Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER SERVIKS

Dosen Pengampu : Tutik Rahayuningsih S.Kep.,Ns MPH

DISUSUN OLEH:

1) HAULAND NUGROHO (18121054)


2) ORIZA TIARISMI Q.R (18121064)
3) SEKAR MUTIARA .S (18121071)

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER SERVIKS

A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks
yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 ) .
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun,
90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat
pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina.

Anatomi fisiologi

( Sobatta,2006)
a. Genetalia eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan lemak,daerah ini di
tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva dilingkari oleh
labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk
kommisura posterior dan pereniam. Di bawah kulitnya terdapat jaringan lemak
seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi vulva, terdiri
atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut di
mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora,dengan
banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia
minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbedabeda
ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium
Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi oleh
kulit perenium.
2. Genetalia interna
a. Vagina
Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai
uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding
depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada
puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium.
Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang
uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal ±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kahamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
a) Endometrium
b) Myometrium
c) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah
merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum.Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-
kira 12cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat
fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba.
(Tambayong, 2002).

B. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat Kriteria
1. Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat bukti invasi.
2. Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses terbatas pada
serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
3. Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa
atau pembuluh darah.
4. Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan
invasi serviks uteri.
5. Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai vagina
(bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal pada salah satu sisi atau kedua
sisi.
6. Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate
tumor.
7. Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai pada
dinding panggul.
8. Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas kesalah
satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada
dinding panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh
tumor.
9. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.
10. Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
11. Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
12. Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektrum dan atau kandung kemih.
13. Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.
( Dr Imam Rasjidi, 2010 )

C. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak
diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1) HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada kondilom
akuminata.
c) Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh
beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian kanker
serviks yang meningkat.
d) DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
2) Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4) Berganti - ganti pasangan seksual.
5) Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.
6) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
7) Pemakaian Pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
8) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
9) Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smearsecara rutin dan
pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 ).

D. Manifestasi klinik
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
b. jaringan.
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
d. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
e. Perdarahan spontan saat defekasi.
f. Perdarahan diantara haid.
g. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
h. Anemia akibat pendarahan berulang.
i. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.
(Dr RamaDiananda, 2009)
E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan
syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat
mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan
dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien
dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks
stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan
kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh .
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit
membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal
radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau
kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahimini merasa cemas akan
penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisadikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman statuskesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selaludihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson,
2005)
F. Pathway

VIRUSHPV

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut hanya
dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa
digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka
harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam
ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal
anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur.
Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari
sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan
post pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor
intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.
b. Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum
adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre
insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama
beberapa hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan
rom dan jelaskan pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi
radiasi perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml
dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain
menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal dan
pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011).
c. 3 pola hidup sehat
1) Melakukan vaksin HPV
Vaksin ini bisa dimulai di berika pada anak perempuan berusia 12-13 tahun
dengan 2 dosis diberikan selama periode 6 bulan.Anak perempuan yang
berusia di atas 15 tahun tetap bisa melakukan vaksin HPV,tapi dengan 3 dosis
2) Mekakuan skrining serviks
Wanita dengan rentang usia 25-49 tahun di sarankan untuk melakukan skrining
setidaknya setiap 3 tahun sekali.Sedangkan diatas 50 tahun,boleh di lakukan
setiap 5 tahun sekali.
3) Hindari merokok
4) Menerapkan seks aman

H. Pemeriksaan diagnostik
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat
disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan
morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola
epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian
kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam
sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu
kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase.
Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika
karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes
Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan nlarutan lugol ( yodium 5g, kalium
yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah
yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan -
keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai
2. berada di endoserviks.
3. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
4. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
5. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
( Prof. R Sulaiman , 2006 )
I. Pengkajian fokus
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual
Salah satu faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah
dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat
ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear secara
rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, Perandiri,
emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan
Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang mulai
mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita
pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah
Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf - syaraf disekitar
panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat pada daerah tersebut.
8. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat memicu sel
kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti - ganti
pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya kemungkinan besar dapat timbul
gejala - gejala tersebut sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
9. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus haid adalah
salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10. Riwayat Keluarga
Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.
( Doengoes, 2005 )

J. Fokus intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kankerpada syaraf dan kematian sel.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria :
a. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0- 3.
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi,intensitas, dan skala nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi, message.
c. Awasi dan pantau TTV.
d. Berikan posisi yang nyaman.
e. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional :
a. Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
b. Mengurangi rasa nyeri.
c. Mengetahui tanda kegawatan.
d. Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.
e. Mengontrol nyeri maksimum.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
karena proses eksternal Radiologi .
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil :
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.
b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Berat badan klein normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan tetap sesuai
diit ( Rendah Garam ).
d. Pantau masukan makanan setiap hari.
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
Rasional :
a. Untuk mengetahui status nutrisi

b. Memantau peningkatan BB.

c. Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.

d. Identifikasi defisiensi nutrisi.

e. Agar nutrisi terpenuhi

3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam ( darah,


keputihan ).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi penyebaran
infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi .
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks
b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.
c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien keluarga,
pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.
d. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk
e. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.
Intervensi :
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.
b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.
c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.
d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.
e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.
f. Koloborasi pemeberian antibiotik.
Rasional :
a. Mengurangi terjadinya infeksi.
b. Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.
c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Membantu mempercepat penyembuhan.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Ratnawati,A. Per. Pend.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.2018.ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI.Yogyakarta:Pustaka Baru
Press.
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-desypuspit-6714-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai