Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMPSI BERAT

DI SUSUN OLEH :

PENSI INDRIANI (18121065)

PUJI LESTARI (18121066)

PUTRI PUSPITASARI (18121067)

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA SUKOHARJO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020 / 2021


PRE EKLAMPSI BERAT

A. DEFINISI
Pre-eklamsia adalah suatu hipertensi atau tekanan darah tinggi yang timbul setelah
20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria (Walyani, 2015).
Pre-eklamsia Berat adalah tekanan darah yang tinggi (hipertensi) 160/110 mmHg
atau lebih dan disertai proteinuria +3, edema di kehamilan 20 minggu atau lebih
(Maryunani, 2016).
Jadi menurut pengertian diatas PEB merupakan tekanan darah tinggi yaitu 160/110
mmHg atau lebih, dan disertai dengan adanya protein di kandungan urin ibu bahkan
terjadi edema di kehamilan >20 minggu.

B. KLASIFIKASI
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) klasifikasi pre-eklampsia dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Pre-eklampsi ringan
a. Terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pengukuran dua kali
pemeriksaan dalam jarak periksa 1 jam atau dapat sebaliknya 6 jam
b. Terdapat edema yang umum yang biasa terjadi pada muka, jari tangan, kaki, atau
kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu
c. Proteinuria +1 sampai +2
2. Pre-eklamsia berat
a. Terdapat tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Terdapat proteinuria lebih dari +3 hingga +5
c. Terjadi oliguria dengan jumlah urine <400cc/24jam
d. Adanya gangguan cerebral, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan rasa nyei
pada epigastreum.
e. Terdapat edema paru disertai dengan sianosis
f. Enzim hati yang meningkat dan terjadi ikterus
g. Terjadi perdarahan pada mata khususnya pada retina
h. Penurunan trombosit hingga kurang 100.000/mm.
C. ETIOLOGI
Timbulnya pre-eklamsia pada ibu hamil >20 minggu tidak diketahui secara pasti
penyebabnya, namun secara umum disebabkan vasospasme arteriola dan juga ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi timbulnya pre-eklamsia diantaranya; hidramnio,
primigravida, multigravida, kehamilan ganda, mola hidatidosa, malnutrisi berat, dan bisa
dari faktor usia ibu yang kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia
(Maryunani, 2016).

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut pendapat (Nurarif & Kusuma, 2016) tanda dan gejala pre-eklamsia berat
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kepala pada bagian depan dan belakang kepala dengan diikuti tekanan darah
yang tinggi dan juga sakit kepala terus – menerus
2. Pandangan kabur dan kebutaan sementara
3. Ibu gelisah, bila mendengar suara berisik
4. Nyeri perut pada ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah
5. Gangguan pernafasan dan terjadi cyanosis
6. Penurunan kesadaran penurunan fungsi ginjal

Sedangkan menurut (Maryunani, 2016) cara menentukan edema yaitu sebagai


berikut:
1. Kriteria menentukan adanya edema adalah nilai positif jika terjadi edema di daerah
tibia, lumbosakral, wajah dan tangan.
2. Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode dibawah ini dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
a. + = Sedikit edema pada daerah kaki pretibia
b. ++ = Edema ditentukan pada ekstremitas bawah
c. +++ =Edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah
d. ++++ =Anasarka disertai asites.

E. PATOFISIOOGI
Penyebab pre-eklamsia pada usia kehamilan >20 minggu belum diketahui secara
pasti, namun secara umum dapat penyebabnya adalah vasospasme arteriola kemudian
terjadi peningkat TD > 160/110 mmHg, proteinuria kwalitatif +3 dalam 24 jam, oliguria,
nyeri pada ulu hati, sakit kepala disertai pandangan kabur sehingga terjadi pre-eklamsia
berat dan persalinan berakhir dengan seksio caesarea (Maryunani, 2016).
Pembedahan dinding abdomen akan menyebabkan terputusnya inkontinuitas
jaringan yang meliputi pembuluh darah, dan saraf. Sehingga akan merangsang
pengeluaran zat histamine, prostaglandin, dan menimbulkan rasa nyeri. Kemudian dari
luka operasi, kuman bisa saja masuk dicelah perlukaan sehingga dapat mengakibatkan
risko infeksi, dan juga gangguan integritas kulit (Solehati & Kokasih, 2015).
Dalam proses operasi akan dilakukan tindakan anestesi, sehingga dapat
menimbulkan kelemahan fisik, pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
mandiri sehingga terjadi gangguan mobilitas fisik (Solehati & Kokasih, 2015). Pada post
anestesi didapatkan penurunan bising usus dan melemahnya otot-otot eliminasi, sehingga
menimbulkan kesulitan buang air besar dan terjadi konstipasi (Asih & Risneni, 2016).
Kemudian di post partum nifas terjadi penurunan progesteron yang menjadi kontraksi
uterus sehingga menyebabkan risiko perdarahan (Solehati & Kokasih, 2015).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Menurut (Mitayani, 2013) komplikasi yang dapat terjadi pada klien PEB sebagai
berikut:
1. Pada ibu
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan sukapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah (DIC)
e. Sindrom HELLP ( hemolisis, elevated, liver, enzim, dan low platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mitayani (2011), pemeriksaan penunjang dibagi menjadi :
1. Pemeriksaan darah lengkap yang meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan
trombosit.
2. Pemeriksaan urinalisis.
3. Pemeriksaan fungsi hati yang meliputi pemeriksaan bilirubin, LDH (laktat
dehidrogenase), aspartat aminomtransferase (AST), serum glutamat oxaloacetic
trasaminase (SGOT), total protein serum.
4. Tes kimia darah yang meliputi pemeriksaan asam urat.
5. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi dan kardiotografi.

I. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari
perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein,
dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.
2. Medis
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah
kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau
lebih kriteria ini.
a. Ada tanda-tanda impending eklampsia
b. Ada hellp syndrome
c. Ada kegagalan penanganan konservatif
d. Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
e. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medis : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose
5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena
diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram
per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : –
frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas –
diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4
dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24 jam pasca persalinan –
atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan
antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan
intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.
Obat yang dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila
dalam 2 jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan :
bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi,
oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila
syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada
persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.

J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Prenatal care : Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Berapa lama persalinan.
b. Bagaimana proses persalinan dan tipe persalinan (forcep, vakum, sectio caesarea).
c. Terapi penggunaan anestesi atau analgesik selama intranatal.
2. Tanda vital
a. Tekanan darah sedikit rendah berarti normal.
b. Nadi : 56 – 76 kali per menit berarti normal.
c. Suhu : sedikit meningkat (380C) berarti normal.
d. Respirasi : sedikit meningkat 22 – 24 kali per menit berarti normal.
e. Tanda-tanda vital ini dimonitor tiap 4 jam sekali, bila tanda-tanda vital dalam batas
normal dimonitor pada 24 jam pertama dan selanjutnya dimonitor tiap 8 jam.
3. Perubahan payudara
a. Perubahan bentuk payudara menjadi besar atau kecil dan simetris antara kanan dan
kiri, bengkak atau tidak, bagaimana aerola.
b. Puting : bentuk menonjol atau tidak, adanya luka atau lecet.
c. Kebersihan.
d. Pengeluaran kolostrum terutama pada hari ke-2 dan ke-3.
4. Abdomen dan fundus uteri
a. Pengukuran tinggi fundus uteri.
b. Palpasi kontraksi abdomen.
c. Observasi kondisi luka post partum.
d. Auskultasi bising usus dan kaji intensitas adanya mulas.
5. Perineum atau rektum
a. Adanya hemoroid, nyeri atau tidak.
b. Kebersihan perineum.
c. Lokhea :
1) Jumlah : fekuensi penggantian pembalut
2) Sifat pengeluaran :
(a) Menetes
(b) Merembes
3) Warna lokhea :
(a) Segar
(b) Tua
4) Bau lokhea : amis atau busuk
6. Ekstremitas
a. Kekuatan
b. Pembengkakan dan nyeri
7. Istirahat atau rasa ketidaknyaman
a. Lama
b. Penyebab sukar tidur : mulas, nyeri.
8. Kemampuan perawatan diri atau bayi
9. Tingkat kemampuan kekuatan atau energi
10. Kebiasaan
11. Status psikologis atau emosional
a. Respon terhadap kelahiran atau proses melahirkan
b. Respon terhadap bayinya
c. Persepsi terhadap keluarga
d. Perubahan psikologis
e. Adaptasi keluarga
12. Pengetahuan
a. Perawatan bayi
b. Perawatan payudara
c. Kontrasepsi atau keluarga berencana (KB)

K. FOKUS INTERVENSI
Menurut Green (2012), fokus intervensi dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
Intervensi :
a. Kaji sifat nyeri (lokasi, frekuensi, keparahan, durasi, faktor pencetus, faktor yang
meredakan), gunakan skala nomor untuk menilai keparahan.
b. Tentukan analgesik atau anestetik yang dipilih.
c. Kaji tnda-tanda vital dan tingkat kesadaran pada interval yang tepat dan catat.\
d. Tentukan kemiskinan pengaruh budaya dan agama ibu pada persepsi dan respons
ibu terhadap nyeri.
e. Jelaskan dan bimbing klien untuk melakukan tindakan non-farmakologi (misal :
terapi relaksasi sederhana, imajinasi terbimbing).
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi :
a. Kaji tanda atau gejala infeksi local atau sistemik (misal : peningkatan suhu,
peningkatan nadi, perubahan drainase atau sekresi, kemerahan tau bengkak pada
lokasi, urine pekat, malaise).
b. Kaji nilai laboratorium (misal : darah periksa lengkap, kultur, urinalisasi).
c. Kaji status nutrisi.
d. Kaji pemajanan penyakit baru-baru ini (misal : rubella, penyakit menular seksual,
hepatitis).
e. Jelaskan pentingnya teknik mencuci tangan yang benar.
f. Ajarkan klien dan keluarga bagaimana mengenali tanda dan gejala infeksi dan
kapan melapor pada penyedia layanan kesehatan primer.
g. Ajarkan dan dorong teknik hygiene perineum yang benar.
h. Berikan perawatan kulit yang tepat pada lokasi edema.
i. Pertahankan standard an mencuci tangan dengan benar.
j. Tingkat nutrisi yang baik.
3. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine (retensi urine) berhubungan dengan penurunan
tonus otot.
Intervensi :
a. Tentukan obat yang digunakan ibu.
b. Periksa kondisi perineum.
c. Kaji kontinensia urine, yang berfokus pada pengeluaran urine, pola berkemih, dan
masalah berkemih yang sudah ada sebelumnya.
d. Kaji derajat distensi kandung kemih dengan melakukan palpasi dan perkusi.
e. Berikan obat pereda nyeri bila diperlukan.
4. Keletihan berhubungan dengan anemia
Intervensi :
Intervensi :
a. Tentukan penyebab keletihan.
b. Kaji respon psikologis terhadap situasi dan ketersediaan sistem dukungan.
c. Kaji stasus nutrisi dan asupan makanan yang biasa dikonsumsi.
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi pola energi.
e. Jelaskan tujuan pengaturan dan penentuan prioritas.
f. Ajarkan teknik konservasi energi .
g. Ajarkan bagaimana melakukan relaksasi otot atau metode non-farmakologi lain
yang menstimulasi tidur.
h. Instruksikan klien untuk mengenali tanda dan gejala keletihan yang menandakan
perlunya mengurangi aktivitas.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan kurangnya
informasi
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan ibu.
b. Jelaskan tentang perawatan payudara.
c. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Ani, Maryunani, (2016).Managemen kebidanan terlengkap.Jakarta : CV. Trans Info Media

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis& NANDA.Jogyakarta: Medis Actions

Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih., 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.

Asih, Yusari, Risneni. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika.

Mitayani. (2011). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Green, C.J., & Wilkinson, J.M. (2012). Rencana asuhan keperawatan : Maternal & bayi baru
lahir (Alih Bahasa, Monica Ester…[et. al]) ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sari Isneini,
Fruriolina Ariani, Ni Putu Indri Mahayuni. Jakarta : EGC

Kum. 2018. https://samoke2012.wordpress.com/2018/08/08/asuhan-keperawatan-pasien-


dengan-peb/. Diakses pada 9 November 2020

Anda mungkin juga menyukai