Disusun oleh:
Zolan Prananda : 15.401.20.006
Mahasiswa
__________________
Mengetahui
Pembimbing Akademi Pembimbing Klinik
____________________ _________________
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga laporan pendahuluan ini yang berjudul “masa nifas” dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Dalam mengerjakan laporan pendahuluan ini kami banyak memperoleh
bantuan dan bimbingan dari semua pihak baik dosen maupun teman-teman. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada dosen setiap matauliah.
Kami mohon maaf apabila dalam penulisan laporan pendahuluan ini masih terdapat
banyak kesalahan, kami menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya, guna menyempurnakan laporan
pendahuluan ini dan semoga bermanfaat untuk dibaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plasenta
keluar. Masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan
kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan
kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu. Nifas adalah priode
mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Dalam hal ini peran ibu maupun bidan sangat penting dalam membantu ibu sebagai
orang tua. Asuhan masa nifas sangant diperlukan dalam masa ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Perubahan fisiologis terlihat sangat jelas dan
dianggap normal, banyak factor yang mempengaruhi yaitu tingkat energi, tingkat
kenyamanan, kesehatan bayi baru lahiar dan perawatanyana. Dorongan semangat yang
diberikan tenaga kesehatan baik bidan, dokter dan perawat ikut membantu respon yang
baik terhadap ibu dan bayi selama masa nifas.
B. Tujuan.
1. Tujuan umum.
Setelah melakukan, mempelajari, memahami, asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan indikasi KPD diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang telah di
dapatkan.
C. Sistematika penulisan.
BAB I : berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan dan
sistematika penulisan.
BAB II : berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari definisi nifas, tahap masa
nifas, kunjungan masa nifas, perubahan fisiologi masa, Perubahan pisikologis
pada masa nifas, Tanda-tanda bahaya pada masa nifas, Kebutuhan dasar masa
nifas, dan tinjauan kasus tentang KPD yang berisi: fisiologis air ketuban,
pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD), klasifikasi, etiologi ketuban pecah dini,
Factor predisposisi ketuban pecah dini, Mekanisme ketuban pecah dini, Tanda
dan gejala ketuban pecah dini, Dasar diagnose ketuban pecah dini, dan
pathways ketuban pecah dini.
BAB III : berisi tentang manajemen persalinan yang terdiri dari langkah I (pengkajian),
langkah II ( interprestasi data dasar), langkah III (antisipasi diagnose atau
masalah potensial), langkah IV (identifikasi kebutuhan tindakan segera),
langkah V (planning atau interfrensi), lankah VI (implementasi), dan langkah
VII (evaluasi).
BAB IV : berisi penutup yang terdiri dari kesimpilan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUWAN PUSTAKA
(2). Kontraksi.
(3). Afterpain.
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehinggafundus
pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang
priodik sering dialami multipara dan bias menimbulkan nyeri yang
bertahan sepanjang masa awal puerperium.
c) Perubahan normal uterus selama pos partum.
Perubahan uteru dapat diamati yaitu dengan memeriksa funds uteri
dengan cara:
(1) Segera setelah persalinan, tfu 2 cm dibawah pusat, 12jam
kemudian kembali 1 cm di atas pusat, dan menurun kira-kira 1 cm
setiap hari.
(2) Pada hari kedua setelah persalinan, tfu 1 cm dibawah pusat, Pada
hari 3-4 tfu 2 cm dibawah pusat, pada hari 5-7 tfu setengah pusat
sympisis. Dan pada hari ke 10 tfu tidak teraba.
(3) Pastikan uterus mengalami involusi. Bila tidak mengalami atau
terjadi kegagalan dalam proses involusi. Hal ini bias saja
disebabkan oleh infeksi atau tertingalnya sisa plasenta atau
perdarahan lanjutan (late post partum hemorrhage).
d) Lochea.
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali lokhea, mula-
mula berwarna merah,kemudian berubah menjadi merah tua atau merah
kecoklatan. Rebasan ini dapat mengandung bekuan darah kecil.selama 2
jam pertama setelah melahirkan, jumlah cairan yang keluar dari uterus
tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Setelah waktu tersebut, aliran yang keluar harus semakin berkurang.
Pengeluaran lokhea dapat dibagi menjadi lokhea rubra, lokhea
sanguelenta, lokhea serosa, dan lokhea alba. Perbedaan lokhea dapat
dilihat sebagai berikut:
(1) Lokhea rubra.
Lokhea ini terjadi saat hari pertama sampai hari ke-3 pasca
melahirkan. Biasanya berwarna merah kehitaman, ciri-ciri dari
lokhea rubra ini yaitu sisa darah bercampur lender.
(2) Lokhea sanguelenta.
Lokhea ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca
persalinan. Biasanya lokhea ini berwarna putih bercampur merah.
Ciri-ciri dari lokhea ini adalah sisa darah bercampur lender.
(3) Lokhea serosa.
Lokhea ini terjadi pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-14
pasca persalinan. Biasanya berwarna kekuningan atau kecoklatan.
Ciri-cirinya lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri
dari leokosit dan robekan laserasi plasenta.
(4) Lokhea alba.
Lokhea ini terjadi pada hari ke-14 sampai selesai masa nifas.
Biasanya lokhea ini berwarna putih. Ciri-cirinya mengandung
leukosit, selaput lender serviks dan selaput jaringan yang mati (Eka
puspita, 2014:82-90).
2) Serviks.
Serviks menjadi lunak setelah ibu melahirkan. 8 jam pasca post
partum, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali kebentuk semula. Servik setinggi segmen bawah uterus tetap
endomatosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan
sedikit ada laserasi kecil-kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi.
Muara serviks, yang berdilatasi sewaktu melahirkan, menutup secara
bertahap. 2 jari mungkin masih dapat dimasukan kedalam muara serviks pada
hari ke-4 sampai ke-6 pasca post partum, tetapi hanya tangkai kuret kecil
yang dapat dimasukan pada akhir minggu ke-2. Muara serviks eksternal tidak
akan terbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat
memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi
menunda produksi eksterogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa (Eka
puspita, 2014:91).
3) Vagina dan perineum.
Esterogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang akan
kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6 sampai 8 minggu setelah
bayi lahir. Ruage akan kembali terlihat pada sekitar minggu ke-4, walaupun
tidak akan menonjol pada wanita multipara. Perubahan pada perineum pasca
melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan jalan lahir dapat
terjadi segera sepontan ataupun dilakukan episiotomy dengan indikasi
tertentu. Akan tetapi, latihan pengencangan otot perineum akan
mengembalikan tugas tunas dan memungkinkan wanita secara perlahan
mengencangkan vagina. Pengencangan ini sempurna pada akhir peurperium
dalam latihan setiap hari (Reni Haryani, 2012:33).
b. Perubahan system pencernaan.
1) Nafsu makan.
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga ibu diperbolehkan
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlikan waktu 3-4 hari
sebelum raal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun
setelah melahirkan, asupan makan juga mengalami penurunan selama 1
sampai 2 hari.
2) Motilitas.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot kraktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelat bayi lahir. Kelebihan analgensi dan
anastensi bias memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
3) Pengosongan usus.
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca
partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi hemoroid dan laserasi jalan lahir. System pencernaan pada
masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal (Eka Puspita,
2014:93-94).
c. Perubahan sistem perkemihan.
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama purperium
40%. Ibu post partum tidak mempunyai protein urine yang patologis dari segera
setelah lahir sampai lahir ke dua post prtum dilatasi uterus dan penyelum, normal
kembali dalam waktu 2 minggu (Risneni, Yasari. 2016:71).
d. Perubahan sistem muskulokeletal.
Adaptasi sistem muskulokeletal ibu yang terjadi mencangkup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan hiperbolitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke
6-8 setelah melahirkan (Risneni, yusari, 2016:72).
e. Perubahan sistem endokrin.
1) Oksitosin.
Oksitosisn disekresi dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahapan
kala III persalinan, hormone oksitosi berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan isapan bayi dapat
meragsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus
kembali kebentuk normal.
2) Prolactin.
Menurunnya kadara esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolactin. Hormone ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyususi bayinya, kadar prolactin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.
3) Esterogen dan progesterone.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya
secara penuh sebelum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat esterogen
memperbesar hormone antidiuretrik yang meningkat volume darahnya.
Disamping itu, progesterone mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembulu darah yang sangat mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, vulvan
dan vagina.
4) Hormone plasenta.
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human
chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai
10% dalam 3 jam sampai hari ke-7 post partum dan sebagai omset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
5) Hormone hipofisis dan fungsi ovarium.
Waktu mulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolactin serum yang tinggi pada wanita
menyusui berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormone FSH
terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulus FSH ketika kadar prolactin
meningkat.
f. Perubahan sistem kardiovaskuler.
Selama kehamilan, volume darah normal di gunakan untuk menampung
aliran darah yang meningkat, yang yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh
darah uteri. Penarikan kembali esterogen menyebabkan dieresis yang terjadi
secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada propori normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini,
ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progerteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada
jaringan tersebut selama kehamilah bersama-sama dengan trauma masa
persalinan. Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila
kelahiran bayi melalui secsio caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat.
g. Perubahan sistem hematologi.
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma
serta factor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun dan darah akan sedikit
mengental dengan peningkatan viskositas meningkat factor pembekuan darah
leukositosis yang menigkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetapi tinggi dalam jumlah sel darah putih pertama dari
masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bias naik lagi sampai
25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama.
h. Perubahan tanda-tanda vital.
1) Suhu badan.
24 jam post partum suhu badan akan meningkat sedikit (37,5-38 derajat
celsius) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilagan cairan dan
kelelahan, apabila dalam keadaan normal suhu badan akan biasah lagi.
2) Nadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi
yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkn oleh
infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.
3) Tekanan darah.
Biasanya tidak berubah, mungkin tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum
dapat menandakan terjadinya preklamsi post partum.
4) Pernafasan.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Apabila denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
i. Perubahan pola sistem intergument.
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses
hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi
kulit sekitar payudarah, hiperpegmentasi kulit dinding peryrt (striae gravidarum).
Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang. Pada
dinding perut akan terjadi putih menkilap yaitu striae albikan. Penurunan
pigmentasi ini juga disebabkan karena hormone MSH (Melanophore Stimulating
Hormone) yang berkurang setelah persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit pun
secara perlahan menghilang.
( Eka, Dwi Kurnia. 2014:82-104)
5. Perubahan pisikologis pada masa nifas.
Perubahan adatasi pisikologis sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
melahirkan maupun setelah persalinan. Perubahan peran seorang ibu melahirkan
memerlukan adaptasi. Berikut ini adalah fase-fase yang akan dialami oleh ibu yaitu:
a. Taking on.
Pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya
meniru tapi sudah membayangkan peran yang dilakukan pada tahap
sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan dengan masa lalu dirinya (sebelum
proses) yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang akan datang pada
tahap ini wanita akan mengenalkan perannya pada masa lalu.
b. Taking in.
Priode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya. Peningkatan nutrisi
ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya bertambah,
kurangnya nafsu makan menandakan tidak berlangsung normal.
c. Taking hold.
Priode ini berlangsung pada hari 2-4 post partum ibu menjadi orang tua
yang sukses dengan tanggung jawab dengan bayinya. Pada masa ini ibu agak
sensitive dan merasa tidak mahir melakukan hal-hal tersebut. Cenderung
menerima nasihat bidan.
d. Letting go.
Priode yang biasanya terjadi setiap ibu pulang kerumah, pada ibu yang
bersalin diklinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarganya. Dan depresi post partum terjadi pada priode ini.
(Al yeyeh, Yulianti Lia.2018:50)
6. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
a. Adanya tanda-tanda infeksi puerperalis.
b. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih.
c. Sembelit atau hemoroid.
d. Sakit kepala, nyeri epigostrik, dan penglihatan kabur.
e. Perdarahan pervaginam yang luar biasah.
f. Lokhea berbau busuk dan disertai dengan nyeri abdomen atau pungungg.
g. Putting susu lecet.
h. Bendungan ASI.
i. Edema, sakit, dan panas pada tungkai.
j. Pembengkakan ditanggan atau diwajah.
k. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri.
(Andina Vita. 2021:155)
7. Kebutuhan dasar masa nifas.
a. Nutrisi dan cairan.
Kualitas makanan dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangan
memengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan setatus gizi baik
rata-rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung 600 kkal,
sedangkan ibu yang setatus gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan
ASI. Memberi ASi sangatlah penting, sebab ASI mengandung DHA. Makanan
yang dikonsumsi haruslah makanan yang sehat adalah makanan dengan menu
seimbang yaitu yang mengandung unsur-unsur seperti:
1) Sumber tenaga (energi).
Diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru
serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang protein digunakan
sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi).
2) Sumber pembangun.
Diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak dan
mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum
diserap dalam darah.
3) Sumber pengatur dan pelindung.
Digunakan untuk melindungi kelancaran metabolisme didalam tubuh
dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam
tubuh.
b. Ambulasi.
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan,
ambulasi dini ini tidak dibenarkan untuk pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.
Ambulasi dilakukan secra perlahan dan meningkat namun berangsur-angsur,
mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hinga pasien
dapat melakukan sendiri tanpa pendampingan sehinga tujuan mendirikan pasien
dapat terpenuhi.
c. Eliminasi.
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urin ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi terjadinya komplikasi post
partum. Dan juga dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang
air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari
itu buang air besar tidak boleh ditahan. Untuk memperlancar BAB anjurkan ibu
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
d. Kebersihan diri.
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, menganti
pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan tempat ibu tinggal. Ibu harus
tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan
menggunakan antiseptic ( pk/detol) dan selalu diingan bahwa membersihkan
perineum dari arah depan ke belakang.
e. Perawatan perineum dan vagina.
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka
perineum dengan cara mencuci daerah genetalia dengan air dan sabun setiap kali
habis BAK/BAB yang dimulai dari bagian depan, baru kemudian daerah anus.
Sebelum dan sesudah dianjurkan mencuci tanggan. Pembalut diganti minimal 2
kali sehari. Bila yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai, pembalut bias
dipakai kembali habis dicuci, dianjurkan dibawah matahari dan di srtika.
f. Istirahat.
Keharusan ibu untuk melakukan istirahat sesudah melahirkan tidak
diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak
keadaan yang menggagu lainnya, plus pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang
baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi pada hari-hari post partum
akan dipengaruhi oleh banyak hal. Yang sangat diidamkan ibu baru adalah dia
tidur lebih banyak istirahat di2 minggu dan 2 bulan pertama saat setelah
melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan tenaga kembali.
g. Kebutuhan seksual.
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan penurunan
hormon steroid setelah persalinan. Keingginan seksual ibu menurun karena
kadar hormone rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan
tidur). Penggunan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu)
diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi. Pada
prinsipnya, tidak ada masalah melakukan hubungan seksual setelah selesai masa
nifas. Hormone prolactin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual.
h. Family planning.
Tujuan dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
seperma. Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum hubungan
seksual karena ada kemungkinan hamil kembali dalam 6 minggu (kontrasepsi
untuk mengatasi kehamilan). Rencana kb setelah ibu melahirkan itu sangat
penting, dikarenakan secara tidak langsung kb dapat membantu ibu untuk dapat
merawat anaknya dengan baik serta mengistirahatkan alat kandungannya.
i. Senam nifas.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan
yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara
fisiologis maupun pisikologis. Setelah persalinan, alat-alat tersebut akan
mengendur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal.
Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah
satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di samping anjuran-anjuran
yang lainya.
(Eka, Kurnia. 2014:147-180)
A. Langkah 1 (Pengkajian).
1. Data subyektif.
a. Biodata.
(tanggal pengkajian :………jam :………)
Nama ibu : Nama suami :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Agama : Agama :
Suku/bangsa : Suku/bangsa :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Penghasilan : Penghasilan :
Alamat : Alamat :
No. telp :
No. register :
b. Alasan kunjung.
……………………………………………………………………………...
c. Keluhan utama.
………………………………………………………………………………
d. Riwayat menstruasi.
1) Menarche umur :
2) Siklus :
3) Volume :
4) Keluhan :
e. Riwayat pernikahan.
1) Usia menikah pertama kali :
2) Status pernikahan :
3) Pernikahan ke :
4) Lama pernikahan :
f. Riwayat kesehatan yang lalu.
…………………………………………………………………………
g. Riwayat kesehatan sekarang.
…………………………………………………………………………
h. Riwayat kesehatan keluarga.
…………………………………………………………………………
i. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
1) Kehamilan :
2) Persalinan :
3) Nifas :
j. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang sekarang.
1) Kehamilan :
2) Persalinan :
3) Nifas :
k. Riwayat KB dan rencana KB.
……………………………………………………………………………….
l. Pola kebiasaan seharihari.
1) Pola nutrisi :
2) Pola eliminasi :
3) Personal hygine :
4) Pola aktivitas :
5) Pola istirahat/tidur :
m. Keadaan pisikologis dan budaya.
……………………………………………………………………………..
2. Data obyektif.
a. Pemeriksaan umum :
1) Keadaan umum :
2) Kesadaran :
3) Tanda vital :
a) Tekanan darah :
b) Suhu :
c) Nadi :
d) RR :
4) Berat badan :
b. Pemeriksaan fisik.
1) Inspeksi.
Wajah :
Mata :
Leher :
Dada :
Perut :
Genetalia :
Ekstermitas
Atas :
Bawah :
2) Palpasi
Leher :
Payudarah :
Perut :
Ekstermitas
Atas :
Bawah :
3) Auskultasi.
Paru :
4) Perkusi.
Ekstermitas
Atas :
Bawah :
c. Data penunjang.
Data bayi
1) Lahir tanggal :
2) Keadaan umum :
3) Kesadaran :
4) Nadi :
5) RR :
6) BBL :
7) Jenis kelamin :
8) Nutrisi :
B. Langkah II (identifikasi diagnose dan masalah actual).
1. Diagnose kebidanan.
Ny. “…” usia…P…Ab… post partum hari ke…dengan………………………
a. Data subyektif :
b. Data obyektif :
2. Masalah
a. Data subyektif :
b. Data obyektif :
3. Kebutuhan.
……………………………………………………………………………..
C. Langkah III (identifikasi diagnose dan masalah potensial).
1. Diagnose potensial.
…………………………………………………………………………….
2. Masalah potensial.
……………………………………………………………………………
D. Langkah IV (Identivikasi kebutuhan segera).
…………………………………………………………………………………
E. Langkah V (intervensi).
Tanggal/pukul :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Rencana tindakan (intervensi)
No Intervensi Rasional
F. Langkah VI (Implementasi).
Tanggal/pukul :
Tanggal/jam Implementasi
A. Kesimpulan.
1. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih pada waktu 3
bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi, dan “perium” berarti melahirkan. Masa
nifas yaitu darah yang keluar dari Rahim karenan sebab melahirkan atau setelah
melahirkan (eka puspita sarti.2014:01).
2. Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang menyelimuti janin di dalam
Rahim selama kehamilan yang memiliki berbagai fungsi yaitu melindungi
pertumbuhan janin, menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari
luar, menstabilkan dari peubahan suhu, pertukaran cairan, sarana yang
memungkinkan janin bergerak bebas, sampai mengatur tekanan dalam Rahim. Selan
itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan pada saat persalinan,
ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga meratakan tekanan intera-
uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba pecah (Mika, 2016:22-23).
3. KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara spontan dari rongga
amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari selaput ketuban yang
mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan 28 minggu dan setidaknya
sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
B. Saran.
1. Bagi klien.
a. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi dan
seimbang.
b. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat.
c. Menganjurkan agar ibu menjaga kebersihan diri termasuk kebersihan genetalia.
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan Asi kepada bayinya sesering mungkin.
2. Bagi bidan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memeberikan pelayanan
yang sesuai sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB).
3. Bagi mahasiswa.
Agar mahasiswa dapat mengenal lagi tentang masa nifas dan KPD.
DAFTAR PUSTAKA
Andina Vita Suntanto. 2021. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui.
Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Vivian Nanny Alia Dewi, Tri Sunarsih. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta:Selemba Medika.
Eka Puspita Sari, Kurnia Dwi Rimandini. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Post Natal
Care) Jakarta : CV Trans Info Media.
Oktarina, Mika. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Yogyakarta: Depublish,
2016.
Kosim, M Saleh. “Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban” Jurnal Sari Pediatric. Vol 11, No.5
(Februari 2010).
Sarwono, Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
2014
Norma, Nita Dan Mustika Dwi. Asuhan Kebidanan Patologi Teori Dan Tijauan Kasus.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.
Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah Dini
(Kpd) Pada Ibu Bersalin. Vol V, No 2 (2017).