Anda di halaman 1dari 7

G.

Pemeriksaan Penunjang
1. Bayangan di paru-paru pada sinar X dada selama infeksi
2. Tes fungsi paru-paru menunjukan :
a. Forced Vital Capacity (FCV) berubah karena diperlukan lebih banyak waktu untuk
menghirup udara setelah inhalasi maksimal.
b. FEV1 turun karena diperlukan lebih banyak waktu untuk ekshalasi.
c. Residial Volume (RV) naik karena udara terperangkap.
3. Oksigen turun dan karbondioksida naik di arterial blood gas. (Mary DiGiulio, dkk.
2014).

H. Komplikasi
Komplikasi bronkitis yang diderita dapat terjadi karena terlambatnya penanganan
bronchitis tersebut. Hal ini tidak lagi jarang ditemukan. Bahkan cenderung banyak masyarakat
yang menyepelekan penyakit bronkitis dan membuatnya menjadi semakin parah dan terjadi
komplikasi. (drParuparu.com, diakses pada jumat, 24 agustus 2018)
1. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang pasti muncul setelah terjadi komplikasi pada
penyakit bronkitis anda. Tidak dapat dipungkiri penyakit ini akan menyebabkan keadaan
paru menjadi semakin parah. Khususnya pneumonia ini akan terjdi pada pasien bronkitis
yang lanjut usia. Tidak jarang anda kemudian membutuhkan penanganan sesak nafas
mendadak pada kasus kasus pneumonia.
2. Otitis Media
Otitis media adalah penyakit infeksi yang terjadi di bagian telinga. Keadaan ini
ternyata dapat terjadi pada penderita bronkitis yang mengalami komplikasi. Pasalnya,
saluran pernafasan memang memiliki hubungan dengan telinga.
3. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan kondisi yang terjadi akibat adanya penumpukan cairan di
antara lapisan pleura  paru paru anda. Pleura atau membran paru paru ini tidak boleh
memiliki cairan berlebih. Karena akan membuat pernafasan menjadi tidak normal.
4. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis adalah penyakit bronkitis yang terjadi menahun. Keadaan ini juga
merupakan akibat dari komplikasi penyakit bronkitis akut yang terjadi dalam waktu hari
atau minggu saja. Jika menderita bronkitis kronis, maka biasanya perawatan
pemulihannya pun akan semakin rumit dilakukan.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah penyakit yang dapat terjadi pada anda yang mengidap bronkitis.
Alasannya adalah karena sinusitis ini merupakan peradangan yang terjadi pada rongga
hidung anda. Jadi anda akan mengalami banyak masalah kesehatan yang berhubungan
dengan sinusitis.
6. Pleuritis
Pleuritis adalah penyakit radang pada pleura anda. Pleura adalah lapisan tipis yang
membungkus paru paru anda. Jika terjadi pada penderita bronkitis, maka anda akan
mengalami rasa sakit atau nyeri di dada. Keadaan ini akan menyebar hingga menjadi
penyakit pleuritis pada anda. Oleh sebab itu, ketahuilah bagaimana cara mencegah
pleuritis terjadi akibat komplikasi bronkitis ini.
7. Infeksi Pernafasan
Infeksi pernafasan sangat mungkin terjadi pada penderita bronkitis. Terutama jika
bronkitis sudah semakin menyebar dan menyebabkan komplikasi anda. Oleh sebab itu,
anda perlu mencegah penyebaran penyakit bronkitis sesegara mungkin sebelum semakin
parah. Jika perlu anda dapat menggunakan pengobatan alami infeksi paru yang dipercaya
aman dalam masyarakat.
8. Atelektasis
Atelektasis adalah penyakit atau gangguan paru paru yang menunjukkan gejala
pengerutan sebagian atau seluruh paru paru anda. Hal ini akibat terjadinya penyumbatan
pada saluran pernafasan anda. Keadaan ini sangat mungkin terjadi pada anda yang
menderita bronkitis karena gangguan pada saluran pernafasan anda.
9. Gagal Nafas
Gagal nafas adalah penyakit paru paru yang paling berat yang dapat terjadi pada
penderita bronkitis. Keadaan ini sesuai namanya menunjukkan bahwa terjadi masalah
pernafasan bahkan menyebabkan penderita tidak lagi dapat bernafas dengan normal.
10. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah kerusakan paru paru yang disebabkan oleh dilatasi paru paru
yang terjadi tidak normal. Paru paru menjadi melebar dan saluran pernafasan melebar dan
menyebabkan produksi lendir di paru par uterus meningkat.

I. Penatalaksanaan Medis
Bronkitis akut diobati dalam jangka pendek dengan pengobatan simtomatik dan antibiotic
ketika ada infeksi bakteri. Bronchitis kronis diobati dengan kombinasi medikasi untuk
menjaga jalur udara tetap terbuka, mengurangi inflamasi di dalam jalur udara, dan mencegah
komplikasi atau gejala sakit mendadak.
1. Memberika Beta2-agonist yang dihirup atau nebulizier untuk memperbesar bronkus :
a. Terbutaline, albuterol, levallbuterol
b. Formoterol, salmeterol
2. Memberikan anticholinergic agar otot bronchial yang lembut bias rileks :
Ipratropium, tiotropium inhaler
3. Memberikan steroid untuk mengurangi inflamasi pada jalur udara :
a. Hydrocortisone, methylprednisolone secara sistematis
b. Beclomethasone, triamcinolone, fluticasone, budesonide, flunisoslide inhalers
c. Prednisolone, prednisone secara oral
4. Memberikan methylxanthines untuk meningkatkan bronkodilasi :
a. Aminophylline
b. Theophylline (Theo-Dur)
5. Memberikan diuretic untuk mengurangi retensi cairan pada pasien dengan gagal jantung:
Furosemide, bumetanide
6. Memberikan ekspektoran untuk membantu mengencerkan sekresi:
Guaifepsin
7. Memberikan antibiotic pada kekambuhan akut dari bronchitis kronis :
Dipilih berdasar kultur dan sensitivitas atau diberikan secara empiric
8. Memberikan antacid, H2 bloker, atau penghalang pompa proton untuk menurunkan
jumlah asam dalam perut, mengurangi kemungkinan pembentukan tukak/luka karena
stress akibat penyakit atau efek medikasi.
a. Antacid : aluminum hydroxide/magnesium hydroxide, calcium carbonat
b. H2 blokers : ranitidine, famotidine, nizatidine, cimetidine
c. Penghalang pompa protons : omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole,
pantoprazole.
9. Memberikan vaksin untuk menurunkan kesempatan infeksi :
a. Influenza
b. Pneumonia
10. Oksigen : 2 liter per menit via nasal canula untuk membantu kebutuhan tubuh; laju aliran
rendah membantu mengurangi dyspnea sementara menghindari CO2
11. Meningkatkan protein, kalori, dan vitamin C dalam diet untuk memenuhi kebutuhan
tubuh.
12. Memberikan katup flutter pada spignometer insentif untuk mendorong batuk dan
mengeluarkan lender.
13. Nocturnal negative pressure ventilation digunakan untuk pasien hypercapnic (tingkat
CO2 naik).

J. Fokus Pengkajian
Menurut marlin E. Doengoes dkk (2000) :
1. Dasar data pengkajian pasien bronkhitis adalah :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :  keletihan, kelelahan, ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit
bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, dispnea saat tidur Tanda  :  keletihan, gelisah,
insomnia, kelemahan umum
b. Sirkulasi
Gejala :  pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :  peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung atau takhikardi berat, edema,
warna kulit atau membran mukosa pucat
c. Integritas ego
Gejala :  peningkatan faktor resik, perubahan pola hidup
Tanda  :  ansietas, ketakutan pada rangsang
d. Makanan / cairan
Gejala :  mual / muntah, ketidakmampuan makan karena distress pernapasan,
peningkatan BB menunjukkan edema
Tanda  :  turgor kulit buruk, edema, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
mengakibatkan hepatomegali
e. Hygiene
Gejala :  penurunan penampilan/memerlukan bantuan melakukan aktivitas sehari –
hari
Tanda  :  kebersihan buruk, bau badan
f. Pernapasan
Gejala :  batuk menetap dengan produksi sputum tiap hari (terutama pada saat
bangun) produksi sputum dapat banyak sekali riwayat pneumonia berulang terpasang
pada polusi kimia / iritan
Tanda  :  penggunaan otot bantu pernafasan
g. Keamanan
Gejala :  riwayat sensitif terhadap zat/faktor lingkungan adanya infeksi berulang
K. Fokus Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus
Intervensi :
a. Airway Management :
1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan

b. Terapi Oksigen :
1) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2) Pertahankan jalan napas yang paten
3) Pertahankan posisi pasien
4) Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi

c. Vital Sign Monitoring :


1) Monitor TD, nadi, suhu dan RR
2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3) Monitor TD, nadi dan RR sebelum dan sesudah aktivitas
4) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2. Pola nafas tidak efektif b/d broncokontriksi, mukus


Intervensi :
a. Airway Management :
8) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
9) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
10) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
11) Pasang mayo bila perlu
12) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
13) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
14) Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan

a. Terapi Oksigen :
5) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
6) Pertahankan jalan napas yang paten
7) Pertahankan posisi pasien
8) Observasi adanya tanda – tanda hipoventilasi

b. Vital Sign Monitoring :


5) Monitor TD, nadi, suhu dan RR
6) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
7) Monitor TD, nadi dan RR sebelum dan sesudah aktivitas
8) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual/muntah


Intervensi :
a. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukkan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein da vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

b. Nutrition Monitoring
1) BB dalam batas normal
2) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
3) Monitor lingkungan selama makan
4) Monitor turgor kulit
5) Monitor mual dan muntah
6) Monitor makanan kesukaan
4. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
(kelemahan)
Intervensi :

Activity Therapy
a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program
therapy yang tepat
b. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
c. Monitor vital sign sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Intervensi :
Anxiety Reduction
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
c. Identifikasi tingkat kecemasan
d. Bantu pasien mengenal situasi mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
e. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

Anda mungkin juga menyukai