Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI EMERGENCY
Dosen Pembimbing : Ns. Imran, MSN

Oleh :
FRANSISCO THOMAS BOYKE
(SRP20317122)

PROGRAM STUDI Ners NON REGULER KELAS KHUSUS SEKOLAH TINGGI


ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2021
1. Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik
lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama
dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi (Wikipedia, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran
darah darah (Hani, 2010)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis
kelamin memilki batasan masing masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi (Sumber : Dewi dan
Familia, 2010 : 18
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak
(sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit
sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga
tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai
hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
patokan >220/140.
2. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
a. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi
180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak,
jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan
salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
b. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada
gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam
hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :
a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 95%) penderita termasuk hipertensi primer.
Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis
kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama
ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 10%
penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 2%
disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB
(Elsanti, 2009 : 114 ).
3. Klasifikasi Hipertensi
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
Krisis Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi
jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.
4. Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi
peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ target
yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi
ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral,
perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta;
dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia
hemolitik mikroangiopatik.
Faktor Resiko Krisis Hipertensi
1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2. Kehamilan
3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4. Pengguna NAPZA
5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/kolagen)
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu,
diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur
dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada
gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri
tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.
Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
> 220/140 Perdarahan, Sakit Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
mmhg eksudat, kepala, membesar, proteinuria
edema kacau, dekompensasi,
papilla gangguan oliguria
kesadaran,
kejang

Hipertensi Emergensi (darurat)


Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,
bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan
TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita
hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian
obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.
6. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat
cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan
nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler
nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada
retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari
hipertensi maligna.
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan
tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila
tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan
kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak
yang irreversible.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal
ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma
dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.
Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi
Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila
Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema
otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
a. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika
arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf
atauhormondidalamdarah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung
berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka
tekanan darah akan menurun.
Pathway
7. Penatalaksanaan Hipertensi Emergency
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat
terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau
munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang
dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap
tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan
ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-
40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency)
dapat dilihat pada tabel .
Tabel obat hipertensi oral
Obat Dosis Efek/lama kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5-25 mg; PO 15-30 min/6-8 jam; Hipotensi, gagal
ulangi per 30 min; SL 10-20 min/2-6 ginjal, stenosis arteri
SL, 25 mg jam renalis.
Clonidine PO 75-150 ug; 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, ngantuk,
ulangi/jam mulut kering
Propanolol 10-40 mg PO; ulangi 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi,
setiap 60 min blok jantung,
hipotensi ortostatik
Nifedipine 5-10 mg PO; ulangi 5-15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
setiap 15 menit gangguan koroner

Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian


parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel obat hipertensi parenteral
Obat Dosis Efek/lama kerja Perhatian khusus
Sodium 0,25-10mg/kg/menit Langsung/ 2-3 menit Mual, muntah,
Nitroprusside sebagai infus IV setelah infus penggunaan jangka
panjang dapat
menyebabkan
keracunan tiosianat,
methemoglobinemia,
asidosis keracunan
sianida, selang infus
lapis perak.
Nitrogliserine 500-100 mg sebagai 2-5 min/ 5-10 min Sakit kepala,
infus IV takikardia, muntah,
methemoglobinemia;
membutuhkan sistem
pengiriman khusus
karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg/jam sebagai 1-5 min/ 15-30 min Takikardi, mual,
infus IV muntah, sakit kepala,
peningkatan tekanan
intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp/ 250cc 30-60 min/24 jam Ensepalopati dengan
glukosa 5% gangguan koroner
mikrodrip
Diltiazem 5-15 ug/kg/ menit 1-5 min/ 15-30 min Takikardi, mual,
sebagai infus IV muntah, sakit kepala,
peningkatan tekanan
intra kranial;
hipotensi.

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi


dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga
tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi
Komplikasi Obat Pilihan Target tekanan darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid hemorrhage Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan
intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous.
Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis 1 6 ug / kg / menit.
Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis
tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit, duration of action
35 menit. Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual,
muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus.
Onset of action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action 4 12 jam.
Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg setiap 5 menit sampai
TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi
abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 1 jam, i.v :
10 20 menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v bolus : 10 40 mg i.m
Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk
mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular.
Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 60
menit. Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama
untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 20 mg secar i.v bolus
atau i.m. Onset of action 11 2 menit, duration of action 3 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem
simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 5
menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine,
respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg secara
i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 10 menit
Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll.
Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam
dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering
dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60 menit,
duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan
gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga
dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan
dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis.
Onset of action 5 10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam.
Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila
dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,
bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,
reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang
dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide
dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi
telah terkontrol Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian
Diuretik IV akan mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat
kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi,
keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila
terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri
dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah
pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan
darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium
Nitroprusid.
5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin
kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar
tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah
dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120 mmHg
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin. (Sumber : Dewi dan Familia, 2010 :100).

8. Pemeriksaan penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

9. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang
tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan
telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi
adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan
yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya
tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko
lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi
140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko
kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan
setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali
(Anggraini, Waren, et. al, 2009).

10. Diagnosis
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat
mendiagnosissuatu krisis hipertensi.
Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

11. Pengkajian

Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:

a. Sakit kepala hebat


b. nyeri dada
c. pingsan
d. tachikardia > 100/menit
e. tachipnoe > 20/menit
f. Muka pucat

Tanda Ancaman Kehidupan


Gejala KH:
a. Sakit Kepala Hebat
b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. shock / Pingsan
Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
segera
mungkin ke ICU
Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan
saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-
mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru

Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
1) Sinus tachikardi
2) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3) right bundle branch block (RBBB)
4) right axis deviation (RAD)
e. Lakukan IV akses dekstrose 5%
f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
Exposure
a. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
a) Kelemahan
b) Letih
c) Napas pendek
d) Gaya hidup monoton
Tanda :
a) Frekuensi jantung meningkat
b) Perubahan irama jantung
c) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
a) Kenaikan TD
b) Nadi : denyutan jelas
c) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d) Bunyi jantung : murmur
e) Distensi vena jugularis
f) Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler
mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ).
Tanda :

a) Letupan suasana hati


b) Gelisah
c) Penyempitan kontinue perhatian
d) Tangisan yang meledak
e) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f) Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
e. Makanan / Cairan.
Gejala :
a) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol.
b) Mual
c) Muntah
d) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
a) BB normal atau obesitas
b) Edema
c) Kongesti vena
d) Peningkatan JVP
e) Glikosuria
f. Neurosensori
Gejala :

a) Keluhan pusing / pening, sakit kepala


b) Episode kebas
c) Kelemahan pada satu sisi tubuh
d) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e) Episode epistaksis
Tanda :
a) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori (
ingatan )
b) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c) Perubahan retinal optic
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a) nyeri hilang timbul pada tungkai
b) sakit kepala oksipital berat
c) nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala :
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b) Takipnea
c) Ortopnea
d) Dispnea nocturnal proksimal
e) Batuk dengan atau tanpa sputum
f) Riwayat merokok
Tanda :
a) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c) Sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alcohol

12. Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatanselama
3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam
rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
n. Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix,
hidrodiuril ), bendroflumentiazid ( Naturetin )
o. Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ),
Bumetanic ( Burmex)
p. Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene (
Dyrenium ),amilioride ( midamor )
q. Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ),
Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ),
reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )
r. Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker
saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )
s. Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
t. Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin
), reserpin ( Serpasil )
u. Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ),
guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )
v. Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil,
loniten
w. Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat
), nitroprusid ( nipride, nitropess )
x. Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE
inhibitor ( captopril, captoten )
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a) Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
b) Pasien tampak nyaman
c) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b) Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d) Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e) Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
f) Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
g) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam,
ativan, diazepam, valium )
3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a) Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
b) Haluaran urin 30 ml/ menit
c) Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
a) Pertahankan tirah baring
b) Tinggikan kepala tempat tidur
c) Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia
d) Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e) Amati adanya hipotensi mendadak
f) Ukur masukan dan pengeluaran
g) Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

h) Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program


4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam
Kriteria hasil :
a) Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari
b) Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
a) Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
b) Instruksikan pasien tentang penghematan energy
c) Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d) Monitor adanya diaforesis, pusing
e) Observasi TTV tiap 4 jam
f) Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau
sore
5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a) Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 8 jam per hari
b) Tampak dapat istirahat dengan cukup
c) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b) Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c) Evaluasi tingkat stress
d) Monitor keluhan nyeri kepala
e) Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f) Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g) Lakukan masase punggung
h) Putarkan musik yang lembut
i) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a) Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
b) Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
a) Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
b) Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
c) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
d) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien /
atas keberhasilannya
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a) Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
b) Ekspresi wajah rileks
c) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
b) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
menyelesaikan masalah.
c) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya.
d) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
e) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
f) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
g) Observasi TTV tiap 4 jam.
h) Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
i) Berikan support mental pada klien.
j) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
a) Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
b) Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
a) Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b) Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c) Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan
efek samping atau efek toksik
d) Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan
dokter
e) Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :
sakit kepala,pusing, pingsan, mual dan muntah.
f) Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g) Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h) Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
i) Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah
yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh
serta alcohol.
j) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
k) Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
DAFTAR PUSTAKA

Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang
Periode Januari sampai Juni 2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com
Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. :
http://baike.baidu.com/view/2130696.htm
Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:
//www.depkes.org.
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension.:
http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta
Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2009:43-50

Anda mungkin juga menyukai