HIPERTENSI URGENSI
OLEH :
Etryanto 3005050
Diega Septevani 3005051
Hesti Afriani Gusti 3005060
Aprilia Anggi Lestari 3005066
Alamsyah Hanafiah 3005076
0
BAB I
PENDAHULUAN
tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan
jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui
tekanan aliran darah yang terjadi di dalam tubuh manusia sehingga mengakibatkan
kenaikan tekanan darah yang melebihi batas normal. Berdasarkan kriteria Joint
National Committee / JNC VIII tahun 2014, usia ≥ 18 tahun yaitu sistolik ≥ 140
Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan
diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan
tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi sedangkan tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua
denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih
dengan peningkatan tekanan diastolik yang melebihi 120 hingga 130 mmHg dan
tekanan sistolik mencapai 200 hingga 220 mmHg. Krisis hipertensi terbagi dua,
yakni Hipertensi emergensi jika disertai dengan kerusakan organ target dan
Hipertensi urgensi jika tanpa kerusakan organ target (Kaplan,2006; Van der Born, et
all, 2011).
1
Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang dapat mengakibatkan pecahnya
akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel otak akan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target maka keadaan klinis tersebut
disebut juga krisis hipertensi. Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang (Dipiro 9th ed). Hipertensi umumnya gejala kurang
stroke, serangan jantung dan penyakit non kardiovaskular seperti kerusakan ginjal,
2.1.2 Klasisfikasi
tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80
klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi
dan semua pasien pada kategori ini harus diberi terapi obat.
3
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC7 (The seventh Joint National Committee)
Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi krisis
>180 >120
(Emergency dan urgensi)
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau telah terjadinya
kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah > 180/ 120 mmHg;
Hipertensi Emergensi
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehngga tekanan darah
harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah kerusakan
organ target lebih lanjut. Contoh gangguan target akut: encephalopathy, pendarahan
intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema paru, dissectingaortic aneurysm,
angina pektoris tidak stabil, dan eklampsia atau hipertensi berat selama kehamilan
4
Hipertensi Urgensi
organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat antihipertensi oral
ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa jam s/d beberapa hari.
Contohnya termasuk tingkat atas hipertensi tahap II terkait dengan sakit kepala parah,
sesak napas, epistaksis, atau kecemasan berat. Mayoritas dari pasien ini disebabkan
karena tidak patuh minum obat atau pengobatan hipertensi individu yang tidak
memadai/ inadekuat, seringkali dengan sedikit atau tidak ada bukti kerusakan organ
2.1.3 Epidemiologi
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Resiko untuk
penderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darah normal
adalah 90%. Kebanyak pasien mempunyai tekanan darah pre hipertensi sebelum
pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima. Sampai dengan umur 55 tahun,
laki-laki lebih banyak menderita hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d
hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevalensi utuk hipertensi sebesar
65,4%.
5
2.1.4 Etiologi
patofisiologinya tidak diketahui. Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tapi
dikontrol. Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
b. Hipertensi Sekunder
obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dalam berbagai kasus
terdapat kurang dari 10% dari pasien hipertensi teermasuk kedalam hipertensi
sekunder ini. Disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau renovaskular adalah
penyakit sekunder yang sering terjadi. Obat-obatan tertentu, baik secara langsung
dengan menghentikan oabt yang bersangkutan atau mengobati kondisi komorbid yang
2.1.5 Patofisiologi
peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. Oleh ACE yang
6
terdapat di paru-paru, angiostensi I diubah mejaid angiostensin II. Angiostensin II
inilah yang memiliki peranan penting dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi
utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmoalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat
sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh (anti diuresis), sehingga osmolalitas nya
menajdi tinggi dan pekat. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
NaCl (garam) dengan cara mereabsopsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
7
Gambar 1. Diagram sistem renin-angiotensin-aldosteron.
I. Faktor risiko yang tidak dapat ubah antara lain, usia, jenis kelamin dan
genetik.
a. Usia
terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut
cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan kematian diatas usia 65 tahun (Depkes, 2006).
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan
sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai takanan diastolik sebagai bagian yang
lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tinggi nya hipertensi
sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit, dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung,
8
Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap usia lanjut (55 – 85 tahun), di dapatkan
(2009) diketahui tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak
yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita (DepKes, 2006). Data RisKesDas
dindonesia lebih besar pada perempuan (8,6 %) dibandingkan laki-laki (5,8 %).
Sedangkan menurut Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan (2006) sampai umur
umur 55 sampai 74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang
c. Keturunan (Genetik)
9
Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor – faktor lingkungan, yang
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin dan membran sel. Menurut
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45 % akan
turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orangtuanya menderita hipertensi maka
Faktor resiko dari penderita hipertensi antara lain merokok diet rendah
serat, kurang aktivitas gerak, berat bdan berlebihan atau kegemukan, konsumsi
- Kegemukan (Obesitas)
dinyatakan dalam indeks massa tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan
dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Berat badan dan IMT berkolerasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita
overweight (DepKes, 2006). IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan
untuk mengukur tingkat populasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang
dewasa (Zufri, 2010). Obesitas bukanlah penyebab hipertensi, akan tetapi prevalensi
pada obesitas jauh lebih besar. Resiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang badannya normal.
10
- Psikososial dan stress
Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumberdaya (biologis, psikologis, dan
sosial) yang ada pada diri seseorang (DepKes, 2006). Stress atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan. Murung, rasa marah, dendam, rasa takut, dan rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih kencang serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di amerika serikat lebih
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas
- Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autposi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disupply keotot-otot jantung. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan kerusakan pada pembuluh
11
- Konsumsi alkohol berlebih
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas namun,
diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan kadar volume sel darah merah
serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi
mengkonsumsi alkhol 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya (DepKes, 2006).
cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada sekitar 60 % kasus hipertensi primer atau essensial terjadi respon
penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang,
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
gejala. Penderita hipertensi sekunder dapat disertai gejala suatu penyakit. Penderita
primer yang mungkin terjadi adalah gejal hipokalemia, kram otot dan kelelahan.
12
Penderita hipertensi sekunder pada sindrom cushing dapat terjadi peningkatan berat
2.1.8 Terapi
Tujuan Terapi :
TDS merupakan indikasi yang baik untuk risiko kardiovaskular dari pada
hipertensi.
Stop Hypertension).
3. Mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 g/hari (6
g/hari NaCl)
13
Penderita yang didiagnosis hipertensi tahap 1 atau 2 sebaiknya ditempatkan
pada terapi modifikasi gaya hidup dan terapi obat secara bersamaan.
14
15
3. Menurut JNC VII
Lifestyle
Modifications
16
17
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. YA
Umur : 75 thn
Pekerjaan : Buruh
Tanggak Keluar :-
Agama : Islam
3.2 Anamnesa
Nasional Bukittinggi melalui IGD dengan keluhan kepala pusing sejak 1 hari ini,
19
3.2.2 Riwayat penyakit sekarang
Kepala pusing sejak 1 hari yang lalu , sakit kepala, muntah, riwayat
hipertensi.
Hipertensi
Pasien tidak ada memiliki riwayat alergi, baik terhadap obat maupun makanan.
a. Pemeriksaan Umum
Suhu : 36,5 oC
GCS : E4 M4 V5
20
b. Pemeriksaan Khusus
Kepala : Sakit
Rambut : Kotor
5 5
Eksternitas : Kekuatan otot
5 5
21
3.3.1 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hari / Nama Pemeriksaan Nilai Normal Nilai Hari/ Nama Nilai Normal Nilai
Tanggal Pasien Tanggal Pemeriksaan Pasien
16/8/20 Gula darah Random <200 mg/dl 161 mg/dl 17/8/20 Gula darah 70-110 mg/dl 111 mg/dl
(GDR) nukhter
Ureum (Ur) 10 – 50 mg/dl 30 mg/dl Asam urat L: 3-7mg/dl 5,4 mg/dl
P: 2,4 – 5,7 mg/dl
Kreatinin (Cr) 0,6-1,1mg/dl 0,9 mg/dl Total kolestrol <200 mg/dl 219 mg/dl
Natrium (Na) 136 -145 138 mmol/l HDL kolestrol >65 mg/dl 69 mg/dl
mmol/l
Kalium (Ka) 3,5- 5,1 3,8 mmol/l LDL kolestrol < 150 mg/dl 124 mg/dl
mmol/l
Klorida (Cl) 97- 111 101 mmol/l Trigliserida < 150 mg/dl 128 mg/dl
mmol/l
Hemoglobin (HGB) 12- 17 g/dl 13,1
Leukosit (WBC) 4,4 -11,3 /µL 8400/µL
Trombosit (Platelet) 150-450 /µL 215000 /µL
Hematokrit 37-54 % 39,2 %
0
3.4 Diagnosa Utama
Hipertensi Urgensi
O2 2-4 L/menit
IVFD RL 12jam/kof
Pemeriksaan penunjang :
DL (Darah Lengkap)
Ur (Ureum)
Cr (Kreatinin)
Natrium
Kalium
Klorida
0
No NamaDagang/ Frekuensi 17/8/20 18/8/20 19/8/2 20/8/20 21/8/20 22/8/20
P S S M P S S M P S S M P S S M P S S M P S SS M
Generik 0
Rute
5 Ranitidine 50 mg 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √ √
6 Ondansetron 4mg √ √ √ √ √ √ √ √
2x1 Iv
7 Infus RL / 12 jam 12 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √
Iv
8 Hidroklorotiazid 1x1 √ √ √ √
Oral
.
= OFF
3.9 Follow Up
49
S O A P
50
16/8/20 Pasien mengatakan TD: 200/110 mmHg Resiko penurunan Pantau TTV
sakit kepala sejak 1 hari curah jantung
(Perawat) Nadi: 72×/i
sebelum masuk Rumah
O
Jam 23.15 wib Sakit. Mual (+), Muntah Suhu: 36,7 C
(+) dan badan letih. Pernafasan: 20×/i
Kes: CM
5
Dko: 5
5 5
Skala Nyeri 4
17/8/20 Pasien mengatakan TD: 110/70 mmHg Resiko penurunan Pantau TTV
sakit kepala, Mual (+), curah jantung
(perawat) Dko: 5 5
Muntah (+) dan badan
5 5
Jam 8.30 wib letih.
17/8/20 Pasien mengatakan TD: 140/90 mmHg Resiko penurunan Pantau TTV
sakit kepala, Mual (+), curah jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
51
Jam 10.15 wib Muntah (+) dan badan
letih.
17/8/20 Pasien mengatakan TD: 150/90 mmHg Resiko penurunan Pantau TTV
sakit kepala, Mual (-), curah jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
Muntah (-)
Jam 21.50 wib Kes: CM
Skala nyeri : 3
(Dokter)
Skala nyeri: 3
18/8/20 Pasien mengatakan TD: 150/90 mmHg Tidak ada masalah Pantau TTV
sakit kepala, Mual (-),
52
(Farmasi) Muntah (-) Kes: CM
-candesartan 1× 16 mg
-Amlodipin 1× 10 mg
- Betahistin 1× 10 mg
- Capcam I 2× 1 mg
- RL infus/12 jam iv
- inj. Ondansetron 2 ×4
mg
18/8/20 Pasien mengatakan TD: 160/100 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
sakit kepala, Mual (-), jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
Muntah (-)
Jam 21.30 wib Kes: CM
19/8/20 Keluhan berkurang TD: 130/90 mmHg - Tambahan:
53
Jam 8.00 wib GCS: E4V5M6
19/8/20 Pasien mengatakan TD: 130/90 mmHg -Penurunan curah Pantau TTV
kepala sakit, mual (-), jantung
(Perawat) Kes: CM
muntah(-)
- Nyeri
Jam 09.00 wib GCS: E4V5M6
19/8/20 Pasien mengatakan TD: 150/90 mmHg -Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(perawat) Kes: CM
mual (-),muntah (-)
- Nyeri
Jam 14.30 wib GCS: E4V5M6
19/8/20 Pasien mengatakan TD: 160/90 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(perawat) Kes:CM
mual (-),muntah (-)
Jam 21.30 wib GCS: E4V5M6
20/8/20 Pasien mengatakan TD: 150/90 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
Jam 8.20 wib Kes: CM
20/8/20 Pasien mengatakan TD: 180/100 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
54
Jam 14.30 wib Kes: CM
20/8/20 Pasien mengatakan TD: 150/90 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(Perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
Jam 21.35 wib Kes: CM
21/8/20 Pasien mengatakan TD: 120/80 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
Jam 08.15 wib Kes: CM
21/8/20 Pasien mengatakan TD: 140/80 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
Jam 14.00 wib Kes: CM
21/8/20 Pasien mengatakan TD: 140/80 mmHg Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(perawat) GCS: E4V5M6
mual (-), muntah (-)
Jam 21.30 wib Kes: CM
22/8/20 Pasien mengatakan GCS: E4V5M6 Penurunan curah Pantau TTV
kepala masih sakit, jantung
(Perawat) Kes: CM
mual (-), muntah (-)
55
Jam 8.30 wib
22/8/20 Keluhan sakit kepala - Penurunan curah -IVFD RL 12 jam/kof
berkurang jantung (dihentikan)
(Dokter)
-Inj. Ranitidine 50 mg
Jam 09.00 wib
(dihentikan)
- Inj. Ondansetron
4mg (dihentikan)
56
BAB IV
FOLLOW UP
antihipertensi
2. Candesartan 16 mg 1 x 1 Tab
antihipertensi kombinasi
3. Betahisitine 6 mg 1 x 1 Tab
5. Hidroklorotiazid (HCT) 1 x 1
kombinasi 3 obat
antihipertensi
57
6. Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg
profilaksis
7. Injeksi Ondansetron 2 x 4
muntah
8. IVFD RL 12 jam/kof
pasien
58
terhadap efek penanganan terhadap efek
samping yang
samping
seharusnya dapat
dicegah
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan Tidak Bentuk sediaan telah disesuaikan
tidak tepat
dengan kondisi pasien
dan mengembalikan
2. Amlodipine 10 mg tablet
peroral
4. Candesartan 16 mg tablet
peroral
peroral
7. Injeksi Ranitidine 50 mg
59
untuk pemberian secara
intravena
intravena
Terdapat kontra Terjadi kontraindikasi antara obat
indikasi
candesartan dan hidroklorotiazid.
potassium
Kondisi pasien Kondisi pasien dapat
tidak dapat
disembuhkan dengan
disembuhkan oleh
mengkonsumsi obat, dimana
obat
Tidak
ditandai dengan perbaikan yang
kondisi pasien.
Obat tidak Tidak obat yang diberikan diluar
diindikasikan
Tidak kondisi pasien
untuk kondisi
pasien
Terdapat obat lain Tidak Obat yang diberikan sudah efektif
yang lebih efektif
dalam proses penyembuhan.
60
pasien
3 Dosis tidak tepat
Dosis terlalu rendah Tidak ada dosis yang terlalu 1. Dosis maksimum
4. Dosis hidroklorotiazid12,5 –
50 mg perhari
mg/hari.
0,15 mg/KgBB
(MIMS, Medscape)
Dosis terlalu tinggi Tidak ada dosis yang terlalu
Tidak
tinggi
Frekuensi Frekuensi penggunaan sudah
penggunaan Tidak
tepat (MIMS, Medscape)
tidak tepat
Penyimpanan tidak Tidak Penyimpanan obat sudah tepat,
tepat
dimana obat disimpan dalam
61
AHFS
cahaya.
Durasi penggunaan Durasi penggunaan sudah tepat
-
tidak tepat
untuk setiap obat
Terdapat interaksi Terjadi kontraindikasi antara obat
obat
candesartan dan hidroklorotiazid.
potassium
4 Reaksi yang tidak Diinginkan
Obat tidak aman Pemberian obat aman untuk
untuk
pasien, pemberian terapi pada
Pasien Tidak
pasien sudah disesuaikan dengan
digunakan
Terjadi interaksi Tidak terjadi reaksi obat pada
obat
pasien karena pemberian obat
hidrochlorotiazide diberikan
62
dinaikkan
atau diturunkan
terlalu
cepat
Muncul efek yang
Tidak
tidak diinginkan
Administrasi obat Tidak Administrasi obat yang diberikan
yang
sudah tepat
tidak tepat
1. RL diberikan secara IVFD
2. Amlodipine 10 mg tablet
menelan.
3. Betahisitine 6 mg tablet
menelan.
4. Candesartan 16 mg diberikan
5. Hidroklorotiazid diberikan
63
6. Ranitidine 2 x 50 mg
7. Ondansetron 2 x 4 mg/ml
64
obat day dose)
6 Pasien Membutuhkan Terapi Tambahan
Terdapat kondisi Semua keluhan psien telah
yang Tidak
diberikan terapinya
tidak diterapi
Pasien Pasien tidak membutuhkan obat
membutuhkan obat Tidak
lain yang sinergis
lain yang sinergis
Pasein Pasien tidak mendapatka terapi
membutuhkan Tidak
profilaksis
terapi profilaksis
Perhitungan Dosis
1. Amlodipine
2. Betahistine
65
Sediaan yang beredar : 6 mg,12 mg, 24 mg
3. Candesartan
Dosis Lazim : 8 mg – 32 mg
4. Hidroklorotiazid (HCT)
5. Ranitidine (iv)
6. Ondansetron (iv)
66
BAB V
DISKUSI
Nasional Bukitinggi melalui IGD pada tanggal 16 Agustus 2020, dengan keluhan
kepala pusing, mual dan muntah. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien di IGD
bahwa kondisi umum sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 210/110
67
mmHg, pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36 °C, denyut nadi 63 x/menit, nilai
GCS 15.
elektrolit tubuh, injeksi ranitidin untuk mengatasi stress ulcer dan juga sebagai
terapi pencegahan efek samping yang mungki timbul dari penggunaan obat,
asam lambung. Pasien juga diberikan terapi candesartan dan amlodipin sebagai
penurun tekanan darah pasien yang telah sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII
sebagai terapi lini pertama pasien hipertensi. Pasien diberi betahistine untuk
nyeri kepala ringan sampai sedang, bekerja dengan cara menghambat sintesis
sebagi anti nyeri akut. Pengobatan nyeri pada pasien sudah tepat, dimana menurut
68
Pengobatan di rawat inap sama dengan pengobatan di IGD tetapi pada tanggal
(HCT). Dosis nya diberikan 25 mg 1x1 hari. Penambahan HCT dikarenakan target
Menurut JNC VIII jika terapi dengan 2 kombinasi tekanan darah belum
tercapai normal maka dapat ditambahkan terapi hipertensi golongan diuretik tiazid
target terapi.
BAB VI
5.1 Kesimpulan
69
dengan rekomendasi dari guideline yang ada disini menggunakan
guideline dari JNC VII , dan indikasi dan dosis yang diberikan telah tepat.
5.2 Saran
1. Menjelaskan pada keluaga pasien aturan dan cara pemberian obat serta
3. Terapkan pola hidup yang sehat seperti mengurangi asupan garam yang
4. Pasien disarankan untuk berjalan kaki minimal 30 menit dalam sehari dan
DAFTAR PUSTAKA
70
2. Depkes RI, 2006. Pharmaceutical care untuk hipertensi, Departemen
3. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G. & Posey L.M.
Mcgraw-Hill Ghani, L.
4. Sari Yanita Nur Indah. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi
Medika.
& Wilkins
Kemenkes Ri.
Killer. Http://Www.Depkes.Go.Id/Folder/View/01/Structure-Publikasi-Data-
Pusat-Data-Dan- Informasi.Html
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan
Pustaka.
Araska.
11. Nurhidayat S And Rosjidi C.H. 2008. Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala
71
12. Pinzon, R., 2008, Analisis Situasi Pengendalian, Tekanan Darah Untuk
Prevensi Stroke Sekunder, Cermin Dunia Kedokteran Vol. 35 No.6: 328 – 330
Komposisi :
72
Kalsium klorida 0,02 gram
air
Kemasan:
Indikasi:
Kontra Indikasi:
Efek Samping:
- Nyeri dada
- Kesulitan bernafas
- Batuk
- Bersin – bersin
73
- Gatal – gatal
- Sakit kepala
- Trombosis vena
- Ekstravasasi
Interaksi obat
Ringer laktat tidak dapat bekerja dengan baik apabila digunakan bersamaan
- ceftriaxon - nitropriside
- manitol - norepinefrin
- methylprednison - procainamid
- nitrogliserin - propanolol
Komposisi :
Kemasan : Ampul @ 2 mL
hipersekresi patologis atau ulkus dua belas jari yang sulit diatasi, atau
74
sebagai pengobatan alternatif jangka pendek yang tidak bisa diberi
Ranitidine oral.
Efek Samping :
Sakit kepala.
dilaporkan : pankreatitis.
penderita pria.
Interaksi Obat :
75
Pemberian bersama Warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan
waktu protrombin.
ginjal.
dibutuhkan.
3. Candesartan 16 mg
Indikasi
Mekanisme kerja
76
Efek samping
menyebabkan batuk. Efek samping lain yang terjadi yang telah dilaporkan
Kontra Indikasi
diekskresikan dalam urin dan empedu, oleh karena itu dosis dikurangi
terutama pada pasien lansia dan pasien dengan gangguan ginjal, dan pada
77
pasien yang mendapatkan terapi diuretik hemat kalium harus dihindari
(Sweetman, 2009).
Interaksi obat
serum kalium. Tetapi efek dari interaksi ini tidak jelas. Sebaiknya
pasien.
oleh isoenzim dan interaksi sitokrom P450 dapat terjadi dengan obat yang
Farmakokinetika
candesartan adalah sekitar 40% jika diberikan dalam bentuk larutan dan
78
sekitar 14% jika diberikan dalam bentuk tablet.Konsentrasi plasma puncak
sebagai obat yang tidak berubah dan sejumlah kecil metabolit tidak
(Sweetman, 2009).
Dosis
dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi. Dosis awal yang lebih rendah
4. Amlodipin 10 mg
Indikasi
79
Amlodipine atau turunan garamnya berupa amlodipine besilat
Mekanisme Kerja
Efek Samping
sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain:
badan(Alawiyah, 2017).
Dosis
Pasien lanjut usia atau gangguan fungsi hati dosis awal 1x2,5
Farmakokinetika
80
Amlodipine secara luas dimetabolisme dihati; metabolit sebagian besar
Farmakodinamika
generasi kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja dengan
mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada dua segmen S6
di sel otot polos dan jantung. Ikatan tersebut menyebabkan kanal kalsium
5. Hidroklorotiazid (HCT) 25 mg
Indikasi
81
Kontraindikasi
Efek samping:
Dosis:
Indikasi
Kontaindikasi
Perhatian/peringatan
Dosis
82
Dosis ondansentron suntik untuk pasien dewasa dan lansia:
sebelum radio
setiap 4 jam.
Efek Samping
Sakit kepala, Sembelit, Lelah dan lemah, Meriang, Mengantuk dan Pusing
Beberapa obat dapat berinteraksi dengan ondansetron. Interaksi yang bisa timbul
lainnya.
digunakan bersama
83
interval QT, misalnya obat antiaritmia, seperti amiodarone dan
atenolol.
Peringatan
lain, seperti granisetron.
operasi perut.
7. Betahistin
Indikasi
Vertigo dan pusing pada penyakit meniere, sindrom meniere dan vertigo
perifer.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas, feokromositoma
84
Perhatian/peringatan
Asma Bronkial, tukak peptik atau riwayat tukak pektik, hamil, laktasi,
anak< 12 tahun.
Efek samping
85