Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga

kesehatan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya mencapai

pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan

oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan

ditentukan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Kematian

Maternal, diakses tanggal 23 Februari 2011).

Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

masih tergolong sangat tinggi. Menurut definisi World Health Organization

(WHO) “ Kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau 42

hari sedudah bersalin. Akhirnya kehamilan oleh sebab apapun”. Angka kematian

ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu. Penyebab kematian ibu

tersebut adalah pendarahan 28%, infeksi 11%, persalinan macet/distosia 5%,

eklamsi 24%, komplikasi masa peurperium 8%, abortus 5% dan emboli obat 3%.

(Depkes RI,2015).

Indonesia adalah salah satu Negara yang masih belum bisa lepas dari belitan

angka kematian ibu (AKI) yang tinggi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2009, angka kematian maternal di Indonesia mencapai

248/100.000kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiran hidup, masih ada

1
sekitar 248 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan

persalinan(Kematian Maternal, Online, Diakses tanggal 23Februari 2011).

Seorang bidan mempunyai tanggung jawab praktik profesi bidan dalam

sistem pelayanan kesehatan yang baik, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan

ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat,

salah satu bentuk tanggung jawab dalam pelayanannya yaitu, memberikan

pelayanan kesehatan ibu hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga

berencana (Farelya, 2018:30).

Provinsi Jawa Barat masih menjadi salah satu daerah dengan angka

kematian ibu yang paling tinggi. Tahun 2010, jumlah kematian ibu di jawa barat

sebesar 789 jiwa kemudian meningkat menjadi 850 jiwa. Pada tahun 2011,

dengan jumlah kasus kematian bayi sebanyak 5070 per 1000 kelahiran hidup.

Untuk tahun 2012, angka kematian Jawa Barat sebesar 109,2 per 100.000

kelahiran dengan jumlah kematian ibu 747 jiwa. ( Depkes RI, 2012).

Menurut profil kesehatan 2014 di Provinsi Jawa Barat angka kematian

neonatus, bayi dan balita di Kabupaten Purwakarta tahun 2014 tercatat ada 108

kematian pada neonatal, 138 kematian pada bayi, dan kematian pada ibu hamil

tercatat 8 orang, ibu bersalin sebanyak 10 orang dan ibu nifas sebanyak 10 orang.

Asuhan masa nifas diperlukankarena dalam periode ini merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam

pertama, salah satu penyebabnya adalah pendarahan masa nifas karena itu

diperlukan penangan yang tepat (Wulandari dkk, 2011,2).

2
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan study kasus

pada ibu masa nifas dengan melakukan asuhan sesuai standar pada ibu nifas di

UPTD Puskesmas Cipaku.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan sesuai standar pada ibu nifas dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas Secara Fisiologis.

2) Melaksanakan Pendokumentasikan Asuhan Kebidanan dengan

metode SOAP.

1.3. Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

Dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama ini, khususnya dalam

asuhan kebidanan postpartum fisiologis.

1.3.2 Bagi Bidan

Agar lebih hati-hati dalam memberikan asuhan dan dapat

meningkatkan atau menerapkan ilmu yang sudah didapatkan.

1.3.3 Bagi Tempat Praktek

Dari hasil penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap tenaga

kesehatan untuk lebih mempertahankan dan meningkatkan asuhan

kebidanan pada ibu nifas.

3
1.3.4 Bagi Pasien

Diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan pada ibu nifas.

Sehingga ibu dapat terhindar dari berbagai masalahselama masa

postpartum.

1.4. Ruang Lingkup

Sasaran pada asuhan kebidanan ini adalah bayi baru lahir. Tempat

pengambilan kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas bertempat di UPTD

Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis dan waktu pengambilan kasus pada bulan

Juni 2020.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.3. Konsep Dasar

2.1.1 Definisi

2.1.1.1 Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha
2009, 2).
2.1.1.2 Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Muhaeminah2003,2).
2.1.1.3 Masa Nifas (puerperium)adalah masa nifas mulai setelah partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu 3 bulan (Wiknjosastro 2006, 237).
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuahan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan

yang diberikan pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

keadaan sebelum hamil. Adapun tujuan dari pemberian asuhan kebidanan

pada masa nifas adalah sebagai berikut :

2.1.2.1 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

5
2.1.2.2 Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayi.

2.1.2.3 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

2.1.2.4 Memberikan plelayanankeluarga berencana (Saifuddin 2006,

122).

2.1.3 Tahapan Masa Nifas.

Tahapan yang terjadi pada masa nifas ada 3 periode :

2.1.3.1 Periode immediate post partum.

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

2.1.3.2 Periode early post partum(24 jam-1 minggu).

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal,

tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

2.1.3.3 Periode late post partum(1 minggu-5 minggu).

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

2.1.4 Tanda Bahaya Masa Nifas

Ada beberapa tanda bahaya yang harus diperhatikan oleh bidan/tenaga

kesehatan atau ibu sendiri, yaitu :

6
2.1.4.1 Demam > 37,5C

2.1.4.2 Pendarahan aktif dari jalan lahir :

a. Dalam hal ini, perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba

bertambah banyak.

b. Perdarahan yang lebih dari perdarahan haid biasa atau bila

memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam.

c. Bekuan darah yang banyak.

2.1.4.3 Muntah.

2.1.4.4 Rasa sakit waktu buang air kecil/berkemih.

2.1.4.5 Pusing/sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan kabur.

2.1.4.6 Lochea berbau, yakni pengeluaran vagina yang baunya menusuk.

2.1.4.7 Sulit dalam menyusui atau payudara yang berubah menjadi merah, panas

dan terasa sakit.

2.1.4.8 Sakit perut yang hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau

punggung dan nyeri ulu hati.

2.1.4.9 Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah.

2.1.4.10 Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau

diri sendiri.

2.1.4.11 Pembengkakan.

a. Pembengkakan di wajah atau di lengan.

b. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki.

2.1.4.12 Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.


(Maryunan, Anik. 2015:401)

7
2.1.5 Peran Dan Tanggungjawab Bidan

Peran dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas adalah memberikan

perawatan dan support sesuai kebutuhan ibu secara partnership dengan ibu.

Selain itu juga dengan cara:

1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.


2. Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa
nifas.
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan.
6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kunjunga Waktu Tujuan

n
1. 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah pendarahan masa
nifas akibat antonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan
rujuk jika perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada
ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa
nifas karena antonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat

8
dengan cara mencegah
hypothermia.
7. Jika petugas kesehatan
menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus

berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus

dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan

tidak ada bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda

demam.

3. Memastikan mendapatkan

cukup makanan, cairan dan

istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda

penyulit.

5. Memberikan konseling pada

ibu tentang asuhan pada


9
bayi, tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.
3. 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6 hari

persalinan setelah persalinan)


4. 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu

persalinan tentang penyulit-penyulit

yang ibu alami.

2. Memberikan konseling KB

secara dini.

2.1.7 Perawatan dan Pengawasan Masa Nifas

1. Perawatan masa nifas.


1) Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan
2) Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diit perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, begizitinggi, cukup kalori,
tinggi protein dan banyak mengandung cairan.

3) Personal hygiene

10
Pada masa nifas,seorang ibu sangat rentan terhadap penyakit
infeksi. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk
mencagah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh,pakaian, tempat
tidur dan lingkungan sangat penting untuk menjaga kebersihan
dari ibu nifas.
4) Istirahat dan tidur
Hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur.
5) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat agar aman.
6) Eliminasi
a. BAK : Ibu diminta untuk buang air kecil (BAK) 6 jam post
partum.
b. BAB : Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar
(BAB) setelah hari kedua post partum.
7) Perawatan payudara.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering serta menggunakan BH
yang menyokong payudara, jika puting susu lecet oleskan
colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap
kali selesai menyusui dan tetap menyusukan pada putting susu
yang lecet, apabila lecet sangat berat istirahatkan selama 24 jam
dan untuk menghindari nyeri dapat minum parasetamol 1 kaplet
setiap 4 –6 jam (Saifuddin 2006, 128).
8) Latihan
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya menjadi kuat.

2. Pengawasan masa nifas

11
Pengawasan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan

bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah.

2.3. Konsep Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisadiaplikasikan

dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke

dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaan menurut langka

nernay adalah sebagai berikut :

2.2.1 Langkah I (Pengumpulan data)

Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk

menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan

klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan

sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus

memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan

menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.

2.2.2 Langkah II (Interprestasi data dasar)

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnosedan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan

apa yangdialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

12
sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan

yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

2.2.3 Langkah III(Indentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau

waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu

yang mungkin terjadi

2.2.4 Langkah IV (Identifikasi tindakan segera)

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera

dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana

bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

2.2.5 Langkah V (Penyusunan Rencana)

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi

dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi,

agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien,

oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil

harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan

kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

13
2.2.6 Langkah VI (Pelaksanaan asuhan atau implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan

lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

2.2.7 Langkah VII (Evaluasi)

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya


evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi
bidan harus mengetahui sejauhmana keberhasilan asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien. (Wulandari, D dkk 2009 hal.131).

3.3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

2.3.1 Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup


nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.
2.3.2 Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

2.3.3 Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai

dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan ibu.

14
2.3.4 Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Salmah, dkk. 2006 hal.171).

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS PADA NY “S” FISIOLOGIS


DI UPTD PUSKESMAS CIPAKU

No Register : Y014/BPS/01/2020

Tanggal Pengkajian : 12-06-2020

Tempat Pengkajian : PBM

A. IDENTITAS

Identitas Ibu Bapak

Nama : Ny. S Tn. Y

Umur : 26 tahun 30 tahun

Agama : Islam Islam

Suku/Bangsa : Indonesia Indonesia

Pendidikan : SD SMA

Pekerjaan : IRT Tani

Alamat : Dusun Urug RT 03 RW 05 Desa Pusakasari

B. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan datang

Nifas Kunjungan Pertama

2. Keluhan utama

Ibu mengatakan masih merasa mules, dan ibu mengatakan merasa lelah.
16
3. Riwayat

a. Riwayat perkawinan.

Menikah 1 kali pada usia 21 tahun.

b. Riwayat Haid

a. Menarche : umur 13 tahun

b. Siklus Haid : teratur

c. Lamanya : 5 hari

d. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut

e. Dismenorrhoe : tidak ada rasa nyeri.

c. Riwayat Kehamilan.

a. Riwayat ANC

Ibu melakukan ANC sejak kehamilan 8 minggu di lakukan di

BPM. Banyaknya pemeriksaan kehamilannnya 4 kali.

b. Pola nutrisi

 Makan: 3 kali sehari

 Minum: 8 gelas sehari

c. Pola eliminasi

 BAB: 1 kali dalam satu hari, warna kuning kecoklatan,

konsistensi lembek, tidak ada keluhan.

 BAK: 5-6 kali dalam satu hari, warna jernih, tidak ada keluhan.

d. Pola aktifitas

 Kegiatan sehari-hari : Melakukan pekerjaan rumah.

 Tidur siang : 1jam


17
 Tidur malam : 8 jam

 Seksualitas : 1 kali dalam seminggu

e. Personal hygine

 Mandi: 2 kali dalam satu hari.

 Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Ibu selalu mengganti

pakaian dalam pada saat lembab.

4. Riwayat kontrasepsi yang pernah di gunakan.

Ibu tidak pernah menggunakan kontrasespsi

5. Riwayat kesehatan

a. Penyakit yang pernah diderita / yang sedang diderita:

Tidak ada penyakit yang di derita pada ibu

b. Penyakit yang pernah/ sedang di derita pada keluarga:

Saat ini tidak ada penyakit yang di derita oleh keluarga

c. Kebiasaan-Kebiasaan

Tidak ada kebiasaan yang jelek

6. Keadaan psikologis spiritual

a. Kelahiran ini diinginkan oleh keluarga.

b. Pengetahuan ibu tentang nifascukup baik.

c. Penerimaan pada kehamilan, kehamilan ini di terima oleh pihak

keluarga.

C. Data Obyektif

18
1. Pemeriksaan umum : Baik

a. Kesadaran : Compos Mentis

b. Keadaan emosional : Stabil

2. TTV

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg TTV

b. Nadi : 82 X/’

c. Pernapasan : 22 X/’

d. Suhu : 36,2C

e. BB : 55 Kg

f. Lila : 28 cm

g. TB : 152 cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Rambut : Penyebaran merata,bersih, tidak mudah rontok

b. Muka : Tidak oedema

c. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

d. Hidung : Simetris, bersih

e. Mulut : Bersih tidak ada cariesdan gigi berlubang

f.Telinga : Simetris, bersih

g. Leher : Tidak ada pembengkakan

h. Payudara : Bentuk simetris, tidak ada pemebesaran, aerola

hiperpigmentasi, puting susu menonjol, tidak ada benjolan, dan rasa

nyeri.

i.Ektrimitas : Tidak ada odema dan varises dan refleks patella (+).

19
j.Abdomen : Tidak ada bekas operasi, uterus keras, TFU dua jari

dibawah pusat.

k. Genetalia : Tidak ada varises, tidak ada lasrasi jalan lahir.

l.Anus : Anus tidak ada hemoroid.

m. Berat badan bayi Lahir : 2900 gram

D. Assesment

Ny. S P2A0 post partum 6 jam Fisiologis.

E. Penatalaksanaan

3.5.1 Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan kelurga.

3.5.2 Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa mules yang ibu alami

merupakan hal yang normal, karena rahim yang keras dan mules berarti

rahim sedang berkontraksi yang dapat mencegah terjadinya perdarahan pada

masa nifas.

Ibu sudah mengerti tentang penyebab rasa mules yang dialamai ibu.

3.5.3 Beritahu ibu tentang gizi yang seimbang agar kebutuhan bayi pada masa

laktasi bisa terpenuhi seperti makan sayuran, buah-buahan, ikan dan minum

susudan zat gizi yang banyak untuk membantu melancarkan produksi ASI.

Ibu mengerti dan mengetahui tentang gizi yang diperlukannya.

3.5.4 Memberitahu ibu cara menyusui yang benaryaitu dagu bayi menempel pada

payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan menutupi areola mammae.

Seluruh badan bayi tersanggah dengan baik tidak hanya kepala dan leher.

Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar.

20
3.5.5 Memberitahu kepada ibu jadwal pemberian ASI yaitu ASI diberikan setiap

2 jamatau setiap bayi menangis.

Ibu sudah mengerti dan bersedia menyusui bayinya.

3.5.6 Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan selalu

memakaikan selimut dan topi pada bayi untuk mencegah hipotermia.

Ibu telah mengerti untuk menjaga kehangatan bayi.

3.5.7 Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kekanan dan kiri

sertake kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan daerah kelamin ibu.

Ibu sudah mengerti dan akan tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah

genetalia.

Ibu sudah mengerti dan akan tetap menjaga kebersihan diri terutama daerah

genetalia.

3.5.8 Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti

pengeluaran lochea berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau sesak,

bengkak pada tangan, wajah dan tungkai, sakit kepala hebat, pandangan

kabur, nyeri pada payudara. Apabila ditemukan tanda bahaya segera ke

petugas kesehatan.

Ibu sudah mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas dan bersedia kepetugas

kesehatan apapun.

KUNJUNGAN II (6 HARI POST PARTUM)

Tanggal/Pukul: 16-06-2020/ 07.00 WIB

21
SUBJEKTIF

Ibu mengatakan merasa keadaannya semakin membaik, ASI lancar keluar, bayi

kuat menyusu, ibu selalu menyusui bayinya, tidak ada penyulit dan hanya

memberikan ASI dan ibu mengatakan darah dari kemaluannya masih keluar

dengan warna merah kecoklatan.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis, dan emosional stabil.

b. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, Pols: 72 x/i, RR: 20 x/i, Temp : 36,5 0C.

2. Kontraksi uterus baik

3. TFU pertengahan pusat –simpisis.

4. Pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan (Lochea Sanguiloenta)

dan tidak berbau.

ANALISA

Ny. S P2A0 Post partum 6 hari Fisiologis

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaannya sehat.

Hasil pemeriksaan TD: 120/80 mmHg, RR: 20 x/i, Pols: 72 x/i, Temp: 36,50C.

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan baik dan normalTFU

pertengahan simfisis dengan pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak berbau.

22
Ibu dalam keadaan normal.

3. Mengingatkan ibu kembali untuk memakan makanan bergizidan asupan

nutrisi yang cukup untuk metabolisme dan proses pembentukan ASI yaitu

karbohidrat, tinggi protein (tahu, tempe, kacang-kacangan, daging, ikan),

sayur-mayur, buah-buahan dan minum air putih minimal 3 liter/hari serta

minum pil zat besi.

Ibu minum air putih lebih dari 8gelas/hari dan telah minum pil zat besi sesuai

aturan yang diberikan petugas.

4. Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dan posisi

yang baik saat menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara bergantian

dan mengajarkan posisi yang baik yaitu meletakkan bayi pangkuan ibu

dengan posisi ibu duduk, seluruh daerah hitam harus masuk ke dalam mulut

bayi.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mempraktekkannya di

depan petugas dengan benar,

5. Menilai adanya tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu.

Tidak ada tanda-tanda demam dan infeksi pada ibu, ibu dalam keadaan baik.

KUNJUNGAN III (2 MINGGU POST PARTUM)

Tanggal/Pukul : 24-06-2020/ 09.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat dan tidak ada keluhan dan selalu

menyusui bayinya dan hanya memberikan ASI dan Ibu mengatakan darah yang
23
keluardari kemaluannya sudah tidak berwarna kecoklatan namun berwarna

kekuningan dan tidak berbau.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum baik, Kesadaran composmentisdan emosional stabil.

b. Tanda vital TD : 120/80 mmHg, RR :20 x/i, Pols: 72 x/’, S= 36.5 0C

2. Pemeriksaan fisik

a. Muka : Tidak pucat, tidak oedem, tidak ada cloasma gravidarum.

b. Mata: konjungtivatidak pucat, scleraputih.

c. Payudara : ASI keluar lancar dan tidak ada nyeri tekan.

3. Kontraksi uterus baik dan TFU tidak teraba di atas simfisis.

4. Pengeluaran pervaginam berwarna kekuningan (Lochea Serosa) dan tidak

berbau.

ANALISA

Ny.S P2A0 Post partum 2 minggu Fisiologis.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sehat.

2. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan normal, TFU tidak teraba

diatas simfisis dan tidak ada perdarahan yang berbau. Keadaan ibu normal.

3. Menganjurkanibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling

macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL,

IUD, suntik 3 bulan dan AKBK. Kemudian menjelaskan tentang keuntungan

dan efek samping dari tiap-tiap alat kontrasepsi tersebut.


24
Ibu sudah mengerti dengan penjelasan macam-macam KB tersebut dan

mengatakan ingin berdiskusi terlebih dahulu dengan suaminya.

4. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap menyusui bayinya sesuai kebutuhan

dari 0-6 bulan supaya bayi mendapat ASI eksklusif serta mengajarkan ibu

cara melakukan perawatan payudara supaya mencegah terjadinya bendungan

ASI.

Ibu sudah mengerti tentang pemberian ASI pada bayi dan sudah mengerti

cara perawatan payudara.

5. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap memakan makanan bergizi dan asupan

nutrisi yang cukup, seperti mineral, vitamin, protein. Minum air putih

minimal 3 liter/hari, minum pil zat besi.

Ibu sudah minum +8 gelas/hari dan telah minum pil zat besi sesuai aturan

yang diberikan petugas.

KUNJUNGAN IV (6 MINGGU POST PARTUM)

Tanggal/ Pukul: 18-07-2020/ 06.00 WIB

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat dan selalu menyusui bayinya dengan

hanya memberikan ASI, sudah tidak ada darah yang keluar dari kemaluannya dan

tidak ada keluhan saat ini.

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum.

25
a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentisdan emosional stabil.

b. Tanda vital TD : 120/70 mmHg, RR : 20 x/i, Pols : 72 x/i, Temp : 36,5 0C.

2. TFU sudah tidak teraba.

3. Pengeluaran pervaginam berwarna putih, tidak berbau.

ANALISA

Ny. S P2A0 Post partum 6 Minggu Fisiologis

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu.

Hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, Pols: 72 x/i, RR: 20 x/i,Temp:

36,5oC.Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu bahwa involusi uteri ibu berjalan dengan normal, TFU

bertambah kecil, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak berbau. Ibu

dalam keadaan normal.

3. Menganjurkan ibu untuk menjadi akseptor KB dan memberikan konseling

macam-macam alat kontrasepsi yang sesuai kepada kondisi ibu yaitu MAL,

IUD, suntik 3 bulan dan AKBK.

Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan memilih ingin

menggunakan KB suntik 3 bulan.

4. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu sudah dapat kembali aktif untuk

melakukan hubungan seksual.

26
Ibu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah bisa aktif kembali berhubungan

seksual.

5. Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk penimbangan dan imunisasi dan

menuliskan jadwal imunisasi di buku KIA. Ibu sudah mengetahui jadwal

imunisasi dan mengatakan akan membawa bayinya untuk imunisasi.

Ibu sudah mengetahui jadwal imunisasi dan mengatakan akan membawa

bayinya untuk imunisasi.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola makan yang sehat dan bergizi,

karena mempengaruhi produksi ASI.

Ibu mengerti dan mengatakan akan selalu menjaga pola makanan yang sehat dan

bergizi.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis menyajikan hasil pemeriksaan, permasalahan yang

terjadi, asuhan yang diberikan untuk menangani masalah yang terjadi dan

membandingkan kesesuaian antara teori dengan praktik yang terjadi pada Ny.S di

UPTD Puskesmas Ciapku.

Masa nifas Ny. S berjalan normal. Penulis melakukan kunjungan nifas

sebanyak 4 kali. Hal ini sesuai dengan pendapat Walyani (2015), bahwa frekuensi

kunjungan nifas sebanyak 4.

4.1 Post Partum 6 jam

Pada 6 jam post partumdilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan

ibu baik, TTV normal, kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, lochea

28
rubra, perdarahan 2 kali ganti soptek, ibu sudah berkemih, bisa miring ke

kanan dan kiri dan sudah bisa duduk.

Ambulasi dini pada ibu post partum harus dilakukan secepat mungkin,

ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48

jam, sebaiknya ibu sudah diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke kamar

mandi dengan dibantu setelah 1 atau 2 jam melahirkan. (Saleha, 2013).

Menurut Saleha (2013), segera setelah plasenta lahir, uterus berada

kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis atau sedikit lebih

tinggi dan pengeluaran locheahari ke 2-3 postpartum yaitu lochea rubra. Pada

6 jam masa nifas, ibu memberikan kolostrum dikarenakan ia mendengar

informasi dari bidan bahwa kolostrum adalah ASI pertama yang bermanfaat

bagi kekebalan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah terserang penyakit dan

mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi dari pada ASI

sebenarnya, khususnya kandungan imunoglobinA (Ig A) yang membantu

melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki tubuh

bayi (Saleha, 2013).

Sari dan Rimandini(2014) menyatakan bahwa hal yang perlu dipantau

pada kunjungan masa nifas 6-8 jam postpartum adalah memastikan bahwa

tidak terjadi perdarahan, pemberian ASI awal dan tetap menjaga bayi agar

tidak hipotermi.

Asuhan yang diberikan pada ibu adalah memberikan konseling

mengenai kebutuhan istirahat karena ibu post partumyang kebutuhan

istrirahatnya tidak terpenuhi dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI,

29
memperlambat proses involusi serta dapat menyebabkan depresi dan

ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya (Walyani, 2015). Selain itu

konseling tentang istirahat, konseling perawatan bayi seperti mengganti

popok, mengajarkan cara menyusi yang benar, dan pemberian tablet Fe

sebanyak 10 butir.

4.2 Post Partum 6 hari

Pada kunjungan 6 hari masa nifas, keadaan umum ibu baik, TTV

dalam batas normal, cairan yang keluar dari kemaluan berwarna merah

kecoklatan (lochea sanguinolenta), ASI lancar dan pola nutrisi ibu baik. Hal

ini sesuai dengan pendapat Saleha (2013), yang menyatakan bahwa pada hari

ke 3-7 setelah persalinan terdapat pengeluaran lochea sanguinolenta. Ibu

masih mengonsumsi tablet Fe, tidak ada masalah saat BAK dan BAB, bayi

menyusui dengan baik.Menurut Rukiah (2012), ibu dalam masa nifas harus

mengonsumsi pil zat besi setidaknya 40 hari pasca bersalin dan vitamin A

(200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui

ASInya.

Berdasarkan penjelasan diatas asuhan masa nifas pada Ny. N telah

memnuhi standar asuhan nifas 6 hari, dimana asuhan yang wajib di lakukan

pada nifas 6 hari adalah memastikan involusi uterus berjalan dengan baik,

tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada pengeluaran yang berbau,

menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan

baikdan tidak ada tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu

30
tentang asuhan pada bayi, tali pusat dan perawatan bayi sehari-hari (Sari,

2014).

4.3 Post Partum 2 Minggu

Pada kunjungan post partum2 minggu, keadaan umum ibu baik, TFU

sudah tidak teraba, perdarahan tidak ada, pengeluaran lochea serosa serta

tidak ditemukan tanda infeksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleha (2013),

bahwa dalam 2 minggu uterus telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan

tidak dapat diraba lagi dari luar serta lochea yang keluar hari ke 7-14 post

partumadalah lochea serosa.

4.4 Post Partum 6 Minggu

Kunjungan nifas yang keempat yaitu 6 minggu setelah persalinan,

asuhan yang diberikan adalah menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami

ibu selama masa nifas dan konseling KB secara dini. Pada kunjungan ini

keadaan ibu sudah pulih kembali uterus tidak teraba lagi, kebutuhan nutrisi

ibu tercukupi dan pemberian ASI tetap lancar.

Saleha (2013) menyatakan bahwa keadaan ibu akan kembali seperti

semula setelah 6 minggu postpartum. Asuhan yang diberikan pada saat

kunjungan 6 minggu post partum yaitu sama dengan asuhan yang diberikan

kepada ibu pada kunjungan kedua masa nifas serta menanyakan kesulitan-

kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas, dan konseling KB secra dini.

Dan aktifitas seksual sudah dapat dilakukan.

31
Menurut asumsi penulis, masa nifasibuberjalan normal. Perubahan

yang di alami ibu pada masa nifas normal sesuai dengan teori. Keadaan ini

juga dikarenakan adanya dukungan penuh dari keluargaterutama suamidan

bahkan tetangga ibu yang mengajarkan ibu melalui pengalaman-pengalaman

yang lalu. Bayi juga sudah mendapat imunisasi.Ny. Nmengatakan bahwa

ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. Kunjungan nifas berjalan lancar dan

tidak ada masalah atau penyulit.Pada kunjungan nifas ke empat telah

memenuhi standar asuhan kebidanan masa nifas yaitu menanyakan pada ibu

tentang penyulit-penyulit yang terjadi pada ibu dan bayinya, memberikan

konseling KB secara dini, menganjurkan/mengajak ibu ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi (Sari,2014).

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan

asuhan sesuai standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di

dalam memberikan pelayanan kebidanan. Asuhan masa nifas yang

diberikan pada Ny.R mulai dari kunjungan Nifas pertama hingga

kunjungan nifas keempat di BPM Titin Kusumahningrum sudah

terlaksana. Asuhan ini di lakukan untuk memantau perkembangan

kesehatan ibu dan bayi serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang

mungkin akan terjadi sehingga dapat dihindari.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Bidan

Bidan hendaknya selalu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan

sesuai dengan perkembangan IPTEK agar mampu mebersihkan asuhan

kebidanan dengan baik.

5.2.2 Bagi UPTD Puskesmas Cipaku

Diharapkan bidan tetap melaksanakan setiap pelayanan kebidanan dengan

baik dan selalu berpegang pada standar asuhan kebidanan agar tercipta ibu

yang sehat untuk generasi yang sehat juga

5.2.3 Bagi Pasien

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan klien tentang

masa nifas dan merawat bayinya

32
5.2.4 Bagi Mahasiswa

Diharapkan semua mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam menerapkan asuhan kebidanan yang

Profesional,dengan baik dan benar, mahasiswa lebih memahami ilmu

pengetahuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang up to date.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bappenas, 2015. RPJMN 2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan

Gizi.Masyarakat.http://www.depkes.go.id/resources/download/rakerkesnas-

2015/reg-timur/Bappenas.pdf(diakses tanggal 23 Januari 2017).

Bartini, I. 2014. ANC Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilanuntuk Kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika.

Dinkes Provsu. 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara

2014.http://diskes.sumutprov.go.id/diskesconfig/downlot.php?

file=sumut_profil_2014.pdf.PDF( diakses tanggalJanuari 2017).

Hutahaean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan

Dasar Dan Rujukan. Jakarta:

Kemenkes.Kemenkes. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable

Development Goals (SDGs).http://sdgsindonesia.or.id/index.php?

option=com_bdthemes_shortcodes&view=download&id=3(diakses tanggal

10 Januari 2017).

.. 2016b. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan

Indonesia.

Kusmiyati, Y. Wahyuningsih, dan Sujiyatini. 2010. Perawatan Ibu hamil.

Yogyakarta; Fitramaya.

34
Nugroho, T, dkk. 2014a. Buku Ajar Askeb I Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Medika.Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%

202013.pdf (diakses tanggal 02 Januari 2017).

Saleha, S. 2013.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2015a. Asuhan Kebidanan Kehamilan.

35

Anda mungkin juga menyukai