Anda di halaman 1dari 124

sBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan

ssecara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi baru lahir.

Asuhan kebidanan ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui hal – hal apa

saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas sampai

dengan bayi yang dilahirkannya serta melatih mahasiswa dalam melakukan

pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah yang

mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan

tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap

tindakan yang telah dilakukan.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penurunan angka kematian

ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup masih terlalu lamban untuk mencapai target

Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) dalam

rangka mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama

hamil dan melahirkan pada 2015, untuk mencapai target MDGs penurunan angka

kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Namun data

WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan angka kematian ibu

hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005,sebanyak

1
536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah

dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000.

Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan

atau kelahiran terjadi dinegara-negara berkembang. Rasiko kematian ibu di

negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian

ibuper 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian

ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran. Terlebih lagi,

rendahnya penurunan angka kematian ibu global tersebut merupakan cerminan

belum adanya penurunan angka kematian ibu secara bermakna di negara-negara

yang angka kematian ibunya rendah

Jumlah AKI di kota Tangerang pada tahun 2008 mencapai 14 orang,di

tahun 2011 adalah sebanyak 50 orang , Demikian juga tingkat AKB dari 89

kasus di tahun 2008,turun menjadi 59 di tahun 2009 (Dinkes Kota Tangerang

2009). AKI Dan AKB di provinsi banten pada tahun 2012 masih cukup tinggi,

yaitu pada tahun 2012 mencapai 189/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB

dari 26 menjadi 22,8/1000 kelahiran hidup. (Dinkes Banten,2012).

Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung

kematian ibu, yang terjadi 90 % pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan

yaitu perdarahan 28 %, eklamsia 24 %, infeksi 11 %, komplikasi puerperium 8

%, partus macet 5 %, abortus 5 %, trauma obstetris 5 %, emboli air ketuban 3 %.

2
Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor resiko keterlambatan yaitu (Tiga

Terlambat), diantaranya terlambat dalam pemeriksaan kehamilan (terlambat

mengambil keputusan), terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari

tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam

keadaan emergensi. Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR (Bayi

Berat Lahir Rendah) 29 %, asfiksia 27 %, masalah pemberian minum 10 %,

tetanus 10 %, gangguan hematologi 6 %, infeksi 5 % dan lain - lain 11 % (SKRT

2009). Departemen Kesehatan dalam mewujudkan hal ini, salah satu upaya

terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator persalinan oleh tenaga

kesehatan dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi

adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yaitu

penolong persalinan oleh tenaga kesehatan, pendamping persalinan yang ibu

inginkan, tempat persalinan yang ibu inginkan, transportasi dan donor darah.

Perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Ibu juga

di’kdorong untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain itu, pemerintah melalui

Departemen Kesehatan juga menerapkan Strategi Making Pregnancy Safer

(MPS).

Tugas bidan dalam berperan menurunkan AKI adalah memberikan asuhan

kebidanan kepada ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir, bimbingan

terhadap kelompok remaja masa pra nikah, pertolongan persalinan, melakukan

pergerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-

3
upaya kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, mahasiswi ikut berperan serta

dalam upaya menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan memperdalam ilmu

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu

dan bayi, salah satunya dengan magang/praktek di BPM atau kelinik guna

mengasah dan melatih kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan yang

berkualitas di masa ini dan masa yang akan datang (Saffudin, 2010).

Untuk meningkatkan kerja sama BPM dan institusi , Maka kebidanan

Muhammadiyah Banda aceh mahasiswa semeter 5 wajib mengikuti asuhan

kebidanan komprehensif berikut dilaporkan hasil perktik asuhan kebidanan

komprehensif.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan Asuhan Pelayanan Kebidanan secara komperehensif

sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru

lahir, ibu nifas dan keluarga berencana dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin,

bayi baru lahir nifas,dan KB secara komprehensif melalui pendekatan

manajemen kebidanan .

4
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi

diagnosa masalah pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir ,nifas dan KB

melalui pendekatan manajemen kebidanan.


c. Mahasiswa mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir ,nifas, dan KB secara

komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.


d. Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil asuhan pelayanan

kebidanan dengan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa,

Penatalaksanaan).

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus ini untuk melakukan asuhan

kebidanan yang komprehensif pada Ny. F umur 28 tahun usia kehamilan 38-38

minggu, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB Di BPS Hj. Sinarti

Amd,Keb.SKM lambaro skep , Kota Banda Aceh

D. Sistematika Penulisan

Sistematika studi kasus ini tediri dari 5 bab,yaitu :

Bab I : Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari

tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, dan sistematika

penulisan.

Bab II : berisi tentang Tinjauan pustaka mengenai kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta asuhan-asuhan yang

5
sesuai diberikan oleh tenaga kesehatan pada ibu hamil,

melahirkan, nifas, bayi baru lahir dan kontrasepsi. Selain itu,

mejelaskan tentang pendokumentasian Asuhan Kebidanan

(ASKEB) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya

bidan dalam memberikan asuhan komprehensif.

Bab III : Tinjauan Kasus yang berisikan tentang asuhan kebidanan pada

Ny.K berupa data subjektif dan data objektif.Dimana data

tersebut diperoleh dari anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik.

Dimana data tersebut ditulis dalam bentuk pendokumentasian

SOAP.

Bab IV : Tentang pembahasan yang berisikan tentang asuhan

Komprehensif yang diberikan kepada Ny.K G1P0A₀ usia

Kehamilan 39 minggu fisiologis .

Bab V : Tentang Kesimpulan dan saran yang berisikan tentang

keesimpulan asuhan komprehensif dari uraian yang telah

dibahas dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis bagi

pembaca.

BAB II

6
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Klinis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses merantai yang berkesinambungan

dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum,

konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm .

Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses

patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal

tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-

intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama

dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari

bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan .

Kehamilan adalah proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita

dalam siklus reproduksi. Kehamilan dimulai dari konsepsi dan berakhir

7
dengan permulaan persalinan. Selama kehamilan ini terjadi perubahan-

perubahan, baik perut, fisik maupun fsikologi ibu .

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional.

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin

yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam

rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung

dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan

merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar

dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu

maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil

yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi.

b. Fisiologis Kehamilan

8
Fisiologi kehamilan adalah seluruh proses fungsi tubuh pemeliharaan

janin dalam kandungan yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sel

sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat

berubah drastis. Organ reproduksi interna wanita adalah alat pembuahan

atau kandungan bagian dalam yang meliputi ovarium, tuba falopi, uterus,

dan vagina. Organ reproduksi eksterna wanita adalah alat pembuahan atau

kandungan bagian luar yang meliputi mons veneris, labia mayor, labia

minor, klitoris, introitus vagina, introitus uretra, kelenjar bartholini dan

anus. Payudara/mamae/susu adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit

dan di atas otot dada.

Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang

disebabkan pembuahan sel telur oleh sel sperma. Pada saat hamil akan

terjadi perubahan fisik dan hormon yang sangat berubah drastis.

Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan

terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum,

terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada

uterus, pembentukan plasenta, tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm :

1) Ovulasi

9
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh system

hormonal yang kompleks.


2) Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang

kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi

spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid,

akhirnya menjadi spermatozoa. Pada setiap hubungan seks

ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta

spermatozoa tiap milliliter. Bentuk spermatozoa seperti cabang yang

terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng mengandung inti), leher

(penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10x

kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak). Sebagian

kematian dan hanya beberapa ratus yang mencapai tuba falopi.

Spermatozoa yang masuk ke dalam genetalia wanita dapat hidup

selama 3 hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi.


3) Fertilisasi/ konsepsi
Fertilisasi atau konsepsi adalah pertemuan antara spermatozoa

dengan ovum untuk membentuk zigot. Proses konsepsi / fertilisasi

berlansung sebagi berikut :


a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona

radiate, yang mengandung persediaan nutrisi


b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah

sitoplasma yang dibentuk vitelus

10
c) Dalam perjalanan korona radiate makin berkurang dalam zona

pelucida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran pada

zona pellucid
d) Konsepsi terjadi pada pars ampuylaris tuba, tempat yang paling

luas dan dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang

mempunyai silia. Ovum yang mempunyai waktu terlama di dalam

ampula tuba
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 24 jam
f) Spermatozoa dilimpahkan, masuk melalui kanalis servikalis

dengan kekuatan sendiri. Dalam kavum uteri terjadi proses

kapasitasi yaitu pelepasan sebagian dari lipoprotein sehingga

mampu mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan

perjalanan menuju tuba. Spermatozoa hidup selama 3 hari di

dalam genetalia interna. Spermatozoa mengelilingi ovum yang

telah siap dibuahi serta mengikis korona radioata dan zona

pelucida dengan proses enzimatik (hialurodinase). Melalui

stomata spermatozoa memasuki ovum. Setelah kepala

spermatozoa masuk ke dalam ovum, ekornya terlepas dan

tertinggal di luar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu

dan membentuk zigot.


4) Nidasi
Nidasi adalah masuknya dan tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium. Bagian-bagian nidasi meliputi :


a) Pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa membentuk zigot

11
b) Dalam beberapa jam zigot membelah dirinya menjadi dua dan

seterusnya.
c) Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan

ke uterus
d) Hasil pembelahan sel memenuhio seluruh ruangan dalam ovum

yang besarnya 100 MU atau 0,1 mm dan disebut stadium morula


e) Selama pembelahan sel di bagian dalam, terjadi pembentukan sel

di bagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona

radiata yang menjadi sel trofoblas


f) Sel trofoblas dalam pertumbuhannya mampu mengeluarkan

hormone korionik gonadotropin yang mempertahankan korpus

luteum gravidarum
g) Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula terjadi ruangan

yang mengandung cairan yang disebut blastula


h) Perkembangan dan pertumbuhan terus berjalan, blastula dengan

vili korialis yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk

mengadakan nidasi
i) Sementara itu, fase sekresi endometrium telah makin gembur dan

makin banyak mengandung glikogen yang disebut desidua


j) Sel trofoblas yang meliputi “primer vili korialis” melakukan

destruksi enzimatik dan proteotik, sehingga dapat menanamkan

diri di dalam endometrium


k) Proses penanaman blastula disebut nidasi atau implantasi
l) Proses nidasi tersebut terjadi pada hari ke-6 sampai 7 setelah

konsepsi
m) Pada saat tertanamnya blastula ke dalam endometrium, mungkin

terjadi perdarahan yang disebut tanda Hartman.

12
c. Tanda Dan Gejala Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan ada 3 yaitu:

1. Tanda presumtif/tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan yang

dirasakan oleh ibu (subyektif) yang timbul selama kehamilan. Seperti :

a. Amenorhoe (tidak dapat haid)


Pada wanita sehat sedang haid yang teratur, amenorhoe menandakan

kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umunya

wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari

pertama hair terakhir, supaya dapat ditentukan usia kehamilannya dan

tafsiran tanggal persalinan dengan memakai rumus dari Naegele.


Kadang-kadang amenorhoe disebabkan oleh hal-hal lain diantaranya

penyakit berat seperti TBC,Typhus, Anemia atau karena pengaruh

psyshis misalnya karena perubahan lingkungan (dari desa ke asrama)

juga dalam masa perang sering timbul amenorhoe pada wanita.


b. Nausea (enek) dan emesis (muntah)
Ini terjadi umunya pada bulan-bulan pertama kehamilan sampai

akhir triwulan pertama disertai kadang-kadang oleh muntah. Sering

terjadi pada pagi hari, tapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut

morning sickness. Dalam batas tertentu keadaan ini masih

fisiologis,namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan

gangguan kesehatan dan disebut dengan hiperemisis gravidarum.

c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

13
Sering terjadi pada bula-bulan pertama dan menghilang sengaan

makin tuanya kehamilan.


d. Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron

yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae, sehingga glandula

Montglomery tampak lebih jelas.


e. Anoreksia (tidak ada nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama, tetapi setelah itu nafsu makan

akan timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian

makanan untuk “dua orang”, sehingga kenaikan berat badan tidak

sesuai dengan tuanya kehamilan.


f. Sering kencing
Terjadi karena kandung kecing pada bula-bulan pertama kehamilan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua

umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus mulai membesar

keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul

kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan

kembali kandung kencing


g. Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormon steroid.
h. Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu keatas. Pada pipi,hidung dan dahi,

kadang-kadang tampakn deposit pigmen yang berlebihan, dikenal

sebagai kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mamae juga

menjadi lebih hitam karena didapatkan doposid pigmen yang

berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini

14
terjadi karena pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.


i. Epulis
Suatu hipetrofi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan

pertama.
j. Varises ( penekan vena-vena )
Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapatkan pada daerah

genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida

kadang-kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama

kehamilan muda .
2. Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan yang

diobservasi oleh pemeriksa (bersifat obyektif), namun berupa dugaan

kehamilan saja. Makin banyak tanda-tanda mungkin kita dapati, makin

besar kemungkinan kehamilan.

Yang termasuk tanda kemungkinan hamil yaitu :


a. Uterus membesar
Terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin

lama makin bunda bentuknya.


b. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi luank, terutama

daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami

hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan

pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.

Sehingga kalau kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan

15
satunya pada dinding perut di atas simpisis, maka ismus ini tidak

teraba seolah-olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.


c. Tanda Chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah,agak kebiru-biruan (livide). Warna porsiopun tampak

livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.


d. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak

rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini

menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran

tersebut.
e. Tanda Braxton Hicks
Bila uterus diransang akan medah berkontraksi waktu palpasi atau

pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras

karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk terus uterus dalam masa

kehamilan.

f. Goodell Sign
Di luar kehamilan konsistensi servik keras, kerasnya seperti kita

merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada

perabaan selunak vivir atau ujung bawah daun telinga.


g. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionec

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada

pagi hari. Dengan hasil tes ini dapat membantu menentukan diagnosa

kehamilan sedini mungkin

16
3. Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh

pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

kehamilan.

Yang termasuk tanda pasti kehamilan yaitu:


a. Terasa gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada

kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan

16 minggu, karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu.

Pada bulan ke –IV dan V janin itu kecil jika dibandingkan dengan

banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau

digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim. Ballotement ini

dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang

melakukan pemeriksaan dalam. Ballotement di luar rahim dapat

ditimbulkan oleh tumor-tumor bertangkai dalam ascites seperti

fibroma ovarii. Karena seluruh badan janin yang melenting maka

ballotement semacam ini disebut ballotement in toto untuk

membedakan dengan ballotement yang ditimbulkan oleh kepala saja

pada kehamilan yang lebih tua.


b. Teraba bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin secara obyektif dapat diketahui oelh

pemeriksaan dengan cara palpasi menurut leopold pada khir trimester

kedua.

c. Denyut jantung janin

17
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh

pemeriksaan dengan menggunakan :


1. Fetal Elektrocardioograph pada kehamilan 12 minggu.
2. Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu
3. Stetoskop Laenec pada kehamilan 18-20 minggu
d. Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.
Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa

ukuran kantong janin panjangnya janin,dan diameter bioaretalis

hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan

d. Perubahan-Perubahan Fisiologi Kehamilan

1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

ekstrogen dan progesteron.


Pembesaran disebabkan:
1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah
2) Hiperplasia dan hipertrofi
3) Perkembangan desidua

Uterus Normal Uterus Hamil


 Berat : 30 gr  Berat : Pada 40 Minggu menjadi

1000 gr
 Ukuran : 7-7,5  Ukuran : 20 cm x 5,2 cm x 2,5 cm

cm x 5,2 cm

x 2,5 cm
 Bentuk :  Bentuk : 4 bulan => bulat akhir

Alfokat hamil => lonjong telur

 Besar : telur  Besar : 8 minggu => telur bebek.

18
ayam  12 minggu : telur angsa (TFU

teraba diatas symfisis) tanda hegar

: ismus panjang dan lebih lunak


 16 minggu : sebesar kepala bayi

atau tinju orang dewasa.

Tinggi ( cm ) Fundus Uteri ( TFU)


16 ½ Pusat – SOP
20 Dibawah pinggir pusat
24 Pinggir pusat atas
28 3 jari diatas pusat
32 ½ pusat- proc. Xiphoideus
36 1 jari dibawah proc. Xiphoideus
40 3 jari dibawah proc. Xiphoideus

b. Serviks Uteri

Jaringan ikat pada servik (banyak mengandungkolagen ) lebih

banyak dari jaringan otot yang hanya 10 % . Ekstrogen meningkat.

Bertambah hipervaskularisasi seta meningkatnya suplai darah maka

konsistensi servik menjadi lunak atau disebut tanda Goodell.

Peningkatan aliran darah uterus dan limpe mengakibatkan kongesti

panggul dan oedema. Sehingga uterus, servik dan ithmus melunak

secara progressif dan servik menjadi kebiruan. Post partum servik

menjadi berlipat-lipat dan tidak menutup.

19
c. Vagina dan vulva

Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan

lebih merah, kebiru-biruan (livide) yang disebut tanda Chadwick.

Warna portio tampak livide. Selama hamil Ph sekresi vagina menjadi

lebih asam, keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5. Rentan terhadap

infeksi jamur.

d. Ovarium

Sampai kehamilan 16 minggu terdapat korpus luteum graviditas

dengan diameter 3 cm yang memproduksi estrogen dan progesteron.

Lebih dari 16 minggu plasenta sudah terbentuk dan korpus luteum

mengecil, sehingga produksi estrogen dan progesteron digantikan

oleh plasenta

2. Sistem Payudara

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estrogen dan progesteron tapi belum

mengeluarkan ASI. Sommatomamotropin mempengaruh sel-sel

asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel sehingga terjadi

pembuatan kasein, laktalbumum, dan laktoglobulin sehingga

20
mammae dipersiapkan untuk laktasi. Hiperpigmentassi pada areolla

(menjadi lebih hitam dan tegang). Terdapat tuberkel mongomery

(hipertropi kelenjar sebasea/lemak yang muncul di areola primer.

Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit

berdilatasi.

3. Sistem Endokrin
a. HCG (Hormon Corionic Gonadotropic)
Gonadotropin korionik manusia (HCG) yang disekresi oleh sel dari

plasenta untuk mempertahankan kehamilan. HCG meningkat 8 hari

setelah ovulasi ( 9 hari setelah puncak LH pertengahan siklus ).

Selama 6-8 minggu kehamilan HCG mempertahankan korpus

luteum untuk memperoduksi estrogen dan progesteron dan

selanjutnya akan di ambil alih oleh plasenta.


b. HPL (hormon Placenta Lagtogen )
Laktogen plasenta manusia (HPL) dihasilkan oleh plasenta. Pada

kehamilan cukup bulan HPL meningkat 10% dari produksi protein

plasenta. HPL bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan indulin

wanita hamil naik.


c. Prolaktin
Prolaktin meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap

meningkatnya ekstrogen. Fungsi prolaktin adalah perangsangan

produksi susu. Pada trimester II prolaktin yang disekresi oleh

hipofisis janin merupakan perangsang pertumbuhan adrenal janin

yang penting.
d. Etrogen

21
Estrogen dihasilkan dalam hati janin dan paling banyak dalam

kehamilan manusia. Menyebabkan pertumbuhan, baik ukuran

maupun jumlah sel. Menyebabkan penebalan endometrium

sehingga ovum yang dibuahi dapat tertahan. Estrogen juga

menyebabkan hypertrophy dinding uterus dan peningkatan ukuran

pembuluh darah dan lympatics yang mengakibatkan peningkatan

vascularitas,kongesti dan oedem. Akibat perubahan ini : Tanda “

hegar”, hyperplspasia dan hyperplasia otot uterus, hyperplspasia

dan hyperplasiajaringan payudara termasuk sistem pembuluh.


e. Progesteron
Peningkatan sekresi, mengundurkan oto-oto halus. Menyebabkan

penebalan endometrium sehingga ovum yang dibuahi dapat

tertanam. Menjaga peningkatan suhu basal ibu. Merangsang

perkembangan sistem alveolar payudara. Dengan hormon relaxin

melembutkan/ mengundurkan jaringan penghubung,ligamen dan

otot, sakit punggung, nyeri ligamen. Prpgesteron pada kehamilan

kadarnya lebih tinggi sehingga menginduksi perubahan desidua.

Sampai minggu ke 6 dan ke 7 kehamilan sumber utamanya adalah

ovarium, setalah itu plasenta memainkan peran utama. Fungsi

progesteron adalah mencegah abortus spontan, mencegah kontraksi

rahim, menginduksi beberapa kekebalan tubuh untuk hasil konsepsi.


4. Sistem kekebalan
Kadar imunoglobulin tidak berubah pada kehamilan kadar anti bodi

IgG ibu spesifik memiliki kepentingan khusus karena kemampuan

22
melintas plasenta. IgG adalah komponen utama dari imunoglobulin

janin in utero dan periode neonatal dini. IgG adalah satu-satunya

imunoglobulin yang menembus plasenta. Sistem imun janin timbul

secara dini. Limfosit muncul pada minggu ke-7 dan pengenalan antigen

terlihat pada minggu ke-12. Produksi imunogbulin bersifat progresif

selama kehamilan.
5. Sistem perkemihan
Pembesaran ureter kiri dan kanan dipengaruhi oleh hormon progesteron,

tetapi kanan lebih membesar karena uterus lebih sering memutar

kekanan. Poliuria karena peningkatan fitrasi glomerulus. Trimester I

kehamilan kandung kemih tertekan uterus yang mulai membesar,

akibatnya ibu mulai sering kencing. Trimester II kehamilan dimana

uterus sudah mulai keluar dari rongga pelvis gejala sering kencing tidak

dijumpai lahi. Trimester III, bila kepala janin mulai turun ke PAP

keluhan sering kencing timbul lagi karena kandung kencing yang

tertekan.
6. Sistem Pencernaan
Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat perasaaan enek

(nausea). Gejala muntah (emisis) dijumpai pada bulan I kehamilan yang

terjadi pada pagi hari (morning sickness). Emesis yang berlebihan

(hiperemesis gravidarum) merupakan situasi patologis. Tonus otot-otot

traktus digestivus menurun, motilitas seluruh traktus digestivus

berkurang sehingga makanan lama berada di usus. Hal ini baik untuk

reabsorbsi, tetapi menyebabkan obstipasi karena penurunan tonus oto-

23
otot traktus digestivus. Sering dijumpai morning sickness, hiperemesis

gravidarum dan salivasi. Salivasi adalah pengeluaran air liur berlebihan

daripada biasanya.
7. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak terjadi perubahan pada sistem

muskuloskeletal. Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus

menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang

biasanya menjadi salah satu ciri pada ibu hamil. Lordosis progresif

merupakan gambaran karakteristik pada kehamilan normal. Mobilitas

sendi dakroiliaka, sakro koksigeal, sendi pubis bertambah besar dan

menyebabkan rasa tidak nyaman dibagian bawah punggung khususnya

pada akhir kehamilan mengakibatkan rasa pegal, mati rasa dan lemah

dialami pada anggota badan atas


8. Sistem Kardiovaskuler
Curah jantung meningkat 30% pada minggu ke-10 kehamilan. Tekanan

darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat

terjadinyan penurunan dalam perifer vaskuler resistance yang

disebabkan oleh pengaruh perengangan otot halus oleh progesteron.

Hipertropi atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh

peningkatan volum darah dan curah jantung.


9. Sistem Integumen
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) dari lobus hipofisis

snterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi terjadi

pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mammae,

24
linea nigra, pipi (chloasma gravidarum) akan menghilang saat

persalinan.
10. Metabolisme dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Basal metabolik rate (BMR) meningkatkan 15%-20% menurut

pertumbuhan janin dan persiapam memberikan ASI yang ditemukan

pada triwulan terakhir. Kalori dibutuhkan terutama dari pembakaran

hidrat arang khususnya kehamilan 20 minggu ke atas. Protein

diperlukan untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, janin.

Protein disimpan untuk persiapan laktasi. Bumil sering haus, nafsu

makan naik, sering kencing dipengaruhi oleh hormon soatomamotropin,

peningkatan plasma insulin dan hormon adrenak. Kebutuhan mineral

ibu: kalsium 30gram/hari, fosfor rata-rata 2 gr /hr, zat besi 800 mg/30-

50 mg sehari, dan air mineral 8 gelas/hari. Peningkatan berat badan ibu

disebabkan oleh hasil konsepsi (fetus, plasenta,cairan,ketuban) dan berat

ibu uterus,mammae yang membesar, volum darah

peningkatan,lemak,protein, adanya retensi air). Berat badan wanita

hamil naik 6,5-16,5 kg, rata-rata 12,5 kg, terutama 20 minggu terakhir.

Kadar alkali-fosfatase meningkat 4x lipat dibanding wanita tidak

hamil,mulai kehamilan 4 bulan. Alkali fosfatase dapat dipakai untuk

menilai fungsi plasenta.


11. Darah dan pembukuan darah
Volume plasma meningkat pada minggu ke-6 kehamilan sehingga terjadi

pengenceran darah (hemodilus) dengan puncaknya pada umur

kehamilan 32-34 minggu. Serum darah (volum darah) bertambah 25-

25
30% dan sel darah bertambah 20%. Massa sel darah merah terus naik

sepanjang kehamilan. Hemotokrit meningkat dari TM I-TM II


Perdarahan darah dipengaruhi oelh fator:
1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan pertumbuhan dalam Rahim


2. Terjadinya hubungan langsung antara ateri dan vena sirkulasi retro
3. Pengaruh hormon ekstrogen dan progesterone
4. Volum darah:
Meningkat, jumlah serum lebih besar dari pertambahan sel darah,

sehingga terjadi pengenceran darah. (haemodilus).


5. Sel darah
Sel darah meningkat 20%, protein darah dalam bentuk albumin dan

gammaglobulin menurun pada TM I


12. Sistem pernafasan
Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan

O2. Karena pembesaran uterus terutama pada bulan-bulan terakhir

kehamilan dan kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20% untuk

metabolisme janin. Oleh karena diaphragmanya tidak dapat bergerak

bebas menyebabkan bagian thorax juga melebar kesisi luar. Dorongan

rahim yang membesar terjadi desakan diafragma. Terjadi desakan

rahim dan kebutuhan O2 meningkat, bumil akan bernafas lebih cepat

20-25% dari biasanya.


13. Sistem persyaratan
Perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya

gejala neurologis dan neuromuskular berikut:


1. Kompresi syarat panggul atau statis vaskular akibat pembesaran

uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah


2. Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada

syaraf atau kompresi akar syarat

26
3. Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal

tunned syndrome selama trimester akhir kehamilan


4. Akroestesia (rasa gatal di tangan ) yang timbul akibat posisi tubuh

yang membungkuk berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus

barkialis.

e. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

1. Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam dalam kehamilan ada yang bersifat

fisiologis maupun patologis. Perdarahan yang bersifat fisiologis

terjadipada awal kehamilan yang terjadi oleh proses implantasi.

Sedangkan perdarahan pervaginum yangbersifat patologis ada dua yaitu

yang terjadi pada awal kehamilan dan pada masa kehamilan lanjut.Pada

awal kehamilan, pada usia kurang dari 22 minggu, biasanya keluar

darah merah, perdarahan banyak disertai nyeri, dapat dicurigai terjadi

abortus, kehamilan ektopik atau kehamilan mola.Perdarahan pada

kehamilan usia lanjut, terjadi setelah 22 minggu

sampaisebeliumpersalinan,tanda-tandanya yaitu keluar darah merah

segar atau kehitaman dengan bekuan, perdarahan banyak dan terus

menerus disertai nyeri, biasanya dikarnakan plasenta previa, solusio

plasenta, dan ruptur uteri, atau ada pembekuan darah.

2. Sakit kepala yang hebat

27
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering kali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.

3. Penglihatan/ pandangan kabur

Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya

penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot) dan

berkunang-kunang

4. Bengkak pada Muka dan Tangan

Hampir separuh ibu hamil akan mengalami bengkak yang

normalpada kaki. Bengkak dapat menunjukan adanya masalah serius

apabila bengkak yang muncul pada muka dan tangan tidak hilang

setelah istirahat, disertai sakit kepala hebat, pandangan mata kabur, hal

ini merupakan tanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsi.

5. Nyeri Perut yang Hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak

hilang setelah beristirahat

6. Gerakan Bayi yang Berkurang

Gerakan janin terjadi pada usia kehamilan 20-24 minggu. Bayi harus

bergerak paling sedikit 3kali dalam priode 3 jam. Gerakan janin akan

lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat serta jika ibu

28
makan dan minum dengan baik. Ibu hamil perlu melaporkan jika terjadi

penurunan/gerakan yang berhenti .

7. Ketuban pecah dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban dari vagina

setelah kehamilan berusia 22 pekan. Ketuban dinyatakan pecah lebih

dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

Jika ibu hamil mengalami ketuban pecah dini, hendaknya segera

memeriksakan diri ke bidan atau dokter, karena kondisi tersebut dapat

mempermudah terjadinya infeksi pada kandungan yang dapat

membahayakan ibu maupun janinnya.

f. Penatalaksanaan dalam Kehamilan

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu

maka perlu penanganan yang sesuai dengan keadaan perubahan yang terjadi.

Ibu hamil harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ia

hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan jika ia merasakan

tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir untuk mendapatkan semua

informasi yang diperlukan sehubungan dengan hal-hal diatas petugas

kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang lebih baik dengan tujuan:

29
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.


2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu,

dan bayi.
3. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang miungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum kebidanan

dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.


5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tmbuh kembang secara normal.


a. Langkah-Langkah Asuhan Antenatal
1. Sapa ibu dan keluarganya dan membuatnya merasa nyaman.
2. Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dengan cara mendengarkan

dengan teliti (melakukan anamnese).


3. Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari :
a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital termasuk tinggi badan,berat

badan
b. Status obstetric berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
c. Melakukan pemeriksaan Leopold I-IV yaitu :
1) Leopold I
Kaki ibu dibengkokan pada lutut dan lipat paha, pemeriksa

berdiri sebelah kanan ibu dan melihat kearah muka ibu. Rahim

dibawa ketengah dan tentukan tinggi fundus uteri serta

tentukan bagian apa dari anak yang terdapat di fundus ini untuk

menentukan tuanya kehamilan.


2) Leopold II

30
Kedua tangan pindah kesamping menentukan dimana

punggung janin. punggung janin terdapat di pihak yang

memberikan rintangan yang terbesar, dan carilah bagian-bagian

kecil yang biasanya terletak bertentangan dengan fihak yang

memberikan rintangan yang terbesar.


3) Leopold III
Dipergunakan satu tangan saja, bagian bawah ditentukan

antara ibu jari dan jari yang lainnya dan cobalah apakah bagian

bawah masih dapat digoyangkan.


4) Leopold IV
Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat kearah kaki si

penderita, dengan keduatangan, tentukan apa yang menjadi

bagian bawah.Tentukan pula apakah bagian bawah sudah

masuk kedalam pintu atas panggul, dan berapa masuknya

bagian bawah kedalam rongga panggul.

4. Pemeriksaan auskultasi ( periksa dengar )

Dilakukan dengan menggunakan stestoscope yang biasa digunakan

adalah jenis monokuler untuk memeriksa detak jantung janin.

5. Memeriksaan laboratorium.
6. Memberikan konseling tentang :
a. Gizi : menyarankan penderita untuk mengkomsumsi makanan

yang mengandung protein dan zat besi.


b. Latihan senam hamil
c. Perubahan fisiologis : perubahan pada payudara, berat badan

bertambah,mual pada trimester I ,varises.

31
d. Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia

mendapati tanda-tanda : perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih

dari biasa, gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah,

nyeri abdomen (epigastrik) janin tidak bergerak sebanyak

biasanya.
e. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang aman dan

bersih.
f. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, buah dada,

daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dan dikeringkan.

g. Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang

mempunyai putting susu rata atau masuk kedalam dilakukan 2 kali

sehari selama 5 menit


h. Memberikan tablet zat besi 90 tablet mulai minggu ke 20.
i. Memberikan imunisasi TT 0,5 cc
j. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
k. Mendokumentasikan kunjungan tersebut.

2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

Kelahiran seorang bayi yang merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan

ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau

persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi di samping itu

bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

(Saifuddin,2006).

32
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan 37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi

baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono,2002).

Persalinan normal adalah proses pengengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo,1998, hal 180).

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normaal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (membuka dan menipis). Dan berakhir

dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi

uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks(JNPK-KR,2007).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu

hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro,2008).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Manuaba,1998).

33
Ada dua klasifikasi persalinan, yaitu berdasarkan cara dan usia kehamilan.

1. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan


a. Persalinan Normal (spontan )
Adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK)

dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak

melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang 24 jam


b. Persalinan buatan
Adalah proses persalinan dengan bantuan dari tenaga luar.
c. Persalinan anjuran
Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan

dari luar dengan janin rangsangan

2. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan


a. Abortus (keguguran)
Adalah berakhirnya suatu kehamilan pada saat sebelum kehamilan

tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu

untuk hidup di luar kandungan.


b. Persalinan prematur
Adalah persalinan dengan usi kehamilan 28-36 minggu dengan

berat janin kurang dari 2499 garam.


c. Persalianan Mature (aterm)
Adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan berat

janin di atas 2500 gram.


d. Persalian serotinus
Adalah persalinan dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu atau

2 minggu lebih dari waktu partus yang ditaksir.

b. fisiologis persalinan
Faktor hormonal yang berkaitan dengan terjadinya kekuatan his

sehingga terjadi persalinan diantaranya: Pertama, estrogen yang mampu

meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan

34
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan

rangsangan mekanis. Kedua, progesteron mampu menurunkan sensitivitas

otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis serta menyebabkan otot

rahim dan otot polos relaksasi. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan

progesteron menyebabkan pengeluaran oksitosin yang menimbulkan

kontraksi braxton hicks. Kontraksi braxton hiks akan menjadi kekuatan

dominan saat dimulainya persalinan. (manuaba, 2002:158).


c. Tanda-tanda persalinan
1. Tanda persalina sudah dekat
a. Lightening
Pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus

uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggung yang

disebabkan oleh:
1) Kontraksi Braxton Hicks
2) Ketegangan otot perut
3) Ketegangan ligamentum rotundum
4) Gaya berat janin kepala ke arah bawah
b. Terjadinya His permulaan
Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran ekstrogen dan

progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi, yang lebih sering sebagai his palsu.


Sifat His Palsu:
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah jika beraktifitas
2. Tanda-tanda persalinan
a. Terjadinya His persalinan
His persalinan mempunyai sifat:
1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke depan

35
2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin

besar
3) Kontraksi uterus mangakibatkan perubahan uterus
4) Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah
b. Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan lendir yang bterdapat pada

kanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang

menjadikan perdarahan sedikit.


c. Pengeluaran cairan
Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat pecahnya

ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru

pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang-kadang ketuban

pecah diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

Tanda dan gejala inpartu seperti adanya penipisan dan pembukaan

serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan servik (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit), dan cairan lendir bercampur darah

(”show”) melalui vagina.( JNPK-KR 2008)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Faktor-faktor penting dalam persalinan adalah: Power( seperti His,

kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfrakma pelvis atau kekuatan

mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum). Pasanger (janin

dan plsenta). Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir lunak dan jalan lahir

tulang.

36
1. Faktor Power
power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan

tersebut meliputi his, kontraksi oto-otot perut,kontraksi diafragma dan aksi

dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.


a. His (kontraksi uterus)
Adalah kekuatan kontraksi uterus uterus karena otot-otot polos rahim

bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah

kontraksi simetris, fundus dominan, terkoordinasi dan relaksasi


1) Pembagian his dan sifat-sifatnya:
a) His pendahuluan : his tidak kuat, datangnya tidak teratur,

menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody show


b) His pembukaan (kala I) : menyebabkan pembukaan servis,

semakin kuat, teratur,dan sakit.


c) His pengeluaran ( kala II) : Untuk mengeluarkan janin, sangat

kuat, teratur, simetris,, terkoordinasi


d) His pelepasan plasenta (kala III) : kontraksi sedang untuk

melepaskan dan melahirkan plasenta.


e) His pengiring (kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri,

terjadi pengecilan rahim dalam beberapa rahim dalam beberapa

jam atau hari.


2) Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin hal-hal yang harus

diperhatikan dari his adalah:


a) Frekuensi his : jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per

menit atau per 10 menit.


b) Intensitas his : kekuatan his ( adekuat dan lemah)
c) Durasi (lama his) : lamanya setiap his berlangsung dan

ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik


d) Interval his : jarak antara his satu dengan his berikutnya,

misalnya his datang tiap 2-3 menit.

37
3) Perubahan-perubahan akibat his:
a) Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras atau padat karena

kontraksi. Serviks tidak mempunyai oto-otot yang banyak,

sehingga setiap muncul his, terjadi pendataran (effacement) dan

pembukaan (dilatasi) dari serviks.


b) Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,

terdapat pula kenaikan denyut nadi dan tekanan darah.


c) Pada janin: pertukaran oksigenn pada sirkulasi uteroplasenter

kurang, sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin

melambat dan kurang jelas di dengar karena adanya iskemia

fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama,

misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin

asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 180 permenit dan

tidak teratur.
4) Kelainan kontraksi otot rahim (his)
a) Inertia uteri
His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang. Ada 2 macam

yaitu :
1. Inersia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya

sudah lemah.
2. Inersia uteri sekunder : his pernah cukup kuat, tapi

kemudian melemah.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada

kesempatan untuk relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania

uteri:

38
1. Persalinan presipitatus : persalianan yang berlangsung

dalam waktu 3 jam


2. Asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim
5) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan

sulitnya kekuatan otot rahim, untuk bisa meningkatkan

pembukaan atau pengeluaran janin dalam rahim.


b. Tenaga mengejan
1. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang

mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh

kontraksi otot-otot dinding perut, yang mengakibatkan peninggian

tekanan intraabdominal.
2. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air

besar, tapi jauh lebih kuat lagi.


3. Saat kepala sampai ke dasar panggul, timbul refleks yang

mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-

otot perut dan menekan diafragmanya ke bawah.


4. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah

lengkap, dan paling efektif sewaktu ada his.


5. Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat lahir. Misalnya, pada

penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus

dibantu dengan forceps.


6. Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah terlepas

dari dinding rahim.


3. Faktor passager

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang

meliputi sikap janin, letak, presentasi, bagian terbawah dan posisi janin.

39
a. Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,

biasanya terhadap tulang punggunya. Janin umumnya berada dalam

sikap fleksi, dimana kepala, tulang punggung dan kaki dalam keaadaan

fleksi, lengan bersilang di dada.


b. Letak (situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya

letak lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus pada suami ibu, letak,

membujur, yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa

berupa letak kepala atau sungsang.


c. Presentasi
dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah

rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,dan lain-lain.


d. Bagian terbawah janin
Sama dengan presentasi, hanya lebih diperjelas istilahnya
e. Posisi janin
1. Untuk indikator, atau menetapkan arah bagian terbawah janin

apakah sebelah kanan,kiri,depan atau belakang terhadap sumbu

ibu )materal-pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK)

ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.


2. Untuk menentukan presentasi dan posisi janin,
3. Ada 6 variasi dari penunjuk arah (indikator) pada bagian terbawah

janin:

a. Letak belakang kepala


 Indikator ubun-ubun kecil (uuk)
b. Presentasi dahi
 Indikator: teraba dahi dan ubun-ubun besar (uub)
c. Presentasi muka

40
 Indikator dagu (meto)
d. Presentasi bokong
 Indikator sakrum
e. Letak lintang
4. Faktor passage (jalan lahir)
Passanger terdiri dari janin dan plasenta, Janin merupakan passanger

utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala

janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan

letak kepala Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak

passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti

hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka

atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang

atau pun letak sungsang.


Plasenta adalah suatu organ dalam kandungan pada masa kehamilan.

Pertumbuhan dan perkembangan plasenta penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan janin. Fungsi plasenta adalah pertukaran produk-produk

metabolisme dan produk gas antara peredaran darah ibu dan janin, serta

produksi hormon. Air ketuban memiliki beberapa peranan yang penting

diantaranya melindungi bayi dari trauma, terjepitnya tali pusat, menjaga

kestabilan suhu dalam rahim, melindungi dari infeksi, membuat bayi bisa

bergerak sehingga otot2nya berkembang dengan baik serta membantu

perkembangan saluran cerna dan paru janin.

5. Faktor Psikologi Ibu


Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang

didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung

41
mengalami proses persalianan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu

bersalin yang tanpa dampingi suami atau orang-orang yang di cintainya.

Hal ini menunjukkan bahwa dukuangan mental berdampak positif bagi

keadaan psikis ibu, yang mempengaruhi pada kelancaran proses persalinan.


6. Faktor penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancarkan proses persalinan dan mencegah kematian maternal

neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan

kesalahan atau malpraktek dalam memberikan asuhan tidak terjadi.


e. Perubahan dalam proses persalinan

1). Kala 1

Partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan

lendir yang bersemu darah (Bloody Show). Lendir yang bersemu darah ini

berasal dari lendir canalis servicalis karena servix mulai membuka atau

mendatar. Sedangkan darahnya berasal darah dari pembuluh-pembuluh

kapiler yang berada disekitar canalis servicalis itu pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika servix membuka. Proses membukanya servix

sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :

a. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm.

b. Fase Aktif : dibagi dalam 3 fase

 Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi

4cm.

42
 Fase Dilatasi Maximal : Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.

 Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat sekali dalam 2 jam

pembukaan dari 9cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida

terjadi demikian akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi

lebih pendek. Mekanisme pembukanya servix berbeda antara pada

primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri interna

akan membuka lebih dahulu, sehingga servix akan mendatar dan menipis

baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida

ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran servix terjadi dalam saat yang

sama.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah

lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir

lengkap / telah lengkap. Bila ketuban telah lengkap sebelum mencapai

pembukaan 5cm, disebut KPD. Kala I selesai apabila pembukaan servix

uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 11 jam,

sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.

2. Kala II

43
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3

menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masukdi

ruang panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Wanita merasa pula tekanan kepala rectum dan hendak buang besar.

Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus

membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin

tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih

berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan

kekuatan mengejan maksimal kepala janin dilahirkan dengan sub oksiput

dibawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah

istirahat sebentar, his mulai lagi mengeluarkan badan anggota bayi. Para

primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-

rata 0,5 jam.

3. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan

Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat

diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda dibawah ini :

 Uterus menjadi bundar

 Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah

rahim.

44
 Tali pusat bertambah panjang

 Terjadi perdarahan.

 Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

pada fundus uteri.

4. Kala IV

Masa 1 jam setelah plasenta lahir. Walaupun sebenarnya masa ini

merupakan 1 jam pertama dari masa nifas, tetapi dari segi praktis masa ini

sebaiknya dimasukkan dalam persalinan karena pada masa ini sering

timbul perdarahan oleh karena itu penderita harus tetap dikamar bersalin

tidak boleh dipindahkan ke ruangan, supaya dapat diawasi dengan baik.

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada masa ini.

f. Peñatalaksanaan dalam proses persalinan

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

 Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran


 Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensia untuk

menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru

lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk

45
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh

bayi.
 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal

bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di

dalam partus set


3. Pakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan

handuk yang bersih dan kering.


5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah

DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi

dengan DTT.

a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang


b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah

yang tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan

dan rendam larutan klorin 0,5 %)

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

46
a. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian

lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 %

selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan

bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).

2. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


3. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan

bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya.

a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan

fase aktif)
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran

dengan benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa

ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

47
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa

nyaman).

13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk

meneran.

a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif


b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai.


c. Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi

berbaring terlentang dalam waktu yang lama).


d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran

(multigravida)

14. Anjurkan ibu untuk berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).

16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.

17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka

lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan

48
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan

atau bernafas cepat dan dangkal.

20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain

bersih.

21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat

dan potong diantara dua klem tersebut

22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.

Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang.

24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu

untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

49
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari

dan jari-jari lainnya).

26. Penilaian segera bayi baru lahir.

27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali

pusat.

28. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi

tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal

dari klem pertama.

29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan

pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.

30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan

kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali

pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat

dioles dengan antiseptik.

a. Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia

31. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya

dan untuk memulai pemberian ASI.

32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus

untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

50
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di

1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin).

35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk

mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir

setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak

segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk

melakukan stimulasi puting susu

38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.

Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorsokranial).

39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin

kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah

disediakan.

51
a. Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan

atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang

tertinggal.

40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,

letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras)

a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi

setelah 15 detik masase.

41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam.

44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan

dengan kain yang bersih dan kering.

45. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih

dan kering.

52
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi

lahir).

47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

b. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan


c. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
d. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
e. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang

sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri

48. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15menit selama 1

jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua

pascapersalinan.

a. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam

pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.

51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan

ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

53
54.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.

56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan

bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama

10menit.

57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan

asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis

dan vitamin K 0, 1 cc.

Inisiasi menyusui dini

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari

Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya

membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.

Proses Inisiasi Menyusu Dini :

a) Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di

dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu

kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih

tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi

naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1

derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si

54
bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si

ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata

hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah

trauma melahirkan.
b) Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi

akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan

ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu

pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini

bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini

tergantung dari si bayi.


c) Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan

mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air

ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki

bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu

untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak

mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu

akan menjilat-jilat dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk

membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke

tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya.

Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi

yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu.


d) Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang

bertujuan untuk merangsang supaya Air Susu Ibu (ASI) segera

55
berproduksi dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si

bayi itu.
e) Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu.
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini:
a) Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian,

sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain

mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI

ekslusif akan menurunkan kematian.


b) Bayi akan tetap hangat karena langsung bersentuhan dengan kulit ibu.

Hal ini dapat enurunkn angka kematian bayi karena hipotermi.


c) Ibu dan bayi merasa tenang, sehingga membantu pernafasan dan laju

jantung bayi.
d) Resiko bayi dari infeksi akan berkurang karena kuman baik dari ibu mulai

menjajahi kulit dan usus bayi sehingga mencegah bakteri jahat

berkembang.
e) ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga

mengandung penyerap. Susu formula tak diberi enzim sehingga

penyerapannya tergantung enzim di usus anak. Sehingga ASI tidak

‘merebut’ enzim anak.


f) Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin

sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan

perdarahan.

56
3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan yang aterm (37 –

42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Wiknjosastro,

2005). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa melalui alat, pada usia kehamilan

genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500 –

4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Yulianti, 2010)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan usia

kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-

40 minggu. (Mitayani, 2010)

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta

harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram.

(Dewi,2010)

b. Perubahan fisiologis bayi baru lahir

57
Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses

adaptasi dengan lingkungan luar atau di kenal dengan kehidupan ekstra

uteri. Sebelum nya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra

uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :

1). Sistem Pernafasan


Perubahan sisitem ini di awali dari perkembangan organ paru itu

sendiri dengan perkembangan struktur bronkus, bronkiolus, serta

alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat

menentukan proses pematangan dalam sistem pernapasan. Proses

perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal pernapasan yang dapat di

pengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan

fisik ( lingkungan) yang merangsang pusat pernapasan medula

oblongata di otak. Selain itu juga jadi tekanan rongga dada karena

kompresi paru selama persalinan,sehingga merangsang masuknya

udara ke dalam paru,kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi

akibat interaksi sistem pernapasan itu sendiri dengan sisitem

kardiovaskuler dan susunan saraf pusat. Selain itu adanya surfaktan

dan upaya resfirasi dalam pernapasan dapat berfungsi untuk

mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan

alveolus paru agar dapat berfungsi. Surfaktan tersebut dapat

mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu menstabilkan

diding alveolus untuk mencegah kolaps ( Betz dan Sowden, 2002 ).

58
a) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx

yang bercabang kemudian bercabang kembali membentuk struktur

percabangan bronkus, proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia

8tahun, sampain jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya

berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan

nafas selama trimester dua dan trimester tiga. Paru-paru yang tidak

matang akan mengurangi kelangsungan hudip BBL sebelum usia

24 minggu. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan permukaan

alveolus, ketidak matangan sistem kaviler, paru-paru yang tidak

tercukupinya jumlah surfaktan


b) Awal adanya nafas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi

adalah :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik

lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di

otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi

paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya

udara, ke dalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan

susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan

berkesinambungan serta denyut yang di perlukan untuk

kehidupan.

59
c) Penimbunan karbondioksida ( CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan

akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi

gerakan nafas janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan

menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

d) Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
e) Surfaktan dan upaya resfirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru danMengembangkan

jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan ( lemak

lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.

Produksi surfaktan di mulai pada 20 minggu kehamilan, yang

jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang ( sekitar 30-34

minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi

tekan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding

alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasaan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap

saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas.

60
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Bebagai peningkatan ini menyebabkan stres

pada bayi uyang sebelumnya sudah terganggu.

f) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada

saat beyi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga

cairan ini di peras keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang di

lahirkan secara SC kehilangan keuntungan dari kompresi rongga

dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu

yang lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama

udara memenuhi ruangan trakhea dan brokus BBL. Sisa cairan di

paru-paru di keluarkan dari paru-paru dan di serap oleh pembuluh

limpe dan darah.

g) Fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan fungsi

kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting

dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat

hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh

darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam

61
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang

akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan darah paru-paru akan memperlancar pertukaran

gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan

paru-paru dan akan merangsang perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Sistem Peredaran Darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada

bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses

pengantaran oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat

perubahan,yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan

penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta. Perubahan ini

terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh

darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah

mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi

resistensi. Perubahan tekanan sistem pembuluh darah dapat terjadi saat

tali pusat di potong, resistensinya akan meningkat dan tekanan atrium

kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium kanan berkurang

yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga

menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi

ualng, pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi

62
dan meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan

pertama dapat menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh

darah paru yang dapat menurunkan resistensi pembuluh darah paru.

Terjadinya peningkatan sirkulasi paru mengakibatkan peningkatan

volume darah dan tekanan pada atrium kanan, dengan meningkatkan

tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium kiri, foramen

ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam darah

akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami

kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena

umbilikus, dutus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup

secara fungsional dalam beberapa menit setelah tali pusat di klem dan

penutupan jaringan fibrosa membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan ( Betz

dan Sowden, 2002 ).

3. Sistem Pengaturan Tubuh

Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar

( lingkungan ) yang lebih dingin, maka dapat menyebabkan air ketuban

menguap melalui kulit yang dapat mendinginkan darah bayi.pada saat

lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme

menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.

63
Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,

sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak, agar

menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya cadangan

lemak tersebut akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi

kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.

a) Metabolisme Glukosa

Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan

di pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan

waktu yang cepat 1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki

kondisi tersebut, maka di lakukan dengan menggunakan air susu ibu

( ASI), penggunaan cadangan glikogen ( glikogenolisis), dan

pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak

(glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan

glukosa sebagai glikogen dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan

dengan 3 cara : Melalui penggunaan ASI, Melalui penggunaan

cadangan glikogen, Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain

terutama lemak.

4. Sistem Gastrointestinal

64
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai.

Refleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan

menelan dan mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan

esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang dapat

menyebabkan gumoh dan kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih

30cc.

5. Sistem Kekebalan Tubuh

Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses

penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi

saluran nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta

perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan

kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat

terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian kolostrum dan lambat

laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan usia ( Jane

Ball, 1999).

Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi.

Lini pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang

melindungi dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel

pada sistem imunologi yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu

menyerang fatogen seperti neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga

65
adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen, proses ini

membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body dapat di

hasilkan. Bayi umumnya tidak dapat mengahsilkan Ig ( ImunoGlobin)

sendiri samapai usia 2 bulan. Bayi menerima dari imun ibu yang berasal

dari sirkulasi plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body terhadap

penyakit menular tertentu, anti body tersebut mengalir ke bayi melalui

plasenta. Diantara anti bodi tersebut mungkin adalah anti body terhadap

gondok,difteri, dan campak. Imunitas pasif ini berakhir dalam beberapa

minggu sampai beberapa bulan.

6. Sistem Pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme

bahan makanan sudah adekuat tetapi terbatas pada fungsi-fungsi

tertentu. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat

sederhana ( Monosakarida dan Disakarida ) tetapi untuk karbohidrat

kompleks yang belum terdapat.

a) Mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata

dan simetris. Lidah tidak boleh memanjang atau menjulur diantara

bibir. Jaringan penunjang melekatkan ke sisi bawah lidah. Atap dari

66
mulut (langit-langit keras) harus tertutup, dan harus terdapat uvula

(langit-langit lunak). Kadang- kadang terdapat tonjolan putih kecil

yang sepanjang langit-langit keras, yang di sebut “ Epsteins Pearls

“, tempat menyatunya bagian langit-langit keras. Tonjolan tersebut

akan hilang sendirinya. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada

saat lahir, kebanyakan belum mensekresi saliva samapi dengan

umur 2-3 bulan.

b) Lambung

Pada saat lahir, kapasitas lahir antara 30-60 ml dan

meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke tiga dan keempat,

kapasitanya mencapai 90ml. Bayi membutuhkan makan yang

jumlahnya sedikit tapi frekuensinya sering. Lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2-4 jam. Bayi di berikan susu formula dari

botol atau dengan ASI payu dara ibunya. Pada bayi yang di beri

ASI, karena di berikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau

udara. Hal ini akan menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena

lambung penuh. Maka harus di sendawakan sehingga bayi akan

minum susu elbih banyak.

c) Usus

67
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh

bayi terlihat sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam

kehijauan, tidak berbau, substansi yang kental/lengket yang di sebut

mekonium. Yang biasanya keluar dalam 24 jam pertama. Feses ini

mengandung sejumlah cairan amnion, vernix, sekresi saluran

pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh. Feses

transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari.

Feses pada bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau

kekuningan/kuning emas, berair atau encer, dan bereaksi terhadap

asam. Feses dari bayi yang menyusu formula, biasanyau berwarna

kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak keras

netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam

waktu 24 jam.

7. Sistem Ginjal dan Keseimbangan Cairan

Pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat. Sementara

itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding dengan 30% sampai

50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan

urin. Artinya, pada semua bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi

kemampuan ginjal untuk mengosentrasikan urine dan mengatur kondisi

cairan setra fluktuasi elektrolit belum maksimal. Namun demikian, urin

terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya dalam waktu 24 jam

68
pertama kelahirannya. Volume pengeluaran urine total per 24 jam pada

bayi baru lahir sampai dengan akhir minggu pertama adalah sekita 200-

300 ml, dengan frekunsi 2-6 kali hingga 20 kali/hari. Penting untuk

mencatat saat berkemih pertama kali bila terjadi anuria harus

dilaporkan, karena hal ini mungin menandakan anomali kongenital dari

sistem perkemihan. Berat badan bayi biasanya turun 5%-15% pada hari

ke empat sampai ke lima. Hal ini salah satu peningkatan buang air besar,

pemasukan kurang dan metabolisme meningkat. Setelah hari kelima

berat badab bayi biasanya meningkat kembali.

Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi pada volume

total pada tubuh, volume cairan ekstra sel pada masa transisi janin ke

fase pasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak

daripada cairan intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca

natal. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang

membutuhakan cairan ekstraseluler.

8. Sistem Adaptasi Perubahan Kulit

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi

masih belum matang . epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik

dan sangat tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi

sebagai lapisan pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang

di sekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir

69
beberapa bayi di lapisi oleh verniks caseosa yang tebal, sementara yang

lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya. Hilangnya pelindungnya yaitu

verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit ( pengelupasan ), verniks

biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir seringkali

terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di

sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum

berfungsi. Setelah sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai

bersekresi secara bertahap tersapu dan menghilang.

` Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan

punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama

kehidupan. Pelepasan kulit ( deskuamasi ) secara normal terjadi selama

2-4 minggu pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum

( ruam kemerahan ) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari.

Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi yang sehat.

Terdapat berbagai tanda lahir ( nevi ) yang bersifat sementara ( biasanya

di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen ( biasanya karena

kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan

lainnya).

Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna

kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin

bebas yang berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada

70
sekitar hari Kedua atau ketiga, terjadi hampir 60% hari ke 7

biasanyamenghilang. Ikteri ini di sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik

neonatorum.

9. Sistem Persyarafan

Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan

hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak

setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi

selama priode bayi samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun

pertama, pertumbuhan sereblum yang di mulai pada usia kehamilan

pada sekitar 30 minggu, berakhir. Hal inilah yang mungkin jadi

penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain

selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di berikan

sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan

refleks-refleks dalam midula spinalis.

c. Tanda- tanda bayi baru lahir sehat

Masa neonatus merupakan masa terjadinya kehidupan baru di luar

uterus. terjadi proses adaptasi semua system organ tubuh, diawali dengan

aktifitas pernafasan pertama, penyesuaian denyut jantung janin, pergerakan

bayi, pengeluaran mekonium dan defekasi. Perubahan fungsi organ lain,

seperti ginjal, hati, dan sistem kekebalan tubuh belum sempurna.

(Muslihatun, 2010)

71
Ciri-ciri bayi baru lahir normal

1.Lahir aterm antara 37-42 minggu.


2.Berat badan 2.500-4.000 gram.
3.Panjang badan 48-52 cm.
4.Lingkar dada 30-38 cm.
5.Lingkar kepala 33-35 cm.
6.Lingkar lengan 11-12 cm.
7.Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit.
8.Pernafasan ±40-60 x/menit.
9.Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup.
10.Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.
11.Kuku agak panjang dan lemas.
12.Nilai APGAR >7.
13.Gerak aktif.
14. Bayi lahir langsung menangis kuat.
15.Refleks Rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.


16.Refleks Moro (gerakan memeluk bila di kagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.
17.Refleks Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
18.Refleks Grasping (menggenggam) sudah baik.
19.Genetalia: Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang

berada pada skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan

kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang,

serta adanya labia minora dan mayora.


20.Eliminasi baik yang di tandai dengan keluarnya mekonium dalam 24

jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

d. Tanda- tanda bayi baru lahir tidak normal

72
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau

kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit

apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda sebagai berikiut:


1) Sesak napas
2) Frekwensi pernafasan 60 kali/menit
3) Gerak retraksi di dada
4) Malas minum
5) Panas atau suhu tubuh badan bayi rendah
6) Kurang aktif
7) Berat lahir rendah (1500-2500 gr) dengan kesulitan minum
8) Adapun tanda bayi sakit berat yaitu sebagai berikut:
9) Sulit minum
10) Sianosis sentral (lidah Biru)
11) Perut kembung
12) Periode apneu
13) Kejang
14) Merintih
15) Perdarahan
16) Sangat kuning
17) Berat badan lahir < 1500 gr
e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran

bayi, dikenal sebagai asuhan essensial neonatal yang meliputi


1. Persalinan bersih dan aman.
Melaksanakan persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi

dan ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat.


2. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi

tidak langsung menangis segeralah membersihkan jalan nafas. Segera

lakukan penilaian awal 0 – 30 detik. Nilai kondisi bayi baru lahir secara

cepat
3. Memotong dan merawat tali pusat

73
Tali pusat dipotong sebelim atau sesudah plasenta lahir tidak begitu

menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi

kurang bulan.

Beberapa cara merawat tali pusat, diantaranya:

a. Usahakan setiap kali akan dan setelah merawat tali pusat harus

mencuci tangan terlebih dahulu.


b. Jaga kebersihan tali pusat dan sekitarnya, dan diupayakan tali pusat

selalu dalam keadaan kering.


c. Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
d. Supaya tali pusat lebih cepat lepas, tali pusat tidak di tutup oleh kasa

steril ataupun oleh kasa alkohol atau kasa betadine sehingga

mendapat udara cukup biarkan kering dengan sendirinya.


e. Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin.
f. Kenakan popok dan atasan dari bahan kaos yang longgar.
g. Membersihkan tali pusat minimal 1–2 kali sehari.

4. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur suhu badannya

dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat,

bayi baru lahir harus dibungkus hangat


5. Pencegahan infeksi
Cara pencegahan infeksi pada bayi yaitu dengan cara mencegah

terjadinya perdarahan pada bayi dengan memberikan vitamin K

parenteral dengan dosis 0,5-1 mg diberikan secara IM (intra muscular).

Dan diberikan obat tetes mata atau salep mata.


6. ASI dini dan eksklusif

74
Anjurkan ibu memberikan ASI dalam waktu 30 menit setelah bayi

lahir dan berikan ASI saja selama 6 bulan pertama.

7. Pemberian Imunisasi
Rekomendasi jadwal imunisai PPI (program pengembangan imunisasi)

(Mikrobiologi dan parasitologi 2003, 35).


a) Hepatitis B 0 ( uniject) 0 – 7 hari dan polio 1,
b) BCG pada 1 bulan
c) Hb I dan DPT 1 ( combo 1 ) pada 2 bulan dan polio2,
d) Hb 2 dan DPT2 ( combo 2 ) pada 3 bulan dan polio3
e) Hb 3 dan DPT 3 ( combo 3 ) pada 4 bulan dan polio4
f) Campak 9 bulan.
g) Memberi vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada BBL

dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah

terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi lahir normal dan cukup

bulan perlu diberi vitamin K peroral dengan dosis 1 mg / hari selama 3

hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan

dosisi 0,5-1 mg I.M.(Sarwono, 2002 )


3. Nifas
a. Pengertian nifas
Masa nifas ( puerpeerium ) adalah dimulai setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu ( Prawirohardjo,2002 :

N-23 ).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.

Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak

hamil yang normal. (Obstetri William ).

75
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

Lama masa Nifas 6-8 minggu. ( Sinopsis Obstetri).

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa Latin, yaitu puer yang

artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah

melahirkan.

b. Fisiologi Nifas

1. Perubahan uterus

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca

persalinan,setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul, setelah

2 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).

Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus uterus Berat Uterus

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat 500 gram

simpisis
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram

76
8 minggu Normal 30 gram

2. Lochea

Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui

vagina selama puerperium . ada beberapa jenis lochea yaitu:

a. Lochea Rubra ( Cruenta)

Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel sel

darah desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalamkeadaan

hamil), venix caseosa (yakni palit bayi, zat sepertisalep terdiri atas

palit atau semacam noda dan sel-sel epitelyang mnyelimuti kulit

janin), lanugo (yakni bulu halus padaanak yang baru lahir), dan

mekonium (yakni isi usus janincukup bulan yang terdiri atas getah

kelenjar usus dan airketuban berwarna hijau).

b. Lochea Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari

ke 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea Serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14

pasca persalinan.

d. Lochea Alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

e. Lochea Purulenta

77
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah

berbaubusuk.

f. Locheohosis

Lochea yang tidak lancar keluarnya.

3. Perubahan vagina dan perineum

a. Vagina

Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul vugae(lipatan-

lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

b. Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum

tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,

tetapi lebih sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam,terlebih

apabila kepala janin harus diputar, robekan terdapat pada dinding

lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

c. Perubahan pada perineum

Terjadi robekan perineum hampir pada semua

persalinanpertama dan tidak jarang juga pada persalinan

berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan

bisamenjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudutarkus

pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewatipintu bawah

panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia

78
suboksipito bregmatika.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas

episiotomi(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan

perawatan dengan baik.

4. Perubahan pada sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal

ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

hemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur

dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan

pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu

2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit

atau diberikan obat laksan yang lain .

5. Perubahan sistem perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu,tergantung pada 1) keadaan/status sebelum persalinan 2)

Lamanya partus kalla II yang dilalui 3) Bersarnya tekanan kepala yang

menekan pada saat persalinan .

6. Perubahan tanda-tanda vital

79
a. Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik

sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena

ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai

38°C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai

infeksi atau sepsis nifas.

b. Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per

menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan

istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu

pertama postpartum.

c. Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa

meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.

d. Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa

demikian?, tidak lain karena ibu dalam kedaan pemulihan/dalam

kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum (>30x per

menit) mungkin karena ikutan tandatanda syok.

d. Perubahan-perubahan psikis ibu nifas

80
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus

dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru

lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan

dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah

melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut .

1. Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari

haripertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu

sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang

kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal

sampai akhir.

2. Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan

ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi.

Ibumempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan

gampang marah.

3. Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

81
c. Perubahan- perubahan yang terjadi pada waktu nifas

Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur–

angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.

1. Corpus uterus

Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil

sampai akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2. Endometrium

Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis

degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.

a. Hari I : Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.


b. Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian

yang mengalami degenerasi.


3. Involusi tempat plasenta.

Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar

dan menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir,

penonjolan tersebut dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.

4. Perubahan pada pembuluh darah uterus.

Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke

uterus khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah

post partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada

82
uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah

plasenta lahir.

5. Perubahan serviks

Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong,

karena corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix

tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri

berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman

karena pembuluh darah.Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu

hanya dapat dimasukan 1 jari ke dalam cavum uteri.

6. Vagina dan pintu keluar panggul

Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding

lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu

ke – 3 post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan

menjadi corunculac mirtiformis.

7. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur

ciut kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada

kondisi sebelum hamil.

f.Tanda bahaya masa nifas

83
Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang lazim

disebut puerpurium. Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai

setelah placenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh

alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu

kurang lebih 3 bulan.

Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca

persalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk

mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan kesehatan pada

tenaga kesehatan jika ditemukan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Pada

masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang dimaksud

dengan ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan, segera

bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik.

Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi.

Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan

tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :

1. Perdarahan Pervaginam.
2. Sakit kepala yang hebat
3. Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
4. Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
5. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah

mengalami infeksi.
6. Infeksi Bakteri
7. Demam, muntah dan nyeri berkemih.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Kram perut
10. Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
11. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung

84
g. Penatalaksanaan masa nifas
Penatalaksanaan masa nifas dimulai sejak keluarnya plasenta dengan

menghindarkan adanya kemungkinan pendarahan postpartum dan infeksi.

Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas efisiotomi, lakukan penjahitan

dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya penolong persalinan harus tetap

waspada sekurang-kurangnya 1 jam postpartum untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya pendarahan post partum. Umumnya wanita sangat

lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus cukup dalam pemenuhan

istirahatnya.

Dari hal tersebut ibu harus di anjurkan untuk tidur terlentang selama

8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri,

untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu di

perbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah

diperbolehkan pulang. Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam

postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali

berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi,

kalau ternyata kandung kemih penuh,tidak perlu menunggu 8 jam untuk

kateterisasi. Sebab-sebab ibu postpartum mengalami sulit berkemih yaitu:

berkurang tekanan intra abdominal, otot-otot perut masih lemah, edema dan

uretra, dinding kandung kemih kurang sensitif.

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari

ke dua postpartum. Jika hari ke tiga belun juga BAB, maka perlu diberi obat

85
pencahar per oral tau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih

belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah). Pada masa postpartum,

seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri

sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,

pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga .

Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after pains atau mules,

dapat diberi analgetik atau sedatiif supaya ia dapat beristirahat atau tidur.

Delapan jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya

untuk merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontra indikasi untuk

menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita tifus adominalis,

tubercolosis aktif, diabetes mellitus berat, psikosis, puting susunya tertarik

ke dalam dan lain-lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak

dapat menyusui oleh karena tidak dapat mengisap. Hendaknya hal ini

diketahui oleh bidan atau dokter yang menolongnya. Minumannya harus

diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan

alat seperti ekstrasi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidakmenyusui

sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis.

Pada hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk

menyusui bila tidak ada kontra indikasi. Perawatan mammae harus sudah

dilakukan sejak kehamilan, areola mamma dan puting susu dicuci teratur

dengan sabun dan diberi minyak atau cream, agar tetap lemas, jangan sampai

kelak mudah lecet dan pecah-pecah, sebelum menyusui mamma harus

86
dibikin lemas dengan melakukan massage secara menyuluruh. Setelah areola

mamma dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui .dianjurkan ibu

agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, sarankan

ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta

untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

5. KELUARGA BERENCANA
a. pengertian keluarga berencana

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang

mempengaruhi fertilitas.

Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang berarti

mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan atau

pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat

diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi

dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan

hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Tingkat efektivitas dari

kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual

dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara

benar. Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas

hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat

87
ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau

hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi,

diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.

Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe

1970: Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan

suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur

interval anatra kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam

keluarga.

Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang

mengatur banyanya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak

positif bagi ibu,bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak

akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan

tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang

kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan

sehingga akan menghindari dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan

dengan aborsi.

a. Macam-macam keluarga berencana (KB) dan cara kerjanya


1. Pil KB

88
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang

berbentuk pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon

estrogen dan hormon progesteron atau yang hanya terdiri dari

hormon progesteron saja. Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi

(berisi hormon estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi

progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah

terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim.

Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka

kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan

penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama

pemakaian pil kontrasepsi.

a. Cara Kerja
1). mencegah pelepasan sel telur
2). mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel

telur
2. KB Suntik
Kontrasepsi suntik diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan

kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon

progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap

awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk

melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak

klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu

pertama saat suntik kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang

89
menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun

pertama pemakaiannya.
a. Cara Kerja KB suntik
1). mencegah pelepasan sel telur
2). mengentalkan lendir sehingga sperma sulit bertemu dengan sel

telur
3. Implan

Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang

dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon

progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian

lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan

dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.

Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan

kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi

tersebut.

a. Cara Kerja
1). Mengentalkan lendir serviks
2). Mengurangi proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi
3). Menekan ovulasi

4. IUD & IUS

IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti

huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah

kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di

badan IUD. IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak

90
digunakan di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %,

tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi penularan penyakit

menular seksual (PMS).

Saat ini sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan

IUS (intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari

lilitan tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek

kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif

selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang

menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari

didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk

memeriksa keberadaan benang tersebut setiap habis menstruasi supaya

posisi IUD dapat diketahui.

a. Cara Kerja
1). Menimbulkan reaksi keradangan lokal dalam endometrium kavum

uteri sehingga menghambat terjadinya penempelan sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim.


2.) IUD diduga juga menghambat motilitas tuba sehingga memaksa

sperma "berenang"melawan arus.


5. Kondom

Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu

sel telur ketika terjadi ejakulasi. Kondom merupakan jenis kontrasepsi

penghalang mekanik. Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit

91
kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam

vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane

(plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan

yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom yang

terbuat dari polyurethane. Efektivitas kondom pria antara 85-98 %

sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79-95 %. Harap diperhatikan

bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara

bersamaan.

a. Cara Kerja
1). Mencegah masuknya sperma ke alat kelamin wanita sampai ke

ovum.

6. Kontap
1. Sterilisasi

Saluran telur pada wanita disumbat dengan cara diikat, dipotong

atau dilaser. wanita ini juga bisa dilakukan dengan pengangkatan

rahim.Cara kontrasepsi ini bersifat permanent.Sedangkan pada kaum

pria, sterilisasi dilakukan dengan cara memotong saluran sperma. Jika

kita ingin jalani kontrasepsi ini, sebaiknya usia anak telah melewati

masa balita. hal ini sekedar berjaga-jaga jika suatu saat masih berniat

untuk hamil kembali

b. Indikasi dan kontraindikasi


1. Indikasi Pil KB
a. Kontraindikasi estrogen atau tidak cocok dengan estrogen
b. Umur diatas 35 tahun
c. Perokok

92
d. Hipertensi
e. Menyusui
2. Kontraindikasi Pil KB
a. Sebaiknya hanya diberikan pada ibu yang sedang menyusui saja
b. Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang sedang mengalami

perdarahan abnormal dari uterus


c. Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang pernah mengalami

kehamilan ektopik.
d. Apabila haid terlambat 14 hari segera pergi ke dokter untuk

meyakinkan adanya kehamilan, atau kehamilan di luar kandungan

(ektopik).
3. Indikasi KB Suntik

Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara lain jika klien

menghendaki pemakaian kontrasepsi jangka panjang, atau klien telah

mempunyai cukup anak sesuai harapan, tapi saat ini belum siap.

Kontrasepsi ini juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin

menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat melakukan sanggama, atau

klien dengan kontra indikasi pemakaian estrogen, dan klien yang sedang

menyusui. Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang

menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan kontrasepsi suntik.

4. Kontraindikasi KB suntik

Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra

indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok

menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit

kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap

93
tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau

menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat,

sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari

vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang

menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.

5. Indikasi KB Implan
a. Wanita yang sudah punya anak dan tidak ingin hamil lagi dalam waktu

5 tahun atau tidak ingin anak lagi tetapi tidak mau mengalami proses

implantasi.
b. Tidak cocok dengan estrogen dan AKDR.
6. Kontraindikasi KB Implan
a. Tidak boleh dipakai kalau dicurigai adanya kehamilan
b. Tidak boleh dipakai kalau ada perdarahan abnormal dari uterus yang

belum diketahui diagnosisnya


c. Tidak boleh dipakai kalau ada riwayat keganasan
d. Sebaiknya tidak diberikan kalau ada penyakit kardiovaskuler.
7. Indikasi AKDR
Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert
a. Usia reproduktif
b. Keadan nullipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Resiko rendah dari IMS
g. Tidak menghendaki metode hormonal
h. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i. Perokok
j. Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k. Gemuk ataupun yang kurus
l. Sedang menyusui

8. Kontraindikasi AKDR
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketaui

94
c. Sedang menderita infeksi genetalia
d. Penyakit trifoblas yang ganas
e. Diketahui menderita TBC velvik
f. Kanker alat genital
g. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm
9. Indikasi kontap
a. Memenuhi syarat “kontap” sukarela bahagia kesehatan sudah

diperiksa.
b. Untuk tujuan kontrasepsi yang permanen.
10. Kontra Indikasi kontap
Kontra indikasi relatif adalah beberapa kelainan setempat yaitu

peradangan kulit / jamur di daerah krotum hydroceletestis, orchitis /

epidemitis.

d.Efek samping keluarga berencana (KB)


1. Efek samping pil KB
a. Amenorea (tidak ada perdarahan, atau spotting)
b. Mual, pusing, atau muntah(akibat reaksi anafilaktik)
c. Perdarahan pervaginam/spotting
2. Efek samping KB suntik
a. Amenurea
b. Mual/pusing/Muntah
c. Perdarahan/perdarahanbercak(spotting)
3. Efeksamping implant
a. Amenorea
b. Perdarahanbercak/spottingringan
c. Ekspulsi
d. Infeksi pada daerah insersi
e. Berat badan naik/turun
4. Efek samping AKDR
a. Amenorea
b. Kejang
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
d. Benang yang hilang
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP
5. Efek samping kontap
a. Infeksi luka
b. Demam pascaoperasi (> 38 ’ c)
c. Luka pada kandung kemih,intestinal (jarang terjadi)

95
d. Hematoma(subkutan)
e. Emboli gas yang diakibatkan oleh laparaskopi(sangat jarang

terjadi)
f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan
g. Perdarahan superfisial
6. Efek samping kondom
a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan).
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat

berhubungan.
c. Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)
d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney

2007 dan SOAP


1. Manajemen Askeb pada Kehamilan
a. Pengertian

Menurut Muslihatun dkk (2009), manajemen kebidanan adalah

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalammenerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisa data,

diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Asuhan anternatal atau anternatal care (ANC) adalah asuhan yang

diberikan pada ibu hamil sejak mulai konsepsi sampai sebelum kelahiran

bayi. Asuhan anternatal secara ideal dimulai segera setelah ibu pertama kali

telambat menstruasi, untuk memastikan keadaan kesehatan ibu dan

janinnya (Muslihatun dkk, 2009).

b. Tujuan

96
Menurut Muslihatun dkk (2009), tujuan pemberian asuhan anternatal,

antara lain sebagai berikut:


1) Memantau kemajuan kehamilan, untuk memastikan kesehtan ibu dan

tumbuh kembang janin. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan

fisik, mental dan social ibu dan janin.


2) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komlikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.


3) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

eksklusif.
4) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar tumbuh kembang secara normal.


c. Langkah-langkah (7 Langkah Hellen Varney dan SOAP)
Menurut Rukiah, AY & Lia Yulianti. 2014. Tujuh langkah manajemen

kebidanan menurut Varney:


I. Pengumpulan data dasar, pada langkah pertama dilakukan pengkajian

dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap yaitu:


a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil

study.

II. Intepretasi data dasar, langkah kedua adalah menetapkan diagnosis atau

masaalah berdasarkan penafsiran data dasar yang telah dikumpulkan.

III. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, langkah ketiga

mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan diagnosa

97
mengantisipasi penanganannya atau masalah yang telah ditetapkan pada

langkah kedua.

IV.Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Langkah

keempat bertujuan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera ,

untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.


V. Perencanaan tindakan yang dilakukan. Langkah ini merupakan

kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi dan diantisipasi.

VI. Melaksanakan pelaksanaan. langkah keenam adalah melaksanakan

rencana asuhan komprehansif. Dalam pelaksanaan tindakan dapat

seluruhnya dilakukan oleh bidan yang sebagian lagi atau anggota tim

kesehatan lainnya.

VII. Evaluasi, langkah ketujuh merupakan evaluasi keefektifan dan

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah di identifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana

tersebut.

Pendokumentasian manajemen SOAP :

S (Data Subjektif)

98
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnese tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil

bertanya dari pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,

riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat

penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup).

O (Data Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil lab, dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assesment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dan

hasil pemeriksaan (tanda KU, fital sign, fisik, khusus, kebidanan,

pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang).

Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi da perkusi.

A (Assesment)

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan.

P (Planning)

99
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaandan evaluasi

berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaan, implementasi dan

evaluasi dimasukkan dalam planning

2. Manajemen Askeb Pada Persalinan


a. Pengertian

Asuhan kebidanan pada persalinan adalah asuhan yang diberikan

pada ibu yang akan bersalin mulai dari (inpartu) sejak rahim berkontraksi

sampai 2 jam setelah bayi lahir. ( Rukiyah, 2011)

b. Tujuan
Menurut Hidayat dan Sujiyatini (2010) tujuan dari manajemen

asuhan kebidanan pada persalinan sebagai berikut :


1) Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan
2) Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir
3) Mendeteksi dan menatalaksakan komplikasi secara tepat waktu
4) Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu,

pasangan, dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi.


c. Langkah-langkah ( 7 langkah Helen Varney dan SOAP)
Menurut Muslihatun dkk (2009), ada tujuh langkah dalam

melakukan pendokumentasian manajemen kebidanan pada ibu bersalin,

yaitu sebagai berikut:

1) Langkah 1. Pengkajian data


Data Subjektif pasien ibu bersalin atau data yang diperoleh dari

anamnesis, antara lain:


a) Biodata, data demografi
b) Riwayat kesehatan, temasuk factor heriditer dan kecelakaan
c) Riwayat menstruasi
d) Riwayat obstetric dan ginekologi, termasuk nifas dan laktasi.

100
e) Biopsikospiritual
f) Pengetahuan klien

Data objektif pasien ibu bersalin atau data yang diperoleh dari

hasil observasi dan pemeriksaan, antara lain:


a) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan khusus
(1) Inspeksi
(2) Palpalsi
(3) Auskultasi
(4) Perkusi
c) Pemeriksaan penunjang
(1) Laboratorium
(2) Diagnose lain: USG, Radiologi

2) Langkah 2. Interpretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnosis bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi “standar

nomenklatur” (tata nama), diagnosis kebidanan dan dirumuskan secara

spesifik.

3) Langkah 3. Mengindentifikasi diagnosis atau masalah protensial


Pada langkah ini bidan mengindentifikasi masalah atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah

teridentivikasi. Langkah ini membutuhakan antisipasi, bila mungkin

dilakukan pencegahan

4) Langkah 4. Mengindentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera

101
Pada kasus ibu besalin dengan pemuaian uterus berlebihan,

bidan harus mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan

segera untuk mengatisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan

terjadi pendarahan postpartum karena atonia uteri karena pemuaian

uterus yang berlebihan, dan mencegahnya dengan infus pitosin atau

uteronika atau adanya bayi premature atau BBLR.

5) Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh

hasil kajian pada langkah sebelumnya.


a) Rencana asuhan pada persalianan kala I
(1) Mengevaluasi kesejahteraan ibu
(2) Mengevaluasi kesejahteraan janin
(3) Mengevaluasi kemajua persalinan
(4) Melaksanakan perawatan fisik ibu
(5) Memberi dukungan pada ibu dan keluarga
(6) Melakukabn skrining untuk mengantisipasi klomplikasi pada

ibu dan janin


(7) Menentukan apakah ibu memerlukan 13 manajemen dasar

b) Rencana asuhan pada persalianan kala II


Data dasar untuk menetukan kesejahteraan ibu dan janin

selama kala II persalinan adalah kelanjutan dari data dasar yang

dikumpulkan dan evaluasi dari kala I, yaitu melanjutkan evaluasi

setiap tanda yang ditemukan ari riwayat, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan panggul dan pemeriksaan laboraturium yang telah

dilakukan terhadap ibu dan bayi selama proses persalinan.

c) Rencana asuhan pada persalianan kala III

102
(1) Melanjutkan evaluasi setiap tanda-tanda bahaya yang

ditemukan
(2) Melanjutkan evaluasi kemajuan persalinan
(3) Melanjutkan evaluasi ibu termasuk mengukur tekanan darah,

nadi, suhu, pernafasan, dan aktivitas gastrointestinal


(4) Memperhatikan tanda dan gejala pendarahan
d) Rencana asuhan pada persalianan kala IV
(1) Melakukan evaluasi terhadap uterus
(2) Inspeksi dan evaluasi serviks, vagina, dan perineum
(3) Inspeksi dan evaluasi terhadap plaseta, selaput plasenta dan tali

pusat
(4) Menjahit luka jalan lahir akibat episiotomi dan laserasi

6) Langkah 6. Pelaksanaan perencanaan


Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara

efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh

bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.

7) Langkah 7. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah

teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana

asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ada perubahan dan

perkembangan pasien yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa

sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin

sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini

103
merupakan suatu keguatan yang berkesinambungan maka perlu

evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif.


Pendokumentasian SOAP:
S: Data Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan. Menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data).

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

diperoleh melalui anamnesa. Pada pasien yang bisu, dibagian data

dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini

menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.

O: Data Objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan. Menurut Helen Varney pertama (pengkajian data).

Merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien yang

diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik

pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain.

A: Assesment

Analisis/ assesment merupakan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi data (kesimpulan) dari data subjektif dan

objektif. Analisis/ assesment merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga

dan ke empat sehingga mencakup hal-hal berikut:

104
a) Diagnosis/ masalah kebidanan
b) Diagnosis/ masalah potensial, serta
c) Perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk

antisipasi diagnosis/ masalah potensial.


P: Planning
Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi klien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraan. Meskipun secara istilah, P adalah

planning atau perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga

merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi.

Dengan kata lain P dalam SOAP meliputi pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam

dan ketujuh.

3. Manajemen Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Pengertian
Manajemen/ asuhansegera pada bayi bar lahir normal adalah asuhan

yang diberikan pada bayi pada jam oertama setelah kelahiran, dilanjutkan

sampai 24 jam setelah kelahiran. (Muslihatun, W.N. 2010)

b. Tujuan
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan

asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi baru lahir dengan

memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan

keadaan bayi segera setelah dilahirkan. (Muslihatun, W.N. 2010)

105
c. Langkah-langkah (7 Langkah Hellen Varney dan SOAP)

Menurut Muslihatun (2010) terlaksananya asuhan pada bayi baru

lahir termasuk dalam langkah-langkah berikut :

1) Langkah 1. Pengkajian Data


Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.


a) Pengkajian segera setelah lahir. Bertujuan untuk mengkaji adaptasi

bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus,

yaitu dengan penilaian APGAR. Dimulai sejak kepala tampak dengan

diameter besar di vulva (crowning).


b) Pengkajian keadaan fisik, untuk memastikan keadaan bayi normal atau

mengalami penyimpangan.

Data subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan :

a) Faktor genetik, meliputi kelainan/ gangguan metabolik keluarga

dan sindroma genetik.


b) Faktor maternal (ibu), meliputi riwayat penyakit, riwayat

penganiayaan, riwayat abortus, RH / isoimunisasi.


c) Faktor antenatal, meliputi riwayat pemeriksaan ANC, riwayat

gangguan/ masalah dalam kehamilan, dan riwayat perkembangan

janin.
d) Faktor perinatal, meliputi riwayat prematur / postmatur, riwayat

penyulit atau masalah yang muncul pada saat persalinan dan jenis

persalinan.

106
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara

lain :

a) Pemeriksaan fisik, pemeriksaan mulai dari kepala, muka, mata,

telinga, hidung, mulut, leher, kemudian klavikula, lengan, tangan,

dada, abdomen, tungkai, kaki, spina, dan genetalia. Serta

pemeriksaan antropometri dan eliminasi pada bayi.


b) Pemeriksaan umum, meliputi :
(1) Pernafasan. Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali per

menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase

ekspirasi.
(2) Warna kulit. Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat

dibandingkan bayi preterm karena kulit lebih tebal.


(3) Denyut jantung. Denyut jantung bayi baru lahir normal antara

100-160 kali per menit.


(4) Suhu aksiler 36,5ᴼC sampai 37,2ᴼC
(5) Postur dan gerakan. Postur dan gerakan bayi baru lahir dalam

keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan

lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Gerakan ekstremitas bayi

secara spontan dan simetris disertai gerakan sendi penuh.


(6) Tonus otot/ tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran bayi di mulai

dari diam hngga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel.
(7) Ekstremitas. Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi ketika

disentuh.
(8) Kulit. Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan

atau bercak hitam, tanda lahir / tanda monggol.

107
(9) Tali pusat, normalnya berwarna putih kebiruan pada hari

pertama, mulai kering dan mengkerut hingga akhirnya terlepas

pada 7-10 hari.


(10) Berat badan , normalnya berat badan bayi 2500-4000

gram.
2) Langkah 2. Interpretasi Data

Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan

kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.

3) Langkah 3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

diidentifikasi.

4) Langkah 4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

kebutuhan yang memerlukan penanganan segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan / ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi.

5) Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

108
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasionalsesui

dengan temuan pada langkah sebelumnya.


6) Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif

dan aman.

7) Langkah 7. Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap

aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif.

Menurut Muslihatun (2010) pendokumentasian manajemen

kebidanan dengan metode SOAP :


S: (Data Subjektif)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dan sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan behubungan langsung

dengan diagmosis.
O : (Data Objektif)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan

109
diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang

lain dapat dimasukkan dalam data objektif. Data ini akan memberikan

bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan

diagnosis.

A: (Assessment)
Assesment/ analysis merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analysis/

assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

menurut Helen Varney langkah kedua. Ketiga dan keempat sehingga

mencakup hal-hal berikut ini yaitu diagnosis/ masalah kebidanan,

diagnosis/ masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi

kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/ masalah

potensial. Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut

kewenangan bidan meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan

tindakan merujuk pasien.


P: (Planning)

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini

dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tjuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.

110
Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan

tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu

tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas

asuhan/ hasil pelaksanaan tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,

proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan

alternatifsehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

4. Manajemen Askeb Pada Nifas


a. Pengertian
Asuhan kebidanan pada nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu

segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran. (Muslihatun,

2009)
b. Tujuan
1. mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
2. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
3. Melaksanakan skrining secara komprehenif.
4. Memberikan pendidikan kesehatan diri.
5. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara.
6. Memberikan konseling mengenai KB. (Dewi, V.N.L dan Tri Sumarsih.

2011)
c. Langkah-langkah (7 Langkah Hellen Varney dan SOAP)
Menurut Varney dalam Juraida. (2014) terdapat tujuh langkah

manajemen asuhan kebidanan ibu pascapartum, yaitu:


I. Pengkajian,
Pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu. Selama pengkajia, bidan

111
melakukan pemeriksaan awal pascapartum. Selain itu, bidan meninjau

catatan rekam klien yang meliputi:


a) Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum.
b) Lama perawatan (jam/hari) klien pascapartum.
c) Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan.
d) Suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah

pascapartum, pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan

tambahan seperti catatan obat.


e) Catatan bidan atau perawat.
Pemeriksaan fisik yang dilakuka selama pengkajian meliputi:
a) Tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi.
b) Tenggorokan, bila perlu
c) Payudara dan puting susu.
d) Auskultasi paru, bila perlu
e) Abdomen seperti kandung kemih, uterus, diastasis.
f) CVA atau costal vetebrata.
g) Lokea seperti jumlah, warna dan bau.
h) Perineum seperti edema, inflamasi, hematona, pus, bekas luka.
i) Episiotomi atau robek, jahitan, memar, hemoroid seperti wasir atau

ambeien.
j) Ekstremitas seperti varises, betis apakah lemah dan panas, edema,

tanda homan, refleks.

II. Diagnosis masalah dan kebutuhan ibu pascapartum

Diagnosis masalah dan kebutuhan ibu pascapartum dan nifas

bergantung pada hasil pengkajian pada ibu. Diagnosis pada dasarnya

sangat relevan dengan data objektif sedangkan masalah lebih cenderung

subjektife. Masalah yang dirasakan oleh klien pada dasarnya merupakan

respon dari diagnosis yang telah teridentifikasi. Perumusan diagnosis dari

masalah aktual meliputi:

112
a) Masalah nyeri
b) Masalah infeksi
c) Masalah cemas, perawatan perineum, payudara, ASI eksklusif
d) Masalah KB, gizi, tanda bahaya, enam dan menyusui.

III. Identifikasi diagnosis dan masalah potensial


Berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah ditetapkan pada

langkah 2, terdapat kecenderungan muncul diagnosis yang identik

dengan komplikasi. Langkah ke-3 ini merupakan tindakan penyelamatan

terhadap klien dan bertujuan mencegah komplikasi yang timbul

khususnya kondisi klien yang patologis.

IV. Identifikasi tindaka segera


Beberapa data mengidentifikasi situasi yang gawat atau darurat

sehingga bidan harus segera bertindak tanpa menunggu kedatangan

tenaga ahli, untuk menyelamatkan klien dari situasi mengancam situasi

lain yang bersifat darurat atau tidak darurat yang membutuhkan

intervensi ahli dari tim kesehatan lainnya.

V. Membuat rensana asuhan


Bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai

dengan temuan dari langkah sebelumnya. Langkah kelima merupakan

perluasan dari rencana asuhan secara komprehensif dan ditentukan oleh

langkah sebelumnya yang merupakan perkembangan dan diagnosis atau

masalah aktual serta perkembangan dari antisipasi terhadap diagnosis

113
atau masalah potensial. Hal-hal terpenting dari langkah ke-5 adalah

sebagai berikut:
a) Rencana asuhan antisipasi atau diagnosis masalah potensial.
b) Data yang mungkin harus ditemukan atau yang sudah diperoleh dari

pengkajian awal.
c) Mencakup rencana asuhan yang komprehensif, bukan saja yang

telah teridentifikasi dari kondisi klien, tetapi tentang bimbingan

kedepan “Anticipatory Guidance” dengan konseling dan teaching

yang mencakup semua aspek kesehatan ibu dan janin.


d) Merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan bersama

klien.
e) Seyiap rencana asuhan tersebut harus disetujui oleh pihak klien dan

bidan karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan

tersebut.
f) Asuhan tersebut hanya terjamin keansahannya dan tepat serta

dilandasi oleh teori terkini.


g) Bidan perlu mengkaji ulang rencana asuhan terkait semua aspek

kesehatan ibu.
Perencanaan asuhan kebidanan :
a) Evaluasi terus menerus gangguan rasa nyeri
b) Atasi infeksi
c) Jelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam

nifas, perawatan perineum, pearawat sehari-hari dan lain-lain.


d) Berikan kenyaman pada ibu
e) Bantu ibu untuk menyusui.
f) Fasilitasi menjadi orang tua.
g) Siakan pemulangan klien.
h) Lakukan “Anticipatory guidance”
i) Deteksi komplikasi pada ibu nifas.
j) Berikan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, igiene, perawatan

perineum, istirahat dan tidur.

114
VI. Implementasi asuhan

Langkah keenam adalah melaksanakan rencana asuhan

komprehensif. Langkah tersebut dapat dilakukan oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Pelaksanaan asuhan kebidanan meliputi tindakan mandiri, kolaborasi,

tindakan pengawasan, dan pendidkan atau penyuluan.

VII. Evaluasi
Langkah ketujuh atau evaluasi merupakan penilaian terhadap

asuhan yang telah dilaksanakan menurut kesesuaiannya dengan

kebutuhan klien. Apabila asuhan yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan atau tidak efektif, asuhan tersebut perlu dikaji ulang dengan

cara memulai kembali dari awal proses manajemen kebidanan sekaligus

menentukan kembali rencana asuhan yang sesuai dengan situasi klien

serta kondisi lainnya dan seterusnya.

S: Data Subyektif

Yaitu data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien

atau dengan seseorang yang mengetahui dengan seluk-beluk

keadaan pasien selama ini.

115
a. Biodata

1) Nama : Ditanyakan dengan tujuan agar dapat mengenal atau

memanggil klien dan tidak keliru dengan penderita lain.

2) Umur :Untuk mengetahui keadaan klien, apakah klien

termasuk dewasa atau usia lanjut.

3) Agama: Ditanyakan untuk mengetahui kepercayaan klien

terhadap Agama yang dianutnya sehingga memudahkan

dalam melakukan asuhan dan pendekatan.

4) Suku / bangsa: Ditanyakan untuk mengetahui asal daerah

klien.

5) Pekerjaan: Ditanyakan untuk mengetahui status sosial

ekonomi sebagai dasar konseling dan pengobatan yang

diberikan.

6) Pendidikan: Ditanyakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan Ibu atau suami sebagai dasar memberikan KIE.

7) Alamat: Ditanyakan untuk mengetahui klien tinggal dimana,

menjaga kemungkinan bila ada klien yang namanya sama,

selain itu alamat juga diperlukan bila mengadakan

kunjungan kepada penderita.

b. Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan oleh klien saat ini

atau yang menyebabkan klien datang ke RS.

116
c. Riwayat kesehatan sekarang: Apakah klien menderita penyakit

menurun, menular dan menahun.

d. Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien menderita penyakit

menurun, menular dan menahun.

e. Riwayat perkawinan: Untuk mengetahui usia perkawinan dan

apakah itu perkawinan yang pertama kali.

f. Riwayat menstruasi: Perlu diketahui menarche, siklus haid

teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar waktu haid,

lamanya haid, disertai nyeri atau tidak ada menopause.

g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: Ditanyakan

tentang kehamilan persalinan dan nifas yang lalu pada Ibu yang

pernah hamil.

h. Riwayat kontrasepsi: Ditanyakan untuk mengetahui alat

kontrasepsi apa yang dipakai Ibu selama ini.

i. Pola kebiasaan sehari-hari: Untuk mengetahui pola kebiasaan

sehari-hari Ibu sebelum dan saat sakit.

j. Nutrisi: Untuk mengetahui komposisi makanan dan frekuensi

makan dan minum.

k. Eliminasi: Untuk mengetahui BAB berapa kali, ada gangguan atau

tidak, BAK berapa kali ada gangguan/tidak.

l. Pola istirahat:Untuk mengetahui waktu istirahat yang berapa lama,

ada gangguan atau tidak.

117
m. Personal hygiene: Untuk mengetahui kebersihan pasien.

O: Data Objektif

a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan secara keseluruhan

1) Tekanan darah: untuk mengetahui nilai tekanan

darah Ibu

2) Nadi : untuk mengetahui frekuensi detak jantung Ibu

permenit

3) Suhu: untuk mengetahui temperature suhu

Ibu

4) RR: untuk mengetahui frekuensi

pernapasan permenit.

b. Inspeksi

1) Kepala : warna rambut, bersih atau tidak

2) Muka : pucat atau tidak, ada cloasma atau tidak

4) Mata : conjungtiva pucat atau tidak, sclera

putih/kuning

5) Leher :apakah ada pembesaran kelenjar tyroid/tidak

6) Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga pasien

7) Hidung : simetris atau tidak, ada secret/tidak

8) Mulut : lembab/tidak, lidah kotor atau tidak,

stomatitis ada atau tidak, ada caries/tidak.

9) Dada : bentuk simetris/tidak

118
10) Payudara : simetris atau tidak, keadaan puting

susu menonjol atau tidak.

11) Abdomen : untuk mengetahui involusio uteri

12) Ekstremitas ataa : untuk mengetahui pergerakannya

13) Ekstremitas bawah : apakah oedem atau tidak, nyeri tekan

tungkai atau tidak untuk mengetahui

tromboflebitis

14) Lochea : untuk mengetahui lochea normal atau tidak

c. Palpasi

1) Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid dan vena

jugularis

2) Payudara : apakah ada nyeri tekan, benjolan abnormal

ada atau tidak ada

d. Auskultasi

1) Dada : ada atau tidak bunyi wheezing dan ronchi

e. Perkusi

1) Reflek patella : +/+ atau -/-

A: assesment

Untuk mngetahui atau menentukan diagnose berdasarkan data

subyektif kemudian masalah dan kebutuhan saat ini.

119
Dx : masalah yang kita simpulakan dari data S dan

O klien

Masalah : permasalahan pada klien yang dilakukan dapat

mempengaruhi keadaan klien pada masa nifas → psikologi

Kebutuhan : yang dibutuhkan klien dengan segera sesuai

dengan Dx dan masalah nklien yang ditemukan

P: planning

Intervensi : mengacu pada kebutuhan klien

Implementasi : rencana asuhan menyeluruh dan dilaksanakan

langsung

Evaluasi ; hasil asuhan menyeluruh

BAB III

TINJAUAN KASUS

120
Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Di Desa cucum

Kecamatan Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar

Hari/Tanggal : Selasa 29 April 2015

Pukul : 11.00 wib

Tempat: Bps Kamsinar, SST

Identitas

Nama : Ny.S Nama : Tn. T


Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : D3 Pekerjaan : swasta
Alamat : cucum Alamat :cucum

S Ibu datang ke Bps Kamsinar bersama suaminya untuk memeriksakan

kehamilan. ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang ke tiga .persalinan

yang lalu normal dan ibu tidak pernah mengalami keguguran, jarak

persalinan terakhir 5 tahun . ibu tidak ada keluhan apapun dan ibu tidak ada

riwayat penyakit keturunan. HPHT: 19- 07- 2014

O a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis


Keadaan Emosional : stabil
TTP : 12-05-2015

121
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 kali permenit
Respirasi : 24 kali permenit
Suhu : 36,30C
c. Antropometri
Tinggi badan : 163 cm
BB sebelum hamil : 50 kg
BB sekarang : 73 kg
Penambahan BB : 23 kg
LILA : 35 cm
d. Pemeriksaan Fisik
-Kepala : simetris, rambut tidak rontok, tidak ada ketombe
-Muka : simetris, tidak pucat, tidak adachloasma gravidarum.
-Mata : simetris, konjungtiva merah muda,sclera putih
-Hidung : bersih,tidak ada polip
-Telinga : simetris,tidak ada pembekakan kelenjer timpani
-Mulut : tidak ada gigi berlubang, caries dentis tidak ada
-Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
-Dada : payudara simetris,puting menonjol, keluar cairan
-Abdomen :
Inspeksi : tidak ada bekas operasi
Palpasi
Leopold I : 30 cm
Leopold II: teraba bagian memanjang keras seperti papan di
sebelah kanan dan teraba bagian-bagian kecil janin di
sebelah kiri perut ibu .
Leopold III : teraba bagian bulat, keras dan melenting pada

bagian
bawah perut ibu.
Leopold IV : Divergen (sudah masuk PAP)
Auskultasi
DJJ :145 kali permenit
- Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan karna ibu tidak ada
keluhan
-Ekstremitas : tidak ada odem dan varises,replek patella positif
e Pemeriksaan Penunjang
- Hb : 9,9 gr%
- protein urine : negative

122
A. Ibu G1P0A0 usia kehamilan 39-40 minggu, janin tunggal hidup intra uterin k/u

ibu baik.

P. a . Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu


dan janin baik.

b. Memberitahu ibu usia kehamilan sudah masuk 38 minggu dan


tafsiran persalinan tanggal 12-05-2015.
c. memberitahu ibu tentang kondisi janinnya,Djj 145 kali/menit,letak
janin normal.
d. Memberikan ibu therapy obat tablet fe,obimin
e. Memberitahu ibu makan makanan bergizi seperti sayur-sayuran
dan buah-buahan.
f. Menganjurkan ibu untuk tidak memakai pakaian terlalu ketat dan
istirahat yang cukup.
g. Menganjurkan ibu untuk selalu minum tablet fe pada malam hari
h. Memberitahu ibu persiapan saat persalinan

1). Tempat bersalin


2). Donor darah
3). Transportasi
4). Pakaian ibu dan bayi
5). Biaya dan pendamping saat ibu bersalin

i. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan

1). Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

2).Pengeluaran lendir bercampur darah

3). Dapat disertai ketuban pecah


Terjadi pembukaan serviks
j. memberitahu ibu tentang ketidak nyamanan trimester 3, yaitu :
a) sering BAK
b) nyeri bagian pinggang
c) sembelit
d) insomnia
e) oedema
f) kegerahan

123
k. Ibu sudah mengerti tentang penjelasan yang disampaikan.

k. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan.

124

Anda mungkin juga menyukai