Anda di halaman 1dari 47

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas adalah masa yng dimulai stelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti keadaan sebelum

hamil. Setelah lahirnya plasenta sampai dengan6 minggu (42 hari). Masa

nifas yaitu masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali (Kumala

Feti D. Ed, 2017).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta dengan

6 minggu (42 hari), sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama

post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas (Fitriani

& Adriyani, 2018).

Masa nifas disebut juga post partum atau puerperium adalah masa

atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta luar lepas dari rahim, sampai

6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang

berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan

dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suhermi, 2016).

Masalah pada asuhan masa nifas yaitu perdarahan pervaginam atau

perdarahan post partum atau post partum hemoragik atau PPH adalah

kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah

melahirkan. Hemoragik post partum primer mencakup semua kejadian

perdarahan 24 jam setelah kelahiran, infeksi melalui traktus genetalis

1
setelah persalinan disebut infeksi nifas. Suhu 38 ºC atau lebih yang terjadi

antara hari ke 2 – 10 hari post partum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali

sehari disebut morbiditas puerperalis (Kepmenkes, 2018).

Masalah – masalah yang meliputi angaka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian Bayi (AKB). Yang menyebabkan kematian pada ibu masa

nifas yaitu : Perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada kehamilan,

Eklamsia, dan infeksi masa nifas. Dan yang menyebabkan kematian pada

bayi yaitu : Asfiksia kelahiran, pneumonia,komplikasi kelahiran infeksi

neonatal (Kepmenkes, 2018).

Menurut WHO (World Health Organization), Angka kematian ibu antar

Negara ASEAN per 100.000 kelahiran dari 10 negara ASEAN, baru

setengahnya yang melampaui target tujuan pembangunan berkelanjutan,

walau pada periode 2015-2018 angka kematian ibu di Indonesia mengalami

penurunan, angka di tahun 2018 masih jauh dari target SDGs 2030 kurang

dari 70 per 100 ribu kelahiran, dengan penurunan rata-rata sekitar 3 persen

per tahun (WHO, 2018).

Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2018

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasiokematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-

sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup. Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga

mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya

terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas

2
maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama

periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun

tidak berhasil mencapai target SDGs yang harus dicapai yaitu profil

Kesehatan Indonesia 2018 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu

tiga kali lipat dibandingkan target SDGs s/d 2030 (Profil kesehatan

Indonesia 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

kunjungan nifas yang mendapatkan KF1 berjumlah 24.552 (33,29%), KF2

berjumlah 31.243 (47,45%), KF3 berjumlah 31.783 (48,27%) dari 34.733 ibu

bersalin. Jumlah kematian ibu sebanyak 59 orang, disebabkan oleh

perdarahan 14 orang, hipertensi dalam kehamilan 12 orang, infeksi 6 orang,

gangguan system peredaran darah jantung dan stroke 6 orang, gangguan

metabolik Diabetes Millitus 1 orang. (Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah,

2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palu pada bulan januari

sampai dengan bulan oktober tahun 2020, Jumlah cakupan ibu Masa nifas

sebanyak cakupan KF1 Kota Palu 7.058 (97,43%) dari yang ditargetkan

100%, KF2 Kota Palu 7.022 (96,9%) dari yang ditargetkan 100%, KF3 Kota

Palu 6.910 (95,4%) dari yang ditargetkan 100%. Sedangkan Jumlah AKI

sebanyak 183/100.000 jiwa. Penyebab dari AKI yaitu : perdarahan (1.280

kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus) dan

lain-lain. Jumlah AKB sebanyak 24/100.000 jiwa (Dinas Kesehatan Kota

Palu, 2020).

3
Berdasarkan Data dari Puskesmas Sangurara pada bulan Januari

sampai dengan bulan Desember tahun 2020 mengalami peningkatan

kunjungan Masa Nifas dari 51 Jiwa (8,4%) menjadi 588 (100%), Jumlah

cakupan kunjungan KF1 sebanyak 588 jiwa (100%), jumlah KF2 sebanyak

588 jiwa (100%), Jumlah KF3 sebanyak 588 jiwa (100%), dan Jumlah KF4

sebanyak 588 jiwa (100%), sekeseluruhan ibu nifas Berdasarkan data dari

PKM Mabelopura pada bulan januari s/d bulan november tahun 2020.

Jumlah cakupan keseluruhan ibu masa nifas sebanyak 588 jiwa (100%),

Berdasarkan data dari PKM Mabelopura mengalami kenaikan Pada

kunjungan Masa Nifas. Jumlah Cakupan pemberian Laktasi Asi Esklusif

pada bayi sebanyak 797,5 Jiwa, Jumlah pemberian Asi Esklusif pada bayi

Laki – laki sebanyak 178 Jiwa, Jumlah bayi laki-laki yang tidak mendapatkan

ASI Esklusif 99 Jiwa, Jumlah Bayi perempuan yang mendapatkan Asi

Esklusif sebanyak jiwa168 Jiwa, Jumlah bayi perempuan yang tidak

mendapatkan ASI Esklusif sebanyak 93 Jiwa, (PKM Mabelopura, 2020).

Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui permasalahan yang ada

pada ibu yang tidak memberikan ASl Eklslusif sehingga peneliti dapat

melakukan asuhan kebidanan Masa nifas pada ibu nifas normal Di

Puskesmas Mabelopura.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas maka dapat

dirumuskan suatu masalah bagaimana pelaksanaan Asuhan kebidanan

pada masa Nifas di PKM Mabelopura.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa nifas di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment

dan planning).

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengumpulkan informasi yang akurat, relevan dan lengkap

yang berkaitan dengan kondisi klien di PKM Mabelopura.

b. Mampu menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,

mengidentifikasi secara benar dan logis untuk menegakkan

diagnos dan masalah kebidanan di PKM Mabelopura.

c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa

dan masalah yang ditegakkan di PKM Mabelopura.

d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman dalam bentuk upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilaksanakan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan di PKM Mabelopura.

e. Mampu melakukan evaluasi secara sistematis dan

berkesinambungan untuk melihat keaktifan dari asuhan yang

diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien di

PKM Mabelopura.

f. Mampu melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat,

dan jelas mengenai kejadian yang ditemukan, dan memberikan

asuhan kebidanan di PKM Mabelopura.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

....................Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan, guna

meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memberikan asuhan

kebidanan nifas di PKM Mabelopura.

2. Manfaat Praktis

.......Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan dan

pendidikan bagi peserta didik khususnya mahasiswa jurusan kebidanan

cendrawasih palu dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu

masa nifas.

6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian

Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam seperti

keadaan sebelum hamil. Setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari). Masa nifas yaitu masa setelah melahirkan bayi yaitu

masa pulih kembali ( Kumala Feti D. ed 2017).

Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas ataua pierperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta dengan 6 minggu (42 hari), sekitar 50 % kematian ibu terjadi

dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca

persalinan yang berkualitas (Fitriani & Andriyani, 2014).

Masa nifas disebut juga masa post partumatau puerperiumadalah

masa atau waktu sejak bayi dilahiirkan dan plasenta keluar lepas dari

rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembaliorgan – organyang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan

saat melahirkan. (Suherni, 2017).

7
2. Tujuan asuhan masa nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baikfisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif,deteksi dini, mengobati

ataumerujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan : gizi,

menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi

sehat dan KB.

d. Memberikan pelayanan KB. (Suherni, 2009)

3. Tahapan masa nifas

Adapun tahapan – tahapan masa nifas (post partum /

puerperium)adalah :

a. Puerperium dini : masa kepulihan, yakni saat – saat ibu

dibolehkan berdiri dan berjalan – jalan.

b. Puerperium Intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ

– organ genital, kira – kira antara 6 – 8 minggu.

c. Remot purperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi. (S, 2009).

Kebijakan program nasional masa nifas

Pemerintah melalui departerment kesehatan, juga telah

memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar

kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali

kunjungan pada masa nifas. (Suherni, 2017)

8
Tujuan kebijakan tersebut adalah :

a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.

b. Pencegahan terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya

gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya kejadian – kejadian pada masa nifas.

d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan menganggu

kesehatanibu maupun bayinya pada masa nifas.

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan

tersebut dipaparkan sebagai berikut :

1) Kunjungan pertama, waktu 6 – 8 jam setelah persalinan.

Tujuan :

a) Mencegah pendarahan masa nifas karena

persalinanatonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan :

rujuk bila pendarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah pendarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Memberi supervise kepada ibu bagaiman teknik

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi. Bila ada bidan atau petugas lain yang

membantu melahirkan, maka petugas atau bidan itu

9
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama. (Suherni, 2009)

2) Kunjungan kedua, waktu : enam hari setelah persalinan.

Tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.

b) Evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau

pendarahan normal.

c) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada

tanda – tanda adanya penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal – hal

berkaitan dengan asuhan pada bayi.

3) Kunjungan ketiga, waktu : 2 minggu setelah persalinan,

tujuan :

a) Memastikan involusi uterusberjalan dengan normal.

b) Evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau

pendarahan normal.

c) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada

tanda – tanda adanya penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal – hal

berkaitan dengan asuhan pada bayi. (Suherni, 2009)

4) Kunjungan keempat, waktu : 6 minggu setelah persalinan :

a) Menanyakan penyulit – penyulit yang ada.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

10
4. Perubahan Fisik Ibu Nifas

a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali sebelum hamil.

Tabel 1.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus

Involusi Tinggi Fundus Berat uterus

Uteri

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat 500 gram

simfisis

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

simfisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber: Mochtar, 2015

11
Sumber: Mochtar, 2015 Gambar : 1.1 Tinggi fundus uteru dan berat

uterus

b) Bekas implantasi uri: plasenta bed mengecil karena kontraksi dan

menonjol kekavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu

menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

c) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

d) Rasa sakit, yang disebut after pains, (meriang atau mules-mules)

disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan

bila terlalu menggangu dapat diberikan obat-obat antisakit dan

antimules.

e) Lochea adalah cairan secret berasal dari kavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel dasidua, vernik caseosa, lanugo, dan

meconium, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea sanguinoleta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

12
Sumber: Mochtar, 2015 Gambar : 1.2 Lochea

f) Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak,

kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir,

tangan bisa masuk rongga rahim: setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3

jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui satu jari.

g) Ligament-ligamen: ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang

meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, setelah

berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang

uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrovleksi, karena ligamentum

rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita

Indonesia melakukan “berkhusuk” atau “berurut”, dimana sewaktu

dikhusuk tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah

melahirkan ligamenta, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor,

jika dilakukan khusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh “

kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dengan latihanlatihan dan gimnastik pasca persalinan

(Mochtar, 2015).

13
5. Perubahan psikologi Ibu Nifas

Menurut Maryunani (2015), fase - fase yang dialami ibu nifas

adalah sebagai berikut :

a) Fase Taking In

1) Periode ketergantungan atau fase dependens

2) Periode yang terjadi pada hari pertama sampai kedua setelah

melahirkan. Dimana ibu baru biasanya bersifat pasif dan

bergantung, energi difokuskan pada perhatian ke tubuhnya atau

dirinya.

3) Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhanya terpenuhi oleh orang lain.

4) Ibu / klien akan mengulang kembali pengalaman persalinan dan

melahirkan

5) Menunjukkan kebahagian yang sangat dan bercerita tentang

pengalaman melahirkan.

6) Tidur yang tidak terganggu adalah penting jika ibu ingin

menghindari efek gangguan kurang tidur, yang meliputi letih,

iritabilitas dan gangguan dalam proses pemulihan yang normal.

7) Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan

keterlibatanya dalam tanggungjawabnya.

8) Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selera makan ibu

biasanya meningkat. i. Selera makan yang buruk merupakan

tanda bahwa proses pemulihan tidak berjalan normal.

14
b) Fase Taking Hold

1) Periode antara ketergantungan dan ketidaktergantungan, atau

fase dependen – independen.

2) Periode yang berlangsung 2 – 4 hari setelah melahirkan, dimana

ibu menaruh perhatian pada kemampuanya menjadi orangtua

yang berhasil dan menerima peningkatan tanggungjawab

terhadap bayinya.

3) Fase ini sudah menunjukkan kepuasan (terfokus pada bayinya).

4) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya

5) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan pada

bayinya dan juga pada dirinya.

6) Ibu mudah didorong untuk melakukan perawatan bayinya.

7) Ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir

(misalnya memeluk, menyusul, memandikan dan mengganti

popok).

8) Ibu memfokuskan pada pengembaalian kontrol terhadap fungsi

tubuhnya, fungsi kandung kemih kekuatan dan daya tahan.

9) Ibu mungkin peka terhadap perasaan – perasaan tidak mampu

dan mungkin cenderung memahami saran – saran bidan sebagai

kritik yang terbuka atau tertutup.

10) Bidan seharusnya memperhatikan hal ini sewaktu memberikan

instruksi dan dukungan emosi.

c) Fase Letting Go

1) Periode saling ketergantungan atau fase independen.

15
2) Periode ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah,

dimana ibu melibatkan waktu reorganisasi keluarga.

3) Ibu menerima tanggungjawab untuk perawatan bayi baru lahir.

4) Ibu mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya.

5) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi.

6) Ibu harus beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian

dan khususnya interaksi sosial.

7) Depresi postpartum umumnya terjadi selama periode ini.

6. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia (2017),

kebutuhan dasar pada ibu nifas yaitu sebagai berikut :

a) Nutrisi dan cairan

Pada masa nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi tambahan

kalori sebesar 500 kal/hari, menu makanan gizi seimbang yaitu

cukup protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas dianjurkan untuk

minum air minimal 3 liter/hari, mengkonsumsi suplemen zat besi

minimal selama 3 bulan postpartum. Segera setelah melahirkan,

ibu mengkonsumsi suplemen vitamin A sebanyak 1 kapsul 200.000

IU.

b) Mobilisasi

Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan gerakan meski di

tempat tidur dengan miring kanan atau kiri pada posisi tidur, dan

lebih banyak berjalan. Namun pada ibu nifas dengan komplikasi

seperti anemia, penyakit jantung, demam dan keadaan lain yang

16
masih membutuhkan istirahat tidak dianjurkan untuk melakukan

mobilisasi.

Sumber: Mochtar, 2015 Gambar : 1.3 Mobilisasi dini

c) Eliminasi

Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang air

kecil karena kandung kemih yang penuh dapat menggangu

kontraksi uterus, dan menimbulkan komplikasi yang lain misalnya

infeksi. Bidan harus dapat mengidentifikasi dengan baik penyebab

yang terjadi apabila dalam waktu >4 jam, ibu nifas belum buang air

kecil.

d) Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya dengan

membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada air yang

mengalir sebelum dan sesudah membersihkan bagian

genetalianya, mengganti pembalut minimal 2 kali/ hari atau saat

pembalut mulai tampak kotor dan basah serta menggunakan

pakaian dalam yang bersih.

17
e) Istirahat

Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah

proses persalinan. Motivasi keluarga untuk dapat membantu

meringankan pekerjaan rutin ibu di rumah agar ibu dapat

beristirahat dengan baik. Ibu dianjurkan untuk dapat beristirahat

pada siang hari sekitar 2 jam dan di malam hari sekitar 7-8 jam.

f) Seksual

Hubungan seksual sebiknya dilakukan setelah masa nifas

berakhir yaitu setelah 6 minggu postpartum. Mengingat bahwa

pada pada masa 6 minggu postpartum masih terjadi proses

pemulihan pada organ reproduksi wanita khususnya pemulihan

pada daerah serviks yang baru menutup sempurna pada 6 minggu

postpartum.

7. Tanda Bahaya Nifas

Menurut Prawirohardjo (2016), tanda bahaya masa nifas yaitu:

a. Perdarahan pasca persalinan

Perdarahan pasca persalinanadalah komplikasi yang terjadi pada

tenggang waktu di antara persalinan dan masa pascapersalinan.

Faktor predisposisi antara lain adalah anemia, penyebab perdarahan

paling sering adalah atonia uteri serta retensio placenta, penyebab

lain kadangkadang adalah laserasi serviksatau vagina, ruptura uteri

dan iversi uteri.

Manajemen aktif kala III adalah upaya pencegahan perdarahan

pasca persalinan yang didiskusikan secara komprehensif oleh WHO.

Bila placenta masih terdapat di dalam rahim atau keluar secara tidak

18
lengkap pada jam pertama setelah persalinan, harus segera di

lakukan placenta manual untuk melahirkan placenta.

Pengosongan kandung kencing mungkin dapat membantu

terjadinya kontraksi. Bila perdarahan tidak segera berhenti, terdapat

perdarahan yang segar yang menetap. Atau terjadi perubahanpada

keadaan umum ibu, harus segera di lakukan pemberian cairan

secara intravenadan transportasi ke fasilitas kesehatan yang sesuai

bila tidak memungkinkan pengobatan secara efektif.

b. Infeksi

Infeksi nifas seperti sepsis, masih merupakan penyebab utama

kematian ibu di negara berkembang. Demam merupakan salah satu

gejala yang paling mudah di kenali. Pemberian antibiotika

merupakan tindakan utama dan upaya pencegahan dengan

persalinan yang bersih dan aman masih merupakan upaya utama.

Faktor predisposisinya infeksi genetal pada masa nifas di sebabkan

oleh persalinan macet, ketuban pecah dini dan pemeriksaan dalam

yang terlalu sering.

c. Eklamsia (kejang)

Eklamsia adalah penyebab penting ketiga ibu di seluruh dunia.

Ibu dengan persalinan yang di ikuti oleh eklamsia atau preeklamsia

berat, harus di rawat inap. Pengobatan terpilih menggunakan

magnesium sulfat (MgSO4).

Komplikasi pascapersalinan lain yang sering di jumpai

termasuk infeksi saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia.

Banyak ibu mengalami nyeri pada daerah perineum dan vulka

19
selama beberapa minggu, terutama apabila terdapat kerusakan

jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perinium ibu harus

di perhatikan secara teratur terhadap kemungkinan terjadinya

infeksi.

d. Defiensi vitamin dan mineral

Defiensi vitamin dan mineral adalah kelainan yang terjadi

sebagai akibat kekurangan iodin, kekurangan vitamin A serta

anemia defisiensi Fe. Defisiensiterjadi terutama di sebabkan intake

yang kurang, gangguan penyerapan. Upaya pencegahan dapat

dilakukan dengan makan makanan yang sesuai, penggunaan obat

suplemen selama kehamilan, menyusui dan pada masa bayi serta

anak-anak.

8. Standar Asuhan Masa Nifas

a. Standar pelayanan minimal

Menurut Data Depkes RI (2017), terdapat 3 standar pelayanan nifas,

yaitu:

1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk

memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia,

menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk

sesuai kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan

membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,

hipoglikemi dan infeksi. Dan hasil yang diharapkan adalah bayi

20
baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan tepat. Bayi

baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat

memulai pernafasan dengan baik.

2) Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah

persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah

persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping

itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk

memulai pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi

yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk

memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan

sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam

waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung

terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di

puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah

pasien hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat

yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta

memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

21
kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,

pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan

bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan

penyuluhan ASI eksklusif.

9. Senam Nifas

Menurut (Jane. 2016) senam nifas yaitu :

a. Pengertian

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama

melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh, terdiri dari sederetan

gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan

keadaan mama. Senam nifas ini dilakukan pada saat mama benar-

benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyakit masa

nifas, misalnya hipertensi, pasca kejang, atau demam selama dan

setelah melahirkan (Marmi, 2018).

Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat

mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami

peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali

kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan Maryunani,

2017).

Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu

setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan

kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan otot-

22
otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung,

dasar panggul dan perut (Proverawati, 2018).

b. Tujuan senam nifas

Menurut Walyani dan Purwoastuti 2018, tujuan dilakukannya senam

nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :

1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu

2) Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat

kandungan.

3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot

panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan

selama kehamilan dan persalinan

4) Memperlancar pengeluaran lochea

5) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah

melahirkan

6) Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan

persalinan.

7) Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya

emboli, trombosia dan lain-lain.

c. Manfaat senam nifas

Olahraga setelah melahirkan seperti senam nifas, dipercaya

mampu meningkatkan kesehatan fisik maupun mental ibu. Beberapa

manfaat senam nifas bagi ibu yang baru menjalani proses

persalinan, yaitu :

1) Membantu memulihkan otot, terutama otot dasar panggul

2) Menguatkan tubuh

23
3) Memperkuat dan mengencangkan otot perut

4) Meningkatkan energi

5) Membantu penurunan berat badan

6) Meningkatkan kebugaran

7) Membuat tidur lebih nyenyak

8) Meringankan stres

9) Mengurangi gejala depresi pascapersalinan

d. Gerakan masa nifas

1) Kegel

2) Squad

3) Pelvic tilt

4) Bridge

5) Clamshell

B. Konsep Asuhan Kebidanan Dan Dokumentasi Kebidanan

1. Konsep dasar Asuhan kebidanan

a) Pengertian

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan

yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan

pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah

dibidang kesehatan pada ibu nifas.

b) Tujuan asuhan kebidanan

Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan

dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi,

mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui

24
pemberdayaan perempuan dan keluarganya dengan

membutuhkan rasa percaya diri (Purwoastuti, 2018).

c) Standar asuhan

.........Standar Asuhan Kebidanan menurut Kepmenkes RI

No.938/Menkes/SK/VII/2007

1) Pengertian Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup

prakteknya berdasarkan ilmu asuhan kebidanan. Mulai

pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah

kebidanan permasalahan implementasi, evaluasi dan

pencatatan asuhan kebidanan.

1. STANDAR I : Pengkajian

Pernyataan Standar : Bidan mengumpulkan

konfirmasi yang akurat, relevan dan lengkap dan

semua yang berkaitan dengan kondisi klien.

a. Kriteria Pengkajian

b. Data tepat, akurat dan lengkap

c. Terdiri dari Data Subjektif (hasil Anamnese,

biodata, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat

kesehatan dan latar belakang sosial budaya).

d. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, pisikologis

dan pemeriksaan penunjang

25
2. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan

atau masalah kehidupan

Pernyataan standar : Bidan menganalisa data

yang diperoleh pada pengkajian, mengidentifikasikan

secara benar dan logis untuk menegakan diagnosa dan

masalah kebidanan yang tepat.

a. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

1) Diagnosa sesuai dengan nomenkulatur

kebidanan

2) Masalah dirimuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan

secara mandiri, kalaborasi, dan rujukan.

3. STANDAR III : Perencanaan

Pernyataan Standar : Bidan merencanakan Asuhan

Kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang

ditegakkan

a. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas

masalah dan kondisi klien, tindakan segera,

tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif

2) Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi pisikologis, sosial

budaya klien/keluarga

26
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan

kebutuhan klien berdasarkan evidence based

dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan

bermanfaat untuk klien

5) Mempertimbangkan kebijakan kebijakan dan

peraturan yang berlaku sumberdaya serta

fasilitas yang ada.

4. STANDAR IV : Implementasi

Pernyataan Standar : Bidan melaksanakan

rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisiensi dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promontif,

preventi, kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan secara

mandiri, kalaborasi dan rujukan.

a. Kriteria

a) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk

bio-pisiko-sosial-spritual-kultural

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan

persetujuan dari klien dan atau keluarganya

(inform consent)

c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan

evidence based

d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

e) Menjaga privacy klien/pasien

f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

27
g) Mengikuti perkembanagan kondisi klien secara

berkesinambungan

h) Menggunakan suber daya, sarana dan fasilitas

yang ada sesuai

i) Melakukan tindakan sesuai standar

j) Mencatat semua tindakan yang telah

dilakukan.

5. STANDAR V : Evaluasi

Pernyataan Standar : Bidan melakukan evaluasi

secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat

keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengn perubahan perkembangan konsdisi klien

a. Kriteria Evaluasi

1) Penelitian dilakukan secara setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan

dikomunikasikan pada klien dan Keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan

kondisi klien/pasien

6. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan

Kebidanan Pernyataan Standar : Bidan melakukan

pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian kyang ditemukan dan

dilakukan dan memberikan asuhan kebidanan.

28
a. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pencatatan dilakukan segera setelah

melaksanakan asuhan kebidanan pada

formulir yang tersedia (rekam medi/KMK/

status Pasien/ buku KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan

SOAP

3) S adalah subjektif, mencatat hasil anamnese

4) O adalah data objektif, mencatat hasil

pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan

masalah kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, Mencatat Seluruh

perencanan dan penatalaksanaan yang sudah

dilakukan sepert tindakan antisipatif, tindakan

segera, tindakan segera komprehensif :

Penyuluhan, dukungan, kalaborasi evaluasi/

follow up dan rujukan.

2. Konsep Dasar Tentang Pendokumentasian (SOAP)

a. Pengertian Dokumentasi Kebidanan

Dokumentasi kebidanan merupakan keterangan tertulis yang

dibuat oleh bidan, yang diberikan kepada klien baik yang menjalani

rawat inap, rawat jalan serta pelayanan kegawatdaruratan (Risneni,

2016).

b. Tujuan dan Fungsi Dokumentasi

29
Tujuan dan fungsi Dokumentasi Kegiatan pendokumentasian

merupakan unsur pokok dalam pertanggungjawaban kinerja profesi

kebidanan (Risneni, 2016)

c. Pendokumentasian SOAP

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuahan kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Penyusunan

data sebagai indikator dari data yang mendukung diagnose

kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan

pengelompokan data fokus adalah sesuatu yang sulit.

S (Subjective) : merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan yang menurut Hellen varney langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui

anamnesa. Data subjek ini berhubungan dengan masalah

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran

dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis.

Data subjek ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan

disusun.

O (Objective) : merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian

data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi

yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain (USG, sinar X,

CTG, dll).

30
A (Assessment) : merupakan pendokumentasian hasil analisis

dan interpretasi (kekesimpulan) dari data subjektif dan objektif.

Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan karena

keadaan pasien setiap saat mengalami perubahan dan

ditemukan informasi baru dalam data subjektif dan objektif,

maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis.

Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan.

P (Planning) :mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan dan tindakan antisipasi,

tindakan segera, tindakan secara komperhensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi, follow up dan rujukan(Enggar,

2018).

C. Dokumentasi Asuhan kebidanan Kunjungan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa

nifas (Suhermi, 2014) yaitu :

1. Kunjungan 1 (2-8 jam setelah pesalinan)

Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan ialah :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Atonia uteri adalah kondisi dimana Rahim gagal

berkontraksi setelah persalinan

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

apa bila perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu/ salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri

31
d) Pemberian ASI awal

e) Memberikan supervise pada ubu bagaimana teknik

melakukan hubungan antara ibu dan BBL.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara menjaga hipotermia.

Asuhan kebidanan pada ibu nifas 2-8 jam postpartum:

1) Data Subjektif (S)

a. Ibu nifas mengatakan 2-8 jam yang lalu telah

melahirkan bayi

b. Ibu nifas mengeluh masih merasakan mules-mules

dan lemas

c. Ibu nifas mengatakan masih keluar darah sedikit

2) Data Objektif (O)

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah sistol 110-120

mmHg dan Diastol 70-80 mmHg, Suhu 36,5-37 C, Nadi

60-80 x/menit, pernapasan16-24 x/menit

d. Ada pengeluaran ASI

e. Tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat

f. Pengeluaran lochea rubra

g. Proses involusia berjalan dengan baik

h. Kontraksi uteri kuat

i. Eliminasi (vesika urinary kosong)

3. Assasment (A)

32
G... P…. A…. post partum normal hari pertama 2-8 jam

4. Plan (P)

a. beritahu ibu nifas bahwa ibu dalam periode 6 jam masa

nifas dan dalam keadaan normal

b. beritahukan ibu nifas bahwa mules yang ibu rasakan

adalah normal karena uterus berkontraksi untuk

menghentikan perdarahan

c. Menganjurkan ibu nifas untuk makan makanan yang

bergizi dan minum seperti sayuran hijau dan susu

d. Menganjurkan ibu nifas untuk melakukan ambulasi dini

yang dilakukan secara bertahap seperti miring, duduk

dan berjalan

e. Menganjurkan ibu nifas untuk buang air kecil ditoilet

f. Menganjurkan ibu nifas untuk menjaga kebersihan diri

dan perineum

g. Menganjurkan ibu nifas untuk istirahat yang cukup

pada saat bayi tertidur

h. Mengajarkan ibu nifas cara mencegah pembengkakan

payudara

i. Mengajarkan ibu nifas cara melakukan perawatan luka

perineum

j. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu nifas

tentang nutrisi selama masa nifas

33
k. Memberikan konseling pada ibu nifas tentang tanda

bahaya masa nifas

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuannya :

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal. Involusi uterus

adalah mengecilnya uterus dalam bentuk semula: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan

abnormal, dan tidak ada bau dari lochea

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan

tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari. (Dr. Nugroho.T, 2014 ).

Asuhan kebidanan pada nifas 6 hari post partum :

1) Data Subjektif (S)

a.) Ibu nifas mengatakan 6 hari yang lalu melahirkan bayi

b.) Ibu nifas mengatakan masih ada keluar cairan dari

kemaluan

34
c.) Ibu nifas mengatakan ada keluar ASI dan dapat menyusui

dengan baik

2) Data Objektif (O)

a.) Keadaan umum : baik

b.) Kesadaran : composmentis

c.) Tanda-tanda vital : tekanan darah sistol 110-120 mmHg

dan Diastol 70-80 mmHg, suhu 36,5-37 C, Nadi 60-80

x/menit, pernapasan 16-24 x/menit

d.) Konjungtiva : tidak anemis

e.) Ada pengeluaran ASI

f.) TFU pertengahan pusat-simfisis

g.) Pengeluaran lochea sanguinolenta (lochea berwarna

kuning bercampur lendir)

3) Assasment (A)

G...P…. A…., Postpartum normal hari ke 6

4) Plan (P)

a.) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal dan tidak ada bau

b.) Menilai adanya tanda-tanda demam, infaksi atau

perdarahan abnormal

c.) Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup makanan, cairan

dan istirahat

d.) Memastikan ibu nifas menyusui dengan baik dan benar

serta tidak melihat tanda-tanda infeksi

35
e.) Memberikan konseling kepada ibu nifas mengenai

perawatan bayi, perawatan tali pusat dan menjaga agar

bayi tetap hangat.

3. Kunjungan III (2 Minggu setelah persalinan)

Tujuannya: sama dengan kunjungan nifas ke 2 (6 Hari

setelah persalinan).

Asuhan kebidanan pada ibu nifas 2 minggu post partum

1) Data Subjektif (S)

a.) Ibu nifas mengatakan melahirkan bayi beberapa hari yang

lalu

b.) Ibu nifas mengatakan masih keluar cairan kemaluan

2) Data Objektif (O)

a.) Keadaan umum : baik

b.) Kesadaran : composmentis

c.) Tanda- tanda vital : tekanan darah sistol 110-120 mmHg

dan diastol 70-80 mmHg, suhu 36,5-37 C, Nadi 60-80

x/menit, pernapasan 16-24 x/menit

d.) Konjungtiva : tidak anemis

e.) Ada pengeluaran ASI

f.) TFU pertengahan pusat-simfisis

g.) Pengeluaran lochea sanguinolenta ( lochea berwarna

kuning bercampur lendir)

3) Assasment (A)

G....P…. A…. postpartum normal minggu ke 2

36
4) Plan (P)

a.) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

pendarahan abnormal dan tidak ada bau

b.) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

c.) Memastikan ibu nifas mendapatkan cukup makanan, cairan

dan istirahat

d.) Memastikan ibu nifas menyusui dengan baik dan benar

serta tidak melihat tanda-tanda infeksi

e.) Memberikan konseling kepada ibu nifas mengenai

perawatan bayi, perawatan tali pusat dan menjaga bayi

tetap hangat

f.) Menganjurkan pada ibu nifas untuk memberi ASI eksklusif

yaitu pemberian nutrisi pada bayi hanya dengan air susu

ibu selama 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun

g.) Menganjurkan ibu nifas untuk melakukan senam nifas

4. Kunjugan IV (6 Minggu setelah persalinan)

Tujuannya :

a. Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau

bayinya

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini

c. Menganjurkan ibu atau mengajak ibu membawa bayinya ke

posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.

37
Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 monggu post partum :

1) Data subjektif (S)

a.) Ibu nifas mengatakan 6 minggu yang lalu melahirkan bayi

b.) Ibu nifas mengakatan sudah tidak keluar cairan dan lendir

dari kemaluan

2) Data objektif (O)

a.) Keadaan umum : baik

b.) Kesadaran : composmentis

c.) Tanda –tanda vital : tekanan darah sistol 110-120 mmHg

dan diastol 70-80 mmHg, suhu 36,5-37 C, Nadi

60-80x/menit, pernapasan 16-24 x/menit.

d.) Konjungtiva : tidak anemis

e.) Ada pengeluaran ASI

f.) TFU pertengahan pusat-simfisis

g.) Luka jahitan sudah kering

3) Assasment (A)

G....P…. A….postpartum normal minggu ke 6

4) Plan (P)

a) Memberikan pendidikan kesehatan bayi

b) Menganjurkan ibu tidak menahan BAB dan BAK

c) Perawatan perineum

d) Perawatan payudara

e) Konseling KB

f) Gizi ibu dan gizi bayi

g) Hygine personal

38
h) Imunisasi bayi

i) Senam nifas

j) Kemana harus mencari pertolongan kalau ada masalah

terhadap ibu atau bayinya

39
BAB III METODE STUDI KASUS

A. Alur Pikir Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Nifas

FISIOLOGIS PATOLOGIS

RUJUK
Penerapan asuhan kebidanan pada
nifas fisiologis

Kunjungan I (umur 6 jam-3 hari)


Kunjungan II (umur 4-7 hari)
Kunjungan III (umur 8-14 hari)
Kunjungan IV (≥15 hari)

KB

Kunjungan I (umur 4-7 hari PP) = Konseling pelayanan KB


Kunjungan II (umur 8-14 hari PP) = Evaluasi Konseling pelayanan
KB
(Sumber: Enggar.2019)

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian melaksanakan asuhan kebidanan

dengan bentuk studi kasus yaitu menggambil satu orang untuk dijadikan

subyek penelitian dalam bentuk asuhan masa nifas dengan pendekatan

standar asuhan kebidanan pada masa nifas dengan mengeksplorasi secara

mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu.

C. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Mabelopura 2021

40
D. Kerangka Konsep kegiatan Asuhan Intra Natal Care
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 1 orang kasus kebidanan untuk

dijadikan subyek penelitian dan Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan

Persalinan dan melakukan pengumpulan data menurut KEMENKES RI

No.938/MENKES/SK/VIII/2007 yaitu dengan menggunakan metode

pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan akan dilanjutkan

dengan pendokumentasian menggunakan dokumentasi SOAP.

Alur standar asuhan pelayanan menurut Kepmenkes RI No

938/Menkes/SK/VIII/2007

Subjektif
Pengumpulan Data
Objektif
Perumusan
Diagnosa / Masalah

Perumusan Analisa
Diagnosa / masalah
potensial dan
antisipasinya
Menetapkan
kebutuhan / tindakan
segera

Pelaksanaan asuhan
Penatalaksanaan

Evaluasi hasil Asuhan

41
E. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seorang ibu

nifas di Bpm Setia yang diberikan asuhan kebidanan Post natal care

Asuhan kebidanan post natal care yang diberikan secara konferensif :

1. Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas dalam studi kasus ini adalah asuhan yang

diberikan pada ibu mulai dari 2 jam post partum sampai 6 minggu post

partum dengan 4 kali kunjungan di PKM Mabelopura Kota Palu.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data melakukan pendekatan asuhan

kebidanan meliputi (pengkajian, perumusan masalah, perencanaan,

implementasi dan evaluasi).

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi pengamatan

langsung kepada ibu secara konprehensif.

a. Interview

Wawancara atau tanya jawab dilakukan langsung antara

peneliti dengan pihak-pihak terkait seperti klien, keluarga, dan tim

kesehatan lainya untuk memperoleh data yang dibutuhkan

b. Observasi

Pemeriksaan fisik meliputi TTV, perdarahan, his. Dimulai dari

kehamilan sampai dengan keluarga berencana dilakukan dengan

cara pemeriksaan secara menyeluruh meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi.

42
2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan pada ibu

hamil dengan asuhan kebidanan secara komprehensif di Bpm Setia kota

palu.

G. Metode pengumpulan data

Metode pengupulan data menggunakan pendekatan manajemen

asuhan kebidanan (pengkajian, Diagnosa kebidanan, rencana tindakan,

implementasi, evaluasi) secara holistic,dan menekankan topic penelitian

asuhan kebidanan menurut KepMenkes No. 938/MenKes/SK/III/2017, yang

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

H. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed consent adalah lembar persetujuan yang diberikan

kepada subjek penelitian. Peneliti menjelaskan manfaat tujuan,

prosedur, dan dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah

dijelaskan, lembar informed consent di berikan ke subjek peneliti, jika

setuju maka informed consent harus ditanda tagani oleh subjek

penelitian (Hidayat, 2017)

2. Anonimity

Anonimitiy adalah tindakan menjaga kerahasiaan subjek peneliti

dengan tidak mencantumkan nama pada Informed Consent dean

kuesioner, cakup dengan insta dan memberi nomor atau kode pada

masing-masing lembar tersebut.

43
3. Confidentiality

Confidentiality adalah menjaga semua kerahasiaan semua

informasi yang didapat dari subjek penelitian. Beberapa kelompok data

yang diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian . setelah itu,

semua data dan informasi yang telah terkumpul dijamin kerahasiaanya

oleh peneliti.

44
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO), 2018. Angka Kematian Ibu (AKI).

Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheet/Detail/Maternal-Mortality.[22

Survei Demografi Kesehatan Indonesia(SDKI), 2018. Profil Kesehatan Indonesia.

Jakarta : Penerbit IDAI.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, 2019. Profil Kesehatan Ibu Dan Anak. Palu

Dinas Kesehatan Kota.2018.Profil Kesehatan Ibu Dan Anak.Palu

PKM Mabelopura, 2019. Profil Kesehatan Ibu Dan Anak. Palu

Profil Kesehatan Ibu Dan Anak, 2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Enggar. 2019. Panduan Penyusunan Laporan Tugas Akhir & Karya Tulis Ilmiah

(Edisi Ke 3). Palu :Akbid Palu.

Mamik. 2017. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Dan Kebidanan. Sidoardjo :

Zifatama Jawara.

Kemenkes RI Nomor 983/Menkes/SK/VIII/2007, 2007 Tentang Standar Asuhan

Kebidanan, Jakarta : Kemenkes RI

Kumala Feti D.Ed, 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba

Medika.

45
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018. Indonesia Menyusui. Jakarta : Badan

Penerbit IDAI.

Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Fitriani & Andriyati, 2014. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Suherni, 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Mochtar, 2015 . Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta. Pustaka Rihana.

Maryunani 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi IV. Jakarta. Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Bidan Dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang

Nifas Dengan Sikap Dalam Perawatan Masa Nifas Pada Ibu Postpartum Di

Puskesmas Tegal Rejo Kota Jogja. Skripsi. Fakultas Kedokteran.

Jane, 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Edisi I. Cetakan 2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Purwoastuti, 2018 . Standar Asuhan Kebidanan.Yogjakarta: Pustaka Belajar

Risneni, 2016. Asuhan Kebidanan III (NIFAS). STIKES Aisyiyah Surakarta.

Widiatini LP, 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Masa Nifas. Bogor :

In media

46
Purwoastuti, 2019. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Bayi Baru Lahir.

Yogjakarta : Pustaka Baru.

Oktarina Mika, 2016. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta Selatan : Pusdik

SDM Kesehatan.

47

Anda mungkin juga menyukai