Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN 2 JAM POST PARTUM

DENGAN KELUHAN NYERI LUKA PERINEUM

DI PUSKESMAS TENGGILIS SURABAYA

Oleh:

Zafirah Delia Novandahsari

012111233017

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ruptur perineum adalah perlukaan pada jalan lahir yang terjadi saat kelahiran
bayi baik itu karena episiotomi atau secara spontan. Menurut World Health
Organization (WHO) 2020 terdapat 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu
bersalin, dan diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050. Di Asia ruptur
perineum pada masyarakat, 50% dari kejadian ruptur perineum di dunia. Prevelensi
ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum di Indonesia sebesar 52% dikarenakan
persalinan dengan bayi berat lahir besar (A'yunin, 2019).
Hampir 90% proses persalinan mengalami robekan perineum, ruptur perineum
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan dan juga dikurangi dengan menjaga dan
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepada janin dengan cepat dan adanya
robekan perineum ini dibagi menjadi 4 derajat, derajat I, II, III, dan derajat IV
(Hadayani, 2020).
Namun lebih dari 500.000 kelahiran yang berlangsung secara alami pertahun,
dan terdapat sebagian besar wanita yang mengalami ruptur perineum pada saat
melahirkan kurang lebih 50-60% dari wanita ini memerlukan penjahitan, sekitar 2%
yaitu lebih dari 10.000 orang wanita setiap tahunnya, mengalami ruptur perineum
yang memerlukan penjahitan anus. The Royal College of Obstetricians and
Gynekologist memperkirakan lebih dari 85% wanita yang menjalani proses
melahirkan pervaginam akan menderita trauma dalam derajat tertentu dan diantara
jumlah ini terdapat 60-70% yang akan memerlukan penjahitan (Moloku, 2021)
Dampak dari ruptur perineum bisa menyebabkan terjadinya nyeri pada
perineum yang dapat mempengaruhi kemampuan wanita untuk mobilisasi sehingga
dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan postpartum. Trauma pada
perineum juga menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri saat melakukan hubungan
seksual. Selain itu, dapat terjadi infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat
pada saluran kandungan kemih atau pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir dan
selain dari itu juga dapat terjadi disparenia dikarnakan jaringan parut yang terbentuk
sesudah laserasi perineum, dan demi kesehatan, kesejahteraan wanita dikemudian
hari, maka tindakan identifikasi penyebab ruptur perineum yang benar dan
perbaikannya pada saat yang tepat merupakan persoalan yang sangat penting
(Indramawati & Wijayati, 2018).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan keluhan nyeri luka perineum.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap dan akurat pada ibu nifas
dengan keluhan nyeri luka perineum.
b. Mampu merumuskan diagnosa dan atau masalah kebidanan ibu nifas
dengan keluhan nyeri luka perineum.
c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
keluhan nyeri luka perineum secara komprehensif.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
f. Mampu melaksanakan pencatatan asuhan kebidanan secara singkat dan
jelas dalam bentuk SOAP.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan keluhan nyeri luka perineum.
1.3.2 Bagi Penulis
Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan penulis
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan keluhan nyeri
luka perineum.
1.3.3 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan sebagai masukan terhadap tenaga kesehatan dalam meningkatkan
pelayanan dan pemberian asuhan yang sesuai untuk ibu nifas dengan keluhan
nyeri luka perineum.
1.3.4 Bagi Klien
Diharapkan ibu nifas mampu untuk melakukan manajemen keluhan nyeri
luka perineum sesuai dengan asuhan kebidanan yang diberikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas
2.1.1 Pengertian
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi
secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum
hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia,
2012) Masa nifas (peurperium) adalah setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42) hari setelah itu.
(Fraser & Cooper, 2019).
2.1.2 Tahapan
Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi empat tahapan:
a. Periode immediate post partum yaitu masa segera setelah plasenta
lahir sampai dengan 24 jam. Masa ini merupakan fase kritis,
sering terjadi insiden perdarahan post partum karena atonia uteri,
bidan perlu melakukan pemantauan secara berkesinambungan
yang meliputi kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung
kemih, tekanan darah dan suhu.
b. Periode early post partum (>24 jam-1 minggu) yaitu pada fase ini
bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late post partum (>1 minggu-6 minggu) yaitu pada
periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling perencanaan KB.
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki
penyulit atau komplikasi (Hanifah, 2019).
2.1.3 Perubahan fisiologis
a. Perubahan sistem reproduksi
1. Involusi uterus
Menurut (Nunung dkk, 2013), Involusi uterus atau pengerutan
uterus merupakan suatu proses yang menyebabkan uterus
kembali pada posisi semula seperti sebelum hamil dengan
bobot hanya 60 gram.involusi uteri juga dapat dikatakan
sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaan sebelum hamil.
a) Pada akhir persalinan,diameter uterus 12,5 cm, palpasi
terabalembut/lunak, berat 900-1000 gram
b) Pada akhir minggu pertama, diameter uterus 7,5
cm,palpasi 2 cm, berat 450-500 gram
c) Pada akhir minggu ke-2, diameter uterus 5,0 cm, palpasi 1
cm,berat 200 gram
d) Sesudah akhir 6 minggu,diameter 2,5 cm,palpasi
menempit,berat 60 gram
2. Lochea
Lochea adalah ekresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
berasal dari pengelupasan lesidua Lochea mempunyai reaksi
basa/alkhalis yang dapat membuat mikroorganisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
wanita normal. Volume total lochea bervariasi setiap wanit
diperkirakan jumlah lochea 500ml (240-270 ml). Macam-
macam lochea:
a) Lochea rubra : berwarna merah tua dan berisi darah dari
perobekan luka/luka pada plasenta dan sisa-sisa selaput
ketuban,sel-sel besidua dan klorin,verniks
kaseosa,lanugo,sisa darah dan meconium, selama 3 hari
postpartum.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna kecokelatan berisi darah
dan lender, hari 4-7 postpartum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning,berisi cairan lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi plasenta, pada hari ke 7-14
postpartum.
d) Lochea alba : cairan putih berisi leukosit, berisi selaput
lender serviks dan serabut jaringan yang mati setelah 2
minggu sampai 6 minggu postpartum.
3. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan ragae
dalam vagina secara berngsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
4. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah
bentuk serviks yang akan membuka corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah
kehitam-hitaman karena pembuluh darah. Pada serviks
terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks
memanjang seperti celah. Karena hyper palpasi ini dank arena
retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh, setelah
6 minggu persalinan serviks menutup.walaupun begitu setelah
involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan
keadaanya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum
lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan
ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada
serviks.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan,perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.
6. Payudara
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu (ASI). ASI masih sangat dipengaruhi oleh factor
kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih,
kurang percya diri dan berbagai ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI.
Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak
dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan
lainnya, karena hal ini dapat memproduksi ASI. Untuk
memperoduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
b. Perubahan sistem pencernaan
Pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih
pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan,serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar
kembali normal,dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil dalam 2-
3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain kontipasi, ibu juga
mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahansekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
c. Perubahan sistem perkemihan
Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah selama hamil,
maka laju filtrasi glomerulus pada ginjal juga meningkat,sehingga
produksi urin menigkat. Kondisi hiperfiltrasi dibutuhkan hingga
beberapa hari pascapersalinan untuk mengeluarkan kelebihan
cairan intravascular akibat redistribusi cairan dari ektravascular ke
intravascular dalam tubuh ibu.Volume dan frekuensi berkemih
diharapkan kembali dalam keadaan sebelum hamil dalam 2
minggu saja.Hal yang perlu diwaspadai yaitu trauma pada
kandung kemih akibat tindakan persalinan yang dapat
menyebabkan laserasi kandung kemih.
d. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5c38c)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan
akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi
karena ada pembentukan ASI, Kita anggap nifas terganggu
kalau ada demam lebih dari 38c pada 2 hari berturut-turut
pada 10 hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-
kurangnya 4 kali sehari.
2. Nadi Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat,
setiap denyut ndi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal
ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda. Setiap wanita juga memiliki yang
dinamakan bradicardi nifas. Hal ini terjadi setelah kelahiran
dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran
anak. Wanita semacam ini bisa memiliki denyut jantung
serendah 40-50 detak permenit.
3. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami
darah pada pembuluh arteri pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh manusia.Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120mmhg dan
diastolik 60- 80mmhg. Pasca melahirkan pada kasus normal,
tekanan darah biasanya tidak berubah.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali
per menit.Pada ibu postpartum umunya pernafasan lambat
atau normal.Hal ini dikarenakn ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berkaitan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Damayanti, 2018).
2.1.4 Kebutuhan dasar
a. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Kualitas dan jumlah mkanan yang dikonsumsi akan sangat
mempengaruhi produksi ASI ibu. Ibu dengan gizi yang baik rata-
rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar
600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi yang kurang
biasanya memproduksi ASI kurang dari itu. Gizi seimbang untuk
ibu menyusui haruslah memenuhi kebutuhan bagi ibu,
pertumbuhan dan perkembangan bayi serta anak. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih banyak dibanding
kebutuhan zat gizi ibu yang tidak menyusui. Selama menyusui,
ibu harus menambah jumlah dan menambah jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi, yaitu untuk mencukupi kebutuhan ibu
sendiri dan kebutuhan untuk memproduksi. Konsekuensinya bila
makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi akan
berdampak dalam produksi asi. Produksi ASI yang baik
dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu, sehingga
makanan yang dikonsumsi harus memenuhi jumlah kalori, lemak,
protein, dan vitamin serta mineral yang cukup.
Syarat gizi seimbang ibu menyusui yaitu cairan 800-1000 ml/hr
(dianjurkan 8-12 gelas/hari), mudah dicerna dan tidak
merangsang, hindari makanan yang terlalu banyak bumbu,
alkohol, terlalu panas atau dingin, banyak makan sayur berwarna,
tinggi kalori dan protein, cukup vitamin dan mineral, tinggi
konsumsi cairan dan buah segar, menu bervariasi dan seimbang
Macam-macam zat nutrisi yang dibutuhkan ibu menyusui yaitu
sumber tenaga digunakan untuk pembakaran tubuh, pembentukan
jaringan baru serta penghematan protein, misalnya sumber
karbohidrat terdiri dari jagung, beras, ubi, tepung terigu, sagu,
sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari nabati (kelapa sawit,
minyak sayur dll) dan hewani (lemak, mentega, dan keju).
Sumber pembangun digunakan untuk 12 pertumbuhan dan
pengganti sel-sel yang mati, dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, daging ayam, telur, susu dll) dan protein nabati (kacang
tanah, tahu, tempe dll). Sumber pengatur dan pelindung (mineral,
vitamin, dan air) digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan pengatur kelancaran metabolism.
Hal yang harus dibatasi pada ibu menyusui yaitu makanan yang
berbau merangsang (misal, petai, bawang, jengkol), makanan
yang merangsang (misal, cabe, merica, jahe, karena menyebabkan
bayi mencret), makanan yang manis dan berlemak, hindari
minuman keras, merokok, dan pil KB. Kekurangan gizi pada ibu
menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayi,
pada bayi meliputi gangguan tumbang, mudah sakit, mudah
terkena infeksi, gangguan pada mata dan tulang. Sedangkan pada
ibu dapat menyebabkan anemia, dan produksi ASI menurun
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan.Keuntungan dari ambulasi dini
ini yaitu ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat dan faal anus dan
kandung kemih lebih baik.Ambulasi dini ini melakukan observasi
perkembangan pasien.Tujuan dari ambulasi dini ini agar
memandirikan pasien dapat terpenuhi.
c. Eliminasi Dalam masa 6 jam ibu nifas, pasien sudah harus dapat
buang air kecil, semakin lama urine tertahan dalam kandung
kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien juga
harus dapat bung air besar karena semakin lama feses dalam usus
semakin sulit baginya untuk BAB secara lancar.
d. Kebersihan diri Bidan dapat melibatkan keluarganya dalam
perawatan kebersihan ibu. Tujuan dari kebersihan diri ini untuk
mencegah infeksi, dan memberikan rasa nyaman terhadap ibu
e. Istirahat Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan keadaan fisiknya.Jika ibu kurang istirahat ini
dapat mempengaruhi produksi ASI, proses involusi uterus, dan
menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan. Kebutuhan istirahat
ibu nifas minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui
istirahat siang dan malam.
f. Seksual Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Banyak budaya dan
agama melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misal 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
g. Senam nifas Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan
mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah
lagi.
h. Rencana KB Rencana KB setelah ibu melahirkan itu sangatlah
penting dikarenakan secara tidak langsung KB dapat membantu
ibu untuk dapat merawat anaknya dengan baik serta
mengistirahatkan alat kandungannya (pemulihan alat kandungan).
Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi KB apa saja yang
ingin digunakan (Seniorita, 2021).
2.1.5 Komponen pelayanan esensial
a. Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas
setidaknya 4 kali, yaitu:
1. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) :
1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
2. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) :
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
6) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
3. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) :
1) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
4. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) :
1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama
masa nifas.
2) Memberikan konseling KB secara dini.
b. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum,
tanda infeksi,kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur
secara rutin.
c. Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit
kepala, rasa lelah dan nyeri punggung.
d. Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan
yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat
untuk perawatan bayinya.
e. Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
f. Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan.
g. Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu
menemukan salah satu tanda berikut:
1) Perdarahan berlebihan
2) Sekret vagina berbau
3) Demam
4) Nyeri perut berat
5) Kelelahan atau sesak nafas
6) Bengkak di tangan, wajah, tungkai atau sakit kepala atau
pandangan kabur
7) Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau
perdarahan putting
h. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut.
1) Kebersihan Diri
a) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang
setelah buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
b) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari, atau
sewaktuwaktu terasa basah atau kotor dan tidak nyaman.
c) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelamin.
d) Menghindari menyentuh daerah luka perineum atau
laserasi.
2) Istirahat
Beristirahat yang cukup, mengatur waktu istirahat pada saat
bayi tidur, karena terdapat kemungkinan ibu harus sering
terbangun pada malam hari karena menyusui dan kembali
melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap.
3) Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
b) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
c) Minum minimal 3 liter/hari d) Suplemen zat besi diminum
setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di daerah
dengan prevalensi anemia tinggi. Suplemen vitamin A
sebanyak 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah
persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam
kemudian.
d) Menyusui dan merawat payudara
1. Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan
merawat payudara.
2. Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya ASI
eksklusif.
3. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda kecukupan
ASI dan tentang manajemen laktasi.
e) Senggama Senggama aman dilakukan setelah darah tidak
keluar dan ibu tidak merasa nyeri ketika memasukkan jari
ke dalam vagina dan keputusan tentang senggama
bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
f) Kontrasepsi dan KB
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan
keluarga berencana setelah bersalin (Selli, 2019).
2.2 Nyeri Luka Perineum
2.2.1 Pengertian Nyeri Luka Perineum
Nyeri adalah bersifat subjektif, karena hanya pada orang tersebut yang bisa
mengutarakan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialamnya. Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan atau bersifat negatif, dan
berbeda setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya.
Perineum merupakan bagian tubuh yang diantara kelamin dan anus. Luka
robekan perineum adalah luka pada daerah perineum yang disebabkan oleh
tindakan episiotomi, ataupun terjadi karena regangan jalan lahir yang
berlebihlebihan. Luka pada perineum dapat mengakibatkan perih bila buang air
kecil, dengan demikian akan mengakibatkan perasaaan tidak nyaman bagi ibu
yaitu nyeri, menghambat mobilisasi, takut buang air kecil dan buang air besar,
dan juga dapat mengganggu ikatan ibu dan bayi selama masa postpartum
(Eldawati, 2021).
2.2.2 Jenis Nyeri Luka Perineum
a. Episiotomi
Episiotomi adalah robekan yang sengaja dibuat di perineum
kegunaannya untuk mempermudah jalan keluar bayi, serta akan
menimbulkan luka yang menyebabkan rasa sakit. Waktu yang
tepat untuk melakukan tindakan episiotomi adalah ketika puncak
his, perineum sudah menipis, lingkar kepala pada perineum sudah
sekitar 5 cm
Beberapa orang menyarankan epistotomi untuk menghindari
melebarnya vagina, kandung kemih, dan rektum. Semakin banyak
anak yang dimiliki seorang wanita, makin sedikit kemungkinan
seseorang akan membutuhkan episiotomi. Pada budaya tertentu,
semua persalinan dilakukan dengan bedah sesar
Fungsi episiotomi meliputi lima hal, yaitu:
1) Episiotomi menciptakan luka yang lurus dengan pinggiran
yang tajam. Sedangkan, ruptur perineum yang spontan bersifat
luka koyak dengan dinding luka yang bergerigi lebih mudah
dijahit dan penyembuhan lebih memuaskan.
2) Luka lurus dan tajam lebih mudah dijahit.
3) Mengurangi tekanan kepala bayi.
4) Mempersingkat kala II.
5) Mengurangi kemungkinan terjadinya reptur perineum totalis
b. Luka Spontan
Luka spontan adalah terjadi karena regangan jalan lahir yang
berlebihlebihan dan terjadi secara tiba-tiba ketika janin di
lahirkan, sehingga kepala maupun bahu janin (anak besar,
shoulder dystocia) merobek jaringan perineum dan
Klasifikasi robekan perineum berdasarkan luasnya adalah sebagai
berikut:
1) Derajat I: Robekan derajat satu terjadi pada jaringan mukosa
vagina, vulva bagian depan, dan kulit perineum.
2) Derajat II: Robekan derajat dua terjadi pada jaringan mukosa
vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, dan otot-otot
perineum.
3) Derajat III: Robekan derajat tiga terjadi pada jaringan mukosa
vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot-otot
perineum, dan sfingter ani eksternal.
4) Derajat IV: Robekan derajat empat dapat terjadi pada jaringan
keseluruhan perineun dan sfingter ani yang meluas sampai ke
mukosa (Suryati, 2022).
2.2.3 Etiologi Luka Perineum

Faktor luka perineum yang mengindikasikan untuk melakukan


episiotomi adalah sebagai berikut :

a. Perineum tidak bisa meregang secara perlahan


b. Kepala bayi mungkin terlalu besar untuk lubang vagina.
c. Ibu tidak bisa mengontrol keinginan mengejan.
d. Bayi tertekan.
e. Persalinan dilakukan dengan forcep.
f. Bayi sungsang

Faktor material mencangkup :

a. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit


pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
b. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
c. Partus cepat dengan kala 1 fase aktif dilatasi maksimal
d. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak
ditolong.
e. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan
fundus yang berlebihan.
f. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum.
g. Edema dan kerapuhan pada perineum.
h. Perluasan episiotomi.

Faktor neonatal mencangkup:


a. Posisi kepala yang abnormal (presentasi muka dan
occipitoposterior).
b. Bayi yang besar.
c. Dystocia bahu.
d. Kelahiran bokong.
e. Ekstraksi forseps yang sukar.
f. Anomali congenital, seperti hydrocephalus (Suryati, 2022).
2.2.4 Patofisiologi Nyeri Luka Perineum
Patofisiologi nyeri perineum terjadi saat dilatasi serviks, pada corpus
rahim distensi, peregangan pada segmen bawah rahim, peregangan
pada leher rahim dan nyeri dilanjutkan ke dermaton terdapat pada
segmen tulang belakang dengan menerima respons dari rahim dan
leher rahim saat proses persalinan. Ketegangan jaringan di perineum
dan otot perineum selama persalinan, dan rasa sakit yang disebabkan
oleh rangsangan struktur somatik dangkal dan digambarkan sebagai
lokal, terutama di daerah saraf pudendus (Suryati, 2022).
2.2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri
Menurut Indrayani& Djami (2016) alat pengukuran nyeri terdiri dari
dari skala undimensional sederhana dan kuisioner multidinensi.
Berikut penjelasan dari skala undimensional dan multidinensi antara
lain :
a. Visual Analogue Scale (VAS) adalah skala dengan menggunakan
kata-kata kunci yang tidak memiliki tingkatan yang tepat tanpa
angka dan tidak ada pilihan dengan apa yang dialami ibu
pospartum, seperti kata ‘tidak nyeri’ dan ‘nyeri senyeri-nyerinya'.
b. Numerical Rating Scale (NRS) adalah skala dengan nilai numeris
terdiri dari garis 0-10cm yang telah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan intensitas nyeri mereka dan juga dapat dilengkapi
dengan gambar ekspresi wajah sehingga mudah digunakan
c. Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak
yang sama sepanjang garis dan VDS bekerja sama dengan NRS.
Pendeskripsian ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai terasa
nyeri (nyeri sangat hebat)
d. McGill Pain Questioner (MPQ) adalah mengubah pengenalan
sifat yang multidimensional pengalaman nyeri dengan
menggunakan intensitas, kualitas dan durasi seseorang. MPQ
adalah kombinasi antara verbal, nilai numerik dan dan gambar
tubuh (Lede, 2019).
2.2.6 Manajemen Penatalaksanaan Nyeri
a. Metode Farmakologis
Penggunaan metode farmakologi adalah penghilang rasa nyeri
dengan menggunakan obat-obatan kimiawi, antara lain dengan
pemberian analgetik dan anestesi, tetapi penggunana metode
farmakologi dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh seperti
ASI tidak keluar, mengantuk, mual, penggunaan dalam jangka
waktu yang lama dapat merusak fungsi ginjal, hati, dan dapat
menyebabkan penyakit jantung. Intervensi farmakologis
memerlukan pengawasan khusus dalam penggunaannya. Maka,
harus memperhatikan kepuasan, keamanan, dan efektivitasnya

b. Metode Non-farmakologis
Strategi stimulasi kulit
1) Counterpressure
2) Effleurage (pijat ringan)
3) Sentuhan dan pijat
4) Berjalan
5) Bergoyang
6) Pengaturan posisi
7) Aplikasi/penerapan panas dan dingin
8) Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)
9) Akupresur dan akupunktur
10) Intradermal Water Block

Strategi stimulasi sensorik

1) Aromaterapi
2) Teknik Pernafasan
3) Musik
4) Imageri dan Visualisasi
5) Penggunaan titik fokus (Azizah, 2020).
2.3 Konsep Manajemen Masa Nifas
Langkah-langkah manajemen kebidanan/proses manajemen terdiri dari 7 langkah
yakni sebagai berikut:
1. Langkah I (pertama): pengumpulan data dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien.
Data yang dikumpulkan adalah data yang tepat yaitu data yang relefan dengan
situasi yang sedang ditinjau atau data yang memiliki berhubungan dengan
situasi yang ditinjau. Tehnik pengumpulan data ada tiga, yaitu: observasi,
wawancara, pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra
penglihatan (perilaku, tanda fisik,kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran
(bunyi batuk, bunyi napas), penciuman (bau nafas, bau luka) serta perabaan
(suhu badan, nadi).
A. Data Subjektif
Adalah data yang diperoleh dengan cara anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien ibu nifas dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu
bersalin maupun kepada keluarga pasien
1) Biodata
Adalah identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap
sehingga sesuai dengan sasaran. Identitas meliputi:
a) Nama: untuk mengetahui dan mengenal pasien
b) Umur: untuk mengetahui faktor resiko dan tingkat kesuburan
c) Suku bangsa: dikaji untuk mengetahui lebih jauh tentang sosial
budaya pasien
d) Agama: untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh pasien
e) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya
penting dalam pemberian KIE
f) Pekerjaan: untuk mengetahui keadaan sosial ekonomi keluarga
g) Alamat: dikaji untuk mengetahui keadaan sosial dan budaya di
lingkungan tempat tinggal
1) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluahan yang dirasakan oleh ibu setelah
melahirkan. Pada kasus ini keluhan yang biasa muncul pada ibu nifas
dengan luka perineum yaitu nyeri pada bekas jahitan perineum, nyeri
terasa apabila bergerak dan ada nyeri tekan.
2) Riwayat kehamilan yang lalu
a) Untuk mengetahui kapan ibu hari pertama haid terakhir (HPHT),
karena dengan HPHT kita bia mengetahui apakah bayi yang
dilahirkan cukup bulan atau tidak.
b) Apakah ibu pernah periksa antenatal care (ANC) dan berapa kali.
c) Berapa kali ibu mendapatkan suntikkan imunisasi Tetanus Toxoid
(TT).
d) Apakah pernah mengalami masalah selama kehamilan
e) Kapan pertama kali ibu merasakan gerakkan janinnya
3) Riwayat persalinan yang lalu
a) Jenis persalinan: Untuk mengetahui apakah klien melahirkan
secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan
secara spontan. 50
b) Komplikasi dalam persalinan: untuk mengetahui selama persalinan
normal atau tidak. Pada kasus ibu nifas dengan luka perineum
selama persalinan normal namun memerlukan tindakan episiotomi
karena mengalami indikasi dari tindakan episiotomi.
c) Perineum: untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau
tidak. Pada nifas normal pun bias juga dilakukan episiotomi.
d) Perdarahan: untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala
I, II, III selama proses persalinan, pada masa nifas normal
perdarahn tidak boleh lebih dari 500 cc.
e) Proses persalinan (bayi)
(1) tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
(2) Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB): untuk mengetahui
BB bayi normal atau tidak. Normalnya 2500-4000 gram.
(3) Apgar score baik: 7-10
(4) Cacat bawaan: bayi normal atau tidak
(5) Air ketuban: jernih, mekonium, darah.
4) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit yang dikaji ialah sebagai berikut:
a) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
ibu pada saat ini yang ada hubungannya dengan proses persalinan
dan kepada bayinya.
b) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui adanya riwayat atau
penyakit akut bahkan kronis seperti penyakit Diametes Mellitus,
jantung, asma, hipertensi yang bisa saja berpengaruh pada proses
persalinan.
5) Riwayat Kontrasepsi
6) Untuk mengetahui apakah pasien pernah menjadi akseptor KB atau
tidak, jika iya dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi tersebut, serta rencana KB
setelah bersalin
B. Data objektif
Data yang diperoleh dari apa saja yang dilihat dan dirasakan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium. Pemeriksaan fisik untuk
menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta tingkat kenyamanan fisik ibu
bersalin serta mendeteksi dini adanya komplikasi.
1) Status generalis
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu baik
normal atau tidak. Untuk ibu nifas dengan luka perineum keadaan
ibu biasanya terlihat lelah dan sedikit meringis ketika ada gerakan.
b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu pakah
compomentis, apatis, samnolen atau koma.
c) Tanda-tanda vital, yakni:
(1) Tekanan darah: normalnya 120/80 mmHg
(2) Nadi: normalnya 80-100 x/m 52
(3) Suhu badan: normalnya 36,5-37,5ºC
(4) Pernapasan: normalnya 16-24 x/m
2) Pemeriksaan Fisik
a) Wajah: pucat atau tidak
b) Mata: conjungtiva pucat atau tidak, skelra ikterus atau tidak dan
mata cekung atau tidak
c) Hidung: apakah ada pernapasang cuping hidung atau tidak.
d) Mulut: kering atau lembab, pucat atau tidak
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
f) Payudara: apakah pembesaran payudara normal atau tidak, apakah
ada hyperpigemntasi pada daerah areola, apakah ada penonjolan
putting susu atau tidak. Pada kasus masa nifas, setelah ibu
bersalinan kondisi putting susu sangat menunjang ketika bayi
menghisap putting susu ibu untuk mendapatkan ASI.
g) Abdomen: apakah atau bekas luka operasi atau tidak, pembesaran
perut ibu sesuai dengan masa involusi uteri atau tidak.
h) Genetalia: ada pengeluaran lochia, adakah varices, oedem, ada
jahitan atau tidak, pada kasus episiotomi terdapat luka ruptur II
jika ruptur episiotomi tidak bertambah menjadi ruptur III dan IV,
bila pada rupture terjadi infeksi maka akan terjadi kemerahan
mengeluarkan nanah serta bau busuk.
i) Anus: ada hemoroid atau tidak.
j) Ekstremitas: ada varices atau tidak, pada ibu nifas dengan luka
perineum pergerakkan ekstremitas bawah agak lamban akibat
nyeri yang dirasakan ibu di jahitan episiotomi bila terlalu
bergerak.
3) Uji Diagnostik
a) Darah: pemeriksaan Hb, Hb ibu nifas normalnya 11 gr%.
b) Golongan darah: untuk transfuse darah apabila terjadi komplikasi
2. Langkah II (kedua): Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Langkah awal dari perumusan masalah/diagnosa kebidanan adalah
pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta
A. Diagnosa kebidanan
Masalah/diagnosa adalah suatu penyataan dari masalah pasien/klien yang
nyata atau potensial dan membutuhkan tindakan
Diagnosa pada kasus ini ditegakkan ibu nifas dengan luka perineum.
Dasar:
1) Data subyektif
a) Ibu merasa Lelah
b) Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya
c) Ibu mengatakan bahwa ia mendapatkan beberapa jahitan dan
merasa nyeri
2) Data obyektif
a) Keadaan umum ibu nifas dengan luka perineum baik
b) Kesadaran composmentis
c) Tanda-tanda vital ibu nifas dengan luka perineum biasanya dalam
batas normal bila tidak ada komplikasi.
d) Luka perineum derajat dua, keadaan masih basah, jenis heating
jelujur dan zigzag subcutis
3) Masalah
Adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta/kenyataan.
Masalah disini ialah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien
dengan pengkajian. Dalam kasus ibu nifas dengan luka perineum
adalah nyeri bekas jahitan yang dirasakan oleh ibu, ibu takut untuk
bergerak, serta ada nyeri tekan.
4) Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan ibu pasien dan belum
terindentifikasi dalam diagnosa
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini untuk mengidentifikasikan, masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diindentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien diharapakan dapat pula bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Dalam kasus persalinan dengan perineum
yang bias menjadi masalah potensial adalah dapat terjadinya nyeri yang
berlebihan dan dapat terjadinya infeksi pada luka jahitan perineum.
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera
Beberapa data menujukkan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak
segera demi keselamatan ibu, beberapa data menunjukkan situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter. Bahkan
dapat pula memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan yang lain. Penolong
mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang
paling tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan.
Antisipasi pertama untuk mencegah terjadinya infeksi yang dilakukan pada
ibu nifas dengan luka perineum yakni berkolaborasi dengan dokter, untuk
meresepkan obat-obat yang sewaktu-waktu diperlukan oleh ibu nifas dengan
luka perineum dan antisipasi/bila terjadi infeksi, seperti analgetik,
antiinflamasi, dan antibiotik.
5. Langkah V (kelima): Merencanakan asuhan yang komprehensif /
menyeluruh
Pada langkah ini perencanaan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Dalam suatu
rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak dalam hal ini di
penolong dengan yang dotolong, karena meski penolong yang hanya
menyetujuinya maka rencana itu tidak dapat dilaksanakan tanpa persetujuan
dari yang ditolong. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan
asuhan yang kompeherensif harus merefleksikanalasan yang benar
berlandaskan pengetahuan dan teori yang berkaitan dengan up to date.
Adapun intervensi yang diberika kepada ibu nifas dengan luka perineum
yaitu:
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
Rasional: Agar ibu mengetahui kondisinya saat ini
b. Observasi Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Rasional: Pemeriksaan TFU dilakukan untuk mengetahui bahwa proses
involusi uteri berjalan normal atau tidak, normalnya TFU mengalami
penurunan 1 cm/hari yang teraba bundar dan keras (Darmawati, 2021).
c. Observasi kontraksi uterus
Rasional: Menilai kontraksi uterus merupakan salah satu upaya
pencegahan perdarahan postpartum yang diakibatkan oleh atonia uteri dan
memperlambat proses involusi (Febriani, 2022).
d. Jelaskan penyebab nyeri luka perineum yang dirasakan ibu
Rasional: Adanya pemisahan jaringan otot-otot perineum pada saat
persalinan spontan yang mengakibatkan nyeri (Handayani, 2019).
e. Anjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap
Rasional: Mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan
akibat tersumbatnya pembuluh darah (Hidayah, 2021).
f. Lakukan perawatan luka perineum
Rasional: Melakukan perawatan luka perineum dapat mencegah terjadinya
infeksi dan mempercepat proses penyembuhan (Febriani, 2022).
g. Berikan pendidikan kesehatan tentang istirahat yang cukup
Rasional: Memulihkan kembali tenaga ibu yang terkuras selama proses
persalinan (Darmawati, 2021).
h. Jelaskan kepada ibu tentang akibat kurang istirahat
Rasional: Kurang istirahat akan mengurangi produksi ASI dan
memperbanyak perdarahan yang dapat menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Nurjannah,
2022).
i. Jelaskan kepada ibu tentang manfaat dari ASI eksklusif
Rasional: Komposisi susuai kebutuhan, kalori dari ASI memenuhi
kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat pelindung,
perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat, manfaat bagi ibu dapat
mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula (Darmawati, 2021).
j. Anjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi
Rasional: Makan yang bergizi mampu memulihkan tenaga dan
pemenuhan nutrisi ibu selama proses pemulihan dengan luka persalinan
dan tidak hanya itu pemenuhan gizi yang baik pada ibu akan berdampak
positif terhadap produksi ASI ibu dan makanan yang mengandung serat
dapat memperlancar BAB (Hidayah, 2021).
k. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
perineum
Rasional: Menjaga kebersihan daerah perineum ibu dan mencegahnya dari
infeksi serta membantu mempercepat proses penyembuhan luka jahitan
perineum (Tulas, 2018).
l. Ajarkan kepada ibu tentang cara perawatan luka perineum
Rasional: Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka perineum yang
benar, maka ibu dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka perineum
(Yellita, 2019).
m. Jelaskan tanda-tanda infeksi pada luka perineum
Rasional: Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada jahitan luka perienum,
diharapkan ibu dapat lebih memperhatikan serta mencegah sedini
mungkin terjadinya infeksi (Handayani, 2019).
n. Observasi pengeluaran lochia
Rasional: Salah satu indikator untuk mengetahui bahwa masa nifas
berlangsung normal dengan ditandai pengeluaran lochia yang sesuai
dengan waktu dan warna serta baunya (Nurjannah, 2022).
o. Jelaskan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang baik dan benar
Rasional: Bayi akan tampak tenang karena mudah menghisap ASI,
pemenuhan nutrisi bayi cukup, dan mencegah terjadinya putting susu lecet
dan tidak terasa nyeri (Yellita, 2019).
p. Anjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan antibiotik
serta zat besi yang telah diberikan.
Rasional: Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami ibu
dan obat antibiotik dapat menghambat mikroba atau jenis lain penyebab
infeksi, serta dengan pemberian zat besi pada ibu nifas karena di masa
nifas kebutuhan Fe meningkat akibat kehilangan darah pada saat proses
persalinan (Yellita, 2019).
6. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen
asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu dan
meningkatkan mutu asuhan. Adapun rencana asuhan yang diberikan adalah:
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b. Mengobservasi Tinggi Fundus Uteri (TFU)
c. Mengobservasi kontraksi uterus
d. Menjelaskan penyebab nyeri perineum yang dirasakan ibu
e. Menganjurkan ibu mobilisasi dini secara bertahap
f. Melakukan perawatan luka perineum
1) Mencuci tangan
2) Menganjurkan ibu berbaring
3) Membuka pakaian bawah ibu
4) Menggunakan handscoon
5) Melihat keadaan luka perineum
6) Membersihkan dengan betadin
7) Memasang pembalut, celana dalam dan pakaian bawah ibu
8) Membereskan alat
9) Melepas handscoon
10) Mencuci tangan
g. Memberikan pendidikan kesehatan istirahat yang cukup
h. Menjelaskan kepada ibu akibat kurang istirahat
i. Menjelaskan kepada ibu manfaat dari ASI eksklusif
j. Menganjurkan kepada ibu untuk makan makanan yang bergizi
k. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
perineum
l. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan luka perineum
m. Menjelaskan tanda-tanda infeksi pada luka perineum
n. Mengobservasi pengeluaran lochia
o. Menjelaskan kepada ibu tehnik menyusui yang baik dan benar
p. Menganjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik, analgesik
dan antibiotik serta zat besi yang telah diberikan.
7. Langkah VII (ketujuh): Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian
belum efektif. Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka
perineum yaitu masa nifas yang dilalui ibu berjalan normal antara lain
keadaan umum baik, tandatanda vital dalam batas normal, nadi dan suhu
normal, jumlah perdarahan dalam batas normal, kontraksi uterus baik dan
memastikan kandung kemih kosong serta tidak ada tanda dan gejala infeksi
pada luka jahitan luka perineum

BAB 3
TINJAUAN KASUS

Nama Pemeriksa : Zafirah Delia Novandahsari


Tempat pengkajian : Ruang Bersalin Puskesmas Tenggilis Surabaya
Tanggal pengkajian : 19 Desember 2023
Waktu pengkajian : 14.20 WIB

A. DATA SUBYEKTIF

1. Biodata/Identitas Ibu

a) Nama : Ny. F

b) Umur : 32 tahun

c) Suku : Jawa

d) Agama : Islam

e) Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT

g) Alamat : Nginden
Biodata/Identitas Suami

a) Nama : Tn. Y

b) Umur : 32 tahun

c) Suku : Jawa

d) Agama : Islam

e) Pendidikan : SMA

f) Pekerjaan : Wiraswasta

g) Alamat : Nginden

2. Keluhan Utama : Nyeri luka jahitan sejak jam 12.30 (setelah penjahitan)

3. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas

Suami UK Pnylt Jenis Tmpt Pnylt Oleh JK BB H/U ASI KB

1 Prematur - Normal - - - P - M - Tdk


terkaji

38 mgg - Normal PMB HPP, Bidan L 3,5 H/ full Tdk


Partus kg terkaji
9
cepat
thn

39 mgg - Normal PMB Partus Bidan L 3,5 H/ full Suntik


cepat kg 3
6
bulan
thn

40 mgg - Normal PKM Partus Bidan P 2,9 H/ Nifas ini


cepat kg
2
jam

4. Riwayat Antenatal
Selama kehamilan tidak ada komplikasi, ibu rutin memeriksakan kehamilannya di
Puskesmas Surabaya.

5. Riwayat Intranatal
Tanggal 19 Desember 2023 pukul 12.10 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis,
gerak aktif, kulit kemerahan, ketuban hijau jernih, BAB (+), jenis kelamin perempuan
dengan berat badan 2900 gr, panjang badan 47 cm. Terdapat laserasi grade 2,
kemudian dilakukan hecting menggunakan teknik jelujur subkutis dengan anestesi.
Plasenta lahir lengkap. Jumlah perdarahan ±300 cc, diinfus RL di tangan kiri. Ibu
memiliki riwayat partus cepat.
6. Riwayat postnatal
Setelah melahirkan dilakukan IMD
7. Riwayat penyakit ibu : Tidak ada
8. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Data Nutrisi
Minum 1 botol air putih setelah melahirkan.
b. Data Eliminasi
Sudah BAK spontan pukul 14.00, belum BAB.
c. Data Personal Hygiene
Belum ganti pembalut, BAK di pispot.
d. Data Istirahat
Belum tidur, tetapi sudah merasa mengantuk.
e. Data Aktivitas
Mampu menyusui bayinya sambil duduk, belum bisa mobilisasi.
8. Riwayat psiko, sosial dan budaya
Ibu dan suami beserta keluarga merasa bahagia dan terharu bisa melahirkan seorang
bayi perempuan. Hal itu karena di kehamilan pertama, bayi perempuan Ibu lahir
prematur dan berakhir meninggal dunia serta di kehamilan kedua dan ketiga, Ibu
melahirkan bayi laki-laki. Ibu merasa nyeri pada luka jahitan dengan skala nyeri 3
(nyeri ringan). Pada awal ingin buang air kecil ibu merasa takut pada luka jahitannya,
tetapi pada akhirnya bisa BAK spontan di pispot. Ibu tidak ada pantangan makanan,
tidak mengkonsumsi jamu-jamuan.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 157 cm
d. BB : 65 kg
e. IMT sekarang : 26,4 kg/m2
f. LILA : 25 cm
g. TTV
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36ºC
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Leher : tidak pembesaran pada vena jugularis, kelenjar getah bening dan
tiroid
Payudara : puting menonjol, kolostrum ka/ki +/+
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih tidak
teraba
Genitalia : pengeluaran lochea rubra ± 30 cc, tidak ada fluksus aktif pada jahitan,
tidak ada hematoma, ruptur grade 2, sudah dijahit jelujur subkutis
Ekstremitas : tidak ada oedema atas dan bawah

C. ANALISIS
Diagnosis : P3103 2 jam postpartum dengan luka jahitan ruptur perineum grade 2
Masalah : Nyeri luka jahitan

D. TATALAKSANA
Tgl Pukul No. Tatalaksana
19-12-2023 14.25 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu,
tanda-tanda vital dalam keadaan normal
Evaluasi: ibu mengerti

14.27 2. KIE terkait keluhan nyeri luka jahitan perineum.


Menjelaskan bahwa nyeri luka yang dirasakan
masih dalam batas normal. Mengajarkan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan cara
tarik nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut
secara perlahan.
Evaluasi: ibu mengerti dan melakukannya
14.32 3. KIE cara perawatan luka perineum dengan
menjaga luka jahitan agar tetap kering dan tetap
menjaga kebersihan genitalia dengan membasuh
genitalia dari arah depan ke belakang setiap kali
selesai BAK, mengganti pembalut minimal tiap 4-
6 jam sekali/saat sudah tidak nyaman, dan
menggunakan celana dalam yang menyerap
keringat
14.35 4. KIE pemenuhan kebutuhan nutrisi sehari-hari
dengan menu aneka ragam (nasi, lauk, sayur, dan
buah), lebih dibanyakkan makan makanan yang
banyak mengandung protein untuk mempercepat
penyembuhan luka, dan banyak minum air putih.
Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia
melakukannya

14.40 4. KIE ibu mobilisasi dini secara bertahap saat


dirasa sudah mampu untuk berdiri dan berjalan,
misal ke kamar mandi bisa dilakukan secara
pelan-pelan.
Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.
14.43 5. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup, misal
saat bayi tidur, ibu juga harus tidur. Melibatkan
suami untuk bekerja sama merawat bayi.

Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia


melakukannya

14.47 6. KIE ibu terkait ASI eksklusif dan perawatan


payudara yang baik, dengan menjaga kebersihan
payudara, mengoleskan ASI di area puting
sebelum menyusui bayinya, mengosongkan
payudara sesering mungkin.

Evaluasi: ibu mengerti dan bersedia


melakukannya

14.50 7. KIE perubahan psikologi pada ibu nifas bahwa


masa nifas berpotensi mengalami gangguan
psikologis, salah satunya karena tuntutan merawat
bayi dan diri sendiri. Memotivasi dan mendukung
ibu untuk menceritakan segala hal kepada
siapapun baik ke bidan, suami maupun keluarga
Evaluasi: Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
14.53 8. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yakni
muncul tanda-tanda infeksi seperti nyeri yang
amat tak tertahankan, ada luka jahitan yang
terbuka, ada nanah, tampak kemerahan dan
berbau tidak sedap.
Evaluasi: Ibu mengerti
14.55 9. Memindahkan ibu dan bayi ke ruang nifas.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kesesuaian Kasus dengan Teori

Telah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. F, 2 jam postpartum dengan nyeri luka
jahitan perineum di Puskesmas Tenggilis. Asuhan ini dilakukan di ruang bersalin yang
dilaksanakan mulai tanggal 19 Desember 2023 pukul 14.20.

Pengkajian data dasar pada kasus nyeri luka jahitan perineum telah dilakukan dan
pengamatan di ruang bersalin Puskesmas Tenggilis. Keluhan utama ibu yaitu nyeri pada
jahitan perineum dan dirasakan ibu sejak awal penjahitan setelah persalinan. Ini merupakan
persalinan keempat ibu dan pernah mengalami keguguran satu kali. Ibu melahirkan secara
normal dan spontan tanggal 19 Desember pukul 12.10 WIB, dengan jenis kelamin
perempuan, berat badan 2.900 gram, ditolong oleh bidan. Ibu tidak mempunyai riwayat
penyakit menular ataupun menurun. Dan pemeriksaan fisik yang didapkan secara umum yaitu
keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, ekspresi wajah tampak meringis jika
bergerak, ada pengeluaran ASI saat puting susu dipencet, TFU 2 jari dibawah pusat, luka
perineum masih basah, tampak pengeluaran lochea rubra, tanda-tanda vital ibu, tekanan
darah: 110/80 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36ºC, pernafasan: 20 x/menit.

Selanjutnya adalah identifikasi data dasar yaitu mengumpulkan suatu informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan suatu kondisi ibu. Tahap
pengumpulan data ini, penulis tidak menemukan masalah atau hambatan karena baik dari
keluarga pasien ataupun pasien itu sendiri selalu terbuka untuk memberikan informasi yang
diperlukan dan mempermudah dalam melakukan pengumpulan data.

Pada tinjauan pustaka telah tertera bahwa ruptur perineum dapat terjadi karena salah
satunya partus cepat saat fase aktif terjadi dilatasi maksimal yang dialami Ny. F yaitu saat
pembukaan 4 sampai pembukaan 10 dalam waktu kurang dari 2 jam. Ditambah Ny. F
termasuk multipara dan memiliki riwayat partus cepat. Oleh karena itu, berdasarkan kasus
tersebut ditemukan bahwa persalinan ibu yang sebelum-sebelumnya memang terjadi secara
cepat dan tiba-tiba sehingga peristiwa rupture perineum besar kemungkinan dapat terjadi.

Tahap selanjutnya adalah dianosa aktual yang dilakukan dengan mengidentifikasi data
secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Dasar yang sudah
dikumpulkan diiterprestasikan sehingga ditentukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang didapatkan telah dijelaskan bahwa
terjadinya ruptur perineum bisa disebabkan salah satunya karena ibu multipara dengan
riwayat partus cepat. Sedangkan pada studi kasus Ny. F mendapatkan jahitan perineum dan
menyebabkan nyeri ringan dengan skala nyeri 3 menurut Verbal Descriptor Scale (VDS),
sehingga pada kasus ini ditegakkan diagnosa/masalah aktual adalah postpartum normal
dengan nyeri luka jahitan perineum sehingga penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi
kasus Ny. F secara garis besar ada persamaan.

Adanya antisipasi untuk terjadinya masalah potensial yang mungkin akan terjadi pada
Ny. F yaitu infeksi pada luka jahitan jika tidak dirawat dengan baik. Infeksi disebabkan
karena luka yang masih basah sehingga dapat menyebabkan tempat perkembangbiakan
mikroorganisme. Berdasarkan pengumpulan data, dan pengamatan cermat, observasi bila ada
kondisi yang tidak normal jika tidak mendapatkan penanganan yang segera dan pasti akan
terjadi dampak yang berbahaya dan dapat mengancam kondisi Ny. F.

Dari tinjauan pustaka telah dijelaskan bahwa luka jahitan perineum jika tidak
ditangani dengan baik akan menimbulkan terjadinya infeksi pada jahitan perineum.
Berdasakan pada data yang ada dalam studi kasus Ny. F dapat diantisipasi untuk terjadinya
masalah potensial yaitu infeksi pada luka jahitan perineum sehingga apa yang telah dijelaskan
pada tinjauan pustaka dengan studi kasus tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada tinjauan teori, telah dijelaskan bagaimana cara penanganan nyeri yaitu
menggunakan manajemen farmakologi, metode yang menggunakan obat-obatan dalam
praktik, seperti analgesi maupun anastesi atau menggunakan non farmakologi yaitu salah satu
contohnya dengan tehnik relaksasi. Berdasarkan kasus tersebut, penanganan yang dilakukan
yakni secara non farmakologis yakni mengajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
seperti tarik nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut secara perlahan. Dalam kasus ini
tidak ada perbedaan yang ditemukan antara teori dan tindakan yang diberikan pada Ny. F dan
tetap mengacu pada tindakan yang rasional sesuai kebutuhan pasien.

Dalam konsep manajemen kebidanan bahwa perawatan nifas itu harus disetujui oleh
klien, dan karena sebab itu sebelumnya harus didiskusikan bersama klien sesuai dengan
situasi dan kondisi serta tindakan harus dapat dianalisa secara teoristis. Dan dari tinjauan
Asuhan Kebidanan pada Ny. M dengan nyeri luka jahitan perineum yang telah dilakukan di
lahan praktek yaitu meliputi: Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
observasi tanda-tanda vital, observasi TFU, kontrasi uterus, dan pengeluaran lochea, anjurkan
ibu untuk mobilisasi dini dengan cara miring kanan miring kiri, berdiri, dan berjalan-jalan
secara perlahan-lahan. Ajarkan ibu cara merawat luka perineum, anjurkan ibu senantiasa
menjaga kebersihan vulva, mengganti pakaian dalam setiap kali basah dan mencuci daerah
vulva dengan air hangat setiap habis BAB dan BAK. Anjurkan ibu untuk makanan yang
bergizi seperti sayuran hijau, ikan, telur, kacang-kacangan, daging, buah. Anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya secara on demand dan mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan
benar. Ajarkan dan anjurkan ibu melakukan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri seperti
tarik nafas dari hidung dan keluarkan dari mulut secara perlahan.

Tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. F, penulis melaksanakan tindakan


asuhan kebidanan ini sesuai dengan perencanaan. Tahap ini penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti karena selalu adanya kerjasama dan penerimaan yang sangat baik dari
klien, keluarga, dan suami serta dukungan bimbingan dan asuhan dari pembimbing dari lahan
praktek. Disamping adanya kerjasama yang sangat baik dengan petugas kesehatan yang lain
ini menunjukan bahwa adanya kesamaan antara teori dengan studi kasus pada Ny. F.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari studi kasus Ny. F 2 jam postpartum dengan nyeri luka jahitan
perineum grade 2 di Puskesmas Tenggilis, yaitu tahap awal pengkajian didapatkan hasil
keadaan umum ibu baik. Identifikasi penyebab rupture perineum yang terjadi pada ibu adalah
karena partus yang terlalu cepat dan tiba-tiba. Lalu, terkait keluhan yang dirasakan yakni
nyeri luka jahitan dengan sifat nyeri ringan, tergolong masih dalam batas normal dan sudah
ditatalaksana dengan cara non farmakologis. Asuhan yang telah dilakukan pada kasus diatas
tidak ada perbedaan dengan teori yang ada.
5.2 Saran

Diharapkan pada ibu agar mengkonsumsi makanan yang bergizi karena untuk
memenuhi kebutuhan energi, dan untuk mempercepat proses penyembuhan dan kembalinya
alat reproduksi ke keadaan sebelum hamil serta untuk melancarkan produksi ASI dan
diharapkan agar klien untuk istirahat yang cukup, kemudian diharapkan senantiasa untuk
menjaga kebersihan dirinya terutama daerah genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi,
diperlukan keterlibatan suami dan keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan hubungan
yang lebih erat antara klien dan bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

A'yunin, Q. (2019). Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Infeksi Pada Rupture
Perineum Di RB. Mattiro Baji Sunguminasa Gowa. Karya Tulis Ilmiyah Universitas
Islam Negeri Alauddin.
Azizah, N. (2020). Perbandingan Efektivitas Back Massage dan Senam Nifas Terhadap
Involusi Uteri Pada Ibu Post Partum. Riset Dasar dan Terapan Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo, 1-27.
Damayanti, I. P. (2018). Panduan Lengkap Ketrampilan Dasar Kebidanan II. Yogyakarta:
Deepbulish diakses dari http://books.google.com/books pada tanggal 19 Desember
2023 pukul 10.23 WIB.
Darmawati, & Sastra , I. (2021). Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan
Luka Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas . Idea Nursing Journal
Vol. II No. 3 , 41 - 51.
Eldawati, S. (2021). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Dengan Praktik Perawatan
Masa Nifas Di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal) Volume 3, Nomor 3,, 228-237.
Febriani, T. (2022). Upaya Meningkatkan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan Pada Ibu Post
Partum . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fraser, D. M., & Cooper, M. A. (2019). Buku Saku Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC Medical
Publisher.
Handayani, E., Mundarti, & Rofiah, S. (2019). Faktor yang mempengaruhi Penyembuhan
Luka
Perineum Pada Ibu Post Partum. LINK, Vol. 11, No. 3, 1041- 1047.
Hadayani, S., & Prasetyorini, H. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Perineum Di RSUD Kota Semarang 1. Akademi Keperawatan
Widiya Husada Semarang.
Hidayah, S. N. (2021). Hubungan Antara Vulva Hygiene Dengan Lama Penyembuhan Luka
Perineum Di Bps Ny S Desa Grobog Wetan Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal
Tahun 2015. Jurnal Siklus Volume 6 No 1, 118-194.
Hanifah, R. S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Depresi Post
Partum
Diwilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 .
Fakultas Ilmu Kesehatan UniversitasMuhammadiyah Surakarta , 1-22.
Indramawati, N., & Wijayati. (2018). Hubungan Sikap Ibu Nifas Dalam Deteksi Dini
Komplikasi Masa Nifas Dengan Ketetapan Kunjungan Nifas Di BPM Sri Lumintu
Jajar Surakarta. Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta.
Lede, L. (2019). Gambaran Perilaku Ibu Nifas Tentang Perawatan Perineum Di Puskesmas
Umbulharjo 1 Yogyakarta. Stikes Jendral Achmad Yani.
Moloku, F., Wantouw, B., & Sambeka, J. (2021). Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan
Dengan Penyembuhan Luka perineum Pada Ibu Post Partum Di Ruangan Irina D
Bawah RSUP ProfDr.R.D Kandou Malalayang. ejurnal Keperawatan (e-Kp) Vo. 1,
No. 1 , 1-5.
Nurjannah, S. N., Maemunah, A. S., & Badriah, D. L. (2022). Asuhan Kebidanan PostPartum.
Bandung: PT Refika Aditama.
Seniorita, D. (2021). Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang kebutuhan Kebutuhan
Dasar Selama Masa NifasDi Rumah Bersalin Srikaban BinjaiTahun 2016. Jurnal
Ilmiah Kohesi, Vol. 1, No. 1.
Selli Septia Malani. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Di BPM bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya. Stikes Muhammadiyah
Ciamis.
Suryati, Y., Kusyati, E., & Hastuti, W. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Perawatan Luka Perineum Dan Status Gizi Dengan Proses Penyembuhan
Luka . Jurnal Menegemen Keperawatan, Vol. 1, No. 1 , 25-32.
Tulas, V. D., Kundre , R., & Bataha, Y. (2018). Hubungan Perawatan Luka Perineum Dengan
Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. e-Jurnal Keperawatan(e-Kp), Vol. 5, No. 1, 1-9.
Yellita, U. F., & Darnisa, U. H. (2019). Gambaran Ibu Post Partum Tentang Perawatan
Genitalia
Pada Luka Perineum Di RS Ahmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan STIkes Prima Nusantara Bukittinggi Volume 6 Nomor 2, 126-130.

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan ini saya buat sebagai bukti bahwa saya telah membuat asuhan kebidanan
2 jam post partum dengan keluhan nyeri luka perineum di Puskesmas Tenggilis Surabaya
untuk pemenuhan tugas praktik klinik kebidanan semester V.
Telah disahkan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 30 Desember 2023
Tempat : Puskesmas Tenggilis Surabaya

MAHASISWA

Zafirah Delia Novandahsari


NIM. 012111233017

MENGETAHUI,

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Astika Gita Ningrum M.Keb Elly Fatmawati, Amd. Keb


NIP. 199002262018032001 NIP. 197811142006042023

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Zafirah Delia Novandahsari


NIM : 012111233017
Judul : LAPORAN KOMPREHENSIF ASUHAN KEBIDANAN 2 JAM POST
PARTUM DENGAN KELUHAN NYERI LUKA PERINEUM DI
PUSKESMAS TENGGILIS SURABAYA
Tempat : Puskesmas Tenggilis Surabaya

Tanggal Keterangan Konsultasi Validasi

Anda mungkin juga menyukai