Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan


penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat
dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga
membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu.
Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya
(kematian) yang tinggi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah
menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka
kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal
ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang
berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),
kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar
lemaknya.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan
diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara
perlahan atau bahkan menurun drastis.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana definisi hipertensi ?
b. Bagaimana mengukur tekanan darah ?
c. Menjelaskan penyebab hipertensi ?
d. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi ?

1
e. Menjelaskan akibat dari hipertensi ?
f. Bagaimana pencegahan hipertensi ?
g. Menjelaskan pengobatan hipertensi ?

1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.
c. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
d. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
e. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
f. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
g. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan
peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90
mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia,
2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan
volume aliran darah darah (Hani, 2010)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :

a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak


(sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ
target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam
hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan
organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam)

3
agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat
dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi
di Indonesia memakan patokan >220/140.

2.2. JENIS HIPERTENSI

Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :

a) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah


melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg,
tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
b) Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum
ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi
dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

a. Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi


essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita termasuk hipertensi
primer. Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan,
usia dan jenis kelamin.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah
utama ginjal, dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar
5 – 10% penderita hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar
1 – 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya
pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).

2.3. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

TEKANAN DARAH TEKANAN DARAH


KATEGORI
SISTOLIK DIASTOLIK

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

4
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)

Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)

Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)

Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden
krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

2.4. ETIOLOGI

Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi


kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada
kerusakan organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ
target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan
hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan
intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard,
disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi

a. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
b. Kehamilan
c. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
d. Pengguna NAPZA

5
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen)
2.5. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping
sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.

Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.

TD Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal


neurologi
>220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kacau, membesar, proteinuria
edema gangguan dekompensasi,
papilla kesadaran, oliguria
kejang.
Table 2. Hipertensi Emergensi (darurat)

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,
bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan
TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita
hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian
obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.

2.6. PATOFISIOLOGI

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima

6
arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada
retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan
udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan
merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun


penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak
mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan
diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada
penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper
kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga
perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat
timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara:

a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan


lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada
saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

7
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
d) meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan
keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

8
2.7. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI EMERGENCY

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan


darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang
ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan
atau munculnya masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2
jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-
25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 3: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat


Biasa Mendesak
Tekanan > 180/110 > 180/110 > 220/140
darah
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun

9
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, pendek obat IV
naikkan dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4: Obat hipertensi oral

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus


Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ; jam; SL 10-20 stenosis arteri renalis
SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 min jantung, hipotensi
ortostatik
Nifedipine 5 - 10 mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit

Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk


pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel 5.

10
Tabel 5: Obat hipertensi parenteral

Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus


Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside / menit sebagai menit setelah panjang dapat menyebabkan
infus IV infus keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia;
membutuhkan sistem pengiriman
khusus karena obat mengikat pipa
PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit
sebagai infus IV min kepala, peningkatan tekanan
intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan
per 250 cc jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus IV intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi


emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang
tepat sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi
dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 6.

11
Tabel 6: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah


Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika
hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita
dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti
hipertensi intravena ( IV ).

1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun


venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1
– 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif,
hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,
duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek
samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V
bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of

12
action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 –
75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan
shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v
bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central
ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk
mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi,
meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut
dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action
15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 –
20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action
3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus
i.v. Onset of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping
: opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut
kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80
mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of
action 5 – 10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong,
sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of
action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons
unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action :
30 – 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test
( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset
of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang
disukai untuk terapi awal.

13
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan
titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam
atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering,
rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan
sindroma putus obat.

Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.
Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-
muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan,
babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor,
koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium
Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila
tensi telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan
berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri
kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10
mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas.
Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota
bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan
perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan,

14
dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan
: Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan :
Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan
tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar
110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 :


100).

2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan
jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan

2.9. KOMPLIKASI

Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,


gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.

15
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian
yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal.

Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin


terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma
yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses
akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien
hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum
adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti
merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko
kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg,
kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak
dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).

2.10. DIAGNOSIS

Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil


terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

Anamnesis

Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan
:

a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.


b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

16
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

3.1. PENGKAJIAN

Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.

A. Tanda dan Gejala

Tanda umum adalah:

a. Sakit kepala hebat


b. nyeri dada
c. pingsan
d. tachikardia > 100/menit
e. tachipnoe > 20/menit
f. Muka pucat
g. Tanda Ancaman Kehidupan

Gejala KH:

a. Sakit Kepala Hebat


b. nyeri dada
c. peningkatan tekanan vena
d. shock / Pingsan

B. Pengkajian
1. Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
a. Airway
 yakinkan kepatenan jalan napas
 berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

17
 jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
 kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
 Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
 Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan
bag-valve-mask ventilation
 Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2
 Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
 Lakukan pemeriksan system pernapasan
 Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru
c. Circulation
 Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
 Kaji peningkatan JVP
 Monitoring tekanan darah
 Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
 Sinus tachikardi
 Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
 right bundle branch block (RBBB)
 right axis deviation (RAD)
 Lakukan IV akses dekstrose 5%
 Pasang Kateter
 Lakukan pemeriksaan darah lengkap
 Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
 Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
d. Disability
 kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
 penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICU.

18
e. Exposure
 selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
 jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
 Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Aktivitas / istirahat

Gejala :

 Kelemahan
 Letih
 Napas pendek
 Gaya hidup monoton

Tanda :

 Frekuensi jantung meningkat


 Perubahan irama jantung
 Takipnea
3. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,


penyakit serebrovaskuler

Tanda :

 Kenaikan TD
 Nadi : denyutan jelas
 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
 Bunyi jantung : murmur
 Distensi vena jugularis
 Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat

4. Integritas Ego

19
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan ).

Tanda :

 Letupan suasana hati


 Gelisah
 Penyempitan kontinue perhatian
 Tangisan yang meledak
 Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
 Peningkatan pola bicara
5. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )

6. Makanan / Cairan.

Gejala :

 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,


lemak dan kolesterol.
 Mual
 Muntah
 Riwayat penggunaan diuretic

Tanda :

 BB normal atau obesitas


 Edema
 Kongesti vena
 Peningkatan JVP
 Glikosuria

7. Neurosensori

Gejala :

 Keluhan pusing / pening, sakit kepala

20
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
 Episode epistaksis

Tanda :

 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
 Perubahan retinal optic
8. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

 nyeri hilang timbul pada tungkai


 sakit kepala oksipital berat
 nyeri abdomen
9. Pernapasan

Gejala :

 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas


 Takipnea
 Ortopnea
 Dispnea nocturnal proksimal
 Batuk dengan atau tanpa sputum
 Riwayat merokok

Tanda :

 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan


 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
 Sianosis
10. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

21
11. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

 Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,


penyakit serebrovaskuler, ginjal
 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
 Penggunaan obat / alcoho

22
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah diberikan perawatan pasien akan: Pengkajian
berhubungan dengan Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan  Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
agen injuri biologi oleh indicator sebagai berikut: mengumpulkan informasi pengkajian
1 tidak pernah  Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
2 jarang  Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh
3 kadang-kadang analgesic dan kemungkinan efek sampingnya
4 sering  Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan
5 selalu terhadap nyeri dan respon pasien
 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan
Indicator 1 2 3 4 5
tingkat perkembangan pasien
Mengenali awitan nyeri
Manajemen nyeri:
Menggunakan tindakan pencegahan
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh
keparahan nyeri dan factor presipitasinya
indicator sebagai berikut:
 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
1 sangat berat
mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
2 berat
3 sedang

23
4 ringan Penyuluhan untuk pasien/keluarga
5 tidak ada  Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek
Indicator 1 2 3 4 5
samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
Ekspresi nyeri pada wajah
mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi
Gelisah atau ketegangan otot
bila mengalami nyeri membandel.
Durasi episode nyeri
 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika
Merintih dan menangis
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
gelisah
 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual  Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid
yang efektif untuk mencapai kenyamanan (resiko ketergantungan atau overdosis)
 mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan  Manajemen nyeri:
skala 0-10)  Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
 mengenali factor penyebab dan menggunakan  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi,
tindakan untuk memodifikasi factor tersebut terapi)
 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
 melaporkan pola tidur yang baik Aktivitas kolaboratif
 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

24
 Manajemen nyeri:
 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat
 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah
 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat

2 Anxietas Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan: Pengkajian


berhubungan dengan  Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas  kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi
krisis situasional hanya ringan sampai sedang dan selau menunjukkan fisik setiap……..
pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.  kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
 Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas;  gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
yang dibuktikan oleh indicator sibagai berikut: menurunkan ansietas dimasa lalu
1 tidak pernah  reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan
2 jarang keputusan pasien
3 kadang-kadang

25
4 sering Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
5 selalu  buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk
Indicator 1 2 3 4 5 kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-
Merencanakan strategi tugas yang telah dipelajari
koping untuk situasi  berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti
penuh tekanan teman, tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga
Mempertahankan sukarelawan dan pusat rekreasi
performa peran  informasikan tentang gejala ansietas

Memantau distorsi  ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan

persepsi panic dan gejala penyakit fisik


 penurunan ansietas (NIC);
Memantau manifestasi
 sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan
perilaku ansietas
prognosis
Menggunakan teknik
 instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
relaksasi untuk
 jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami
meredakan ansietas
selama prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika
perlu

26
Aktivitas lain
 pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
 beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
 bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
 sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi
okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
 coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
 dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta
izinkan pasien untuk menangis
 yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara
verbal dan nonverbal secara bergantian
 sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
 sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat
diterima oleh pasien
 singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
 penurunan ansietas (NIC);
 gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

27
 nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
 damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa
takut
 berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
 jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
 bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
ansietas

3 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan perawatan pasien akan Pengkajian


berhubungan dengan menunjukkan:  Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
ketidakberdayaan  Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang berdiri, ambulasi, dan melakukan ADL
fisik dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,  Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
penghematan energy, kebugaran fisik, energy  Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
psikomotorik, dan perawatan diri, ADL. Manajemen energy (NIC):
 Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan  Tentukan penyebab keletihan
oleh indicator sebagai berikut:  Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
1 gangguan eksterm  Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
2 berat  Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang
3 sedang adekuat
4 ringan  Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur
5 tidak ada gangguan dalam jam

28
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
 Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:
Indikator 1 2 3 4 5  Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
Saturasi oksigen saat  Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi
beraktivitas yang perlu dilaporkan ke dokter
Frekuensi pernapasan  Pentingnya nutrisi yang baik
saat beraktivitas  Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas

Kemampuan untuk  Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas

berbicara saat  Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam

beraktivitas fisik keluarga


 Tindakan untuk menghemat energy

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang Manajemen energy (NIC):


 Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah yang akan meminimakan konsumsi oksigen
 Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
2 jarang
3 kadang-kadang untuk mencegah kelelahan

4 sering
5 selalu Aktivitas kolaboratif
 Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
Indikator 1 2 3 4 5
salah satu penyebab

29
Menyadari  Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
keterbatasan energy merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
Menyeimbangkan  Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan
aktivitas dan istirahat jiwa dirumah
Mengatur jadwal  Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
aktivitas untuk pelayanan bantuan perawtan rumah, jika perlu
menghemat energy  Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
 Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung

Aktivitas lain
 Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama
periode istirahat
 Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
 Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
 Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat
dan latihan
 Manajemen energy (NIC);
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
 Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling
banyak

30
 Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
 Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
 Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat
dan menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori
dan energy

Perawatan dirumah
 Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
 Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga
dirumah

31
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny S.E DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI EMERGENSI
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD KOTA BANDUNG

3.1. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S.E
Tanggal Lahir : 10 Mei 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Status : Cerai Mati
No. RM : 878914
Tanggal Masuk : 3/11/2017 jam 23.00
Tanggal Pengkajian : 4/11/2017 jam 16.30
Alamat : Simpangsari RT. 05 RW 01 Kel.
Sukamiskin, Kec. Arcamanik
Kota Bandung

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. D.W
Umur : 45 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Keponakan
Alamat : Simpangsari RT. 05 RW 01 Kel.
Sukamiskin, Kec. Arcamanik
Kota Bandung

31
c. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD mengeluh sakit kepala + 2 hari sebelum masuk RS

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan sakit kepala mendadak 2 hari sebelum masuk RS,


Pasien mengatakan sakit kepala bertambah ketika pasien beraktifitas dan
berkurang ketika pasien tiduran. Sakit kepala yang dirasakan seperti ada
yang memukul (nyeri tumpul), sakit kepala yang dirasakan terus-
menerus dan menjalar hingga ke tengkuk. Skala nyeri 7 (nyeri berat)
dan dirasakan sepanjang hari.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan :
- sebelumnya tidak tahu jika memiliki hipertensi
- Tidak pernah dirawat sebelumnya
- Tidak memiliki riwayat alergi
- Tidak pernah memiliki riwayat pengobatan jangka panjang seperti
(TB, DM, Hipertensi)
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarga ada yang memiliki riwayat hipertensi
yaitu ibu dan 2 orang kakaknya

Genogram

Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien

32
= Menderita penyakit yang sama
= Meninggal
= Menikah
= Hubungan darah

e. Pola Aktifitas Sehari-hari


No ADL Saat Sehat Saat Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
 Jenis Nasi Tim RG
 Frekuensi/Jumlah 1 porsi ½ -1 porsi
 Pantangan Tidak ada rendah garam
dan lemak
 Keluhan Tidak ada Terkadang mual
b. Minum
 Jenis Air putih Air putih
 Frekuensi/Jumlah 2 lt/hr 2 lt/hr
 Pantangan Tidak ada Kafein dan
terlalu banyak
gula
 Keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Istirahat dan Tidur
a. Malam
 Lama +
6-7 jam +
4-5 jam
 Kualitas nyenyak Terbangun2
 Keluhan Tidak ada Sulit tidur mudah
terbangun
b. Siang
 Lama +
2-3 jam +
1 jam
 Kualitas nyenyak Terbangun2
 Keluhan Tidak ada Sulit tidur mudah
terbangun
3 Eliminasi

33
a. BAK
 Frekuensi +
3-4 x/hr +
5-6 x/hr
 Konsistensi N N
 Warna Kuning Jernih Kuning jernih
 Bau N N
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
 Frekuensi 1 x/hr Belum BAB
 Konsistensi lunak -
 Warna N -
 Bau N -

 Kesulitan Tidak ada -


4 Personal Hygiene
a. Mandi
 Frekuensi 2 x/hr 1x/hr (seka)
 Penggunaan Sabun Ya Ya
 Gosok gigi Ya Tdk
 Gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Berpakaian
 Frekuensi 2 x/hr 1 x/hr
f. Pemeriksaan Fisik
1) Penampilan Umum :
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : 15
E :4
M :6
V :5
 TTV : T : 200/120 mmHg
N : 98 x/mnt
R : 19 x/mnt
0
S : 37 C
 BB : 60 kg
 TB : 150 cm

34
2) Sistem Pernafasan

Bentuk thorax: Normal/kiposis/lordosis/scoliosis


RR: 19 x/mnt stridor tidak ada
Pola nafas: teratur
Tidak tampak cyanosis pada bibir dan kuku
Tidak ada clubbing of finger
Tidak ada batuk
Vocal fremitus seimbang
Suara perkusi paru sonor
Suara nafas vesicular
a. Inspeksi :
 Hidung simetris dan tampak kokoh
 Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
 Tidak terdapat pengeluaran sekret pada hidung
 Sinus frontalis dan maksilaris tidak terdapat kemerahan
 Trakhea simetris posisi ditengah
 Dada simetris dan tidak terdapat retraksi dinding dada
b. Palpasi :
 Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung, sinus frontalis maupun
maksilaris
 Tidak terdapat nyeri tekan pada dinding dada
 Ekspansi paru asimetris
c. Perkusi : Terdapat bunyi resonan pada permukaan paru
d. Aukskultasi
 Trakhea : Bunyi napas vesikuler
 Ronchi -/- pada dada
3) Sistem Kardiovaskuler
Wajah tidak tampak pucat, TD:200/120, Nadi:98x/menit, conjungtiva
tidak terlihat sianosis, bibir tidak tampak sianosis, JVP normal ≤ 2 cm,
bunyi jantung S1;S2 reguler, perkusi jantung pekak, tidak adanya
pembengkakan jantung, CRT normal ≤ 3 detik, kehangatan ekstremitas
atas dan bawah teraba hangat. Ictus cordis ada pada ICS 5 (teraba)

35
4) Sistem Pencernaan
a. Mulut dan Kerongkongan
Bentuk : Bibir simetris, Warna merah, agak kering, Mukosa mulut
lembab berwarna pink, Stomatitis Urula warna pink simetris, lidah
tampak putih dapat digerakan ke segala arah, gusi tidak bengkak,
pendarahan gusi tidak ada. Jumlah gigi 32 tidak ada caries.
b. Abdomen
Bentuk: Datar dan lembut, tidak beraba benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan, limfe, hepar tidak teraba, terdapat bising usus di
keempat kuadran. BU: 12x/mnt
5) Sistem Persyarafan
a) Fungsi Serebral
 Kesadaran : Compos Mentis
 Orientasi :
 Orang : Pasien dapat mengingat anggota keluarga
 Tempat : Pasien dapat mengingat keberadaannya
 Waktu : Pasien dapat mengingat waktu saat ini
 Memori : Pasien dapat mengingat kejadian
sebelum dan saat sakit dengan baik
Gaya Bicara : Normal. Pasien mampu berkomunikasi
dengan jelas. Tidak ada gangguan artikulasi (diartria) atau
ketidakmampuan berbahasa (afasia).
b) Fungsi Nervus Cranial

I (Olfaktorius) · Mampu membedakan bau yang spesifik

II (Optikus) · Dapat melihat keseluruhan arah lapang pandang


sentral dan perifer (Lateral, medial, superior &
inferior).
· Mampu membedakan warna
· Visus jauh-dekat baik

III (Okulomotorius) · Pupil kontriksi saat diberi rangsang cahaya.

36
· Menutup dan membuka kelopak mata dengan
simetris
· Gerakan kedua bola mata simetris ke arah superior,
inferior, medial, dan oblik inferior.
· Tidak ada nistagmus

IV (Trochlearis) · Gerakan kedua bola mata simetris ke arah Oblik


superior dan oblik inferior

V (Abdusen) · Gerakan bola mata ke arah lateral simetris

VI (Trigeminus) · Reflek kornea positif bilateral


· Mampu mengidentifikasi lokasi yang diberi
rangsang sentuhan halus, gerakan dan kekuatan otot
wajah simetris
· Otot Masseter berkontraksi simetris

VII (Facialis) · Kekuatan otot wajah simetris


· Lidah mampu membedakan rasa

VIII (Akustikus) · Kedua telinga mampu mendengar hantaran udara


dan tulang secara simetris

IX (Glosopharing) · Suara halus tidak serak


· Reflek muntah positif
· Reflek menelan baik

X (Vagus) · Gerakan uvula simetris

XI (Aksesorius) · Kekuatan dari sepasang otot Trapezius dan


Sternokleidomastoideus kuat dan simetris

XII (Hipoglosus) · Gerakan lidah mampu dikontrol dan tidak


ditemukan deviasi dan tremor
· Kekuatan otot lidah baik

37
1) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran KGB,
tidak ada masa dan tidak ada keluhan.

2) Sistem Genitourinaria
Ginjal tidak teraba membesar,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri
saat perkusi. Bladder teraba kosong dan tidak terdapat nyeri tekan.
Terdapat bunyidalness pada kandung kemih
Klien mengatakan tidak terdapat benjolan atau nyeri di daerah genetalia
klien
Klien mengatakan BAK menggunakan pampers.

3) Sistem Muskuloskeletal
Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terjadi fraktur, edema (-
),kekuatan otot dalam batas normal, dan ditangan sebelah kiri terpasang
infus.
Kekuatan Otot : pasien dapat mengikuti perintah dengan baik

5 5
5 5

4) Sistem Integumen dan Imun


Kulit pasien bersih, warna kulit putih, tidak ada sianosis tidak ada lesi.

5) Sistem Wicara dan THT


a. Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, reflek cahaya +/+, sklera tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, ketajaman penglihatan klien dapat
membaca papan nama, perawat dalam jarak 30 cm terdapat
lingkaran hitam pada pal pebra.
b. Sistem pendengaran
Klien dapat mendengar dengan baik, terbukti klien dapat menjawab
pertanyaan dari perawat dengan baik.
c. Pengecapan dan penciuman

38
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan spirtus, fungsi
penciuman klien masih baik.
d. Perabaan
Turgor kulit baik, klien dapat membedakan panas dan dingin

g. Data Psikologis
1) Status Emosi
Emosional klien tampak stabil, tidak mudah marah dan sensitif.
2) Kecemasan
Klien tampak sedikit cemas
3) Pola Koping
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada tim medis tentang
kondisi penyakitnya. Dalam mengatasi masalah klien sering meminta
bantuan orang lain
4) Konsep Diri
a. Body Image :
Klien mengatakan klien paling suka dengan bagian kulit klien karena
kulit klien putih,
Klien mengatakan akan bersabar dalam menerima sakit yang di
derita
b. Harga Diri :
Klien berkata dengan keadaan klien saat ini klien tidak dapat
mengurus anaknya yang masih sekolah. Klien tau tentang
penyakitnya saat ini dan klien berharap klien akan cepat sembuh dan
dapat berkumpul kembali dengan keluarganya dan dapat kembali
mengurus anaknya.
c. Ideal Diri :
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak menginginkan apa-
apa, klien hanya berharap supaya ia bisa sembuh seperti semula.
d. Peran Diri :
Klien mengatakan bahwa selama dia dirawat kegiatannya sehari-
harinya sebagai ibu rumah tangga sudah tidak dapat dilakukannya
lagi, dan digantikan oleh adiknya dalam mengurus anaknya.

39
e. Identitas Diri :
Klien mengatakan dia adalah seorang perempuan. Anak ke 3 dari 4
bersaudara dan telah menikah, mempunyai 2 orang anak.

h. Data Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan 2 orang anak, dan saat ini tinggal
bersama kedua anaknya. Suami pasien sudah meninggal sejak 5 tahun yang
lalu. Dalam menjawab pertanyaan klien relevan dan jelas dalam
mengucapkan kata-kata walapun sedikit terengah-engah. Gaya hidup klien
cukup sehat klien tidak pernah merokok dan minum-miinuman keras.

i. Data Spiritual
Klien beragama islam. Klien selaluu melaksanakan shalat dengan alasan
bahwa shalat itu adalah kewajibat setiap orang muslim meskipun dalam
keadaan sakit. Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya dan klien menerima
keadaannya saat ini sebagai peringatan dari Alla swt.

j. Data Penunjang
1) Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 3 November 2017
No Jenis Hasil Nilai Interpretasi
Pemeriksaan Rujukan
1 Hb 14,5 11,7-15,5 Normal
2 PCV 42 40-52 Normal
3 Eritrosit 5,03 3,8-5,2 Normal
4 MCV 84 80-100 Normal
5 MCH 24 26-34 Normal
6 MCHC 24 32-36 Normal
7 Leukosit 8600 3,6-11,0 Normal
8 Trombosit 389.000 150-440 Normal
9 GDS 97 70-200 Normal
10 Troponin T 15,41 < 0,1 ng/ml Tinggi

40
2) Pemeriksaan Penunjang Lainnya :

EKG : tanggal 3 November 2017 jam 14:02


No Jenis Pemeriksaan Hasil
1 Vent. rate 123 bpm
2 PR int 156 ms
3 QRS 86
4 QT/QTc 302/375
5 P/QRS/T axis 25/72/-44
6 RV5/SV1 0,790/0,295
7 RV5+SV1 1,085
Kesimpulan: Abnormal EKG
Sinus tachycardia (vent.rat >=100 bpm)
Minimal ST depression
Twave abnormality, posible anterolateral ischemia
Twave abnormality, posible interior ischemia
k. Program dan Rencana Pengobatan
Tgl Therapi dosis axes keterangan
3/11 Infus RL 4 lb/hr 28 gtt iv
Cedocard 5 mg 10 cc/jam SP
Lasix 2x60 mg iv
Rantin 2x50 mg iv
Asetosal 1x1 p.o
Letonal 1x25 mg p.o
Digoxin 1x1 p.o
4/11 Infus RL 3 lb/hr 20 gtt iv
Cedocard 8 mg 16 cc/jam SP Target 140 sistol
Digoxin 1x1 p.o stop
concor 1x2,5 p.o
Irbesartan 1x300 p.o Tambahan
Amlodipin 1x10 p.o
Alprazolam 1x0,5 p.o
5/11 Cedocard SP stop

41
2. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 S: Pasien mengatakan Vasokonstriksi Nyeri akut
sakit kepala menjalar pembuluh darah
hingga ke tengkuk. 
O: TD: 200/120 mmHg Gangguan sirkulasi
N : 92 x/mt pada otak
RR: 19 x/mt 
Suplai O2 otak
menurun

Resistensi pembuluh
darah otak meningkat

Nyeri kepala
2 S: pasien mengatakan Gangguan sirkulasi Intoleransi aktivitas
badan terasa lemas pembuluh darah
O: ku lemah sistemik
kesadaran CM 
TD: 200/120 mmHg Vasokonstriksi
Aktivitas pasien 
dibantu oleh keluarga Afterload meningkat
dan perawat 
Fatique

Intoleransi aktifitas
3 S: pasien mengatakan Vasokonstriksi Gangguan pola tidur
sejak di RS menjadi sulit pembuluh darah
tidur 
O: ku lemah Gangguan sirkulasi
kesadaran CM pada otak
TD: 200/120 mmHg 

42
Aktivitas pasien Suplai O2 otak
dibantu oleh keluarga menurun
dan perawat 
Resistensi pembuluh
darah otak meningkat

Gangguan pola tidur
4 S: Pasien mengatakan kurangnya informasi Kurang pengetahuan
tidak tahu jika memiliki tentang proses penyakit
penyakit hipertensi dan
tidak tahu bagaimana cara
mengatasinya
O:-

A. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan
Tanggal Nama & Paraf
1 2 3 4
1 Nyeri akut b.d Peningkatan 4/11/17 Ika
tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
2 Intoleransi aktivitas b.d 4/11/17 Ika
Kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
3 Gangguan pola tidur 5/11/17 Ika
4 Kurang pengetahuan 4/11/2017 ika
berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang
proses penyakit

43
B. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Nyeri akut b.d NOC : NIC : 1. meminimalkan
Peningkatan tekanan  Pain Level, 1. Mempertahankan tirah stimulasi/meningkatkan
vaskuler serebral dan  Pain control, baring selama fase akut. reabsorpsi
iskemia  Comfort level 2. Berikan kompres dingin, 2. tindakan yang menurunkan
Kriteria Hasil : ajarkan teknik relaksasi tekanan vaskuler serebral dan

 Mampu mengontrol nyeri 3. Beri penjelasan cara untuk memblok respon simpatis

(tahu penyebab nyeri, meminimalkan aktivitas efektif dan menghilangkan

mampu menggunakan vasokontrisi sakit kepala.

tehnik nonfarmakologi 4. Bantu pasien dalam 3. aktivitas yang meningkatkan

untuk mengurangi nyeri, ambulansi sesuai vasokontriksi menyebabkan

mencari bantuan) kebutuhan sakit kepala.

 Melaporkan bahwa nyeri 5. Kolaborasi dalam 4. pening/pusing selalu

berkurang dengan pemberian analgesikom berkaitan dengan sakit kepala

menggunakan manajemen dan penenang

nyeri

44
 Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang
normal

2 Intoleransi aktivitas b.d NOC : NIC :


Kelemahan,  Energy conservation Energy Management
ketidakseimbangan  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
suplai dan kebutuhan Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
oksigen  Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
aktivitas fisik tanpa disertai 2. Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan

45
peningkatan tekanan darah, 3. Monitor pasien akan
nadi dan RR adanya kelelahan fisik dan
 Mampu melakukan aktivitas emosi secara berlebihan
sehari hari (ADLs) secara 4. Monitor pola tidur dan
mandiri lamanya tidur/istirahat
pasien
5. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
6. Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas

46
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual

3 Gangguan pola tidur NOC NIC


akibat faktor eksternal 1. Anxiety reduction 1. Sleep Enhancement
2. Comfort level 2. Determinasi efek-efek
3. Pain level medikasi terhadap pola
4. Rest : Extent and Pattern tidur
5. Sleep : Extent an Pattern 3. Jelaskan pentingnya tidur
Kriteria Hasil : yang adekuat
1. Jumlah jam tidur dalam 4. Ciptakan lingkungan yang
batas normal 6-8 jam/hari nyaman
2. Pola tidur, kualitas dalam 5. Kolaborasikan pemberian
batas normal obat tidur
3. Perasaan segar sesudah 6. Diskusikan dengan pasien
tidur atau istirahat dan keluarga tentang
teknik tidur pasien

47
4. Mampu 7. Instruksikan untuk
mengidentifikasikan hal-hal memonitor tidur pasien
yang meningkatkan tidur 8. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu
tidur
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari
dan jam
4 Kurang pengetahuan NOC : NIC : NIC :
berhubungan dengan  Kowlwdge : disease 1. Tetapkan dan nyatakan 1. memberikan dasar untuk
kurangnya informasi process batas tekanan darah pemahaman tentang
tentang proses penyakit  Kowledge : health normal. Jelaskan tentang peningkatan tekanan darah
Behavior hipertensi dan efeknya dan mengklarifikasikan
Kriteria Hasil : pada jantung, pembuluh istilah medis yang sering di
1. Pasien dan keluarga darah ginjal dan otak gunakan. Pemahaman bahwa
menyatakan pemahaman 2. Hindari mengatakan tekanan darah tinggi dapat
tentang penyakit, kondisi, tekanan darah normal dan terjadi tanpa gejalah ini
prognosis dan program gunakan istilah terkontrol adalah untuk memungkinkan
pengobatan dengan baik saat pasien untuk melanjutkan
2. Pasien dan keluarga menggambarkan tekanan pengobatan meskipun ketika
mampu melaksanakan merasa sehat

48
prosedur yang dijelaskan darah pasien dalam batas 2. karena pengobatan untuk
secara benar yang di inginkan. hipertensi adalah sepanjang
3. Pasien dan keluarga 3. Bantu pasien untuk kehidupan, maka dengan
mampu menjelaskan mengidentifikasi faktor- penyampaian ide terkontrol
kembali apa yang faktor resiko akan membantu pasien untuk
dijelaskan perawat/tim kardiovaskuler yang dapat memahami kebutuhan untuk
kesehatan lainnya. di ubah misalnya obesitas, melanjutkan pengobatan /
diet tinggi lemak jenuh, medikasi.
kolesterol, pola hidup 3. faktor-faktor resiko ini telah
monoton, merokok dan menunjukkan hubungan
minum alcohol dalam menunjang hipertensi
4. Bahas pentingnya dan penyakit kardiovaskulert
menghentikan merokok serta ginjal
dan bantu pasien 4. nikotin dapat meningkatkan
membuatkan rencana katekolamin, mengakibatkan
dalam menghentikan peningkatan frekuensi
merokok jantung jantung, TD, dan
5. Sarankan pasien untuk vasokontriksi, mengurangi
sering mengubah oksigenasi jaringan dan
posisi,olah raga kaki saat meningkatkan beban kerja
berbaring miokardium.

49
5. menurunkan bendungan
vena perifer yang dapat di
timbulkan oleh vasodilator
dan duduk/berdiriterlalu
lama.

50
C. Pelaksanaan
Tanggal Tindakan DP ke Paraf
dan Jam
1 2 3 4
4 Nov 2017 1 Ika
16.00 1. Mengontrol TTV
TD: 200/180 mmhg
16.30 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapi
Th/cedocard dinaikkan dosisnya dari 5 mg/jam
menjadi 8 mg/jam dengan pemberian maksimal 10
mg/jam
17.00 3. Mengontrol TD
190/100 mmhg
17.10 4. Memberi therapi lasix 60 mg iv
Concor 2,5 po
5 Nov 2017 3 Ika
15.00 1. Mengontrol TTV
TD: 180/90 mmhg
17.00 2. Memberi therapi lasix 60 mg iv
Concor 2,5 po
19.30 3. Mengkaji ulang keluhan pasien: pasien mengatakan
tidak bisa tidur
20.00 4. Melakukan kolaborasi pemberian th/alprazolam 0,5
po sebelum tidur
6 Nov 2017 Ika
15.00 1. Mengontrol TTV
TD: 130/90 mmhg
17.00 2. Melepas syiring pump untuk th/cedocard
19.30 3. Memberi therapi lasix 60 mg iv
Concor 2,5 po
20.00 4. Mengkaji ulang keluhan pasien: pasien mengatakan
tidak tinggal lemas

51
21.00 5. Melakukan kontrak waktu untuk prosedur
memandikan esok hari
7 Nov 2017 2 ika
07.00 1. Melakukan kontrak waktu
08.30 2. Memandikan pasien
3. Melakukan oral hygiene
4. Mengganti linen
5. Melepas infus 4
6. Memberikan pendidikan kesehatan
11.00 7. Menjelaskan prosedur kontrol ke unit rawat jalan

D. Evaluasi

Hari/Tanggal DP Perkembangan Paraf


ke
1 2 3 4
7/11/2017 1 S: Pasien mengatakan sudah tidak nyeri kepala Ika
O: Ku Baik, kes CM
TD: 130/80
N: 82 x/mt
S : 36 oC
A: Masalah teratasi
P : STOP
7/11/2017 2 S: Pasien mengatakan sudah merasa lebih segar Ika
O: Ku Baik, kes CM
Pasien tampak lebih segar
Mobilisasi jalan
A: Masalah teratasi
P : STOP
7/11/2017 3 S: Pasien mengatakan semalam dapat tidur Ika
nyenyak
O: Ku Baik, kes CM
Pasien tampak segar dan tidak mengantuk

52
TD: 130/80
N: 82 x/mt
S : 36 oC
A: Masalah teratasi
P : STOP
7/11/2017 4 S: Pasien mengatakan sudah mengerti tentang Ika
penyakitnya.
Pasien mengatakan akan berobat teratur
O: -
A: Masalah teratasi
P : STOP

53
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Hipertensi adalah proses penyakit seumur hidup. Perawat membantu pasien
dalam mengontrol penyakit dengan meminta pasien untuk sering cek tekanan darah,
berkunjung ketempat pelayanan kesehatan secara rutin dan penyuluhan kesehatan.
Telah dibuktikan oleh beberapa penyeidik bahwa dengan mengendalikan
tekanan darah angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Oleh karena itu,
meskipun etiologinya belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi dapat dimulai.
Yang masih menjadi masalah adalah penentuan saat mulainya pengobatan. Hal ini
penting karena pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup.
3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat sadar akan kesehatannya seperti pola makan dan
olahraga teratur. Karena penyakit hipertensi ini dapat menyerang segala umur dan
untuk pengobatannya dilakukan selama seumur hidup.

54
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2010;33:613-23.

Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital


Physician 2009:43-50

Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 20 Februari 2011
: Http://yayanakhyar.wordpress.com

Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20


februari 2011 : http://baike.baidu.com/view/2130696.htm

Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http:


//www.depkes.org.

Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus
Books, Yogyakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 20 Desember 2010 : http://www.dinkesjatengprov.go.id

Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke,


Hipertensi, & Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta

Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. EGC.
Jakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai