OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HIPERTENSI BERAT
2) Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan
organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam
beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat
(dalam hitungan jam sampai hari).
Krisis hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (Tanto, 2014), yaitu :
1) Hipertensi urgensi, yaitu naiknya tekanan darah secara mendadak
(tekanan darah sistolik > 180 mmHg, dan atau diastolic >120
mmHg) tanpa disertai kerusakan organ target. Penurunan tekanan
darah pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24
– 48 jam.
2) Hipertensi emergensi, yaitu naiknya tekanan darah secara
mendadak (tekanan darah sistolik sistolik > 180 mmHg, dan atau
diastolic >120 mmHg) disertai kerusakan organ target yang
progresif. Pada keadaan ini memerlukan penurunan tekanan darah
yang segera dalam kurun waktu menit atau jam.
Beberapa kerusakan target organ yang bersifat progresif yang harus
diwaspadai, antara lain :
a. Perubahan status neurologis
b. Hipertensi ensefalopati
c. Infark serebri
d. Perdarahan intracranial
e. Iskemi atau infark miokard
f. Disfungsi paru akut
g. Diseksi aorta
h. Insufisiensi renal
i. Eklampsia
Kedua krisis hipertensi ini perlu dibedakan dengan cara anamnesa
maupun pemeriksaan fisik. Karena baik factor risiko dan
penanggulangannya berbeda.
Krisis Hipertensi
Vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
Ruptur pembuluh
Vasokonstriksi
darah otak Afterload Penyempitan
pembuluh darah ginjal
ventrikel kiri ↑ arteri kroner
Edema cerebral,
peningkatan TIK Suplai O2 ke ginjal Hipertropi Suplai O2 ke
menurun ventrikel kiri jantung menurun
Iskemia – hipoksia
jaringan cerebral Akut Miokard
Risiko perfusi Gagal jantung kiri
Infark
renal tidak
Resiko perfusi serebral
tidak efektif Cardiac output
menurun Penurunan
Metabolisme anaerob ↑ curah
kapiler paru ↑
7. Pemeriksaan Diagnostik Krisis Hipertensi
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya, penyakit
penyerta, dan kerusakan target organ. Pemeriksaan yang sering dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan tekanan darah : Biasanya tekanan darah sistolik > 180 mmHg,
dan atau diastolic >120 mmHg
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volumecairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / SC : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM) adalah pencetus hipertensi, dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein,dan glukosa mengindikasikan disfungsi ginjal dan
adanya penyakit DM.
c. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
d. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
e. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
f. Foto rontgen thorax : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
Edema serebri
Ensefalopati hipertensif
Batas rendah autoregulasi otak pada normotensi adalah 60-70 mmHg, pada
hipertensi adalah 120 mmHg. Batas tertinggi autoregulasi otak pada normotensi
adalah 150 mmHg. Sedangkan pada hipertensi adalah 200 mmHg. Dengan
mengetahui batas tersebut maka penurunan tekanan darah secara drastis harus
dihindari agar perfusi di otak tetap baik. Dari segi patologi anatomi dijumpai adanya
edema, bercak perdarahan maupun infark kecil dan nekrosis arterioler.
b. Perdarahan intra serebral
Terjadi karena pecahnya sistem vaskularisasi intra serebral yang disebabkan
terjadinya perubahan degeneratif pembuluh darah, berlanjut menjadi aneurisma oleh
sebab lain misalnya arterosklerosis. Mekanisme lain dapat terjadi oleh karena nekrosis
pembuluh darah otak, trombosis multipel atau spasme pembuluh darah sebagai reaksi
meningkatnya tekanan darah secara tiba – tiba. Gejala klinis berupa sakit kepala hebat
mendadak disertai penurunan kesadaran. Dengan pemeriksaan CT scan dapat
diketahui dengan pasti lokasi dan luas jaringan otak yang terkena.
c. Gagal jantung kiri akut
Mekanisme terjadinya berupa :
1) Peningkatan tahanan vaskular perifer akibat tekanan darah yang tinggi
sehingga terjadi kenaikan afterload diventrikel kiri
2) Terjadi hipertrofi vetrikel kiri yang berakibat disfungsi ventrikel kiri
3) Terjadi retensi air dan garam pada seluruh sistem sirkulasi sehingga
menimbulkan pertambahan preload
4) Bila disertai infark miokardium maupu iskemik pembuluh darah koroner dapat
berakibat payah jantung kongestif.
Gejala klinis yang timbul merupakan akibat edema paru akut yaitu sesak nafas
yang hebat, ortopnoe, batuk, air hunger, panik, sianotik, kadang – kadang batuk
berdarah, ronki basah di kedua paru. Foto toraks menunjukkan adanya
hipervaskularisasi pembuluh darah paru sampai dengan gambaran edema paru. Pada
kasus berat ditemukan kardiomegali terutama pembesaran ventrikel kiri, dari EKG
ditemukan LVH (left ventrikel hipertrofi) dan LV strain.
d. Feokromositoma
Merupakan tumor medula adrenal atau tempat – tempat lain yang banyak
mengeluarkan katekolamin seperti pada bifurkatio aorta, paraganglion simpatik di
abdomen atau dada. Gejala klinis berupa sakit kepala hebat, palpitasi, tremor, banyak
berkeringat, gelisah yang timbul mendadak dan diperngaruhi oleh stress, emosi
maupun trauma. Diagnosis pasti ditemukan dengan pemeriksaan kadar katekolamin
atau metaboliknya diurin, serta pengukuran kadar Vanilil Mandelic Acid (VMA) dari
urin.
e. Disseksi aorta
Terjadinya robekan tunika intima, hematom di sekitar tuniaka media yang lambat
laun mengakibatkan pecahnya aorta secara mendadak. Biasanya terjadi pada kelainan
di tunika media seperti penyakit marfan, arterosklerosis, kuarktasio aorta. Gejala
klinis biasanya berupa nyeri dada yang menyerupai angina pektoris atau infark
miokard dengan penjalaran ke punggung, perut, sampai tungkai bawah serta adanya
tanda – tanda insufisiensi aorta. Pemeriksaan radiologis foto thoraks dijumpai adanya
pelebaran mediastinum.
f. Eklamsia
Merupakan salah satu penyulit kehamilan yang ditandai dengan edema tungkai,
hipertensi berat, kesadaran menurun, kejang, proteinuria. Lebih sering dijumpai pada
primipara muda. Patogenesis belum jelas, hipotesis kearah terjadinya pelepasan renin
dari uterus dan meningkatnya sensitifitas terhadap angiotensin.
thril jantung dan distensi vena jugularis. Pada perkusi biasanya tetap
auskultasi didapatkan bunyi kuat dan keras pada katup aorta dan katup
mitral.
pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat ikterus bilamana ada
terhadap adanya massa oval dan diperkusi adanya tanda pekak yang
5. Monitor status
pernafasan
1. Cegah terjadinya
kejang
3. Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
Kolaborasi
1. Kolaborai pemberian
sedasi dan anti
konvulsan , jika perlu
7. Monitor aritmia
Terapeutik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Observasi
2. Monitor nadi
(frekuensi, kekuatan,
irama)
3. Monitor pernafasan
(frekuensi dan
kedalamannya)
Terapeutik
1. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Informasikan hasil
pemantauan, jika
diperlukan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi daripada rencana
tindakan independent. Pada pelaksanaannya terdiri dari beberapa kegiatan
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang digunakan
sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini
berlangsung terus menerus dan diarahkan pada pencapaian tujuan yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. dan Familia, 2010. D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus Books.
Jakarta
Kodim Nasrin. (2003), Hipertensi: Yang Besar Yang Diabaikan, Retrieved from
http://tempointeraktif.com pada tanggal 14 September 14.00 WITA
National High Blood Pressure Education Program.2004. The Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure.US: Bethesda(MD). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9630/ pada tanggal 14 September
14.00 WITA
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:
Jakarta Selatan.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Denifisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta Selatan.
Nama Pembimbing / CT