Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO)
penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih terlalu lambat
untuk mencapai target tujuan pembangunan millenium (Millenium Development
Goals/MDGs) dalam rangka mengurangi jumlah perempuan yang meninggal selama
hamil dan melahirkan pada tahun 2015.
Berdasarkan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di
indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Neonatus (AKN)
adalah sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berkomitmen sesuai dengan
deklarasi Mellinium Devalopment Goals (MDGs), untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 225 dari keadaan tahun 2000, yaitu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Adapun penyebab utama kematian ibu Menurut Depkes di Indonesia adalah
perdarahan (42%), eklamsia (13%), kom
plikasi abortus (11%), infeksi (10%), dan persalinan lama (9%).Kebijakan
departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya
mengacu pada empat pilar Safe Motherhood yaitu Keluarga Berencana, Pelayanan
Antenatal, Persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri.
Secara garis besar, kematian bayi ada dua macam penyebab kematian bayi
yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
ibu selama dalam kandungan (Badan Pusat Statistik). Sedangkan kematian bayi
eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah satu
bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengaruh lingkungan sekitar (Badan Pusat Statistik).
Strategi untuk menurunkan Angka Kematian Bayi yang pertama adalah
pemberian AS. Diare juga merupakan penyebab utama kekurangan gizi pada anak-
anak. Target Sustainable Development Goals (SDGs) adalah program lanjutan dari
Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015 yang berisi tujuh belas butir
tujuan. Salah satu target SDGs yang harus dicapai adalah hidup sehat dengan
memastikan hidup sehat dan menggalakkan kesejahteraan untuk semua umur. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesehatan ibu yaitu menurunkan

1
Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir
menunjukkan penurunan yang cukup baik. Angka terakhir yang dikeluarkan oleh BPS
pada tahun 2008 menunjukkan bahwa angka kematian ibu berada pada angka 104 per
100.000 kelahiran hidup. Tahun 2012 jumlah kematian ibu menurun menjadi
sebanyak 40 kasus sesuai dengan pelaporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
Menurut profil kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014, angka kematian ibu
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir terlihat stabil dan mengalami peningkatan yang
tajam. Dipandang dari sisi obstetri terdapat empat penyebab utama kematian ibu, bayi
dan janin diantaranya adalah perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia serta persalinan macet. Data World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak pada tahun 2014
disebabkan oleh 28% pre-existing condition, 27% perdarahan, 14% kehamilan yang
terinduksi hipertensi dan 11% sepsis. Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2013,
lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh hipertensi
dalam kehamilan. Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah terjadi karena
ketidakseimbangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah memiliki
kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang penyakit.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah sebagai berikut: gangguan sistem
termoregulasi, gangguan pada sistem pernafasan, gangguan pada kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal dan ginjal. Berat Bayi Lahir Rendah terdiri atas BBLR
kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur,
biasanya mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai. Berat Bayi
Lahir Rendah yang cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur
sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya. Indonesia menghadapi
masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran
5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah
dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB)
yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana
tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil
pembangunan tidak akan berarti.
Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan
mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan
dan perkembangan laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber daya alam
tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan.
Berdasarkan pendapat demikian diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan
merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.

2
Pengaturan kelahiran melalui program KB berdampak signifikan terhadap
peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak. Oleh karenanya program KB
telah diakui secara internasional sebagai salah satu upaya pokok dalam program safe
motherhood and child survival. Untuk mewujudkan penurunan AKI dan AKB di
indonesia, mahasiswi DIII Kebidanan STIKes Santa Elisabeth Medan diberi
kesempatan untuk memberikan asuhan kebidanan di klinik Romana Tj anom, agar
dapat terdeteksi secara dini komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan teori yang sudah dipelajari dan kebutuhan ibu pada asuhan kebidanan
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana di
Romana.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di Klinik Romana.
2. Dapat menegakkan diagnosa secara tepat pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di
Klinik Romana.
3. Dapat melakukan antisipasi masalah yang mungkin terjadi pada ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan
benar di Klinik Romana.
4. Dapat menentukan tindakan segera jika dibutuhkan pada ibu hamil,bersalin,
nifas, bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di
Klinik Romana.
5. Dapat melakukan perencanaan pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas, bayi baru
lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di Klinik Romana.
6. Dapat melakukan pelaksanaan tindakan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di Klinik
Romana.
7. Dapat mengevaluasi tindakan yang diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir, balita dan keluarga berencana secara baik dan benar di
Klinik Romana.

C. Manfaat
1. Bagi Peneliti

3
Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan kesempatan penerapan
ilmu yang telah diperoleh penulis selama perkuliahan tentang Asuhan
kebidanan yaitu pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan
keluarga berencana.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu pengetahuan serta acuan
dengan pengembangan ilmu kebidanan yang berkaitan dengan Asuhan
kebidanan yaitu pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan
keluarga berencana.
3. Bagi Klinik
Sebagai bahan masukan untuk penambahan ilmu baru terhadap asuhan
kebidanan pada ibu hamil, bersalin,nifas, bayi baru lahir, balita dan keluarga
berencana

4. Bagi Klien
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi ibu tentang Asuhan
kebidanan yaitu pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, balita dan
keluarga berencana.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan

4
Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan normal.Perubahan yang
terjadi pada wanita hamil bersifat fisiologis,bukan patologis.(Saputra
Lyndon,2014) Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang
berlangsung dalam waktu 40 minggu.Kehamilan dibagi dalam 3
trimester,dimana trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu,trimester
kedua berlangsung 15 minggu hingga 27 minggu dan trimester ketiga
berlangsung 28 minggu hingga 40 minggu (Sarwono, 2010). Kehamilan adalah
pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan.Peristiwa
ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (sel telur
dan sperma),penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam
uterus.Kehamilan normal biasanya berlangsung kira-kira 10 bulan atau 40
minggu, lama kehamilan dihitung dari haid pertama menstruasi terkhir (HPMT).
(Yuni K,2010)
2. Kebutuhan Selama Kehamilan
a. Nutrisi
Status gizi hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan, karena faktor
gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu selama hamil serta guna
pertumbuhan dan perkembangan janin. Keterbatasan gizi selama hamil sering
berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang
meningkatkan kebutuhan gizi ibu ibu hamil dengan penyakit infeksi tertentu termasuk
pula persiapan fisik atau persalinan. Berikut kebutuhan makanan sehari-hari ibu
hamil, dan juga menyusui.
a. Energi diperoleh dari nasi, roti, ubi, jagung,kentang, tepung.
b. Protein diperoleh dari kacang polong, biji-bijian, daging, ikan, telur, ayam,
tahu, tempe.
c. Vitamin A diperoleh dari kuning telur,hati, sayuran .
d. Vitamin B 1 diperoleh dari biji-bijian, kacang-kacangan, daging .
e. Vitamin B12 diperoleh dari daging, telur, susu, keju, kacang-kacangan.
f. Vitamin Cdiperoleh dari sayuran hijau sperti brokoli, kubis dan buah
jeruk,anggur.
g. Kalsium diperoleh dari susu, ikan teri, sayuran hijau,dan kuning kemerahan.
h. Zat besi diperoleh dari daging, hati, sayuran hijau, bayam, kangkung, daun
pepaya, dan daun katuk .
b. Pola Istirahat
Ibu hamil hamil dianjurkan untuk istirahat dan tidur yang teratur karena dapat
meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan
dan pertumbuhan janin.Tidur pada malam hari 8 jam dan istirahat dalam
keadaan rileks pada siang hari selam 1 jam.
c. Senam hamil
Senam hamil dimulai dari kehamilan 22 minggu. Tujuan senam hamil
bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat

5
berfungsi secara optimal dalam persalinan normal serta mengimbangi titik
berat tubuh ibu, memberi kepercayaan diri sendiri dalam menghadapi
persalinan.
d. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan atau aktivitas fisik biasa yang tidak
melelahkan.Ibu hamil dapat melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, mengepel, berjalan dipagi hari, bersepeda untuk latihan fisik pada
ekstremitas, berenang untuk latihan fisik karena dapat menghilangkan
gravitasi terhadap tubuh dan tetap cukup istirahat.
3. Ketidaknyamanan selama Kehamilan
Beberapa ketidaknyamanan selama kehamilan:
Trimester I : Diare, Nocturia, garis-garis di perut, gatal-gatal, hidung
tersumbat, mengidam, kelelahan, kemerahan ditelapak tangan, keringat
bertambah, ptyalim(ludah berlebihan, mual dan muntah, sakit kepala.
Trimester II : Cloasma, diare, edema dependen, gatal-gatal, gusi berdarah,
hemorroid, sulittidur, kemerahan di telapak tangan, keputihan, keringat
bertambah, konstipasi, kram pada kaki, mati rasa dan rasa geli pada jari
tangan dan jari kaki, hiperventilasi/sesak napas, nyeri ligamentum, panas
dalam, perut kembung, pusing, sakit kepala, sakit punggung atas dan bawah,
varicositas pada kaki/vulva.
Trimester III : Diare,edema dependen, nocturia, gatal-gatal,
hemoroid,keringat bertambah,konstipasi,mati rasa dan geli pada jari tangan
dan kaki, nyeri ligamentum bundar, panas dalam, perut kembung, pusing,
sakit kepala, sakit punggung atas dan bawah, varocositas pada kaki dan vulva.
4. Perubahan Psikologis
Menurut Yuklandari (2012) Perubahan psikologis dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
Trimester pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian. Penyesuaian yang
dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung.
Penerimaan terhadap kenyataan ini dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas
psikologis yang paling penting pada trimester pertama kehamilan.
Trimester Kedua
Pada usia kehamilan 16-28 minggu ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak
ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
dirasakan pada trimester pertama. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari
ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina
lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti

6
dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor
ini berperan dalam meningkatnya libido dan kepuasan seks.
Trimester Ketiga
Pada usia kehamilan 39-40 minggu seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan
rasa sakit dan bahaya yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir
akan keselamatannya. Rasa tidak nyaman timbul kembali pada trimester ketiga dan
banyak ibu yang merasa dirinya aneh, berantakan, canggung dan jelek sehingga
memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya, disamping itu ibu mulai sedih
karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif).
5. Perubahan Maternal Pada Ibu
Perubahan Maternal Pada ibu
Sistem kardivaskuler
Hipertrofi jantung akibat peningkatan volume darah dan curah jantung
Pergeseran jantung keatas dan kekiri akibat tekanan diafragma
Peningkatan progresif volume darah yang mencapai puncaknya dalam
trimester ke-3 sebesar 30% hingga 50% dari tingkat sebelum hamil.
Peningkatan frekuensi jantung
Peningkatan gradual selama trimester kedua yang mungkin
mencapai 10 hingga 15kali/menit diatas tingkat sebelum hamil
Selama trimester ketiga ,frekunsi jantung dapat meningkat sebesar
15 hingga 20 kali/menit diatas tingkat sebelum hamil
Relaksasi otot polos dan dilatasi arteriola yang mengakibatkan vasodilatasi
Akibat peningkatan kadar progesteron pada awal kehamilan
Tekanan sistolik dan diastolik dapat mengalami penurunan hingga
5 samapi 10mmHg
Mencapai tingkat terendah selama paruh kedua trimester
Secara gradual tekanan darah ini akan kembali ketingkat trimester
pertama pada kehamilan trimester ketiga
Peningkatan curah jantung (cardiac output)
Terjadi peningkatan sampai sebesar 50% pada kehamilan ke-32
Peningkatan curah jantung ini disebabkan oleh peningkatan
kebutuhan jaringan akan oksigen dan peningkatan isi sekuncup
(stroke volume)
Tekanan darah akan mencapai tingkat tertinggi ketika pasien
berbaring miring (posisi berbaring miring atau pada sisi tubuhnya
akan mengurangi tekanan dalam pembuluh darah besar sehingga
meningkatkan vena return kedalam jantung )
Mencapai tingkat terendah ketik pasien berbaring terlentang atau
supinasio.
Bising sistolik pulmonal dan apikal yang terjadi karna penurunan viskositas
darah dan peningkatan aliran darah

7
Bunyi S1 cenderung menunjukkan splitting yang nyata dan setiap
komponen akan terdengar lebih keras,kadang-kadang kita juga dapat
mendengar bunyi S3 pada usia kehamilan sesudah 20 minggu.
Hipotensi supinasio
Terjadi karna aliran darah dari ekstremitas bawah yang terhalang
akibat berat uterus yang tumbuh dan menekan vena kava pada
tulang vertebra ketika pasien terbaring dalam posisi terlentang.
Hipotensi supinasio menyebabkan penurunan aliran balik darah ke
jantung dan sebagai akibatnya akan terjadi penurunan segera curah
jantung serta hipotensi
Peningkatan tekanan darah dalam vena femoralis akibat gangguan sirkulasi
dari ekstremitas bawah yang terjadi karna tekanan uterus yang membesar
pada vena-vena pelvis dan vena kava inferior
Edema pada tungkai dan mungkin pula varikositas (pembentukan varises)
pada tungkai, rektum serta vulva
Pelebaran pembuluh darah diseputar duramater medula spinalis yang
mengurangi ruang cairan serebrospinal.
Peningkatan kadar fibrinogen (samapi 50% pada kehamilan aterm) akibat
pengaru hormonal
Peningkatan kadar faktor koagulasi VII,IX,X dalam darah yang
menyebabkan keadaan hiperkoagulasi
Peningkatan volume total sel darah merah sekitar 33% walaupun terdapat
hemodilusi dan penurunan jumlah eritrosit.
Penurunan hematokrit sekitar 7%
Peningkatan kadar hemoglobin sebesar 12%-15% yang lebih kecil daripada
tingkat peningkatan keseluruhan volume plasma.
Sistem Gastrointestinal
Pembengkakan gusi akibat peningkatan kadar estrogen ,gusi dapat
menjadi lunak seperti spons dan hiperemia
Pergeseran intestinum kelateral dan posterior
Pergeseran lambung ke superior dan lateral
Perlambatan motilitas intestinal dan waktu pengosongan lambung serta
kandung empedu akibat relaksasi otot polos yang disebabkan oleh kadar
progesteron plasenta yang tinggi
Hemoroid pada kehamilan lanjut akibat tekanan vena
Konstifasi akibat peningkatan kadar progesteron sehingga terjadi
peningkatan absorbsi air dari dalam kolon
Peningkatan tendensi pembentukan batu empedu yang disebabkan oleh
ketidakmampuan kandung empedu untuk mengosongkan isinya sebagai
akibat dari tekanan oleh uerus yang ukuranya terus meningkat
Sistem Endokrin

8
Peningkatan basal metabolic rate disebabkan oleh janin dan uterus juga
disebabkan oleh peningkatan konsumsi oksigen
Peningkatan metabolisme iodium akibat hiperplasia ringan kelenjar tiroid
yang disebabkan oleh kadar estrogen
Kenaikan kadar hormon paratiroid plasma yang mencapai puncaknya pada
usia kehamilan antara 15 dan 35 minggu
Kelenjar hipovise yang sedikit membesar
Peningkatan produksi prolaktin oleh kelenjar hipofise
Peningkatan kadar estrogen dan hipertropi korteks adrenal
Peningkatan kadar kortisol untuk mengatur metabolisme protein dan
karbohidrat
Penurunan kadar glikosa darah ibu
Penurunan produksi insulin pada awal kehamilan
Peningkatan priduksi ekstrogen progesteron dan humen chorionik
somatoma metropin oleh plasenta
Sistem Respiratorius
Peningkatan paskularisasi traktus respiratorius yang disebabkan oleh
peningkatan kadar estrogen
Pemendekan paru-paru yang disebabkn oleh pembesaran uterus
Pergeseran diafragma keatas oleh uterus
Perubahan pernapasan dengan pernapasan abdomen yang menggantikan
pernapasan dada ketika kehamilan berlanjut
Peningkatan ringan (2kali pernapasan permenit )pada frekuensi
pernapasan
Sistem Metabolik
Peningkatan retensi air disebabkan oleh kadar hormon steroid yang lebih
tinggi menimbulkan carpaltunnel sindrom yang tergantung edema
Penurunan kadar protein serum
Peningkatan kebutuhan zat besi akibat tuntutan janin
Peningkatan kebutuhan karbohidrat
Kenaikan berat badan sebesar 11,3 kilo hingga 13,6 kilogram.
Sistem Integumen
Hiperaktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
Hiperpigmentasi
Akibat peningkatan melanoitcyte- stimulating hormon(MSH)yang
disebabkan oleh peningkatan kadar esterogen dan progesteron
Puting susu ,areola ,serviks ,vagina dan vulva bertambah gelap
Hidung ,pipi dan dahi memperlihatkan perubahan pigmentasi yang
dikenal sebagai cloasma vasialis
Striae gravidarum dan lenea nigra
Perubahan payudara seperti perembesan kolostrum
Eritema palmaris dan peningkatan angioma
Rambut dan kuku tumbuh lehih cepat tetapi menjadi lebih tipis
dan lebih lunak
Sistem Urogenital

9
Dilatasi ureter dan pelvis renis yang disebabkan oleh progesteron dan
tekanan dari uterus yang membesar
Penurunan tonus kandung kemih
Peningkatan retensi natrium karna pengaru hormonal
Peningkatan vaskularitas , edema ,hipertropi dan hiperflasia kelenjar
serfiks
Peningkatan sekret vagina dengan pH 3,5 menjadi pH 6
Penghentian opulasi dan maturasi polikel yang baru
Penebalan mukosa vagina ,pelonggaran jaringan ikat dan hipertropi sel sel
otot yang kecil
Perubahan gairah seksual
Secara khas gairah sexsual akanb berkurang selama trimester
pertama yng terjadi sekunder karena nyeri tekan payudara
Secara nyata gairah sexsual meningkat selama trimester kedua
akibat peningkatan aliran darah pelvis
Sistem Mulkukuskletal
Lengkung lumbosakral mengalami peningkatan dengan disertai
pelengkungan regio serviko dorsal untuk mengimbanginya
Peningkatan hormon sex akan menyebabkan relaksasi artikulasio
sakroiliaka ,sakrooksigeus dan persendihan pelvis sehingga terjadi
perubahan gaya berjalan.
Payudara yang besar akan menari bahu kedepan sehingga terjadi posisi
tubuh yang membungkuk.
6. Diagnosa Kehamilan
Diagnosis kehamilan sebelum periode menstruasi terlambat selama dua bulan
sulit dilakukan pada 25-30% wanita.Tanggal menstruasi terakhir yang benar, tanggal
melakukan hubungan seksual atau catatan suhu tubuh basal dapat menjadi bahan
yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis kehamilan.Diagnosis kehamilan
dapat diklafikasi sebagai berikut: Presumi(tanda tidak pasti), kemungkinan hamil dan
positif hamil.
Presumi(tanda tidak pasti) dapat muncul akibat kondisi selain gestasi,oleh
karena itu tanda-tandaini tidak valid untuk menegakkan diagnosis.Misalnya,
amenorea dapat muncul akibat gangguan endokrin,stress, dan penyakit
kronis,kelemahan dan keletihan dapat merupakan tanda anemia atau infeksi, mual
atau muntah dapat disebabkan oleh gangguan saluran cerna atau alergi, payudara
terasa penuh dan sensitif, sering berkemih, berat badan naik.
Tanda kemungkinan hamil adalah tanda-tanda yang dapat diobservasi oleh
pemeriksa. Tanda-tanda objektif meliputi pembesaran rahim,kontraksi braxton hicks
dan hasil tes kehamilan yang positif.
Tanda positif kehamilan ditunjukan oleh Detak Jantung Janin(DJJ) yang
berbeda dari denyut jantung ibu,gerakan janin,dan visualisasi janin dengan
menggunakan alat.

10
7. Pemeriksaan Dan Pengawasan Ibu Hamil
Antenatal care
Asuhan antenatal adalah upaya prefentif program pelayanan kesehatan
obstetrik untuk obtimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian
kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan .
Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal,yaitu:
1. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan.
2. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang
dikandungnya
3. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
4. Megidentifikasi dan menatalaksana kehamilan resiko tinggi
5. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga
kualitas kehamilan dan merawat bayi
6. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan
membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya
A. Jadwal kunjungan asuhan antenatal
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. Namun ,bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup 4 kali.
Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak,kunjungan antenatal ini diberi
kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4.Hal ini berarti,minimal
dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu,sekali
kunjungan antenatal selama kehamilan 28 sampai 36 minggu dan sebanyak 2
kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan
adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin
dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan
diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan
seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan,dapat dilakukan uji
hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.
B. Pelayanan/asuhan standart minimal asuhan kehamilan termasuk dalam
14 T
1. Ukur berat badan dan tinggi badan (T1)
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil
dihitung dari TM 1 sampai TM 3 yang berkisar antara 9 sampai 13,9 kg
dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4
sampai 0,5 kg tiap minggu mulai TM2.pengukuran tinggi badan ibu hamil
dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
2. Ukur tekanan darah (T2)

11
Tekanan darah yang normal 110/80 samapi 140/90, bila melebihi
140/90mmhg perlu diwaspadai adanya pre- eklamsi
3. Ukur tinggii fundus uteri (T3)
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan teknik Mc.Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa
dibandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT)
dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilan

Usia Kehamilan sesuai minggu Jarak dari simfisis

22 28 Minggu 24-25 cm

28 Minggu 26,7 cm

30 Minggu 29,5 30 cm

32 Minggu 31 cm

34 Minggu 32 cm

36 Minggu 33 cm

40 Minggu 37,7 cm

4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)


Dimulai dengan memeberikan 1 tablet besi sehari segera mungkin
setelah rasa mual hilang . Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 60 mg ) dan asam folat 500 mikrogram . Minimal masing
masing 90 tablet besi . Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh
dan kopi karena akan mengganggu penyyerapan . Anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan
mengkonsumsi ttablet zat besi karena vitamin C dapat membantu
penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat
terserap sempurna oleh tubuh .

5. Pemberian Imunisasi TT ( T5 )
Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat
seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan
pada minggu ke-4.
Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid
Selang Waktu minimal
Imunisasi TT Lama Perlindungan
pemberian Imunisasi TT
TT1 - Langkah awal

12
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT2 1 bulan setelah TT1 2 Tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 6 Tahun
TT4 12 bulan setelah TT3 10 Tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 25 Tahun

6. Pemeriksaan Hb ( T6 )
Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan
minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka
harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi
11 gr% atau lebih.
7. Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab.) (T7)
pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil
spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka
dilakukan pengobatan dan rujukan.
8. Pemeriksaan Protein urine ( T8 )
dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau
tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.
9. Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )
untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
10. Perawatan Payudara ( T10 )
senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali
sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11. Senam Hamil ( T11 )
12. Pemberian Obat Malaria ( T12 )
diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil
dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil
apusan darah yang positif.
13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 )
diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah
endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14. Temu wicara / Konseling ( T14 )
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan kunjungan.
Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa
meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan klien.
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan
yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:
Merujuk ke dokter untuk konsultasi dan menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.
Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan

13
Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan
Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
Memberikan asuhan antenatal
Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah
Menyepakati diantara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran.
Persiapan dan biaya persalinan. (Prawiroharjo, 2002)

8. Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan


Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
1. STANDAR PELAYANAN UMUM
STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT
Tujuan:
1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan
yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan
masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam menghadapi
kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak
baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang
sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi
alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.
4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan
kebutuhan
STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN
Tujuan:
1. Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan
penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.

14
2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan
seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di
wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan
kepada seluruh ibu hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan
rumah dan penyuluhan kepada masyarakat.
3. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan
pelayanan kebidanan.
5. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan
kematian ibu dan bayi.
6. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
7. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah
kesehatan setempat.
8. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan
PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan.
Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.
9. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas.
10. Pemerataan ibu hamil.
11. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah
kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
12. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk
mempelajari hasil kerjanya.
3. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL
STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL
Tujuannya :
1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan secara teratur
2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan
secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan
16 minggu

15
4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan
kandungan secara dini dan teratur
5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur untuk
menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, keluarga
maupun masyarakat

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL


Tujuannya :
1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan
2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal
3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan imunisasi,
nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan
oleh puskesmas
4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
komplikasi kehamilan

STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL


1. Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,
penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin
2. Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan.
3. Hasilnya :
Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik, diagnosis dini kehamilan
letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan.Diagnosis dini kehamilan ganda dan
kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
4. Persyaratannya :
1) Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar
2) Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik
3) Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat

16
4) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan
5) Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan
rujukan
6) Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan
antenatal

STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN


1. Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan
tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan
berlangsung
2. Pernyataan standar :
Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan
3. Bidan mampu :
Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
Tersedia tablet zat besi dan asam folat
Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
Obat cacing
Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu
4. Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan
pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk
anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi,
misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata
sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya.

STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


1. Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan
2. Pernyataan standar :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

17
3. Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang
memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat
eklampsi
4. Persyaratannya :
Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran
tekanan darah
5. Bidan mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda
preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak
lanjut sesuai dengan ketentuan

STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN


1. Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di
rencanakan dengan baik
2. Prasyarat:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester
terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi
persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan
yang aman dan bersih
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat
jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama kehamilan.
9. Senam Hamil
Defenisi
Senam hamil dimulai pada umur kehamian sesudah kehamilan 22 minggu.
Senam haamil bertujuan untukmempersiapkan dan melatih otot otot sehingga dapat
berfungsi secara optimal dalam persalian normal serta mengimbangi perubahan titik
berati tubuh.

18
Etiologi
Senam hamil ditujukan bagi ibu ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat
penyakit yang menyertai kehamilan,yaitu penykit jantung ginjal ,dan penyulit dalam
kehamilan
Syarat senam haamil adalah :
Telah dilakukan pemeriksaan kehamilan oleh dokter dan bidan
Latihan dilkukan setelah kehamilan 22 minggu
Latihan dilakukan secara displin dan teratur
Cara latihan senam hamil
1. Latihan Pendahulu
Tujuan pendahulu ini adalah untuk mengetahui daya kontraksi otot otot tubuh,
luas gerakan persendian , menghilangkan serta mengurangi kekakuan tubuh.
a. Latihan 1
Sikap: duduk tegak bersandar ditopang kedua tangan ,kedua kaki diluruskan
dan dibuka sedikit, seluruh tubuh lemas dan rilaks.
Latihan
1. Gerakan kaki kiri jauh kedepan ,kaki kanan jauh kebelakang; lalu sebaliknya
gerakan kaki kanan jauh kedepan ,kaki kiri jauh kebelakang.Lakukan masing
masing 8 kali
2. Gerakkan kaki kanan dan kiri sama sama jauh kedepan dan belakang (fleksi
plantar dan dorsal)
3. Gerakan kaki kanan dan kiri bersama sama kekanan dan kiri
4. Gerakan kaki kanan dan kiri bersama sama kearah dalam(endorotasi)sampai
ujiung jari menyentuh lantai ,lalu gerakkan kedua kaki kearah luar (ekstsorotasi)
5. Putarkan kedua kaki bersama sama (sirkumduksi)kekanan dan kekiri masing
masing-masing 4 kali
6. Angkat kedua lutu tanpa menggeser kedua tumit dan bokong,tekankan kedua
kaki kelantai sambil mengerutkan otot dubur ,lalu tarik otot otot perut sebelah
atas simpisis kedalam (kempisan perut) kemudian relaks kembali . Lakukan
sebanyak 8 kali
b. Latihan 2
Sikap : duduk tegak , kedua tungkai lurus dan rapat
Latihan : Letakkan tungkai kanan diats tungkai kiri ,emudian tekan tungkai kiri
dengan kekuatan seluruh tungkai kanan dengan mengempeskan dinding perut
bagian atas dan mengerutkan bagian ubur selama beberapa saat,kemudian
istrahat. Ulangi gerakan ini dengan tungkai kiri diatas tungkai kanan . Lakukan
gerakan tersebut masing masing 8 kali.
c. Latihan 3
Sikap : duduk tegak, kedua tungkai kaki lurus, rapat dan rilaks
Latihan
1. Angkat tungkai kanan keatas , lalu letakkan kembali : tungkai kiri keatas , lalu
letakkan kembali , lakukan hal ini bergantian sebanyak 8 kali
2. Lakukan pula latihaan ini seperti diatas dalam posisi berbaring telentang kedua
tungkai kaaki lurus, angkat kedua tungkai bersama sama,kedua lutut jangan

19
ditekuk kemudian turunkan lagi perlahan-lahan . Lakukan gerakan ini sebanyak
8 kali.
d. Latihan 4
Sikap : duduk bersila, badan tegak, kedua tangan diatas bahu , kedua lengan
disamping badan.
Latihan
1. Tekan samping payudara dengan sisi lengan atas
2. Lalu putar kedua lengan tersebut kedepan ,keatas samping telinga
3. Teruskan sampai kebelakang dan akhirnya kembali kesikap semula.Lakukan
gerakan diatas sebanyak 8 kali.
e. Latihan 5 :
Sikap : berbaring terlentang kedua lengan disampin badan dan kedua lutut
ditekuk.
Latihan : angkat pinggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk
sudut dengan lantai yang ditahan dengan kedua kaaki daan bahu. Turunkan
pelan-pelan. Lakukan sebanyak 8 kali
f. Latihan 6
Sikap : berbaring telentang, kedua tungkai lurus, kedua lengan berada
disamping badan, keseluruhan badan rilaks
Latihan : panjang tungkai kanan dengan menarik tungkai kiri mendekati bahu
kiri,lalu kembali pada posisi semula.Keaadanan dan gerakan serupa dilakukan
sebaliknya untuk tungkai kiri. Setiap gerakan dilakukan maasing masing dua
kali. Gerakan ini diulngi sebanyak 8 kali
g. Latihan 7
Panggul diputar kekanan dan kekiri masing masing empat kali. Gerakan
panggul kekiri yang dilakukaan sebagai berikut : Tekankan pinggaang kelantai
sambil mengempiskaan perut dan mengerutkan otot dubur,gerakkan panggul
kekanan ,angkat pinggang, gerakkan panggung kekiri dan seterusnya
2. Latihan intim
Klasifikasi dan tujuan dari latihan ini adalah :
1. Latihan pembentukan sikap : Untuk mendapatkan sikap tubuh yang baik
selama hamil,sehingga janin berada dalam kedudukn normal,sedangkan
sikap tubuh ibu tidak menyebabkan tulang panggul turun ,sehingga
kedudukan janin kurang baik
2. Latihan kontraksi dan relaksasi : Untuk memperoleh sikap tubuh dan
mengatur relaksasi pada waktu yang diperlukan
3. Latihan pernapasan : Untuk melatih berbagai teknik pernapasan supaya bisa
digunakN sewaktu waktu sesuai dengan kebutuhan.

a. Minggu ke 22-25
1. Latihan pembentukkan sikap tubuh
Sikap : berbaring telentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan disamping
badan dan santai

20
Latihan : Angkat pinggang sampai badan memebentuk lengkungan . Lalu
tekan pinggang kelantai sambil mengempiskan perut, serta kerutkan otot-otot
dubur. Lakukan berulang kali 8-10 kali
2. Latihan kontraksi relaksasi
Sikap : berbaring telentang ,kedua lengan disamping badan, kedua kaki
ditekuk dan lutut rileks.
Latihan : Tegangkan otot otot muka dengan jalan mengerutkan dahi,
mengatupkan tulang rahang dan menegangkan otot otot leher selama beberapa
detik, lalu lemaskan daan rilaks. Lakukan gerakan ini 8-10 kali
3. Latihan pernapasan
Sikap : berbaring telentang, kedua lengan disamping badan, kedua kaki
ditekuk pada lutut dan santai
Latihan :
a. Letakkan tangan kiri diatas perut
b. Lakukan pernapasan diafragma :tarik nafaas melalui hidung,tangan kiri naik
keatas mengikuti dinding perut yang menjadi naik.lalu hembuskan nafas
melalui mulut.Frekuensi latihan adalah 12-14 kali permenit
c. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali dengan interal 2 menit

b. Minggu ke 26-30
Sikap : merangkak, kedua tangan sejajar dengan bahu . Tubuh sejajar dengan
lantai , sedangkan tangan dan paha tegak lurus
1. Latihan pembentukan sikap tubuh
a. Tundukkan kepala, sampai melihat kearah vulva, pinggang diangkat sambil
mengempiskan perut bawah dan mengerutkan dubur
b. Lalu turunkan pinggang,angkat kepala sambil lemaskan otot otot dinding perut
dan dasar panggul . Ulangi kegiatan diatas 8 kali.
2. Latihan kontraksi dan relaksasi
Sikap : berbaring telentang , kedua tangan disamping badan , kedua kaki ditekuk
pada lutut dan santai
Latihan : lemaskan seluruh tubuh , kepalkan kedua lengan dan tegangkan selama
beberapa detik , lalu lemaskan kembali. Kerjakan sebanyak 8 kali
3. Latihan pernapasan
Sikap : berbaring terlentang,kedua kaki ditekuk pada lutut ,kedua lengan
disamping badan dan lemaskan badan
Latihan :
a. Lakukan pernapasan dada yang dalam selama 1 menit,lalu ikuti dengan
pernapasan diafragma.Kombinasi kedua pernapasan ini dilakukan 8 kali selama
interval 2 menit
b. Latihan pernapasan bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri pada waktu persalinan

c. Minggu ke 31-34
1. Latihan pembentukan sikap tubuh
Sikap : berdiri tegak ,kedua lengan disamping badan,kedua kaki selebar bahu
dan rilaks
Latihan :

21
a. Lakukan gerakan jongkok perlahan lahan ,badan tetap lurus ,lalu tegak berdiri
perlahan lahan
b. Pada mula berlatih ,supaya jangan terjatuh,kedua tangan boleh berpegangan
pada misalnya,sandaran kursi,lakukan sebanyak 8 kali
2. Latihankontraksi dan rileksasi
Sikap :tidur telentang,kedua tangan disamping badan,kedua kaki ditekuk,dan
lemaskan badan,kedua kaki ditekuk dan lemaskan badan.
Latihan :lakukan pernapasan diafragma dan dada yang dalam
3. Latihan pernapasan
Latihan pernapasaan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28
permenit dan lebih cepat

d. Minggu ke 31 34
1. Latihan Pembentukan Sikap Tubuh
Sikap : Berdiri tegak, kedua lengan di samping badan, kedua kaki selebar bahu
dan berdiri rileks.
Latihan :
a. Lakukan gerakan jongkok perlahan-lahan, badan tetap lurus, lalu tegak berdiri
perlahan-lahan.
b. Pada mula berlatih, supaya jangan jatuh, kedua tangan boleh berpegangan pada
misalnya sandaran kursi. Lakukan seanyak delapan kali.
2. Latihan Kontraksi dan Relaksasi
Sikap : Tidur terlentang, kedua tangan di samping badan, kedua kaki di tekuk
dan lemaskan badan.
Latihan : Lakukan pernafasan diafragma dan dada yang dalam seperti telah di
bicarakan.
3. Latihan Pernafasan.
Latihan pernafasan seperti telah diharapkan tetap dengan frekuensi 26-28/menit
dan lebih cepat.
Gunakan untuk menghilangkan rasa nyeri.

e. Minggu ke 35 sampai akan Partus.


1. Latihan Pembentukan Sikap Tubuh
Sikap : Berbaring terlentang, kedua lengan di samping badan, kedua kaki
ditekuk pada lutut dan rileks.
Latihan :
Angkat badan dan bahu, letakkan dagu diatas dada melihat kearah vulva.
Kegiatan ini pertahankan beberapa saat, lalu kembali ke sikap semula dan
santailah. Latihan ini di ulang 8 kali denagan interval 2 menit.
2. Latihan Kontraksi dan Relaksasi

22
Sikap : Tidur terlentang kedua lengan disamping badan kedua kaki lurus
lemaskan seluruh tubuh lakukan pernafasan secara teratur dan berirama.
Latihan :
Tegangkan seluruh otot tubuh dengan cara : katubkan rahang kerutkan dahi,
tegangkan otot-otot leher kepalkan kedua tangan, tegangkan bahu tegangkan
otot-otot perut, kerutkan dubur tegangkan kedua tungkai kaki dan tahan nafas,
setelah beberapa saat kembali ke sikap semula dan lemaskan seluruh tubuh.
Lakukan kegitan ini sebanyak 9 kali.
3. Latihan Pernafasan
Sikap : Tidur terlentang, kedua lutut dipegang oleh kedua lengan (posisi
litotomi) dan rileks.
Latihan :
Buka mulut sedikit dan bernafaslah sedalam-dalamnya. Lalu tutup mulut.
Latihan mengejan seperti buang air besar (defekasi) ke arah bawah dan depan.
Setelah lelah mengejan, kembali ke posisi semula. Latihan ini diulang 4 kali
dengan interval 2 menit.
4. Latihan Penegangan dan Relaksasi.
a. Latihan Penegangan
Tujuan : Latihan ini berguna untuk menghilangkan tekanan (stress) pada waktu
melahirkan. Dengan latihan inii diharapkan ibu dapat menjadi tenang dan
memperoleh rileksasi sempurna menghadapi persalinan.
Sikap : Berbaring miring kearah punggung janin, misalnya ke kiri, maka lutut
kanan diletakkan di depan lutut kiri keduanya di tekuk. Tangan kanan di tekuk
di depan badan, sedangkan tangan kiri di belakang badan.
Latihan : Tenang, lemaskan selluruh badan, mata di picingkan, hilangkan
semua suara yang mengganggu. Lakukan latihan ini selama 5-10 menit.
b. Latihan Relaksasi
Syarat :
- Tutuplah mata dan tekukkan semua persendian.
- Lemaskan seluruh otot-otot baan termasuk muka.
- Pilihlah tempat yang tenang atau tutuplah mata dan telinga.
- Pusatkan pikiran pada suatu titik, misalnya pada irama pernafasan.
- Pilihlah posisi relaksasi yang paling anda senangi.

B. PERSALINAN
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah Proses fisiologis pengeluaran janin,plasenta, dan ketuban
melalui jalan lahir(Janet, 2012).
Persalinan Normal terjadi antara usia gestasi minggu ke-37 dan 42. Dan berakhir
pada kelahiran bayi yang hidup dan secara normal. Dan persalinan selesai dalam 24
jam dan tidak ada komplikasi maternal (Janet, 2012).

23
2. Etiologi terjadinya persalinan
Kemampuan uterus dalam mempertahankan kehamilan mempunyai jangka
waktu tertentu dan dibatasi oleh kemampuan meregang, besarnya janin dalam uterus
dan jangka waktu tuanya plasenta. Sejak umur kehamilan sekitar 20-23 minggu telah
mulai makin frekuensinya kontraksi Braxton Hicks, yang mempunyai arti sangat
penting dimulainya proses pematangan serviks (yang berfungsi sebagai penyanggah
dan pintu persalinan).
Bagaimana proses dimulainya persalinan masih merupakan pertanyaan yang
sulit untuk dijawab. Diperkirakan terdapat beberapa factor dominan yang
mempengaruhi proses persalinan atau dimulainya kontraksi uterus, yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor perubahan endokrin yang makin mengecil dengan makin tuanya
kehamilan yang bersumber dari :
a. Plasenta
b. Janin sendiri
c. Perubahan feto maternal
2. Faktor parakrin yaitu hubungan langsung terhadap janin :
a. Perubahan yang terjadi pada miometrium
b. Perubahan yang terjadi pada desidua
c. Perubahan yang terjadi pada selaput ketuban
Kedua faktor tersebut dapat merupakan inisiasi dimulainya his (kekuatan)
untuk proses persalinan, yang sesungguhnya dimulai sejak umur kehamilan 20-23
minggu. Sedangkan pada proses yang telah berjalan, dengan dilewatinya kala
pertama, maka pada kala II (pengurisan) akan mengejan. Uterus terbentuk dari
pertemuan duktus muller kanan dan kiri digaris tengah sehingga otot rahim terbentuk
dari dua spiral yang saling beranyaman dan membentuk sudut disebelah kanan dan
kiri sehingga pembuluh darah dapat tertutup dengan kuat saat ada kontraksi.
Pada permulaan inpartu dijumpai hubungan satu sel otot dengan lainnya yang
disebut gap junction. Fungsi gap junction adalah untuk mengkoordinasikan kontraksi
otot sehingga terjadi kekuatan yang sinkrone dengan cara:
1. Melakukan pertukaran ion dan molekul kecil.
2. Menyebabkan tahanan listrik menjadi rendah sehingga rangsanagn listrik dan
kimia akan makin mudah berlangsung karena arus listrik meningkat.
3. Perjalanan rangsangan - kontraksi otot uterus dengan gap junction akan
berlangsung sekitar 2 cm/detik menuju ke serviks uteri.
4. Dengan gap junction, maka koordinasi kontraksi otot uterus akan menjadi teratur,
terarah sehingga resultantenya menjadi kekuatan untuk proses peralinan.
5. Sementara itukontraksi Braxton Hicks, yang mulaifrekuensi sejak kehamilan
berumur 22 minggu akan menimbulkan perubahan pada serviks sehingga terjadi
pelunakan dan edema serviks yang selanjutnya siap menerima kekuatan menuju
proses pematangan serviks.

24
3. Permulaan Terjadinya Persalinan
a. Terjadinya His persalinan
Sifat His persalinan adalah:
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
Sifatnya teratur,interval makin pendek,dan kekuatan makin besar.
Makin beraktivitas ( jalan),kekuatan akan makin bertambah.
b. Pengeluaran Lendir dengan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang
akan menimbulkan:
Pendataran dan pembukaan
Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.sebagaian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah
ketuban,diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
4. Pembagian Proses persalinan
a. Kala Satu Persalinan Normal
Kontraksi
Persalinan merupakan hubungan saling memengaruhi yang rumit antara
dorongan psikologis dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan
tersebut pada proses kelahiran dan bayi. Dorongan ini menghasilkan kelahiran bayi.
Kekuatan fisiologis utama selama persalinan adalah kontraksi uterus. Kontraksi
uterus bersifat intermitten sehingga ada periode relaksasi uterus diantara kontraksi,
yang memiliki fungsi penting :
1. Megistirahatkan otot uterus.
2. Memberikan kesempatan istirahat bagi wanita.
3. Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus menyebabkan
konstriksi pembuluh darah plasenta
Durasi kontaksi uterus sangat bervariasi, tergantug pada kala persalinan
wanita tersebut. Kontraksi pada persalinan aktif berlangsung dari 45- 90 detik dengna
durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi mungkin hanya berlangsung
15-20 detik.
Dalam mengevaluasi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, penting untuk
mengetahui bahwa setiap kontraksi terdiri dari 3 fase : peningkatan, puncak dan
penurunan. Fase peningkatan lebih lama dibanding dengan gabungan dua fase
lainnya. Dengan bertambahnya pengalaman, anda dapat merasakan kontraksi yang
akan timbul dengan tangan andasebelum wanita dapat merasakannya. Sebaliknya
wanita dapat merasakan kontraksisampai beberapa saat kemudian pada saat anda
tidak lagi dapat merasakan kontraksi anda.
Fase laten

25
Varney (2008, dalam Sondakh, Jenny 2013;112) mengemukakan bahwa fase
laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga titik ketika pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul
hingga pembukaan 3-4 sentimeter atau permulaan fase aktif. Selama fase laten bagian
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan
frekuensi, durasi, dan intensitasdari mulai terjadi setiap 10 sampai 20 menit,
berlangsung 15 sampai 20 detik, dengan intensitas ringan hingga kontraksi dengan
intensitas sedang yang terjadi setiap lima sampai tujuh menit dan berlangsung 30
sampai 40 detik.
Fase aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga
pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya
dimulai dari 3-4 cm (akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir kala satu persalinan).
Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan
selama kala II persalinan.
Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih
panjang dan intensitas kuat. Menjelang akhir fase aktif, kontraksi biasanya muncul
setia 2-3 menit, berlangsung sekitar 60 detik, dan mencapai intensitas yang kuat(lebih
dari 40 mmHg) dengan rata-rata 55 mmHg.Hal-hal terkait fase aktif menurut
Friedmann adalah sebgai berikut :
1. Fase Akselerasi memulai fase aktif persalinan dan mengarah ke fase lengkung
maksimum
2. Fase Dilatasi Maksimal adalah waktu ketika pembukaan servik terjadi paling
cepat dan meningkat dari 3-4 cm sampai 8 cm. pada kondisi normal,kecepatan
pembukaan konstan, rata-rata 3 cm per jam, dengan kecepatan minimal tidak
lebih dari 1,2 cm per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatana rata-rata
pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 cm per jam, dengan kecepatan
minimal 1,5 cm per jam.
3. Fase Deselerasi adalah akhir fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan
pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8-10 cm, sementara
penurunan mencapai kecepatan maksimumnya. Kecepatan maksimum
penurunan rata-rata pada nulipara adalah 1,6 cm per jamdan normalnya paling
sedikit 1,0 cm per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 cm
per jam, dengan kecepatan minimal 2,1cm per jam.
Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
1. Dukungan emosional

26
Dukungan emosional yang diberikan kepada ibu dapat berupa kehadiran dari
suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan dan proses
kelahiran bayinya. Selama mendampingi ibu, suami dan keluarga dianjurkan untuk
berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin dapat
membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau
saudara yang secara khusus diminta untuk menemaninya.
Penolong dapat bekerja bersama anggota keluarga dalam hal berikut :
1. Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujaan kepada ibu.
2. Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
3. Memijat punggung, kaki dan kepala ibu dan tindakan - tindakan bermanfaat
lainnya.
4. Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air
hangat atau dingin.
5. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
2. Mengatur posisi
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan.
2. Anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi.
3. Anjurkan ibu untuk mobilisasi sepeti berjalan, berdiri, atau jongkok (bertujuan
untuk membantu proses turunya bagian terendah janin),berbaring miring
memberi rasa santai, memberi oksigenasi yang baik ke janin, mencegah
laserasi), atau merangkak ( mempercepat rotasi kepala janin, peregangan
minimal pada perineum, serta bersikap baik pada ibu yang mengeluh sakit
punggung).
3. Pemberaian Cairan dan Nutrisi
Penolong menganjurkan ibu untuk mendapatkan asupan makanan dan cairan
selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Beberapa ibu masih ingin makan selama
fase laten persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin
mengomsumsi cairan. Sebaiknya, selalu anjurkan agar anggota keluarga sesering
mungkin menawarkan air minum dan makanan selama proses persalinan. Makanan
ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak
energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
4. Kebutuhan Psikologis
Masalah psikologis yang mungkin terjadi menjelang ataupun pada saat persalinan di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Kecemasan Menghadapi Persalinan
Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Kaji penyebab kecemasan.
b. Orientasikan ibu terhadap lingkungan.

27
c. Pantau TTV.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
2. Kurang Pengetahuan Tentang Proses Peralinan
Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Kaji tingkat pengetahuan.
b. Beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang
akan dilakukan.
c. Informed consent.
3. Kemampuan Mengontrol Diri Menurun ( Pada Kala I Fase Aktif )
Tindakan yang dapat diakukan adalah sebagai berikut :
a. Berikan dukungan emosi dan fisik
b. Libatkan keluarga/suami untuk selalu nmendampingi selama proses persalinan.
5. Kamar Mandi
Sebelum proses persalinan dimulai, sebaiknya anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus
berkemih sedikitnya setiap 2 jam, setiap kali ibu merasa ingin berkemih, atau
kandung kemih terasa penuh. Sebelum memeriksa DJJ, terlebih dahulu periksa
kandung kemih.Alasan kandung kemih harus dikosongkan sebelum dimulainya
persalinan adalah :
1. Memperlambat turunnya janin dan menggangu kemajuan persalinan.
2. Menyebabkan ibu tidak nyaman.
3. Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh
atonia uteri.
4. Menggangu penatalaksanaan kelahiran (Distosia bahu ).
5. Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.
6. Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupkan hal penting dalam mengwujudkan
kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada
awal persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang bersih.
b Kala Dua Persalinan
Kala dua persalinan dulu dipandang sebagai fase di antara lengkap serviks os
dan kelahiran bayi. Namun demikian, sebagian besar bidan dan ibu bersalin
mengetahui adanya periode transisi antara dilatasi atau kala satu persalinan, dengan
saat upaya mengejan maternal aktif akan dimulai, periode ini secara khas
dikaterestikkan dengan adanya kegelisahan ibu, ketidaknyamanan, keinginan untuk
menghilangkan nyeri, perasaan bahwa proses ini tanpa akhir, dan membutuhkan
penolong untuk membantu perlahiran sesegera mungkin.
Kerja uterus.Kontraksi menjadi semakin kuat dan lama, tetapi juga semakin
jarang, sehingga menjadi periode pemulihan yang teratur bagi ibu dan janin.
Membran sering kali rupture secara spontan di akhir kala satu atau selama transisi

28
kekala dua. Tekanan aksis janin menambah fleksi kepala yang menyebabkan diameter
presentasi menjadi lebih kecil, kemajuan persalinan menjadi lebih cepat, dan trauma
lebih sedikit pada ibu dan janin. Jika ibu berdiri tegak pada masa ini proses tersebut
akan optimal.
Pergeseran jaringan lunak.Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan
lunak pelvis mengalami pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong keatas
kedalam dalam abdomen tempat risiko cedera terhadapnya lebih sedikit selama
penurunan. Akibatnya, terjadi perengangan dan penipisan uretra sehingga terjadi
lumen uretra mengecil. Dari posterior, rectum menjadi rata dengan kurva sacrum ,
dan tekanan kepala menyebabkan keluarnya materi fekal residual.

Mekanisme persalinan normal


Pada saat terjadi penurunan janin, jaringan lunak dan sruktur tulang memberi tekanan
yang menyebabkan turunnya janin melalui jalan lahir dengan serangkaian gerakan
secara kolektif, gerakan ini disebut mekanisme persalinan.
Penurunan.Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus
menyebabkan ruang dalam uterus menjadi lebih sempit, memberikan tekanan pada
janin untuk menurun. Setelah ruptur forewater dan pergerakan upaya maternal,
kemajuan persalinan dapat terjadi dengan cepat.
Fleksi. Fleksi meningkatkan selama persalinan. Tulang belakang janin
bersentuhan lebih dekat dengan bagian posterior tengkorak, tekanan kebawah pada
aksis janin akan lebih mendesak oksiput dari pada sinsiput. Efeknya adalah
meningkatkan fleksi, menyebabkan diameter presentasi yang lebih kecil yang akan
melewati pelvis dengan lebih mudah.
Rotasi internal kepala.Selama satu kontraksi bagian yang terdepan terdorong
kebawah kedasar pelvik. Tahanan diafragma muscular ini menyebabkan terjadi rotasi.
Hal ini menyebabkan leher janin sedikit terpilin karena kepala tidak lagi sejajar
dengan bahu. Diameter anteroposterior kepala sekarang berada ada di diameter
terbesar gelang pelvik. Oksiput masuk ke bawah lengkung subpubik dan crowning
terjadi ketika kepala tidak lagi menyusut diantara kontraksi dan diameter transversal
terbesar(biparietal) lahir. Jika fleksi berhasil bertahan, diameter suboksipitobregmatik
yang biasanya sekitar 9.5 cm mendistensi orifisium vagina.
Ekstensi kepala. Setelah crowning terjadi, kepala janin dapat mengalami
ekstensi, bertumpu pada region suboksipital di sekitar tulang pubik. Gerakan ini
melepaskan sinsiput, wajah, dan dagu, menyapu perineum dan kemudian lahir dengan
gerakan ekstensi.

29
Resusitasi. Terpilinnya leher janin yang terjadi akibat rotasi internal, saat ini
diperbaiki dengan sedikit gerekan melepas pilihan tersebut. Oksiput bergerak
seperdelapan lingkaran kearah samping tempat pilihan tersebut dimulai.
Rotasi internal bahu.Bahu juga mengalami rotasi yang sama dengan kepala
sehingga dapat berada di dalam diameter terbesar pintu bawah pelvic, yaitu diameter
anteroposterior.
Fleksi lateral. Bahu biasanya lahir secara berurutan hal ini memungkinkan
yang lebih kecil mendistensi orifisium vagina dibandingkan jika kedua bahu lahir
secara bersamaan.

c. Kala Tiga Persalinan Normal


Kala tiga persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir
dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala
tiga persalinan berlangsung rata rata antara 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran
normal kala tiga sampai 30 menit. Resiko perdarahan meningkat apabila kala tiga
lebih lama dari 30 menit.
Fisiologi Kala Tiga Persalinan
Pada kala III persalinan ,otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran
rongga secara tiba-tiba setelah lahirnya bahu. Penyusutan ukuran rongga uterus
secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena implantasi
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan
menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus.Setelah lepas,plasenta
akan turun kebagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda lepasnya plasenta
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat
2. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjelujur melalui vulva dan vagina.
3. Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.Semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa darah yang terkumpul diantar tempat melekatnya plasenta
dan permukaan maternal plasenta,keluar melalui tepi plasenta yang terlepas
Penatalaksanaan Kala Tiga Persalinan
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah keuterus sebanyak 500-800
ml/menit.Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran plasenta,
maka ibu dapat mengalami perdarah sekitar 300-500 ml/menit dari tempat

30
melekatnya plasenta. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak
berkontraksi secara terkordinasi sehingga ujung pembuluh darah di tempat implantasi
plasenta tidak dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali. Lebih
dari 90 % dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam
setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri(Ripley,1999).
Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan
mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis
Keuntungan Manajemen Aktif Kala III
1. Kala III yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Langkah Manajemen Aktif Kala III
1. Berikan oksitosin 10 UI secara IM dalam 2 menit setelah kelahiran
2. Lakuklan penegangan tali pusat terkendali
3. Segera lakukan masase pada fundus uteri setelah plasenta lahir
Evaluasi Kemajuan Persalinan
Kala tiga persalinan terdiri atas dua fase berurutan :
1. Pelepasan plasenta
2. Pengeluaran plasenta
Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi,yang mulai terjadi setelah
kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih 2 sampai 2,5 menit selama kala dua
persalinan. Setelah kelahiran bayi, kontraksi berikutnya mungkin tidak terjadi 3
sampai 5 menit. Kontraksi berikutnya berlanjut setiap 4 sampai 5 menit sampai
plasenta telah lepas dan keluar. Setelah itu, uterus kosong berkontraksi dengan
sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik. Setelah lepas plasenta, turun ke
segmen bawah uterus atau kedalam ruang vagina atas, menyebabkan tanda tanda
klinis akibat pemisahan plasenta menjadi nyata :
1. Tetesan atau pancaran kecil darah mendadak.
2. Pemanjangan tali pusat yang terlihat pada introitus vagina.
3. Perubahan bentuk uterus dari discoid ke bentuk globular sewaktu uterus
sekarang berkontraksi dengan sendirinya.
4. Perubahan posisi uterus : uterus meninggi di dalam abdomen karena bagian
terbesar plasenta dalam segmen bawah uterus atau ruang vagina atas
mendesak uterus ke atas.
Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah
plasenta keluar. Pengeluaran plasenta adalah satu dari dua mekanisme. Mekanisme
Schultz jauh lebih umum kedua mekanisme tersebut, meskipun keduannya dianggap
normal.

31
Pengeluran plasenta mekanisme schultz adalah pelahiran plasenta dengan
presentasi sisi janin. Presentasi ini dianggap terjadi ketika pelepasan dimulai dari
tengah disertai pembentukan bekuan retroplasenta sentral, yang memengaruhi berat
plasenta sehingga bagian sentralturun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan plasenta
dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan membran melepaskan sisa desidua
dan tertinggal di belakang plasenta.
Pengeluaran plasenta mekanisme Duncan adalah pelahiran plasenta dengan
presentasi sisi maternal. Presentasi ini diduga terjadi pelepasan pertama kali terjadi
pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar di antara membran dan
dindinguterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta turun ke samping dan kantong
amnion, oleh karena itu, tidak terbalik, tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk
pelahiran.

Pelepasan Plasenta
Langkah pertama dalam mengelola kala tiga adalah mengevaluasi kemajuan
persalinan dan kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk
merasakan, tanpa melakukan masase, bentuk dan posisi uterus serta menentukan
apakah uterus berkontraksi.
Menjaga uterus berarti benar benar dimaksudkan begitu. Sementra tangan
anda dalam posisi tetap untuk menyakinkan bentuk, posisi, dan konsistensi uterus,
tangan juga berada dalam posisi untuk menjaga agar orang lain tidak memasase
uterus, sehingga menjaga uterus dan ibu dari komplikasi yang terjadi akibat tindakan
tersebut. Pelepasan plasenta normal dari dinding uterus dicapai dengan efek kontraksi
uterus. Jika uterus dimasase sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, masase
dapat menyebakan pelepasan sebagian plasenta, yang berakibat perdarahan.
Pengeluaran Plasenta
Jangan pernah memberi tarikan pada tali pusat kapan pun kecuali uterus
berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau membrane melekat ke
dinding uterus, inversi uterus adalah bahaya potensial. Inversi dicegah dengan
mengecek untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi sebelum tarikan diberikan
pada tali pusat dan dengan tidak mencoba melahirkan plasenta dengan mendorong
pada tali pusat sebelum benar benar yakin bahwa pemisahan plasenta telah terjadi.
Kala tiga berakhir jika membran segera mengikuti plasenta dan dilahirkan bersama
plasenta..
Cara mengambil klem dan menempatkannya pada membran di introitus
vagina. Jika ibu tidak berbaring pada posisi dorsal, satu tangan harus menyangga
plasenta, atau waskom dengan plasenta di dalamnya, dalam rangka mencegah

32
tegangan pada membran. Kemudian tangan yang lain memanipulasi membran yang
sudah di klem dengan cara secara lembut menggoyangnya ke atas dan kebawah, sisi
ke sisi sementara menariknya sedikit demi sedikit. Ketika membran yang talinya
terasa longgar diusik keluar sudah terobek.

d. Kala Empat Persalinan Normal


Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan maternal terjadi pada
saat stres fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda dan ibu
memasuki penyembuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Pada saat yang sama
bidan melakukan serangkaian evaluasi dan tugas untuk diselesaikan terkait periode
intrapartum. Meskipun intrapartum sudah selesai, istilah kala empat persalinan
mengidentifikasi jam pertama pascapartum ini perlu diamati dan dikaji dengan ketat.
Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi ini untuk hal-hal berikut:
1. Evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan
2. Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum
3. Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran, dan tali pusat
4. Pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi
5. Evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang mengindikasi
pemulihan (Varney, 2008).
5. Partograf
Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksana persalinan (Depkes, 2008). Partograf dapat dipakai
untuk memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya
gawat ibu dan janin, serta perlunya rujukan (Saifuddin, 2002 dalam APN 2012).
a. Waktu pengisian partograf.
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat dimana proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari 4
sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV (Saifuddin, 2002).
b. Isi partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu,
kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu,
obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan
partograf (Depkes, 2008 dalam APN 2012).
Isi partograf antara lain:
1) Informasi tentang ibu

33
a) Nama dan umur.
b) Gravida, para, abortus.
c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e) Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin:
a) Denyut jantung janin.
b) Warna dan adanya air ketuban.
c) Penyusupan(molase) kepala janin.
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks.
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
c) Garis waspada dan garis bertindak.
4) Waktu dan jam
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5) Kontraksi uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
b) Lama kontraksi (dalam detik).
6) Obat-obatan yang diberikan
a) Oksitosin.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7) Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
b) Urin (volume, aseton atau protein).

34
c. Cara Pengisian Partograf
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju
pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus
dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1) Denyut jantung janin : setiap jam.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam.
3) Nadi : setiap jam.

35
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.
(Depkes, 2008 Dalam APN 2012).
Cara pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman
pencatatan partograf.cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:
1) Lembar depan partograf.
a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai
jam. Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules.
b) Kondisi janin.
(1) Denyut Jantung Janin.
Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan waktu 30
menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100.
Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit
(bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).
Beri tanda (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan
satu titik dengan titik yang lainnya
(2) Warna dan adanya air ketuban.
Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina,
menggunakan lambang-lambang berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D : Air ketuban bernoda Darah.
K : Tidak ada cairan ketuban/Kering. (Saifuddin, 2002)
(3) Penyusupan/molase tulang kepala janin.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut:
0 : Sutura terpisah.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan kemungkinan
adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).
c) Kemajuan persalinan.

36
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
(1) Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam. Cantumkan tanda X di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
(2) Penurunan bagian terbawah janin.
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang
sesuai dengan metode perlimaan.
Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-5.
Berikan tanda 0 pada garis waktu yang sesuai.
(3) Garis waspada dan garis bertindak.
(a) Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (jam ke 0), dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan
dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit.
(b) Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam)
pada garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan
berada di sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu
harus berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

d) Jam dan waktu.


(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan.
Cantumkan tanda x di garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif
persalinan.
e) Kontraksi uterus.
Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi

dengan:
(1) : Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya < 20 detik.
(2) /// : Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya 20-40 detik.

37
(3) : Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya > 40 detik.
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
(1) Oksitosin Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan dan dalam satuan
tetes per menit.
(2) Obat lain dan caira IV,Catat semua dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
g) Kondisi ibu.
(1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
(a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik () pada kolom yang
sesuai.
(b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
(c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika
terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Catat suhu
tubuh pada kotak yang sesuai.
(2) Volume urine, protein dan aseton.
Ukur dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih).
Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.

2) Lembar belakang partograf.


Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk
mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi
baru lahir (terlampir).
a) Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat
merujuk dan masalah dalam kehamilan/persalinan ini.
b) Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c) Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.

38
d) Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri,
kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e) Kala IV.
in, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan
hasilnya.Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f) Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin.

C. NIFAS
1. Pengertian nifas
Periode pasca partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksikembali ke keadaan normal sebelum hamil(Bobak, 2004)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung
selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2005).
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu(42
hari) setelah itu.
2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang dilakukan.Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, serta untuk
mencegah, mendeteksi,dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain
sebagai berikut:
1. 6 Sampai 8 jam setelah persalinan
o Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,rujuk bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Pemberian Asi awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru ahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. 6 hari setelah persalinan.

39
1. Memastikan uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda tanda demam, infeksi, dan perdarahan abnormal.
3. Memastika ibu mendapatkan cukup makan, cairan, dan istirahat.
4. Memastika ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda
tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat,
serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3. 2 minggu setelah persalinan.
Memastikan rahim kembali sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
4. 6 Minggu setelah persalinan.
1. Menanyakkan kepada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


a.Perubahan sistem reproduksi
Alat alat genetalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali seperti
keedaan sebelum hami, yang disebut involusi.
1. Involusi Uterus
1. Setelah janin dilahirkan, fundus uteri setinggi pusat.
2. Segera setelah plasenta lahir maka tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusat.
3. Pada hari ke-5 pasca persalinan, uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis
atau setegah simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas
simfisis.
4. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan luka kasar yang
menonjol kedalam kavum uteri yang berdiameter 7,5 cm dan sering disangka
sebagai badian dari plasenta yang tertinggal
5. Sesudah dua mminggu, diameternya menjadi 3,5 cm dan pada
6 minggu telah mencapai 2,4 mm.
6. Berat uterus gravidus aterem kira- kira1.000 g.
7. Satu kurang lebih Satu minggu pascapersalinan, menjadi kira-
kira 500 g, dua minggu pascapersalinan 300 gram, dan setelah 6
minggupascaper-salinan, 40 sampai 60 gram ( berat uterus nolmal kira-kira
30gram).
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus ( gr )

Bayi lahir Setinggi pusat 1000


Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750
Satu minggu Pertengahan pusat- simfisis 500
Dua minggu Tak teraba di atas simfisis 350

40
Enam minggu Bertambah kecil 50 -60
Delapan minggu Sebesar normal 30

2. Serviks agak terbuka seperti corong pada pascapersalinan dan konsistensinya


lunak.Segera setelah melahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam
kavum uteri, setelah dua jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah satu
minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari.
3. Ligamen
Diagpragma Pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus
berangsur rangsur kembali seperti semula.
1. Ligamentum rotundum dapat mengendor sehingga pada hari ke-2
pascapersalinan harus dilakukan latihan senam.
2. Otot otot dinding perut akan berinvolusi pada 6 7 minggu pascapersaninan
3. Dinding vagina yang teragang akan kembali seperti sebelumnya kira kira
setelah tiga minggu
4. Luka jalan lahir
1. Seperti bekas episiotomi yang telah dijahit, lakukan pada vagina dan
serviks yang tidak luas akan sembuh primer.
2. Infeksi dapat timbul dan dapat menyebabkan sesulitis dan bila berlanjut
dapat menimbukan sepsis.
5. Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai
berikut.
a. Lochea Rubra ( Merah )
Lochea ini keluar pada hari 1 4 postpartum. Cairan yang keluar berwarna
merah karana terisi darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi
lanugo, dan meconium.
b. Lochea Sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari
ke - 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lochea Serosa
Lochea ini berwarna kuning kecockatan karena mengandung sarum leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7 terdiri dari darah lama(old
blood) serum, lukosit dan debris jaringan.
d. Lochea Alba / Putih

41
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Lochea berlangsung selama 2 6 minggu
postpartum.

b. Perubahan tanda-tanda vital


1. Suhu badan pascapersalinan dapat naik lebih dari 0,5 C dari keadaan normal
tapi tidak lebih dari 39 C. Sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya
suhu badan kembali normal.Bila lebih dari 38,0 C, mungkin akan infeksi.
2. Nadi umumnya 60 80 denyut per menit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi.Bila terdapat takikardi dan bahan tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung.Pada masa nifas umumnya
nadi lebih labil dibanding suhu badan.

5. Lactasi.
Kelenjar mammae telah dipersiapkan setelah kehamilan.Umumnya produksi
air susu ibu (ASI) baru terjadi hari kedua atau hari ketiga pasca persalinan. Pada hari
pertama keluar kolostrum, cairan kuning yang lebih kental dari pada air susu,
mengandung banyak protein albumin. Glubulin, dan benda benda kolostrum. Bila
bayi meninggal, laktasi hari dihentikan dengan membalut kedua mammae hingga
tertekan atau memberikan bromkripin hingga hormon laktogenik tertekan.
4.Perubahan psikologis pada masa nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab untuk seorang ibu semakin besar dengan lahirnya bayi yang baru
lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut.
1) Fase taking in
a. periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Perhatiannya tertuju pada
kekwatiran akan tubuhnya.
b. Ia akan memungkinkan akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan.
c. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
2) Fase taking hold
a. Periode ini berlangsung hari ke 2-4 postpartum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses
c. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya:
menggendong, memandikan, memasang popok, dsb.
d. Ibu biasanya agak sensitif dan merasa merasa tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.
3. Fase letting go
a. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah

42
b. Ibu mengambil tanggung jawabterhadap perawatan bayinya dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya.
Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan, hubungan sosial
c. Depresi postpartum biasanya terjadi pada periode ini.
a) Postpartum blues
Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu
baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama
setelah persalinan denga ditandai gejala-gejala berikut ini, reaksi depresi, sering
menangis,mudah tersinggung, cemas, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan, kelelahan, mudah sedih, cepat marah, perasaan
bersalah, pelupa.
Puncak dari postpartum blues 3-5 hari setelah melahirkandan berlangsung dari
beberapa hari sampai 2 minggu. Postpartum blues tidak menggangu kmampuan
seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga ibu dengan postpartum blues masih
bias merawat bayi.
Factor penyebab postpartum blues
1. Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi
pascamelahirkan
2. Faktor umur dan jumlah anak
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinanya
4. Ketidaksiapan terhadap perubahan peran yang terjadi pada wanita tersebut
5. Masalah kecemburuan dari anak yang terdahulunya
Cara mengatasi postpartum blues
a. Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa nifas
b. Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami
c. Cukup istirahat
d. Berolahraga ringan
e. Berikan dukungan dari semua keluarga, suami, atau saudara.

5. Tanda bahaya masa nifas


a. Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pascapersalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat
persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari
luarbiasanya lebih dari satu spesies .
Faktor predisposisi
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti
perdarahan banyak, preeklampsia.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan jalan lahir
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

43
Penatalaksanaan Pencegahan
1. Selama kehamilan bila pasien anemia, diperbaiki. Berikan diet yang baik.
Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang.
2. Selama persalinan, batasi masuknya kuman dijalan lahir. Cegah perdarahan
banyak dan penularan penyakit dari petugas dan kamar bersalin. Alat-alat
persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas
indikasi yang tepat.
3. Selama nifas, rawat hygiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien
dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang
sehat.
Penanganan
Suhu harus diukur sedikitnya 4 kali sehari, berikan terapi antibiotic,
perhatikan diet. Hati- hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk kedalam
rongga perineum.
b. Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama
staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu, atau melalui peredaran
darah.Biasanya mastitis tidak segera di obati akan menyebabkan abses payudara yang
bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya
adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit memerah,dan membisul (abses), dan
akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu. Dapat
disertai suhu badan naik dan menggigil.
Penanganan
1. Bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit penyusuan bayi dihentikan.
2. Karena penyebab utama adalah staphylococcus aureus, antibiotika jenis
penisilin dengan dosis tinggi dapat membantu, sambil menunggu hasil
pembiakan dan uji kepekaan air susu.
3. Local dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara,
bila panas dan nyeri berikan insisi radial sejajar dengan jalannya duktus
laktiferus. Pasang pipa ( drain ) atau tamponade untuk mengerinkan nanah.
c. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara
dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan
overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Bila ibu menyusui bayinya:
1. Susukan sesering mungkin pada kedua payudara
2. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
3. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
4. Sangga payudara
5. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui
6. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Bila ibu tidak menyusui:
1. Sangga payudara

44
2. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan
rasa sakit
3. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


a.Istirahat
Istirahat ibu selama masa nifas harus cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu:
mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusi uterus, dan memperbanyak
perdarahan. Ibu harus mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat
yaitu dengan BAK sebelum tidur, tidur pada saat bayi tidur karena pada saat malam
hari akan menyusui bayi dan mengganti popok bayi.
b. Personal hygien
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air bersih, dengan membersihkan vulva terlebih dahulu dari depan
kebelakang setiap kali BAB dan BAK, mengganti pembalut minimal 2 x sehari atau
bila ibu merasa tidak nyaman dan jangan menyentuh luka episiotomi.
c.Mobilisasi
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkinuntuk
berjalan. Keuntungan mobilisasi dini adalah ibu merasa lebih sehat dan kuat,
melancarkan pengeluaran lochea, mempercepat involusi uterus, dll.

D.
E. BAYI BARU LAHIR
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Beberapa pengertian dari bayi baru lahir normal adalah :
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
dengan berat lahir normal 2500-4000 gram.
b. Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggudengan
berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm
Bayi baru lahir dikatakan normal jika termaksud dalam kriteria sebagai berikut :
1. Berat badan lahir bayi 2500-4000 gram
2. Panjang badan bayi 48-50 gram
3. Lingkar dada bayi 32-34 gram
4. Lingkar kepala bayi 33-35 gram.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun sampai
140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan
hanya berlangsung 10-15 menit.

45
7. Kulit kemerah-merahan dan licin kerana jaringan subkutan cukup terbentuk
dan dilapisi verniks kaseose.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
9. Kuku telah agak panjang dan lemas
10. Genitalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11. Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk
12. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

2. Perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran


Adaptasi pernapasan
1. Penapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia.
1. Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan unntuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps.
2. Faktor-faktor akseksorik meliputi suhu, bunyi, cahaya,suara dan
penurunan suhu.
3. Faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misaalnya
penurunan kadar oksigen, peningkakatan kadar karbondioksida dan
penurunan PH) sebagi akibat asfiksia sementara selama kelahiran.
2. Frekuensi pernasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit
3. Sekresi lendir mulut dapat memnyebabkan bayi batuk dan muntah terutama
selama 12-18 jam pertama.
4. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon rileks terhadap
obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak
ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran bayi.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi pada 30 detik sesudah kelahiran.
Pernapasan pada neonatus adalah pernapasan diafranatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur dan frekuensi dalam pernapasan.
Adaptasi Kardiovaskular
1. Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir.beberapa perubahan
terjadi dengan cepat,dan terjadi seiring dengan waktu.
2. Sirkulasi perifer lambat yang menyebabkan akrosianosis(pada
tanggan,kaki,dan sekitar mulut.)
3. Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit.
4. Rata-rata tekanan darah adalah 80/50 mmHg dan bervariasi sesuai dengan
ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5. Nilai hematologi normal pada bayi.
6. Volume sirkulasi total darah pada saat lahir sebanyak 80 cc per kilogram berat
badan.
7. Pemecahann sel darah merah yang berlebihan pada hati dan limfe
menyebabkan ikterus pada bayi.

46
Perubahan Termoregulasi dan Metabolik
1. Suhu bayi lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eskternal
lebih dingin daripada lingkungan pada uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan
panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
4. Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubnugannya dengan
asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan
yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan di tempat yang suhunya lebih rendah dari
dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar
25 C, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi dan
radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang
dapat diproduksi hannya sepersepuluh daripada yang tersebut diatas dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkanpenurunan suhu tubuh sebanyak 2 C
dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi
menderita hipotermi dan trauma dingin.
Adaptasi Neorologis
1. Sistem neurologis bayi secara anatomi atau fisiologis belum berkembang
sempurna.
2. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkordinasi, pengaturan
suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada
ekstremitas.
3. Perkembangan neonatus terjadi cepat,tumbuh,perilaku yang lebih kompleks.
4. Refleks bayi lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.
Adaptasi Gastrointestinal
1. Enzim enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauteri pada kehamilan 36-38 minggu.
2. Perkembangan otot dan releks yang penting untuk menghantarkan makanan
sudah terbentuk saat lahir.
3. Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai: pencernaan dan absopsi lemak
kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.
4. Kelenjar saliva imatur saat lahir: sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3
bulan.
5. Pengeluaran mekonium, yaitu: feses berwarna hitam kehijauan,lengket,dan
mengandung dara samar,diekresikkan dalam 24 jam bayi baru lahir normal.
6. Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada payudara:
sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara efektif.

47
7. Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati didalam uteru:
tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat lahir dan diperkuat dengan rasa
lapar.
Adaptasi Ginjal
1. Laju filtrasiglomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak
adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.
2. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal,tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stresor.
3. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan
cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosisi dan ketidakseimbangan
cairan.
4. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir
dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama: setelah itu, bayi berkemih 5-20 kali
dalam 24 jam.
5. Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat;noda kemerahan dapat
diamati pada popok karena kristal asam urat.
Adaptasi Hati
1. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahirhati terus
membantu pembentukan darah.
2. Selama periode neonatus,hati memproduksi zat yang ensensial untuk
pembekuan darah.
3. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterinpada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap
defisiensi zat besi.
4. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang
bersirkular,pigmen berasal dari hemaglobin dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahaan sel-sel darah merah.
5. Bilirubin tak terkonjungasi dapat meninggalkan sistem vaskular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya mengakibatkan warna kuning yang
disebut ikterus.
6. Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang mengakibatkan
peningkatan produksi asam.
Adaptasi Imun
1. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk.
2. Imaturitas jumlah sistem perlindung secara signifikan meningkatkan resiko
infeksi pada periode bayi baru lahir.
1. Respons inflamasi berkurang,baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Fagositosis lambat.
3. Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum berkembang
sempurna sampai usia 3-4 minggu.
4. Imunoglobin A hilang dari saluran pernafasan dan perkemihan,kecuali
jika bayi tersebut menyusu ASI,IgA juga tidak terdapat dalam saluran GI.

48
3. Infeksi merupakan penyebab utama morbilitas dan mortalitas selama periode
neonatus.

Penanganan Bayi Baru Lahir


Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama menit-menit pertama
setelah kelahiran .
a. Jaga Kehangatan
b. Bersihkan jalan napas (jika perlu)
c. Keringkan
d. Pemantauan tanda bahaya
e. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun,kita-kira 2 menit
setelah lahir
f. Inisiasi Menyusui Dini
g. Beri suntikan vitamin mg intramuscular,dip aha kiri anterolateral setelah

Inisiasi Menyusui Dini


h. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua maat
i. Pemeriksaan fisik
j. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 Ml intramuscular, dip aha kanan anterolateral, kiri-

kira 1-2 Jam setalah pemberian vitamin (Asuhan Persalinan Normal : 2012)

Cara kehilangan panas dalam tubuh bayi


- Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Sebagai contoh : konduksi bias terjadi ketika
menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin,
dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
- Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas menghilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara)
Contoh: konveksi dapat terjadi ketika membiarkan/menempatkan BBL dekat
jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
- Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin (pemindahan panas anatara 2 objek suhu yang berbeda)
Contoh : membiarkan BBL dalam AC tanpa diberikan pemanas (radian
warm),membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL
berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
- Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan dan bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah
cairan menjadi uap). Evoporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang

49
dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila
BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 C maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan
yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. (Asuhan Persalinan Normal :
117)

2. Refleks pada Bayi Baru Lahir


a. Reflex glabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan jari
telunjuk pada sat mata terbuka. Bayi akan mengedipkan mata pada 4 sampai 5
ketukan pertama.
b. Reflex hisap
Benda menyentuh bibir disertai menelan. Tekanan pada mulut bayi pada langit
bagian dalam gusi atas timbul hisapan yang kuat dan cepat. Bisa dilihat bayi
menyusu.
c. Reflex mencari (rooting)
Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. Misalnya : usap pipi bayi
dengan lembut: bayi menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
d. Reflex genggam (palmar grasp)
Letakkan jari telunjuk pada palmar,tekanan dengan gentle,normalnya bayi akan
menggenggam dengan adekut. Jika telapak tangan bayi ditekan : bayi
mengepalkan.
e. Refleks babinski
Gores telapak kaki,dimulai dari mulut,gores sisi lateral telapak kaki ke arah atas
kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan menunjukan respon
berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
f. Reflex moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepaka tiba-tiba digerakkan
atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.
g. Reflex melangkah
Bayi menggerak-gerakkan tungkainya daalam suatu gerakkan berjalan atau
melangkah jika diberikan dengan cara memegang lengannya sedangkan kakinya
dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dan keras.
h. Reflex merangkak
Bayi akan berusaha untuk merangkak kedepan dengan kedua tangan dan kaki bila
diletakkan telungkup pada permukaan datar.

50
i. Reflex tinik leher atau fencing
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi,ekstremitas
yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi
istrirahat.
j. Reflex Ekstrusi
Bayi menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau
putting. (Marni 2012 :357)

3. Inisiasi menyusui dini


a. Pengertian inisiasi menyusui dini
Inisiasi menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri setelah segera lahir.
(Jenny,2013). Inisiasi menyusui dini adalah segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan
di dada atau diperut diatas ibu selama paling sedikit 1 jam untuk memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya.
b. Keuntungan inisiasi menyusui dini pada ibu dan bayi
a. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit bayi untuk bayi
a. Menstabilkan pernapasan dan detak jantung
b. Mengendalikan temperatur bayi.
c. Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih baik.
d. Mendorong ketrampilan bayi untuk menyusui lebih cepat dan efektif.
e. Meningkattkan kenaikan berat badan bayi.
f. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
g. Mengurangi tangis bayi
h. Mengurangi infeksi bayi dikarenakan adanya kolonisasi kuman di usus bayi
akibat kontak kulit ibu dengan kulit bayi dan bayi menjilat kulit ibu.
i. Mengeluarkan mekonium lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian ikterus
BBL.
j. Memperbaiki kadar gula dan parameter biokimia lain selama beberapa jam
pertama hidupnya.
k. Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi.
b. Keuntungan IMD untuk Ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu:
1. Pengaruh oksitosin
a. Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko perdarahan
persalinan.
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI.
c. Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu merasa lebih tenang dan tidak
nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.
2. Pengaruh prolaktin
a. Meningkatkan produksi ASI
b. Menunda Ovulasi
c. Kentungan IMD untuk Bayi
1. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas dan
kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi.

51
2. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum) maupun
aktif.
3. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.
4. Meningkattkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan lamanya bayi
disusi membantu bayi mengkordinasikan kemampuan isap, telan dan napas.
5. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
6. Mencegah kehilangan panas.
4. Tanda-tanda bahaya pada bayi
a. Pernafasan : Sulit atau lebih dari 60 x/i
b. Kehangatan : Terlalu panas (> 38 C atau terlalu dingin < 36 C)
c. Warna : Kuning ( terutama dalam 24 jam pertama), biru, atau
pucat, memar.
d. Pemberian makan : Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, muntah
berlebihan.
e. Tali pusat : Merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
f. Infeksi : Suhu meningkat, merah, bengkak, pengeluaran cairan/
nanah, bau busuk dan pernapasan sulit.
g. Tinja / kemih : Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
h. Aktifitas :Menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersingguh, lemas, terlalu mengatuk, lunglai, kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus - menerus.
5. Proses Laktasi
a. Posisi yang tepat untuk menyusui
1. Perah ASI dan olesi di daerah aerola
2. Ambil posisi berbaring atau duduk tegak lurus dengan posisi kaki
mengenai lantai.
3. Satu lengan menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi, muka bayi
menghadap kepayudara ibu, hidung bayi berada di depan putting.
4. Ibu mendekatkan bayinya ke payudara jika bayi tampak siap untuk
menghisap puting susu. Tanda siap menyusui adalah bila bayi membuka
mulut, mencari, menoleh, dan bergerak mencari sesuatu.
5. Pastikan bayi menyusui dengan baik dengan sebagian besar aerola berada
di mulut bayi.
6. Jika bayi sudah selesai menyusui untuk segera menyendawakan dengan
menyandarkan bayi dipundak, telungkup, dan melintang kemusia
menepuk-nepuk punggung.
b. Perawatan Payudara
1. Gunakan bra untuk menjaga dan menopang payudara tetap indah
2. Bersihkan secara rutin daerah puting dengan kapas dibasahi air hangat
3. Oleskan minyak zaitun pada payudara untuk menjaga kelembapan
c. Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI 2-3 jam dalam 24 jam mendapatkan ASI minimal 8
kali
2. Kotoran bewarna kuning dengan frekuensi sering
3. BAK 6-8 x sehari
2. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
3. Payudar terasa lebih pendek

52
4. Tidur dengan cukup dan pulas
Jadwal imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi merupakan bentuk interval kesehatan yang sangat efektif dalam
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit
seperti TBC,difteri,pertusis,tetanus,hepatitis B, poliomeilitis dan campak dapat
dicegah. Oleh karena itu untuk mencegah balita dari berbagai penyakit yang
berbahaya, imunisasi pada bayi harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.

b. Vaksinasi program perkembangan imunisi (Vaksin PPI)


1. Vaksin BCG (bacille Calmette-Guerin)
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosisdan
Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling saling menyerang paru-paru, tetapi dapat
juga menyerang organ-organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar,
superfisialis dan lain-lain. Respon imunitas seluler terjadi beberapa minggu (2-12
miggu) setelah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat diujikan
dengan tuberkulin.
2. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit Endemik dihampir diseluruh bagian dunia.
Penyakit hepatitis B pada anak tidak jarang menimbulkan gejala yang minimal
bahkan subklinis, namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurung
wktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis ataupun hepatoma.
3. Polio
Kata polio (abu-abu dan myelon sumsum), berasal dari bahasa latin yang
berarti medulas spinalis. Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomielitis pada
modula spinalis yang secara klasik menimbulkan kelumpuhan. Masa inkubasi
poliomielitis umumnya berlangsung dalam6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari.
4. DPT (difteri, pertusis, tetanus)
Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toksin-mediated disease dan
disebabkan oleh kuman corinebakterium diphteriae. Produksi toksin terjadi hanya bila
kuman tersebut mengalami lisogenasi oleh bakteri yang mengandung informasi
genetik. Imunisasi ini dapat mencegah penyakit difteri yaitu penyumbatan pada jalan
nafas, pertusis mencegah batuk rejan atau batuk 100 hari, sedangkan tetanus
mencegah penyakit akut yang bersifat fatal, disebabkan oleh esoktoksin kuman
clostridium tetani.
5. Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang masuk melalui
saluran pernafasan dan selanjutnya masuk kedalam kelenjar getah benih yang berada
dibawah mukosa, ditempat ini virus memperbanyak diri dan kemudian menyebar ke

53
sel-sel jaringan dan limforektikular seperti limpah atau dapat juga mencegah penyakit
radang paru,radang otak, dan kebutaan.
c. Jadwal Imunisasi
Tabel 2.4 Jadwal imunisasi
Umur Jenis imunisasi
0-7 hari Hb 0
1 bulan BCG,POLIO 1
2 bulan DPT/Hb1,POLIO 2
3 bulan DPT/Hb2,POLIO 3
4 bulan DPT/Hb3,POLIO 4
9 bulan campak

F. BALITA
Pengertian Pertumbuhan dan perkembangan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan
petumbuhan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter),
umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh);
sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau
fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau
emosional akibat pengaruh lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan memiliki
makna yang berbeda akan tetapi kedunnya tidak dapat dipisahkan, pertumbuhan
menunjukkan arti perubahan kuantitatif. Pertambahan dalam ukuran dan struktur.
Sedangkan, perkembangan menujukkan perubahan kuantitaif dan kualitatif
sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek
fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ / individu.
Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :

54
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang
yang berlainan organ-organ.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya
berbeda antara anak satu dengan lainnya.
Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf
Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai.
Yang perlu di ingat mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak adalah setiap
anak adalah individu yang unik, karean adanya faktor bawaan dan lingkungan yang
berbeda, maka pertumbuhan dan pemcapaiannya kemampuan dalam nerkembangnya
juga berbeda. Tetapi akan tetap menuruti patokan umum.

Prinsip pertumbuhan dan perkembangan


Untuk memahami anak usia dini lebih mendalam, orang tua, guru maupun
pemerhati perlu mempunyai gambaran yang tepat mengenai prinsip-prinsip dan pola
perkembangan anak usia dini dan kebutuhan kebutuhan seperti kebutuhan jasmani,
kebutuhan sosial , kebutuhan psikologi ini merupakan kebutuhan dasar dalam
perkembangan anak usia dini. Jika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi secara
memadai akan sangat mempengaruhi keutuhan perkembangan diri anak dimasa
remaja dan dewasa. Orang tua, guru dan para pemerhati pendidikan juga harus
memahaminya untuk mengetahui dengan mudah kebutuhan kebutuhan yang
diperlukan anak usia dini, pengetahuan tersebut sangat penting sehingga orang tua
dan guru tidak mengharapakan sesuatu yang berlebihan kepada anak.
Prinsip-prinsip perkembangan adalah pola-pola umum dalam suatu proses
perubahan alamiah yang teratur, universal dan berkesinambungan, yang dimaksud
dengan perubahan yang teratur adalah pertumbuhan pada manusia yang berjalan
normal mengikuti tata urutan yang saling berkaitan.
prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :
a. perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu.
b. perkembangan merupakan sesuatu yang terarah dan berlangsung terus dalan cara
sebagai berikut
a. cephalocaudal, pertumbuhan berlangsung dari kepala ke arah bawah dari
bagian tubuh.
b. Proximosdital, perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal)tubuh ke arah luar.

55
c. Differantiation, ketika perkembangan berlangsung terus dari hal yang mudah
kearah yang lebih kompleks.
c. Perkembangan merupakan hal yang komplek. Dapat diprediksi, terjadi dengan
pola yang konsisten dan kronologis.
d. Perkembangan merupakan hal yang unik untuk individu dan untuk potensi
genetik, dan setiap individu cenderung untuk mencari potensi maksimum
perkembangan
e. Perkembangan terjadi melalui konflik dan adptasi, dan aspek yang berbeda
berkembang pada waktu yang berbeda, menciptakan periode dari keseimbangan
dan ketidakseimbangan.
f. Perkembangan meliputi tantangan bagi individu dalam bentuk tugas yang pasti
sesuai umur kemampuan.
g. Tugas perkembangan membutuhkan praktik dan tenaga, fokus perkembangan ini
berbeda sesuai dengan setiap tahap perkembangan dan tugas yang dicapai.

Macam perkembangan anak balita


Perkembangan merupakan kondisi yang ditandai dengan bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks Dalam masa perkembangan balita
terdapat periode kritis.Periode kritis merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki
dampak paling besar terhadap perkembangan individu.
Menurut Muslihatan (2010) perkembangan balita dibagi menjadi empat aspek
yaitu perkembangan psikologis, perkembangan psikoseksual, perkembangan sosial
dan perkembangan kognitif Berbicara tentang perkembangan balita banyak kita temui
teori yang membahas tentang tumbuh kembang balita. Berikut merupakan beberapa
teori tentang perkembangan balita menurut Hanneman (2014) berbagai tokoh:
1. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial pada bayi adalah pada saat masa percaya
dan tidak percaya. Kualitas hubungan antara orang tua dan balita akan sangat
berpengaruh dalam tahap ini. Teori ini berpendapat masa autonomi atau
kebebasan mulai muncul pada usia older dan pada usai ini anak akan mulai
menjalin hubungan sosial dengan lingkungan dan moral.
Pada perkembangan moral, hal-hal yang mendorong dalam
menanamkan konsep moral adalah:
a. Berilah pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak, apabila dia
melakukan perbuatan yang baik. Ganjaran ini akan menjadi faktor penguat
(reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan baik tersebut.
b. Berilah hukuman, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik.
Hukuman tersebut akan menjadi penguat bagi anak untuk tidak mengulangi
perbuatan yang tidak baik.

56
Faktor-faktor yang menghambat perkembangan psikososial pada masa
balita awal diantaranya adalah apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif,
seperti perlakuan orang tua yang kasar: sering memarahi, acuh tak acuh, tidak
memberikan bimbingan, teladan, pengajaran atau pembisaaan terhadap balita
dalam menerapkan norma-norma baik agama maupun tatakrama atau budi
pekerti; cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti bersifat
minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois (Selfish), senang
menyendiri / mengisolasi diri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, dan
kurang memperdulikan norma dalam berperilaku (Hanneman, 2014).

2. Perkembangan kognitif
Perkembangan periode sensorimotor merupakan perkembangan tahap
pertama dari perkembangan kognitif. Periode sensorimotor akan berlangsung
sampai dengan tahun ke dua kelahiran dan setelah itu akan beralih pada tahap
pemikiran propesional. Tahap ini ditandai dengan penggunaan simbol untuk
menunjuk benda, tempat atau orang dan pada tahap ini anak juga belajar
meniru kegiatan yang dilakukan orang lain.
3. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa akan sangat diperoleh dalam sekali waktu
namun perkembangan bahasa terjadi secara bertahap. Dalam perkembangan
bahasa dibutuhkan kelengkapan struktur dan fungsi dari indra pendengaran,
pernafasan dan kognitif yang dibutuhkan untuk berkomunikasi.
Perkembangan bahasa antara individu sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh
kemampuan saraf dan perkembangan kognitif masing-masing individu.
4. Perkembangan sensori motor
Perkembangan sensori motor sangat erat kaitannya dengan dunia
bermain anak. Pada saat bermain anak akan menggunakan kemampuan otot
dan persarafannya. Dengan semakin berkembangnnya kemampuan sensori
motor, individu akan mulai mengeksplor lingkungan sekitarnya.
5. Perkembangan motorik kasar
Dalam perkembangan gerak motorik kasar dapat dievaluasi dari empat
posisi yaitu ventral suspension, prone, sitting, dan standing.Posisi suspension
merupakan posisi balita tengkurap dan berusaha mengangkat pantat.
6. Perkembangan motorik halus
Gerak yang melibatkan gerakan bagian tubuh yang melibatkan otot-otot
kecil.Gerak motorik halus dimulai dengan kemampuan balita untuk
menghisap ibu jari. Pada usia tiga bulan balita mulai menjangka benda-benda

57
yang berada didekatnya. Kemampuan tersebut terus berkembang sampai pada
usia 12 bulan balita dapat menggambar garis simetris.
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Factor genetic
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuhkembang
anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi genetic yang bermutu
hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga dapat
diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan yang disebabkan oleh
kelainan kromosom seperti Sindro Down, Sindrom Turner, dan lain-lain
Factor lingkungan
Lingkungan prenatal
yang termasuk factor lingkungan prenatal adalah gizi ibu saat hamil, adanya
toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia embrio, imunitas, infeksi danlain-
lain.
Lingkungan postnatal
i. Factor biologi
Yang termasuk didalamnya adalah rass (suku bangsa), jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme, hormone.
ii. Factor fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim, keadaan geografis), keadaan
rumah, sanitasi, radiasi.
iii. Factor psikososial
Yang termasuk didalamnya adalah stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar,
motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying,
kualitas interaksi anak dan orangtua.
iv. Factor keluarga dan adatistiadat
Yang termasuk didalamnya adalah pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan
ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayang dan ibu, adapt istiadat, norma, agama, dan lain-lain.

58
Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan danlingkungan.
2. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya
berbeda antara anak yang satu dengan yang lainberbeda.
3. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunansaraf.
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yangkhas
5. Arah perkembangan anak adalahsefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan voluntertercapai.

DDST (Denver Development Screening Test)


Sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai
kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat pengkajian perkembangan
dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak.
Tujuan:
Untuk mengetahui dan mengikuti proses perkembangan anak.
Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan.
Manfaat :
Untuk mengetahui tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini
mungkin.
Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusah
menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan.
Aspek Yang Dinilai
Ada 125 tugas perkembangan yang dinilai, yang dikelompokkan
menjadi 4 sektor, yaitu :
Sektor personal social
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan.
Sektor gerakan motorik halus

59
Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan
tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan
benda-benda kecil.
Sektor bahasa
Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicaraspontan.
Sektor gerakan motorikkasar
Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar.Contohnya
duduk, melompat, berjalan, dll.

60
61
Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak.Oleh karena itu, KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu
dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak
seimbangan pemberian makan pada anak.KMS juga dapat dipakai sebagai bahan
penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai
dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatan- nya.

62
G. KELUARGA BERENCANA
Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak
yang diinginkan. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara
alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Ari Sulistyawati,
2014).
Beberapa Definisi tentang KB
1. Upaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera (Undang-Undang No.10/1992)
2. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
3. Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu
individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga.

Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh
suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ruang Lingkup Keluarga Berencana


Keluarga berencana
Kesehatan reproduksi remaja

63
Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
Pengetahuan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
Keserasian kebijakan kependudukan
Pengelolaan SDM aparatur.

Jenis-jenis Metode Kontrasepsi


a. Cara alamiah, meliputi :
1) Metode Irama Tubuh
2) Metode Suhu Basal
3) Metode MOB (Metode Ovulasi Bilings)
4) MAL (Metode Amenorhea Laktasi)
5) Metode Kalender
6) Metode Simptotermal
7) Metode Senggama Terputus
b. Cara buatan, meliputi :
1) Cara sederhana, terdiri dari kondom, diafragma, spermisida.
2) Alat kontrasepsi hormonal, yakni pil dan susuk (implan)
3) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) yang dikenal dalam beberapa jenis
seperti lippes loop (spiral), copper-T, copper-7, multi load.
4) Alat Kontrasepsi Mantap (KONTAP) yakni tubektomi (untuk perempuan),
vasektomi (untuk laki-laki)
Kontrasepsi Alamiah
1. Pengertian Kontrasepsi Alamiah
Kontrasepsi alamiah adalah suatu upaya mencegah/menghalangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma menggunakan
metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia dan tidak
memakai bahan obat-obatan.
2. Prinsip-prinsip Kontrasepsi Alamiah
KB alami prinsip pencegahan kehamilannya berdasarkan tentang sel telur
pada wanita dan sperma pada pria :
Ovulasi pada wanita biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya.
Ketika ovulasi terjadi, maka sperma mempunyai waktu 24 jam untuk
membuahi sel telur wanita yang berada di tuba falopi.
Sperma dapat bertahan hidup sampai 7 hari setelah terjadinya hubungan
seksual
Akurasi penentuan waktu ovulasi / masa subur merupakan batu pertama
dalam perencanaan KB alami. 3 prinsip yang digunakan untuk mengetahui

64
terjadinya waktu ovulasi adalah dengan metode kalender, suhu tubuh, dan
lendir srviks.
A. Metode Kontrasepsi Alami
Suhu Basal
a) Pengertian dan Tujuan Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun
tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal
untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh
diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat
digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada
lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu
ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat
kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah
terjadi masa subur/ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari,
kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada
suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum
yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu
tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan terjadi
kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus luteum
akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh tetap
tinggi.
Catatan :
Jika salah satu dari 3 suhu tersebut di bawah garis pelindung (cover line )
selama perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi.

65
Untuk menghindari kehamilan menunggu sampai 3 hari berturu-turut suhu
tersebut di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
Ketika mulai masa tak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu.
Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersenggama
sampai hari pertama haid berikutnya.
b) Kerugian
Membutuhkan motivasi
Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, ganggiuan tidur, stress,
alcohol dan obat-obatan, misalnya aspirin
Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari
akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal
c) Keuntungan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa
subur.
Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara
mendeteksi ovulasi.
Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender
serviks.
Berada dalam kendali wanita.
Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
d) Kontraindikasi
Sikluls haid yang tidak teratur.
Riwayat siklus haid yang an-ovulatori.
Kurve suhu badan yang tidak teratur.
Sang istri sedang sakit atau demam, sehingga suhu basalnya tidak
bisa diketahui secara tepat.
e) Indikasi
Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
Pasangan dengan tidak dapat mengguanakan metode lain
Tidak keberatan jika terjadi kehamilan
f) Efek Samping
Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal
ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu
senggama.
g) ektifitas

66
Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya
guna pemakaian adalah 20 30 kehamilan per 100 wanita/tahun. Daya
guna dapat ditingkatkan dengan menggunakan pula cara rintangan,
misalnya kondom atau obat spermisida di samping pantang berkala.
Metode Lendir Serviks/ Metode Ovulasi Billings (MOB)
a. Pengertian
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas
lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih,
encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan
selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir
serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah
lendir masa subur itu berhenti.
b. Cara kerja
Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks.
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer) sehingga
mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat.
Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering
mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal
ini menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari
dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir
akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening
seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari
setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama tanpa alat

67
kontrasepsi.Lendir dari servirks tidak dapat diamati pada saat sedang
terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding vagina juga
akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan lendir servik.
c. Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu
dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga
bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
d. Kelebihan
Mudah digunakan.
Tidak memerlukan biaya.
Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami
lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
e. Kekurangan
1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.
3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan
tanda-tanda kesuburan.
4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
f. Indikasi
1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun
tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
3. Perempuan kurus atau gemuk.
4. Perempuan yang merokok.
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi
sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma
uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus,
malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan
metode lain.
7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
8. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada
setiap siklus haid

68
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat,
dan menilai tanda dan gejala kesuburan.

g. Kontraindikasi
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus), kecuali MOB.
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid.
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya.
h. Efek samping
1. Komplikasi yang langsung tidak ada
2. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan.

Metode Amenorea Laktasi


a. Pengertian
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya.
Pada periode menyusui sering wanita menjadi tidak haid akibat
hormon laktasi. Ternyata disamping haid, ovulasi juga ikut terhambat.
Supaya methode ini bekerja dengan baik, ibu-ibu harus memberikan ASI
saja (eksklusif). Interval menyusui pada malam hari tidak melebihi 6 jam
dan interval siang tidak lebih 4 jam. Semakin sering dan lama bayi menyu
b. Cara kerja
Selama menyusui, penghisapan air susu oleh bayi menyebabkan
perubahan hormonal dimana hipotalamus mengeluarkan GnRH yang
menekan pengeluaran hormone LH dan menghambat ovulasi. Ini adalah
metode yang efektif bila kriteria terpenuhi : menyusui setiap 4 jam pada
siang hari, dan setiap 6 jam pada malam hari. Makanan tambahan hanya
diberikan 5-10% dari total.
c. Kelebihan
1. Ekonomis.

69
2. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan.
3. Memberikan nutrisi yang baik pada bayi.
4. pencegahan kehamilan segera setelah melahirkan,
5. tidak mengganggu kesehatan,
d. Kekurangan
1. Hanya melindungi pada 6 bulan pertama.
2. Angka kegagalan/kehamilan 6 per 100 wanita per tahun.
3. tidak sepenuhnya efektif, harus memenuhi criteria, tidak melindungi
dari PMS
e. Indikasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang
ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan
f. Kontraindikasi Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti
metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium
atau anti koagulan.
7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
g. Efek samping
1. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
2. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS
3. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.

Sistem Kelender
a. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
b. Cara kerja

70
Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama
pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur
digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek
dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur.
Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya
merupakan masa aman. Sebagai contoh, jika seorang wanita mempunyai
siklus haid dari hari ke 28 sampai hari ke 36, maka perhitungannya adalah
28-18=10, dan 36-11=25. Maka konsepsi dapat terjadi hari ke 10 hingga hari
ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 9
daur haid.
c. Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi. Metode kalender atau pantang berkala dapat
bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. Sebagai alat pengendalian
kelahiran atau mencegah kehamilan. Dapat digunakan oleh para pasangan
untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa
subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
d. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari
resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
6. Tidak memerlukan biaya.
7. Tidak ada efek samping.
8. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
e. Keterbatasan/kekurangan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

71
4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
f. Indikasi
1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak
teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara
3. Perempuan kurus ataupun gemuk
4. Perempuan yang merokok
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang,
varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri,
endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria,
trombosis vena dalam, atau emboli paru.
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan
metode lain.
7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
8. Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu setiap siklus
haid.
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan
menilai tanda dan gejala kesuburan

g. Kontraindikasi
1. Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang membuat
kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah abortus).
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang)
selama waktu tertentu dalam siklus haid
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalnya.
Metode Simptothermal
a. Pengertian
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi
wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh
dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode

72
ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,
perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui
metode kalender.
b. Manfaat
1. Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).
2. Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan
kehamilan
c. Kontraindikasi
1. Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk menggunakan
metode simptothermal.
2. Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat wanita itu
sendiri atau alasan lain.
3. Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan seksual
tanpa
4. alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan atau menerapkan
metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5. Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.
6. Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun
produksi lendir serviks.
d. Keuntungan
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi
yang dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
4. Meningkatkan hubungan kerjasama antar pasangan.
5. Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan kehamilan.
6. Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah belajar
metode simptothermal dengan benar.
e. Keterbatasan
1. Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi, berpenyakit,
pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.

73
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati
dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks
3. Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan suami
istri.
4. Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang benar.
f. Efek samping
1. Komplikasi yang langsung tidak ada.
2. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan kehamilan karena data-data yang
menunjukan timbulnya kelainan-kelainan janin sehubungan
denganterjadinya fertilisasi oleh spermatozoa dan ovum yang berumur
tua/ terlalu matang.
Senggama Terputus
a. Pengertian dan cara kerja senggama terputus
Cara ini merupakan cara kontrasepsi tertua yang dikenal manusia,
dan sampai sekarang masih digunakan oleh manusia. Senggama terputus
adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi
ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi
digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.
b. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah.
c. Keuntungan
Tidak membutuhkan biaya, alat maupun persiapan.
d. Kekurangannya
Adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.
e. Manfaat Kontrasepsi
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
4. Tidak Ada efek samping
5. Dapat digunakan setiap waktu
6. Tidak membutuhkan biaya Non Kontrasepsi
7. Meningkatkan keterlibatan pria dalam keluarga berencana
8. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian
yang sangat dalam.

74
9. Efektif bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol
waktu ejakulasi.
f. Indikasi
1. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2. Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode
yang lainnya
5. Pasangan yang memerlukan metode pendukung
6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
g. Kontraindikasi
1. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
2. Pria yang sulit melakukan sanggama terputus
3. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
4. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.
KB PIL
Pil kombinasi adalah pil konstrasepsi berisi estrogen maupun progesterone
(progestagen, gastogen). (synopsis obstetric II, Rustam M.).
Jenis Pil Kombinasi
Monifisik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone (E/P) dalam dosis sama dengan 7 tablet tanpa hormon.
Bifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, masing-masing mengandung
hormone aktif E/P dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
Trifasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tbalet mengandung hormon E/P dengan
tiga dosis berbeda dan dengan tiga tablet yang tanpa hormon aktif.

Cara Kerja
Menghalangi produksi gonadotropin dari hipotesis secara terus menerus
sehingga menekan ovulasi.
Merubah konsistensi lender serviks menjadi kental dan tebal, sehingga
penetrasi dan transpalasi sperma akan terhalang, sulit atau tidak mungkin
Pergerakan tuba terganggu sehingga transperlasi telur dengan sendirinya akan
terganggu
Perubahan pada endometrium sehingga mencegah implantasi

75
Mengubah kepekaan indung telur terhadap rangsangan gonadotropin.

Manfaat
Memiliki efektivitas yang tinggi.
Resiko terhadap kesehatan kecil.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Siklus haid menjadi teratur, banyak darah haid berkurang (menengah anemia)
tidak terjadi nyeri haid.
Dapat digunakan dalam jangka panjang.
Dapat digunakan sejak remaja sampai menopause.
Mudah dihentikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan.

Kekurangan
Pada pil harus dimakan setiap hari.
Motivasi harus diberikan secara lebih intensif.
Ada efek sampingnya.
Efek Samping
Ringan
Berupa mual, muntah, pertambahan BB, pendarahan tidak teratur, retensi
cairan, oedem, sakit kepala, Acne/berlangsung bulan-bulan pertama
pemakaian pil.
Berat : Trombo embolisme karena terjadi peningkatan faktor-faktor
pembekuan dan vaskuler secara langsung.
Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Usia reproduksi
Telah memiliki anak dan belum memiliki anak
Gemuk atau kurus
Menginginkan kontrasepsi efektifitas tinggi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif
Pasca keguguran
Anemia karena haid berlebihan
Nyeri haid hebat
Siklus haid tidak teraturRiwayat kehamilan ektopik

76
Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal
Pembuluh darah, mata dan saraf
Penyakit tyroid, radang panggul, endometriosis, tumor ovarium jinak

Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil Kombinasi


Hamil atau dicurigai hamil
Pendarahan pervaginam
Penyakit hati akut
Perokok dengan usia > 35 tahun
Riwayat penyakit jantung, stroke atau TD > 180/110 MmHg
Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun
Kanker payudara
Migrant dan gejala neurologik (epilepsi/riwayat + epilepsy)

KB SUNTIK
Suntik KB Depo Progestin adalah Depo + Medroxyprogesteron Asetat yang
diberikan setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg (Hartanto, 2003 : 163)
Suntik KB Depo Progestin adalah Demo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara disuntik
Intramuscular (Sarwono, 2008; Mk-40)
Mekanisme Kerja
Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi ovulasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa
Perubahan peristaltik Tuba fallopi menghambat konsepsi
Mengubah suasana endometrium sehingga tidak sempurna untuk Implantasi hasil
konsepsi
Efektifitas
DMPA sangat efektif, dengan angka kegagalan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
per tahun
Asal penyuntikan di lakukan tetatur sesuai jadwal
Keuntungan Suntik KB
Sangat efektif
Pencegahan kehamilan jangka panjang

77
Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah
Tidak mempengaruhi ASI
Sedikit efek samping
Dapat digunakan untuk usia > 35 tahun sampai premenopause
Membantu mencegah kanker
Menurunkan kejadian tumor jinak payudara
Mencegah beberapa penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (scle cell)

Kerugian Suntik KB
1) Sering ditemukan ganggaun haid, seperti :
siklus haid yang memendek dan memanjang
perdarahan yang banyak dan sedikit
perdarahan tidak teratur / perdarahan bercak
tidak haid sama sekali
2) klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
3) tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4) permasalahan berat badan
5) tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS
6) terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
7) terlambatnya kembali kesuburan bukan kerena terjadinya kerusakan/ kelainan
pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan
dari deponya
8) terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
9) pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang,
dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan lipido.
Efek Samping
a. Berat badan bertambah
b. Menimbulkan nyeri kepala/ pusing

78
c. Perdarahan banyak saat menstruasi
d. Mudah tersinggung
e. Payudara tegang
f. Munculnya jerawat
g. Siklus haid tidak teratur
h. Tidak mendapatkan menstruasi (amenorrhoe)
i. Peningkatan tekanan darah
j. Mual muntah
k. Rambut rontok dan kering.
KB AKDR
PENGERTIAN
a. Memasukkan benda-benda atau alat-alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah
terjadinya kehamilan (Hanifa, 2008).
b. AKDR atau IUD atau Sepiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam rahim
wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar, 1998).
c. Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik
dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai
dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan.
(Kusmarjadi, 2010)
d. IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan
mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi
terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
MEKANISME KERJA
a. Mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. AKDR dalam cavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. (Hanifa, 2008).
b. Sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandindalam
uterus pada wanita (Hanifa, 2008).

79
c. Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti
pada AKDR biasa,juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari
AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. (Hanifa, 2008).
d. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, Mencegah sperma dan ovum
bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi, AKDR bekerja terutama
mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi (Muhammad, 2008).
KEUNTUNGAN ATAU KELEBIHAN AKDR ATAU IUD
1) Memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan
2) Tidak ada efek sistemik
3) Dapat mencegah kehamilan dalam jangka panjang
4) Sederhana, ekonomis, mudah dipakai dan cocok untuk penggunaan besar-
besaran, disebut IUD-nisasi
5) Angka kegagalan rendah
6) Efektivitasnya tinggi
7) Kesuburan dapat pulih kembali
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI AKDR
Indikasi
1. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih
2. Ingin menjarangkan kehamilan (spacing)
3. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara
permanen (kontrasepsi mantap). Biasanya dipasang IUD yang efeknya lama
(Lippes Lood, Nova T untuk 5 tahun dan sebagainya)
4. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap
penyakit jantung,hipertensi,hati)
5. Berusia diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang
menguntungkan.
(Mochtar,1998)
Kontra indikasi

80
1. Sedang hamil
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri
6. Penyakit trofoblas yang ganas
7. Diketahui menderita TBC pelvic
8. Kanker alat genital
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
EFEK SAMPING AKDR
a. Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang
cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid perdarahn yang sedikit-
sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada
pemakai AKDR ialah menoragia, spotting metroragia. Jka terjadi perdarahan
banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan
AKDR yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit, dapat
diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang
tidak berhenti dengan tindakan-tindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR
diangakt, dan digunakan cara kontrasepsi yang lain.
b. Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR,
biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri
dapat dikurangai atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika. Jika keluhan
berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil.
c. Gangguan pada suami

81
Kadang- kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu
bersenggama. Ini disebabkan benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu
pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini,
benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari porsio,
sedang jika benang AKDR terlalu pendek sebaiknya AKDR nya diganti. Biasanya
dengan cara ini keluhan suami akan hilang.
d. Ekpulsi (pengeluaran sendiri)
Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhya. Ekspulsi biasanya
terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh umur dan paritas, lama pemakaian,
ekspulsi sebelumnya, jenis dan ukuran, faktor psikis.
(Hanifa,2008)
KB IMPLAN
a. Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
b. Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel
yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan
sylastic, masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal
dengan masa kerja lima tahun (Varney, 1997).
Cara Kerja Kontrasepsi Implant
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap
mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat
mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada
bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.

82
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH),
baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
Pemakaian KB yang jangka waktu lama;
Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu
dekat;Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.
Kontra Indikasi
o Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab;
o Wanita dalam usia reproduksi;
o Telah atau belum memiliki anak;
o Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena);
o Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi;
o Pasca persalinan dan tidak menyusui;
o Pasca keguguran;
o Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap;
o Riwayat kehamilan ektopik;
o Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia
bulan sabit (sickle cell);
o Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen;
o Sering lupa menggunakan pil;
o Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya;
o Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara;
o Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi;
o Miom uterus dan kanker payudara;

Jenis-jenis Impant
1. Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya
berkisar antara 50 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun
sampai 30 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang
paling banyak dipakai.
2. Implanon

83
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl
Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada
permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang
perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
4. Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg
nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 g per hari dan lama
kerja 1 tahun.
Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman
dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas
teoretis. Efektivitas 0,2 1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling
pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa
kerja paling panjang pada jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur
dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita memperoleh
kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka
kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan
berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa
penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan

84
memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya
ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
e. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon
progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat
tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan
pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada
efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan
dapat diisersikan segera Postpartum.
h. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat
j. Mengurangi jumlah darah haid
k. Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas
pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan
meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang
hilang.

Kerugian Kontrasepsi Implant, meliputi :


Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah haid,
serta amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-
kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar
perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari
10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya

85
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua,
masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.

H. PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN


1. Manajemen kebidanan
Menajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian,
analisa data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanan dan evaluasi. Proses
manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah
disempurnakan secara periodik.Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan atau catatan sebelumnya
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi.

Langkah 2. Interprestasi data dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan
maslah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan, yaitu diagnosis yang
ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:
a. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Langkah 3. Mengidentifikasikan diagnosis atau masalah potensial
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis / masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali
melakukan asuhan yang aman. Contoh : seorang wanita dengan pemuaian uterus yang

86
berlebihan tersebut ( misalnya polihodramion, besar dari masa kehamilan , gameli ,
diabetes ). Kemudian bidan harus mengantisipasi melakukan perencanaan untuk
mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan
postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang
berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya juga mengatisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan
untuk resusitasi.
Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan
dari proses manajemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Langkah 5. Merencankan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya . langkah ini merupakan kelanjutan manjemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Langkah 6. Melakasankan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jikan bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul
tanggu jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Langkah 7. Evaluasi

87
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksaannya, ada kemungkinan bahwa sebagai rencana tersebut lebih
efektif sedang sebagian belum efektif.

88
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal, 2012


Deslidel dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatal, Bayi Dan Balita, Jakarta: EGC
Farer, Helen. 2008. Asuhan Kebidanan antenatal. edisi 2, EGC. Jakarta
Green, Carol. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan Bayi Baru Lahir.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Manuaba.2007. Pengantar Kuliah Obstetri.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Mansjoer, Arief. 2005. Kapita Salekta Kedokteran, EGC. Jakarta
Nurmawati. 2009. Mutu Pelayanan Kebidanan.Penerbit Trans Info Media. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan.PT.Bina Pustaka. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. PT. Bina Pustaka.Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka.Jakarta.
Sondakh, Jenny. 2013.Asuhan Kebidanan dan Bayi Baru Lahir. Penerbit
Erlangga.Malang.
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4.Penerbit Buku Kedokteran
EGC.Jakarta

89

Anda mungkin juga menyukai