Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

BRONKOPNEUMONIA (BRPN) PADA ANAK


RSUD dr. DORIS SYLVANUS

Disusun Oleh :

Muhammad Nafis

NIM: PO.62.20.1.22.022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PRODI D III KEPERAWATAN REGULER XXV A

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah,2005).

Bronkopneumonia Suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli
atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran
langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (RIyadi
sujono%Sukarmin,2009)

B. Etiologi

Umumnya individu yg terserang bronchopneumonia diakibatkan karena adanya penurunan


mekanisme pertahanan daya tahan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yg
normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yg
terdiri atas : reflek glotis & batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yg menggerakkan
kuman ke arah keluar dari organ, & sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia biasanya disebabkan oleh virus, jamur, protozoa, bakteri,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Virus : Legionella pneumoniae
2. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
3. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan Gejalanya berupa :
1. Batuk
2. Pilek
3. Napas Cepat
4. Kadar Oksigen menurun
5. Detak Jantung Lebih cepat
6. Kehilangan nafsu makan

D. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakter, virus)
& sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin, minyak tanah, &
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme dapat masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini dapat masuk ke
saluran pernapasan atas & menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini
menyebabkan peradangan, di mana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan
diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan
secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit & pasien dapat merasa sesak. Tidak Hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru & mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak Hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini dapat juga menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi
agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lab :
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001: 684).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 : 435).
c. Analisa gas darah
untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,
Nettina, 2001 : 684).
d. Kultur darah
untuk mendeteksi bakterimia.
e. Sampel darah, sputum, dan urin
untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina
2001 : 684).

Pemeriksaan Radiologi :
f. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
g. Laringoskopi / bronkoskopi
untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M,
Nettina, 2001).

G. Penatalaksanaan Medis
1. Oksigen 1-2 liter per menit.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transport muskusilier.
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit (Arief Mansjoer, 2000).

H. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian
yang berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA.
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI.
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara
sesak dan sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

I. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Fokus

a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.


b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas, disertai
batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang
sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang
misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor keturunan
tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
Pola Pengkajian

1. Pernafasan
Gejala :
Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum
setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap
tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan
dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus -
menerus.
Tanda :
Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untukbernafas, penggunaan otot bantu pernafasan
(misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada :
Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk barel), gerakan
difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

2. Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung / takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup
(yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna kulit / membrane
mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Makanan / cairan
Gejala :
Mual / muntah.
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema).
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda :
Turgor kulit buruk.
Berkeringat.
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.

4. Aktifitas / istirahat
Gejala :
Keletihan, keletihan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari- hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam
posisi duduk tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat.
Tanda :
Keletihan.
Gelisah/ insomnia.
Kelemahan umum / kehilangan masa otot.

5. Integritas ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko.
Tanda :
Perubahan pola hidup.
Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

6. Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
7. Keamanan
Gejala :
Riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor
lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
Data Subjektif : Meliputi hal-hal yang dirasakan dan dialami pasien.

Data Objektif : Meliputi hal-hal yang bisa diukur dan dilihat oleh perawat
• Tingkat kesadaran
• Berat badan : sebelum dan sesudah terdampak GEA
• Tanda-tanda vital : suhu, nadi, saturasi O2, tekanan darah, respiratory rate
• Pemeriksaan fisik : head to toe (gunakan inspeksi, palpasi, perkusi,
Pemeriksaaan Hasil Laboratorium : Pemeriksaan darah, pemeriksaaan sputum, analisis gas
darah, kultur darah. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi.
J. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
Napas Tidak Efektif intervensi (SIKI I.01006)
(SDKI D.0001) b.d keperawatan
dengan inflamasi diharapkan Bersihan Observasi
trakeobonkial. Jalan Nafas (SLKI - Identifikasikemampu
Pembentukan edema L.01001) Membaik an batuk
peningkatan produksi Dengan kriteria hasil : - Monitor adanya
sputum 1. Kontrol Gejala retensi sputum
2. Pertukaran Gas - Monitor tanda dan
Gejala dan Tanda 3. Respons Alergi gejala infeksi saluran
Mayor Lokal napas
Subjektif : 4. Respons Alergi - Monitor input dan
1. – Sistemik output cairan (mis.
Objektif : 5. Respons jumlah dan
1. batuk tidak efektif Ventilasi karakteristik)
2. tidak mampu batuk. Mekanik
3. sputum berlebih. 6. Tingkat Infeksi. Terapeutik
4. Mengi, wheezing - Atur posisi semi-
dan / atau ronkhi Fowler atau Fowler
kering. - Pasang perlak dan
5. Mekonium di jalan bengkok di pangkuan
nafas pada Neonatus. pasien
Gejala dan Tanda - Buang sekret pada
Minor tempat sputum
Subjektif :
1. Dispnea. Edukasi :
2. Sulit bicara. - Jelaskan tujuan dan
3. Ortopnea. prosedur batuk
Objektif : efektif
1. Gelisah. - Anjurkan tarik napas
2. Sianosis. dalam melalui
3. Bunyi napas hidung selama 4
menurun. detik, ditahan selama
4. Frekuensi napas 2 detik,
berubah. kemudian keluarkan
5. Pola napas dari mulut dengan
berubah. bibir mencucu
Kondisi klinis terkait : (dibulatkan) selama
Bronkopneumonia 8 detik
- Anjurkan
mengulangitarik
napas dalam hingga
3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas intervensi (SIKI I.01014)
(SDKI D.0003) b.d keperawatan
membrane alveolus diharapkan Observasi
kapiler, gangguan Pertukaran Gas - Monitor frekuensi,
kapasitas pembawa (SLKI L.01003) irama, kedalaman
oksigen darah, Meningkat, dengan dan upaya napas
gangguan penerimaan kriteria hasil : - Monitor pola napas
oksigen (seperti bradypnea,
1. Tingkat takipnea,
Gejala dan Tanda kesadaran hiperventilasi,
Mayor 2. Dispnea kussmaul, Cheyne-
Subjektif : 3. Bunyi napas stokes, biot, ataksik)
1. Dispnea tambahan - Monitor kemampuan
Objektif : 4. Pusing batuk efektif
1. PCO2 meningkat / 5. Penglihatan - Monitor adanya
menurun. kabur produksi sputum
2. PO2 menurun. 6. Diaforesis - Monitor adanya
3. Takikardia. 7. Gelisah sumbatan jalan napas
4. pH arteri 8. Napas cuping - Palpasi kesimetrisan
meningkat/menurun. hidung ekspansi paru
5. Bunyi napas 9. PCO2 - Auskultasi bunyi
tambahan. 10. PO2 napas
Kondisi klinis terkait : 11. Takikardia - Monitor saturasi
Bronkopneumonia 12. pH arteri oksigen
13. Sianosis - Monitor nilai analisa
14. Pola napas gas darah
15. Warna kulit - Monitor hasil x-ray
thoraks

Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.

K. Evaluasi
Dx 1 (Bersihan jalan nafas tidak efektif SDKI D.0001)
- Klien mengatakan batuk dan pilek berkurang
- Pasien mampu mempraktekkan secara mandiri batuk efektif
Dx 2 (Gangguan pertukaran gas SDKI D.0003)
- Frekuensi nafas kembali normal
- Saturasi oksigen membaik
- Tidak ada sputum lagi
- Sesak nafas teratasi
Daftar Pustaka

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.


jtptunimus-gdl-ruffaedahg-6294-2-babii.html
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suriadi, Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto
Smeltzer, Suzanne. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai