Anda di halaman 1dari 181

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

D USIA 33 TAHUN
DI POLINDES DESA PAKEMITAN KECAMATAN CIAWI
KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2011

LAPORAN KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Praktik Klinik Kebidanan III

Oleh :
Hana Hoerun Nisa
0200080031

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkaitan dengan tercapainya visi Indonesia Sehat 2010 maka Rencana

Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010

disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju

Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia

berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.

Menurut data Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional 2010

Angka Kematian bayi (AKB) di indonesia pada tahun 2009 mencapai 34/1000

kelahiran hidup dan angka kematian Ibu (AKI) mencapai kisaran 228/100.0000

kelahiran hidup (BPPN, 2010). Tingginya AKI ini disebabkan oleh dua penyebab

yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.penyebab langsung AKI

adalah perdarahan pasca salin 25%, sepsis 15%,hipertensi dalam kehamilan 12%,

partus macet 8%, komplikasi aborsi tidak aman 13%, dan sebab lain 8%

(Saifuddin, 2008). Selain faktor tersebut, kematian disebabkan oleh faktor tidak

langsung salah satunya adalah peran serta ibu hamil dalam pemeriksaan

kehamilan. Pemeriksaan kehamilan erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil

juga akumulasi masalah prilaku, mutu pelayann kesehatan, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, dan juga masalah dukungan sosial (Suryadi, 2006).

1
2

Dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar

diantaranya yaitu pelayanan antenatal guna mencegah adanya komplikasi

obstetrik dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta

ditangani secara memadai dan persalinan yang aman guna memastikan bahwa

semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk

memberikan pertolongan yang bersih dan aman serta memberikan pelayanan

nifas kepada ibu dan bayi. Selain itu juga untuk mendapatkan hasil yang

memuaskan dan mencegah timbulnya berbagai risiko bagi ibu dan bayi

diperlukan asuhan yang komprehensif dimulai dari asuhan kehamilan, persalinan,

masa nifas dan bayi baru lahir.

Pada dasarnya kehamilan dan persalinan merupakan suatu hal yang

fisiologis yang di alami pada setiap wanita, tetapi kadang-kadang persalinan dan

kehamilan tersebut disertai dengan komplikasi sehingga akan bersipat patologis,

dan hal tersebut bisa dicegah dengan pemeriksaan hamil yang rutin,

melaksanakan asuhan kebidanan persalinan, BBL, dan nifas yang baik serta

pemberian ASI pada bayi sedini mungkin sehingga dapat menurunkan angka

kematian ibu dan bayi. (APN : 2007).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial

didalam keluarga. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu

akan mengalami masalah atau tidak selama kehamilannya. Oleh karena itu,

pelayanan atau asuhan antenatal merupakan cara yang penting untuk memonitor
3

dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan risiko.

Pelayanan atau asuhan standar minimal “10 T”Timbang berat badan,

Tekanan darah, Status gizi/Lila, Skreening status imunisasi TT, TFU, Tentukan

persentasi janin, jantung janin, Pemberian Fe, Temu wicara, Tes laboratorium

sederhana, Tata laksana kasus. (Saripudin,2007:187). Kegiatan yang membangun

potensi suami,keluarga,khususnya untuk persiapan dan tindakan yang dapat

menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir dengan menanggulangi penyebab

kematian utama adalah dengan Program Perencanaan Persalinan dan Persiapan

Komplikasi (P4K).

Masa persalinan dilakukan asuhan yang mengacu pada Asuhan Persalinan

Normal sebagai upaya untuk menciptakan persalinan yang bersih dan aman serta

setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca

persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir selain itu sifat dari Asuhan

Persalinan Normal (APN) adalah mencegah terjadinya komplikasi dalam

persalinan dan kelahiran.

Asuhan masa nifas penting dilakukan setelah proses persalinan, karena

masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa

60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian

masa nifas terjadi selama 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis

dari kematian bayi. Dua pertiga dari kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah

persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
4

lahir. Dengan pemantauan yang teratur pada masa nifas dan bayinya dapat

mencegah penyebab mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.

Berdasarkan uraian di atas, yaitu kenyataan bahwa angka kematian ibu

dapat diminimalkan dengan pelaksanaan antenatal care yang efektif sehingga

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas serta bayi baru lahir dapat dideteksi

sedini mungkin, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan komprehensif

pada Ny. D usia 33 tahun di Polindes Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi

Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. D

usia 33 tahun di Polindes Pakemitan tahun 2011dengan pendekatan

Manajemen Kebidanan dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan asuhan kehamilan pada Ny. D usia 33 tahun

G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan pendekatan manajemen kebidanan

dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

b. Mampu melaksanakan asuhan persalinan pada Ny. Dusia 33tahun G2P1A0

hamil 39-40 minggu dengan pendekatan manajemen kebidanan dan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


5

c. Mampu melaksanakan asuhan nifas pada Ny. D usia 33 tahun

P2A1dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

d. Mampu melaksanakan asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.Dusia 33

tahun dengan pendekatan manajemen kebidanan dan didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi

perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan

komprehensif pada Ny. D usia 33 tahun.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi klien

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir sehingga ibu dapat mendeteksi

komplikasi dengan pemeriksaan kehamilan, melakukan persalinan di

tenaga kesehatan dan melakukan pemeriksaan ibu nifas dan bayi baru

lahir.
6

b. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam rangka

meningkatkan sistem pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan pada

ibu hamil bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi informasi dan referensi yang dapat

dijadikan sebagai bahan acuan bagi mahasiswi kebidanan dalam

melaksanakan asuhan kebidanan dan pengembangan melalui asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal di

masa yang akan datang.

d. Bagi Penulis

Sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan teori dengan

praktek di lapangan. Serta menambah wawasan dan pengalaman dalam

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Masalah

Lingkup masalah dalam laporan kasus ini adalah asuhan kebidanan

komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
7

2. LingkupMetode

Metode yang digunakan dalam laporan kasus ini penulis menggunakan

metodedeskriptif dengan pendekatan studi kasus. Adapun teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

a. Anamnesis

Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung dengan

klien, keluarga dan tim kesehatan lainnya. Anamnesis adalah tahap yang

pertama dan paling penting dalam upaya menegakkan diagnosis kondisi

pasien untuk memperoleh dan menetapkan diagnosa selanjutnya.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses

dengan cara memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis. Hasil

pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan

perencanaan perawatan klien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.

Pada pemeriksaan kehamilan diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi, akan tetapi pada pemeriksaan persalinan, nifas dan bayi

baru lahir hanya diperiksa dengan cara inspeksi, palpasi dan auskultasi.

c. Partisipasi Aktif

Penulis melaksanakan asuhan secara langsung dan memberikan

konseling sesuai dengan kebutuhan klien pada saat hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir.


8

d. Pemeriksaan Penunjang

Penulis melakukan pemeriksaan laboratorium hanya pada

kehamilan yaitu berupa pemeriksaan haemoglobin (Hb), protein urin,

glukosa urin.

e. Home Visit

Melakukan asuhan dengan melakukan kunjungan ulang untuk

mengikuti perkembangan klien dan menilai tingkat keberhasilan dari

asuhan yang diberikan yaitu di rumah pasien di kp. Citangkalak, RT 02

RW 08 Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

f. Studi Kepustakaan

Membaca dan mempelajari buku-buku sumber yang dapat

dijadikan data dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang

diambil.

g. Studi Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data dari status pasien.

3. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam laporan kasus ini adalah Ny. D usia 33 Tahun.

4. Lingkup Tempat dan Waktu

Pengkajian laporan kasus ini dilaksanakan di Polindes Pakemitan dan

kegiatan home visit dilakukan di rumah Ny. D tepatnya di kampung

Citangkalak, RT/RW 02/08. Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya..


9

Sedangkan waktu pengkajian laporan kasus ini dilaksanakan pada tanggal11

Mei sampai 31 Mei 2011.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan ialah suatu masa dimana seorang wanita membawa embrio

atau pertus didalam tubuhnya, kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu

antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran. (38 minggu dari pembuahan)

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. (Saifuddin, 2006:89).

Kehamilan normal adalah suatu kehamilan dengan keadaan ibu sehat,

tidak ada riwayat obstetric yang buruk, ukuran uterus sesuai dengan

kehamilannya, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. (Saifuddin, 2002:

N-1).

Jadi Kehamilan adalah yang berlangsung dari proses ovulasi sampai

dengan lahirnya bayi dengan kehamilan yang normal tidak ada riwayat

obstetric maupun pemeriksaan fisik dan labolatorium.

a. Antenatal Care

1) Pengawasan Antenatal

Pengawasan antenatal merupakan pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga

10
11

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, pemberian ASI dan

kembalinya kesehatan refroduksi secara wajar. (Manuaba, 1998 : 129 ).

Batasan umum antenatal care adalah pengupayaan observasi

berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan,

pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi dan penyakit

ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan (Manuaba 2007 : 187)

2) Tujuan ANC pada Trimester III

a) Tujuan Umum ANC

Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan

anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga

didapatkan ibu dan anak yang sehat.

b) Tujuan Khusus ANC

(1) Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin

dijumpai dalam kehamilan, persalinan, nifas.

(2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

(3) Merupakan angka morbilitas ibu dan anak memberikan

nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga

berencana, kehamilan, persalinan, nifas, laktasi. (Rustam

moehtar 1998)
12

3) Jadwal ANC

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :

a) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

minggu)

b) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 -

28)

c) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36

dan sesudah minggu ke 36)

Tabel dibawah ini memberikan petunjuk pemeriksaan

kehamilan yang harus dilakukan.

Tabel 2.1Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan Waktu Informasi Penting


Trimester I Sebelum  Membangun hubungan saling percaya
minggu ke - 14 antara petugas kesehatan dan ibu hamil
 Mendekati masalah dan menanganinya
 Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatorium, anemia kekurangan
zat besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan
 Mulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
 Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat dan
sebagainya)
Trimester II Sebelum  Sama seperti diatas, ditambah
minggu ke - 28 kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-
13

gejala preeklampsia, pantau tekanan


darah, evaluasi oedema, periksa untuk
mengetahui proteinuri)
Antara minggu  Sama seperti diatas, ditambah palpasi
ke 28 - 36 abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda
Setelah 36  Sama seperti diatas, ditambah deteksi
minggu letak bayi yang tidak normal atau kondisi
lain yang memerlukan kelahiran di
rumah sakit

4) Pelayanan ANC dilakukan dengan memenuhi Standar 10 T

a) Ukur berat badan dan tinggi badan

b) Ukur tekanan darah

c) Ukur status gizi dan (LILA)

d) Ukur tinggi fundus uteri

e) Tentukan presentasi janin dan DJJ

f) Pemberian Imunisasi TT

g) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

h) Tes labolatorium (Rutin dan Khusus)

i) Tatalaksana kasus

j) Temuwicawa (Konseling) termasuk perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K) serta KB Pasca Salin.


14

Tabel 2.2 Imusisasi TT

Selang waktu Pemberian Masa


Imunisasi Dosis
Imunisasi perlindungan
TT 1 -
TT 2 4 minggu 3 tahun 0.5 cc
TT 3 6 bulan 5 tahun 0.5 cc
TT 4 1 tahun 10 tahun 0.5 cc
TT 5 1 tahun 25 tahun 0.5 cc

b. Perubahan Psikologis dalam Kehamilan Pada Trimester III

Trimester ke III disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi

sebagai mahluk terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti

kehadiran bayi, ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir

kapanpun dan hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia

memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

Trimester III merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam

menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sementara perhatian utama

wanita terfokus pada kelahiran bayi. Pergerakan janin dan pembesaran

uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang

keberadaan bayi dan kehidupanya sendiri, seperti apakah nanti bayinya

akan lahir abnormal dan terkait dengan persalinan yang akan dihadapinya,

(nyeri, kehilangan kendali, hal hal lain yang tidak diketahui), ia akan
15

mengetahui bahwa ia berada dalam proses persalinan, atau bahwa organ

vitalnya akan terluka oleh tendangan bayinya.

Jangan mendengarkan cerita cerita dari orang lain yang bersifat

mitos. Konsultasikan kepada bidan atau dokter.

Pada masa ini yang perlu diperhatikan dan lebih diarahkan pada

persiapan untuk melahirkan, untuk menyusui, rencana perawatan bayi,

kemungkinan-kemungkinan yang mungkin timbul

Peran dan keterampilan bidan dalam dukungan fsikologis yaitu

memberikan dukungan emosional informasi dan saran atau mendeteksi

gangguan fsiologis. Mengurangi ansietas dan meredakan stress

c. Perubahan Fisiologis dalam Kehamilan Pada Trimester III

Menurut Christine (2006), kehamilan melibatkan perubahan

fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial dari keluarga.

Pada usia kehamilan 28 minggu fundus akan berada disekitar

pusat dan xhipoid. Pada usia 32 – 36 minggu fundus dapat mencapai

prosesus xhipoid. Penambahan berat badan sekitar 6 kg. payudara akan

terasa nyeri dan penuh. Keadaan sering kencing akan timbul kembali.

Mulai terjadi mules yang semakin meningkat. Terjadi perasaan nyeri

punggung karena tahanan dipunggung semakin besar.

Pada kehamilan trimester III dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilan yaitu 28 – 36 minggu 2 minggu sati kali 36 – 40 satu

minggu sati kali.


16

1) Kehamilan minggu ke 28 (7 bulan)

a) Fundus berada diantara 3 jari diatas pusat (Mc Donal 21 cm)

b) Haemoraid mungkin terjadi

c) Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut

d) Garis bentuk janin dapat dipalpasi

e) Rasa panas pada perut mulai terasa

f) Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin menjadi ibu.

2) Kehamilan minggu ke 32 (8 bulan)

a) Fundus mencapai diantara pertengahan pusat dan procecus

xhipoedus.

b) Payudara merasa tegang dan nyeri tekan

c) Sering BAK dan kaki bengkak, sulit tidur.

3) Kehamilan minggu ke 36 – 38 (9 bulan)

a) Penurunan bayi kedalam velvik atau panggul ibu (PAP)

b) Placenta 4 kali lebih tebal dari UK 18 mg dan berat 0,5 – 0,6 kg

c) Ibu ingin sekali melahirkan bayinya

d) Sakit pinggang sering BAK meningkat

e) Berak tonshik meningkat karena serviks dan BR disiapkan untuk

persalinan
17

d. KebutuhanDasar Ibu Hamil Trimester III

1) Kebutuhan fisik ibu hamil trimester III

a) Diet

Pada dasarnya ibu hamil dianjurkan makanan dengan gizi seimbang

(IBI, 2005).

b) Pekerjaan rumah tangga

Mengerjakan pekerjaan rutin yang ringan

c) Hubungan sexual

Boleh dilakukan selama tidak ada keluhan dan infeksi

d) Olahraga

Dilakukan dengan jalan-jalan pagi hari untuk mendapatkan

ketenangan dan mendapat udara pagi yang bersih dan segar untuk

menguatkan otot dasar panggul dan mempercepat turunnya kepala

bayi dalam posisi optimal serta mempersiapkan mental menghadapi

persalinan

e) Pakaian hamil

Pakaian dianjurkan yang longgar, bersih, menyerap keringat dan

tidak ada ikatan yang ketat di bagian perut. Dan BH yang

menopang dan celana dalam yang selalu bersih yang terbuat dari

katun, dan dianjurkan tidak memakai sepatu yang berhak tinggi.


18

f) Pengawasan gigi

(1) Saat hamil sering terjadi karies, hipersalivasi dapat

menimbulkan timbunan kalsium di sekitar gigi

(2) Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan mencari kerusakan

gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.

g) Istirahat dan tidur

(1) Istirahat tidak harus tidur siang dianjurkan 1 - 2 jam, dan tidur

malam 7-8 jam.

(2) Istirahat dan tidur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan

rohani untuk perkembangan dan pertumbuhan janin.

h) Pemberian obat-obatan

Pemberian obat ataupun vitamin yang khusus untuk ibu hamil

i) Pemberian tablet Fe

(1) Telah dikemukakan bahwa pemberian suplementasi besi rutin

pada ibu hamil dengan gizi baik hanya memberi efek terbatas

pada peningkatan kadar HB.

(2) Hasil penelitian mutakhir menganjurkan pemberian zat hanya

dilakukan pada ibu hamil yang telah terbukti menderita anemia.

(3) Anjuran program nasional adalah pemberian 60mg/hari

elementasi besi dan asam folat 50 ug untuk profilaksis anemia

(HB : 2005, Hal 4)


19

(4) Penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah

yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan

pertumbuhan dan perkembangan janin yang adekuat. (Danforth

: 2002, Hal 94)

j) Imunisasi TT

Vaksin dengan TT dianjurkan untuk dapat menurunkan angka

kematian bayi karena infeksi tetanus dilakukan 2 kali dalam

kehamilan.

k) Persiapan persalinan dan laktasi

Salah satu tujuan persiapan persalinan dan laktasi adalah untuk

meningkatkan kesehatan yang optimal menjelang persalinan dan

segera dapat memberikan laktasi. ( Manuaba, 1998 : 136 ).

e. Menghitung Gerakan Janin/FMC

FMC yaitu menghitung gerakan janin secara sederhana dan dapat

digunakan pada semua ibu hamil. Dimulai pada umur kehamilan 34-36

minggu tetapi untuk yang beresiko pada umur kehamilan 28 minggu,

dengan cara sebagai berikut :

1) Letakan 10 uang logam dalam mangkok

2) Keluarkan dan letakan diatas meja

3) Masukan kembali uang logam kedalam mangkok setiap kali bayi

bergerak
20

Apabila tidak seluruh uang logam kembali kedalam mangkok

selama 12 jam segera panggil bidan dan normalnya janin dapat bergerak

minimal 10 kali dalam waktu 12 jam. (Varney, 1997:291).

f. TandaBahaya Pada Kehamilan

1) Tanda-tanda Bahaya Kehamilan

a) Perdarahan pervaginam

b) Sakit kepala yang berlebihan menetap dan tidak hilang

c) perubahan visual secara tiba-tiba, pandangan kabur

d) Janin tidak bergerak seperti biasa

e) bengkak pada muka dan tangan

f) Nyeri abdomen yang hebat (Varney, 1997)

2) Postur tubuh yang baik dan body mekanik selama kehamilan

Gunanya untuk menghindari ketidaknyamanan yang sering

terjadi pada kehamilan seperti sakit punggung, dengan cara :

a) Berjongkok untuk mengangkat setiap benda agar kaki atau paha

bukan punggung yang akan menambah beban dan tegangnya

b) Lebarkan kaki dan satu kaki sedikit didepan kaki yang lain pada

waktu membungkuk agar agar terdapat keseimbangan pada waktu

bangkit dari jongkok.

c) Posisi yang nyaman pada waktu istirahat berbaring miring ke kiri

atau duduk diantara kakinya diberi bantal duduk dengan punggung


21

lurus dan bangkit dari tempat tidur dengan berbaring terlebih

dahulu.

g. Ketidaknyamanan Dalam Trimester III

Tabel 2.3 Ketidaknyamanan dalam Trimester III

Ketidak
No Fisiologi Intervensi
Nyamanan
1 Sesak Nafas Diafragma terdorong Posisi bantal bila tidur
keatas menggunakan ekstra
bantal, hentikan merokok,
konsultasi.
2 Insomnia Gerakan janin, keram Sering berkomunikasi
(pada minggu- otot, sering buang air dengan sahabat atau suami
minggu kecil
terakhir)
3 Rasa khawatir Gangguan hormonal, Relaksasi, massasse
dan cemas penyesuaian hormonal, uterus, minum susu
khawatir menjadi seorang hangat, tindur ganjal
ibu setelah persalinan bantal pada bagian tubuh
4 Rasa tidak Pembesaran uterus Istirahat, relaksasi, siapkan
nyaman dan terutama pada waktu tubuh, lapor petugas
tertekan pada berdiri dan berjalan, serta kesehatan
perineum akibat gemeli.
5 Kontraksi Kontraksi uterus Istirahat, tehnik pernafasan
brakton hiks mempersiapkan
persalinan
6 Kram betis Karena penekanan pada Cek apakah ada tanda
syaraf yang terkait hormone, bila tidak ada
dengan uterus yang lakukan massasse dan
membesar, perubahan kompres hangat pada kram
kadar kalsium, fosfor, yang terkena
keadaan ini diperparah
oleh kelelahan sirkulasi
darah yang buruk, akibat
minum susu lebih1
22

ltr/hari
7 Konstipasi Gerakan seluruh Minum air putih minimal 8
(sembelit) pencernaan melambat, gelas perhari, banyak
oleh progesterone memakan sayuran dan
meningkatkan absorpsi buah-buahan berserat,
air, usus tertekan oleh minum air hangat untuk
uterus, juga sering kali meningkatkan peristaltic
akibat minuman usus, jangan menggunakan
supplement zat besi obat pencahar dan
sejenisnya tanpa konsultasi
8 Sering kencing Gangguan fungsi Upayakan kencing teratur,
dan tidak bisa kandung kemih akibat latihan kaegel, kurangi
ditahan perubahan vaskuler yang minum sebelum tidur
berhubungan dengan
hormonal dan volume
kandung kencing
mengecil akibat terdorog
rahim serta presentasi
janin
9 Sakit pinggang Karena pergeseran dari Langkah uperingannanya
pada bagian titik gaya berat akibat adalah posisi tubuh yang
belakang uterus yang membesar baik, gerak tubuh yang
tepat saatmengangkat,
memakai sepatu bertumit
rendah dan memakai
korset penompang perut
10 Keputihan Serviks terrangsang oleh Sulit dicegah, pakai
(sering, kadang hormone sehingga pembalut, jaga kebersihan
selama menebal, hiperaktif dan vulva, sering ganti pakaian
kehamilan mengeluarkan banyak dalam. Kalau gatal, berbau
berlangsung) lendir dan ada perubahan warna
lender, segera periksa.
11 Edema kaki Berdiri dan duduk lama, Asupan cairan dibatasi
sampai tungkai postur tubuh jelek, tidak sehingga berkemih
latihan fisik, baju ketat secukupnya saja, istirahat
dan cuaca panas. posisi kaki lebih tinggi
dari kepala.
23

Sumber (Salmah, 2006 : 73 – 74)

2. Pemeriksaan Ibu Hamil

Pemeriksaan ibu hamil terdiri dari :

a. Anamnesa

Identitas istri dan suami, keluhan-keluhan, haid, kehamilan, persalinan,

kebiasaan dan lain-lain.

b. Inspeksi dan pemeriksaan fisik

Keadaan ibu, tanda-tanda vital, pemeriksaan seluruh tubuh dan sebagainya.

c. Palpasi

Setelah ibu hamil tidur terlentang dilakukan pemeriksaan palpasi

terutama pada pemeriksaan perut dan payudara dengan posisi pemeriksa di

sebelah kanan ibu dan menghadap ke muka ibu.

Palpasi menurut leopold

Leopold 1 : Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam

fundus, konsistensi uterus.

Leopold 2 : Menentukan bagian kanan rahim, menentukan letak

punggung janin, menentukan dimana kepala janin (pada

letak lintang).

Leopold 3 : Menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian terbawah

sudah masuk atau masih goyang.

Leopold 4 : Menentukan bagian terbawah janin, seberapa jauh sudah

masuk pintu atas panggul.


24

Menurut Saifuddin (2002), besar uterus dan tinggi fundus uteri sesuai

usia kehamilan.

Tabel 2.4 Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus dan tinggi fundus

uteri.

Akhir Bulan Besar Uterus Tinggi Fundus Uteri


1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi)
2 Telur bebek Di belakang symphysis
3 Telur angsa 1-2 jari diatas symphysis
4 Kepala bayi Pertengahan symphysis dan pusat
5 Kepala dewasa 2-3 jari dibawah pusat
6 Kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat
7 Kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat
8 Kepala dewasa Pertengahan pusat dan processus
xyphoides
9 Kepala dewasa 3 jari dibawah Px atau sampai
setinggi Px
10 Kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan
namun melebar ke samping
Sumber : Saifuddin (2002)

Cara lain untuk menentukan kehamilan dan berat badan janin dalam

kandungan :

a. Dihitung dari tanggal haid terakhir

Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “feeling

life” (quickening).
25

b. Menurut Spiegelberg, dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari

symphysis, maka diperoleh :

22 – 28 mgg : 24 – 25 cm diatas symphysis

28 mgg : 26,7 cm diatas symphysis

30 mgg : 29,5 – 30 cm diatas symphysis

32 mgg : 29,5 – 30 cm diatas symphysis

34 mgg : 31 cm diatas symphysis

36 mgg : 32 cm diatas symphysis

38 mgg : 33 cm diatas symphysis

40 mgg : 37,7 cm diatas symphysis

c. Menurut Mc. Donald adalah memodifikasi Spiegelberg yaitu jarak fundus

symphysis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

d. Rumus Johnson – Tausuk : BB = (mD - 12) x 155, dimana BB: berat

badan, mD : jarak symphysis – fundus uteri.

e. Auskultasi

Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk

mendengarkan denyut jantung janin (DJJ), yang dapat kita dengarkan

adalah :

1) Dari janin : - DJJ pada bulan ke 4 – 5

- Bising tali pusat

- Gerakan dan tendangan janin

-
26

2) Dari Ibu : - Bising rahim

- Bising aorta

- Peristaltik usus

3) Pemeriksaan dalam

Manfaat dari pemeriksaan dalam adalah :

a) Mengetahui bagian terbawah janin

b) Apabila bagian terbawah kepala dapat ditentukan posisi ubun-

ubun kecil, ubun-ubun besar, dagu, hidung, mulut dan sebagainya.

c) Apabila sungsang dapat diraba anus, sacrum dan tuber ischii.

d) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, caput

sacsedanum dan sebagainya.

e) Secara umum dapat dievakuasi keadaan vagina, serviks, panggul.

f) Palvimetri klinik.

Pemeriksaan dalam dengan menggunakan jari telunjuk dan

tengah dengan mencoba meraba promontorium.

Indikasi pemeriksaan dalam :

a) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau

persalinan sebelum ditinggalkan oleh penolong.

b) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat

ditentukan.

c) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.

d) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.


27

e) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif.

B. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

1. Wewenang bidan dalam Asuhan Kehamilan

a. Standar Kompetensi Bidan

Kompetensi ke 3 Asuhan Konseling Selama Kehamilan : Bidan

memberi asuhan yang meliputi : deteksi dini, pengobatan atau rujukan dan

komplikasi tertentu.

1) Pengetahuan Dasar

a) Anatomi dan fisiologi tubuh manusia

b) Siklus menstruasi dan proses konsepsi

c) Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

d) Tanda dan gejala kehamilan

e) Mendiagnosa kehamilan

f) Perkembangan normal

g) Kompetensi riwayat kehamilan

h) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal

i) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran

atau tinggi fundus uteri.

j) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis

gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus iminens, molla


28

hydatidosa dan komplikasinya kehamilan ganda, kelainan letak

serta pre ekslamsia.

k) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti haemoglobin

dalam darah, test gula, protein, aceton, dan bakteri urine.

l) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik,

ketidaknyamanan yang lazim pertumbuhan fundus uteri yang

diharapkan.

m) Pertumbuhan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak

kehamilan terhadap keluarga.

n) Penyuluhan dalam kehamilan : perubahan fisik, perawatan buah

dada, ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan

dan aktifasi (selama hamil).

o) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.

p) Penatalaksanaan imunisasi pada wanita hamil.

q) Pertumbuhan dan perkembangan janin.

r) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.

s) Persiapan keadaan dan rumah atau keluarga untuk menyambut

kelahiran bayi.

t) Tanda-tanda dimulainya persalinan.

u) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui.

v) Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan

persalinan dan kelahiran.


29

w) Mendokumentasikan temuan-temuan dan asuhan yang diberikan.

x) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan.

y) Penggunaan obat-obat tradisional, ramuan yang aman untuk

mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan.

z) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol dan

obat terlarang bagi wanita hamil dan janin.

aa) Akibat yang ditimbulkan / ditularkan oleh binatang tertentu

terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmosis.

bb) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa,

seperti pre ekslamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature

dan anemia berat.

cc) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktifitas janin.

2) Pengetahuan Tambahan

a) Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam

kehamilan seperti asma, insfeksi, HIV, penyakit menular seksual

(PMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur atau serotinus.

b) Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi

kehamilan dan janinnya.

3) Keterampialn Dasar

a) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisa pada setiap kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil.


30

b) Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan

lengkap.

c) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk

pengukuran tinggi fundus uteri/ posisi/ presentasi dan penurunan

janin.

d) Melakukan penilaian pelvic, ternmasuk struktur dan ukuran tulang.

e) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung

janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin

dengan palpasi uterus.

f) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.

g) Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan

pertumbuhan janin.

h) Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan.

i) Memberikan penyuluhan pada klien/ keluarga mengenai tanda-

tanda bahaya dan serta bagaimana menghubungi bidan.

j) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dan dengan anemia ringan,

hyperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminens dan pre

ekslamsia ringan.

k) Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi

ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan.

l) Memberikan imunisasi pada ibu hamil.


31

m) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan

penanganan yang tepat dari :

(1) Kekurangan gizi

(2) Pertumbuhan gizi yang tidak adekuat : SGA & LGA

(3) Pre ekslamsia dan hypertensi

(4) Perdarahan per vaginam

(5) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm

(6) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm

(7) Kematian janin

(8) Adanya oedema yang signifikan, sakit kepala yang hebat,

gangguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan

tekanan tinggi

(9) Ketuban pecah sebelum waktunya

(10) Persangkaan pholyhidramnion

(11) Kelainan kongenital pada janin

(12) Diabetes mellitus

(13) Hasil laboratorium yang tidak normal

(14) Persangkaan pholyhidramnion, kelainan janin

(15) Infeksi pada ibu hamil, seperti : PMS, vaginitis, infeksi saluran

perkemihan dan saluran nafas.

n) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran

dan menjadi orang tua.


32

o) Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku

kesehatan selama hamil, seperti : nutrisi, latihan (senam), keamanan

dan berhenti merokok.

p) Penggunaan secara aman jamu/ obat-obatan tradisional yang

tersedia.

4) Keterampilan Tambahan

a) Menggunakan Dopler untuk memantau DJJ

b) Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap

penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar

local dan sumber daya tersedia

c) Melaksanakan kemampuan LSS dalam manajemen pasca abortion.

b. Standar Pelayanan Kebidanan (2001)

1) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Pernyataan Standar :

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi

ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.


33

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Pernyataan Standar :

Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan

meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama

untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga

harus mengenal kehamilan resti/kelainan anemia, kurang gizi,

hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanna imunisasi,

nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang

diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada

setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuk untuk tindakan

selanjutnya.

3) Standar 5 : Palpasi Abdominal

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin

dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari

kelainan serta rujukan tepat waktu.

4) Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Pernyataan standar :
34

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penerimaan, pegangan dan atau

rujukan semua kasusu anemia pad kehamilan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsi, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

6) Standar 8 : Persiapan Persalinan

Pernyataan standar :

Bidan memberikan sran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta

keluarganya pada trimester tiga, untuk memastikan bahwa kepada

persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang

menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapn

transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan

gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk

hal ini.

c. Kepmenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010. tentang registrasi dan

praktik bidan

Wewenang bidan menurut Keputusan Menkes / PER / X / 2010

tentang registrasi dan praktik bidan.


35

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan Kesehatan Ibu

2) Pelayanan Kesehatan Anak

3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10

1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan anternatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui dan

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.


36

C. Konsep Dasar Teori Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalianan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan

jalan lain. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

nyang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Menurut Wiknjosastro persalinan adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia

luar. Menurut Prawiroharjo (2002) persalinan adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalm uterus melalui vagina ke dunia luar.

Menurut Saifudin (2002) persalina adalah proses membuka dan menipisnya

serviks, dan janin turun kedalam jalan lahir. Menurut JNPK-KR (2002)

persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi

dan plasenta dari rahim ibu.

Jadi dapat disimpulkan persalinan adalah proses alamiah dimana

serviks dapat membuka menipis yang disertai keluarnya hasil konsepsi (janin

dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar melalui jalan lahir atau jalan lain

dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2. Jenis-Jenis Persalinan

Persalinan bisa dikelompokan sebagai berikut :

a. Menurut cara persalinan


37

Menurut cara persalinannya, persalinan dibagi menjadi dua bagian :

1) Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri,

tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 2 jam.

2) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

3) Episotomi

Episotomi adalah suatu tindakan bantuan persalinan berupa

insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya lapisan selaput

lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,

otot-otot dan fascia perineum, serta kulit sebelah depan perineum

(Johan, 2006).

Menurut Panhar (2005) seharusnya episotomi dilakukan pada

ibu primipara dengan perineum kaku. Episotomi ini dilakukan untuk

mengurangi resiko terjadinya ruptur perineum yang dapat mnyebabkan

infeksi post partum yang merupakan salah satu penyebab kesakitan

dan kematian ibu bersalin juga penyembuhan luka akan lebih lama.
38

b. Menurut tua (umur) kehamilan

Menurut tuanya umur kehamilan, persalinan bisa dikelompokan

sebagai berikut :

1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viabel) – berat janin dibawah 1000 gram – tua kehamilan

dibawah 28 minggu.

2) Partus prematurus adalah persalian dari hasil konsepsi pada kehamilan

28 -36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berta janin antara

1000 – 2500 gram.

3) Partus Maturus atau aterm (cukup bulan) adlah persalinan pada

kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2500

gram.

4) Partus Postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu

atau lebi dari waktu persalinan yang ditaksirkan.

5) Partus Precipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat, mungkin

dikamar mandi, di atas becak dan sebagainya.

6) Partus percobaan adalah suatu penilain kemajuan persalinan untuk

memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik.

3. Sebab-Sebab yang Menimbulkan Persalinan

Menurut Mochtar, sebab-sebab terjadinya persalinan belum diketahui

benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain

dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, pengaruh tekanan pada


39

saraf dan nutrisi. Adapun teori-teori yang dapat menimbulkan persalinan

adalah sebagai berikut :

a. Teori penurunan hormon : 1-2 minggu sebelum persalinan mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja

sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan

kekejanagan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron

turun.

b. Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar estrogen

dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini

akan menimbulkan kontraksi.

c. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi

utero plasenter.

d. Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale

(fleksus frankenhauser), bila ganglion digeser dan ditekan, misalnya oleh

kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi partus (induksi of labour) : partus dapat pula ditimbulkan dengan

jalan :

1) Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.

2) Amniotomi : pemecahan ketuban.

3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infus.


40

4. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat

menyebabkan terjadinya kontraksi otot-otot rahim, sehingga menyebabkan :

a. Ligtening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat

menimbulkan sesak dibagian bawah, diatas simfisis pubis dan sering ingin

kencing karena kandung kemih tertekan kepala.

b. Perut lebih lebar dan fundus uteri turun.

c. Terjadi perasaan sakit didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot-otot

rahim dan tertekannya fleksus frankenhauser yang terletak di sekitar

serviks (tanda persalinan palsu – false labour).

d. Terjadinya pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot-otot rahim.

e. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.

5. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda-tanda persalinan sudah masuk diantaranya :

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Pada pemeriksaan darah : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.


41

6. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persalinan

Faktor-faktor yang dapat berperan dalam persalinan adalah sebagai

berikut :

a. Kekuatan mendorong janin keluar (power)

1) His

His merupakn kontraksi pada otot-otot rahim

2) Tenaga mengedan

Merupakan kontraksi dinding perut sehingga menimbulkan tekanan

intra abdominal :

a) Kontraksi dinding perut

b) Kontraksi diafragma

3) Kontraksi ligmentum rotundum

Ligmentum rotundum yang berfungsi untuk menyesuaikan antara jalan

rahim dan jalan lahir.

b. Faktor jalan lahir (passage)

1) Jalan lahir lunak : Otot dan ligmen

2) Jalan lahir tulang : Pintu atas panggul dan pintu bawah panggul

c. Faktor penumpang (passanger)

1) Placenta

2) Bayi

3) Air ketuban
42

d. Faktor psikis

Keadaan ibu selama berlangsungnya proses persalinan

e. Faktor physician

Orang yang melakukan pertolongan saat persalinan. Misalnya bidan atau

dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

7. Pembagian Tahap Persalinan

a. Persalinan Kala I

Pembukaan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan pada multigravida 8 jam.

Berdasarkan kurve Friedman, diperhatikan pembukaan pada

primigravida 1 cm/jam dan pada multigravida 2 cm/jam. Dengan

perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase :

1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai

pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase :

a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan berlangsung

cepat menjadi 9 cm.


43

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam,

pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1

Waktu (Jam)

Gambar 2.1 Sevikogram

Keterangan : 2 = Periode aselerasi

3 = Periode dilatasi maksimal

4 = Periode deselerasi

5 = Kala II

b. Persalinan kala II atau kala pengusiran

Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada

multi. Gejala utama kala II (pengusiran) adalah :

1) His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50

sampai 100 detik.


44

2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi :

a) Kepala membuka pintu

b) Subbociput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir

ubun-ubun besar, dahi, hidung dan kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan :

a) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, ditarik curam

ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan curam ke atas untuk

melahirkan bahu belakang.

b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa

badan bayi.

c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan untuk multigravida

30 menit.
45

c. Persalinan kala III

Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah kala II,

kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi

sudah mulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda di bawah ini :

1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi perdarahan.

Menurut Saifuddin (2002) langkah-langkah inti manajemen aktif

kala III persalinan adalah sebagai berikut :

1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin

2) Memberikan oksitosin

3) Melakukan penanganan tali pusat terkendali (PTT)

4) Masasae fundus

Tabel 2.7 Manajemen Aktif Kala Tiga Persalinan

Langkah- langkah inti Deskripsi dan keterangan

Jepit dan gunting tali Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai
pusat sedini mungkin proses pelepasan plasenta
46

Memberikan oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang


mempercepat pelepasan plasenta.
1. Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika
kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih
dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal.
2. Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit
setelah kelahiran bayi jika hanya ada
seorang petugas tunggal dan hanya ada bayi
tunggal.
3. Oksitosin 10 U IM dapat diulang setelah 15
menit jika plasenta masih belum lahir.
4. Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang
puting payudara ibu atau berikan ASI pada
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
Melakukan penegangan PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu
tali pusat terkendali sudah terlepas :
atau PTT 1. Satu tangan diletakkan pada korpus uteri
(CCT/Controled Cord tepat diatas simfisis pubis. Selama
Traction) komntraksi tangan mendorong korpus uteri
tepat dengan gerakan dorso carnial ke arah
belakang dan kearah kepala ibu.
2. Tangan yang satu memegang tali pusat
dekat pembukaan vagina dan melakukan
tarikan tali pusat yang terus menerus, dalam
tegangan yang sama dengan tangan ke
uterus selama kontraksi.
PTT dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
47

kontraksi. Ketika uterus sedang tidak


berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada
pada uterus, tetapi bukan melakukan TT.
Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap
kontraksi sampai plasenta terlepas.
Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dari
jalan lahir dengan menggerakan tangan atau
klem pada tali pusat mendekati plasenta,
keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah
dan ke atas sesuai jalan lahir. Kedua tangan
dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk
mengeluarkan selaput ketuban.

Massase fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya


dilahirkan, massase fundus agar menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
postpartum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat
selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat
terjadi, mulailah segera melakukan kompresi
bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam
waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk
perdarahan postpartum.
48

d. Persalinan kala IV

Persalinan kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum.

Kala IV bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama setelah melahirkan.

Observasi yang dilakukan adalah :

1) Tingkat kesadaran klien

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, suhu

3) Kontraksi uterus

4) Perdarahan

Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi

400-500 ml.

Tabel 2.8Lamanya Persalinan Primigravida dan Multigravida

Primigravida Multigravida
Kala I 10-12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa 11- 14 jam 8-10 jam
memasukkan kala IV
yang bersifat
observasi)
49

8. Mekanisme Persalinan

Masuknya kepala melintasi PAP dapat dalam keadaan sinklitismus

ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP. Dapat pula

kepala masuk dalam keadaan asinklitismus yaitu arah sumbu kepala janin

miring dengan bidang PAP. Akibat kepala janin yang tidak simetris dengan

sumbu lebih mendekati subokciput maka tekanan oleh jaringan dibawahnya

terhadap kepala yang akan menurun menyebabkan kepala fleksi di dalam

rongga panggul. Dengan fleksi kepala janin memasuki dasar panggul kepala

janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.

Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan

dari belakang atas ke bawah depan akibat kombinasi elastisitas diafragma

pelvis dan tekanan intra uterin maka kepala mengadakan rotasi yang disebut

putaran paksi dalam. Dengan adanya kepala mengadakan rotasi maka ubun-

ubun kecil berada dibawah sympisis maka subokciput sebagai hipomoclion.

Kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan dengankekuatan

his bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi,

muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala megadakan rotasi yang disebut

putaran paksi luar. Putaran paksi ini ialah gerakan kembali sebelum putaran

paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung

anak.

Bahu melintasi PAP dan kemudian miring. Didalam rongga panggul

bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya


50

sehingga didasar panggul apabila kepala telah dilahirkan. Bahu akan berada

pada posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih

dahulu baru kemudian bahu belakang. Demikian dilahirkan trokhenter depan

terlebih dahulu, baru kemudian trokhenter belakang kemudian bayi lahir

seluruhnya (Saifuddin, 2002).

9. Pimpinan Persalinan Normal

Pimpinan persalinan normal dari kala I sampai kala IV :

a. Kala I

Kala I adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta

menanamkan semangat diri kepada wanita ini bahwa proses persalinan

adalah fisiologis.

Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan

ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk

atau berjalan-jalan. Bila berbaring, sebaiknya ke sisi mana punggung

berada. Pada kala pembukaan dilarang mengedan, karena belum waktunya

dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Kala I berakhir apabila

pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

b. Kala II

Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk ke

dalam ruang panggul. Ketuban menonjol biasanya akan pecah sendiri. Bila

belum pecah harus dipecahkan. His datang lebih sering dan kuat, lalu
51

timbullah his mengedan. Penolong harus sudah siap untuk memimpin

persalinan.

Bila kepala janin asmapai di dasrar pangul, vulva mulai terbuka

(membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Tiap his lebih maju, adanya

tekanan anus dan perineum menonjol. Penolong harus menahan perineum

dengan tangan kanan, yang beralaskan kain kasa atau kain duk steril supaya

tidak terjadi robekan dan tangan kiri menekan kepala bayi unuk

mengendalikan kelahiran bayi supaya idak terjadi hiperdefleksi.

c. Kala III

Pada kala ini penolong memimpin klien untuk melahirkan plasenta.

Klien masih merasakan mules, tanda-tanda peleasan plasenta sudah ada.

Penolong melahirkan plasenta dan perdarahan terus diawasi, selanjutnya

melakukan manajemen aktif kala III.

d. Kala IV

Dalam kala IV penolong masih menemani klien selama 2 jam untuk

mengawasi perdarahan, kontraksi uterus, kandung kemih dan memeriksa

keadaan bayi dan ibunya.

10. Posisi Ibu dalam Bersalin

Posisi ibu pada saat persalinan adalah sebagai berikut :

a. Posisi litotomi : adalah posisi yang umum dimana waktu wanita terbaring

terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan

dan kiri.
52

b. Posisi duduk (squading position) : posisi duduk telah dikembangkan

sekarang ini di negara-negara Amerika Latin. Untuk itu di buat meja

bersalin khusus dimana wanita dapat duduk sambil melahirkan.

11. Pendokumentasian Pada Asuhan Kebidanan

a. Subjektif

Data asubjektif adalah data yang menurut prespektif klien di

peroleh dari anamnesis (anamnesa langsung atau tidak langsung). (PPKC,

2003). Data subjektif yang harus diperoleh diantaranya :

1) Biodata klien

2) Keluhan

3) Riwayat kehamilan sekarang

4) Riwayat penyakit

5) Riwayat sosial ekonomi

b. Objektif

Data objektif adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

fisik klien, serta pemeriksaan diagnostik dan penunjang lain. (PPKC,

2003).

Data objektif tersebut diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan diagnostik dan penunjang lain yang terdiri dari :

1) Melihat keadaan umum dan kesadaran

2) Memeriksa tanda-tanda vital

a) Tekanan darah
53

b) Nadi

c) Respirasi

d) Suhu

3) Melakukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki

4) Melakukan pemeriksaan obstetri

a) Palpasi

b) Auskultasi

c) Perkusi

d) Pemeriksaan dalam

5) Kelahiran bayi

a) Sangga

b) Susur

c) Usap

6) Melakukan Manajemen Aktif Kala Tiga

7) Evaluasi kehilangan darah

8) Memeriksa adanya laseras.

c. Analisa

Analisa adalah analisis berdasarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat diidentifikasi. (PPKC,

2003).

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul kemudian di dapatkan

Analisa yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :


54

1) Diagnosis / masalah.

2) Antisipasi dagnosis / masalah potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /

kolaborasi dan rujukan.

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah gambaran pendokumentasian dari tindakan

dan evaluasi rencana yang telah dilaksanakan termasuk hasil observasi dan

evaluasi. (PPKC, 2003).

D. Konsep Dasar Asuhan Persalinan

1. Standar Pertolongan Persalinan Menurut Standar Pelayanan Kebidanan

(SPK)

Berdasarkan Departemen Kesehatan RI (2002) terdapat empat standar

dalam standar pertolongan persalinan seperti berikut :

a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I

Pernyataan standar :

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

mamerikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan

kebutuhan klien selama proses persalinan berlangsung.

b. Standar 10 : Persalinan Kala II Yang Aman

Pernyataan standar :
55

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan

dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Pernyataan standar

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

d. Standar 12 : Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Amelaui Episotomi

Pernyataan standar

Bidan mengenali secara tepat tanda- tanda gawat janin pada kala II yang

lama dan segera melakukan episotomi dengan aman untuk memperlancar

persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.

2. Kebijakan Program

Persalianan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks,

lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Pada bahasan berikut akan memberi

gambaran mengenai asuahn pada ibu bersalin selama kala I, II, III, IV dan

asuhan pada bayi baru lahir.

a. Kala I Persalinan

1) Batasan

Kala I persalian dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks hingga pembukaan lengkap, yang terbagi dalam dua

fase, yaitu fase laten dan fase aktif.


56

2) Asuhan yang diberikan

a) Menyiapkan Kelahiran

Terdapat beberapa poin yang menunjang dalam asuhan

menyiapkan kelahiran, diantaranya :

(1) Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi dengan

tujuan untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana

memadai dan upaya pencegahan infeksi yang dilaksanankan

sesuai dengan standar yang ditetapkan.

(2) Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan

essensial dengan tujuan untuk mengurangi risiko terjadinya

penyulit pada ibu dan bayi baru lahir.

(3) Menyiapkan rujukan, dengan tujuan untuk mengurangi bahaya

yang mungkian timbul pada ibu maupun bayi yang diakibatkan

karena keterlambatanmerujuk ke fasilitas kesehatan.

(4) Memberikan asuah sayang ibu yang bertujuan untuk mengurangi

ketenangan yang mungkin terjadi pada ibu bersalin dengan cara :

(a) Memberikan dukunangan emosional.

(b) Membantu mengatur posisi.

(c) Memberikan cairan dan nutrisi.

(d) Keleluasaan untuk ke kamar mandi secara teratur.

(e) Pencegahan infeksi


57

(f) Melakukan upaya pencegahan infeksi yang bertujuan untuk

mengurangi risiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme

yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya.

b) Anamnesis dan Pemeriksaan Rutin Bagi Ibu Yang Sedang Bersalin

Tujuan dari anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang

riwayat kesehatan dan kehamilan, sehingga nformasi ini digunakan

dlam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis

dan mengembangkan rencana asuahan. Sedangkan pemeriksaan fisik

bertujuan untuk menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan

bayinya sehingga informasi ini dikumpulkan bersama dengan hasil

anamnesis untuk menentukan diagnosis.

c) Mengenalai Masalah dan Penyulit Secara Dini

Penolong harus waspada terhadap masalah atau penyulit yang

mungkin terjadi untuk mengurangi risiko kematian dan kesakitan ibu

dan bayi baru lahir.

d) Menggunakan Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan yang bertujuan untuk :

(1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.


58

(2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini

setiap kemungkinan terjadinya pertus lama.

b. Kala II Persalinan

1) Batasan

Kala II persalinan dimulai ketika pembkaan serviks lengkap (10

cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.

2) Asuahan yang diberikan

a) Persiapan Ibu dan Keluarga

(1) Asuhan Sayang Ibu.

(2) Anjurkan keluarga untk mendampingi ibu selama persalinan dan

kelahiran.

(3) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan ibu. Seperti

membantu dalam posisi, melakukan pemijatan, memberikan

makanan dan minuman, berbicara serta memberikan semangat

selama persalinan dan kelahiran bayinya.

(4) Memberikan semangat dan dukungan ada ibu dan anggota

keluarganya.

(5) Tentramkan hati ibu selama kala II persalinan.

(6) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.

(7) Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk meneran

apabila ada dorongan kuat untuk meneran.


59

(8) Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan.

(9) Berikan rasa aman, semangat dan tentramkan hati ibu selama

proses persalianan berlangsung.

(10) Membersihkan perineum.

(11) Pengosongan kandung kemih

b) Amniotomi

Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap,

lakukan amniotomi.

c) Penatalaksanaan Fisiologi Kala II Persalinan

(1) Memulai meneran

Bila sudah didapatkan tanda pasti kala II persalinan,

tunggu sampai ibu merasakan dorongan spontan untuk meneran.

Pantau kondisi ibu dan bayi diantaranya :

(a) Nadi ibu setiap 30 menit

(b) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit

(c) Denyut jantung janin setiap selesai meneran

(d) Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen

(periksa luar) setiap 30 menit dan periksa dalam sikap 60

menit atau kalau ada indikasi

(e) Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah

(f) Memeriksa apakah ada presentasi majemuk atau tidak


60

Memberitahu ibu cara meneran diantaranya :

(a) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan

alamiahnya selama kontraksi.

(b) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas saat meneran.

(c) Anjurkan ibu unuk berhenti meneran dan beristirahat

diantara kontraksi.

(d) Anjurkan ibu untuk berbaring miring atau setengah duduk.

(e) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.

(2) Posisikan ibu saat meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman

baginya dengan catatan hindari posisi telentang, karena berat

uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dll) akan

menekan vena cava inferior sehingga aliran darah berkurang dan

menyebabkan hipoksia pada janin.

(3) Kelahiran bayi

(a) Posisikan ibu saat melahirkan senyaman mungkin (kecuali

posisi telentang tidak dianjurkan).

(b) Pencegahan laserasi dengan menggunakan manuver tangan

pada saat kepala membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan kain bersih dibawah bokong ibu untuk melindungi


61

perineum dan mengendallikan keluarnya kepala bayi dengan

hati-hati.

(c) Lahir kepala, usap muka dengan kasa bersih pada bagian

mulut dan hidung dari lendir dan darah.

(d) Periksa tali pusat pada leher, jika terdapat lilitan longgar

lepaskan melewati kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher

dengan erat, klem di dua tempat dan potong tali pusat

diantara dua klem tersebut.

(e) Melahirkan bahu dengan meletakkan satu tangan pada

masing-masing sisi kepala bayi dan beritahu ibu untuk

meneran pada kontraksi berikutnya kemudian lakukan

tarikan perlahan ke bawah dan luar secara lembut sampai

bahu anterior tampak di bawah arcus pubis, angkat kepala

bayi ke arah atas dan luar untuk melahirkan bahu posterior

bayi.

(f) Melahirkan sisa tubuh bayi dengan teknik sangga susur

untuk menahan tubuh bayi saat lahir.

(g) Mengeringkan dan merangsang bayi, nilai nafas, jantung,

warna kulit, rangsangan taktil dan nadi. Pastikan bagian

kepala bayi tertutup dengan baik.

(h) Memotong tali pusat


62

Klem 3 cm dari pusat kemudian 2 cm dari klem pertama ke

arah ibu dan potong tali pusat diantara kedua klem tersebut.

Ganti handuk yang basah dan selimuti bayi dengan selimut

atau kain bersih dan kering, dengan membiarkan pusat bayi

yang masih diklem terbuka, berikan pada ibu untuk dipeluk

dan diberi ASI.

(i) Dokumentasikan setiap temuan dan asuahn yang diberikan.

c. Kala III Persalinan

1) Batasan

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

2) Asuhan yang diberikan

a) Pemberian Suntikan Oksitosin

(1) Letakan kain bersih diatas perut ibu.

(2) Memberitahu ibu bahwa akan disuntik.

(3) Paling lambat 2 menit setelah bayi lahir, segera suntikan

oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.

b) Peregangan Tali Pusat Terkendali

(1) Berdiri disamping ibu.

(2) Pindahkan klem sekitar 5-10 cm dari vulva.

(3) Tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas tulang pubis dan

periksa uterus jika kontraksi kuat tegangkan tali pusat, kemudian


63

tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah

dan atas (dorso-kranial) korpus.

(4) Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu meneran sehingga

plasenta akan terdorong ke introitus vagina, dan tetap tegangkan

tali pusat.

(5) Pada saat plasenta terlihatdi Introitus Vagina teruskan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan pegang plasenta

dengan kedua tangan rata dan perlahan dengan lembut putar

plasenta hingga selaput terpilin.

(6) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan sampai

selaput ketuban lahir.

c) Pemijatan Fundus Uteri

(1) Meletakan tangan diatas fundus uteri

(2) Jelaskan tindakkan yang akan dilakukan dan menganjurkan pada

ibu untuk menarik nafas dan bersikap tenang.

(3) Dengan lembut tapi mantap, gerakan tangan secara memutar

pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi.

(4) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya

lengkap dan utuh.

(5) Periksa ulang uterus untuk memastikan bahwa uterus

berkontraksi dengan baik.


64

(6) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama

pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jamkedua pasca

persalinan.

(7) Selalu menganjurkan makan dan minum pada ibu dengan

bantuan keluarga.

(8) Dokumentasikan setiap temuan asuahan yang diberikan.

d. Kala IV Persalinan

1) Batasan

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu.

2) Asuhan yang Diberikan

Setelah lahirnya plasenta, maka ibu ibu memasuki kala IV

dengan asuhan yang diberikan seperi berikut :

a) Pemijatan uterus.

b) Evaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara

melintang antara pusat dan fundus uteri.

c) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya, apakah dari

laserasi atau episotomi).

e) Evaluasi kondisi ibu secara umum :


65

(1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

perdarahan yang terjadi dalam setiap 15 menit dalam satu jam

pertama dan 30 menit dalam jam kedua.

(2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus keras setiap 15 menit

dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam jam kedua.

(3) Pantau suhu tubuh ibu satu kali setiap jam selama dua jam

pertama.

(4) Nilai perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan 30

menit dalam jam kedua.

(5) Mengajarkan pada ibu untuk menilai kontraksi uterus.

(6) Minta anggota keluarga lain untuk memeluk bayi. Bersihkan dan

bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan

kering, atur posisi ibu agar lebih nyaman. Berikan kembali bayi

pada ibu untuk disusui setelah bayi diberikan asuhan esensial

bayi baru lahir, yaitu :

(a) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau klem plastik 1

cm dari pusat bayi, lakukan simpul kunci atau jepitkan

secara mantap.

(b) Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam

kom alat-alat bekas pakai.


66

(c) Selimuti kembali bayi (berikan pakaian) dengan kain bersih

dan kering. Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup

dengan baik.

(d) Memberikan tetes mata atau salep mata pada satu jam

pertama setelah kelahiran.

(e) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.

(f) Membersihkan alat yang sudah terkontaminasi dengan

antiseptic.

(g) Dokumentasikan semua temuan dan asuhan yang diberikan.

3. Tujuan Asuhan

a. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung

pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.

b. Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.

c. Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek waktu persalinan kala III, mencegah terjadi atonia uteri dan

retensi plasenta.

d. Mempercepat persalinan dengan melakukan episotomi jka ada tanda-tanda

gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.


67

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010

Pasal-pasal yang berhubungan dengan praktek bidan tentang Asuhan

Perslinan Normal menurut Kepmenkes RI Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010

BAB III yaitu :

a. Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan refroduksi perempuan dan keluarga berencana.

b. Pasal 10

1) Pelayanan kesehatan ibu sebaaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

di berikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi;

1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2) Pelayanan anternatal pada kehamilan normal

3) Pelayanan persalian normal

4) Pelayanan ibu nifas normal


68

5) Pelayanan ibu menyusui dan

6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) berwenang untuk;

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tigkat I dan II

c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu ekslusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum

h. Penyulihan dan konseling

i. Bimbingan pada ibu hamil

j. Pemberian surat keterangan kematian dan

k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

5. Wewenang Bidan Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Nomor

900/Menkes/SK/VII/2002

a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk

mendekatkan pelayanan kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu

hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
69

atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara tepat

waktu.

b. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus :

1) Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar profesi.

2) Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang

dilakukannya.

3) Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di wilayahnya.

4) Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan berupaya secara

optimal dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi atau janin.

c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada

masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan,

nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval).

d. Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah meliputi konseling untuk

remaja putri, konseling persiapan pranikah dan pemeriksaan fisik yang

dilakukan menjelang pernikahan. Tujuan dari pemberian pelayanan ini

adalah untuk mempersiapkan wanta usia subur dan pasangannya yang

akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi, sehingga dapat

berprilaku sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak.

e. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa

nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang

diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan,

karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa tersebut.
70

f. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya

bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah.

g. Dalam melaksanakan pertolongan persalinan bidan dapat memberikan

uterotonika.

h. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan

oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan

penundaan haid. Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada

dasarnya bersifat sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau tindak lanjut

pengobatan sesuai advis dokter.

i. Pelayanan kesehatan anak meliputi :

1) Pelayanan neonatal essensial dan tata laksana neonatal sakit diluar

rumah sakit yang meliputi :

a) Pertolongan persalinan yang traumatik, bersih dan aman.

b) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.

c) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas

spontan.

d) Memberi ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan.

e) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui

perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan

pemberian ASI ekslusif.

2) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-

28 hari.
71

3) Penyuluhan pada ibu tentang pemberian ASI ekslusif untuk bayi

dibawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi

diatas 6 bulan.

4) Pemantaun tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas

tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh

kembang balita.

5) Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan,

sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera

merujuk pada dokter.

j. Beberapa tindakan yang termasuk kewenangan bidan antara lain :

1) Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja

putri, calon pengantin, ibu dan bayi.

2) Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian

secara parental antibiotika pada infeksi/sepsis, oksitosin pada kala III

dan kala IV untuk pencegahan/penanganan perdarahan postpartum

karena hipotonia uteri, sedative pada preeklampsi dan eklampsi,

sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk.

3) Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4

cm pada letak belakang kepala, pada distosia karena inersia uteri dan

yakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam.

4) Kompresi bimanual internal dan/atau eksternal dapat dilakukan untuk

menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan postpartum untuk


72

menghentikan perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan

pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.

5) Versi luar pada gemeli pada kelahiran bayi kedua.

Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan

persalinannya di rumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak

diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat

melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi

kepala sesuai dengan protap.

6) Ekstraksi vakum pada bayi dengan kepala di dasar panggul demi

penyelamatan bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai kompetensi,

dapat melakukan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam bila janin

dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di

dasar panggul.

7) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia

Bidan diberi kewenangan melakukan resusitasi pada bayi baru lahir

yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama,

ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan

berat badan lahir rendah, utamanya bayi premature. Bayi tersebut

selanjutnya dirawat di fasilitas kesehatan, khususnya yang mempunyai

berat lahir kurang dari 1750 gram.


73

8) Hipotermi pada bayi baru lahir

Bidan diberi kewenangan untuk melaksanakan penanganan hipotermi

pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak

dini dengan metode kangguru.

E. Konsep Dasar Teori Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, 2001). Masa nifas berlangsung

selam 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulihnya alat kandungan pada keadaan normal.

2. Tahapan Masa Nifas

a. Immediate peurperium

Adalah keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam

postpartum.

b. Early peurperium

Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan masa nifas, waktu 1 hari

sampai 7 hari setelah persalinan.

c. Later peurperium

Adalah waktu 1 minggu sampai 6 minggu setelah melahirkan.


74

3. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas

Perubahan –perubahan fisiologis pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehinggaakhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.9 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
(Sumber : Mochtar, 1998)

2) Bekas implantasi uri : Placental bed mengecil karena kontraksi dan

menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan pada akhirnya

pulih.

3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

4) Endomentrium
75

Lapisan epitel endomentrium kecuali tempat implantasi placenta

mengalami regenerasi sempurna pada akhir minggu kedua postpartum.

5) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

a) Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonikum,

selama 2 hari persalinan.

b) Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochia alba : cairan putih, selama 2 minggu.

e) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

f) Lochiostatis : lochia tidak lancar keluarnya.

6) Serviks : setelah persalinan, agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang –kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk

rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7

hari hanya dapat dilalui 1 jari.


76

b. Perubahan sistem pencernaan

1) Perubahan usus kembali ke normal secara bertahap dan proses

pengembalian ini bisa lambat dengan adanya pengaruh penggunaan

analgesik.

2) Secara psikologis, pada umumnya nafsu makan ibu nifas turun akibat

nyeri di perineum sehingga dapat menghambat deveksi. Akibatnya

sering timbul gejala konstipasi pada minggu pertama postpartum.

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.

c. Perubahan sistem perkemihan

1) Dinding vesica urinaria memperlihatkan oedema dan memerah kadang

dapat menimbulkan retensi urin.

2) Dilatasi ureter dan pyelum ginjal akan kembali normal dalam waktu 2

minggu.

d. Perubahan sistem musculosceletal

1) Abdomen

Kulit dinding abdomen teregang selama kehamilan kemudian

kembali seperti semula beberapa minggu atau bulan kemudian.

2) Pelvis

Setelah janin dilahirkan, berangsur-angsur ligamentum,

diafragma dan fascia mengerut kembali seperti semula.

e. Perubahan sisitem endokrin

1) hCG,hPL, estriogen dan progesteron


77

Pada saat plasenta lepas dari dinding endometrium (kala III),

maka kadar hormon hCG,hPL, estrogen dan progesteron juga menurun

dengan drastis.

2) Prolaktin

Kadar prolaktin akan lebih meningkat bilamana bayi menyusui

dengan baik dan kadarnya dipertahankan tinggi selama periode laktasi.

3) Oksitosin

Rangsangan puting susu selama menyusui dapat menyebabkan

pelepasan oksitosin dari lobus posterior hipofisis yang berefek pada

timbulnya kontraksi sel-sel miopitel yang melapisi duktus laktiferus

dan akhirnya mengeluarkan air susu (let down of milk).

4) Ovulasi dan menstrulasi

Pada wanita yang menyusui bayinya, ovulasi jarang terjadi

sebelum 20 minggu dan mungkin tidak terjadi sampai 28 minggu pada

wanita yang meneruskan proses menyusuinya sampai 6 bulan.

f. Perubahan tanda-tanda vital

1) Suhu tubuh

Setelah anak lahir, suhu tubuh meningkat sampai 37,2 o C dapat

naik 0,5o C dari normal tapi tidak lebih dari 38o C bila tidak terjadi

infeksi.
78

2) Nadi

Berkisaran antara 60 – 80 denyut per menit.

g. Perubahan sistem kardiovaskuler

Cardiac output yang meningkat selama kehamilan dan persalinan

tiba-tiba menurun setelah hari pertama postpartum dan kembali ke normal

seperti sebelum hamil pada akhir minggu ketiga postpartum.

4. Tanda-tanda Bahaya pada Nifas

a. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan penglihatan.

b. Pembengkakan pada muka dan tangan.

c. Demam, pengeluaran cairan dari vagina yang berbau busuk, perdarahan

yang banyak secara tiba-tiba.

d. Terasa nyeri pada bagian bawah perut dan punggung.

e. Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas, dan puting pecah-

pecah atau lecet.

f. Adanya kesulitan menyusui pada bayinya.

g. Terasa sakit atau panas saat buang air kecil.

h. Sulit untuk buang air besar, wasir.

i. Kaki terasa sakit.

5. Adaptasi Psikologis Ibu dalam Masa Nifas

Pada postpartum terjadi adaptasi psikososial menurut Rubin terbagi

menjadi 3 tahap :
79

a. Masa Taking In

Masa ini terjadi 2-3 hari pasca salin, ibu yang baru ini bersikap

pasif dan sangat tergantung, segala energinya difokuskan pada

kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang persalinanya

secara berulang-ulang.

b. Masa Taking On

Masa ini terjadi 3-4 hari pasca salin, ibu menjadi khawatir akan

kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai

ibu semakin besar. Ibu berupaya untuk menguasai ketermpilan perawatan

bayinya.

c. Masa Letting Go

Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudah pulang dari RS dan

melibatkan keluarga. Ibu mengambil langsung tanggung jawab dalam

ketergantungannya dan khususnya interaksi sosial.

6. Asuhan dalam masa nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

statusibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah mendeteksi dan

menanganimasalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.10 Frekuensi kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas
setelah karenaautonia uteri
80

persalinan  Mendetnksi dan merawat penyebab


lainperdarahan: rujuk bila pendarahanberlanjut
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana
mencegahpendarahanmasan nifas karena atonia
uteri
 Pemberian ASI awal.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
2 6 hari  Memastikan involusi berjalan normal : uterus
setelah berkontraksi, fundus, di bawah umbilikus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada
bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dantidak memperhtaikan tanda tanda penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuahn bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan
setelah
persalinan
4. 6 minggu  Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-
81

setelah penyulit yang ia atau bayi alami.


persalinan  Memberi konseling untuk KB secara dini
(Suber : Saifudin, 2002)

7. Perawatan pasca persalinan

a. Mobilisasi

Ibu harus istirahat tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan.

Kemudian boleh miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua ibu diperbolehkan duduk,

hari ketigajalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan

pulang.

Mobilitas diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

b. Diet

Makanan bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, banyak cairan, syur-

sayuran dan buah-buahan.

c. Perawatan payudara (mammae)

Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting

susu tidak lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat

baik untuk kesehatan bayinya.


82

d. Laktasi

Untuk menghadapi masalah laktasi sejak masa kehamilan telah

terjadi perubahan pada kelenjar mammae. Bila bayidisusui, isapan pada

puting merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan

oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Disamping ASI merupakan makanan

utama bayi, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan kasih sayang

antara ibu dan anaknya.

(Lisnawati, 2006)

F. Konsep Dasar Asuhan Nifas

1. Kepmenkes RI Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010

a. Wewenang bidan

Wewenang bidan dalam Kepmenkes RI Nomor

1464/Menkes/PER/X/2010 tentang wewenang bidan dalam asuhan nifas

adalah sebagai berikut :

b. Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan refroduksi perempuan dan keluarga berencana.


83

c. Pasal 10

1) Pelayanan kesehatan ibu sebaaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

di berikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi;

Pelayanan konseling pada masa pra hamil

a) Pelayanan anternatal pada kehamilan normal

b) Pelayanan persalian normal

c) Pelayanan ibu nifas normal

d) Pelayanan ibu menyusui dan

e) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) berwenang untuk;

a) Episiotomi

b) Penjahitan luka jalan lahir tigkat I dan II

c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu ekslusif
84

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum

h) Penyulihan dan konseling

i) Bimbingan pada ibu hamil

j) Pemberian surat keterangan kematian dan

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.

2. Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) ada tiga standar dalam

asuhan masa nifas yaitu sebagai berikut :

a. Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan

spontan, mencegah hipoksia skunder, menemukan kelainan, dan melakukan

tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga mencegah atau

menangani hipotermia.

b. Standar 14 : Penanganan dua jam pertama setelah persalinan

Standar pelayanan kebidanan pada 2 jam pertama setelah persalinan bidan

melakukan pemantauan ibu dan terhadap terjadinya komplikasi paling

sedikit 2 jam setelah persalinan, setelah melakukan tindakan yang

diperlukan, disamping itu bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal

yang mempercepat pulihnya persalinan kesehatan ibu dan membantu ibu

untuk memulai pemberian ASI.


85

c. Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Standar pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas, bidan memberikan

pelayanan selama nifas di puskesmas dan rumah sakit atau

melaluikujungan ke rumah pada hari k-3, minggu ke-2 dan minggu ke-6,

Setelah persalinan untuk membantu proses pemeliharaan ibu dan bayi.

Melalui penatalaksanaan tali pusat yang benar atau rujukan komplikasiyang

mungkin terjadi pada masa nifas serta memberikan penjelasan tentang

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan

bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

3. Kompetensi Bidan Indonesia

Berdasarkan kompetisi bidan di Indonesia, diharapkan bidan

dapatmemberikanasuhanpadaibu nifas dan menyusuiyang bermutu tinggi dan

tanggap terhadap budaya setempat. Oleh karena itu bidan dalam memberikan

asuhan nifas harus memiliki pengetahuan dasar, keterampilan dasar dan

keterampilan tambahan pada ibu nifas dan menyusui.

a. Pengetahuan Dasar

1) Fisiologi nifas.

2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.

3) Proses laktasi dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan

yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abes masititis,

puting susu lecet, puting susu masuk.


86

4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktivitas dan kebutuhan

fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.

5) Kebutuhan nutrisi BBL

6) Adapatasi psikologis ibu setelah bersalin dan abortus.

7) Bonding & attachement orang tua dan bayi baru lahir untuk

menciptakan hubungan positif.

8) Indikator subinvolusi, misalnya pendarahan yang terus menerus,

infeksi.

9) Indikator masalah-masalah laktasi.

10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya pendarahan

pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre-eklamsia

postpartum.

11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti

anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan incontinetia alvi.

12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.

13) Tanda dan gejala abortus.

b. Keterampilan Dasar

1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,

termasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan

kelahiran.

2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.

3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.


87

4) Merumuskan diagnosis masa nifas.

5) Menyusun perencanaan.

6) Memulai dan mendukung ASI ekslusif.

7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri

sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir.

8) Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan

bilamana diperlukan.

9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau

merujuk untuk tindakan yang sesuai.

10) Penatalaksanaan ibu post partun abnormal, sisa plasenta, renjatan dari

infeksi ringan.

11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca

persalinan.

12) Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pasca

aborsi.

13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.

14) Memberikan antibiotik yang sesuai.

15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi

yang dilakukan.

c. Keterampilan Tambahan

Melakukan insisi pada hematoma vulva.


88

G. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Neonatal adalah masa sejak bayi lahir hingga berusia 28 hari (Depkes:

2002).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari usia kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram (Depkes, 2002).

Neonatus adalah bayi baru lahir merupakan masa perkembangan yang

terpendek dalam kehidupan manusia, dimulai sejak lahir dan berakhir umur 2

minggu. Menurut Depkes (2001) bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2

tahapan yaitu: neonatus dini (umur 0-7 hari) dan neonatus lanjut (umur 8-28

hari). Asuhan pada bayi baru lahir yaitu asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Tujuannya adalah untuk

menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan

spontan serta mencegah hipotermi pada detik-detik pertama.

2. Ciri-ciri Bayi Normal

a. Berat badan 2500 -4000 gram.

b. Panjang badan lahir 48 - 52 cm.

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d. Lingkar kepala 33-35 cm.

e. Lingkar lengan atas 10-13 cm.

f. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian turun
89

sampai 120-140 x/menit.

g. Pernapasan menit pertama cepat kira-kira 80 x/menit kemudian turun

sampai 40 x/menit.

h. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan

diliputi vemiks caseosa.

i. Rambut lanugo tidak terlihat.

j. Kuku agak panjang dan lemas.

k. Genitalia: pada bayi perempuan (labia mayor menutupi labia minor, uretra

berlubang, vagina berlubang), pada bayi laki-laki (testis berada dalam

scrotum, penis berlubang).

l. Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

m. Graff Refleks sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda di tangan maka

bayi akan menggenggamnya.

n. Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar pada 24 jam pertama.

3. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi kehidupan bayi baru lahir di luar kandungan merupakan

suatu proses fisiologis yang kompleks meliputi:

a. Sistem Pernapasan

Stimulus yang pertama kali dapat membantu pernapasan adalah

faktor kimia dan termal (suhu). Masuknya udara ke dalam paru-paru

berlawanan dengan surfaktan yang mengisi paru-paru dan alveoli janin.


90

Cairan yang terdapat dalam paru-paru janin bisa mengalir dan bergerak

dengan adanya kapiler-kapiler paru-paru dan pembuluh limphe, sebagian

cairan ini juga mengalir selama dalam fase persalinan dan pengeluaran

bayi. Dengan adanya penekakan dari cairan paru yang langsung ke mulut

dan hidung segera bayi baru lahir dapat terjadi pengembangan paru-paru.

Udara yang masuk melalui saluran pernapasan bagian atas akan mengisi

cairan yang hilang (keluar) dari paru-paru.

b. Sistem Sirkulasi

Perubahan pada sistem sirkulasi terjadi secara bertahap, perubahan

dari sirkulasi fetal ke sirkulasi setelah melahirkan terjadinya penutupan

fungsional dari fetal shunt yaitu foramen ovale, ductus arteriocus dan

ductus venosus.

c. Thermogulasi

Untuk mempertahankan respirasi regulasi panas merapakan hal

yang kritis untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Ada beberapa faktor

yang menyebabkan bayi kehilangan panas tubuhnya yaitu:

1) Daerah permukaan bayi yang luas mempermudah hilangnya panas

untuk lingkungan di sekitar paru.

2) Terlambatnya penyimpanan (cadangan) panas pada lapisan lemak,

subkutan karena tipisnya lemak yang disimpan pada lapisan subkutan.

3) Mekanisme bayi dalam panas bayi.

Empat cara kehilangan panas bayi


91

1) Konveksi

Aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang

lebih panas. Contohnya angin di sekitar tubuh bayi baru lahir.

2) Radiasi

Kehilangan panas dari permukaan badan bayi ke permukaan yang

lebih dingin dengan kontak secara langsung. Contohnya timbangan

bayi dingin tanpa alas.

3) Evaporasi

Kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah jadi uap. Badan

ketika lahir tidak langsung dikeringkan misalnya cairan ketuban.

4) Konduksi

Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda atau alat

yang dingin secara langsung. Contohnya pakaian bayi yang basah tidak

cepat diganti.

d. Sistem Hemopoetik

Volume darah bayi baru lahir tergantung dari jumlah darah yang

ditransfer melalui plasenta. Sekitar 80 - 85 ml/KgBB, total volume rata-rata

300 ml tergantung berapa lama bayi mengambil darah melalui plasenta.

e. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Pada saat lahir banyaknya cairan sekitar 73% dan berat badan,

dewasa 58% dari total BB. Bayi mempunyai ratio proporsi yang lebih
92

tinggi daripada orang dewasa konsekuensinya mempunyai level natrium

dan klorida yang lebih tinggi sedikit kalium, magnesium dan fosfat.

f. Sistem Gastrointestinal

Kemampuan bayi dalam pencernaan, absorpsi dan metabolisme

makanan sangat adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu. Enzym

mencerna protein dan karbohidrat sederhana (Monosakarida dan

disakarida). Hati lebih matang dari organ gastrointestinal, usus halus lebih

panjang dari orang dewasa.

g. Sistem Perkemihan

Semua sistem perkemihan sudah ada, volume total urine per 24 jam

sekitar 200 - 300 cc. Urine keluar secara volunter bila ada regangan volume

15 cc pada kandung kemih sehingga terjadi BAK 20 x/hari.

h. Sistem Integumen

Pada saat lahir semua struktur dalam kulit sudah ada tapi masih

banyak fungsi yang imatur.

i. Sistem Muskulokeletal

Sistem skeletal lebih banyak mengandung kartilagu, tulang

tengkorak relatif lebih lembut.

j. Sistem endokrin

Berkembang secara adekuat, fungsi masih immatur. Dampak

hormon seks ibu biasa tampak jelas pada bayi baru lahir, contoh payudara

menyekresi air susu, bayi perempuan terjadi pseudomenstruasi.


93

k. Sistem Persyarafan

Sistem syaraf tidak terintegrasi dengan baik, tetapi menunjang

kehidupan ekstra uterin. Kebanyakan fungsi saraf primitif, sistem saraf

otonom penting pada masa transisi karena merangsang respirasi awal,

membantu keseimbangan asam basa dan mengatur suhu tubuh secara,

partial.

l. Fungsi Pancaindra

Fungsi panca indera sudah berkembang secara sempuma dan

mempunyai pengaruh sangat menentukan terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi termasuk ikatan kasih sayang ibu, menerima sensasi

taktil pada seluruh badan terutama muka (mulut), tangan dan telapak kaki

paling sensitif.

m. Sistem Imunologi

Dilengkapi beberapa pertahanan melawan infeksi yaitu:

1) Kulit dan membran mukosa melindungi tubuh dan masuknya

mikroorganisme.

2) Elemen selular sistem imunoglobulin menghasilkan beberapa jenis sel

yang mampu membunuh kuman.

3) Antibodi spesifik terhadap antigen, bayi tidak mampu memproduksi

gama globulin sendiri sampai bulan kedua, mendapat imunitas pasif

dalam bentuk IgG dari ASI.


94

4. Macam-macam refleks pada bayi

a. Refleks pada mata

Refleks Blinking atau kornea

b. Refleks pada mulut dan tenggorokkan

1) Refleks Menghisap (sucking

Stimulasi dengan puting susu ibu

Respons: Bayi akan segera menghisap begitu ada rangsangan pada

mulutnya, refleks ini akan hilang pada usia 3-4 bulan.

2) Refleks Muntah (gag)

Stimulasi pada daerah pharink posterior dengan penghisap makanan,

bila tidak muntah mengalami kerusakan pada syaraf glosofaringeal

3) Refleks Memutar (rooting)

Stimulasi dengan menyentuh sepanjang bawah bibir dan daerah dagu.

Bayi akan memutarkan kepala mengikuti arah sentuhan seperti akan

mengisapnya

4) Refleks Ekstrusion

Stimulasi dengan menyentuh atau menekan lidah. Bayi akan

mendorong lidahnya keluar.

5) Refleks Menguap

Spontan karena penurunan oksigen, dengan menguap akan menaikkan

jumlah oksigen.
95

6) Refleks Batuk

Spontan pada iritasi membran mukosa larink dan trakea bronkial

merangsang batuk.

c. Refleks pada Ekstremitas

1) Refleks Menggenggam (graps)

Dengan cara meletakkan jari pemeriksa pada telapak tangan

bayi, maka bayi akan menggenggamnya.

Palmar graps: telapak tangan (menggenggam) hilang pada usia 3

bulan.

Palmar graps: telapak kaki menekuk, hilang pada usia 8 bulan.

2) Refleks Startle

Dengan cara memberikan rangsangan seperti menggaruk ke

tumit ke atas sepanjang sisi telapak kaki, kemudian arahkan melintasi

bantalan telapak kaki maka bayi akan memberi respons semua jari kaki

hiperekstensi dengan jempol kaki dorsi fleksi, hilang pada usia 1

tahun.

3) Refleks Merangkak

Tekniknya dengan menengkurapkan bayi di atas meja

pemeriksaan, maka bayi akan merangkak dengan menggerakkan

tangan dan kaki, hilang pada umur 6 minggu.


96

4) Refleks massa

1) Refleks moro (terkejut)

Dengan cara meletakkan bayi pada tempat tidur datar beri

hentakan pada tempat bayi atau dengan kita menepuk tangan dengan

keras sehingga bayi terkejut.

2) Refleks Startle

Memberikan stimulasi dengan suara keras maka tangan

akan mengalami aduksi diikuti fleksi pada siku dan tangan mengepal.

5. Pemberian ASI

ASI adalah suatu cara biologik yang sangat kompleks. ASI

mengandung lemak yang disebut milk fat globules, kalsium, fosfat, gula

(laktosa), vitamin, imunglobulin sehingga menjadikan suatu sumber makanan

yang lengkap dan dapat menjadi makanan tunggal sampai usia 4-6 bulan.

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan 0-6 bulan tanpa ditambah

dengan makanan atau minuman tambahan apapun.

Upaya untuk menjaga keberhasilan pemberian ASI diantarnya:

a. Kontak ibu dan anak sedini mungkin

Dalam rangka usaha ini, alangkah baiknya bila bayi yang baru lahir segera

diperlihatkan kepada ibunya dan diletakkan di atas badan ibu, diusahakan


97

menyusui untuk beberapa waktu yang singkat walaupun bayinya belum

sempat dibersihkan.

b. Sistem Rawat Gabung

Hal ini merupakan upaya untuk lebih mendekatkan ibu dan anak dan ikatan

batinnya lebih kuat.

6. Pemberian Vitamin K dan Imunisasi Hepatitis B

Para orang tua seharusnya mengetahui tentang dua suntikan untuk bayi

baru lahir yaitu:

a. Suntikan Vitamin K

Vitamin K diberikan segera setelah bayi lahir, vitamin K salah satu

vitamin yang dapat mencegah gangguan yang jarang terjadi tapi ketika

terjadi dapat berakibat fatal, gangguan itu disebut VKDB (Vitamin K

Deficiency Bleeding) atau yang dikenal dengan perdarahan yang

disebabkan karena kekurangan vitamin K, tanpa vitamin K yang

mencukupi bayi baru lahir menghadapi risiko menderita VKDB ini bisa

mengakibatkan perdarahan parah sampai perdarahan otak.

Bayi baru lahir tidak mempunyai vitamin K yang mencukupi daJam

tubuhnya, namun menjelang usia enam bulan mereka biasanya membentuk

suplai sendiri.

Vitamin K harus disuntik atau diminum, suntikan lebih mudah

karena hanya satu dosis dan tahan lama sampai berbulan-bulan. Sedangkan

bila diminum efeknya tidak begitu lama ini berarti bayi memerlukan 3
98

dosis terpisah yaitu saat lahir, tiga atau lima hari setelah lahir dan ketika

berusia 4 minggu.

Vitamin K tidak memiliki efek samping. Orang tua yang menolak

pemberian vitamin K sebaiknya mengawasi tanda VKDB yaitu perdarahan

atau lebam tanpa alasan, kulit atau sklera menjadi kuning pada usia 3

minggu.

b. Suntikan Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit serius akibat virus yang menyerang

hati, penyakit ini tidak mempunyai gejala atau hanya gejala ringan. Virus

ini hidup dalam cairan tubuh (darah, air liur dan mani).

Hepatitis B dapat menular pada bayi dari ibu yang terkena hepatitis

B atau dari darah orang yang terinfeksi hepatitis B, cara mencegahnya yaitu

dengan memberikan imunisasi hepatitis B segera setelah lahir. Untuk

memastikan imunisasi efektif maka harus diberikan imunisasi lanjutan

ketika berusia 2 bulan, enam bulan atau 12 bulan. Imunisasi hepatitis B

tidak memiliki efek samping, hanya saja sering terjadi rasa sakit di tempat

suntikan, demam ringan dan sakit sendi.

c. Suntik imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada

salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan


99

kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan, serta

kematian.

Polio (poliomyelitis) sendiri adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh virus yang sebagian besar menyerang anak-anak berumur

di bawah 5 tahun (Seksie Surveilans, 2005).

7. Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

a. Pemberian ASI yang sulit atau hisapan bayi menjadi lemah atau sulit

menghisap.

b. Bayi kesulitan bemafas atau pernapasan menjadi cepat > 60 x/menit atau

menggunakan tarikan dinding dada.

c. Letargi atau bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan atau

minum.

d. Wama kulit bayi menjadi kxining dan bibir menjadi biru (sianosis).

e. Badan bayi menjadi sangat panas (febris) atau menjadi sangat dingin

(hipotermi).

f. Bayi terus menerus rnenangis dan perilakunya tidak seperti biasa.

g. Bayi tidak BAB selama 24 jam pertama lahir.

h. Bayi muntah terus menerus dan perut menjadi bengkak.

i. Tinja bayi ketika BAB berwarna hijau tua atau bercampur dengan darah

atau lendir.

j. Mata bayi bengkak atau mengeluarkan cairan.


100

8. Asuhan Segera Setelah Bayi Lahir

a. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi penting untuk mencegah bayi terkena infeksi baik dari

alat-alat atau pun dari ibunya.

b. Penilaian Awal

Penilaian ini dilihat dari skor apgar pada menit pertama.

c. Pencegahan Kehilangan Panas

Ini dilakukan supaya bayi tidak hipotermi atau kedinginan.

d. Perawatan Tali Pusat

Perawatan ini harus benar-benar diperhatikan supaya bayi tidak terkena

Tetanus Neonatorum.

e. Mulai Pemberian ASI

Ini dilakukan supaya ibu dan bayi memiliki ikatan yang kuat. Asuhan

segera setelah bayi lahir merupakan asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.

9. Aspek Penting yang Harus diperhatikan dalam Asuhan

a. Menjaga tubuh bayi agar tetap hangat dan kering supaya bayi tidak

kehilangan panas.

b. Mengusahakan kontak dari kulit ke kulit (Skin to Skin) antara ibu dan bayi

sesegera mungkin. Supaya ikatannya semakin kuat.

10. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

a. Pemeriksaan dilakukan di tempat yang hangat, kering dan bersih.


101

b. Menyiapkan peralatan.

c. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan

tindakan.

d. Memakai sarung tangan dan melakukan tindakan dengan lembut dan

penuh kasih sayang.

e. Melakukan pemeriksaan dimulai dari daerah kepala hingga jari kaki.

f. Jika ditemukan masalah maka carilah bantuan.

g. Catat hasil pengamatan.

H. Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Standar pelayanan Kebidanan

Menurut standar pelayanan kebidanan (SPK) standar 13 ; tentang

perawatan bayi baru lahir dengan pernyataan standar bidan pemeriksa dan

menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah

asfiksia, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai

dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi atau

hipoglikemia dan infeksi sehingga hasil yang diharapkan bayi baru lahir dapat

menerima perawatan dengan segera dan tepat, bayi baru lahir mendapatkan

perawatan yang tepat untuk menilai pernafasan dengan baik, penurunan

kejadian hipotermi, asfiksi, infeksi dan hipoglikemia pada bayi baru lahir,

penurunan terjadinya kematian bayi baru lahir. Dengan proses bidan harus:

a. Selalu mencuci tangannya dan menggunakan sarung tangan bersih atau

DTT sebelum menangani bayi baru lahir.


102

b. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat (ruangan harus hangat untuk

mencegah hipotermi pada bayi baru lahir )

c. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera

keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. setelah bayi kering

segera selimuti bayi termasuk bagian kepalanya dengan handuk beri yang

bersih dan hangat, riset menunjukkan bahwa g0% bayi baru lahir

mengalami perubahan dari kehidupan intrauterine terjadi ekstra uterin

dengan pengeringan dan stimulasi. penghisapan lendir rutin tidak perlu dan

mungkin membahayakan.

d. Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas atau

menangis, jika bayi tidak menangis atau tidak bemafas spontan, hisap

mulut dan hidung bayi secara hati-hati menggunakan bola karet penghisap

atau penghisap De Lee yang DTT.

e. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun sudah

dilakukan pengeringan stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati-hati

mulai melakukan resusitasi bayi baru lahir untuk menangani asfiksia.

f. Meminta ibu memegang bayinya tali pusat diklem di dua tempat

menggunakan klem steril, lalu potong di antara dua klem dengan gunting

tajam steril.

g. Pasang benang atau klem tali pusat.

h. Bayi harus diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya

dan segera mulai menyusui (riset menunjukkan pemberian ASI dini penting
103

untuk keberhasilan awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga

merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada

saat lahir. Pastikan jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti bayi

dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik

untuk mencegah kehilangan panas).

i. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum.

j. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahir

dan kondisi ibu stabil.

k. Periksa tanda vital bayi ukur suhunya dengan menggunakan termometer

yang diletakkan di ketiak (jangan memasukan termometer ke anus bayi, hal

ini merupakan prosedur yang tidak perlu dan dapat membahayakan bayi).

Bila suhu bayi kurang dari 36 oC atau jika tubuh atau kaki bayi teraba

dingin maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi.

l. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan

adanya kelainan. Periksa anus dan daerah kemaluan. Melakukan

pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan. Ibu hendaknya

menyaksikan pemeriksaan tersebut.

m. Timbang bayi dan ukur panjangnya lakukan dengan cepat agar bayi tidak

mengalami hipotermi.

n. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, letakkan bayi pada timbangan

dingin akan menyebabkan kehilangan panas. Herat yang dicatat kemudian

dapat disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat handuk atau kain


104

tersebut.

o. Setelah memeriksa dan mengukur bayi selimuti dengan baik, pastikan

bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali pada ibunya untuk

dipeluk. Hal ini merupakan cara yang sangat baik untuk mencegah

hipotermi.

p. Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih. Dalam waktu I

jam setelah kelahiran, berikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah

oftalmia neonatorum: salep mata tetrasiklin 1% larutan perak nitrat 1% atau

eritromisin 0,5% . Biarkan obatnya tetap di mata bayi.

q. Jika bayi belum diberi ASI, Bantu ibu untuk mulai menyusui. Riset

menunjukkan pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan awal

pemberian ASI. Kolostrum ASI pertama penting karena mengandung zat

kekebalan untuk mencegah infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir.

Pemberian ASI dini akan mencegah hipoglikemia pada bayi baru lahir.

r. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu

dan mungkin membahayakan.

s. Tunggu 6 jam atau lebih setelah kelahiran bayi sebelum memandikannya,

tunggu lebih lama jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu

tubuhnya atau mengalami asfiksia pada saat lahir. Periksa suhu tubuh bayi

sebelum memandikannya suhu tubuh harus antara 36 - 37 Oc. Gunakan air

hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan hangat Memandikan

bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat
105

dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan.

t. Kenakan baju yang bersih dan selimuti hangat bayi dengan handuk bersih

dan hangat.

u. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan mekonium dalam

24 jam pertama kehidupannya, catat waktu pengeluaran urine dan

mekonium. Mintalah ibu memperhatikannya bila persalinan berlangsung di

rumah. Bila dalam 24 jam pertama bayi tidak mengeluarkan urine dan

mekonium, segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.

v. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan

cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.

w. Rujuk segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit jika ditemukan kelainan

dari normal.

2. Standar Kompetensi Bidan di Indonesia

Musbir (2005) menjelaskan bahwa kompetensi bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir merupakan kompetensi

inti bidan yang ke-6. Isi dari kompetensi inti bidan yang ke-6 ini adalah :

"Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi

baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. "

a. Pengetahuan dasar

1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.

2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir : kebersihan jalan nafas, perawatan


106

tali pusat, kehangatan, nutrisi, bounding attachment.

3) Indikator pengkajian bayi baru lahir,

4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.

5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.

6) Memberikan imunisasi pada bayi.

7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti caput,

molding, Mongolian spot, hemangioma.

8) Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti

hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus.

9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir

sampai 1 bulan.

10) Keuntungan dan risiko imunisasi pada bayi.

11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.

12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intracranial,

fraktur klavikula, kematian mendadak, hematoma.

b. Pengetahuan Tambahan

Sunat dan ditindik pada bayi perempuan.

c. Keterampilan Dasar

1) Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan dan

merawat tali pusat.

2) Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.

3) Menilai segera bayi baru lahir.


107

4) Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.

5) Melakukan pemeriksaan fisik.

6) Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.

7) Memberikan imunisasi pada bayi.

8) Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan

harus membawa bayi untuk minta pertolongan medik.

9) Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru

lahir.

10) Memindahkan bayi secara aman ke fasilitas kegawat daruratan apabila

memungkinkan.

11) Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.

d. Keterampilan Tambahan

1) Melakukan penilaian masa gestasi.

2) Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan

bayiyang normal dan asuhannya.

3) Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya

yang tersedia di masyarakat.

4) Memberikan dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam

perjalanan rujukan diakibatkan ke fasilitas perawatan

kegawatdaruratan.

5) Memberi dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita,

sebagai akibat bayi dengan cacat bawaan, keguguran, atau kematian


108

bayi.

6) Memberi dukungan pada orang tua dengan kelahiran ganda.

7) Melakukan tindik pada bayi perempuan.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)

Pasal yang berhubungan dengan praktik bidan tentang asuhan bayi

baru lahir menurut Kepmenkes RI nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 BAB

III yaitu:

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

(a) Pelayanan kesehatan ibu

(b) Pelayanan kesehatan anak

(c) Pelayanan kesehatan refroduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebaaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a di

berikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,

masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi;

(a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

(b) Pelayanan anternatal pada kehamilan normal

(c) Pelayanan persalian normal


109

(d) Pelayanan ibu nifas normal

(e) Pelayanan ibu menyusui dan

(f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berwenang untuk;

(a) Episiotomi

(b) Penjahitan luka jalan lahir tigkat I dan II

(c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

(d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

(e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

(f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu

ekslusif

(g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post

partum

(h) Penyulihan dan konseling

(i) Bimbingan pada ibu hamil

(j) Pemberian surat keterangan kematian dan

(k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

a. Pelayanan kesehatan pada anak meliputi :

1) Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal sakit di luar

rumah sakit yang meliputi:


110

a) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman.

b) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.

c) Membersihkan jalan nafas mempertahankan bayi bernafas spontan

d) Pemberian ASI dini selama 30 menit setelah melahirkan.

e) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain : melalui

perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan

pemberian ASI eksklusif.

2) Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi

0-28 hari.

3) Penyuluhan pada bayi tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi di

bawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di

atas 6 bulan.

4) Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas

tumbang anak melalui deteksi dini dan tumbuh kembang balita.

b. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain :

1) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia Bidan diberi wewenang

melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia

yang sering te4adi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan

dengan tindakan pada bayi berat badan lahir rendah, utamanya bayi

prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas

kesehatan, khususnya yang memiliki berat badan lahir kurang dari

1750 gram
111

2) Hipotermi pada bayi baru lahir

Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotermi

pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak

dini dan metode kangguru.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. D G2P1A0 HAMIL 37-38 MINGGU

FISIOLOGIS

Hari, tanggal pengkajian : Rabu, 11 Mei 2011

Waktupengkajian : 08.00 WIB

Tempat pengkajian : Polindes Pakemitan

Nama pengkaji : Hana Hoerun Nisa

I. Data Subjektif

a. Identitas

Klien Suami

Nama : Ny. D Tn. M

Umur : 33 th 36 th

Suku/Bangsa : Sunda Sunda

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SD SMA

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat Rumah: Kp. Citangkalak, RT 02 RW 08 Kecamatan

Ciawi kabupaten Tasikmalaya

112
113

b. Alasan Kunjungan : Kunjungan ulang

c. Keluhan utama : Ibu mengeluh sering buang air kecil terutama pada

malam hari.

d. Riwayat kehamilan Sekarang

Riwayat Kehamilan

1) Riwayat Menstruasi

Ibu mengatakan pertama kali haid pada usia 14 tahun, haidnya teratur

selama 28 hari, lamanya haid 6-7 hari. Banyaknya ganti pembalut 2-3 kali

per hari dengan konsistensi cair. Tidak ada keluhan saat haid. Ibu

mengatakan bahwa hari pertama haid terakhir tanggal 16 agustus 2010.

2) Imunisasi TT

Ibu mengatakan bahwa ibu sudah imunisasi TT 2 kali,TT pertama pada

usia kehamilan 4 bulan dan imunisasi TT kedua pada usia kehamilan 5

bulan.

3) Pergerakan janin

Ibu mengatakan mulai merasakan pergerakan janin sejak usia kehamilan 4

bulan, gerakannya aktif dan sering, kira –kira lebih dari 10 kali per hari.

4) Tanda bahaya hamil

Ibu mengatakan tidak merasakan tanda-tanda bahaya seperti perdarahan,

bengkak pada tangan dan kaki, gerakan janin tidak dirasakan maupun

pusing berlebihan.
114

5) Obat, vitamin dan jamu yang dikonsumsi

Ibu mengatakan pernah mendapat tablet fe dan vitamin dari bidan dan

tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dari warung atau jamu-jamuan.

6) Keluhan umum

Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan-keluhan yang lain.

7) Kehawatiran-kehawatiran khusus

Ibu mengatakan tidak merasakan kehawatiran-kehawatiran khusus, karena

ibu sudah merasa tenang dengan akhir bulan kehamilannya.

8) Pemeriksaan Kehamilan

Ibu mengatakan setiap bulan memeriksakan kehamilannya ke Polindes

Pakemitan Kidul

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : ada

Persalinan Anak
Kehamilan Peny Nifas
Thn Pnlg Jenis L/P BB PB Ket

Aterm 1997 Bidan Spontan Tidak L 3000 49 Hdp Normal

ada

Hamil ini
115

f. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat ginekologi

Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kandungan.

2) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular

maupun penyakit berat seperti jantung, asma, ginjal, hipertensi, Diabetes,

TBC, malaria maupun HIV/AIDS.

3) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular seksual maupun

penyakit keturunan dalam keluarga

g. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan ini adalah perkawinan yang pertama dan sudah menikah

selama ± 15 tahun, usia ibu saat menikah 18 tahun dan suami berusia 21

tahun.

2) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan setelah menikah tidak menggunakan alat kontrasepsi,

setelah kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB Suntik 3 bulan

selama ± 3 tahun namun kemudian ibu berhenti karena berencana ingin

mempunyai anak lagi.

3) Respon dan dukungan keluarga

Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini.


116

h. Pola kebiasaan hidup sehari-hari

1) Pola makan dan minum

Ibu mengatakan makan 3-4 kali sehari dengan menu seadanya seperti

tempe, tahu kadang sayur, kadang telur maupun asin-asinan. Tidak ada

makanan yang dipantang. ibu biasa Minum air putih 7-8 gelas per hari,

tidak ada keluhan saat makan dan minum.

2) Pola eliminasi

Ibu mengatakan buang air kecil selama hamil 6-7 kali per hari, warna

kuning jernih, kesulitan tidak ada, frekuensi buang air besar 1 kali sehari,

konsistensi lembek dan kesulitan tidak ada.

3) Pola istirahat

Ibu mengatakan biasa tidur malam pukul 21.00 (6-8 jam) dan tidur siang

ibu tidak menentu, tidak ada kesulitan dalam tidur.

4) Personal Hygiene

Ibu mengatakan biasa mandi 2x sehari dengan memakai sabun, biasa

gosok gigi 2x sehari dan mengganti pakaian serta celana dalam 2x sehari.

5) Aktivitas sehari-hari

Ibu mengatakan kesehariannya melakukan kegiatan sebagai ibu rumah

tangga

6) Hubungan seksual

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam melakukan hubungan seksual

dan terakhir hubungan satu minggu yang lalu.


117

i. Kebiasaan hidup sehat

Ibu mengatakan pola hidup sehat ibu dengan menjauhi perilaku kebiasaan

merokok, minum obat warung dan alkohol.

j. Pengambilan keputusan

Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu suami

k. Pertolongan persalinan

Ibu mengatakan ingin bersalin di rumah dan di tolong oleh bidan. Ibu sudah

mempersiapkan perlengkapan bayi, perlengkapan untuk ibu bersalin, dana

untuk bersalin dan alat transportasi untuk bersalin.

II. Data Objektif

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Status emosional : Stabil

4. Tanda - tanda vital

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Denyut Nadi : 83 kali/menit

c. Pernafasan : 20 kali/menit

d. Suhu : 36,7°C
118

5. Antropometri

a. Tinggi badan : 154 cm

b. Berat badan sekarang : 65 kg

c. BB sebelum hamil : 55 kg Kenaikan 10 kg

d. LILA : 25,5 cm

e. Lingkar perut : 94 cm

6. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut bersih dan tidak

rontok.

b. Muka : Bentuk simetris, tidak ada odema dan cloasma

gravidarum.

c. Mata : Kelopak tidak oedema, konjungtiva merah

muda, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan

baik.

d. Hidung : Bersih, tidak ada pengeluaran lendir, tidak ada

pembengkakan polip, fungsi penciuman baik.

e. Telinga : Bersih, pendengaran berfungsi baik, tida ada

serumen.

f. Mulut dan gigi : Tidak ada stomatitis, tida ada caries, lidah

bersih, tidak ada pembengkakan tonsil.


119

g. Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tyroid,

h. Dada : Bunyi jantung murni reguler, bunyi paru bersih.

i. Payudara Payudara simetris, pembesaran normal, tidak

ada nyeri tekan, puting menonjol, tidak ada

benjolan abnormal, pengeluaran colostrum ada.

j. Abdomen :

Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada striae

gravidarum. Pembesaran abdomen sesuai

dengan usia kehamilan.

Palpasi :

Leopold I : Difundus teraba lunak, tidak melenting TFU

pertengahan pusat dan px (prosesus xipoideus).

Leopold II : Dibagian kanan teraba bagian keras memanjang

dan disebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil

Leopold III : Dibagian bawah teraba keras bundar melenting,

bagian kepala sudah masuk PAP.

Leopold IV : Penurunan kepala 4/5, konvergen.

Auskultasi : BJF (+) 138 x per menit

Pemeriksaan Mc Doland : TFU 32 cm, TBBA : 2835-3255 gram.

k. Ekstremitas atas dan bawah : tidak oedema, tidak varises dan kekakuan

sandi, refleks patella kiri dan kanan +/+


120

1. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah : Hb 11,8 gr / dl.

b. Pemeriksaan urine : protein dan glukosa (-)

III. Analisa

G2P1A0 Gravida 38 minggu, janin tunggal hidup intra uterin, presentasi

kepala, fisiologis.

IV. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin

baik. Umur kehamilan ibu saat ini adalah 37-38 minggu dengan ibu

normal dan perkiraan ibu melahirkan pada tanggal 23 Mei 2011, akan

tetapi dari tafsiran tersebut bisa maju 2 minggu atau mundur 2 minggu

dari waktu yang telah ditentukan. (Ibu mengetahui tentang hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan).

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan yaitu sering

buang air kecil adalah normal terutama pada akhir kehamilan. (Ibu

mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan tentang ketidaknyamanan

pada trimester ke III).


121

3. Memberikan penkes tentang :

a. Nutrisi dan hidrasi : Menganjurkan ibu untuk meningkatkan

asupan nutrisi dan hidrasi sesuai dengan

kebutuhan.

b. Body mekanik : Menganjurkan ibu untuk melakukan postur

tubuh yang baik selama kehamilan untuk

menghindari ketidak nyamanan yang sering

terjadi seperti sakit punggung.

c. Tanda – tanda bahaya kehamilan :

d. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan

e. Memberitahukan ibu untuk persiapan persalinan dan memotivasi

ibu untuk bersalin di tenaga kesehatan.

f. Menentukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian apabila tidak ada

keluhan.
122

B. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. D 33 TAHUN G2P1A0


HAMIL 39-40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN
LETAK KEPALA INFARTU KALA I FASE AKTIF
FISIOLOGIS

Hari, tanggal pengkajian : Kamis, 19 mei 2011

Waktu : Pukul 06.00 WIB

Tempat : Rumah Pasien

I . DATA SUBJEKTIF

Ibu mengatakan merasakan mules-mules sejak pukul 20.00 WIB ( 18Mei 2011 ),

disertai pengeluaran lendir bercampur darah, Gerakan bayi masih dirasakan ibu.

II. DATA OBJEKTIF

A. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Composmentis

3. Status emosional : Stabil

4. Tanda - tanda vital :

a. Tekanan darah : 120/80 mmHg

b. Denyut Nadi : 82 x/menit

c. Pernafasan : 22 x/menit

d. Suhu : 36, 7°C


123

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Kulit kepala bersih, rambut bersih dan tidak

rontok.

b. Muka : Bentuk simetris, tidak ada odema dan cloasma

gravidarum.

c. Mata : Kelopak tidak oedema, konjungtiva merah

muda, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan

baik.

d. Hidung : Bersih, tidak ada pengeluaran lendir, tidak ada

pembengkakan polip, fungsi penciuman baik.

e. Telinga : Bersih, pendengaran berfungsi baik, tida ada

serumen.

f. Mulut dan gigi : Tidak ada stomatitis, tida ada caries, lidah

bersih, tidak ada pembengkakan tonsil.

g. Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan kelenjar tyroid,

h. Dada : Bunyi jantung murni reguler, bunyi paru bersih.

i. Payudara Payudara simetris, pembesaran normal, tidak

ada nyeri tekan, puting menonjol, tidak ada

benjolan abnormal, pengeluaran colostrum ada.


124

j. Abdomen :

Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada striae

gravidarum. Pembesaran abdomen sesuai

dengan usia kehamilan.

Palpasi

TFU Mc. donald : 31 cm

Leopold I : Difundus teraba lunak, tidak melenting TFU

pertengahan pusat dan px (prosesus xipoideus).

Leopold II : Dibagian kanan teraba bagian keras memanjang

dan disebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil

Leopold III : Dibagian bawah teraba keras bulat melenting,

bagian kepala sudah masuk PAP.

Leopold IV : Penurunan kepala 3/5, divergen.

Kontraksi uterus : Ada, frekuensi (3 x dalam 10 menit, 45detik)

Auskultasi : BJF (+) 140 x per menit

k. Genitalia

Pemeriksaan luar : Varices : tidak ada

Oedema : tidak ada

Benjolan : tidak ada

Pemeriksaan dalam : Vulva/vagina : tidak ada kelainan

Portio : tipis lembek

Pembukaan : 6 cm
125

Ketuban : utuh

Persentasi : kepala

Penurunan kepala : Hodge II

III ANALISA

G2P1A0 Hamil 39-40 minggu, Inpartu Kala I Fase aktif. Janin tunggal hidup

intra uterin, presentasi kepala.

IV PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik, saat

ini ibu sudah memasuki proses persalinan.

(Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan)

2. Mengobservasi Tanda- tanda vital, DJJ, his, dan kemajuan persalinan

3. Memberitahukan suami / keluarga untuk mendampingi ibu dalam proses

persalinan. (Suami dan keluarga mendampingi ibu)

4. Memberikan dukungan Psikis dengan membesarkan hati, menentramkan

perasaan ibu dan keluarga serta memberikan rasa aman dan nyaman

5. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dengan jalan – jalan / tidur

dengan miring ke kiri.

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB/BAK. (Ibu sudah BAK dan

belum BAB)
126

7. Menjaga privacy ibu dengan menutup tirai ruangan persalinan ibu

(Privacy ibu sudah dijaga)

8. Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf (partograf

digunakan jika Kala I Fase aktif/pembukaan sudah 4 cm). (terlampir)

(Hasil dari pemantauan Kala I)

9. Menyiapkan tempat, alat dan bahan untuk pertolongan persalinan.

(Tempat, alat dan bahan untuk pertolongan persalinan sudah siap.)

Pukul 09.00 WIB

Ibu mengatakan keluar air-air banyak, mulesnya semakin sering dan kuat, serta

sudah ada keinginan untuk mengedan. HIS 4x10’45-50” BJF 146 x/menit reguler.

Inspeksi terlihat tanda dan gejala kala II, ibu mempunyai keinginan kuat untuk

mengedan / adanya dorongan untuk mengedan, terdapat tekanan yang meningkat

pada anus dan vagina, perineum menonjol dan vulva membuka. Setelah itu

dilakukan pemeriksaan dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba,

pembukaan lengkap, ketuban negative, pecah spontan berwarna jernih, penurunan

kepala Hodge IV, UUK kanan depan dan moulage tidak ada.Pukul 09.30 WIB

tangal 19 Mei 2011 bayi lahir spontan jenis kelamin perempuan, menangis kuat,

pergerakan aktif, warna kulit kemerahan, anus berlubang ditandai dengan

keluarnya mekonium, dilakukan IMD selama 1 jam.


127

Pukul : 09.31 WIB

Ibu mengatakan masih merasa mules, lelah dan senang atas kelahiran bayinya.

Setelah itu memastikan janin kedua dengan cara melakukan palpasi uterus dan

hasilnya tidak ada janin kedua, setelah itu memberitahukan kepada ibu bahwa ibu

akan disuntik dan ibu bersedia untuk disuntik, pada pukul 09.31 WIB dilakukan

suntikan oxitocin 10 IU dengan cara IM. Setelah itu memastikan kandung kemih

kosong, terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta dan melakukan peregangan tali

pusat lalu plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal 19 Mei 2011, jam 09.45

WIB, dengan berat ± 500 gr, panjang tali pusat ± 21 cm, lalu melakukan massase

uterus dan hasilnya kontraksi baik, perdarahan ± 150 cc. Kemudian memeriksa

kelengkapan plasenta dan laserasi, tidak terdapat laserasi pada daerah perineum.

Pukul 09.50 WIB

I. Subjektif

Ibu mengatakan masih lemas, mules pada perutnya.

II. Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 110/80 mmhg Respirasi : 22 x/mnt

Nadi : 80 x/mnt Suhu : 36,8 °C


128

Abdomen :Tidak ada luka bekas operasi

TFU : 1 jari di bawah pusat

Kontraksi uterus : baik +Kuat

Genitalia

– Luka Laserasi : Tidak Ada

– Perdarahan : ± 100 cc, normal

III. Analisa

P2A0 kala IV normal

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa plasenta sudah lahir, keadaan

ibu baik.

(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)

2. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

(Uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan)

3. Membiarkan bayi untuk tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

selama 1 jam.

(Bayi masih melakukan IMD)


129

4. Melakukan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan

pervaginam.

(Kontraksi uterus baik)

5. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

(Ibu bisa melakukan masase uterus sendiri sesuai dengan yang diajarkan

oleh bidan).

6. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan chlorine 0,5 %

untuk dekontaminasi selama 10 menit, kemudian cuci dan bilas.

(Proses dekontaminasi sudah dilakukan)

7. Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah

yang sesuai. (bahan – bahan yg terkontaminasi sudah dibuang ke tempat

sampah yang sesuai)

8. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan membersihkan

tempat ibu dengan larutan chlorine

(Ibu dan tempat ibu sudah dibersihkan)

9. Memberikan ibu rasa nyaman dengan mengganti pakaian ibu

(Pakaian ibu sudah diganti dan ibu terlihat lebih nyaman)

10. Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua.

Memeriksa suhu tubuh ibu setiap 2 jam.

(Nadi 81 x/menit, kandung kemih kosong, suhu 36,7 °C)


130

11. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi

(Ibu makan 1 piring sedang nasi, ikan dan sayur, minum air putih 1 gelas

sedang)

12. Melengkapi partograf

C. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. D 33 tahun P2A0 6 JAM


POST PARTUM FISIOLOGIS

Hari, tanggal pengkajian : Kamis, 19 mei 2011

Waktu : Pukul 16.00 WIB

Tempat : Polindes

I. Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa mules, dan lelah.

II. Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Keadaan Emosional : Stabil

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg


131

Nadi : 84 x / menit

Respirasi : 20 x / mt

Suhu : 36,7O C

5. Pemeriksaan Fisik

1) Payudara : Bentuk simetris, puting payudara menonjol,

pengeluaran cairan kolostrum ada, benjolan atau

pembengkakan tidak ada dan nyeri tekan tidak ada.

2) Abdomen : Kontraksi baik, TFU 1 jari di bawah pusat, kandung

kemih kosong dan massa tidak ada

3) Genitalia : Tidak ada luka laserasi, perineum utuh, lokia rubra

berwarna merah dan hitam konsistensi cair.

III. Analisa

P2A0 Post Partum 6 jam, fisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

keadaan ibu baik, masa nifas ibu normal.

(Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan)

2. Memberikan penkes tentang :

a. Cara menyusui yang baik dan benar dan pemberian asi Eksklusif

b. Kebersihan diri
132

3. Istirahat dan tidur

4. Nutrisi dan hidrasi

5. Hubungan seksual

6. Tanda bahaya nifas

7. Memberikan tablet Fe 10 tablet dengan dosis 1x1 dan Vitamin A 2 kapsul

dengan dosis per kapsul 200.000 IU.

(Tablet Fe Vit A sudah diberikan dan ibu mau meminumnya sesuai

dengan dosis yang dianjurkan)

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. D 33 tahun TAHUN P2A0 6 HARI POST


PARTUM FISIOLOGIS

Hari, Tanggal : Rabu,25 mei 2011

Waktu : 12.00 WIB

Tempat : Kp. Citangkalak

I. Subjektif

Ibu mengatakan tidak mengalami keluhan. Ibu juga mengatakan tidak ada

kesulitan dalam merawat bayinya. ASI nya keluar banyak dan lancar, bayi diberi

ASI sesuai dengan keinginan bayi.


133

II. Objektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Keadaan emosional : Stabil

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

Respirasi : 21x/menit

Suhu : 36,5C

5. Pemeriksaan fisik

a. Payudara : Bentuk simetris, puting payudara menonjol,

pengeluaran ASI ada, tidak ada benjolan,

pembengkakan maupun nyeri tekan.

b. Abdomen : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas syimpisis,

tidak teraba massa, kandung kemih kosong

c. Genitalia : Lokia sanguilenta berwana kekuningan dan

tidak berbau, konsistensi cair.

III. Analisa

P2A0Postpartum 6 hari, fisiologis


134

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.

(Ibu mengetahui keadaan dan kondisinya baik)

2. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas dan harus segera menemui

petugas kesehatan apabila menemukannya.

3. Menjelaskan cara perawatan payudara. (Ibu mengerti dan akan

melakukannya).

4. Mengajarkan ibu senam nifas.

5. Menganjurkan ibu untuk kontrol lagi ke petugas kesehatan atau apabila

mempunyai keluhan. (Ibu mengerti dan akan melakukannya)

6. Mengingatkan kembali ibu untuk memberikan ASI Eksklusif. (Ibu mau

memberikan ASI Eksklusif.)

7. Memberikan konseling tentang nutrisi selama masa nifas.

(Dilakukan dan ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan.)

8. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar. (Ibu mengerti dan mau

melakukannya).

9. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan tindakan dalam bentuk SOAP.


135

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. D 33 TAHUN P2A0 2 MINGGU

POST PARTUM FISIOLOGIS

Hari, Tanggal : Minggu, 31 mei 2011

Waktu : 07.30 WIB

Tempat : Kp. Citangkalak

I. Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu sudah merasa lebih baik. Ibu juga

mengatakan tidak ada kesulitan dalam merawat bayinya. ASI nya keluar banyak

dan lancar, bayi diberi ASI sesuai dengan keinginan bayi hanya saja ibu masih

bingung dalam memilih KB.

II. Objektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Keadaan emosional : Stabil

4. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 20x/menit
136

Suhu : 36,5C

5. Pemeriksaan fisik

a. Payudara : Bentuk simetris, puting payudara menonjol,

pengeluaran ASI ada, tidak ada benjolan,

pembengkakan maupun nyeri tekan.

b. Abdomen : tidak teraba, tidak teraba massa, kandung

kemih kosong

c. Genitalia : Lokia serosa, tidak berbau, konsistensi cair.

III. Analisa

P2A0 Postpartum 2 minggu, fisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah membaik.

(Ibu mengetahui bahwa keadaan ibu sudah membaik).

2. Mengingatkan kembali ibu untuk memberikan ASI Eksklusif .

(Ibu mau memberikan ASI Eksklusif)

3. Memberikan konseling tentang hubungan seksual dan penggunaan keluarga

berencana. (Ibu mengerti, ibu belum siap melakukan hubungan seksual, ibu

ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.)

4. Mendokumentasikan ke dalam bentuk SOA


137

D. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. D


BAYI BARU LAHIR 1 JAM FISIOLOGIS

Hari, tanggal pengkajian : Kamis, 19 Mei 2011

Waktu : Pukul 10.30 WIB

Tempat : Polindes

I. Subjektif

1. Identitas Anak

Nama : Bayi Ny. D

Tanggal lahir : 19 Mei 2011

Jam Lahir : 09.30 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

BB dan PB : 3200 gram dan 50 cm

2. Riwayat Persalinan

Tanggal 19 mei 2011 jam 09.30 WIB lahir bayi perempuan dengan BB

3200 gr dan PB 50 cm, lahir pervaginam dari ibu umur 33 tahun merasa

hamil 9 bulan. Segera setelah lahir bayi langsung nangis kuat. Kelainan

tidak ada.
138

II. Data Objektif

A. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda - tanda vital

a. Suhu : 36,5 oc

b. Pernafasan : 40 x/menit

c. Heart Rate (HR) : 124 x/menit

4. Antropometri

a. Berat badan : 3.200 gram

b. Panjang badan : 50 cm

c. Lingkar kepala

1) Circumferentia Sub Ocipito Bregmatika : 33 cm

2) Circumferentia Fronto Ocipitalis : 34 cm

3) Circumferentia Mento Ocipitalis : 35 cm

d. Lingkar dada : 33 cm

5. Pemeriksaan Fisik secara sistematis

a. Kepala

1) Bentuk : Simetris

2) Ubun – ubun : Datar

3) Moulase : Tidak ada

4) Caput succedaneum : Tidak ada


139

b. Mata

1) Bentuk : Simetris

2) Tanda – tanda infeksi : Tidak ada

3) Reflek mengedip : Baik

4) Refleks pupil : Baik

5) Lain – lain : Tidak ada

c. Telinga

1) Bentuk : Simetris

2) Tulang rawan telinga : Keras

3) Letak telinga sejajar dgn alis mata: Sejajar

4) Refleks pendengaran : Baik

d. Hidung dan Mulut

1) Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

2) Warna bibir : Merah muda

3) Refleks menghisap (Sucking) : Ada

4) Refleks menelan (Swallowing) : Ada

5) Labioskizis dan palatoskizis : Tidak ada

e. Reflek Rooting : ada

f. Leher

1) Pembengkakan : Tidak ada

2) Reflek Tonik Neck : Baik


140

g. Dada

1) Bentuk dada : Simetris

2) Retraksi dinding dada : Tidak ada

3) Fraktur klavikula : Tidak ada

h. Paru – paru

Auskultasi

1) Paru – paru : Bunyi bersih, tidak ada wheezing,

ronchi

2) Jantung : Bunyi LUB - DUB

i. Payudara

1) Bentuk : Simetris

2) Putting susu : Menonjol

3) Pengeluaran : Tidak ada

j. Bahu, lengan dan tangan

1) Jumlah jari tangan : Lengkap

2) Reflek grapsing (menggenggam) : Ada

3) Periksa kelumpuhan pada

lengan dan tangan : Tidak ada.

4) Kelainan : Tidak ada

k. Reflek Moro : Baik

l. Abdomen

1) Bentuk : Simetris
141

2) Penonjolan sekitar pusat

(hernia umbilikus) : Tidak ada

3) Perdarahan tali pusat : Tidak ada

4) Massa pada abdomen : Tidak ada

5) Lain – lain : Tidak ada

m. Genitalia

Bayi perempuan

1) Lubang Uretra : Ada

2) Lubang vagina : Ada

3) Kelainan bawaan : Tidak ada

n. Tungkai dan kaki

1) Bentuk : Simetris

2) Jumlah jari kaki : Lengkap

3) Tanda klik : Baik

4) Reflek Babinsky : Baik

5) Kelainan : Tidak ada

o. Punggung dan anus

1) Masa/tonjolan : Tidak ada

2) Sfina bifida : Tidak ada

3) Meningokel : Tidak ada

4) Anus berlubang : Ada

5) Pengeluaran mekoneum : Ad
142

p. Kulit

1) Warna kulit : Merah muda

2) Vernik kaseosa : Ada

3) Lanugo : Ada

4) Pembengkakan : Tidak ada

5) Tanda lahir : Tidak ada

III. Analisa

Bayi baru lahir, 1 jam fisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan

bayi sehat dan normal

(Ibu dan keluarga mengatakan senang dengan keadaan bayinya yang sehat dan

Normal)

2. Meminta persetujuan ibu ( informed consent ) tindakan yang akan dilakukan

yaitu memberikan salep mata, memberikan suntik Vit.K1

(Ibu dan keluarga sudah menyetujui dan menandatangani informed concent

tentang tindakan yang diberikan )

3. Memberikan salep mata Tetra siklin 1 persen,suntik vit.k1 dan memberikan

pemberian vit.k1 setelah 1 jam.

(Salep mata, Vit K1 sudah diberikan.)


143

4. Menjaga bayi tetap hangat dan kering dengan cara menyelimuti bayi dan

segera mengganti popok yang basah.

(Bayi sudah diselimuti dan popok yang basah sudah diganti.)

5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan

bayi dan memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan

(Bayi sudah mendapatkan ASI dan ibu mau menyusui ASI Eksklusif sampai

usia 6 bulan)

6. Melakukan perawatan tali pusat dengan membiarkan tali pusat secara terbuka

(Perawatan tali pusat sudah dilakukan.)

7. Memberikan konseling tentang:

a. Menjaga kehangatan bayi

b. Perawatan tali pusat

c. Perawatan bayi sehari-hari

d. Tanda bahaya pada bayi yaitu:

(Ibu mengerti semua konseling yang diberikan dan dan ibu mau

melaksanakan sesuai dengan anjuran.)


144

CATATAN PERKEMBANGAN BBL

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 6 Jam

Tanggal : 19Mei 2011

Hari : Kamis

Jam : 16.00 WIB

Tempat : Polindes Pakemitan Kidul

I. Subjektif :

Ibu mengatakan bayinya menangis kuat dan sudah mampu menetek.

II. Objektif

1. Keadaan umum : Aktivitas dan tonus otot : Aktif dan otot kenyal

Tangis bayi : kuat

2. Tanda vital : Laju nafas : 50 x / menit

Laju jantung : 140 / x / menit

Suhu : 36,50C

3. Antropometri

Berat badan : 3200 gram

Panjang badan : 50 cm
145

4. Pemeriksaan fisik

a) Kepala : Caput suksedanum : Tidak ada

Ubun- ubun : Lunak

Penonjolan atau cekungan : Tidak ada

Lingkar kepala : 35 cm

b) Mata : Tidak ikterik dan tidak ada pus

c) Hidung : Tidak ada polip, labiopalatoscizis tidak ada

d) Mulut : Bibir : Berwarna merah muda

Sumbing : Tidak ada

Refleks hisap : Kuat

Reflek rooting atau mencari : Ada

e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thiroid

f) Ekstremitas atas : Jumlah jari lengkap

Gerakan kuat

Reflek menggenggam : Ada

g) Dada Bentuk : Simetris

Puting : Datar

h) Abdomen : Penonjolan sekitar tali pusat : Tidak ada

Perdarahan tali pusat : Tidak ada

Lembek saat menangis : Tidak ada


146

Tanda-tanda infeksi (talipusat

merah, berbau dan bernanah) : Tidak ada

Tali pusat kering

i) Sistem syaraf : Reflek morro ada

j) Ekstremitas bawah : Jumlah jari kiri dan kanan lengkap

Gerakan : Aktif

Refleks babyinski : Ada

k) Punggung : Tidak ada penonjolan dan pembengkakan

l) Genitalia : Tidak ada kelainan

: Lubang uretra : Ada

Lubang vagina : Ada

Anus : Ada

BAB : +

m) Kulit : Kemerahan

Verniks kaseosa : Tidak ada

III. Analisa

Bayi Ny. D baru lahir 6 jam, fisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

(Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan)


147

2. Memandikan bayinya dan memberi tahu keluarga tentang cara perawatan tali

pusat serta menjaga kehangatan tubuh bayi.

(Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran)

3. Menganjurkan kembali kepada ibu untuk memberikan ASI ekslusif dengan

memotivasi ibu agar menetekan bayinya sesering mungkin.

(Ibu masih memberikan ASI-nya sesuai kebutuhan bayinya)

4. Menganjurkan ibu untuk melaksanakan imunisasi sedini mungkin.

(Ibu akan mengikuti anjuran)

5. Memberitahukan kembali kepada ibu untuk segera membawa bayinya ke

tenaga kesehatan apabila timbul tanda bahaya pada bayi baru lahir.

(Ibu dan keluarga akan segera membawanya ke tenaga kesehatan)

6. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan


148

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 6 hari

Tanggal : 25 Mei 2011

Jam : 12.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. D

I. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK serta menyusu kuat.

II. Objektif

1. Keadaan umum : Aktivitas dan tonus otot : Aktif

Tangis bayi : Cukup kuat

2. Tanda vital : Laju nafas : 40 x / menit

Laju jantung : 135 / x / menit

Suhu : 36,6OC

Wheezing : Tidak ada, reguler

3. Kulit : Kemerahan

4. Abdomen : Tali pusat kering

5. Eliminasi : Tidak ada kelainan, BAB ± 3 kali sehari konsistensi

lembek berbutir kekuningan, BAK ± 8 kali sehari.


149

III. Analisa

Bayi Ny. N bayi baru lahir usia 6 hari fisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat dan normal.

(Ibu dapat mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk membawa bayi ke puskesmas atau

bidan untuk imunisasi selanjutnya yaitu imunisasi BCG.

(Ibu bersedia membawa bayi ke Puskesmas atau bidan untuk diimunisasi)

3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk perawatan bayi baru lahir.

(Ibu mengetahuinya)

4. Mengingatkan kembali kepada ibu mengenai pemberian susu formula pada

bayinya.

(Ibu mengetahuinya)

5. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir normal. (Ibu

dapat mengetahui dan menyebutkan tanda bahaya pada bayi)

6. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.


Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir 2 minggu

Tanggal : 31 Mei 2011

Jam : 07.30 WIB

Tempat : Rumah Ny. D

I. Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sudah dimandikan dan menyusu kuat

II. Objektif

1. Keadaan umum : Aktivitas dan tonus otot : Aktif

Tangis bayi : Cukup kuat

2. Tanda vital : Laju nafas : 41 x / menit

Laju jantung : 133 / x / menit

Suhu : 36,6OC

Wheezing : Tidak ada, reguler

Berat badan 3400 gram

3. Kulit : Kemerahan

4. Abdomen : Tali pusat sudah terlepas.

5. Eliminasi : Tidak ada kelainan, BAB ± 3 kali sehari konsistensi

lembek berbutir kekuningan, BAK ± 8 kali sehari.

150
151

III. Analisa

Bayi Ny. N bayi baru lahir usia 2 minggufisiologis

IV. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat dan normal.

(Ibu dapat mengetahui hasil pemeriksaan)

2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk membawa bayi ke puskesmas atau

bidan untuk imunisasi selanjutnya yaitu imunisasi BCG.

(Ibu bersedia membawa bayi ke Puskesmas atau bidan untuk diimunisasi)

3. Mengingatkan kembali pada ibu untuk perawatan bayi baru lahir.

(Ibu mengetahuinya)

4. Mengingatkan kembali tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir normal. (Ibu

dapat mengetahui dan menyebutkan tanda bahaya pada bayi)

5. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. D 33 Tahun di

Polindes PakemitanTahun 2011, penulis menemukan persamaan dan kesenjangan

antara konsep teori dengan kenyataan di lapangan. Adapun hal ini penulis dapat

dijabarkan dengan bentuk pendokumentasian SOAP yang digunakan sebagai berikut :

A. Kehamilan

1. Data Subjektif

Subjektif yaitu informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang

dirasakannya, apa yang sedang dialaminya dan apa yang telah dialaminya.

Data subjektif juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh

anggota keluarga tentang status klien.

Penulis sebelumnya melakukan informed consent secara lisan dengan

klien Ny. D dan keluarga yang mendampingi, klien sangat kooperatif

sehingga memudahkan proses pengambilan data dan pemeriksaan ibu. Pada

kasus ini penulis menemukan adanya kesamaan teori dan praktek di lapangan,

yaitu pada saat melakukan anmnesis tentang keluhan ibu selama kehamilan

sekarang pada saat ini, didapat Ny. D sering buang air kecil serta akhir-akhir

ini perut terasa tegang. Setelah dikaji lebih Sesuai dengan teori Winkjosastro

(2002, 97) pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu

152
153

atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kencing

mulai tertekan lagi. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh, terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin

lancar sehingga pembentukan air senipun akan bertambah (Manuaba,

1998:110). Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa ibu mengeluh

sering buang air kecil.

Pada pemeriksaan anamnesis mengenai imunisasi TT, ibu mengatakan

imunisasi TT pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan. Hal ini sesuai menurut

Saifuddin (2002:91) yang mengatakan bahwa pada pemeriksaan kehamilan,

pasien akan diberikan imunisasi anti tetanus jika dibutuhkan, pemberian

imunisasi TT I diberikan pada kunjungan antenatal pertama dan TT II

diberikan 4 minggu setelah TT pertama sehingga efektifitasnya tinggi.

Selanjutnya ibu mengatakan pertama kali merasakan gerakan janin

pada usia kehamilan 5 bulan, hal ini sesuai teori Handayani (2006),yang

mengatakan bahwa gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh

ibunya pada kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida pada

kehamilan 16 minggu, karena telah berpengalaman dari kehamilan

sebelumnya. Ibu juga mengatakan bahwa pergerakan janin dirasakan lebih

dari 10x ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa normalnya janin

dapat bergerak minimal 10 kali dalam waktu 12 jam. (Varney, 1997:291).


154

Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan 1

bulan sekali hal ini sesuai teori yaitu menurut Saifuddin (2006) ibu hamil

sedikitnya selama kehamilan melakukan kunjungan antenatal sebanyak 4

kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester

III.

Pada saat anamnesis riwayat penyakit, didapat bahwa Ny. D tidak ada

penyakit keturunan atau penyakit berat yang diderita Ny.D seperti jantung,

asma, ginjal, hipertensi, DM, TBC, dan sebagainya dan tidak ada riwayat

penyakit menular maupun keturunan dalam keluarga.

Pada pola kebiasaan sehari-hari penulis menemukan kesesuaian antara

teori dan kenyataan di lapangan yaitu pada pola istirahat ibu diketahui

biasanya tidur 6-8 jam. Pola istirahat yang cukup, tidak melakukan pekerjaan

berat serta mengkonsumsi makanan yang sehat seperti yang dikemukakan

pasien merupakan upaya untuk menghindari komplikasi. Kecukupan istirahat

pada masa kehamilan dapat menghindarkan ibu hamil dan janin yang

dikandungnya mengalami komplikasi.

Setelah melakukan anamnesis pada Ny. D, penulis mendapatkan hasil

dari data subjektif secara keseluruhan yaitu kehamilannya ini masih dalam

batas normal tidak ada masalah.

2. Data Objektif

Objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan

pemeriksaan, pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir. Dari data objektif
155

didapat kenaikan berat badan ibu selama hamil adalah sebesar 10 kg, hal ini

sesuai dengan teori menurut Manuaba (1998:110) bahwa ibu hamil normalnya

mengalami kenaikan berat badan selama hamil yaitu antara 6,5 kg sampai

dengan 16,5 kg atau naik ½ kg per minggunya.

Didapatkan data yang mendukung penegakan diagnosis, yaitu pada

conjungtiva dan jari kuku Ny. D berwarna merah muda, didukung pada

pemeriksaan penunjang laboratorium dengan menggunakan metode Sahli

didapatkan kadar Hb Ny. D sebesar 11, 6 gr/dl berarti Ny. D tidak mengalami

anemia. Hal ini sesuai dengan teori Manuaba (1998 : 30) yang menyatakan

bahwa kadar Hb ibu hamil normal adalah sebesar 11 gr/dl. Bila kadar Hb ibu

hamil ibu berkisar antara 9-10 gr/dl, maka ibu hamil digolongkan anemia

ringan, sedangkan jika kadar Hb berkisar antara 7-8 gr/dl, maka digolongkan

anemia sedang dan jika Hb kurang dari 7 gr/dl, maka ibu dikatakan anemia

berat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Leopold pada Ny. D yang didapatkan

TFU berada pada pertengahan Proc.xypoideus - pusat, hal ini sesuai dengan

teori (Muchtar, 1998:53), bahwa pada usia kehamilan 38-39 minggu perkiraan

tinggi fundus yang diharapkan yaitu pertengahan pusat dan Proc.xypoideus,

sedangkan pada saat pengukuran TFU secara Mc. Donald didapat TFU

sebesar 32 cm dan pertengahan pusat dan proc.xypoideus. Menurut

Sastrawinata (1983:162) dinyatakan bahwa TFU pada umur kehamilan 38

minggu sebesar 37,7 cm di atas sympisis, Ada kesenjangan antara teori


156

dengan data lapangan yang ada, walaupun tinggi fundus uteri tidak sesuai

dengan teori menurut usia kehamilan namun hal tersebut bisa diakibatkan

karena jumlah kondisi perut ibu. Dari pengukuran TFU juga dapat diperoleh

data tentang taksiran berat badan anak (TBBA) yang disesuaikan pemeriksaan

leopold berkaitan dengan bagian terbawah janin sudah atau belum masuk

PAP, sesuai dengan teori Winkjosastro (2002;54) untuk menghitung TBBA

dapat diperoleh dengan rumus jika bagian terbawah belum masuk maka

ukuran TFU dikurangi 13 dikali 155 (TFU-13x135/155), dan jika bagian

terbawah sudah masuk maka digunakan rumus ukuran TFU dikurangi 11

dikali 155 (TFU-11x135/155), maka diperoleh data bayi sudah masuk

panggul, dengan ukuran TFU 32 cm adalah sebesar 2835 gram-3255 gram.

Dari data tersebut maka dapat disimpulkan walaupun terdapat kesenjangan

dan kesamaan teori antara tinggi TFU dengan usia kehamilan serta hasil

perhitungan TBBA, besarnya uterus sesuai usia kehamilan, hal ini

menandakan pertumbuhan dan perkembangan janin tidak mengalami

hambatan. Keadaan ini dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor janin, dan faktor

plasenta yang masih berfungsi secara normal. Melakukan pemeriksaan palpasi

leopold sesuai dengan standar 5 (SPK, 2002) mengenai palpasi abdominal

yaitu “Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur

kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin, dan masuknya

kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta


157

melakukan rujukan tepat waktu“. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yaitu Bab III tentang Penyelenggaraan

Praktek yaitu pada pasal 10 ayat 2 yang berisi pelayanan kebidanan pada ibu

hamil meliputi yang salah satunya dengan melakukan pemeriksaan fisik.

Berdasarkan hasil yang didapat, maka hasilnya diberitahukan pada ibu bahwa

ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Sesuai dengan Saifuddin (2006), peran

bidan dalam memberikan asuhan kehamilan pada trimester III atau setelah 36

minggu yaitu dengan melakukan deteksi letak bayi yang tidak normal atau

kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Menurut SPK No. 5 mengenai palpasi abdominal pada ibu hamil,

didapat hasil oleh penulis yaitu janin posisi memanjang, teraba bokong di

fundus, teraba punggung janin di perut kanan ibu dan teraba bagian kecil janin

di perut kiri ibu dan teraba kepala di bagian bawah perut ibu dan bagian

terbesar kepala belum masuk panggul (3/5, convergen). Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan detak denyut jantung bayi sesuai dengan langkah asuhan

antenatal. Hal ini disesuaikan dengan teori Manuaba (1998) setelah punggung

janin dapat ditentukan, diikuti dengan pemeriksaan denyut jantung janin yaitu

kaki ibu hamil diluruskan sehingga punggung janin lebih dekat dengan

dinding perut ibu, denyut jantung janin ditetapkan di sekitar skapula, denyut

jantung janin dihitung satu menit penuh. Dalam teori (Safuddin, 2002 : N-3)

dikemukakan bahwa DJJ bayi normal adalah 120-160 kali per menit, dengan

demikian dapat ditentukan bahwa janin ibu dalam keadaan normal.


158

Pada pengumpulan data objektif penulis tidak melakukan pemeriksaan

ke dalam karena ibu tidak bersedia. Dalam pemeriksaan inspeksi genitalia

eksterna tidak ada kelainan dan tidak berbau.

Untuk menentukan diagnosis, diperlukan adanya pemeriksaan

penunjang selain pemeriksaan Hb Sahli yaitu pemeriksaan protein urine dan

glukosa urine. Hal itu sesuai dalam teori bahwa untuk mendapatkan data yang

lebih rinci diperlukan tes laboratorium lengkap seperti Hb Sahli, protein urine

dan glukosa urine (Pusdiknakes, 2003). Dari hasil pemeriksaan didapatkan

bahwa protein urine (-) dan glukosa urine (-), sehingga dapat diindikasikan

dari hasil data laboratorium di atas sebagai data penunjang bahwa Ny. D

hamil normal dan tidak mengalami komplikasi kehamilan dan penyulit

apapun. Setelah melihat penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa Ny. D mengalami hamil normal.

3. Analisa

Analisa yaitu kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan

data objektif. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan

dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

(tatanama). Sesuai dengan Varney (1997) bahwa pada langkah ini bidan

mengindikasikan masalah atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau

masalah yang sudah teridentifikasi.

Berdasarkan data subjektif yang didapat langsung dari klien oleh

penulis mengenai pengakuan riwayat kehamilan sekarang bahwa ini adalah


159

kehamilan yang pertama, tidak pernah mengalami keguguran, serta usia

kehamilan yang dirasakan oleh Ny. D adalah 9 bulan yang sesuai dengan

HPHT pada tanggal 16 Agustus 2010, sehingga dapat ditentukan taksiran

persalinan dengan menggunakan rumus Naegele (HPHT +7 : bulan -3 : tahun

+1) yaitu pada tanggal 23 Mei 2011. Ny. D juga mengemukakan keluhannya

yang ternyata dapat ditarik kesimpulan bahwa Ny. D mengalami keluhan yang

fisiologis.

Berdasarkan data objektif, salah satunya dengan pemeriksaan fisik

dengan melihat konjungtiva Ny. D berwarna merah muda, diperkuat dengan

hasil pemeriksaan penunjang Hb Sahli diperoleh hasil kadar Hb Ny. D11,6

gr/dl, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. D tidak mengalami anemia.

Selain itu dilakukan pemeriksaan TFU, palpasi leopold, serta penghitungan

DJJ dan pemeriksaan penunjang laboratorium protein urine dan glukosa urine,

semuanya menunjukkan hasil normal dan tidak ada masalah.

Dengan demikian berdasarkan data subjektif dan data objektif di atas

maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Ny. D G2P1A0 hamil 37-38

minggu janin tunggal hidup intra uterine dengan presentasi kepala.

4. Penatalaksanaan

Selanjutnya direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

berdasarkan masalah-masalah pada pemeriksaan subjektif dan objektif,

sebagai kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang

sudah diidentifikasi yang bersifat segera atau rutin. Seluruh rencana yang
160

disusun harus berdasarkan persetujuan klien dengan melakukan informed

consent terlebih dahulu.

Asuhan yang diberikan oleh penulis kepada Ny. D antara lain

menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan anamnesis dan

pemeriksaan fisik supaya ibu dan keluarga mengetahui keadaan kehamilannya

normal tidak ada masalah dengan ibu dan bayinya sehingga ibu menjalani

kehamilannya dengan tenang, serta hal ini merupakan hak pasien mengetahui

keadaan dirinya serta kewajiban tenaga kesehatan dalam proses memberikan

pelayanan.

Selain pemeriksaan fisik penulis juga memberitahukan pemeriksaan

penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium guna mengetahui kemungkinan

adanya komplikasi-komplikasi seperti pre eklampsia, diabetes dan anemia

yang kemudian dikemukakan hasilnya pada Ny. D dengan kesimpulan tidak

ada penyulit dalam kehamilannya dan Ny. D hamil normal. Dalam SPK

(2002) standar 4 mengenai pemeriksaan dan pemantauan antenatal dimana

dalam setiap kunjungan bidan harus memeriksa urine untuk tes protein dan

glukosa urine serta melakukan pemeriksaan Hb jika ada tanda-tanda anemia.

Sesuai dengan standar kompetensi bidan mengenai asuhan konseling selama

kehamilan yaitu pada kompetensi ke 3 “Bidan memberi asuhan antenatal

bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang

meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan yang salah satunya dibahas

dalam pengetahuan dasar yaitu dengan melakukan pemeriksaan laboratorium


161

seperti Haemoglobin dalam darah, test gula, protein dalam urine. Sesuai

dengan peran bidan dalam memberikan Asuhan Kehamilan (Safuddin, 2002),

bahwa setiap kunjungan bidan harus meneliti dan mengobati komplikasi-

komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu hamil (pre eklampsi, anemia dll).

Selanjutnya penulis memberikan asuhan memberikan penjelasan

tentang ketidaknyamanan yang ibu rasakan. Hal ini sangat penting bagi ibu

karena jika dibiarkan akan menimbulkan masalah baik seacara psikologis

maupun fisik dalam kehamilannya. Sehingga penulis menjelaskan pada ibu

bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan ibu yaitu sering buang air kecil

adalah hal yang sering dialami ibu hamil pada usia kehamilan tua dan

merupakan hal yang fisiologis asalkan tidak diikuti keluhan lain yang

berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan kompetensi bidan pada standar ke 3 yang

berbunyi: “Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,

pengobatan atau rujukan” yang meliputi pengetahuan dasar yaitu pada

penyuluhan dalam kehamilan: perubahan fisik, perawatan buah dada,

ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktivitas

selama hamil.

Penulis juga memotivasi ibu untuk terus mengkonsumsi makanan yang

bergizi seperti sayuran, daging, dan susu, menganjurkan untuk berolahraga

dan istirahat yang cukup sehingga secara fisik ibu akan lebih siap menghadapi

persalinan nanti.
162

Penulis selanjutnya melakukan asuhan dengan memberikan konseling

tentang tanda-tanda persalinan, serta tindakan yang harus dilakukan ibu dan

keluarga jika terjadi masalah ini yaitu segera datang ke tenaga kesehatan.

Asuhan ini diberikan sesuai kebutuhan ibu dimana usia kehamilan ibu yang

masih rentan timbulnya resiko dalam kehamilan serta usia kehamilan ibu yang

mendekati persalinan. Hal ini dilakukan supaya ibu lebih mengetahui keadaan

dirinya serta bisa mempersiapkan segala sesuatunya jika terjadi tanda bahaya

pada kehamilan maupun jika ibu sudah akan bersalin. Tindakan tersebut

sesuai dengan kompetensi bidan pada standar 3, penulis menganjurkan kepada

ibu dan keluarga untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan,

apabila menemukan tanda bahaya pada kehamilan serta tanda-tanda

persalinan, kemudian memberikan asuhan persiapan persalinan pada ibu

sesuai SPK (2002) mengenai persiapan persalinan, bahwa “Bidan

memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada

trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih

dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,

di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba-tiba

terjadi kegawatdaruratan”. Hal ini terdapat pula dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yaitu Bab III tentang

Penyelenggaraan Praktek yaitu pada pasal 10 ayat 2 yang berisi tentang

penyuluhan dan konseling, pemeriksaan fisik, pelayanan antenatal pada

kehamilan normal (Kepmenkes RI, 2001:4).


163

Selain itu penulis menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi, hal

ini sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang ke 4 tentang pemeriksaan

dan pemantauan antenatal. Penulis mendokumentasikan hasil pengkajian dan

tindakan, sesuai dengan kompetensi bidan yang ke 3..

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. D di atas, sesuai dengan

wewenang bidan dimana seorang bidan memberikan pelayanan kebidanan

mulai dari masa pra nikah, pra hamil, kehamilan , persalinan, nifas, menyusui

dan masa antara kehamilan periode interval. Sesuai dengan SPK (2002)

standar III. IV, V, VI, VII, VIII, juga Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1464/Menkes/PER/X/2010 yang berbunyi “Bidan dalam menjalankan

praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan kebidanan” termasuk

asuhan konseling selama kehamilan kompetensi ke 3 : Bidan memberi asuhan

antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan

yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

A. Asuhan Persalinan Normal

Setelah penulis melakukan pengkajian pada Ny. D 23 Tahun G2P1A0 hamil

39-40 minggu di Polindes Pakemitan dalam bentuk wawancara serta partograf,

penulis menemukan persamaan konsep teori dengan kenyataan di lapangan.

Adapun hal ini penulis dapat jabarkan dengan bentuk narasi laporan persalinan

sebagai berikut :
164

Data subjektif dari laporan hasil pemeriksaan terhadap Ny. D hamil

39-40 minggu penulis menemukan kesesuaian antara teori dan kenyataan di

lapangan, yaitu Ny. D mengeluh mules-mules sering, teratur dan keluar lendir

darah, serta keluar air-air dari kemaluannya. Setelah dikaji lebih dalam, ibu

mengatakan mules yang dirasakannya semakin sering dan teratur serta

semakin kuat tenaganya, serta makin cepat datangnya hal ini sesuai dengan

Manuaba (1998) berdasarkan data subjektif gejala persalinan sebagai berikut

kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang

semakin pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu pengeluaran

lendir bercampur darah, dapat disertai ketuban pecah.

Berdasarkan data ANC, Ibu juga mengatakan HPHT tanggal 16

Agustus 2010 dan TP tanggal 23 Mei 2011. Berdasarkan HPHT usia

kehamilan ibu sekitar 39-40 minggu berarti sudah cukup bulan untuk bersalin,

dan berdasarkan taksiran persalinan ibu tidak sesuai untuk bersalin. Sesuai

dengan kompetensi ke-4 asuhan selama persalinan dan kelahiran pada

pengetahuan dasar, yaitu bidan harus dapat menentukan indikator tanda-tanda

mulai persalinan, jadi berdasarkan data subjektif ibu kemungkinan berada

dalam keadaan akan bersalin. Empat jam kemudian ibu mengeluh mulesnya

makin sering dan tidak kuat ingin mengedan, menurut Handayan (2006)

bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala) turun sampai dasar
165

panggul, sehingga timbul perasaan atau refleks ingin mengedan yang makin

kuat.

Dalam analisis pengambilan data objektif penulis tidak mendapat

kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan yaitu pada pemeriksaan

tanda-tanda vital, didapat semuanya dalam batas-batas normal, tensi stabil sesuai

dengan kompetensi bidan ke-4 pada keterampilan dasar bidan dapat

mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital

ibu pada persalinan sekarang. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada ibu

sesuai dengan kompetensi ke-4 pada keterampilan dasar yaitu melaksanakan

pemeriksaan fisik yang terfokus, melakukan pemeriksaan abdomen secara

lengkap untuk posisi dan penurunan janin mencatat waktu dan mengkaji kontraksi

uterus (lama, kekuatan dan frekuensi), melakukan pemeriksaan panggul atau

pemeriksaan dalam secara lengkap dan akurat meliputi pembukaan, penurunan,

bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi panggul dengan

bayi, dengan hasil yang didapat di lapangan sebagai berikut pada pemeriksaan

objektif konjungtiva ibu merah muda, mengindikasikan ibu tidak mengalami

anemia menurut Manuaba (1998) ibu yang mengalami anemia akan berisiko

mengalami perdarahan, dan mengalami partus lama pada saat persalinan serta

komplikasi persalinan lainnya.

Kemudian pada pemeriksaan payudara colostrum sudah ada keluar,

keadaan ini merupakan kondisi yang normal hal ini sesuai dengan teori dimana

colostrum keluar sesuai dengan tuanya kehamilan, colostrum biasanya keluar


166

pada usia kehamilan 20 mg, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI

makin tampak, payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh

darah makin tampak, dan areola mamae makin menghitam. Selain itu juga penulis

menemukan kesesuaian antara teori dengan kenyataan di lapangan dimana Ny. D

dilakuakan palpasi leopold didapat his 3 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik

paling kuat di fundus, hal ini sesuai dengan teori menurut Saifuddin (2006) yang

menyatakan bahwa frekuensi his yang adekuat pada saat inpartu adalah 3 kali 10

menit dan lamanya 40 detik.

Kemudian dilakukan pemeriksaan dalam jam 09.00 WIB dengan indikasi

sudah ada tanda-tanda ibu ingin mengedan dengan hasil pemeriksaan dalam

diketahui hasilnya pembukaan 10 cm, portio tidak teraba,penurunan kepala sudah

di Hodge III diikuti his yang semakin teratur, sering dan kuat sebanyak 4 kali

dalam 10 menit lamanya 45-50 detik serta denyut jantung bayi 146x/menit

menunjukkan kesejahteraan janin, sesuai dengan Saifuddin (2006) denyut jantung

janin normal 120x/menit sampai dengan 160x/menit.

Kemudian pukul 09.05 kemudian dipimpin meneran ketika ada his. Bayi

lahir setelah itu bayi diletakkan di atas perut ibu, dikeringkan dan dibiarkan

diperut ibu setelah selesai proses pemotongan dan penjepitan tali pusat dan

dibiarkan bayi melakukan metode inisiasi menyusu dini.

Setelah proses kala II berjalan normal, dilanjutkan penatalaksanaan kala

III. Sesuai dengan kompetensi bidan ke 4 dalam asuhan persalinan normal pada

keterampilan dasar bidan mampu melaksanakan manajemen aktif kala III yaitu
167

memberi suntikan uterotonika untuk mencegah terjadinya atonia uteri (JNPK KR,

2007).

Dilakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III yaitu membantu

secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban untuk mengurangi kejadian

perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala III, mencegah

terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta, kemudian memeriksa tanda-tanda

vital 1 jam pertama 15 menit sekali dan 2 jam pertama 30 menit sekali, dilakukan

personal hygiene pada ibu, memberikan konseling tentang pemberian ASI dan

tanda bahaya nifas. Sesuai dengan standar kompetensi ke-4 standar 11.

B. Nifas Normal

1. Data Subjektif

Setelah penulis melakukan analisis terhadap laporan Asuhan

Kebidanan Nifas Normal pada Ny. D P2A0 6 jam post partum yang didapat

melalui proses wawancara dan lembar observasi, penulis banyak menemukan

kesesuaian antara konsep teori dan konsep dasar asuhan dengan kenyataan di

lapangan.

Pada saat mengumpulkan data subjektif penulis menemukan

persamaan antara teori dan praktek di lapangan bahwa 6 jam postpartum ibu

masih merasa lemah dan merasa mules, hal ini sesuai dengan teori menurut

Manuaba (1998) 6 jam postpartum pada ibu melahirkan masih merasakan

mules diakibatkan pembuluh darah yang menjepit sebagai efek dari lepasnya

plasenta.
168

Dalam mengumpulkan data objektif Ny. D6 jam postpartum diketahui

keadaan umum ibu baik, tanda vital normal, suhu 36.70C adalah hal yang

normal, sesuai dengan teori menurut Manuaba (1998;192) segera setelah

persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan tetapi tidak lebih dari 380C.

Bila terjadi peningkatan lebih dari 38 0C berturut-turut selama 2 hari

kemungkinan terjadi infeksi. Selanjutnya diketahui konjungtiva ibu merah

muda, kolostrum positif, kontraksi baik, TFU 1 jari bawah pusat. Menurut

Manuaba (1998;192) uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi

keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah.,

lochea rubra positif, berwarna merah dan hitam.

Penulis tidak menemukan kesulitan pada saat pengumpulan data

karena sikap kooperatif dari Ny. D dan keluarga pada saat melakukan asuhan

6 hari postpartum. Pada saat mengumpulkan data subjektif penulis banyak

menemukan kesesuaian antara teori dan praktek di lapangan. Ny.D

mengatakan bahwa dirinya masih keluar darah merah. Keluhan ini sesuai

dengan teori Lisnawati (2007) yang menyatakan bahwa keluar darah merah

kekuningan disebut lochea sanguilenta yang berisi darah dan lendir, hari ke

3-7 pasca persalinan. Menurut Manuaba (1998) pengeluaran lochea dapat

dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut : Lochea rubra, 1-3

hari pasca salin berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua, verniks

kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah, lochea sanguilenta 3-7

hari pasca salin, berwarna merah bercampur putih, lochea serosa 7-14 hari
169

pasca salin, berwarna kekuningan, lochea alba setelah hari ke 14, berwarna

putih.

Pada saat mengumpulkan data subjektif penulis tidak menemukan

masalah pada Ny. D 14 hari postpartum. Ibu mengatakan tidak ada keluhan,

perdarahan masih ada tapi sedikit, tidak ada tanda bahaya yang dirasakan, ibu

cukup nutrisi. Berdasarkan teori Handayani (2006) pengeluaran lochea pada

postpartum bisa berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari sehingga apa yang

dikatakan oleh ibu adalah hal yang wajar.

2. Data Objektif

Dalam mengumpulkan data objektif juga tidak menemukan kesulitan

karena Ny. D bersedia diperiksa. Pada Ny. D hari ke 6 postpartum

ditemukan puting susu menonjol mengeluarkan ASI keduanya, tidak ada

pembengkakan serta nyeri pada payudara, ibu juga mengatakan proses laktasi

lancar tidak ada masalah baik pada ibu maupun bayinya, TFU 3 jari di atas

sympisis dan ditemukan lochea sanguilenta berwarna merah keputihan, sesuai

dengan SPK kompetensi bidan ke5 yang menyatakan bahwa bidan

memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan

tanggap terhadap budaya setempat, dan pada keterampilan dasar yaitu bidan

dapat melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada serta pengkajian

involusi uterus serta penyembuhan luka/jahitan, serta memulai dan

mendukung pemberian ASI Eksklusif. Pada hasil pemeriksaan ini dapat

disimpulkan bahwa ibu mengalami pemulihan organ yang sesuai dengan teori
170

yaitu tinggi TFU serta pengeluaran lochia sesuai dengan lamanya hari ibu

postpartum, dan proses laktasi ibu berjalan normal tidak ada masalah.

Dalam mengumpulkan data objektif pada saat melakukan asuhan 14

hari postpartum, penulis tidak menemukan masalah pada ibu konjungtiva

merah muda , pada pemeriksaan payudara diperoleh bahwa ASI positif,

puting menonjol, tidak terjadi pembengkakan payudara, sehingga dapat

disimpulkan bahwa proses laktasi ibu berjalan normal. Pada pemeriksaan

abdomen diketahui bahwa TFU ibu tidak teraba, hal ini sesuai dengan

Manuaba (1998;192) pada involusi uterus jaringan ikat dan jaringan otot

mengalami preteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir

kala nifas besarnya seperti semula dengan proses involusi sebagai berikut:

pada waktu plasenta lahir TFU sepusat, 1 minggu persalinan TFU

pertengahan pusat simfisis, 2 minggu persalinan TFU sudah tidak teraba, 6

minggu persalinan TFU sebesar hamil 2 minggu dan 8 minggu setelah

persalinan TFU normal kembali. Pengeluaran lochea positif berwarna putih,

sesuai dengan Manuaba (1998;193) setelah 14 hari postpartum lochea

berwarna putih.

3. Analisa

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Normal pada Ny.

D P2A0 2 – 6 hari pospartum dan 2-6 minggu postpartum, penulis banyak

menemukan kesesuaian antara konsep teori dan konsep dasar asuhan dengan

kenyataan di lapangan.Berdasarkan data subjektif dan objektif yang


171

dikumpulkan oleh penulis maka benar bahwa Ny. D 33 tahun P2A0 6 hari

dan 14 hari postpartum fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Langkah awal penulis dalam memberikan asuhan kepada Ny. D 6

hari postpartum yaitu memberitahukan keadaan ibu bahwa ibu sehat tidak ada

masalah dalam kesehatannya. Hal ini penting dilakukan supaya ibu

mengetahui keadaannya serta tidak khawatir terhadap keadaan dirinya.

Dalam melaksanakan asuhan pada Ny. D penulis memberikan asuhan

berdasarkan kebutuhan ibu nifas yaitu memantau keadaan umum ibu, tanda-

tanda vital, laktasi, involusi uteri, lochea. Hal ini penting dilakukan, supaya

ibu menjalani masa nifas dapat terkontrol, sehingga ketika timbul masalah

dapat langsung ditangani.

Kemudian penulis memberikan konseling tentang perawatan

payudara, hal ini penting diberikan supaya proses laktasi ibu berjalan

normal, sehingga rencana memberikan ASI Eksklusif dapat tercapai. Untuk

mendukung pemberian ASI Eksklusif, ibu dianjurkan untuk cukup nutrisi,

sehingga tidak akan menganggu produksi ASI serta kesehatan ibu menunjang

untuk terus memberikan ASI terhadap bayinya.

Lalu ibu diajarkan teknik senam nifas, supaya proses pemulihan

kesehatan ibu postpartum dapat lebih cepat. Setelah itu ibu diajarkan cara

personal hygiene yang baik, untuk menghindari kejadian infeksi. Ibu

diingatkan kembali tentang tanda bahaya nifas yang mungkin terjadi pada
172

ibu, serta tindakan yang harus dilakukan ibu dan keluarga yaitu segera datang

ke tenaga kesehatan. Segala asuhan yang diberikan terhadap ibu, penulis

dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Sesuai dengan kebutuhan ibu pada masa 14 hari postpartum, maka

penulis memberikan motivasi untuk cukup nutrisi dan istirahat, karena ibu

mengalami kelelahan karena mengurusi bayinya. Masa postpartum ibu yang

sebentar lagi selesai dan akan segera mengalami haid kembali membutuhkan

konseling tentang KB serta memotivasi untuk terus memberikan ASI

eksklusif. Sesuai dengan kompetensi ke-5 pada keterampilan dasar yaitu

melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri,

istirahat, nutrisi dan asuhan bayi baru lahir. Mendukung pemberian ASI

eksklusif, pengkajian involusi uterus serta penyembuhan luka jalan lahir,

melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan,

mendeteksi dini tanda bahaya nifas.

C. Bayi Baru Lahir Normal

Setelah penulis melakukan pengkajian pada laporan bayi baru lahir pada

bayi Ny. D penulis menemukan persamaan konsep teori dengan kenyataan di

lapangan. Adapun hal ini penulis dapat jabarkan dengan bentuk narasi laporan

bayi baru lahir sebagai berikut :

1. Data Subjektif

Di sini penulis menemukan persamaan dan kesenjangan antara teori

dan praktek di lapangan bayi dilakukan bounding attachment, sehingga bayi


173

dapat menyusu lebih dini dari ibunya. Menurut wewenang bidan dalam

Kepmenkes 2002 poin 9 bahwa bayi harus diberikan ASI 30 menit pertama.

Kemudian bayi diberikan salep mata dan vitamin K, hal ini sesuai teori

bahwa pencegahan infeksi neonatal yaitu dengan salep mata dan Vitamin K

untuk mencegah perarahan di otak. (JNPK, KR 2007

Penulis menemukan kesesuaian antara teori dengan praktik di

lapangan yaitu bayi sudah mendapatkan imunisasi BCG. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yaitu Bab III tentang

Penyelenggaraan Praktek yaitu pada yang terdapat pada pasal 10 ayat 2 dan

menurut wewenang bidan poin 9 yaitu: bahwa bayi harus diberikan imunisasi.

2. Data Objektif

Dari hasil pemeriksaan pada hari pertama keadaan umum bayi

aktivitasnya aktif, tangis bayi kuat dan tanda-tanda vitalnya terdiri dari: laju

napas 40 x/menit, laju jantung 124 x/menit, suhu 36,50C, berat badan bayi

3200 gram. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tidak ada penonjolan pada

ubun-ubun, sutura ada, lingkar kepala 34 cm, letak telinga simetris, mata tidak

ada pengeluaran cairan atau pus, hidung dan mulut tidak ada kelainan, tidak

ada bibir sumbing, mulut bersih dan refleks hisap baik, leher tidak

pembengkakan atau benjolan, dada simetris, puting ada, lingkar dada 33 cm,

ekstremitas atas pergerakkan aktif, jumlah jari lengkap, refleks moro ada,

rooting ada, sucking ada, swallowing ada, tonik neek ada, starle ada, stapping

ada, graspping ada, genggam ada. Perut bentuk normal tali pusat tidak ada
174

tanda infeksi. Genitalia: jenis kelamin laki-laki testis belum turun, lubang

penis ada di ujung penis. Tungkai dan kaki gerakan normal, jumlah jari

lengkap, bentuk simetris. Punggung dan anus tidak ada cekungan, anus

berlubang ditandai adanya mekonium. Kulit tidak ada verniks tidak da tanda

lahir warna kulit kemerahan. Menurut teori yang dikemukakan oleh Saefudin

(2006) bahwa bayi baru lahir normal keadaan umumnya baik, warna kulit

kemerah-merahan, aktivitas aktif, tonus otot baik, dan tangis bayi kuat.

Tanda-tanda vital bayi baru lahir normal adalah laju nafas akan cepat pada

menit-menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian akan turun menjadi 40-60

x/menit pada 10-15 menit setelah persalinan, laju jantung kira-kira 180

x/menit yang kemudian akan turun sampai 140-120 x/menit pada waktu bayi

berumur 30 menit, suhu 36–37 °C. Dalam 3 hari pertama berat badan akan

turun oleh karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, sedang

cairan yang masuk belum cukup, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan

naik lagi. Berat badan normal bayi baru lahir berkisar antara 2500gr – 3000

gr. Pada pemeriksaan fisik bayi Ny. D termasuk bayi baru lahir normal,

karena menurut pernyataan Wiknjosastro (2002) pada bayi yang tidak normal

ditemukan kelainan-kelainan sebagai berikut  kepala: besar, bentuk,

molding, sutura tertutup/melebar, caput suksedaneum, hematoma sefal,

kraniotabes, dan sebagainya. Mata: Perdarahan subkonjungtiva, mata yang

menonjol, katarak, dan lain-lain. Telinga: kelainan daun/bentuk telinga.

Mulut: Labioskisis, labiognatopalatoskisis. Leher: hematoma


175

sternokleidomastoideus, duktus tiroglosus, higromakoli. Dada: pembesaran

buah dada, retraksi interkostal, subkostal, sifoid, merintih, pernafasan cuping

hidung, bunyi paru-paru (sonor, vesikuler, bronchial, dll). Jantung: pulsasi,

frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung. Abdomen: membuncit,

skafoid. Tali pusat: berdarah, hernia di pusat atau di selangkang. Alat

kelamin: hematoma, testis belum turun, fimosis, adanya perdarahan/lendir

dari vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani. Tulang

punggung: spina bifida, pilonidal sinus. Anggota gerak: fokomelia, sindaktili,

polidaktili, fraktur, paralysis, talipes, dan lain-lain. Keadaan neoromuskuler:

refleks moro, refleks genggam, refleks rooting, dan sebagainya. Anus

berlubang. Pada anus bayi Ny. D tidak dilakukan pemeriksaan dengan

termometer rectal, karena bayi Ny.Y sudah mengeluarkan mekoniumnya saat

lahir.

3. Analisa

Berdasarkan data subjektif dan objektif maka dapat disimpulkan

bahwa bayi Ny. D dalam keadaan fisiologis dengan keadaan umum bayi baik,

tonus otot baik, tangis bayi kuat, refleks hisap kuat, warna kulit kemerahan,

dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Hal ini sesuai

dengan teori yang dikemukakan Saifuddin (2006;N-36) bahwa bayi baru lahir

yang dinyatakan sakit apabila terdapat kesulitan bernafas yaitu pernafasan

sulit atau > 60 x/menit, kehangatan terlalu panas > 38 0C atau terlalu dingin <

360C, warna kulit kuning, biru atau pucat dan memar. Pemberian ASI sulit
176

atau hisapan lemah, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan

bau darah.

4. Penatalaksanaan

Pada tahap ini penulis dapat menyusun rencana asuhan sesuai dengan

data yang diperoleh dari data subjektif dan objektif. Adapun rencana asuhan

yang diberikan yaitu berupa pemeriksaan fisik, penyuluhan dan konseling

tentang pendidikan kesehatan seperti cara menjaga kehangatan tubuh bayi,

perawatan tali pusat, perawatan bayi, pemberian imunisasi, pemberian ASI

eksklusif, dan tanda-tanda bahaya baru lahir serta rencana memandikan bayi.

Tindakan-tindakan yang dilakukan penulis telah sesuai dengan wewenang

bidan yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010

yaitu Bab III tentang Penyelenggaraan Praktek yang berbunyi :

Pasal 10 Ayat 2

Pelayanan kesehatan ibu meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui, dan

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.


177

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penyusunan studi kasus komprehensif ini dilakukan dengan melaksanakan

manajemen asuhan kebidanan pada kasus Ny. D dengan persalinan normal sesuai

dengan kebutuhan klien melalui upaya pendekatan manajemen kebidanan sejak

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir hingga 2 minggu post partum yang

dilaksanakan di Polindes Desa Pakemitan

1. Selama kehamilannya Ny. D tidak mengalami komplikasi/kelainan yang dapat

membahayakan dirinya maupun bayinya, proses kehamilannya dilalui dengan

baik, ini semua karena klien selalu melakukan ANC secara teratur dan

mendapatkan asuhan/pelayanan kebidanan dengan baik dan sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan komprehensif.

2. Proses persalinan Ny. D tidak mengalami komplikasi/kelainan, karena proses

persalinan dari mulai kala I sampai kala IV mendapatkan asuhan persalinan

normal sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

3. Masa nifas Ny. D dilakukan mulai dari 6 jam post partum sampai 2 minggu

post partum, keadaan ibu baik dan masa nifas ibu berjalan dengan normal

serta tidak ditemukan kelainan serta tanda bahaya nipas dan IMD sudah

dilakukan.
178

4. Bayi lahir dengan selamat dan sehat pada jam 09.30 WIB, pemberian Vit K1,

salep mata tetra siklin 1%, dan Imunisasi HBO sudah dilakukan.

Penatalaksanaan BBL sudah sesuai dengan teori APN

B. Saran

1. Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga dapat mengetahui perkembangan kesehatan ibu dan

bayi sehingga komplikasi yang mungkin terjadi dapat terdeteksi serta diatasi

sedini mungkin.

2. Bagi Mahasiswa

Agar selalu menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan yang

komprehensif sesuai teori yang sudah ada dan sesuai standar pelayanan

kebidanan dan untuk meningkatkan keterampilan serta bahan pembelajaran di

lapangan kerja nantinya.

3. Bagi Instansi Puskesmas

Puskesmas sebagai pelayanan masyarakat terdepan sangat diharapkan

dapat menerapkan teori sesuai standart pelayanan kebidanan serta melakukan

asuhan kebidanan yang komprehensif dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan bagi kesejahteraan ibu dan bayi dengan memberikan pelayanan

yang terbaik dalam setiap asuhan yang diberikan.


179

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjaga mutu dan kualitas pendidikan terutama di

bidang kesehatan supaya dapat menghasilkan generasi/lulusan yang kompeten

di bidang kesehatan khususnya kebidanan untuk dapat diterapkan di

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1999. Beberapa tanda bahaya dalam kehamilan.


http://biomed.ee.itb.ac.id/ diakses tahun 2005

Depkes RI, 2005. Kebutuhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Sasaran Pembangunan
Kesehatan Nasional 2004 – 2009. dari http://www.depkes.go.id diakses tahun
2007.

Falah, S Tatang. 2003. Kesejahteraan Ibu yang Terlupakan, from


http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses tahun 2003.

Fitriasari, N. 2006. Dokumentasi Kebidanan. Dari http://www.usu.ac.id

Hanifah, Laily. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan from :


http://situs.kesrepro.info/kia diakses tahun 2005

Hapsari. 2006. Kontribusi Penting Menyelamatkan Persalinan Sehat dan Buku KIA.
Dari http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=47 diakses tahun 2006.

Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR 1469/MENKES/PER/X/2010 yaitu BAB III


tentang Penyelenggaraan Praktik

Monika, 2004. Seputar Kehamilan dan Kelahiran Cetakan ke I. Book Marks.


Jogjakarta

Nursalam, 2005. Hubungan Antara Perilaku Antenatal Ibu Hamil. Dari


http://www.kompas-cybermedia.com diakses tahun 2005

Saifudin, AB.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta, YBP Sarwono Prawirohardjo bekerja sama dengan
JPNPKKR – POGI – JHPIEGO/MNH PROGRAM.

Suparmanto, Sri Astuti. 2006. Angka Kematian Ibu Indonesia 50 Per Hari dari
http://www.Pikiran-rakyat.com diakses Selasa, 24 Januari 2006

SPK, 2001. Standar Pelayanan Kebidanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Yuniati, I. 2006. Pengambilan Keputusan Klinis dengan Manajemen Kebidanan dan


Pendokumentasiannya. Pertemuan Ilmiah Rakernas ke-4 Ikatan Bidan
Indonesia. Balikpapa

Anda mungkin juga menyukai