Disusun Oleh :
Luki Erdiana
NIM : 72020040049
A. Post Partum
1. Pengertian
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 – 8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih
kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Manjoer, A dkk,
2011).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller, 2015).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Saifuddin, 2012).
Masa purpenium dan masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelum ada kelahiran dalam waktu 3 bulan (Siswosudarmo, 2018).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti
semula tanpa adanya komplikasi.
2. Priode Post Partum
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2014) adalah sebagai berikut:
a. Priode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan
harus tetarur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan
darah, dan suhu.
b. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu
Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-
hari serta konseling keluarga berencana.
3. Adaptasi Fisiologi dan Adaptasi Psikologis
Adaptasi yang terjadi pada masa post partum adalah:
a. Adaptasi fisiologis
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal yaitu:
1) System reproduksi:
a) Uterus
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang nerkontraksi posisi
fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simfisis,
atau sedikit lebih tinggi.
“Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Otot uterus berkontraksi segera
pada post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman
otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan” (Wiknjosastro, 2012)
Tabel 1: Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat-simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
(Mochtar, 2014)
b) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Lochea dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
(1) Lochea rubra atau cruenta.
Berisi darah segar dan sisi-sisi selaput ketuban, sel-sel desidua,
serviks kaseosa, lanugo han mekonium, selama dua hari post partum
(2) Lochea sanguinolenta.
Berwarnah merah kuning berisi darah dan lendir, selama hari ke 3
hingga hari ke 7 post partum.
(3) Lochea serosa.
Berwarna kuning, cair tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 hingga
hari ke 14 post partum.
(4) Lochea alba.
Cairan putih selama dua minggu (Siswosudarmo, 2018)
c) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbunya trombosis, degenerasi,
dan nekrosis di tempat implatasi plasenta. Pada hari pertama tebal
endometrium 2,5 milimeter, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan slaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga
tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta
(Saleha, 2014)
d) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium sksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan. Setelah
enam minggu post natal, serviks menutup. Karena robekan kecil-kecil yang
terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali ke keadaan sebelum
hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum.
Serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang
yang sudah sembuh. Tertutup tetapi terbentuk celah. Dengan demikian
osservivis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda
yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina (Farrer, 2011)
e) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan. Dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah
3 minggu vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-ansur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
menonjol. Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervagina dan
yang tersisa hanya sisa-sisa kulit yang disebut kurunkulae mirtiformis.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut
melahirkan (Farrer 2011)
f) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen juga dapat bertahan (Farres,
2011)
g) Mamae
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan pyudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bayi baru lahir. Setelah
melahirkan ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambatnya, kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin. Sampai
hari ke tiga setelah melahirkan, efek prolaktin payudara mulai bisa dirasakan
(Saleha 2014).
2) Sistem pencernaan
Selama 2 jam pasca persalinan kadang dijumpai pasien yang merasa mual
sampai muntah. Atasi hal ini dengan posisi tubuh yang memungkinkan dapat
mencegah terjadinya aspirasi kedalam saluran pernafasan dengan setengah
duduk atau tidur ditempat tidur. Perasaan haus pasti dirasakan pasien, oleh
karena itu hidrasi sangat diperlukan untuk mencegah dehidrasi (Sulisyawanti,
2010)
3) Sistem perkemihan
Selama 2 sampai 4 jam pasca persalinan kandung kemih masih dalam
keadaan hipotonik akibat adanya alotaksis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan
oleh tekanan pada kandung kemih dan uretra selama persalinan.
Kondisi ini dapat ringankan dengan selalu mengusahakan kandung kemih
tetap kosong selama persalinan untuk mencegah trauma. Setelah melahirkan,
kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus berubah posisi.
Uterus yang berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri
(Sulisyawati,2010).
4) Sistem muskuloskletal
Kadar MSH mengalami penurunan secara cepat setelah post partum.
Linea nigra dan closma gravidarum menghilang setelah melahirkan. Striae
gravidarum yang ada tumbuh pada abdomen, paha, payudara secara berangsur-
angsur menjadi garis putih kurang nyata, tapi tidak hilang secara sempurna
setelah post partum (Jansen, B. 2015)
5) Sistem endokrin
Setelah plasenta lahir, estrogen dan progesteron mengalami penurunan.
Pada wanita tidak menyusui, estrogen meningkat dan mencapai puncak
follikuler pada minggu ketiga post partum yang mungkin kembali proses
mensturasi. Sedang pada wanita menyusui, proses kembalinya kadar estrogen
dan progesteron lebih lambat. Laktasi ditandai dengan adanya peningkatan
kadar prolaktin yang cepat dengan adanya proses menyusui. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin akan ditekan dengan kembali pada
keadaan normal seperti sebelum hamil.
6) Perubahan tanda-tanda vital
Dalam 2 jam pertama setelah persalinan, tekanan darah, nadi, pernafasan
akan berangsur kembali normal. Suhu pasien biasanya akan mengalami sedikit
peningkatan tapi masih dibawa 38 derajat celcius, hal ini disebabkan oleh
kurangnya cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan
berangsur normal kembali setelah 2 jam (Sulistywati,2010)
7) Sistem kardiovaskuler
Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 200 sampai 500 ml.
Setelah persalian Shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pasien akan
relatif bertambah. Keadaan ini akan menjadikan beban pada jantung, dan akan
menimbulkan dekompensasio cordis, keadaan ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan adanya hemo konsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti awal (Sulityawati,2010)
b. Adaptasi psikologis
Priode ini terjadi dalam 3 tahap:
1) Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung pada orang lain, fokus perhatian pada tubuhnya, itu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalian yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat.
2) Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari post partum ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu sangat sensitive, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3) Letting go period
Dialami setelah ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima
tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasakan kebutuhan
bayi sangat bergangtung pada dirinya.
4. Pengawasan akhir masa nifas
Pemeriksaan akhir kala nifas (post partum) sangat penting karena dapat
digunakan untuk melakukan pemeriksaan khusus sebagai berikut :
a. Melakukan pemeriksaan papsmears untuk mencari kemungkinan kelainan
sitologi sel servik atau sel sendometrium
b. Menilai seberapa jauh involusi uterus
c. Mempersiapkan untuk menggunakan metode KB.
Konseling Menyusui
Berikan informasi tentang keuntungan
fisiologis dan psikologis dari menyusui.
Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui begitu juga dengan persepsi ibu
tentang menyusui.
Perbaiki kesalahan konsep, kesalahan
informasi, dan ketidakakuratan tentang
menyusui.
Dorong significant other, keluarga atau teman
untuk dapat memberikan dukungan (mis,
pujian, dorongan, jaminan, dsb)
Sediakan materi penkes, jika dibutuhkan.
Bantu dalam memenuhi kebutuhan susu
tambahan, dot, dan pelindung puting susu.
Dorong ibu untuk memakai baju yang melekat
dengan baik, supportive bra.
DAFTAR PUSTAKA