Anda di halaman 1dari 20

Nama : Putri Puspitasari

NIM : 18121067

Materi Laboratorium Anak

A. Prosedur persiapan pasien dengan gangguan aktivitas untuk pemeriksaan diagnostik CT


Scan, EEG, EMG, MRI, Angiografi cerebral dan fungsi lumbal
1. CT Scan

Computerized tomography scan (CT scan) atau computerized axial tomography


scan (CAT scan) adalah prosedur pemeriksaan medis dengan menggunakan
kombinasi teknologi Rontgen atau sinar-X dan sistem komputer khusus untuk melihat
kondisi dalam tubuh dari berbagai sudut dan potongan.  
Hasil CT scan memiliki kualitas dan kedalaman yang lebih rinci dibanding foto
Rontgen biasa. CT scan umumnya digunakan sebagai alat bantu diagnosis, panduan
untuk melakukan tindakan selanjutnya, serta memantau kondisi sebelum dan sesudah
terapi. Untuk mendapatkan citra dari organ yang lebih jelas, terkadang diperlukan
kontras yang diberikan melalui suntikan di pembuluh darah atau diminum.
a. Indikasi dan Kontraindikasi CT Scan
Berikut ini contoh penerapan metode CT scan pada sejumlah organ tubuh, di
antaranya adalah:

1) Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker paru,


penyebaran kanker dari organ lain ke daerah dada, atau masalah pada jantung,
kerongkongan (esofagus), dan pembuluh darah besar (aorta).
2) Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, benda asing, dan pembesaran kelenjar getah bening,
atau melihat adanya divertikulitis serta radang usus buntu.
3) Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam saluran kemih, batu
ginjal, batu kandung kemih, penyakit terkait lainnya.
4) Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim, indung telur, saluran
tuba, atau kelenjar prostat.
5) Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi lengan, bahu, siku,
pergelangan tangan, tangan, paha, tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau kaki.
6) Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan dan keretakan tulang
tengkorak setelah cedera kepala.
7) Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang belakang, serta
melihat keadaan saraf tulang belakang.

Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan tanpa rasa
sakit. Namun, CT scan sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan
sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya terhadap janin. Penggunaan kontras pada
CT scan juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
dan alergi terhadap kontras.

b. Peringatan CT Scan
Bagi pasien yang akan melakukan prosedur CT scan dengan kontras, dokter yang
akan menanyakan mengenai riwayat alergi terhadap cairan pewarna khusus
(kontras) yang akan diberikan. Reaksi alergi terhadap zat kontras tersebut dapat
mengakibatkan kulit kemerahan dan gatal, atau kesulitan bernapas untuk kasus
yang lebih berat, namun hal ini jarang terjadi. Zat kontras juga diserap ke dalam
ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit dan dianggap aman. Tidak perlu
menghentikan pemberian ASI setelah dilakukan CT scan dengan kontras. Tapi bila
Anda masih merasa takut, disarankan untuk memompa dan mempersiapkan ASI
terlebih dahulu untuk mencukupi konsumsi bayi hingga 1-2 hari setelah CT scan.
Pemberian kontras pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal juga dapat
memperburuk gangguan tersebut, sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
Untuk penderita claustrophobia, yaitu takut terhadap ruang tertutup, bila perlu
diberikan obat penenang sebelum pelaksanaan CT scan.
Radiasi yang dikeluarkan dari CT scan berpotensi membahayakan janin,
khususnya pada trimester awal. Walaupun kecil, bahaya radiasi CT scan yang
kemungkinan dapat menyebabkan kanker, juga perlu perhatian khusus pada anak-
anak. Hal ini disebabkan anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi bila
dibandingkan dengan orang dewasa dan karena tubuhnya yang lebih kecil dari
orang dewasa, anak-anak cenderung mendapatkan paparan radiasi yang lebih
besar, bila pengaturan CT scan tidak disesuaikan untuk anak-anak. Selain itu,
kemungkinan hidup anak-anak lebih panjang bila dibandingkan dengan orang
dewasa, sehingga akan lebih banyak kondisi yang memungkinkan anak-anak
terpapar radiasi lainnya dalam sisa hidupnya. Konsultasikan kepada dokter
mengenai manfaat dan risikonya.
c. Sebelum CT Scan
Beberapa persiapan berikut ini perlu dilakukan sebelum prosedur CT scan, di
antaranya adalah:

1) Tidak makan atau minum beberapa jam sebelum prosedur dilakukan, terutama
bagi yang menggunakan kontras.
2) Melepaskan benda logam, seperti jam tangan, perhiasan, kacamata, sabuk, dan
sebagainya agar hasil pencitraan tidak terganggu. Pihak rumah sakit juga akan
memberikan pakaian khusus untuk digunakan oleh pasien.
3) Pasien yang akan menjalankan pencitraan di bagian perut akan diminta untuk
tidak mengonsumsi makanan padat pada malam hari sebelum CT scan
dilakukan. Obat pencahar mungkin akan diberikan untuk membersihkan usus.

Untuk mendapatkan hasil gambar yang lebih jelas dan membuat perbedaan dengan
organ atau area di sekitarnya, dokter akan memberikan zat warna khusus (kontras),
yang dapat diberikan melalui:

1) Pasien akan diminta untuk meminum zat tersebut, khususnya jika CT scan
dilakukan untuk melihat kerongkongan (esofagus) atau lambung. Zat tersebut
mungkin akan terasa tidak enak.
2) Dokter akan menyuntikkan zat tersebut melalui pembuluh darah vena di lengan
untuk memperjelas kondisi organ tertentu, misalnya kandung empedu, saluran
kemih, hati, atau aliran pembuluh darah. Tubuh pasien mungkin akan terasa
hangat dan merasakan sensasi rasa logam di mulut setelah penyuntikan
dilakukan.
3) Zat akan dimasukkan melalui dubur pasien untuk memperjelas kondisi usus
saat pencitraan. Pasien mungkin akan merasa begah dan tidak nyaman saat
prosedur dilakukan.
2. EEG

Elektroensefalogram (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur


aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tes EEG
juga disebut sebagai tes gelombang otak atau rekam otak. Uji EEG tidak invasif.
Prosedurnya dengan menempelkan elektroda di sepanjang kulit kepala. EEG
mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan dari arus ionik di dalam otak. Tes EEG
ini efektif untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti tanda penyakit Epilepsi atau
mendeteksi Alzheimer. Selain itu EEG juga merupakan prosedur scanning untuk koma
atau sindrom otak organik, dan dapat bertindak sebagai indikator kematian otak.
Tumor, abses, jaringan parut otak, darah yang membeku serta infeksi dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan, yang
akan terdeteksi dengan menggunaakan EEG.

Persiapan Tes EEG

Sebaiknya pasien tidak mengonsumsi kopi, teh, coklat, atau meminum soda sebelum
tes dilakukan. Minuman-minuman tersebut sebaiknya dihindari karena memiliki
pengaruh stimulasi perubahan gelombang EEG. Selain minuman tersebut, sebaiknya
pasien juga memperhatikan kadar gula darah karena dapat menyebabkan perubahan
pada pola gelombang otak. Tes EEG membutuhkan waktu 45-60 menit atau lebih lama
jika pemeriksaan yang dilakukan adalah sleep EEG. Pastikan pasien berkonsultasi
dengan dokter spesialis saraf sebelum melakukan EEG
3. EMG

Elektromiografi adalah suatu teknik untuk mengevaluasi dan merekam sinyal aktivitas
otot. Pemeriksaan Elektromiografi dilakukan menggunakan alat yang
disebut electromyograph, lalu rekaman yang dihasilkan disebut dengan
Elektromiogram. Teknik ini mendeteksi potensial aksi dari sel-sel otot saat sel-sel
berkontraksi dan relaksasi dengan menggunakan elektroda yang ditempel di atas
jaringan otot. EMG dilakukan ketika pasien mengalami kelemahan otot. Pemeriksaan
ini dapat membantu untuk membedakan antara masalah-masalah yang berasal dari otot
itu sendiri atau dari gangguan syaraf.

Indikasi

Memiliki tanda-tanda serta gejala yang mengindikasikan kelainan saraf atau otot.
Gejala-gejalanya misalnya rasa geli atau kesemutan yang sering terjadi, kebas, otot
melemah, sakit otot atau kram yang sering, atau rasa tidak nyaman serta sakit pada
sendi lainnya.

Hasil dari elektromiografi dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis atau menentukan


kondisi kesehatan seperti kelainan otot (dystrophy atau polymyositis), penyakit yang
mempengaruhi hubungan antara saraf dan otot seperti myasthenia gravis, kelainan
pada saraf di luar saraf tulang belakang, serta kelainan atau penyakit yang
mempengaruhi akar saraf.
Risiko dan Persiapan Pemeriksaan Elektromiografi

Pemeriksaan ini pada dasarnya bukan prosedur yang berisiko tinggi. Jarang ditemukan
komplikasi setelah elektromiografi dilakukan. Namun terdapat kemungkinan terjadi
perdarahan kecil, infeksi, atau cedera saraf ketika jarum elektroda ditusukkan ke
tubuh.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang paling tepat dan menurunkan risiko
komplikasi, sebaiknya lakukan persiapan sebelum melakukan elektromiografi.
Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter spesialis saraf Anda terlebih dahulu.
Tanyakan pada dokter spesialis saraf Anda apakah Anda perlu menghentikan
pengobatan yang sedang Anda jalani. Jika dokter melarang beberapa penggunaan obat,
hentikan konsumsi obat tersebut untuk sementara sesuai anjuran. Selain itu beritahu
dokter Anda jika Anda memiliki kondisi kesehatan khusus. Misalnya:
menggunakan pacemaker atau alat kesehatan elektrik di tubuh, atau jika mengonsumsi
obat-obatan yang terkait dengan darah misalnya antikoagulan atau obat pencegah
penggumpalan darah. Pastikan Anda memberitahu dokter jika Anda memiliki
homophilia atau kelainan pembekuan darah.

Sebelum melakukan proses elektromiografi, mandilah dan bersihkan tubuh Anda


dengan sabun. Jangan menggunakan pelembab tubuh (body lotion atau body cream)
sebelum pemeriksaan dilakukan

4. MRI

Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik


adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio
untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan
gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan pada tes lain, seperti
Rontgen, USG, atau CT scan.

Pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin
dengan magnet yang kuat. Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI berupa foto
digital yang dapat disimpan di komputer dan dicetak untuk dipelajari lebih lanjut.
Indikasi

MRI adalah salah satu cara dokter memeriksa dan menghasilkan gambar organ,
jaringan, dan sistem rangka dengan resolusi tinggi. Hal itu nantinya dapat membantu
dokter mendiagnosis berbagai masalah seputar kesehatan Anda. Pemeriksaan MRI
juga dapat digunakan sebagai salah satu penentu langkah pengobatan dan
mengevaluasi efektivitas terapi.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa Anda harus melakukan MRI, di antaranya:

a. Otak dan saraf tulang belakang


MRI paling sering digunakan sebagai metode pencitraan otak dan saraf tulang
belakang. MRI pada otak juga dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan langkah
operasi otak dengan melakukan identifikasi area bahasa dan kendali gerakan yang
penting. Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat
didiagnosis dengan MRI, antara lain stroke, tumor, aneurisma, multiple sclerosis,
cedera otak akibat kecelakaan, peradangan pada saraf tulang belakang, serta
gangguan mata dan telinga bagian dalam.
b. Jantung dan pembuluh darah
MRI yang dilakukan pada jantung atau pembuluh darah bertujuan untuk melihat
beberapa hal, seperti ukuran dan fungsi pada ruang jantung, ketebalan dan gerakan
dinding jantung, serta tingkat kerusakan akibat serangan jantung atau penyakit
jantung. Selain itu, MRI juga dapat digunakan untuk mendeteksi masalah
struktural pada urat nadi, seperti dinding pembuluh darah yang melemah atau
sobek, maupun radang dan penyumbatan pada pembuluh darah.
c. Tulang dan sendi
Pada bagian tulang dan sendi, MRI rupanya dapat membantu mengevalusi kondisi
seperti infeksi tulang, kelainan pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang
belakang, tumor pada tulang dan jaringan lunak, serta peradangan sendi. Juga
dapat mengetahui kondisi abnormal pada sendi yang disebabkan cedera fisik
akibat kecelakaan atau cedera berulang.
d. Payudara
MRI dapat digunakan pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker
payudara atau bagi mereka yang memiliki jaringan payudara yang padat. Langkah
ini efektif untuk memberikan informasi tambahan dalam mendeteksi keberadaan
sel kanker payudara selain menggunakan mamografi.
e. Organ internal lain
MRI juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tumor atau gangguan lain dari
berbagai organ tubuh bagian dalam, termasuk hati, ginjal, limpa, pankreas, rahim,
ovarium, prostat dan testis.

Memperhitungkan Risiko

Tidak seperti foto Rontgen dan CT scan, MRI tidak menggunakan radiasi sinar-X
dalam prosesnya. Ini berarti orang yang rentan terhadap risiko radiasi, seperti ibu
hamil, bisa menjalani MRI. Anda yang menjalani prosedur tersebut juga tidak akan
merasa sakit.

Hingga kini belum ada bukti terhadap risiko dari medan magnet dan gelombang radio
selama penggunaan MRI.

Kemungkinan rasa tidak nyaman akan dirasakan bagi Anda yang memiliki rasa takut
berada di ruang tertutup (claustrophobia), yang dapat dibicarakan dengan dokter atau
petugas medis yang bertanggung jawab di ruang radiologi. Kemungkinan Anda akan
diberikan obat penenang untuk membuat Anda merasa mengantuk dan mengurangi
rasa cemas sebelum dipindai.

Yang juga perlu diperhatikan, Pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua
orang. MRI tidak bisa dilakukan pada mereka yang menggunakan alat bantu berbahan
logam khusus seperti alat pacu jantung atau pacemaker implan. Selain karena tidak
aman, logam itu kemungkinan akan mengganggu gambar yang dihasilkan MRI.
Informasikan pada dokter atau petugas medis jika pada tubuh Anda terdapat logam
atau alat elektronik, seperti:
a. implan koklea pada telinga
b. defibrilator jantung yang ditanamkan
c. katup jantung buatan (artificial heart valves)
d. sendi buatan berbahan logam (metallic joint prostheses)
e. peluru atau serpihan logam
f. klip logam (metal clip) atau cincin logam pada pembuluh darah

Konsultasi lanjutan diperlukan bagi Anda yang memiliki gangguan fungsi ginjal atau
hati sebelum MRI. Ada proses pemindaian MRI yang memerlukan cairan kontras
untuk hasil terbaik, namun sebaiknya dihindari atau dibatasi jika memiliki gangguan
ginjal atau hati. Jika memiliki tato, Anda juga sebaiknya berkonsultasi sebelum
dilakukan pemeriksaan MRI. Tinta pada tato mungkin dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan.

Langkah Persiapan

Sebelum melakukan pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal dan
mengonsumsi obat-obatan seperti biasa, kecuali dokter menyarankan sebaliknya. Pada
keadaan tertentu dokter mungkin akan memberikan materi kontras yang disuntikkan
melalui pembuluh darah di tangan atau lengan. Materi kontras dapat meningkatkan
tampilan gambar untuk detail tertentu pada pemeriksaan MRI.

Sebelum Anda diperiksa, maka Anda akan diminta untuk mengganti pakaian Anda
dengan pakaian khusus yang disediakan oleh rumah sakit, serta melepas benda-benda
di tubuh Anda. Terutama jika Anda memakai perhiasan, seperti cincin, anting, kalung,
jam tangan, atau jepit rambut. Petugas medis juga akan meminta Anda untuk  melepas
kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu, atau bra dengan penyangga logam yang Anda
gunakan

5. Angiografi cerebral

Angiografi adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan sinar-X (Rontgen)


untuk melihat pembuluh darah arteri dan vena. Angiografi membantu dokter dalam
menentukan gangguan dan tingkat kerusakan pembuluh darah. Pemeriksaan umumnya
dilakukan pada pasien yang mengalami penyumbatan pembuluh darah seperti penyakit
jantung koroner.
Dalam prosedur angiografi, dokter menyuntikkan zat pewarna (kontras) ke pembuluh
darah. Dengan zat ini, aliran darah bisa terlihat dengan jelas oleh foto Rontgen. Hasil
pencitraan angiografi akan cetak dalam bentuk foto Rontgen dan disimpan dalam file
komputer.

Berdasarkan daerah pembuluh darah yang diperiksa, angiografi dibagi menjadi


beberapa jenis, yaitu:

a. Coronary angiography, untuk memeriksa pembuluh darah koroner di jantung.


b. Cerebral angiography, untuk memeriksa pembuluh darah di otak.
c. Renal angiography, untuk memeriksa pembuluh darah di ginjal.
d. Pulmonary angiography, untuk memeriksa pembuluh darah di paru-paru.
e. Fluorescein angiography, untuk memeriksa pembuluh darah di mata.
f. Extremity angiography, untuk memeriksa pembuluh darah di lengan dan tungkai.

Selain menggunakaan teknik foto Rontgen, angiografi juga menerapkan teknik


pemindaian melalui computerised tomography (CT) angiography atau magnetic
resonance (MR) angiography

Indikasi Angiografi

a. Pecah pembuluh darah yang menyebakan perdarahan organ dalam.


b. Perubahan kondisi pembuluh darah yang disebabkan oleh cedera atau kerusakan
organ.
c. Tumor.
d. Aterosklerosis, yaitu penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri yang
dapat terjadi di otak (stroke), jantung (penyakit jantung koroner), atau tungkai dan
lengan (penyakit arteri perifer).
e. Aneurisma atau pembesaran pembuluh darah pada satu area tubuh, seperti otak
atau pembuluh darah pesar aorta.
f. Emboli paru atau penyumbatan pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke
paru-paru.
g. Hambatan pasokan darah ke ginjal.

Peringatan Angiografi

Berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter bila memiliki kondisi seperti di bawah
ini:

a. Wanita hamil atau sedang merencanakan kehamilan.


b. Ibu menyusui.
c. Memiliki riwayat alergi, terutama alergi terhadap kontras.
d. Mengalami gangguan pembekuan atau sedang mengonsumsi obat pengencer
darah.
e. Menderita diabetes dan penyakit ginjal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum tindakan angiografi adalah:

a. Tidak diperbolehkan untuk makan dan minum selama 4-8 jam sebelum prosedur
angiografi dimulai.
b. Bagi penderita diabetes akan dilakukan penyesuaian dosis obat minum maupun
insulin sebelum dilakukan tindakan.
c. Menghentikan obat-obatan pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin beberapa
hari sebelumnya.

6. Fungsi Lumbal

Lumbar puncture atau lumbal pungsi adalah prosedur pengambilan cairan tulang


belakang dan otak (serebrospinal). Prosedur ini dilakukan dengan menusukkan
jarum ke celah tulang belakang di punggung bagian bawah.
Prosedur lumbal pungsi biasanya digunakan untuk pemeriksaan penyakit otak dan
saraf tulang belakang, seperti meningitis atau multiple sclerosis. Prosedur ini juga
dapat dilakukan untuk memasukkan obat langsung ke otak atau saraf tulang belakang.

LP dapat dilakukan pada orang dewasa, bayi, dan anak-anak. Namun, pasien yang
sedang hamil, alergi obat bius, atau yang sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu,
seperti obat pengencer darah, perlu menginformasikannya kepada dokter sebelum
melakukan prosedur ini.

Tujuan dan Indikasi Lumbal Pungsi (LP)

Prosedur lumbal pungsi dapat dilakukan sebagai metode diagnosis maupun


pengobatan. Berikut adalah beberapa tujuan dilakukannya prosedur ini:

a. Mengambil sampel cairan serebrospinal untuk mendeteksi suatu penyakit.


b. Melihat tekanan di dalam rongga kepala dan tulang belakang.
c. Memasukkan obat-obatan ke dalam sistem saraf, seperti obat bius atau obat
kemoterapi.
d. Memasukkan cairan pewarna atau zat radioaktif ke dalam cairan serebrospinal
sebelum melakukan pemindaian.

Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal

Pemeriksaan sampel cairan otak dan saraf tulang belakang (cairan serebrospinal)
melalui lumbal pungsi bermanfaat untuk mendeteksi kelainan pada sistem saraf,
seperti infeksi, perdarahan, atau kanker. Beberapa penyakit yang dapat membutuhkan
lumbal pungsi untuk mendiagnosisnya adalah:
a. Meningitis
b. Radang otak
c. Tumor pada otak dan sumsum tulang belakang
d. Pendarahan subarachnoid
e. Sindrom Reye
f. Myelitis
g. Neurosifilis
h. Sindrom Guillain-Barre
i. Multiple sclerosis

Peringatan Sebelum Melakukan Lumbal Pungsi (LP)

Sebelum lumbal punggsi dilakukan, pasien perlu menginformasikan kepada dokter


bila sedang atau pernah mengalami gangguan pembekuan darah. Hal ini agar dokter
dapat mengantisipasi komplikasi yang mungkin terjadi.

Karena obat bius akan diberikan sebelum dilakukan lumbal pungsi, pasien juga perlu
memberi tahu dokter jika memiliki alergi terhadap obat bius tertentu, untuk mencegah
reaksi alergi obat.

Pasien perlu menginformasikan kepada dokter jika sedang menggunakan obat


pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin. Obat pengencer darah dapat
menyebabkan perdarahan saat prosedur lumbal pungsi dilakukan. Oleh karena itu,
dokter biasanya akan meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat tersebut
sejak beberapa hari sebelumnya.

Persiapan Sebelum Lumbal Pungsi (LP)

Saat awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan
melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti tes darah, CT scan, atau MRI, jika diperlukan.

Pasien disarankan untuk meningkatkan asupan cairan dengan memperbanyak minum


air putih, sejak 2 hari sebelum prosedur lumbal pungsi dilakukan. Pasien juga perlu
puasa selama 3 jam sebelum prosedur, namun tetap diizinkan untuk minum air putih.

Untuk alasan keamanan dan kenyamanan, pasien sebaiknya didampingi oleh keluarga
atau kerabat karena tidak diperbolehkan membawa kendaraan selama 24 jam setelah
prosedur. Pasien juga tidak disarankan menggunakan transportasi umum seorang diri.
Pasien sebaiknya tiba di rumah sakit 1 jam sebelum prosedur dilakukan untuk
mempersipkan diri. Pasien akan diminta untuk mengganti pakaian dengan pakaian
rumah sakit yang sudah disediakan. Oleh karena itu, pasien sebaiknya memakai
pakaian dan alas kaki yang mudah dilepas pasang.

Pasien juga akan diminta untuk melepas semua perhiasan yang digunakan, termasuk
anting. Agar lebih mudah, sebaiknya pasien tidak mengenakan aksesoris atau
perhiasan apa pun dari rumah.

B. Prosedur persiapan pasien pemeriksaan diagnostik pada anak dengan gangguan kebutuhan
oksigen
1. Perekaman EKG

Elektrokardiogram (EKG) adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam


aktivitas listrik jantung. Tes ini menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik yang
disebut elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls listrik
menjadi grafik yang ditampilkan pada layar pemantau.

EKG tidak menyakitkan karena tanpa pengaliran arus listrik dan tanpa sayatan
(noninvasif). Dokter akan menempelkan elektrode, umumnya berjumlah 10 atau 12
buah, berbahan plastik dan berukuran kecil, di dada, lengan, dan tungkai. Elektrode
disambungkan dengan kabel-kabel ke mesin elektrokardiograf. Aktivitas kelistrikan
jantung kemudian diukur dan dicetak oleh mesin EKG, serta diinterpretasi oleh dokter
sebagai penunjang diagnosis.

Dokter merekomendasikan EKG bagi pasien yang mengalami gejala-gejala gangguan


jantung, seperti:

a. Nyeri dada.
b. Sulit bernapas.
c. Cepat lelah dan lemas.
d. Berdebar-debar dan gangguan irama jantung.
Indikasi dan Kontraindikasi Elektrokardiogram

Elektrokardiogram (EKG) dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi seperti:

a. Serangan jantung.
b. Penyakit jantung koroner.
c. Gagguan elektrolit.
d. Keracunan dan efek samping obat.
e. Evaluasi efektivitas dari alat pacu jantung.

Tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram, kecuali pasien menolak


dilakukan pemeriksaan.

Sebelum Elektrokardiogram

Secara umum, tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan elektrokardiogram


(EKG), terkadang EKG dilakukan pada keadaan gawat darurat untuk mendeteksi
serangan jantung dan mengetahui kondisi kerja jantung yang mungkin menyertai
penyakit lainnya. Namun bila pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan
EKG, sebaiknya hindari pemakaian losion, minyak, atau bedak pada tubuh, terutama
dada. Bila terdapat bulu pada dada, sebaiknya juga dicukur. Hal tersebut terkadang
dapat membuat elektrode sulit menempel pada tubuh. Informasikan kepada dokter
mengenai obat-obatan, suplemen, dan herba yang sedang dikonsumsi.

2. Pengambilan sputum, specimen darah vena dan arteri


a. Sputum

Indikasi teknik batuk efektif,Dilakukan pada pasien seperti :COPD/PPOK,


Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post operasi

Kontra indikasi batuk efektif

1) Tension pneumotoraks 
2) Hemoptisis 
3) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard
akut infark dan aritmia. 
4) Edema paru 
5) Efusi pleura yang luas

Alat dan Bahan yang disediakan

1) Tissue/sapu tangan
2) Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen, air bayclin, air
lisol) atau pasir.
3) Gelas berisi air hangat

Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahak

1) Siapkan tempat pembuangan dahak: kaleng berisi cairan desinfektan yang


dicampur dengan air (air sabun / detergen, air bayclin, air lisol) atau pasir
2) Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng
3) Buang dahak ke tempat tersebut
4) Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
5) Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
6) Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
7) Bersihkan kaleng dengan sabun

b. Darah vena
Pemeriksaan darah vena biasanya diambil dari lipatan siku tangan dan dilakukan
untuk menentukan tes diagnostik.Pada orang dewasa biasanya diambil dari vena
median cubiti.Pada bayi, dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus
sagittalis superior.Memberikan informasi sistem hematologi dan sistem tubuh
yang lain. Berupa CBC (Complete Blood Count), elektrolit serum, dan kimia
darah. Penusukan vena kadang sulit, karena beberapa hal.Kulit pada orang muda
kadang sulit ditusuk karena tebal dan kuat.Pada pasien lansia, vena cendrung ‘lari’
saat ditusuk dengan jarum atau adanya penebalan dan pengerasan vena oleh
adanya aterosklerosis.Pemeriksaan CBC digunakan tabung EDTA

c. Darah arteri
Dilakukan untuk pemeriksaan AGDA (Analisis Gas Darah Arteri)
dan elektrolit.AGDA dilakukan untuk mengetahui status respirasi atau status asam
basa darah klien.Area yang diambil adalah arteri radialis, brachialis atau
femoralis.Berikan penekanan dan waspadai adanya okulsi pada klien.Tanda okulsi
arteri adalah kesemutan pada tangan, tangan berwarna pucat dan tidak adanya
denyut perifer.

3. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan echokardiografi

Ekokardiografi (USG jantung) adalah sebuah metode pemeriksaan dengan


menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar struktur
organ jantung. Ekokardiografi biasanya dibantu oleh teknologi Doppler di mana
teknologi ini dapat membantu mengukur kecepatan dan arah aliran darah.

Ekokardiografi digunakan untuk memeriksa adanya kelainan pada struktur jantung,


pembuluh darah, aliran darah, serta kemampuan otot jantung dalam memompa darah.
Metode pencitraan ini sering digunakan untuk mendeteksi potensi penyakit jantung
sehingga dapat diputuskan pengobatan yang tepat, dan juga digunakan untuk
mengevaluasi pengobatan.

Berikut ini adalah beberapa jenis ekokardiografi yang umumnya disarankan:

a. Transthoracic echocardiogram  (TTE). Tidak berbeda dengan USG pada


umumnya, TTE menggunakan sensor elektroda alat probe yang ditempelkan dan
digerakkan di atas dada pasien, dengan hasil yang langsung terlihat pada monitor.
Tes ini kerap menjadi pilihan untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung, juga
untuk mendeteksi jika terdapat penyakit atau kelainan jantung.
b. Transesophageal echocardiogram (TEE). Tes ini menggunakan alat endoskopi
yang dimasukkan melalui mulut menuju kerongkongan (esofagus) untuk
menangkap gambar struktur jantung secara rinci, tanpa terhalang gambar dada dan
paru-paru. TEE umumnya disarankan ketika gelombang TTE tidak dapat
menangkap gambar secara jelas, khususnya ketika pasien akan menjalani operasi
jantung.

Selain itu, terdapat juga stress echocardiogram yang dilakukan untuk memeriksa


kekuatan fungsi jantung dan aliran darah saat beraktivitas atau ketika jantung
distimulasi. Selain dilakukan stimulasi, pasien dapat disuntik zat pewarna (kontras)
untuk melihat gambaran jantung lebih jelas.       

Indikasi Ekokardiografi

Berikut adalah indikasi yang menjadi pertimbangan dokter dalam memilih jenis
ekokardiografi:

Transthoracic echocardiogram (TTE)

a. Gangguan irama jantung.


b. Penyakit katup jantung.
c. Kerusakan jantung pasca serangan jantung.
d. Penyakit jantung bawaan.
e. Gangguan pompa jantung.
f. Mencari gumpalan darah di jantung yang mungkin menjadi penyebab stroke.
g. Perikarditis, yaitu peradangan pada selaput yang melapisi jantung (perikardium).
h. Efusi perikardium, yaitu penimbunan cairan dalam kantong di sekitar jantung.
i. Infeksi pada atau di sekitar katup jantung.
j. Kelainan otot jantung.
k. Hipertensi pulmonal.

Transesophageal echocardiogram (TEE )

a. Hasil dari TTE tidak jelas, biasanya karena struktur dada, paru-paru, atau lemak
yang menutupi (pada penderita obesitas).
b. Memerlukan pencitraan yang lebih rinci, misalnya sebelum melakukan operasi
jantung.
Stress echocardiogram

a. Gangguan irama jantung dan gangguan tekanan darah saat berolahraga atau saat
mengalami tekanan fisik.
b. Dicurigai memiliki penyakit jantung koroner yang berpotensi mengakibatkan
serangan jantung.
c. Memeriksa pasokan oksigen ke otot jantung saat aktivitas.
d. Melihat batas kemampuan jantung guna kepentingan program rehabilitasi jantung.
e. Evaluasi keberhasilan pengobatan dan tindakan medis, seperti obat antiangina,
obat antiaritmia, operasi bypass, dan pemasangan ring.

Peringatan Ekokardiografi

Pencitraan ekokardiografi tergolong aman, termasuk untuk janin, dikarenakan tidak


menggunakan radiasi. Meskipun ekokardiografi tergolong aman, gelombang suara
tidak mampu menembus dinding dada yang tebal (pada pasien obesitas) atau bila
dinding dada didominasi oleh tulang rusuk (biasanya pada pasien yang sangat kurus).
Dokter mungkin akan merekomendasikan tes lainnya.

Beri tahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat tertentu, obat-obatan yang
rutin dikonsumsi, atau menggunakan alat pacu jantung. Bagi pasien yang secara
khusus akan melakukan tes TEE, beri tahu dokter jika terdapat gangguan di
kerongkongan, seperti disfagia, hernia hiatus, atau kanker esofagus. Bagi penderita
aritmia atau penyakit jantung coroner, harap berhati-hati saat melakukan
pemeriksaan stress echocardiogram.

Sebelum Ekokardiografi

Persiapan sebelum ekokardiografi akan disesuaikan dengan jenis tes yang akan
dilakukan. Umumnya, pasien diperbolehkan untuk makan dan minum seperti biasa
sebelum TTE.

Jika sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, tanyakan kepada dokter jika ada yang
perlu dihentikan sebelum TTE dilakukan. Beberapa contoh obat yang umumnya
dihindari selama 24 jam sebelum TTE dilakukan adalah obat penghambat beta
(misalnya bisoprolol), isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate, dan nitrogliserin.
Bagi pasien yang mengonsumsi obat diabetes atau dalam perawatan insulin juga perlu
memberi tahu dokter. Pasien disarankan untuk membawa obat hirup (inhaler) apabila
sedang menggunakannya.

Untuk TEE , pasien akan diminta berpuasa beberapa jam sebelum tindakan, guna
menghindari mual, muntah, dan masuknya isi lambung ke dalam paru-paru. Dokter
akan menyuntikkan obat sedatif sebagai penenang dan menyemprotkan obat bius lokal
ke dalam tenggorokan, agar pasien tidak merasa nyeri saat alat endoskopi dimasukkan.
Pasien akan diminta untuk melepas gigi palsu, apabila ada, sebelum tindakan.

Untuk persiapan stress echocardiogram, pasien perlu berpuasa selama 4 jam (air putih


masih diperbolehkan) sebelum tindakan. Selain itu, hindari merokok dan konsumsi
obat, makanan, atau minuman yang mengandung kafein seperti cokelat, kola, kopi,
dan teh, 24 jam sebelum tindakan. Di hari pemeriksaan, pasien akan diminta untuk
menggunakan pakaian dan sepatu yang nyaman untuk berolahraga. 

Jika diperlukan, dokter akan menyuntikkan kontras sebelum ekokardiografi dilakukan,


agar gambar aliran darah yang dihasilkan menjadi lebih jelas.

Anda mungkin juga menyukai