4-6 minggu (Vivian dan Tri, 2011).

e. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan

sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kandung kencing masa

nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak

sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Urine dalam jumlah

besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam postpartum (Marmi,

2011).

f. Perubahan Sistem Pencernaan

Masa nifas memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Pasca

melahirkan, ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk

mengonsumsi makanan. Meskipun, kadar progesterone menurun

setelah melahirkan, asupan makanan mengalami penurunan selama

satu atau dua hari postpartum, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

bawah sering kosong (Rukiyah, dkk, 2011).

g. Perubahan Sistem Musculoskeletal


80

Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi mencakup hal yang

dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan

pusat berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap

akan terjadi pada minggu ke 6-8 postpartum (Marmi, 2011).

h. Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan system endokrin mengalami

perubahan. Ditandai dengan keadaan hormon plasenta menurun

dengan cepat, hormon HCG menurun cepat, estrogen menurun sampai

10%. Adanya perubahan hormon plasenta yaitu estrogen dan

progesterone menurun. Hormone pituitary mengakibatkan prolaktin

meningkat, FSH dan LH menurun. Produksi ASI mulai hari ke-3

postpartum yang mempengaruhi hormone prolaktin, oksitosin dan

reflek let down dan reflek sucking (Rukiyah, dkk, 2011).

9. Tanda Bahaya pada Masa Nifas

Menurut Dewi dan Tri Sunarsih (2013) tanda bahaya masa nifas adalah

sebagai berikut:

a. Infeksi Saluran Kemih


81

Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran

kemih. Tanda dan gejalanya yaitu perasaan nyeri berkemih

(disuria),sering berkemih dan tidak dapat ditahan. Pengobatan berikan

antibiotic golongan penicillin.

b. Endometritis

Kuman yang masuki endometrium biasanyanya melalui luka bekas

insersio plasenta. Suhu berangsung menurun pada hari ke 7-10. Tanda

endometritis yaitu peningkatan demam secara persisten hingga 400C,

takikardi, menggigil, subinvulusio, lokia sedikit berbau.

c. Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi memalui

luka serviks dapat menjalar ke dinding perut. Parametritis ringaan

dapat menyebabkan suhu meninggi dalam masa nifas.

d. Mastitis

Mastitis adalah Infeksi payudara dengan payudara bengkak,

kemerahan. Gejala mastitis umumnya cenderung tidak ada pada akhir

minggu pertama pascapersalinan. Tanda dan gejala mastitis ditandai

dengan suhu 39,50C-400C, nadi cepat, menggigil, sakit kepala, nyeri

hebat.

e. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang cukup lama.

f. Trombofleblitis merupakan rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian

betis atau kaki.


82

10. Komplikasi pada Masa Nifas

Komplikasi pada masa Nifas yaitu :

a. Atonia Uteri

Atonia uteri merupakan suatu komplikasi myometrium tidak dapat

berkontraksi dalam 15 menit pada bekas implantasi plasenta

(Johariyah dan Ema, 2012). Penatalaksanaan yang diberikan kepada

klien adalah cek kontaksi, lakukan eksplorasi, masase uterus, lakukan

kompresi bimanual interna jika gagal lakukan kommpresi bimanual

eksterna, berikan oksitosin 10 IU/IM dalam 500 cc NaCl 0,9% dengan

tetesan 40-60 tpm, rujuk ke rumah sakit (Marmi,2012).

b. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit

setelah bayi lahir. Penatalaksanaan asuhan yang diberikan yaitu

berikan 10 unit oksitosin IM dosis ke dua, kosongkan kandung kemih,

ulangi lagi penegangan tali pusat terkendali (PTT). Jika dalam waktu

30 menit belum lahir rujuk segera ke fasilitas yang lebih tinggi

(Johariyah dan Ema, 2012).

c. Perlukaan jalan lahir

Perlukaan atau laserasi jalan lahir adalah perdarahan yang disebabkan

laserasi atau robekan perineum dan vagina. Penatalaksanaan asuhan

laserasi jalan lahir derajat I tidak perlu di jahit jika tidak ada

perdarahan dan aposisi luka baik, jika derajat II jahit dengan tekhnik
83

jelujur. Sedangkan jika ditemukan laserasi derajat III dan IV maka

rujuk segera ke fasilitas yang lebih tinggi (Johariyah dan Ema, 2012).

D. Bayi Baru Lahir dan Neonatus

1. Definisi Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4.000 gram (Dewi. 2011). Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2.500-4.000 gram, nilai

Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Lia, 2013).

Neonatus adalah bayi baru lahir yang lahir dari kehamilam 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gram sampai 4.000

gram yang berumur 0 (baru lahir) sampai usia 28 hari (Maryani dkk,

2011). Neonatus merupakan bayi yang baru mengalami proses kelahiran

dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan

ekstra uterin (Rukiyah dan Lia, 2013).

2. Peran Dan Fungsi Bidan pada bayi baru lahir dan neonatus

Peran bidan pada bayi adalah dengan cara memberikan ASI melalui IMD

karena ASI mengandung kekebalan alami. Pencegahan hipotermi,

pencegahan infeksi. Merawat mulut pada 6 minggu pertama bersihkan

mulut bayi dengan sikat mulut bayi atau lap basah setelah makan,
84

memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir,mencakup (Rukiyah dan

Lia, 2013):

a. Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.

b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir

c. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai prioritas.

d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah

dibuat.

e. Mengevaluasi suhan kebidanan yang telah diberikan.

f. Membuat rencana tindak lanjut.

g. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah

diberikan.

3. Pengkajian segera setelah bayi lahir

Pengkajian setlah bayi baru lahir bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi

baru lahir dari kehidupan di luar uterus dengan penilaian APGAR.

Penilaian APGAR meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut

jantung), grimace (tonus otot), Activity (aktivitas), respiration

(pernapasan) (Dewi,2011).
85

Tabel 2.6 Nilai APGAR menurut dr. Virginia Apgar (Maryani dkk. 2011)

yaitu :

Tanda 0 1 2

Appearance (warna Pucat/biru seluruh Tubuh merah, Seluruh tubuh


kulit) tubuh ekstremitas biru kemerahan
Pulse (denyut jantung) Tidak ada <100 >100
Grimace (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
sedikit fleksi
Activity (aktivitas) Tidak ada Sedikit gerak Langsung menangis
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis
(pernapasan) teratur
Sumber : Maryani dkk (2011)

Interpretasi :

1) Nilai 1-3 Asfiksia berat.

2) Nilai 4-6 Asfiksia sedang.

3) Nilai 7-10 Asfiksia Ringan (normal).

4. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan bayi baru lahir

Asuhan kebidanan penanganan bayi baru lahir normal menurut Dewi

(2011) yaitu:

a. Memotong dan merawat tali pusat.


86

1) Menjepit tali di pusat dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat,

lalu mengurut tali pusat kea rah ibu dan memasang klem ke-2

dengan jarak 2 cm dari klem.

2) Menegangkan tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan

tangan kiri lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.

3) Mengikat tali pusat dengan jarak kurang lebih 1 cm dari umbilicus

dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul

mati. Bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem tali pusat, lalu

memasukannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.

b. Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah Hipotermiaa.

Mengeringkan tubuh bayi setelah lahir, bayi segera dibungkus dengan

kain kering kemudian diletakan telungkup diatas dada ibu untuk

mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. Menunda memandikan

BBL sampai tubuh bayi stabil umumnya jika bayi normal 24 jam

setelah kelahiran dapat dimandikan (Vivian, 2011).

5. Kunjungan Neonatal (KN)

Waktu kunjungan neonatus menurut konsep pelayanan kesehatan neonatus

essensial menurut Rosita (2012) adalah sebagai berikut:


87

a. Kunjungan Neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai 48 jam

setelah lahir. Asuhan yang bidan berikan yaitu:

1) Menjaga kehangatan bayi.

2) Berikan ASI Esklusif.

3) Pencegahan Infeksi.

4) Perawatan tali pusat.

Berdasarkan hasil penelitian menurut Redjeki (2012)

menyatakan bahwa tali pusat yang dirawat hanya dengan

dibungkus kasa steril akan jauh lebih cepat puput dari pada

dibungkus menggunakan kasa alkohol 70% didapatkan hasil yaitu

perawatan kasa steril rata-rata puput pada hari 5 hari sedangkan

untuk perawatan kasa alkohol 70% 6 hari.

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-3 sampai dengan hari ke 6 setelah bayi lahir. Asuhan yang

diberikan bidan yaitu:

1) Pemberian nutrisi

Berikan ASI secara tidak terjadwal, berikan ASI eksklusif.

2) Pemantauan BAB dan BAK

BAB pada bayi 3 hari pertama tinja masih dalam bentuk

mekonium, bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16

ml/kg/hari dengan warna yang pucat menunjukan bahwa bayi

mendapatkan cairan yang cukup.


88

3) Istirahat

Bayi akan sering tidur dalam minggu pertama, biasanya sekitar

16,5 jam perhari. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat,

pastikan bayi tidak merasa kepanasan dan kedinginan.

4) Kebersihan kulit

Bersihkan tubuh bayi mulai dari muka, pantat dan tali pusat bayi

secara teratur serta selalu cuci tangan sebelum memegang bayi

dan setelah memegang bayi.

5) Kebutuhan akan keamanan

Jangan tinggalkan bayi sendirian ataupun jangan tinggalkan bayi

ketika bayi sedang menggunakan alat atau teknologi seperti

pemanas atau pendingin.

6) Tanda bahaya pada neonatus

Pantau tanda bahaya pada bayi seperti pernafasan lebih dari 60

kali permenit, suhu badan lebih dari 38oC atau kurang dari 36oC,

kulit bayi berubah menjadi kebiruan atau pucat, hisapan bayi

lemah, sering muntah dan rewel, ada peradangan pada tali pusat,

terdapat tanda-tanda infeksi, tinja lembek atau cair berwarna

hijau tua terdapat lendir atau darah.

7) Memberikan informasi sebelum pulang

Memberitahukan kepada ibu dan keluarga seperti menjaga

kehangatan bayi, perawatan tali pusat, perawatan mata, perawatan


89

telinga, perawatan hidung, perawatan mulut, cara memandikan

bayi, cara menyusui bayi, tanda bahaya, imunisasi.

c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari

ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir. Asuhan yang diberikan

bidan adalah:

1) Pemberian ASI esklusif.

2) Kenali tanda-tanda infeksi.

3) Pastikan berat badan bayi bertambah.

6. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

Pemeriksaan Setelah Lahir Menggunakan MTBM pada prinsipnya waktu

yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaan setelah bayi lahir

(Purpini, 2011) adalah:

a. Sebelum bayi dipulangkan

Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Apabila bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti pada

saat petugas meninggalkan rumah tempat ibu bersalin. Petugas

meninggalkan rumah tempat bersalin minimal 2 jam setelah lahir.

2) Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan minimal

24 jam setelah lahir

Pemeriksaan ini menggunakan formulir bayi baru lahir seperti

dijelaskan pada bab sebelumnya.

b. Pada saat kunjungan ulang


90

Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian, yaitu

1) Apabila bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karena

suatu masalah.

2) Sesuai jadwal kunjungan neonatus.

Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada Manajemen Terpadu

Balita Sakit khususnya pada kelompok umur kurang dari 2 bulan.

7. Pemeriksaan Neonatus Menggunakan MTBS

Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat

atau sakit dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada

bayi. Pemeriksaan tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman

Manajemen Terpadu Balita Sakit. Tanda atau gejala pada bayi muda sakit

kadang merupakan suatu masalah tersendiri atau bagian dari suatu

penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan supaya dapat menangani

masalah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat digunakan untuk

mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis

tetapi dengan klasifikasi ini petugas bisa melakukan langkah-langkah

untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit.

Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu

mengklasifikasikan bayi sakit, melakukan tindakan atau pengobatan,

memberikan konseling dan memberikan pelayanan tindak lanjut. Petugas

akan menulis hasil pemeriksaannya di formulir MTBS dan menggunakan

buku bagan MTBS sebagai alat bantunya (Wijaya, 2011).


91

Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu (Wijaya, 2011):

a. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya

b. Apabila menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan

penyakit bayi untuk:

1) Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri

2) Diare

3) Ikterus

4) Kemungkinan berat badan rendah

c. Menangani masalah pemberian ASI

d. Menentukan status imunisasi

e. Menentukan masalah atau keluhan lain

f. Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan

g. Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan

h. Melakukan konseling bagi ibu

i. Memberikan pelayanan tindak lanjut.

Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan

MTBS di bagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara

memberikan tatalaksana bayi muda menurut MTBS.

8. Penilaian dan Klasifikasi MTBM

Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan

menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk (Wijaya, 2011):

a. Menanyakan kepada ibu tentang masalah anaknya


92

b. Memeriksa adakah tanda bahaya umum yang menunjukkan kondisi

yang mengancam jiwa.

c. Memeriksa bayi muda untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin K1

dan imunisasi.

Membuat klasifikasi berdasarkan algoritma pada buku bagan terdapat 3

warna:

a. Merah muda : bayi sakit berat dan harus dirujuk segera setelah diberi

pengobatan pra rujukan.

b. Kuning : Bayi dapat berobat jalan dan membutuhkan pengobatan

medis spesifik dan nasihat.

c. Hijau : bayi sakit ringan dan cukup diberi nasihat sederhana tentang

penanganan di rumah (Purpini, 2011).

9. Menilai dan Mengklasifikasikan untuk Kemungkinan Penyakit

a. Sangat Berat atau Infeksi Bakter

Periksalah untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi

bakteri untuk semua bayi yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan

atau setiap melakukan kunjungan rumah dengan memeriksa tanda dan

gejala berikut ini. Seorang bayi akan diklasifikasikan apabila

didapatkan salah satu tanda pada lajur yang sesuai( Kemenkes, 2011).
93

Tabel 2.7 klasifikasi kemungkinan penyakit sangat berat atau

infeksi bakteri

Tanda/Gejala Klasifikasi

1. Tidak mau minum atau


memuntahkan semuanya
2. Riwayat kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang
4. Napas cepat (>60 kali/menit)
5. Napas lambat (<30 kali/menit)
6. Tarikan dinding dada kedalam Penyakit sangat berat atau
yang kuat infeksi penyakit sangat berat
7. Merintih
8. Demam (>37,50 C)
9. Hipotermia (<35,50 C)
10. Nanah yang banyak dimata
11. Pusar kemerahan meluas sampai
dinding perut
1. Pustul kulit
Infeksi bakteri local
2. Mata bernanah
3. Pusar kemerahan atau bernanah
Tidak terdapat salah satu tanda Mungkin bukan infeksi
diatas
Sumber: Kemenkes RI (2011)

b. Menilai dan Mengklasifikasikan Diare

Berak encer dan sering, merupakan hal biasa pada bayi muda yang

mendapat ASI saja. Ibu akan mengenali bayi yang diare karena

perubahan bentuk tinja yang tidak seperti biasanya dan frekuensi

beraknya lebih sering dibanding biasanya. Tanyakan kepada ibu

apakah bayinya menderita diare. Apabila bayi menderita diare

klasifikasikan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan menggunakan

tanda dan gejala berikut ini. Seorang bayi muda akan diklasifikasikan

sesuai derajat dehidrasinya apabila terdapat 2 atau lebih tanda dan

gejala pada lajur yang sesuai (Kemenkes, 201).


94

Tabel 2.8 Cara Mengklasifikasikan Diare

TANDA/G EJAlA KlASIFIKASI

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :


1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung Diare Dehidrasi
3. Cubitan kulit perut kembalinya sangat Berat
lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda sebagai berikut :
1. Gelisah atau rewel Diare Dehidrasi
2. Mata cekung Ringan/Sedang
3. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda untuk dehidrasi berat atau
ringan/sedang DiareTanpa
Dehidrasi
Sumber: Kemenkes RI (2011)

Cara memeriksa cubitan kulit :

Cubit kulit perut bayi (di tengah-tengah antara pusar dan sisi perut

bayi) dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan

menggunakan ujung jari, karena dapat menimbulkan rasa sakit.

Letakkan tangan anda sedemikian rupa sehingga lipatan cubitan kulit

sejajar dengan tubuh bayi (memanjang dari atas ke bawah -tidak

melintang tubuh bayi). Angkat semua lapisan kulit dan jaringan di

bawahnya dengan mencubit kulit perut untuk mengetahui turgor dan

amati kembalinya sangat lambat (> 2 detik), lambat dan segera

( Kemenkes, 2011).

c. Menilai dan Mengklasifikasikan Ikterus

Klasifikasikan derajat ikterusnya apabila ditemukan satu atau lebih tanda dan

gejala yang didapatkan pada lajur yang sesuai dengan klasifikasi.

Tabel 2.9 Cara Mengklasifikasikan Ikterus


95

TANDA/G EJAlA KlASIFIKASI

Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam) setelah


lahir
Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari IKTERUS BERAT
Kuning sampai telapak tangan/telapak kaki
Tinja berwarna pucat

Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai ≤ 14 IKTERUS


hari dan tidak sampai telapak tangan/telapak kaki

Tidak kuning TIDAK ADA


IKTERUS
Sumber: Kemenkes RI (2011)

d. Memeriksa dan Mengklasifikasikan Kemungkinan Berat Badan

Rendah dan/atau Masalah Pemberian ASI

Periksa semua bayi muda untuk kemungkinan berat badan rendah dan

masalah pemberian ASI.Untuk mengetahui masalah pemberian ASI, lakukan

penilaian tentang cara menyusui jika terdapat kondisi di bawah ini:

1. Ada kesulitan pemberian ASI atau

2. Diberi ASI kurang dari 8 kali dalam 24 jam atau

3. Diberi makanan/minuman lain selain ASI atau

4. Berat badan rendah menurut umur dan tinggi badan

5. Tidak ada indikasi dirujuk ( Kemenkes, 2011).

Tabel 2.10 Kemungkinan Berat Badan Rendah dan/atau Masalah Pemberian ASI
TANDA/ GEJAlA KlASIFIKASI
96

1. Ada kesulitan pemberian ASI


2. Berat badan menurut umur rendah BERAT BADAN
3. ASI kurang dari 8 kali per hari RENDAH MENURUT
4. Mendapat makanan/minuman UMUR DAN/ATAU
lain selain ASI MASAlAH
5. Posisi bayi salah PEMBERIAN ASI
6. Tidak melekat dengan baik
7. Tidak mengisap dengan efektif
8. Terdapat luka atau bercak putih di
mulut (thrush)
9. Terdapat celah bibir/langit-langit.
Tidak terdapat tanda/gejala diatas BERAT BADAN
TIDAK RENDAH
DAN TIDAK ADA
MASAlAH
PEMBERIAN ASI
Sumber: Kemenkes RI (2011).

10. Cara Pengisian Formulir Pencatatan

Petugas kesehatan harus menuliskan hasil pemeriksaannya di formulir

pencatatan. Berikut ini adalah Formulir Pencatatan Bayi Muda umur

kurang dari 2 bulan yang terdiri dari 2 halaman. Baris atas berisi identitas,

berat badan, suhu badan, keluhan dan jenis kunjungan/kontak dengan

bayi muda. Bagian selanjutnya merupakan catatan penilaian dan

klasifikasi bayi muda.

Berikut ini adalah petunjuk cara pengisian formulir pencatatan :

1. Jawablah pertanyaan dengan cara menulis apabila tidak ada pilihannya

2. Apabila terdapat pilihan lingkari jawaban yang anda pilih

3. Berikan tanda centang ( √ ) di belakang ya atau tidak pada pertanyaan

yang memerlukan jawaban ya atau tidak

4. Pada kolom penilaian lingkari tanda atau gejala yang anda temukan

pada pemeriksaan
97

5. Tulislah klasifikasi sesuai dengan buku bagan MTBS pada kolom

klasifikasi

6. Tulislah tindakan atau pengobatan yang diperlukan pada kolom

Tindakan/Pengobatan

7. Tulislah waktu kunjungan ulang terdekat pada baris yang berisi

Kunjungan ulang pada bagian akhir halaman ke-2

8. Untuk imunisasi berikan tanda centang ( √ ) pada imunisasi yang

sudah diberikan atau tulis tanggal pemberian. Lingkari imunisasi yang

dibutuhkan. Apabila pada saat itu memberikan imunisasi tulislah jenis

imunisasi yang diberikan di bagian tindakan/pengobatan dan di buku

KIA

9. Untuk bayi yang memerlukan rujukan segera tidak perlu dilakukan

penilaian pemberian minum, tidak perlu diberikan imunisasi walaupun

diperlukan ( Kemenkes, 2010 ).

11. Komplikasi bayi baru lahir

Komplikasi pada bayi baru lahir antara lain:

a. Asfiksia Neonatorum

Merupakan suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara

spontan dan teratur segera setelah bayi tidak dapat memasukan

oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya

(Vivian, 2011). Berdasarkan penelitian Suroso dan Sunarsih (2

November 2012) menyatakan bahwa penatalaksanaan kasus asfiksia


98

neonatorum dengan resusitasi segera setelah bayi lahir untuk

membuka jalan napas dan napas bayi kembali spontan.

b. Hipotermia

Hipotermia merupakan keadaan bayi baru lahir yang mempunyai suhu

aksila kurang dari 360C. Untuk mengatasi kondisi tersebut dilakukan

menggunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar hangat,

atau tempat tidur hangat. Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki

Neonatal Intensif Care Unit (NICU). Jika bayi sianosis, sukar

bernapas, atau ada tarikan dada dan merintih segera beri oksigen. Cara

lain yang lebih sederhana yaitu dengan memberikan kehangatan bayi

melalui panas tubuh ibu. Dengan keadaan bayi diletakkan telungkup di

dada ibu agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi. Tekhnik ini

bertujuan agar menjaga bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus

berada dalam satu pakaian Metode Kanguru ASI dapat diberikan

sesering mungkin karena bayi dengan keadaan hipotermia harus diberi

ASI sesering mungkin (Rukiyah dan Lia, 2013).

c. Sianosis atau kebiruan dan sukar bernapas

Bayi mengalami sianosis atau kebiruan, sukar bernapas dengan

frekuensi napas <30 atau >60 x/menit, ada tarikan dinding dada ke

dalam atau merintih. Asuhan yang diberikan pada kasus tersebut

adalah isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak

tersumbat. Berikan oksigen 0,5 liter/menit. Rujuk ke kamar bayi atau


99

tempat pelayanan yang mendukung kondisi bayi dengan

mempertahankan kondisi bayi tetap hangat (Vivian, 2011).

d. Ikterus

Ikterus adalah suatu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat

pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia (Dewi, 2011).

Berdasarkan penelitian menurut Trials 2013 Ikterus Neonatal

merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada bayi yang

baru lahir. Ikterus dibagi menjadi 2 menurut Dewi (2011) yaitu:

1) Ikterus fisiologis adalah icterus normal yang dialami oleh bayi

baru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak

berpotensi menjadi kern ikterus. Tanda dan gejala ikterus fisiologis

timbul pada hari kedua dan ketiga, kadar bilirubin indirect tidak

lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup bulan, kecepatan

peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari, kadar

bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%, ikterus menghilang pada

10 hari pertama, dan tidak terbukti mempunyai keadaan patologis.

Penanganannya dengan menjemur bayi di bawah sinar matahari

dengan kondisi telanjang selama 30 menit, 15 menit dalam posisi

telanjang, dan 15 menit sisanya dalam posisi tengkurap.

2) Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis

dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala


100

dengan ditandai ikterus terjadi dalam 24 jam pertama, kadar

bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau

melebihi 12,5%, peningkatan bilirubin melebihi 5mg% per hari,

ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama, kadar bilirubin direct

lebih dari 1 mg%, dan mempuyai hubungan dengan proses

hemolitik. Penanganan ikterus dengan menjemur bayi di bawah

sinar matahari kurang lebih 30 menit selama 3-4 hari.

e. Infeksi Neonatus

Infeksi neonatus menurut Dewi (2011) adalah infeksi pada neonatus

yang terjadi pada masa antenatal (kuman masuk le tubuh janin pada

masa kehamilan), intranatal (mikroorganisme masuk vagina kemudian

ke dalam rongga amnion pada masa persalinan) dan postnatal (terjadi

setelah bayi lahir alat yang tidak steril). Tanda dan gejala terdapat

infeksi neonatus bayi malas minum, gelisah, frekuensi pernapasan

meningkat, berat badan menurun, muntah, diare, pendarahan.

Penatalaksanaan asuhan yang dilakukan dengan mempertahankan

tubuh tetap hangat, ASI tetap diberikan, jika bayi muntah lakukan

perawatan dengan posisikan bayi tidur miring ke kiri atau ke kanan,

jika ada diare, perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan,

lakukan informed consent lalu rujuk segera ke rumah sakit (Dewi,

2011). Bayi yang terkena infeksi sebaiknya berikan terapi antibiotic

dan sensivitas seperti penicillin (Medforthy, 2011).


101

f. Kejang

Kejang pada neonatus merupakan perubahan fungsi pada otak secara

mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan

oleh aktifitas otak yang abnormal (Maryani dkk, 2011). Penyebab

utama kejang adalah kelainan bawaan pada otak dan infeksi.

Penatalaksanaan kejang neonatus yaitu pasang infus IV dan berikan

cairan dengan dosis sesuai advis dokter, bila bayi kejang dalam

beberapa jam berikan injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB secara IV, bila

kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit beri ulang febobarbital 10

mg/kg BB secara IV. Lanjutkan pemberian oksigen bila bayi

mengalami gangguan napas (Yongki dkk, 2012).

II. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan pendekatan yang dilakukan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari


102

pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi (Mufdlilah dkk, 2012).

A. Manajemen kebidanan dengan Varney

Varney dalam buku Mufdlilah dkk (2012) terdapat 7 langkah Varney, yaitu :

1. Langkah I : Tahap pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama menentukan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan

khusus dan pemeriksaan penunjang.

Data secara garis besar, diklasifikasikan menjadi data subyektif dan

data obyektif sehingga hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan

kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.

2. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
103

diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan. Berikut standar nomenklatur diagnosa kebidanan

(Mufdlilah dkk, 2012) yaitu :

a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

c. Memiliki ciri khas kebidanan.

d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan.

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosa potensial berdasarkan diagnosa yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila

diagnosa ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali

dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan

dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya

merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi.

Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi

yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah diagnosa atau masalah

potensial yang diidentifikasi sudah tepat.


104

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan

kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan

hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi

juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada

waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas

masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan

merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus

merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan

segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau

bersifat rujukan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar

dibutuhkan.

5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan


105

manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila

ada masalah. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,

yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien

juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah

ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Seluruh keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini

harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori

yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan

dilakukan klien.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan


106

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi

oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanannya, misalnya memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan

dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Manajemen yang efesien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu asuhan.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektik dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif

sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen

asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu


107

mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak

efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan

pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi

tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen

tersebut berlangsung didalam situasi klinik dan dua langkah terakhir

tergantung pada klien dan situasi klinik.

B. Manajemen kebidanan dengan SOAP

Pendokementasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP

Menurut Mufdlilah (2012), Model dokumentasi yang digunakan dalam

asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuk

asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang

terus menerus (progess notes).

S : Subyektif

Data informasi yang subyektif (mencatat hasil anamnesa)

berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung seperti menangis atau informasi dari

ibu. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan

langsung dengan diagnosis. Pada pasien yang bisu di bagian data di


108

belakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. tanda ini akan

menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tunawicara.

O : Obyektif

Data informasi obyektif (hasil pemeriksaan, observasi), data

yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan pada ibu, dan

bayi baru lahir. Dapat diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan

diagnostik. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

A : Assessment

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Mencatat

hasil analisa (diagnosa dan masalah kebidanan), berdasarkan data yang

terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi

diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera.

P : Planning

a. Perencanaan

Menurut Mufdlilah (2012), Mencatat seluruh

penatalaksanaan (tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan

rutin, penyuluhan, sopport, kalaborasi, rujukan dan evaluasi /

follow up). Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan


109

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus

mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu

membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan

hasil kolaborasi tenaga kesehatan, antara lain dokter.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah

pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali

bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamtan

pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses

implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga

berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun

kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.

c. Evaluasi

Evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah

diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan

tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan

merupakan fokus ketepatan nilai tindakan/asuhan. Jika kriteria

tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk

mengembangkan tindakan alternative sehingga tercapai tujuan

yang diharapkan (Mufdlilah, 2012).


110

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. ASUHAN KEHAMILAN

A. Kunjungan I

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil ny. T umur 32 tahun

G2P1A0 umur kehamilan 38+4 minggu Di BPM Sugiarti,Amd.Keb

I. Pengkajian

Senin, 21 Desember 2015 Pukul : 16.00 WIB

A. Identitas pasien

Identitas pasien Penanggung jawab

status : Suami

Nama : Ny. T Nama Suami : Tn. N

Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia Agama

: Islam Agama : Islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Alamat : Kuripan kidul 5/1 Alamat : Kuripan kidul 5/1

B. Anamnesa
111

1. Alasan Datang : Ibu mengatakan hamil ke dua tidak pernah keguguran,

umur kahamilan 8 bulan lebih, datang untuk memeriksakan

kehamilannya.

Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Riwayat Menstruasi :

Menarche : 11 tahun

Siklus : 28 hari, teratur

Lamanya : 5-7 hari

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari, bau: khas

Sifat Darah : encer

Disminore : ya

Flour Albus : tidak

3. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan : sah

b. Berapa kali menikah : 1 kali

c. Umur menikah : 27 tahun

d. Lama pernikahan : 4 tahun

4. Riwayat kehamilan sekarang:

a. Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 26 Maret 2015

Hari perkiraan lahir (HPL) : 2 Januari 2016

b. Antenatal care (ANC) :

Trimster I : 4 kali, di BPM


112

Trimster II : 3 kali, di BPM

Trimester III : 8 kali, di BPM, Puskesmas dan dokter

kandungan

c. Keluhan-keluhan : mual, muntah, nyeri pinggang

d. Obat yang dikonsumsi : zat besi FE, B1, Vitamin C,

Kalsium, Gestiamin.

e. Jamu yang diminum : ibu mengatakan tidak meminum

jamu.

f. Gerak janin pertama kali dirasakan pada usia kehamilan 16

minggu

g. Imunisasi :TT1 Capeng, TT2: April 2011,

TT 3: November 2011

h. Masalah lain yang dialami selama kehamilan ini : tidak ada

5. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Tabel 3.1 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

No Hamil Ke UK Jenis Penolong Komplikasi Bayi Nifas Ket


Pers BB JK Kondisi
1 1 Aterm Spontan Bidan tidak ada 3.200 gr P Baik Normal 4 tahun
2 Hamil ini

6. Riwayat KB

Tabel 3.2 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

No Alat/Cara Mulai Pakai Berhenti/ganti segera Alasan


Tgl Bl Th Oleh Di Tgl Bl Th Oleh Di
113

1 Pil 3 2 2011 Bidan BPM 12 3 2015 Bidan BPM Ingin hamil


lagi

7. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan pribadi : ibu mengatakan tidak pernah atau

sedang menderita penyakit seperti diabetes militus, hipertensi, ginjal,

hepatitis, tubercolosis, tidak pernah operasi dan tidak pernah

opname.

b. Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan dalam keluarga tidak

ada atau sedang menderita penyakit seperti diabetes militus,

hipertensi, ginjal, hepatitis, tbc, tidak ada keturunan kembar dan

cacat.

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari :

a. Pola Nutrisi

1) Sebelum hamil

a) Porsi makan perhari : 2-3x/hari, banyaknya 1

piring sedang.

b) Jenis makanan yang dikonsumsi : nasi, sayur, ikan, tahu,

tempe, telor.

Minum : 8 gelas/hari, jenis : air putih.

c) Makanan pantangan : tidak ada.


114

d) Merokok atau minuman keras : tidak pernah.

2) Selama hamil

a) Porsi makan perhari : 3-4x/ hari, banyaknya 1

piring sedang

b) Jenis makanan yang dikonsumsi : nasi, sayur, ikan, tahu,

tempe, telor, buah pisang, papaya, jeruk.

Minum : 8-10 gelas/hari jenis : air putih, susu. Makanan

pantangan : tidak ada.

c) Merokok atau minuman keras : tidak pernah.

b. Pola Eliminasi

1) Sebelum hamil

a) BAK

(1) Frekuensi : 4x/ hari

(2) Jumlah : tidak terkaji

(3) Warna : kuning jernih

(4) Bau : khas

a) BAB

(1) Frekuensi : 1x/ hari

(2) Jumlah : tidak terkaji

(3) Warna : kuning

(4) Bau : khas

2) Selama hamil
115

a) BAK

(1) Frekuensi : 5-6x/hari

(2) Jumlah : sedang.

(3) Warna : kuning jernih

(4) Bau : khas

b) BAB

(1) Frekuensi : 1x/ hari

(2) Jumlah : Sedang

(3) Warna : kuning coklat kehitaman

(4) Bau : khas

c. Pola Istirahat

1) Sebelum hamil

a) Tidur siang : 1-2 jam

b) Tidur malam : 7 jam

2) Selama hamil

a) Tidur siang : 1 jam

b) Tidur malam : 6-7 jam

d. Pola Aktifitas

1) Sebelum hamil

a) Dirumah : ibu mengatakan melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti masak, mencuci, mengepel, menyapu.


116

b) Diluar rumah : ibu mengatakan bergaul dengan

tetangga

2) Selama hamil

a) Dirumah : ibu mengatakan melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti masak, mengepel, menyapu

c) Diluar rumah : ibu mengatakan bergaul dengan

tetangga.

e. Pola Personal Hygiene

1) Sebelum hamil

a) Kebiasaan membersihkan alat kelamin: setelah BAK, BAB,

ketika mandi.

b) Kebiasaan mengganti pakaian dalam: ketika basah atau

lembab dan setelah mandi.

c) Jenis bahan pakaian yang dipakai: katun/menyerap keringat

2) Selama hamil

a) Kebiasaan membersihkan alat kelamin: setelah BAK, BAB,

ketika mandi.

b) Kebiasaan mengganti pakaian dalam: ketika basah atau

lembab dan setelah mandi.

c) Jenis bahan pakaian yang dipakai: katun/menyerap keringat

f. Pola Seksual

1. Pola seksual sebelum hamil : 2x/ minggu


117

2. Pola seksual selama hamil : 1x/minggu

9. Riwayat Psikososial Spiritual

a. Tanggapan ibu terhadap keadaanya: ibu mengatakan senang

dengan kehamilannya.

b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilanya: ibu

mengatakan ibu dan keluarganya senang dengan kehamilan ini.

c. Coping/pemecahan masalah pada ibu: musyawarah dengan suami

d. Ketaatan ibu beribadah: ibu menjalankan sholat 5 waktu

10. Riwayat sosial ekonomi

a. Hubungan social ibu dengan mertua, orang tua dan enggota

keluarga lain: baik.

b. Penentu pengambil keputusan yang berkaitan dengan pembiayaan :

Suami

c. Jumlah penghasilan keluarga : Rp. 1.500.000/bulan.

d. Yang menanggung biaya persalinan : Suami.

11. Pengetahuan ibu tentang kehamilanya

a. Perubahan fisiologis dan psikologis: ibu mengatakan mengetahui

perubahan fisiologis dan psikologis ibu hamil seperti payudara dan


118

perut membesar dan mempengaruhi psikologisnya mudah

tersinggung

b. Tanda bahaya kehamilan: ibu mengatakan mengetahui tanda

bahaya kehamilan seperti perdarahan, gerakan janin tidak terasa.

c. Persiapan persalinan: ibu mengatakan mengetahui persiapan

persalinan seperti pakaian untuk ibu dan bayi, biaya.

d. Aktifitas dan istirahat: ibu mengatakan mengetahui aktifitas dan

istirahat seperti istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang

berat contohnya angkat junjung benda berat benda.

e. Gizi ibu hamil: ibu mengatakan mengetahui tentang gizi ibu hamil

seperti ibu harus memakan makanaan yang bergizi dan banyak

protein.

f. Perencanaan keadaan gawat: ibu mengatakan mengetahui

perencanaan keadaan gawat seperti persiapan biaya.

g. Personal hygiene : ibu mengatakan mengetahui tentang personal

hygiene ibu hamil seperti mandi 2x/hari, membersihkan alat

kelamin setiap mandi, setelah BAK dan BAB

12. Data lingkungan tempat tinggal:

a. Keluarga yang tinggal serumah : Keluarga inti

b. Hewan peliharaan: ayam

- Jarak kandang dari rumah : 100 meter


119

- Kebersihan kandang : terjaga, dibersihkan setiap 1 minggu

sekali.

C. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Umum :

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Nadi : 88 x/menit

e. Respirasi : 19 x/menit

f. Suhu : 36,2 0C

g. Berat badan sebelum hamil : 59 kg

h. Berat badan sekarang : 72 kg

i. Tinggi badan : 157 cm

j. Lingkar lengan atas : 29 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut bersih, tidak berketombe dan tidak

rontok

b. Muka : tidak ada oedema

Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, secret

tidak ada

Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada


120

Mulut dan gigi : karies tidak ada, stomatitis tidak ada, bibir

tidak pecah-pecah, lidah bersih

Telinga : simetris, tidak ada serumen

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis.

d. Dada : ada pernapasan dinding dada, tidak ada

wheezing, respirasi teratur.

e. Payudara : ada pembesaran, ada hiperpigmentasi areola, putting

susu menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada pengeluaran, tidak

ada rasa nyeri.

f. Punggung : posisi tulang belakang lordosis fisiologis, ada rasa

nyeri pinggang bagian bawah.

g. Genitalia : vulva/vagina bersih, tidak ada varises,tidak ada

oedema, tidak ada pengeluaran, tidak ada kondiloma.

h. Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, tidak ada kekakuan

sendi, tidak ada kemerahan, tidak ada varises, tidak ada pucat pada

tangan dan kaki, reflek patella positip.

3. Pemeriksaan Obstetric

Inspeksi
121

Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat striae

gravidarum, terdapat striae livid, pembesaran abdomen sesuai umur

kehamilan.

Palpasi Abdomen

1) Leopold I : TFU 2 jari dibawah procesus xyphoidus,

bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

2) Leopold II : bagian kanan teraba keras memanjang sepeti

papan. Bagian kiri teraba bagian kecil-kecil janin.

3) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, keras,

melenting

4) Leopold IV : kepala sudah masuk panggul

5) Osborn : negatif

6) Tinggi fundus uteri (TFU) Mc. Donald : 31 cm

Taksiran berat janin (TBJ) : (31-11) x 155 : 3100 gram

Auskultasi

1) Denyut jantung janin (DJJ) : ada

2) Frekuensi : 142 x/menit, teratur, kekuatan : kuat

3) Punctum maksimum : kanan bawah pusat

4. Pemeriksaan Panggul
122

a. Distansia spinarum : 26 cm

b. Distansia kristarum : 31 cm

c. Conjugata eskterna : 20 cm

d. Lingkar panggul : 95 cm

e. Pemeriksaan panggul dalam : tidak dilakukan

f. Kesan panggul : Gynekoid

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Urine

Protein : Negatif

Gula : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan darah

Hemoglobin : 11,6 gr/dl (Tanggal 21 Desember 2015)

Golongan darah : B

VCT : Non Reaktif (Tanggal 17 Juni 2015)

B20 : Non Reaktif (Tanggal 30 Oktober 2015)

II. Interpretasi Data Dasar

A. Diagnosa

Ny. T umur 32 tahun, G2 P1 A0 umur kehamilan 38+4 minggu, janin

tunggal hidup intra uteri, puka, presentasi kepala, kepala sudah masuk

panggul dengan keadaan ibu dan janin baik.

DS :

1. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua


123

2. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir 26 Maret 2015

3. Ibu mengatakan hari perkiraan lahir 2 Januari 2016

4. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

DO :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Tekanan darah : 120/80 mmHg

4. Nadi : 88 x/menit

5. Respirasi : 19 x/menit

6. Suhu : 36,2 0C

7. Berat badan sebelum hamil : 59 kg

8. Berat badan sekarang : 72 kg

9. Tinggi badan : 157 cm

10. Lingkar lengan atas : 29 cm

Palpasi Abdomen

1. Leopold I : TFU: 2 jari dibawah procesus xyphoidus, bagian

fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)

2. Leopold II : Bagian kanan teraba keras memanjang. Bagian kiri

teraba bagian kecil-kecil janin. (Kanan: Punggung,

Kiri: Jari tangan dan kaki janin)

3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras,

melenting
124

4. Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul.

5. Osborn : Negatif

6. Tinggi fundus uteri (TFU) Mc. Donald : 31 cm

Taksiran berat janin (TBJ) : (31-11) x 155 : 3100 gram

Auskultasi

1. Denyut jantung janin (DJJ) : ada

2. Frekuensi :142 x/menit, teratur, kekuatan :

kuat

3. Punctum maksimum : kanan bawah pusat

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Urine

Protein : Negatif

Gula : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan darah

Hemoglobin : 11,6 gr/dl (Tanggal 21 Desember 2015)

Golongan darah : B

VCT : Non Reaktif (Tanggal 17 Juni 2015)

B20 : Non Reaktif (Tanggal 30 Oktober 2015)

B. Masalah
125

Tidak ada

III. Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Penanganan Segera

Tidak ada

V. Menetapkan Asuhan Yang Menyeluruh

Tanggal : 21 Desember 2015 Jam : 16:25 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2. Ingatkan ibu untuk mengonsumsi tablet zat besi gestiamin.

3. Anjurkan ibu untuk sering melakukan senam hamil.

4. Ingatkan ibu tentang tanda bahaya TM III.

5. Ingatkan ibu tentang P4K.

6. Berikan obat gestiamin pluz.

7. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang rutin dan sesuai jadwal.

VI. Melakukan Perencanaan

Tanggal : 21 Desember 2015 Jam : 16:35 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan antara lain

keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi : 88x/menit, suhu

361 oC, respirasi 19 x/menit, berat badan 72 kg, tinggi badan 157 cm, lila

29 cm, leopold I : bokong, leopold II : punggung kanan (PUKA), leopold

III : kepala, leopold IV : kepala sudah masuk panggul, tinggi fundus uteri
126

(TFU):31 cm, denyut jantung janin (DJJ) 142x/menit kuat, teratur,

golongan darah A, hemogloblin (Hb) 11,6 gr/dl protein urine negatif dan

pemeriksaan fisik dalam batas normal, usia kehamilan 38+4 minggu.

2. Mengingatkan ibu untuk terus mengonsumsi gestiaminn yang merupakan

tablet penambah darah karena selama kehamilan ibu hamil akan

mengalami pengenceran darah (hemodirusi) berfungsi untuk zat penambah

darah, mencegah anemia selama kehamilan pada ibu dan memperlancar

pertumbuhan janin, diminumnya waktu malam hari kebutuhan selama

hamil 90 tablet yang diminum perhari 1 tablet. Diminum menjelang tidur

karena mengurangi efek mual, untuk mengurangi mual dapat diminum

dengan menggunakan air putih atau jus buah yang mengandung vitamin c

jangan menggunakan susu, air teh atau air kopi karena dapat menghambat

penyerapan. Obat tambah darah disimpan jangan sampai terpapar sinar

matahari langsung. Efek samping setelah meminum tablet tambah darah

akan timbul rasa mual, susah BAB, warna tinja dapat menjadi hitam

kecoklatan. Memakan makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran

berwarna hijau, daging merah, hati, kacang-kacangan).

3. Menganjurkan ibu untuk sering melakukan senam hamil yang bertujuan

untuk mengurangi rasa nyeri dan sakit selama kehamilan, mengencangkan

otot-otot, memudahkan proses persalinan sehingga ibu dapat melahirkan

dengan mormal. Gerakan senam hamil yang dilakukan yaitu duduk bersila,

tidur terlentang dengan menggerakan kaki seperti kupu-kupu, tidur


127

terlentang dengan salah satu kaki tekuk kemudian di miringkan ke sisi

paling luar secara bergantian, tidur terlentang dengan kedua kaki di tekuk

kemudian kaki di miringkan ke salah satu sisi dengan punggung mengikuti

gerakan miring secara bergantian, tidur terlentang kaki di tekuk ke dua

tangan berada pada sisi luar kemudian angkat dan turunkan gerakan.

4. Mengingatkan ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

diantaranya keracunan kehamilan seperti pandangan mata kabur, sakit

kepala yang berat dan menetap, perdarahan pervaginam, bengkak pada

muka dan tangan bahayanya terhadap ibu (kejang, kematian) maupun

janin (gawat janin, kematian), gerakan janin kurang dari 10 x/12jam

bahayanya bagi janin (gawat janin dan kematian dalam rahim), keluar

darah berupa bercak atau mengalir dari jalan lahir yang biasa disebabkan

karena solusio plasenta perdarahan yang disertai nyeri perut atau plasenta

previa perdarahan yang tidak disertai nyeri perut bahayanya bagi ibu (syok

hemorargi/hipovolemik, kematian) maupun janinnya (gawat janin,

kematian), ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda persalinan bahayanya

bagi ibu (infeksi) maupun janinnya (gawat janin, infeksi), jika ibu

menemui salah satu tanda bahaya kehamilan maka ibu harus ke tenaga

kesehatan seperti bidan atau dokter.

5. Mengingatkan ibu tentang P4K, yaitu:


128

a. Tanda bahaya persalinan (seperti perdarahan, sakit kepala yang hebat,

pandangan mata kabur, keluar cairan sebelum ada tanda-tanda

persalinan, nyeri perut hebat, bayi tidak lahir setelah 12 jam).

b. Tanda-tanda persalinan seperti kenceng-kenceng teratur makin lama

makin sering, nyeri perut menjalar sampai pinggang, keluar lendir darah

c. Tempat persalinan yang aman (BPS, PKD, Puskesmas, RB, RS)

d. Transportasi yang dapat digunakan ke tempat persalinan seperti (sepeda

motor, becak, mobil)

e. Penolong persalinan tenaga kesehatan (bidan, dokter, SpOG),

pendamping saat persalinan (suami, ibu, keluarga, tetangga)

f. Persiapan biaya persalinan (mandiri, jampersal, jamkesmas, jamkesda,

askes, jamsostek, asuransi yang lain)

g. Hal yang harus disiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan

kegawatdaruratan yang membutuhkan penangan segera (uang, donor

darah)

h. Pengambil keputusan utama dalam keluarga jika terjadi

kegawatdaruratan dan pengganti pengambil keputusan jika pengambil

keputusan utama tidak ada (suami, orang tua, keluarga, diri sendiri).

6. Memberikan obat gestiamin pluz X tablet 1 x sehari diminum menjelang

tidur karena memiliki efek rasa mual, diminum dengan air putih atau sari

buah.
129

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang rutin dan sesuai jadwal dengan

kunjungan 1 minggu lagi yaitu tanggal 28 Desember 2015.

VII. Evaluasi

Tanggal : 21 Desember 2015 Jam : 17.55 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dengan ibu

dapat menyebutkan TD: 120/80 mmHg, presentasi kepala dengan posisi

bayi sudah mapan.

2. Ibu bersedia rutin meminum tablet tambah darah dengan ibu dapat

menyebutkan 1 tablet tablet tambah darah 1 kali sehari diminum menjelang

tidur.

3. Ibu sudah mengingat kembali tentang tanda bahaya TM III dengan ibu

dapat menyebutkan salah satu tanda bahaya TM III yaitu perdarahan dan

ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan jika ada keluhan.

4. Ibu sudah bersedia untuk rutin melakukan senam hamil dengan ibu telah

melakukan posisi senam hamil yang telah diajarkan.


130

5. Ibu sudah mengingat kembali P4K dengan ibu menjawab untuk persiapan

persalinan sudah mempunyai BPJS, bersalin di Puskesmas Kesugihan II

dan di tolong oleh bidan jaga.

6. Ibu bersedia meminum obat gestiamin pluz dengan ibu dapat menyebutkan

meminum obat sehari satu kali menjelang tidur.

7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang rutin sesuai jadwal dengan

ibu bersedia berkunjung kembali tanggal 28 Desesmber 2015.

B. Kunjungan II

Tanggal : 28 Desember 2015 Jam : 15.00 WIB

1. Data Subjektif (S)

a. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua.

b. Ibu mengatakan kini usia kehamilannya 39+4 minggu

c. Ibu mengatakan hari pertama mens terakhir tanggal 26 Maret 2015

d. Ibu mengatakan hari taksiran persalinan tanggal 2 Januari 2016

e. Ibu mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng tapi masih jarang

2. Data Obyektif (O)

a. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Tensi : 110/70 mmHg


131

4) Nadi : 80 x/menit

5) Pernafasan : 20 x/menit

6) Suhu : 36,2 0C

7) Berat badan sebelum hamil : 59 kg

8) Berat badan sekarang : 72 kg

9) Tinggi badan : 157 cm

10) Lingkar lengan atas : 29 cm

b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : rambut bersih, tidak berketombe dan tidak

rontok

2) Muka : tidak ada oedema

Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, secret

tidak ada

Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada

Mulut dan gigi: karies tidak ada, stomatitis tidak ada, bibir tidak

pecah-pecah, lidah bersih

Telinga : simetris, tidak ada serumen

3) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe

4) Dada : ada pernapasan dinding dada, tidak ada wheezing,

respirasi teratur.
132

Payudara : ada pembesaran, ada hiperpigmentasi areola, putting

susu menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada pengeluaran, tidak

ada rasa nyeri.

5) Punggung : Posisi tulang belakang lordosis fisiologis, ada rasa

nyeri pinggang bagian bawah.

6) Genitalia : Vulva/vagina bersih, tidak ada varises,tidak ada

oedema, tidak ada pengeluaran, tidak ada kondiloma.

7) Anus : tidak ada hemoroid

Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, tidak ada kekakuan

sendi, tidak ada kemerahan, tidak ada varises, tidak ada pucat pada

tangan dan kaki, reflek patella positip.

c. Pemeriksaan obstetric

Inspeksi

Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, ada striae gravidarum,

ada striae livid, perenggangan abdomen sesuai umur kehamilan.

Palpasi Abdomen

a) Leopold I : TFU: 2 jari dibawah procesus xyphoidus, bagian

fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

b) Leopold II : Bagian kanan teraba keras memanjang . Bagian kiri

teraba bagian kecil-kecil janin.

c) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, keras, melenting.


133

d) Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul

e) Osborn : Negatif

f) Tinggi fundus uteri (TFU) Mc. Donald : 31 cm

Taksiran berat janin (TBJ) : (31-11) x 155 : 3100 gram

Auskultasi

a) Denyut jantung janin (DJJ) : ada

b) Frekuensi : 132 x/menit, teratur, kekuatan : kuat

c) Punctum maksimum : kanan bawah pusat

3. Assesment (A)

Ny. T umur 32 tahun G2 P1 A0 umur kehamilan 39+4 minggu, janin tunggal

hidup intra uteri, puka, presentasi kepala, kepala sudah masuk panggul

dengan keadaan ibu dan janin baik.

4. Planning (P)

Tanggal : 28 Desember 2015 Pukul: 15:20 WIB

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin baik yaitu

Tensi : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 20 x/menit, Suhu :

36,2 0C, berat badan : 72 kg, tinggi badan : 157 cm, lingkar lengan

atas : 29 cm, leopold I : bokong, leopold II : punggung kanan leopold

III : kepala, leopold IV : kepala sudah masuk panggul, tinggi fundus


134

uteri (TFU) 31 cm, denyut jantung janin (DJJ) : 132 x/menit,

pemeriksaan fisik dalam batas normal, dan usia kehamilan 39+4

minggu.

Hasil : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan tekanan darah 110/70 mmHg, BB sekarang 72 Kg dan

posisi kepala bayi sudah mapan.

b) Mengingatkan ibu pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda

persalinan seperti kenceng-kenceng yang sering dan teratur, nyeri perut

menjalar ke pinggang, keluar lendir darah dan jika ibu mengalami salah

satu tanda-tanda persalinan segera ke tenaga kesehatan bisa bidan,

puskesmas, rumah sakit.

Hasil : ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan dengan ibu dapat

menyebutkan tanda-tanda persalinan seperti kenceng-kenceng dan

keluar sedikit darah.

c) Memastikan ibu sudah menyiapkan perlengkapan persalinan atau

belum seperti pakaian bayi dan pakaian ibu, uang, kendaraan,

pendamping.

Hasil : ibu mengatakan sudah menyiapkan perlengkapan persalinan

seperti baju, dan uang.

d) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan

Hasil : ibu bersedia untuk kunjungan ulang jika ada keluhan


135

II. ASUHAN PERSALINAN

A. KALA I

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. T umur 32 tahun

G2P1A0 umur kehamilan 41+5 minggu di Puskesmas Kesugihan II.

I. Pengkajian

Selasa, 12 Januari 2016 pukul : 00.00 WIB

A. Identitas pasien

Nama Pasien : Ny. T Nama Suami : Tn. N

Umur : 32 Tahun Umur : 35 tahun


136

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kuripan Kidul 5/1 Alamat : Kuripan Kidul 5/1

B. Data Subyektif

1. Alasan datang : Ibu mengatakan hamil anak kedua, dengan umur

kehamilan 9 bulan.

Keluhan utama : Ibu datang pukul 01:30 WIB mengatakan kenceng-

kenceng semakin sering sejak jam 18:00 WIB, keluar lendir darah sejak

jam 00:00 WIB, ada nyeri pada pinggang.

2. Riwayat perkawinan :

Umur menikah : 27 tahun, Suami umur: 31 tahun, lama menikah: 4

tahun.

3. Riwayat menstruasi :

Menarche : 11 tahun.

Siklus : 28 hari, teratur.

Lamanya : 5-7 hari.

Banyaknya : 2-3x ganti pembalut sehari, bau khas.

Disminorhae : tidak.
137

4. Tanda-tanda persalinan

Kontraksi : ada sejak tanggal 11 Januari 2015, jam : 18.00 WIB

Frekuensi : 2x 10 menit, lamanya: ±10 detik, intensitas : sedang.

Lokasi nyeri : pinggang bagian bawah menjalar ke perut

Pengeluaran Pervaginam (PPV) : Lendir darah ada, air ketuban utuh, ada

bercak darah.

5. Riwayat kehamilan sekarang

G2P1A0

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 26 Maret 2015

Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 2 Januari 2016

Antenatal care (ANC) :15x,Sejak hamil : 6+5 minggu

Pergerakan janin pertama kali : usia 16 minggu

Frekuensi : ± 10 kali/12 jam

Imunisasi TT : TT1 Capeng, TT2: April 2011,

TT 3: November 2011

Obat-obatan yang diminum : zat besi FE, B1, vitamin C,

kalsium, gestiamin

Jamu yang diminum : ibu mengatakan tidak

mengkonsumsi jamu.

- Riwayat Obstetric G2P1A0

Tabel 3.3 Riwayat Obstetric G2P1A0


138

No Hamil Ke UK Jenis Penolong Komplikasi Bayi Nifas Ket


Pers BB JK Kondisi
1 1 Aterm Spontan Bidan tidak ada 3.200 gr P Baik Normal Normal
2 Hamil ini

- Riwayat KB

Tabel 3.4 Riwayat KB

No Alat/Cara Mulai Pakai Berhenti/ganti segera Alasan


Tgl Bl Th Oleh Di Tgl Bl Th Oleh Di
1 Pil 3 2 2011 Bidan BPM 12 3 2015 Bidan BPM Ingin hamil lagi

- Riwayat penyakit yang pernah diderita

a. Riwayat kesehatan pribadi

1. Riwayat kesehatan pribadi : Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang

menderita penyakit seperti Diabetes Militus, hipertensi, ginjal,

hepatitis, Tubercolosis, tidak pernah operasi dan tidak pernah opname.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga : : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak

ada atau sedang menderita penyakit seperti Diabetes Militus,

hipertensi, ginjal, hepatitis, TBC, tidak ada keturunan kembar dan

cacat.

Keadaan sebelum masuk ruang bersalin :

1. Gerakan janin : ada

2. Makan terakhir : 20:00 WIB


139

3. Minum terakhir : 20:00 WIB

4. BAB terakhir : 06:00 (11 Januari 2016)

5. Tidur : 3 jam

6. Keluhan lain : Tidak ada

6. Keadaan psikososial : ibu merasa cemas dengan keadaannya.

C. Pemriksaan Fisik

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg

d. Suhu : 36, 50C

e. Nadi : 84 x/menit

f. Respirasi : 18 x/menit

g. BB : 72 Kg

h. TB : 157 cm

2. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : bentuk mesochepal, rambut bersih, tidak berketombe

dan tidak rontok

b. Muka : tidak ada oedema

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, sekret tidak

ada
140

Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada

Mulut dan gigi : stomatitis tidak ada, karies tidak ada, gusi tidak

berdarah, lidah bersih

Telinga : simetris, tidak ada serumen

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis

d. Dada : ada pernapasan dinding dada, tidak ada

wheezing, respirasi teratur.

e. Punggung dan pinggang : posisi tulang belakang lordosis

fisiologis, rasa nyeri ada saat kontraksi

f. Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada Oedema, tidak ada kekakuan

sendi, tidak ada kemerahan, tidak ada varises, reflek patella positip.

3. Pemeriksaan Obstetrik

- Inspeksi

a. Payudara : ada hiperpigementasi areola, putting susu menonjol,

tidak ada benjola, tidak ada nyeri, ada pengeluaran colostrum.

b. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, ada striae gravidarum,

ada striae livid, perenggangan abdomen sesuai umur kehamilan.


141

c. Genetalia (vulva dan vagina) : Vulva/vagina: Blood show, tidak ada

varises, tidak oedema, tidak ada luka, pengeluaran: bercak darah,

kemerahan tidak ada, tidak ada condiloma , tidak ada luka perineum,

anus tidak haemoroid.

- Palpasi abdomen

a. Leopold I : TFU : 2 jari dibawah procesus xyphoidus

bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

b. Leopold II : bagian kanan teraba bagian keras memanjang

bagian kiri teraba bagian ekstremitas janin

c. Leopold III : teraba bulat, keras, melenting

d. Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul

e. Tinggi fundus uteri (TFU) Mc Donald : 33 cm

Taksiran Berat Janin (TBJ) : (33-11) x 155 : 3.410 gram

f. Penurunan kepala : 2/5

Auskultasi

a. Denyut Jantung Janin (DJJ) : Ada.

b. Frekuensi : 146 x/menit, teratur.

c. Punctum maksimum : kanan bawah pusat.

4. Pemeriksaan panggul:

a. Distansia spinarum : 26 cm

b. Distansia kristarum : 31 cm
142

c. Conjugata eskterna : 20 cm

d. Lingkar panggul : 95 cm

e. Pemeriksaan panggul dalam : Tidak dilakukan

f. Kesan panggul : Gynekoid

5. Pemeriksaan dalam: Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 01:00 WIB

a. Indikasi : Memantau kemajuan persalianan

b. Tujuan : Mengetahui pembukaan serviks

c. Hasil :

1. Vagina/uretra : tenang.

2. Portio : menipis dan membuka.

3. Pembukaan : 2 cm.

4. Selaput ketuban : utuh.

5. Presentasi : presentasi belakang kepala.

6. Penurunan kepala : hodge I

7. Penunjuk : ubun-ubun kecil (UUK) di jam 1

6. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan.

II. Interpretasi Data

a) Diagnosa kebidanan : NY. T umur 32 Tahun, G2P1A0 usia kehamilan 41+5

minggu janin tunggal, hidup intra uteri, puka, presentasi kepala, kepala sudah

masuk panggul, dalam persalinan kala I fase laten dengan kondisi ibu dan janin

baik.

Data subyektif:
143

1. Ibu mengatakan bernama Ny.T

2. Ibu mengatakan berusia 32 tahun.

3. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua, tidak pernah keguguran.

4. Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan.

5. Ibu mengatakan hari pertama mens terakhir tanggal 26 Maret 2015

6. Ibu mengatakan hari taksiran persalinan tanggal 2 Januari 2016

7. Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin (>10 x/12 jam)

8. Ibu mengatakan mengeluarkan lendir darah pukul 00.00 WIB tanggal 12

januari 2016

9. Ibu mengatakan kenceng-kenceng yang sering sejak pukul 18.00 WIB,

tanggal 11 januari 2016

Data obyektif:

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg

d. Suhu : 36, 50C

e. Nadi : 84 x/menit

f. Respirasi : 18 x/menit

g. BB : 72 Kg

h. TB : 157 cm

2. Pemeriksaan Obstetrik
144

- Inspeksi

a. Payudara : ada hiperpigementasi areola, putting susu menonjol,

tidak ada benjola, tidak ada nyeri, ada pengeluaran colostrum.

b. Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, ada striae gravidarum,

ada striae livid, perenggangan abdomen sesuai umur kehamilan.

c. Genetalia (vulva dan vagina) : Vulva/vagina: Blood show, tidak ada

varises, tidak oedema, tidak ada luka, pengeluaran: bercak darah,

kemerahan tidak ada, tidak ada condiloma , tidak ada luka perineum,

anus tidak haemoroid.

- Palpasi abdomen

a. Leopold I : TFU : 2 jari dibawah procesus xyphoidus

bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting

b. Leopold II : bagian kanan teraba bagian keras memanjang

bagian kiri teraba bagian ekstremitas janin

c. Leopold III : teraba bulat, keras, melenting

d. Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul

e. Tinggi fundus uteri (TFU) Mc Donald : 33 cm

Taksiran Berat Janin (TBJ) : (33-11) x 155 : 3.410 gram

f. Penurunan kepala : 2/5

Auskultasi

a. Denyut Jantung Janin (DJJ) : Ada.

b. Frekuensi : 146 x/menit, teratur.


145

c. Punctum maksimum : kanan bawah pusat.

Pemeriksaan dalam:

1. Vagina/uretra : Tenang

2. Serviks : Lunak.

3. Portio : Menipis dan membuka.

4. Pembukaan : 2 cm

5. Selaput ketuban : Utuh.

6. Presentasi : Belakang kepala.

7. POD (Point of direction) : Ubun-ubun kecil (UUK)

b) Masalah : tidak ada

Dasar : tidak ada

III. Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial

Diagnosa atau masalah potensial : tidak ada

Dasar : tidak ada

IV. Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan

Segera

Tidak ada

V. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 01:00 WIB

1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan


146

2. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu pada saat proses

persalinan berlangsung.

3. Anjurkan ibu intuk makan, minum dan istirahat di antara kontraksi.

4. Anjurkan ibu untuk miring kekiri.

5. Anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap.

6. Beri dukungan dan semangat kepada ibu

7. Siapkan alat-alat dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam proses persalinan

8. Pantau pembukaan dan tekanan darah setiap 4 jam sekali, pernafasan, nadi,

Denyut jantung janin (DJJ), Pengeluaran pervaginam (PPV), kontraksi setiap 30

menit sekali, suhu setiap 2 jam sekali.

VI. Melaksanakan Perencanaan Asuhan

Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 01:30 WIB

1. Memberitahu pada ibu bahwa ibu sudah masuk dalam masa persalinan,

pembukaan 2 cm, ketuban utuh, presentasi belakang kepala, Denyut jantung


147

janin (DJJ) positif 136x/ m, kontraksi 2x/ 10 menit ± 30 detik, Tekanan darah :

110/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Suhu : 36,5 0C, Respirasi : 18 x/menit.

2. Menghadirkan orang yang diinginkan oleh ibu untuk memberi dukungan,

mengambil minum dan makan, menggosok pinggang.

3. Memastikan ibu mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dengan cara ibu boleh

makan dan minum saat tidak ada kontraksi.

4. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar penurunan kepala janin cepat

turun, pembukaan cepat bertambah dan aliran oksigen ke bayi lancar.

5. Menganjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap.

6. Memberi dukungan dan semangat kepada ibu

7. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan yang dibutuhan dalam proses

persalinan seperti partus set, hecting set, pakaian ibu, pakaian bayi, infus set,

resusitasi set, oksitosin dan lidokain

8. Memantau pembukaan dan tekanan darah setiap 4 jam sekali, Respirasi, Nadi,

Denyut jantung janin (DJJ), Pengeluaran pervaginam (PPV) dan kontraksi

setiap 30 menit sekali, Suhu setiap 2 jam sekali.

VII. Evaluasi

Tanggal: 12 Januari 2015 Jam : 02:00 WIB

a. Ibu sudah mengerti bahwa dirinya sudah masuk dalam proses masa persalinan

dengan ibu menyebutkan pembukaan jalan lahir 2cm.


148

b. Suami bersedia untuk mendampingi ibu pada saat proses persalinan

berlangsung.

c. Ibu bersedia untuk makan, minum dan istirahat diantara kontraksi.

d. Ibu sudah memposisikan badan ibu miring ke kiri.

e. Ibu bersedia untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap

f. Ibu sudah diberikan dukungan dan semangat oleh bidan dan keluarga

g. Peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan sudah disiapkan.

h. Hasil pemantaun kala I berjalan dengan baik pembukaan lengkap jam 14.00

tanggal 12 Januari 2016.

Tabel 3.5 Pemantauan Kala I

Waktu TTV DJJ HIS Ø KETUBAN Penuru KET


nan
TD N R S x/mn Kepala
149

0
mmHg x/m x/m C t

2:00 110/70 84 16 36,5 136 2x/10’ 30’’ 2 Utuh Hodge I  


 
2:30   86 16   138 2x/10’ 30’’        
3:00   86 18   138 2x/10’ 35’’        
3:30   86 20   138 2x/10’ 35’’        
4:00   86 20 36,1  144 2x/10’ 35’’        
4:30   86 18   146 2x/10’ 35’’        
5:00   86 20   148 2x/10’ 35’’        
5:30   88 20   142 2x/10’ 35’’        
6:00 120/70 84 16 36,2 152 2x/10’ 35’’ 3 Utuh    
6:30   88 16   125 2x/10’ 35’’        
7:00   86 19   133 2x/10’ 40’’        
7:30   80 19   135 2x/10’ 40’’        
8:00   82 20 36,2 146 3x/10’ 40’’        
8:30   84 20   144 3x/10’ 40’’        
9:00   88 19   146 3x/10’ 40’’        
9:30   86 18   148 3x/10’ 40’’        
10:00 110/70 80 18 36,5 132 3x/10’ 40’’ 5 Utuh Hodge  
II 3/5
10:30   84 20   144 4x/10’ 40 ‘’        
11:00   86 20   138 4x/10’ 40’’        
11:30   84 18   144 4x/10’ 42’’        
12:00   86 20  36,2 146 4x/10’ 42’’        
12:30   86 20   148 4x/10’ 44’’        
13:00   86 16   142 4x/10’ 44’’        
13:30   86 16   152 5x/10’ 44’’        
14:00 120/80 86 16 36,2 125 5x/10’ 45’’ 10 cm Utuh Hodge Ketuban
lendir IV dipecah
darah
semakin
banyak
150

B. KALA II

Tanggal : 12 Januari 2015 Jam : 14.00 WIB

S : Ibu mengatakan ingin meneran seperti ingin buang air besar (BAB)

O : Keadaan umum baik kesadaran composmentis tekanan darah 110/70

mmHg, nadi 86x/menit, respirasi 16x/menit, suhu 36,50C

Inspeksi : vulva dan anus membuka, perineum menonjol, lendir darah

bertambah banyak

Palpasi : kontraksi 5x/10menit/50 detik

Auskultasi : DJJ 148x/menit

Vagina Touce : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, preskep

ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, penurunan kepala Hodge IV,

tidak ada bagian kecil-kecil yang menumbung, ketuban masih utuh,

lendir darah bertambah banyak baunya khas warnanya merah.

A : Ny. T umur 32 Tahun G2P1A0 usia kehamilan 41+5 minggu janin tunggal,

hidup intra uteri, puka, presentasi belakang kepala, sudah masuk panggul

inpartu kala II

P:

1. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali

pakai tiga ml ke dalam wadah partus set.

Hasil : partus set (setengah kocher, gunting episiotomi, klem tali

pusat 2 buah, gunting tali pusat, benang tali pusat, jarum jahit, nail
151

fooder, kom betadine, kassa steril), spuit 3 cc, oksitosin 2 ampul,

bengkok, tempat plasenta, air DTT sudah siap.

2. Memakai APD lengkap seperti sarung tangan, apron atau celemek,

masker, pengaman mata atau google dan sepatu boots.

Hasil : sarung tangan, masker, celemek sudah dipakai. Penolong

tidak menggunakan pengaman mata atau google, topi dan sepatu

boots

3. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan

sabun dan air mengalir.

Hasil : penolong tidak menggunakan perhiasan, sudah cuci tangan

dengan sabun.

4. Menggunakan sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi (DTT)

pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

Hasil : pemeriksaan dalam 10 cm

5. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan 10 UI oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus

set.

Hasil : spuit sudah terisi 10 UI oksitosin.

6. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan

gerakan vulva ke perineum.

Hasil : vulva dan perineum sudah dibersihkan.


152

7. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah).

Hasil : pembukaan 10 cm, ketuban sudah dipecahkan.

8. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 persen (%), membuka sarung tangan dalam keadaan

terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

Hasil : sarung tangan sudah dilepas.

9. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

(pastikan Denyut Jantung Janin (DJJ) dalam batas normal (120

sampai 160 kali per menit).

Hasil : DJJ 138 x/m

10. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his atau kontraksi apabila ibu

sudah merasa ingin meneran.

Hasil : ibu sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap, dan

ibu bersedia meneran jika ada kontraksi.

11. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman serta cukup minum).

Hasil : suami sudah membantu ibu memposisikan setengah duduk.


153

12. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

Hasil : ibu dipimpin meneran

13. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

Hasil : ibu memposisikan dorsalrecumbent

14. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter lima sampai

enam cm.

Hasil : handuk sudah di letakan diperut ibu.

15. Meletakan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian bawah bokong

ibu

Hasil : sepertiga bagian bawah bokong ibu sudah dilakukan, Untuk

mencegah laserasi perineum, lindungi perineum dengan tangan

kanan (dibawah kain bersih dan kering) dan tangan kiri berada diatas

simfisis untuk menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi

maksimal dan lahir secara teratur melewati introitus vagina dan

perineum.

16. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

Hasil : alat dan bahan sudah lengkap.


154

17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Hasil : sarung tangan sudah dipakai.

18. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter lima sampai

enam cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada

perut ibu.

Hasil : handuk sudah di perut ibu.

19. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Hasil : kedua sarung tangan sudah di pakai..

20. Untuk mencegah laserasi perineum, lindungi perineum dengan

tangan kanan (dibawah kain bersih dan kering) dan tangan kiri

berada diatas simfisis untuk menahan kepala bayi agar tidak terjadi

defleksi maksimal dan lahir secara teratur melewati introitus vagina

dan perineum.

Hasil : perineum sudah dilindungi.

21. Mengecek lilitan tali pusat pada leher bayi dan minta ibu untuk

berhenti meneran dan bernafas pendek setelah bayi lahir dan

menunggu putaran paksi luar secara spontan.

Hasil : tidak ada lilitan tali pusat.

22. Memegang kepala bayi dengan tangan posisi biparietal dan menarik

curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan lalu menarik curam

ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

Hasil : kedua bahu sudah lahir


155

23. Setelah kedua bahu lahir, tangan kanan menyangga bayi dan tangan

kiri menelusuri lengan, punggung sampai ke mata kaki bayi, lakukan

penilaian sepintas mengenai nafas, gerakan dan warna kulit bayi.

Hasil : sangga susur sudah dilakukan.

24. Melakukan penilaian selintas :

c) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

d) Apakah bayi bergerak aktif ?

Hasil : bayi menangis kuat, warna kemerahan, bergerak aktif.

25. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Membiarkan

bayi di atas perut ibu.

Hasil : bayi sudah dikeringkan

26. Menjepit tali pusat dengan 2 klem pada jarak 3 cm dari pangkal

pusat lalu urut 2 cm ke arah ibu kemudian klem, potong tali pusat

diantara 2 klem tersebut.

Hasil : tali pusat sudah dipotong.

27. Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk IMD (Inisiasi Menyusu

Dini).

Hasil : bayi menemukan putting susu ibu dan menghisap putting

susu ibu dilakukan selama 1 jam.

Evaluasi :
156

Bayi lahir spontan jam 15:00 WIB jenis kelamin perempuan APGAR

SCORE 9/9/10 menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan.

C. KALA III

Tanggal: 12Januari 2015 Jam: 15:05 WIB

S : Ibu mengatakan masih merasakan mules pada perutnya.

Ibu mengatakan ari-arinya belum keluar/lahir

O : Kontraksi uterus keras, Tinggi Fundus Uteri (TFU) setinggi pusat,

plasenta belum lahir, tali pusat tampak didepan vulva, uterus globuler,

adanya semburan darah

A : Ny. T umur 32 Tahun P2A0 inpartu kala III

P:

1) Melakukan palpasi untuk memastikan adanya janin kedua atau tidak

Hasil : janin tunggal

2) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU di 1/3 paha

atas bagian distal lateral secara intramuscular, lakukan aspirasi, lalu

suntikan

Hasil : ibu sudah disuntik oksitosin

3) Setelah dua menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira tiga cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah

distal dan jepit kembali tali pusat.

Hasil : tali pusat sudah dijepit dengan klem


157

4) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem

tersebut.

Hasil : tali pusat sudah digunting

5) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

Hasil : tali pusat sudah diikat

6) Melakukan skin to skin pada bayi dan dilakukan IMD dengan

menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

Hasil : bayi dilakukan IMD selama 1 jam, bayi sudah diselimuti

dengan kain hangat dengan dikenakan topi.

7) Melakukan penegangan tali pusat terkendali, pindahkan klem 5-10

cm di depan vulva.

Hasil : klem sudah dipindahkan 5-10 cm didepan vuvla

8) Meletakkan tangan kiri di atas symfisis ibu, setelah ada kontraksi

tegangkan tali pusat kemudian tangan yang lain mendorong uterus

ke arah dorso kranial dan lakukan secara hati-hati. Bila tali pusat

bertambah panjang, pindahkan klem di depan vulva setelah plasenta

tampak di vulva tangkap plasenta menggunakan kedua tangan dan


158

memutar plasenta searah jarum jam sampai plase nta dan selaput

plasenta lahir.

Hasil : plasenta lahir jam 15:10 WIB

9) Masase fundus uteri selama 15 detik dan pastikan kontraksi keras.

Hasil : perut ibu sudah dimasase dan kontraksi keras

10) Memeriksa kelengkapan plasenta, kotiledon, dan selaput ketuban

setelah dipastikan lengkap, pembuluh darah, letakkan plasenta pada

tempatnya.

Hasil : kotiledon ± 20 buah, lebar plasenta ± 18 cm, tebal plasenta ±

2,5 cm, panjang tali pusat 45 cm, selaput plasenta lengkap,

pembuluh darah vena 1, arteri 2 dan plasenta sudah diletakkan pada

tempatnya.

11) Memeriksa laserasi jalan lahir dengan kasa steril jika ada laserasi

maka segera lakukan penjahitan.

Hasil : ada laserasi derajat 1 (mukosa vagina dan kulit perineum)

12) Melihat seberapa banyak darah yang keluar.

Hasil : darah yang keluar ± 100 cc

Evaluasi :

Jam 15:10 WIB plasenta lahir, kotiledon ± 20 buah, lebar plasenta ± 18 cm,

tebal plasenta ± 2,5 cm, panjang tali pusat 45 cm, selaput plasenta lengkap,

pembuluh darah vena 1, arteri 2 dan plasenta sudah diletakkan pada


159

tempatnya, kontraksi keras, perdarahan ± 100 cc, ada laserasi derajat I

(mukosa vagina)

D. KALA IV

Tanggal: 12 Januari 2016 Jam: 15:20 WIB

S : Ibu mengatakan masih merasakan mules pada perutnya.

Ibu mengatakan lega ari-arinya sudah lahir

O: Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/mnt, respirasi 18x/mnt, suhu

36,70C, tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat

A : Ny. T umur 32 Tahun P2A0 inpartu kala IV

P:

1) Menjahit laserasi pada vagina, mukosa vagina, dan kulit perineum

dengan menggunakan jahitan jelujur.

Hasil : Laserasi sudah dijahit 1 (mukosa vagina ) sudah dijahit.

2) Mengajarkan ibu cara melakukan masase yaitu dengan cara mengusap-

usap perut dengan menggunakan 4 jari atau telapak tangan supaya

kontraksi uterus baik dan ibu tidak perdarahan.

Hasil: Ibu sudah tahu cara melakukan masase.

3) Mengukur antropometri bayi.

Hasil : berat badan (BB) 3000gr panjang badan (PB) 50 cm lingkar

kepala (LK) 34cm lingkar dada (LD) 34 cm Lingkar lengan atas (LILA)

12cm
160

4) Membersihkan ibu dengan air dekontaminasi tingkat tinggi (DTT) dan

pakaikan baju yang nyaman.

Hasil : Ibu sudah bersih dan sudah mengenakan baju yang nyaman.

5) Membersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. Hasil :

Tempat bersalin sudah bersih.

6) Merendam alat-alat yang terkontaminasi dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit, kemudian dicuci, keringkan dan disterilkan kembali.

Hasil : Peralatan persalinan sudah bersih dan siap disterilkan kembali.

7) Memberi selamat pada ibu atas kelahiran ini.

Hasil : Ibu merasa senang dengan kelahiran anaknya.

8) Memantau tekanan darah, nadi, suhu, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi,

kandung kemih dan perdarahan, setiap 15 menit pada jam pertama dan

setiap 30 menit pada jam kedua.

Hasil : pemantauan sudah dilakukan (terlampir)

9) Melengkapi partograf.

Hasil : Partograf sudah dilengkapi.

Tabel 3.6 Pemantauan Kala IV

Jam ke Waktu Tekanan Nadi Suhu Tinggi Kontraksi Kandung Perdarahan


Darah Fundus Uterus kemih
WIB mmHg x/m 0
C Uteri
I 15:35 110/70 84 36,2 2 Jari Keras Kosong 40 cc
dibawah
pusat
  15:50 120/80 80   2 Jari Keras Kosong 20 cc
dibawah
pusat
161

  16.05 110/70 76   2 Jari Keras Kosong 10 cc


dibawah
pusat
  16.20 110/70 76   2 Jari Keras 100cc 10 cc
dibawah
pusat
II 16.50 120/70 78 36,5 2 Jari Keras Kosong 10 cc
dibawah
pusat
  17.20 110/70 78   2 Jari Keras Kosong 10 cc
dibawah
pusat

III. ASUHAN IBU NIFAS

A. Kunjungan Nifas I

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T umur 32

tahun P2A0 6 jam post partum spontan di Puskesmas Kesugihan II.

I. PENGKAJIAN

Selasa, 12 Januari 2016 Pukul : 21:00 WIB

A. Anamnesa

1. Identitas Ibu

Nama : NY. T Nama : Tn. N

Umur : 32 Tahun Umur : 35 tahun

Pendidikan : SD Pendidikan: SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh


162

Agama : Islam Agama : Islam

Alamat : Kuripan Kidul 5/1 Alamat :Kuripan Kidul 5/1

No. Telp :085742108197 No.Telp :085645062874

2. Alasan datang : pemeriksaan 6 jam setelah melahirkan

3. Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mules dan nyeri pada

alat kelamin.

Ibu mengatakan keluar darah berwarna merah dan sudah ganti pembalut 1

kali

4. Riwayat persalinan sekarang

Paritas : 2 abortus : 0

a. Tempat persalinan : Puskesmas Kesugihan II

b. Ditolong oleh : Bidan

c. Lama persalinan :

1. Kala I : 8 jam

2. Kala II : 4 jam

3. Kala III : 10 menit

4. Kala IV : 2 jam

d. Plasenta

1. Berat : 500 gram

2. Kotiledon : 20 buah

3. Selaput Ketuban : utuh

e. Tali Pusat
163

1. Panjang tali pusat : 60 cm

2. Jumlah pembuluh darah : 2 vena, 1 arteri

f. Perineum : Ada laserasi derajat I

g. Jumlah perdarahan

Kala I : blood show

Kala II : 250 cc

Kala III : 50 cc

Kala IV : 100 cc

5. Riwayat bayi :

a. Masa Gestasi : Aterm

b. Lahir tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 15:00 WIB

c. Apgar score : 9/9/10

d. Antropometri

1. Berat badan : 3000 gram

2. Panjang badan : 50cm

3. Lingkar dada : 34 cm

4. Lingkar kepala : 34 cm

5. Lingkar lengan atas : 12 cm

e. Kelainan bawaan : tidak ada

6. Riwayat Post Partum

a. Status emosional : Baik

b. Pola tidur : 2 jam post partum


164

c. Pola makan : 1 kali post

partum porsi sedang

d. Eliminasi

BAK BAB
Frekuensi :2 kali Frekuensi :Belum
Jumlah :100 cc Jumlah :-
Warna :Jernih kekuningan Warna :-
Bau :Khas Bau :-
e. Mobilisasi : Mika/miki, duduk,

berjalan

f. Pengalaman menyusui : Ibu mengatakan pernah memiliki pengalaman

menyusui

g. Seksualitas : Ibu mengatakan belum melakukan

hubungan dengan suami

7. Personal Hygiene

a. Membersihkan alat kelamin : dari depan ke belakang

b. Mengganti pakaian dalam : Jika timbul darah

c. Merngganti pembalut : 1 kali postpartum

d. Mandi : Ibu belum mandi

e. Keramas : Ibu belum keramas

8. Riwayat KB

Tabel 3.6 Riwayat KB

No Alat/Cara Mulai Pakai Berhenti/ganti segera Alasan


Tgl Bl Th Oleh Di Tgl Bl Th Oleh Di
1 Pil 3 2 2011 Bidan BPM 12 3 2015 Bidan BPM Ingin hamil
165

lagi

B. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu tubuh : 36,60C

Denyut Nadi : 84 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : bentuk mesocepal, rambut bersih, tidak rontok, tidak

berketombe

Muka : tidak oedema, conjungtiva merah muda, sklera

tidak ikterik

b. Mulut dan gigi: Gigi tidak ada karies, lidah bersih, tidak ada

stomatitis.

c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena

jugularis.

d. Dada : Ada pernafasan dada, bunyi jantung teratur


166

e. Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, tidak ada kekakuan

sendi, tidak ada kemerahan, tidak ada varises, tidak ada pucat pada

tangan dan kaki, reflek patella positip.

3. Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi

a. Payudara : Ada pembesaran, putting susu menonjol, Pengeluaran

ada colostrum, tidak ada kelainan.

Palpasi

b. Abdomen : Tinggi fundus uteri (TFU) : 2 jari di bawah pusat,

konsistensi keras, nyeri/mules ada, tidak ada luka bekas operasi

c. Genitalia : Ada luka laserasi derajat I, Vulva tidak ada varises,

lochea rubra, Anus : tidak ada hemoroid

II. Interpretasi data

a. Ny. T umur 32 Tahun, P2A0 6 jam post partum spontan dengan keadaan baik

Dasar :

1. Data Subjektif

a. Ibu mengatakan bernama Ny. T umur 32 Tahun


167

b. Ibu mengatakan melahirkan anak kedua 6 jam yang lalu berjenis

kelamin perempuan, lahir spontan 3000 gram tanggal 12 Januari 2016

c. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar

d. Ibu mengatakan perutnya masih mules dan nyeri pada alat kelamin.

e. Ibu mengatakan keluar darah berwarna merah dan sudah ganti pembalut

1 kali

2. Data Objektif

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg

d. Suhu : 36,50C

e. Nadi : 82x/menit

f. Respirasi : 20x/menit

g. Tinggi fundus uteri (TFU) : 2 jari dibawah pusat

h. Lochea : rubra

b. Masalah

Tidak ada masalah

III. Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Tidak ada

IV. Menetapkan Kebutuhan Penanganan Segera


168

Tidak ada

V. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 09:00 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2. Beritahu ibu tentang rasa mules pada perut setelah melahirkan

3. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

4. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif

5. Beritahu ibu cara perawatan payudara

6. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri

7. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

8. Berikan ibu obat dan cara meminumnya

VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan Yang Menyeluruh

Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 09:10 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu :

36,50C, nadi : 82 x/menit, respirasi : 20 x/m, TFU 2 jari dibawah pusat,


169

laserasi derajat I, lochea rubra yaitu berwarna merah dan berbau amis,

kontraksi baik dengan keadaan ibu dan bayinya baik dan sehat.

2. Memberitahu ibu bahwa rasa mules pada perut merupakan hal yang normal

dalam masa nifas karena rahim sedang berkontraksi, kontraksi tersebut

berperan dalam proses involusi ( proses dimana rahim kembali ke kondisi

sebelum hamil segera setelah ari-ari lahir). Jika dalam 2 minggu setelah

melahirkan rahim belum masuk panggul, maka ibu harus waspada terjadinya

subinvolusi (kegagalan rahim untuk kembali pada keadaan tidak hamil).

Penyebabnya yaitu infeksi dan perdarahan lanjut, apabila ibu mengalami hal

tersebut maka ibu harus segera ke tenaga kesehatan terdekat untuk periksa.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu perdarahan vagina

yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak, disertai gumpalan darah yang

besar-besar dan berbau busuk,demam tinggi hingga melebihi 380C, nyeri perut

hebat/rasa sakit di bagian bawah perut atau punggung, serta nyeri ulu hati,

rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki, payudara bengkak,

kemerahan, lunak disertai demam, kehilangan nafsu makan dalam waktu

lama, stress dalam hal mengurus anak.

4. Memberitahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberikan ASI saja

dari umur 0-6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan apapun, kecuali

obat,vitamin dan mineral, di dalam ASI banyak mengandung zat-zat yang


170

dapat membantu meningkatkan kecerdasan dan kekebalan tubuh. Bayi di

susui tanpa terjadwal atau minimal 2 jam sekali.

5. Memberitahu ibu cara perawatan payudara yaitu menjaga payudara tetap

kering, menggunakan BH yang dapat menopang payudara, apabila puting susu

lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu dan

areola (area yang hitam kehitaman) setiap kali selesai menyusui dan akan

menyusui. Sebelum menyusui bersihkan payudara terlebih dahulu.

6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu membersihkan daerah

kelamin dengan sabun dan air. Setelah BAB dan BAK bersihkan disekitar

vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian membersihkan daerah

sekitar anus, hindari penyemprotan vagina, mengganti pembalut minimal 2

kali sehari atau terasa penuh dan hindari menyentuh daerah luka.

7. Menganjurkan ibu untuk tidur dan beristirahat yang cukup jika istirahat ibu

kurang akan menyebabkan produksi ASI kurang, proses pemulihan organ

reproduksi berjalan lambat,yang dapat menyebabkan perdarahan.

8. Memberikan ibu obat asam mefenamat x 3x1, tablet Fe x 3X1, Vit A

2x200.000 SI 1x segera diminum setelah bersalin yang kedua diminum jarak

29 jam setelah dosis yang pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian.

VII. Evaluasi

Tanggal: 12 Januari 2016 Jam : 09:20 WIB


171

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dan ibu dalam kondisi baik

dengan ibu dapat menyebutkan tekanan darah 110/70 mmHg, kontraksi pada

perut baik, luka laserasi derajat satu sudah dijahit.

2. Ibu sudah tahu dan mengerti tentang rasa mules yang terjadi setelah

melahirkan dikarenakan kontraksi.

3. Ibu sudah mengetahui dan paham tentang gizi pada masa nifas dan tanda

bahaya masa nifas dengan ibu dapat menyebutkan untuk mengonsumsi telur

setiap harinya dan dapat menyebutkan tanda bahaya pada masa nifas seperti

perdarahan dan demam.

4. Ibu sudah mengetahui dan paham tentang ASI ekslusif dan ibu bersedia untuk

menyusui tanpa terjadwal pada bayinya dari umur bayi lahir sampai 6 bulan.

5. Ibu sudah mengetahui cara perawatan payudara dengan memakai BH yang

menopang payudara serta sebelum dan sesudah menyusui mengoleskan

sedikit ASI di area kehitam-hitaman pada payudara.

6. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan dirinya dengan menyebutkan

membersihkan alat kelamin dari depan kebelakang.

7. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup.

8. Ibu sudah diberi obat dan tahu cara meminumnya dengan ibu dapat

menyebutkan asam mefenamat x 3x1, tablet Fe x 3X1, Vit A 2x200.000 SI

1x.

B. Kunjungan Nifas II
172

Tanggal : 18 Januari 2016 Jam : 09:30 WIB

A. Data Subjektif (S)

Nama Pasien : Ny. T Nama Suami : Tn. N

Umur : 32 Tahun Umur : 23 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa :Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kuripan Kidul 5/1 Alamat :Kuripan Kidul 5/1

1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya kedua

2. Ibu mengatakan masih merasakan sakit pada alat kelamin

3. Ibu mengatakan masih merasakan mules

4. Ibu mengatakan darah yang keluar seperti saat sedang haid

5. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar

6. Ibu mengatakan ini hari ke 6 setelah melahirkan

7. Ibu mengatakan bermaksud menindik telinga anaknya untuk dipasang

anting-anting.

B. Data Obyektif (O)

1. Pemeriksaan Umun

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis
173

c. Tensi : 110/70 mmHg

d. Nadi : 78 x/mnt

e. Pernafasan : 19 x/mnt

f. Suhu : 36, 50C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : bentuk mesochepal

Rambut bersih, tidak berketombe dan tidak rontok

b. Muka : tidak ada oedema, cloasma gravidarum tidak ada

Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, secret tidak

ada.

Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada

Mulut dan gigi: karies tidak ada, stomatitis tidak ada, bibir tidak

pecah-pecah , lidah bersih

Telinga : simetris, tidak ada serumen

c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran

kelenjar limfe

3. Pemeriksaan Obstetrik
174

a. Dada : Pernafasan dada ada, payudara membesar,

hiperpigmentasi areola ada, putting susu menonjol, benjolan tidak ada,

pengeluaran ASI ada.

b. Tinggi fundus uteri : pertengahan pusat dan sympisis

c. Lochea : sanguinolenta

C. Assesment (A)

Ny. T umur 32 Tahun, P2A0 hari ke 6 post partum spontan dalam keadaan

baik

D. Planning (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu Tekanan darah : 110/70

mmHg, Nadi : 80x/mnt, Respirasi : 19 x/m, Suhu : 36,90C

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan tekanan darah 110/70 mmHg.

2. Memastikan involusio uterus berjalan baik dan perdarahan normal

Hasil : TFU pertengahan pusat symphisis dan perdarahan normal

3. Menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASI ekslusif sampai bayi

berusia 6 bulan dan menyusui bayinya secara tidak terjadwal.

Hasil : Ibu bersedia memberikan ASI esklusif dengan ibu dapat

menyebutkan pemberian ASI esklusif diberikan sesering mungkin.

4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kesehatan seperti tidak

ada makanan pantangan dan istirahat yang cukup tidur siang 1 jam tidur

malam 7 jam.
175

Hasil: ibu bersedia untuk menjaga kesehatannya dengan memenuhi

kebutuhan nutrisi dan tidak ada makanan pantangan.

5. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi seperti menjaga bayi agar selalu

dalam keadaan bersih, memakaikan bedong untuk memberikan

kehangatan bayi, mengganti pakaian yang basah dan selimut sesuai

keperluan.

Hasil: Ibu tahu dan mengerti cara perawatan bayi dengan ibu dapat

menyebutkan memberikan kehangatan bayi dengan menggunakan

bedong.

C. Kunjungan Nifas III

Tanggal : 26 Januari 2016 Pukul : 15.00 WIB

A. Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan namanya Ny. T umur 32 Tahun

2. Ibu mengatakan ini hari ke 14 setelah melahirkan

3. Ibu mengatakan ASInya keluarnya sudah lancar

4. Ibu mengatakan keluar lendir putih dari jalan lahir

5. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik


176

Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/m,

Respirasi : 19x/m, Suhu : 36,50C

2. Pemeriksaaan Fisik

a. Kepala : bentuk mesochepal, rambut bersih, tidak berketombe dan

tidak rontok.

b. Muka : tidak ada oedema, cloasma gravidarum tidak ada

c. Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, secret tidak ada

d. Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada

e. Mulut dan gigi: karies tidak ada, stomatitis tidak ada, bibir tidak pecah-

pecah, lidah bersih

f. Telinga : simetris, tidak ada serumen

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar

limfe

3. Pemeriksaan Obstetrik

a. Dada : pernafasan dada ada, payudara membesar,

hiperpigmentasi areola ada, putting susu menonjol, benjolan tidak ada,

ada pengeluaran ASI

b. Tinggi fundus uteri : tidak teraba

c. Lochea : serosa

C. Assesment (A)

Ny. T umur 32 Tahun, P2A0 hari ke 15 post partum spontan dalam keadaan

baik.
177

D. Planning (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu Keadaan umum : baik,

Tekanan darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/m, Respirasi : 19x/m, Suhu:

36,5 0C

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan tekanan darah yaitu 110/70 mmHg.

2. Memastikan involusio uterus berjalan dengan normal yaitu dengan meraba

perut ibu

Hasil: uterus sudah tidak teraba

3. Memastikan tidak ada tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

Hasil: tidak ada tanda-tanda demam dan infeksi, perdarahan sedikit

berwarna putih

4. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang yaitu

mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, kentang,

jagung), protein (ikan laut, ayam, telur, susu), serat (sayur dan buah-

buahan) serta kebutuhan cairan dalam sehari 2,5-3 liter.

Hasil: ibu mengerti dan bersedia untuk makan yang bergizi


178

5. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

Hasil: ibu sudah bisa menyusui bayinya dengan benar dan tidak

mengalami kesulitan

6. Memberitahukan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu

menyusui yang tidak dapat mengganggu produksi ASI seperti KB suntik 3

bulan, mini pil, kondom, IUD, Implant, dan MAL (Metode amenorea

Lactasi) yaitu ibu memberikan ASI selama 6 bulan dengan teratur. Dan

yang tidak diperbolehkan yaitu menggunakan KB suntik 1 bulan, pil

kombinasi karena hal itu bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang

merencanakan ASI ekslusif sebab dapat mempersingkat lamanya

pemberian ASI, akibatnya hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan

dalam ASI.

Hasil: ibu mengerti tentang alat kontrasepsi yang cocok bagi ibu

menyusui dan akan menggunakan KB. Dengan ibu dapat menyebutkan

akan menggunakan KB implant 3 bulanan. Dan bersedia melalukan

kunjungan kembali untuk memasang KB Implant tanggal 23 Februari

2016

D. Kunjungan Nifas IV

Tanggal : 23 Februari 2016 Pukul : 15.30 WIB

A. Data Subjektif (S)


179

1. Ibu mengatakan namanya Ny. T umur 32 Tahun.

2. Ibu mengatakan ini hari ke 42 setelah melahirkan.

3. Ibu mengatakan ASI lancer.

4. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 110/70 mmHg,

d. Nadi : 82 x/m

e. Respirasi : 18x/m

f. Suhu : 36,20C

2. Pemeriksaaan Fisik

a. Kepala : bentuk mesochepal

Rambut bersih, tidak berketombe dan tidak rontok

b. Muka : tidak ada oedema, cloasma gravidarum tidak

ada

c. Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih, secret

tidak ada

d. Hidung : tidak ada polip, secret tidak ada


180

e. Mulut dan gigi : karies tidak ada, stomatitis tidak ada, bibir

tidak pecah-pecah, lidah bersih

f. Telinga : simetris, tidak ada serumen

g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,

pembesaran kelenjar limfe

3. Pemeriksaan Obstetrik

a. Dada : Pernafasan dada ada, payudara membesar,

hiperpigmentasi areola ada, putting susu menonjol, benjolan tidak ada,

pengaluaran ASI.

b. Tinggi fundus uteri : tidak teraba

c. Lochea : Alba

C. Assesment (A)

Ny. T umur 32 Tahun P2A0 hari ke 42 post partum spontan dalam keadaan

baik.

D. Planning (P)
181

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya yaitu Keadaan umum : baik,

Nadi : 82x/m, Tekanan darah : 110/70 mmHg, Respirasi : 18 x/m, Suhu :

36,2 0C

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan tekanan darah 110/70 mmHg.

2. Memastikan involusio uterus berjalan dengan normal yaitu dengan meraba

perut ibu

Hasil: Uterus sudah tidak teraba

3. Memastikan tidak ada tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

Hasil: Tidak ada tanda-tanda demam dan infeksi, perdarahan sedikit

berwarna putih

4. Menganjurkan ibu untuk makan dengan gizi seimbang yaitu

mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, kentang,

jagung), protein (ikan laut, ayam, telur, susu), serat (sayur dan buah-

buahan) serta kebutuhan cairan dalam sehari 2,5-3 liter setara dengan 8

gelas setiap hari.

Hasil: Ibu mengerti dan bersedia untuk makan yang bergizi dengan ibu

dapat menyebutkan makanan berprotein seperti telur.

5. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.
182

Hasil: Ibu sudah menyusui bayinya dengan benar dan tidak mengalami

kesulitan

6. Mengingatkan ibu mengenai alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu

menyusui yang tidak dapat mengganggu produksi ASI seperti KB suntik 3

bulan, mini pil, kondom, IUD, Implant, dan MAL (Metode amenorea

Lactasi) yaitu ibu memberikan ASI selama 6 bulandengan teratur. Dan

yang tidak diperbolehkan yaitu menggunakan KB suntik 1 bulan, pil

kombinasi karena hal itu bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang

merencanakan ASI ekslusif sebab dapat mempersingkat lamanya

pemberian ASI, akibatnya hormon steroid dalam jumlah kecil ditemukan

dalam ASI.

Hasil: Ibu sudah dipasang KB Implant.

IV. ASUHAN BAYI DAN NEONATUS

A. Kunjungan Neonatus I

Penulis Melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Pada By. Ny. T

Umur 6 Jam Di Puskesmas Kesugihan II

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 12 Januari 2016 Pukul : 21:30 WIB

A. Identitas

1. Bayi
183

Nama : Bayi Ny. T

Tgl. Lahir : 12 Januari 2016

Umur : 6 Jam

2. Identitas orang tua

Nama Ibu: Ny. T Nama Ayah : Tn. N

Umur : 32 Tahun Umur : 35 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kuripan Kidul 5/1 Alamat : Kuripan Kidul 5/1

B. Anamnesa

Alasan datang ke tempat periksa : memeriksa keadaan bayi Ny. T

Keluhan Utama pada bayi : Kunjungan neonatus

C. Riwayat Kehamilan

1. Riwayat obstetric ibu : P2A0

2. Keluhan yang dialami ibu:

a. TM I : pusing, mual

b. TM II : tidak ada keluhan

c. TM III : tidak ada keluhan

3. Kejadian waktu hamil


184

a. Riwayat penyakit kehamilan :

1. Perdarahan : Tidak ada

2. Pre-eklampsi : Tidak ada

3. Eklampsi : Tidak ada

4. Penyakit/kelainan : Tidak ada

b. Kebiasaan waktu hamil:

1. Makanan : Nasi, sayur, tempe, tahu, telor, ikan, ayam

2. Obat/jamu : Obat gentamicin,sf, kalk, BComplex/ Tidak

mengonsumsi jamu

3. Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok.

4. Kebiasaan lain : Bergaul dengan tetangga.

c. Komplikasi

1. Ibu : Tidak ada

2. Bayi : Tidak ada

D. Riwayat Persalinan

1. Persalinan sebelumnya

Tabel 3.7 Persalinan sebelumnya

No Hamil UK Jenis Penolong Komplikasi Bayi Nifas


Ke Pers BB JK Kondisi
1 1 Aterm Spontan Bidan tidak ada 3.200 gr P Baik Normal N
185

2. Persalinan sekarang

a. Jenis persalinan : Spontan

b. Ditolong oleh : Bidan

c. Lama persalinan :

1) Kala I : 8 jam

2) Kala II : 4 jam

3) Kala III : 10 menit

4) Kala IV : 2 jam

d. Ketuban pecah jam : 15:50 WIB

e. Warna ketuban : Jernih

f. Jumlah air ketuban : 1,5 liter

g. Perdarahan : 250 cc

h. Jam/tanggal lahir : 15:00 WIB/ 12 Januari 2016

i. Jenis kelamin : Perempuan

j. BBL : 3000 gr

k. PBL : 50 cm

3. Keadaan bayi baru lahir

Tabel 3. 8 Nilai Apgar


186

No Aspek yang dinilai 1' 5' 10'


1 Denyut jantung 2 2 2
2 Usaha nafas 2 2 2
3 Tonus otot 2 2 2
4 Reflek 1 1 2
5 Warna Kulit 2 2 2
Jumlah 9 9 10

Tindakan yang dilakukan pada BBL

a. Rangsangan taktil : Ya

b. Pemberian cairan tubuh : Tidak

c. Resusitasi

1. Isap lendir : Tidak

2. Ambu bag : Tidak

3. Masase jantung : Tidak

4. Pemberian O2 : Tidak

5. Lamanya tindakan : Tidak

E. Pemeriksaan BBL

1. Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : composmentis

c) Nadi : 122 x/menit

d) Respirasi : 50 x/menit

e) Suhu : 36,50C
187

f) Pemeriksaan Antopometri

Berat badan : 3000 gram

Tinggi badan : 50 cm

Lingkar kepala : 34 cm

Lingkar dada : 34 cm

Lingkar lengan : 12 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada caput,

tidak ada pembengkakan

b) Telinga : simetris, tidak ada cairan ketuban

c) Mata : simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi

d) Hidung dan mulut : bibir lengkap, langit-langit ada, lidah bersih,

tidak ada polip pada hidung.

e) Leher : pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada

f) Dada : pernafasan dada ada, tidak ada retraksi dinding

dada

g) Bahu, lengan, tangan : Tidak ada fraktur, gerakan aktif, jumlah jari

normal.

h) Abdomen : bentuk agak membulat, tidak ada benjolan

disekitar tali pusat, tali pusat bersih tidak berbau, perut tidak

kembung
188

i) Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada

pembengkakan

j) Kelamin : ada lubang vagina dan uretrhra.

k) Anus : ada lubang anus.

l) Tungkai/kaki : gerakan aktif, simetris, tidak ada fraktur,

jumlah jari lengkap

m) Kulit : warna kemerahan

3. Pemeriksaan Reflek

a. Rooting : ada

b. Sucking : ada

c. Graps reflek : ada

d. Moro reflek : ada

e. Tonic neck : ada

f. Babinski reflek : ada

4. Antropometri

a. Berat badan : 3000 gram

b. Tinggi badan : 50 cm

c. Lingkar kepala : 34 cm

d. Lingkar dada : 34 cm

e. Lingkar lengan : 12 cm

5. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan.
189

F. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1. Pola Eliminasi

BAK

Frekuensi : 2x

Warna : kuning jernih

Konsistensi : cair

BAB

Frekuensi : 2x

Warna : meconium

Konsistensi : lunak

2. Pola Minum

Jenis makanan : ASI

Banyaknya : Sedang

Frekuensi : on demand

3. Pola istirahat

Lama : 2 jam

Frekuensi : sering

4.Pola kebersihan

- Mandi : 1 kali mandi 6 jam setelah lahir, oleh bidan.

- Kulit : bersih
190

- Kelamin : Sudah bersih

G. Data Imunisasi

Tabel 3.9 Data Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan


1 Hbo 1 jam setelah Vit. K 0,5 cc

H. Perawatan sehari-hari

1. Perawatan talipusat : Sudah dijeput dengan klem tali pusat dan

terbungkus dengan kasa

2. Perawatan mata : Sudah di berikan gentamicin zalp

3. Perawatan hidung : Bersih

4. Perawatan mulut : Bersih

5. Perawatan Telinga : Bersih

II. Interpretasi Data Dasar

A. Diagnosa kebidanan

By. Ny.T umur 6 jam, lahir spontan cukup bulan dengan keadaan baik

DS :

1. Ibu mengatakan ini anak kedua.

2. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya


191

3. Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat

4. Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

5. Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah

DO : Keadaan umum : baik, gerakan aktif, menangis kuat, warna

kulit kemerahan, reflek rooting ada, reflek sucking ada, graps reflek

ada, moro reflek ada, tonic neck ada, babinski reflek ada, Nadi :

122x/menit, Respirasi : 50x /m, Suhu : 36,50C

B. Masalah

Tidak ada

III. Diagnosa Masalah Potensial

Tidak Ada

IV. Menetapkan Evaluasi Kebutuhan Segera

Tidak Ada

V. Menyusun Rencana Asuhan

Tanggal : 12 Januari 2016 Jam : 21.50 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya

2. Anjurkan ibu jaga kehangatan bayi

3. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir

4. Pantau tanda-tanda vital dan keadaan bayi

5. Beritahu akan dilakukan imunisasi Hb0

6. Beritahu ibu cara perawatan tali pusat


192

7. Anjurkan ibu untuk menyusui anaknya tanpa terjadwal atau minimal 2 jam

sekali.

8. Anjurkan ibu untuk memandikan bayinya pagi hari

VI. Implementasi Rencana Asuhan

Tanggal : 12 januari 2016 Jam : 22:00 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu Keadaan

umum : baik, Nadi : 130 x/menit, Respirasi : 31x /m, Suhu : 36,5 0C warna

kulit kemerahan, tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi sudah BAB

dan BAK.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan bayi dipakaikan

topi, sarung kaki dan sarung tangan, menjaga bayi agar selalu dalam keadaan

bersih, hangat dan kering, dengan mengganti pakaian yang basah dan selimut

bayi sesuai dengan keperluan.

3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu

a. Ba

yi

tid

ak

dap

at

me
193

ny

usu

suli

mi

nu

m,

ma

las

mi

nu

m.

b. Ba

yi

kej

ang

c. Ba

yi

me

nga

ntu
194

ata

tid

ak

sad

ar

d. Pernafasan sulit kurang dari 30x/menit atau lebih dari 60x/menit,

disertai ada retraksi dada

e. Bayi merintih, lemah, kurang aktif

f. Warna kulit bayi seluruh tubuh kebiruan kemungkinan bayi

kedinginan, atau warna kulit bayi seluruh tubuh kuning kemungkinan

bayi terkena ikterik atau penyakit hepatitis.

g. Perut bayi kembung atau sulit buang air besar kemungkinan ada

gangguan pada sistem pencernaan.

h. Tali pusat berwarna merah, berbau busuk, ada nanah, keluar darah

i. Apabila ibu menjumpai salah satu tanda bahaya diatas ibu harus segera

ke tenaga kesehatan.

4. Memantau keadaan umum dan TTV bayi.

5. Memberitahu ibu bayinya akan di imunisasi Hb0 dan melakukan imunisasi

Hb0 0,5 cc secara IM di 1/3 paha kanan bagian luar untuk mencegah

penyakit hepatitis B
195

6. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat dengan cara menjaga tali pusat

agar selalu bersih dan kering dibungkus dengan kassa kering steril yang

tanpa dibubuhi apapun dan mempertahankan tali pusat dalam keadaan sedikit

terbuka agar terkena udara.

7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya tanpa terjadwal sesuai dengan

kebutuhan bayi atau minimal 2 jam sekali dan tanpa kenal waktu.

8. Menganjurkan ibu untuk memandikan bayinya dengan air hangat.

VII. Evaluasi

Tanggal : 12 Januari 2015 Jam : 22:20 WIB

1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Bayi sudah di pakaikan baju, bedong dan sudah di selimuti serta dalam

keadaan hangat

3. Ibu sudah tahu dan mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir dengan ibu

dapat menyebutkan tanda bahaya pada bayi seperti bayi tidak dapat

menyusu, sulit minum, malas minum.

4. Bayi sudah dilakukan pemantauan yaitu KU baik, TTV: nadi : 136x/menit,

respirasi : 40x/menit, suhu : 36,7 0C. dan ibu dapat menyebutkan suhu bayi :

36,7 0C.

5. Bayi Ny.T sudah di suntik vit K dan diimunisasi Hb0.

6. Ibu sudah paham dan bayi sudah dilakukan perawatan tali pusat dengan

kassa kering steril


196

7. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya tanpa terjadwal

8. Ibu bersedia untuk memandikan bayinya di pagi hari dengan air hangat.

B. Kunjungan Neonatus II

Tanggal : 18 Januari 2016 Jam : 09:40 WIB

A. Data Subjektif (S)

a. Ibu mengatakan ingin menindik telinga bayinya

b. Ibu mengatakan bayinya pintar menyusu

c. Ibu mengatakan bayinya jarang menangis karena sebelum rewel bayi

sudah disusui

d. Ibu mengatakan bayinya umur 3 hari

e. Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

B. Data Obyektif (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan Umum : baik

b. Nadi : 122 x/m

c. Respirasi : 50 x/m

d. Suhu : 36,5 0C

e. BB : 2900 gram

f. TB : 51 cm

2. Pemeriksaan Fisik
197

a. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada caput, tidak ada

pembengkakan

b. Telinga : simetris, tidak ada serumen

c. Mata : tidak ada tanda-tanda infeksi

d. Hidung dan mulut : bibir lengkap, langit-langit ada, lidah bersih,

tidak ada serumen pada hidung.

e. Leher : pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada

f. Dada : pernafasan dada ada, tidak ada retraksi

dinding dada

g. Bahu, lengan, tangan: tidak ada fraktur, gerakan aktif, jumlah jari

lengkap

h. Perut : bentuk agak membulat, tidak ada benjolan

disekitar tali pusat, tali pusat bersih tidak berbau, perut tidak

kembung

i. Punggung :tidak ada spina bifida, tidak ada pembengkakan

j. Kelamin : perempuan, ada lubang vagina dan urethra.

k. Anus : lubang anus ada

l. Tungkai/kaki : gerakan aktif, jumlah jari lengkap

m. Kulit : warna kemerahan

C. Assesment (A)
198

Bayi. Ny T umur 6 hari lahir spontan cukup bulan dalam keadaan sehat dan

normal.

D. Planning (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu Keadaan

umum : baik, Nadi : 122 x/m, Respirasi : 50 x/m, Suhu : 36,5 0C, berat

badan : 2900gram panjang badan : 51cm

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan BB : 2900 gram.

2. Melaukan penindikan telinga pada telinga bayi Ny. T dengan

menggunakan niddle.

Hasil : Telinga sudah ditindik dan terpasang anting.

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara

memakaikan pakaian pada bayi, memakaikan topi untuk menutupi

kepala bayi, memakaikan sarung tangan dan sarung kaki.

Hasil : bayi sudah di bedong dan terjaga kehangatannya

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASInya tanpa terjadwal dan

sampai umur bayi 6 bulan atau secara eksklusif.

Hasil : ibu bersedia untuk meberikan ASInya sesuai kebutuhan bayinya.

5. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari setiap hari

antara jam 07.00 WIB sampai jam 09.00 WIB selama 30 menit, bayi

hanya dipakaikan popok,


199

Hasil : ibu bersedia untuk menjemur bayinya.

6. Memberitahu ibu cara mencegah infeksi yaitu menjaga kebersihan bayi

segera mengganti popok jika bayi BAK atau BAB, tali pusat hanya di

bungkus dengan kassa dan jaga agar tetap kering

Hasil : Ibu sudah mengetahui dan bersedia menjaga kebersihan bayinya.

C. Kunjungan Neonatus III

Tanggal : 26 Januari 2016 Jam : 15.00 WIB

A. Data Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan bayinya bernama By. D umur 14 hari.

2. Ibu mengatakan bayinya sering disusui.

3. Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu.

4. Ibu mengatakan bayinya sering BAK dan BAB.

5. Ibu mengatakan tali pusat bayi puput pada hari ke-5.

6. Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan.

B. Data Obyektif (O)

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan Umum : baik

b. Nadi : 122 x/m

c. Respirasi : 50 x/m

d. Suhu : 36,30C

e. Berat badan : 3200 gram


200

f. Tinggi badan : 51 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada caput, tidak ada

pembengkakan

b. Telinga : simetris, tidak ada serumen

c. Mata : Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi

d. Hidung dan mulut : bibir lengkap, langit-langit ada, lidah bersih,

tidak ada serumen pada hidung.

e. Leher : pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada

f. Dada : pernafasan dada ada, tidak ada retraksi dinding

dada

g. Bahu, lengan, tangan : tidak ada fraktur, gerakan aktif, jumlah jari

10

h. Perut : bentuk agak membulat, tidak ada benjolan,

disekitar pusat, perut tidak kembung

i. Punggung : tidak ada spina bifida, tidak ada

pembengkakan

j. Kelamin : perempuan, ada lubang vagina dan urethra.

k. Anus : lubang anus ada

l. Tungkai/kaki : gerakan aktif, jumlah jari lengkap

m. Kulit : warna kemerahan

C. Assesment (A)
201

Bayi D umur 14 hari lahir spontan cukup bulan dalam keadaan sehat dan

normal.

D. Planning (P)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

Keadaan umum : baik, Nadi : 122 x/m, Respirasi : 50 x/m, Suhu : 36,30C

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dengan ibu dapat

menyebutkan Suhu bayi 36,30C.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehagatan bayi dengan cara

memakaikan pakaian pada bayi, memakaikan topi untuk menutupi kepala

bayi, memakaikan sarung tangan dan sarung kaki.

Hasil : bayi sudah di bedong dan terjaga kehangatannya.

3. Memeriksa ada/ tidak tanda bahaya atau gejala penyakit pada bayi seperti

pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit, retraksi dada saat

inspirasi, suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu dingin atau

kurang dari 36°C, warna kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau

sangat kuning, mengantuk berlebihan, bayi menggigil atau menangis

tidak seperti biasa, lemas, lunglai, kejang.

Hasil: tidak ada tanda bahaya atau gejala sakit pada bayi.

4. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASInya tanpa terjadwal dan

sampai umur bayi 6 bulan atau secara eksklusif.

Hasil : ibu bersedia memberikan ASI tanpa tambahan makanan apapun

sampai 6 bulan.
202

5. Memberitahu ibu jadwal imunisasi bayi selanjutnya saat bayi umur 1

bulan harus di imunisasi BCG dan polio 1.

Hasil : Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi BCG dan polio 1 untuk

bayinya.

BAB IV

PEMBAHASAN

Studi kasus ini membahas tentang asuhan kebidanan secara komprehensif yang

telah dilakukan oleh penulis pada kasus Ny. T. Penulis melakukan asuhan kebidanan

secara komprehensif dengan 7 langkah varney pada Ny. T meliputi asuhan kebidanan

pada kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan neonatus.

I. Asuhan Kehamilan

Pengkajian asuhan kehamilan pada Ny. T dilakukan sebanyak dua kali,

pada kunjungan pertama yaitu Senin, 21 Desember 2015 diperoleh data

subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh melalui wawancara dan


203

anamnesa, sedangkan data obyektif melalui pemeriksaan. Berdasarkan hasil

pengkajian Ny. T mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua, sudah

pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran. Jarak antara anak pertama dan

kehamilan ini adalah 4 tahun, hal ini sesuai dengan penelitian menurut

Fajarningtiyas (2012) mengumukakan bahwa jarak kehamilan minimal 2

tahun dan maksimal 5 tahun. Ny. T mengatakan mengonsumsi obat gestiamin

pluz yang setara dengan tablet FE diketahui bahwa hasil penelitian menurut

William (2015) ditemukan pada obat gestiamin pluz merupakan suplemen ibu

hamil untuk memenuhi nutrisi ibu dan bayi dalam kandungan yang sangat

penting sebagai multivitamin dan asam lemak esensial pada masa kehamilan

sampai menyusui, hal ini sesuai dengan teori yang ada. Pada kasus Ny.T tidak

mengonsumsi jamu didapatkan dari hasil wawancara bahwa jamu tidak baik

untuk janin, hal ini sesuai dengan hasil penelitian menurut Paryono dan

Kurniarum (2014) mengemukanan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi jamu

pada masa kehamilan akan mempengaruhi air ketuban menjadi lebih keruh,

nyeri jalan lahir, mual muntah serta gangguan pada saat menyusui seperti ASI

tidak lancar dan adanya pembengkakan payudara.

Berdasarkan data obyektif ditemukan kenaikan berat badan Ny. T

yaitu 13 kg hal ini sesuai dengan penelitian Marindratama (2014) yang

mengemukakan bahwa wanita hamil yang berat badannya bertamabah 11,5-

16 kg akan berpengaruh pada pertumbuhan janin seperti perkembangan otak

janin sehingga lebih progresif status gizi pada ibu hamil berpengaruh pada
204

status gizi janin. Kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi janin terkait dengan

perhatian asupan gizi dari makanan yang adekuat agar tumbuh kembang janin

berlangsung optimal (Soetjiningsih, 2012). Pada pemeriksaan panggul Ny. T

kepala janin sudah masuk panggul, kesan panggul gynekoid. Berdasarkan

penelitian Nugroho (2014) pengukuran panggul merupakan cara pemeriksaan

tentang keadaan panggul, ukuran panggul penting diketahui terutama pada

kehamilan pertama, sehingga jalannya persalinan dapat dilakukan melalui

pemeriksaan dalam, rontgen abdomen dan pelvis, dan ultrasonografi hal ini

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kasus Ny, T tidak

dilakukan pemeriksaan panggul dalam dikarenakan Ny. T sudah pernah

melahirkan secara normal sehingga tidak dilakukan pemeriksaan panggul

dalam, hal ini sesuai dengan penelitian menurut Dulqueeny (2011) yang

mengemukanan bahwa pemeriksaan panggul dalam yang dapat mengetahui

ukuran, bentuk dan kesan panggul agar dapat melahirkan secara normal, dapat

disimpulkan bahwa kasus pada Ny. T sudah pernah melahirkan secara secara

normal pervaginam jadi tidak diperlukan pemeriksaan panggul dalam. Pada

pemberian imunisasi TT berdasarkan hasil penelitian Int J Infect Dis (2012)

pada ibu hamil tidak sesuai dengan status imunisasi ibu saat ini. Hal ini

penulis menemukan adanya kesenjangan teori dan praktek dalam pemberian

waktu imunisasi tetanus toksoid, berdasarkan hasil penelitian yang

dikemukakan oleh Fitriah dan Arlayda (2013) dalam rangka

mensejahterakaan ibu dan janin sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan


205

sikap ibu untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap

infeksi tetanus. Pada kasus Ny. T ditemukan adanya frekuensi pemeriksaan

tes darah yaitu tes HIV dengan hasil non reaktif, frekuensi pemeriksaan tes

HIV sesuai dengan hasil penelitian menurut Arniti (2014) angka infeksi HIV

pada ibu hamil yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya, untuk

mengetahui virus HIV ibu harus mendapatkan frekuensi tes HIV dua kali

selama kunjungan antenatal berlangsung.

Pada kunjungan kedua Ny.T mengalami peregangan sesuai usia

kehamilan, hal ini normal karena bertambahnya berat badan dan usia

kehamilan, maka perut ibu akan semakin mengalami peregangan. Berdasarkan

hasil penelitian menurut Marindratama (2014) wanita hamil yang berat

badannya bertamabah 11,5-16 kg akan berpengaruh pada perkembangan otak

janin sehingga lebih progresif. Berdasarkan data yang didapatkan penulis, Ny.

T mengalami pertambahan berat badan 12 kg, hal ini berarti penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.

Pada langkah interpretasi data tidak ada kesenjangan antara teori dengan

praktek dalam menegakkan diagnosa. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil

pengkajian dari data subjektif dan objektif. Dari hasil pengkajian tersebut

didapatkan diagnosa kebidanan kehamilan normal pada Ny. T umur 32 Tahun

G2P1A0 hamil 38+4 minggu janin tunggal hidup intra uterin, puka, preskep,

kepala sudah masuk panggul, dengan keadaan ibu dan janin baik. Kunjungan

ke-2 diagnosa pada ibu yaitu Ny. T umur 32 Tahun G2P1A0 Hamil 39+4
206

minggu, janin tunggal hidup intra uteri, puka, preskep, kepala sudah masuk

panggul dengan keadaan ibu dan janin baik. Diagnosa tersebut tidak terdapat

diagnosa masalah pada kunjungan ke-1 dan 2 karena ibu tidak mengalami

keluhan yang mengarah ke kegawatdaruratan dan hasil pemeriksaan dalam

batas normal.

Pada langkah ketiga yaitu mengidentifikasi diagnosa potensial, pada

kasus tidak ditemukan adanya diagnosa potensial yang memerlukan

kebutuhan segera karena selama kehamilannya ibu mendapatkan pelayanan

asuhan kebidanan ibu hamil sesuai asuhan standar minimal. Dalam teori

antisipasi harus dilakukan karena pada langkah ini penting sekali dalam

melakukan asuhan yang aman tapi di dalam kasus tidak dilakukan antisipasi

karena tidak ditemukan diagnosa potensial pada langkah sebelumnya dan

diberikan asuhan kebidanaan ibu hamil sesuai asuhan standar minimal.

Pada langkah perencanaan adanya kerjasama antara penulis, pasien dan

tenaga kesehatan yang lainnya, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan

kebidanan yang menyeluruh setelah ditemukannya diagnosa kebidanan dan

kebutuhan yang ibu perlukan. Pada langkah ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dengan praktek. Pada langkah pelaksanaan,

dilakukan pelaksanaan terhadap apa yang telah ditetapkan dalam perencanaan

sesuai dengan kewenangan bidan dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.

T telah dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
207

sehingga tujuan dapat tercapai. Pada langkah pelakasanan sudah dilakukan

sesuai dengan asuhan pelayanan kebidanan pada ibu hamil. Pada langkah

evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi mulai dari

pengkajian awal, sampai tahap sebelum, selama dan sesudah pemberian

tindakan dalam pemberian pelayanan terhadap pasien, sehingga bila terjadi

komplikasi dan masalah dapat segera diatasi dengan tepat. Hal ini dapat

dilihat selama penulis memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan Ny. T

dapat mengikuti anjuran-anjuran yang diberikan oleh bidan, dan dapat

memahami semua informasi yang diberikan oleh bidan dan penulis.

II. Asuhan Persalinan

Pengkajian asuhan persalinan dilakukan pada 12 januari 2016 di

Puskesmas Kesugihan II. Pengkajian terdiri dari data subyektif dan obyektif.

Data subyektif menunjukkan bahwa Ibu mengatakan merasa mules dan

kenceng-kenceng sejak tanggal 11 Januari 2016 jam 18.00 WIB, dan

mengeluarkan lendir darah jam 18.00 WIB. Kondisi ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Rohani (2011) bahwa tanda dan gejala persalinan

yaitu terjadi his persalinan, Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan

lahir), dan Premature Rupture of Membrane, sehingga terdapat kesamaan

antara teori dengan praktek.


208

Berdasarkan hasil pengkajian ibu mengetahui bahwa keluhan yang

dirasakannya yaitu merasa mules dan kenceng-kenceng dan mengeluarkan

lendir darah sejak tanggal 11 Januari 2015 jam 18.00 WIB merupakan tanda-

tanda akan melakukan persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Agustini (2012) pengetahuan tentang tanda-tanda persalinan sangat penting

dibutuhkan, hal ini karena untuk meningkatkan ketanggapan ibu dan keluarga

dalam menghadapi persalinan. Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka

lengkap. Kasus pada Ny.T Kala I fase laten berlangsung 4 jam hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Kurniati (2011) bahwa kala satu fase laten

berlangsung selama 8 jam.

Kala II Asuhan persalinan normal sesuai 58 langkah adalah mengenal

gejala dan tanda kala dua, menyiapkan pertolongan persalinan, memastikan

pembukaan lengkap dan keadaan janin baik, menyiapkan ibu dan keluarga

untuk membantu proses bimbingan meneran, persiapan pertolongan kelahiran

bayi, penanganan bayi baru lahir, penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga,

menilai perdarahan, melakukan prosedur pasca persalinan. Asuhan Persalinan

Normal disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada

persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan

angka motalitas ibu dan bayi hal ini sesuai penelitian Andayani (2013)

sehingga dalam kasus Ny. T tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan praktek.
209

Pada kasus Ny.T pembukaan sudah lengkap, penurunan kepala janin

berada di hodge IV dan ibu mengatakan ingin mengedan. Perencanaan kala II

yang diberikan yaitu beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah

lengkap, persiapan partus set, persiapan diri, pastikan pembukaan lengkap,

persiapan posisi ibu, pimpin meneran, pasang handuk diatas perut ibu,pasang

kain 1/3 dibawah bokong, buka partus set, pakai sarung tangan, lahirkan

kepala, cek adanya lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar, lahirkan bahu,

lahirkan badan, nilai bayi, keringkan bayi. Hasil penelitian Setiyowati (2011)

menyatakan bahwa APD adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi

pekerja dari kecelakaan atau penyakit serius di tempat kerja. APD mencakup

sarung tangan, apron atau celemek, masker, pengaman mata atau google dan

sepatu boots. Hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

dikarenakan pada perencanaan kala II penolong hanya memakai sarung

tangan, celemek, tidak memakai sepatu boots. Pada kasus Ny.T perencanaan

pada kala III yaitu cek fundus untuk memastikan janin tunggal, beritahu ibu

akan disuntik oksitosin 10 IU, pantau tanda-tanda pelepasan plasenta, lahirkan

plasenta, lakukan masase uterus, periksa kelengkapan plasenta, periksa

robekan jalan lahir, observasi perdarahan kala III dan keadaan umum ibu.

Pada kasus Ny.T perencanaan pada kala IV yaitu membersihkan ibu,

mengganti baju ibu, memasang gurita dan pembalut, membersihkan tempat

dan alat-alat bekas pakai memberikan asupan nutrisi dan cairan, membiarkan
210

ibu untuk istirahat, observasi kala IV selama 2 jam postpartum,

mendokumentasikan keadaan dengan melengkapi partograf.

Pada langkah interpretasi data tidak ditemukannya kesenjangan antara

teori dengan kasus dalam menegakkan diagnosa. Diagnosa kebidanan

ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan hasil pemeriksaan

obstetric. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan diagnosa kehamilan

normal pada Ny. T umur 32 Tahun G2P1A0 hamil 41+5 minggu, janin tunggal

hidup intra uterin, puka, preskep, divergen, inpartu kala satu fase aktif dengan

keadaan ibu dan janin baik. Kala II yaitu saat pembukaan lengkap sampai

kelahiran bayi yaitu dengan diagnosa Ny. T umur 32 Tahun G2P1A0 UK 41+5

minggu janin tunggal hidup intra uteri inpartu kala II dengan keadaan ibu dan

janin baik. Pada kala III yaitu setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dengan diagnosa Ny.T umur 32 Tahun P2A0 inpartu kala III

dengan keadaan ibu baik. Kala IV yaitu setelah lahirnya plasenta dan berakhir

2 jam setelahnya dengan diagnosa Ny. T Umur 32 Tahun P2A0 inpartu kala IV

dengan keadaan ibu baik. Tidak didapatkan diagnosa masalah pada kasus,

serta secara prinsip diagnosa tidak berbeda dengan teori.

Pada langkah diagnosa potensial tidak ditemukan adanaya diagnosa

potensial yang memerlukan tindakan segera karena adanya dukungan dari

keluarga dan suami, dan adanya dukungan dari bidan berupa asuhan sayang

ibu. Pada langkah antisipasi. Dalam teori antisipasi harus dilaksanakan karena

pada langkah ini sangat penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman
211

tapi dalam kasus tidak dilakukan antisipasi karena tidak ditemukan diagnosa

potensial pada langkah sebelumnya dan diberikan dukungan dari bidan berupa

asuhan sayang ibu.

Pada langkah perencanaan, penulis melakukan kerjasama dengan pasien,

dan tenaga kesehatan, sehingga penulis dapat merencanakan asuhan yang

menyeluruh berdasarkan diagnosa, masalah dan kebutuhan yang ditemukan.

Penulis merencanakan asuhan pada kala I, II, III, dan IV menemukan

kesenjangan antara teori dengan kenyataan praktek. Pada perencanaan kala II

penolong hanya memakai sarung tangan, celemek, tidak memakai topi,

kacamata dan sepatu boots.

Pada langkah pelakasanaan, dilakukan pelaksanaan terhadap apa yang

telah ditetapkan dalam perencanaan sesuai dengan kewenangan bidan dan

pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. T, telah dilakukan dengan baik sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat sehingga tujuan dapat tercapai. Pada

langkah pelaksanaan penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan

praktek dengan hasil pada kala II penolong hanya memakai sarung tangan,

celemek, tidak memakai topi, kacamata dan sepatu boots.

Pada langkah evaluasi pada setiap kasus harus dilaksanakan yaitu mulai

dari pengkajian awal, sampai tahap sebelum, selama dan sesudah pemberian

tindakan dalam pemberian asuhan pada pasien, sehingga bila terjadi

komplikasi dapat ditangani dengan cepat. Asuhan yang diberikan kepada Ny.

T sudah didapatkan hasil yang optimal.


212

III. Asuhan Ibu Nifas

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Dalam masa nifas ini, bidan

mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendeteksi komplikasi pada ibu

untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan, memberikan konseling kepada ibu

dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda

bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya,

memulai dan mendorong pemberian ASI (Prawirohardjo, 2015)

Berdasarkan pengkajian kunjungan pertama yang dilakukan pada 12

Januari 2016 di Puskesmas Kesugihan II diperoleh data bahwa ibu

mengatakan perutnya masih terasa mules, ibu mengatakan nyeri luka jahitan.

Kondisi ini normal dan sesuai dengan teori. Perasaan mules setelah

melahirkan terjadi akibat kontraksi rahim. Hal ini kadang sangat mengganggu

selama 2-3 hari setelah melahirkan dan biasanya lebih sering terjadi pada ibu

multipara (sudah pernah melahirkan lebih dari 1 kali) dibandingkan primipara

(baru pertama kali melahirkan). Perasaan lebih terasa saat menyusui dan dapat

pula timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan

darah dalam rahim. Jika ibu mengalami perdarahan, segera bawa ke bidan

atau dokter. Ibu akan mendapat obat untuk menghentikan perdarahan, dan

dianjurkan untuk tirah baring (tiduran) serta harus mengurangi aktivitasnya.


213

Pada Perineum Ny. T ditemukan ada laserasi derajat 1 hanya pada kulit

perineum ±2 cm, dilakukan penjahitan dengan tekhnik jelujur secara teori

robekan perineum derajat I adalah robekan pada mukosa vagina dan kulit

perineum (Prawirohardjo, 2015) dan tidak dilakukan penjahitan, hal ini

ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Robekan perineum terjadi

pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga

jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.

Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan

lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak

janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena

diregangkan terlalu lama (Prawirohardjo, 2015).

Berdasarkan teori menurut Yanti daan Dian (2011), Perubahan Uterus,

involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Hal ini

terdapat kesamaan antara teori dengan kasus yang ada. Pada kasus TFU pada

Ny. T setelah melahirkan adalah 2 jari dibawah pusat. Pengeluaran lockea

berjalan normal dan tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti bau lockea yang

sangat menusuk, jumlah pengeluaran lockea yang sangat banyak disertai

gumpalan darah, dan demam tinggi melebihi 380C, pada 6 jam post partum

ibu mengeluarkan lockea rubra berwarna merah kehitaman, pada 6 hari post

partum ibu mengeluarkan lockea sanguinolenta berwarna putih bercampur

merah, pada hari ke-15 ibu mengeluarkan lockea alba berwarna putih, pada 42
214

hari post partum ibu mengeluarkan lochea sanguinolenta berwarna putih. Di

dalam teori jumlah dan warna lockea yang akan berkurang secara progresif

pada masa nifas yaitu 1-4 hari : Rubra/Krueta Merah kehitaman, 4-7 hari :

Sanguinolenta putih bercampur merah, 7-14 hari : Serosa kekuningan, > 14

hari : Alba putih. Hal ini terdapat kesamaan antara teori dengan kasus.

Pada langkah interpretasi data ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dalam menegakkan diagnosa. Diagnosa kebidanan

ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian berupa data subjektif dan objektif.

Dari hasil pengkajian tersebut didapatkan dignosa kebidanan nifas normal

pada Ny. T umur 32 Tahun P2A0 6 jam post partum spontan dengan keadaan

baik. Pada kunjungan nifas ke-2 didapatkan diagnosa yaitu ; Ny. T umur 32

Tahun P2A0 post partum spontan 6 hari dengan keadaan baik. Pada kunjungan

nifas ke-3 didapatkan diagnosa yaitu : Ny. T umur 32 Tahun P 2A0 15 hari post

partum spontan dengan keadaan baik. Kunjungan nifas ke-4 didapatkan

diagnosa yaitu: Ny. T umur 32 Tahun P2A0 post partum spontan 42 hari

dengan keadaan baik. Tidak didapatkan diagnosa masalah pada masa nifas,

serta diagnosa secara prinsip tidak berbeda dengan teori.

Diagnosa potensial pada Ny.T tidak ditemukan adanya diagnosa potensial

yang memerlukan tindakan segera karena telah dilakukan penatalaksanaan

medis pada asuhan kebidanan ibu nifas yaitu dengan melakukan kunjungan

nifas sebanyak 4 kali. Pada langkah antisipasi di dalam teori harus

dilaksanakan karena pada langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan
215

yang aman tapi di dalam kasus tidak dilakukan antisipasi karena tidak

ditemukan diagnosa potensial pada langkah sebelumnya dan telah dilakukan

penatalaksanaan medis pada asuhan kebidanan ibu nifas yaitu dengan

melakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali.

Pada langkah perencanaan, penulis memberikan asuhan yang menyeluruh

yaitu baik pada kunjungan pertama 6 jam post partum, pada kunjungan nifas

ke-2 yaitu 6 hari post partum, kunjungan ke-3 pada 14 hari post partum, pada

kunjungan ke-4 yaitu 42 hari post partum. Berdasarkan perencanaan penulis

tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus. Pada langkah

pelaksanaan, telah dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat sehingga tujuan dapat tercapai. Banyak hal-hal yang dapat

membantu atau menolong keberhasilan asuhan kebidanan pada Ny.T antara

lain: adanya kerjasama yang baik dari pasien, keluarga, dan tenaga medis

yang lain dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Pasien dan keluarga

bersedia mengikuti anjuran dari bidan. Pada langkah pelaksanaan penulis

tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

Pada langkah evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi

apakah ibu telah melalui masa nifasnya dengan baik dan apakah perencanaan

yang disusun oleh penulis telah berjalan dengan efektif serta telah benar-benar

terpenuhi kebutuhannya. Selama penulis melakukan kunjungan nifas

sebanyak 4 kali, didapatkan hasil evaluasi yaitu proses nifas Ny.T berjalan

dengan baik dan aman. Selain itu pendidikan kesehatan yang penulis berikan
216

kepada ibu telah membawa dampak positif. Keluhan-keluhan yang dirasakan

ibu selama masa nifas dapat dilalui dan diatasi dengan baik.

IV. Asuhan Bayi dan Neonatus

Asuhan Kebidanan pada BBL dan neonatus pada kunjungan pertama

dilakukan 12 Januari 2016. Pengkajian terdiri dari data subyektif dan obyektif.

Berdasarkan hasil penelitian Sirajuddin dkk (2013) mengemukakan bahwa

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama 1 jam pada bayi baru lahir bukan saja

menyukseskan pemberian ASI esklusif tetapi dapat membuat bayi

mendapatkan nutrisi pertama kali serta menjaga kehangatan pada bayi.

Apabila semua bayi segera segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu

sendiri dengan membiarkan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu, maka

satu juta nyawa bayi dapat diselamatkan. Menurut hasil penelitian Setyawati

dan Puspita (2013) mengemukakan bahwa adanya pengaruh IMD (Inisiasi

Menyusu Dini) bagi ibu dengan rangsangan sentuhan dan isapan pada

payudara ibu dapat mendorong terbentuknya oksitosin alami yang berdampak

pada kontraksi pada uterus sehingga membantu mempercepat pengeluaran

plasenta.

Berdasarkan data obyektif pada bayi Ny.T diperoleh data jenis kelamin

perempuan dengan berat badan 3000 gram. Hal ini merupakan berat badan

normal, karena bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram
217

sampai dengan 4000 gram (Rukiyah dan Lia, 2013). Bila berat badan kurang

dari 2500 gram dapat dinyatakan bayi mengalami BBLR. Berdasarkan

penelitian Afifah, Rahayu, Wening (2013) menyatakan bahwa 70% kunjungan

neonatus pertama yaitu pemeriksaan BB, PB, suhu, frekuensi nafas,frekuensi

denyut jantung, memeriksa adanya diare, memeriksa adanya ikterus,

pelayanan ASI esklusif, pencegahan infeksiberupa perawatan mata, tali pusat,

pemberian vitamin K1, HB0. Berdasarkan teori yang dikemukanan peneliti,

tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.

Pada kunjungan neonatus ke-2 ibu mengatakan tali pusat anaknya belum

puput dan ibu mengatakan by. Ny T umur 3 hari, warna tali pusat By. Ny T

putih kebiruan agak mengkerut. Dalam teori normalnya tali pusat berwarna

putih kebiruan pada hari pertama sampai hari ke empat, mulai kering dan

mengerut atau mengecil dan akhirnya lepas setelah 7 -10 hari (Istiqomah,

2013). Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kenyataan

dilapangan.

Pada kunjungan ke tiga Ibu mengatakan bayinya bernama bayi D umur 15

hari, By. D tali pusatnya puput pada hari ke-5, Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian menurut Redjeki (2012) yang menyatakan bahwa tali pusat yang

dirawat hanya dengan dibungkus kasa steril akan jauh lebih cepat puput dari

pada dibungkus menggunakan kasa alkohol 70% didapatkan hasil yaitu

perawatan kasa steril rata-rata puput pada hari 5 hari sedangkan untuk

perawatan kasa alkohol 70% 6 hari. ASI lancar dan bayi menetek secara aktif.
218

Komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat, ASI mudah

dicerna oleh bayi, jarang menyebabkan konstipasi, nutrisi yang terkandung

pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi. ASI kaya akan antibodi (zat

kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan

penyakit lainnya. ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral

selenium. Bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 4 bulan akan

menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa. ASI juga menurunkan

resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan

juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak. Memberikan ASI juga

membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Rukiyah dan Lia, 2012).

Berdasarkan penelitian Sirajuddin (2013) ASI merupakan makanan terbaik

bagi bayi dan dapat melidungi bayi dari penyakit, serta dapat memberikan gizi

terbaik bagi bayi dan perkembangan anak hal ini dibuktikan melalui penelitian

yang dilakukan oleh bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah bayi

mengalami gizi kurang karena didalam kandungan ASI terdapat zat antibodi

yang baik untuk bayi.

Pada langkah interpretasi data tidak terdapat kesenjangan antaara teori

dengan praktek dalam menegakkan diagnosa. Diagnosa kebidanan ditegakkan

berdasarkan dari pengkajian data subjektif dan objektf. Dari hasil pengkajian

didapatkan diagnosa bayi pada kunjungan pertama yaitu : Bayi Ny. T umur 6

jam lahir spontan jenis kelamin Perempuan dengan keadaan baik. Dan

diagnosa pada kunjungan ke-2 yaitu : Bayi Ny. T usia 3 hari dengan keadaan
219

bayi baik. Diagnosa pada kunjungan ke-3 yaitu : Bayi Ny. T usia 14 hari

dengan keadaan baik. Tidak didapatkan diagnosa masalah pada kasus, serta

diagnosa secara prinsip tidak berbeda dengan teori.

Pada diagnosa potensial tidak ditemukannya diagnosa potensial pada By.

Ny. T karena tidak ada data-data yang menunjukkan adanya diagnosa yang

akan muncul pada asuhan bayi baru lahir setelah diamati, masalah potensial

juga tidak terjadi karena data-data bayi tidak menunjukkan masalah tersebut.

Pada langkah antisipasi di dalam teori harus dilaksanakan karena pada

langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman tapi di dalam

kasus tidak dilakukan antisipasi karena tidak ditemukan diagnosa potensial

pada langkah sebelumnya dan telah dilakukan penatalaksanaan medis pada

asuhan kebidanan bayi baru lahir yaitu dengan melakukan kunjungan

neonatus sebanyak 3 kali.

Pada langkah perencanaan untuk By. Ny. T ini berdasarkan diagnosa,

masalah dan kebutuhan yang ditemukan. Dalam menyusun rencana tersebut

penulis beracuan pada tinjauan teori yang akan disesuaikan dengan kondisi

bayi. Perencanaan sudah sesuai dengan teori dan kebutuhan pasien, sehingga

penulis tidak menemukan kesenjangan antara dengan praktek. Pada langkah

pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Pada

pelaksanaan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan lahan praktek,

karena pelaksanaan sudah dilakukan sesuai dengan asuhan bayi baru lahir

normal yang telah dijelaskan menurut teori-teori yang ada.


220

Langkah evaluasi pada setiap kasus harus dilaksanakan, setiap sesudah

melakukan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian awal sampai tahap

sebelum, selama dan sesudah memberikan asuhan kepada pasien. Sehingga

bila terjadi komplikasi dan masalah dapat diatasi dengan tepat. Asuhan

kebidanan yang diberikan kepada By. Ny. T, sudah didapatkan dengan hasil

yang optimal. Hal ini dapat dilihat selama penulis melakukan kunjungan

selama 3 kali. Keadaan umum bayi baik, sehat, refleks hisap bayi baik, dan

tali pusatnya sudah puput. Apgar Score 9-9-10.

BAB V

PENUTUP

Dari hasil penelitian setelah penulis melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. T umur 32 Tahun G 2P1A0 di wilayah kerja Puskesmas

Kesugihan II dengan melakukan asuhan antenatal care, persalinan, nifas, dan bayi

baru lahir yang dilakukan dengan menggunakan pendekataan manajemen asuhan

kebidanan 7 langkah varney, penulis dalam melaksanakan asuhan tidak mengalami

kesulitan karena adanya kerjasama yang baik antara pasien, keluarga pasien, bidan
221

dengan penulis. Kesimpulan dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah yang

telah dilakukan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian yang dilakukan dengan memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada Ny. T yang diikuti mulai sejak hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir berjalan dengan baik sesuai standar asuhan

kebidanan walaupun terdapat beberapa kesenjangan seperti yaitu tidak

dilakukan pemeriksaan panggul pada pemeriksaan antenatal care, proses

persalinan mengunakan APD tidak lengkap.

2. Interpretasi data yang dilakukan untuk membuat atau

menegakkan diagnosa asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir berdasarkan data pengkajian

subjektif dan objektif yang telah dilakukan. Saat hamil ibu dalam keadaan

sehat dan pemeriksaan selama kehamilan normal tidak ada kelainan.

3. Tidak terdapat diagnosa potensial pada asuhan

kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir Ny. T hal ini karena Ny. T dan

By. D dalam kondisi sehat.

4. Antisipasi tindakan segera yang dilakukan berdasarkan

adanya masalah potensial yang kemungkinan akan terjadi saat hamil ibu

dalam keadaan sehat dan hasil pemeriksaan selama ibu hamil sampai dengan

nifas dalam batas normal dan tidak terjadi kegawatan pada bayinya. Penulis

kolaborasi dengan bidan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang


222

persiapan persalinan, keadaan kegawat daruratan, tanda bahaya kehamilan

trimester III, tanda bahaya masa nifas, cara perawatan payudara, ASI

Eksklusif dan pemberian tablet Fe. Saat hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir tidak dilakukan antisipasi tindakan segera karena pasien dan bayi dalam

keadaan sehat dan hasil pemeriksaan dalam batas normal.

5. Rencana asuhan disusun atau dibuat berdasarkan

kondisi atau kebutuhan pasien pada saat hamil, bersalin, nifas dan bayi baru

lahir, sehingga asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. T dan By. D sesuai

dan efektif.

6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir secara komprehensif dilaksanakan berdasarkan

rencana yang telah disusun.

7. Evaluasi dari asuhan kebidanan secara komprehensif

yang diberikan pada Ny.T selama hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

yaitu Ny. T dan By. D melaksanakan semua anjuran penulis dan bidan, Ny. T

mengerti dan paham mengenai pendidikan kesehatan yang diberikan oleh

penulis, sehingga tujuan yang diharapkan oleh penulis dalam memberikan

asuhan kepada Ny. T dan By. D sesuai dan optimal.

8. Penulis melakukan pendokumentasian asuhan

kebidanan yang komprehensif pada Ny. T dan By. D yang telah diberikan

dengan menggunakan metode pendekatan manajemen 7 langkah Varney dan

catatan perkembangan menggunakan SOAP.


223

B. Saran

1. Bagi klien

Diharapkan klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan

kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman

sehingga dapat mengetahui tentang pentingnya pemeriksaan pada saat hamil,

bersalin, nifas dan BBL dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan

kesehatan sesuai dengan jadwal dan jika ada keluhan.

2. Bagi Lahan Praktik

Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik dan

harapannyanya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan

asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan yang terbaru dan

terupdate agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan sesuai dengan teori-

teori terbaru dari mulai kehamilan, persalinan, nifas, BBL.

3. Bagi Penulis

Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus-kasus pada

saat praktik dalam bentuk manajemen kebidanan varney serta menerapkan

asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sebagai

kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Diharapkan

dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif terhadap klien sesuai dengan standar asuhan.

4. Bagi Institusi Pendidikan


224

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan

penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan

kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas

dengan teori-teori terkini.


225

LAMPIRAN

FORMULIR PENCATATAN BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN

Tanggal : ……………………….
Nama Bayi : ………….......................... L/P Nama Orang Tua: ………………...
Alamat :
…………………………………………………………………………………
Umur : …………... Berat badan: ………… gram. Suhu badan: ……... 0C
Tanyakan : Bayi ibu sakit apa? ………………….... Kunjungan pertama?
……………….
Kunjungan ulang?.................................
Penilaian (Lingkarisemua gejala yang ditemukan) Klasifikasi
Tindakan/Pengobatan
226

MEMERIKSA KEMUNGKINAN PENYAKIT


SANGAT BERAT ATAU INFEKSI BAKTERI
 Bayi tidak mau minum atau memuntahkan
semuanya.
 Ada riwayat kejang
 Bayi bergerak hanya jika dirangsang.
 Hitung napas dalam 1 menit ….. kali/menit.
- Ulangi jika ≥ 60 kali/menit, hitung napas kedua
…... kali/menit
 Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
 Bayi merintih.
 Suhu badan ≥ 37,5 0C.
 Suhu badan <35,5 0C.
 Mata bernanah: apakah sedikit atau banyak?
 Pusar kemerahan meluas sampai dinding perut.
 Pusar kemerahan atau bernanah.
 Ada pustul di kulit.

APAKAH BAYI DIARE? Ya ………….. Tidak…………


 Sudah diare selama ………. Hari
 Keadaan umum bayi:
- Letargis atau tidak sadar.
- Gelisah/rewel.
 Mata cekung.
 Cubitan kulit perut kembalinya:
- Sangat lambat (>2 detik).
- Lambat

MEMERIKSA IKTERUS
 Bayi kuning, timbul pada hari pertama setelah lahir.
 Kuning ditemukan pada umur ≥ 24 jam sampai <
14 hari.
 Kuning ditemukan pada umur > 14 hari.
 Kuning sampai telapak tangan atau telapak kaki.
 Tinja berwarna pucat.

Sumber : Kementrian kesehatan (2011)


227

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Rahayu, Wening. Gambaran pengetahuan,sikap dan praktik ibu post natal
terhadap kunjungan neonatus di BPS Hj Sri Wahyuni kota Semarang Tahun
2013. 2013. [Diakses pada tanggal 22 Oktober 2015 pukul 15:20 WIB]. Didapat
dari: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/download/1014/1062

Andayani, Yulia. Gambaran pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan


langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan di puskesmas kembang
tanjong kabupaten Pidie. Agustus 2013. [Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015
pukul 23:28 WIB]. Didapat dari:
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/JULIA_ANDAYANI-kti_lengkap.pdf

Arniti, Ni Ketut. Factor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan tes HIV oleh
ibu hamil di Puskesmas Kota Denpasar. 2014. [Diakses pada tanggal 13 Mei
2016 jam 17:21 WIB]. Didapat dari : unud-1123-2109428737-tesisarn.pdf
228

Asyirah, Siti. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa tahun
2012. 14 Juni 2012. [Diakses pada tanggal 27 November 2015 pukul 19:12
WIB]. Didapat dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314687-S_Sitti
%20Asyirah.pdf

Astutiningrum, Dyah.Tablet FE pada kehamilan. 2011. [Diakses pada tanggal 4


Desember 2015 jam 16:13 WIB]. Didapat dari:
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/download.php?id=8

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial Kemenkes Republik Indonesia.


2011 [Diakses pada tanggal 19 November 2015] Didapat dari:
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/09/Buku-
Saku-Pelayanan-Kesehatan-Neonatal-Esensial.pdf

Departemen Kesehatan. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan


dasar dan rujukan; 2013

Departemen kesehatan Republik Indonesia 2013. [Diakses pada tanggal 21 Oktober


2015 pukul 22:51 WIB]. Didapat dari:
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-content/uploads
/downloads/2013/12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan.


Jakarta;2011

Dewi, Vivian Nanny Lia. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba
Medika; 2011

Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri Sunarsih. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta
: Salemba Medika; 2011

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Buku profil kesehtan kabupaten Cilacap 2014.
Cilacap;2014

. 2012 [Diakses pada tanggal 13 oktober 2015 jam


16:48 WIB]. Didapat dari:
https://www.google.co.id/Profil_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf

Dulqueeny. 2012. Pemeriksaan panggul. [Diakses pada tanggal 13 Mei 2016 jam
18:45 WIB]. Didapat dari:
https://dulqueeny.wordpress.com/2011/05/05/pemeriksaan -panggul/
229

Edyanti, Deal Baby dan Rachmah Indawati. Faktor pada ibu yang berhubungan
dengan kejadian komplikasi kehamilan.1 Juli 2014. [Diakses pada tanggal 15
Oktober 2015 jam 20:35 WIB]. Didapat dari:
http//journal.unair.ac.id/download-fullpapers-biometrikbff19b932afull.pdf

Epub. What has public health got to do with midwifery? Midwives' role in securing
better health outcomes for mothers and babies. 24 Maret 2011 [Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2015 jam 23:10 WIB]. Didapat dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20598666

Fajarningtiyas, Desy Nuri. Pengaruh status social perempuan terhadap jarak kelahiran
anak di Indonesia. April 2012. [Diakses pada tanggal 13 Mei 2016 jam 18:21
WIB]. Didapat dari: 39-65-1-SM.pdf

Fitriah dan Arlayda. Perilaku ibu hamil terhadap pemberian imunisasi tetanus toxoid
di puskesmas Tangse Kabupaten Pidie. 2013. [Diakses pada tanggal 11 Maret
2016 jam 16:20 WIB]. Didapat dari: http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/fitriah-
jurnal.pdf]

Indrayani. Buku ajar asuhan kehamilan. Jakarta : Trans Info Media; 2011

Indrayani dan Moudy Emma Unaria Djami. Asuhan persalinan dan bayi baru lahir.
Jakarta : Trans Info Media; 2013

Int J Infect Dis. Neonatal neonanus. 16 Desember 2012 [Diakses pada tanggal 15
oktober 2015 jam 20:45 wib] Didapat dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 22940280.

Iran J Nurs Midwifery Res. A survey of nurses' awareness of patient safety culture in
neonatal intensive care units. 20 Agustus 2015 [Diakses pada tanggal 15
Oktober 2015 jam 09:34 WIB] Didapat dari: http://www.ncbi.nlm.nih.
gov/pubmed/26257806

Istiqomah, Devy. Perbandingan perawatan tali pusat secara kering terbuka dan
menggunakan betadin pada bayi baru lahir terhadap waktu pelepasan tali pusat
di Puskesmas Mergangsang Yogyakarta dan Puskesmas Patas
Kalimantan.September 2013. [Diakses pada tanggal 13 Januari 2016 jam 18:45
WIB] didapat dari: http://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://thesis.umy.ac.id/datapublik.pdf

Johariyah dan Ema Wahyu Ningrum. Buku ajar Asuhan kebidanan persalinan dan
bayi baru lahir. Jakarta : CV. Trans Info Media; 2012
230

Kementrian Kesehatan RI. Peningkatan kesehatan ibu dan anak bagi bidan dan
perawat. Jakarta: Kemenkes RI; 2014

Kurniati, Citra Hadi. Asuhan kebidanan II. 2011. [Diakses pada tanggal 13 Mei 2016
pukul 17:27 WIB]. Didapat dari : jhptump-a-citrahadik-8-1-asuhank-n.pdf

Lailiyana dkk. Buku ajar asuhan persalinan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2011

Marindratama, Hasmeinda. Hubungan pertambahan berat badan dengan berat bayi


lahir di kabupaten Semarang. 13 Desember 2014. [Diakses pada tanggal 11
Januari 2016 jam 16:45 WIB]. Didapat dari: Naskah_publikasi-2.pdf

Marmi. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2012

. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2011


. Asuhan kebidanan pada masa nifas “puerperium care”. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2014

Maryani, Dwi, dkk. Buku ajar neonatus bayi dan balita. Jakarta: CV Trans Info
Media; 2011

Mufdlilah, dkk. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012

Medforth, Janet. Kebidanan oxford dari bidan untuk bidan. Jakarta:EGC; 2011

Matthews. Infant Mortality Statistics From the 2013 Period Linked Birth/Infant Death


Data Set. 6 Agustus 2015. [Jurnal Penelitian Diakses pada tanggal 12 Oktober
2015 jam 16:12 WIB] Didapat dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26270610

Nugroho dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014

Pamungkas,Sarifah, Wahyuni, Sri Dayaningsih. Hubungan tingkat pengetahuan ibu


hamil tentang tablet penambah darah dengan kejadian anemia di Puskesmas
Sragen. 2014. [Jurnal penelitian diakses pada tanggal 2 Desember 2015 jam
15:50 WIB]. Didapat dari:
http://ejournal.ijmbsm.org/index.php/ijms/article/view/23

Paryono dan Kurniarum. Kebiasaan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan tubuh
pada saat hamil dan setelah melahirkan di Desa Kajoran Klaten Selatan. 2014.
[Jurnal penelitian diakses pada tanggal 10 Mei 2016 jam 17:21 WIB]. Didapat
dari: 226_kebiasaan konsumsi jamu UN.pdf
231

Prasetyawati, Arista Eka. Ilmu kesehatan masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika;


2011

Pratiwi, Siti Khadija. 2015. Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT). April 2015.
[Diakses pada tanggal 27 November 2015 pukul 19:25 WIB] Didapat dari:
www.academia.edu/13334544/Berat_Badan_Dan_Indeks_Masa _Tubuh

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka;2014

Profil Kesehatan Indonesia. 2013. [Diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 jam 17:11
WIB] Didapat dari: https://www.google.co.id/url-kesehatanindonesia%
2Fprofil-kesehatan-indonesia-2013.pdf

. 2012 [Diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 jam


17:15 WIB] Didapat dari: http://www.co.id /url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.depkes.go.id/resources/download/pu
sdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2012.pdf

Purpini, L.N. MTBM. 2011 [Diakses pada tanggal 19 November 2015 jam 14:11
WIB] Didapat dari: http://manikkirani.files.wordpress.com/2013/01/hand-out-
mtbmdocx.doc[qadir[

Redjeki, Dwi Sogi Sri dan Husin. Perbedaan lama puput tali pusat dalam hal
perawatan tali pusat antara penggunaan kasa steril dengan kasa alkohol 70% di
BPS Hj. Maria Ulfah 2012. [Diakses pada tanggal 12 Februari 2016 jam 15:56
WIB] Didapat dari : Downlot.php

Donoso,dkk. Women age as a risk factor for maternal, fetal, neonatal and infant


mortality. Februari 2014 [Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 jam 16:08
WIB] Didapat dari: Jurnal Penelitian
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24953104

Rohani, dkk. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika;
2011

Romauli, Suryati. Buku ajar asuhan kebidanan 1 konsep dasar asuhan kehamilan.
Yogyakarta : Nuha Medika; 2011

Rosita, Andi. 2012. Kunjungan neonatal. [Diakses pada tanggal 18 November 2015
jam 16:34 WIB] Didapat dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream
232

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. Asuhan kebidanan III (nifas). Jakarta : CV Trans Info
Media; 2011

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta:
CV Trans Info Media;2013

Sirajuddin, Saifudin, Tahir dan Sutriyani N Lumula. Determinan pelaksanaan Inisiasi


Menyusu Dini. Oktober 2013 [Diakses pada tanggal 4 November 2015 Jam
16:24 WIB] Didapat dari:
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/download/350/349.pdf

Setiyowati, Siti Desy. 2011. Penerapan penggunaan alat pelindung diri sebagai upaya
perlindungan terhadap tenaga kerja di PT Bayier Indonesia {Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2015 jam 14:00 WIB} Didapat dari:
http://core.ac.uk/download/pdf/12348344.pdf

Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 2012

Sofian, Amru. Sinopsis obstetri jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2011

Sondakh, Jenny J.S. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru Lahir. Jakarta:
Erlangga; 2013

Suci, Resita Dyah Purnama. 2013. Peningkatan fungsi pelayanan obstetri neonatal
emergensi dasar (PONED) sebagai langkah penurunan angka kematian ibu
(AKI) post 2015 [Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 jam 11:29 WIB]
Didapat dari: https://resitadyah.files.wordpress.com/2014/09/resita-dyah-ps-s1-
reg-kesmas-2013.pdf.

Sulistyawati, Ari. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: Salemba Medika;
2011

Suroso dan Sunarsih. Apgar score pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum
pasca resusitasi jantung paru. 2 November 2012. [Diakses pada tanggal 4
November 2015 Jam 17:01 WIB] Didapat dari:
http://www.poltekkessolo.ac.id/attachments/223_apgar%20score%20pada
%20bayi%20baru%20lahir%20dengan%20asfiksia%20neonatorum%20pasca
%20resusitasi%20jantung%20paru

Susiloningtyas. Pemberian zat besi (FE) dalam kehamilan. 2013. [Diakses pada
tanggal 4 Desember 2015 pukul 16:02 WIB]. Didapat dari:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/downloa
d/74/68
233

Utami, dr. Denok Sri. Jurnal ilmiah ilmu kebidanan. 2013 [Diakses pada tanggal 30
Oktober 2015. Pukul 16:30 WIB]. Didapat dari
http://junalilmiahilmukebidananpdf

Unimus 2012. [Diakses pada tanggal 23 oktober 2015 jam 16:10 WIB]. Didapat dari:
diglib.unimus.ac.id/download.php?id=14025.pdf

Wahyuni, Ni Made Budi, Marhaeni, Adnyawati. Pengaruh dukungan suami terhadap


lama persalinan kala II di Rumah Sakit Umum kabupaten Buleleng. 2012.
[Diakses pada tanggal 29 Oktober 2015 jam 16:35 WIB] Didapat dari:
http://poltekkesdenpasar.ac.id/file/jib/jurnal%20kebidanan%20volume
%2012omor%201.pdf

Walyani, Purwoastuti. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui. Yogyakarta : PT


Pustaka Baru; 2015.

Walyani, Elisabeth Siwi dan Th. Endang Purwoastuti. Asuhan kebidanan persalinan
dan bayi baru lahir. Yogyakarta: PT Pustaka Baru; 2015

Wijaya, Muliyadi Awi. MTBM. 2011 [Diakses pada tanggal 19 November 2015 jam
16:13 WIB] Didapat dari: http://www.infodokterku.com/index.php/en/96-
daftar-isi-content/infokesehatan/health-programs/178-bagan-manajemen-
terpadu-bayi-muda-mtbm-terbaru

William, Yan. Kehamilan dan penggunaan obat gestiamin pluz. 2015. [Diakses pada
tanggal 13 Mei 2016 jam 17:25 WIB] Didapat dari:
www.alodokter.com/komunitas/topoc/kehamilan-58

Yanti, Damai dan Dian Dundawati. Asuhan kebidanan masa nifas. Bandung: Refika
Aditama; 2011

Yongki dkk. Asuhan pertumbuhan kehamilan, persalinan, neonatus, bayi dan balita.
Yogyakarta : Nuha Medika; 2012

Anda mungkin juga menyukai