Disusun Oleh :
Muhammad Nafis
NIM: PO.62.20.1.22.022
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Bronkopneumonia Suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli
atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (RIyadi
sujono%Sukarmin,2009)
B. Etiologi
D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus)
& sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab :
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah
untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,
Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah
untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin
untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina
2001 : 684).
Pemeriksaan Radiologi :
f. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
g. Laringoskopi / bronkoskopi
untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M,
Nettina, 2001).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Fokus
1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap
tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan
dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -
menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu pernafasan
(misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan
difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup
(yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane
mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.
5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
Data Subjektif : Meliputi hal-hal yang dirasakan dan dialami pasien.
Data Objektif : Meliputi hal-hal yang bisa diukur dan dilihat oleh perawat
• Tingkat kesadaran
• Berat badan : sebelum dan sesudah terdampak GEA
• Tanda-tanda vital : suhu, nadi, saturasi O2, tekanan darah, respiratory rate
• Pemeriksaan fisik : head to toe (gunakan inspeksi, palpasi, perkusi,
Pemeriksaaan Hasil Laboratorium : Pemeriksaan darah, pemeriksaaan sputum, analisis gas
darah, kultur darah. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi.
J. Diagnosa Keperawatan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas intervensi (SIKI I.01014)
(SDKI D.0003) b.d keperawatan
membrane alveolus diharapkan Observasi
kapiler, gangguan Pertukaran Gas - Monitor frekuensi,
kapasitas pembawa (SLKI L.01003) irama, kedalaman
oksigen darah, Meningkat, dengan dan upaya napas
gangguan penerimaan kriteria hasil : - Monitor pola napas
oksigen (seperti bradypnea,
1. Tingkat takipnea,
Gejala dan Tanda kesadaran hiperventilasi,
Mayor 2. Dispnea kussmaul, Cheyne-
Subjektif : 3. Bunyi napas stokes, biot, ataksik)
1. Dispnea tambahan - Monitor kemampuan
Objektif : 4. Pusing batuk efektif
1. PCO2 meningkat / 5. Penglihatan - Monitor adanya
menurun. kabur produksi sputum
2. PO2 menurun. 6. Diaforesis - Monitor adanya
3. Takikardia. 7. Gelisah sumbatan jalan napas
4. pH arteri 8. Napas cuping - Palpasi kesimetrisan
meningkat/menurun. hidung ekspansi paru
5. Bunyi napas 9. PCO2 - Auskultasi bunyi
tambahan. 10. PO2 napas
Kondisi klinis terkait : 11. Takikardia - Monitor saturasi
Bronkopneumonia 12. pH arteri oksigen
13. Sianosis - Monitor nilai analisa
14. Pola napas gas darah
15. Warna kulit - Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
K. Evaluasi
Dx 1 (Bersihan jalan nafas tidak efektif SDKI D.0001)
- Klien mengatakan batuk dan pilek berkurang
- Pasien mampu mempraktekkan secara mandiri batuk efektif
Dx 2 (Gangguan pertukaran gas SDKI D.0003)
- Frekuensi nafas kembali normal
- Saturasi oksigen membaik
- Tidak ada sputum lagi
- Sesak nafas teratasi
Daftar Pustaka