ABSTRAK
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul Perubahan Jumlah
Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit terhadap Jumlah Trombosit pada Penderita
dengan dugaan Infeksi Dengue yang Dirawat di UPT Puskesmas DTP Beber
disusun.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan skripsi
yang penulis rasa masih jauh dari sempurna. Dengan hati terbuka, penulis
menerima saran dan kritik membangun yang dapat membuat skripsi ini menjadi
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bisa diterima dan berguna bagi semua pihak
yang memerlukannya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
1.4 Kegunaan Penelitian......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1 Leukosit ........................................................................................................... 5
2.2 Hitung Jenis Leukosit....................................................................................... 6
2.3 Rasio Netrofil-Limfosit .................................................................................... 9
2.4 Trombosit ....................................................................................................... 10
2.5 Infeksi Dengue Secara Umum ....................................................................... 12
2.6 Patogenesis dan Patofisologi Infeksi Dengue ................................................. 12
2.7 Diagnosis dan Klasifikasi Kasus Infeksi Dengue ........................................... 16
.......................................................................................................... 58
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Sel Darah Tepi ................................... 6
Tabel 3.1 Nilai Normal Pemeriksaan Darah Tepi pada Dewasa........................... 38
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian............................................................. 42
Tabel 4.2 Karakteristik Hasil Pemeriksaan Darah Subjek Penelitian ................... 43
Tabel 4.3 Jumlah Trombosit pada Subjek Penelitian ............................................ 44
Tabel 4.4 Jumlah Leukosit pada Subjek Penelitian .............................................. 45
Tabel 4.5 Persentase Hitung Jenis Netrofil pada Subjek Penelitian ..................... 48
Tabel 4.6 Jumlah Absolut Netrofil pada Subjek Penelitian .................................. 49
Tabel 4.7 Persentase Limfosit pada Subjek Penelitian ......................................... 51
Tabel 4.8 Jumlah Absolut Limfosit pada Subjek Penelitian ................................. 51
Tabel 4.9 Rasio Netrofil-Limfosit (RNL) pada Subjek Penelitian ...................... 53
Tabel 4.10 Persentase Monosit pada Subjek Penelitian ........................................ 55
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View dari demam
dengue, demam berdarah dengue dan sindroma renjatan dengue
berdasarkan pandangan terintgrasi.. ................................................. 15
Gambar 2.2 Klasifikasi Kasus Dengue WHO 2009.............................................. 18
Gambar 2.3 Timeline jumlah antibodi dari infeksi primer dan sekunder dengue
dan metode diagnostik untuk mendeteksi infeksi dengue ................
21
Gambar 2.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada infeksi dengue. .................. 22
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 33
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Leukosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode Kritis
Infeksi Dengue ................................................................................. 46
Grafik 4.2 Jumlah Absolut Netrofil terhadap Jumlah Trombosit pada Periode
Kritis Infeksi Dengue ....................................................................... 50
Grafik 4.3 Jumlah Absolut Limfosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode
Kritis Infeksi Dengue ....................................................................... 52
Grafik 4.4 Rasio Netrofil-Limfosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode Kritis
Infeksi Dengue ................................................................................. 54
Grafik 4.5 Jumlah Absolut Monosit terhadap Jumlah Trombosit pada Periode
Kritis Infeksi Dengue ....................................................................... 56
xii
DAFTAR SINGKATAN
ACTH
: Adrenocorticotropic Hormone
APC
: Antigenpresenting cell DBD
:
Demam Berdarah Dengue DD
: Demam Dengue
DENV
: Dengue Virus
DHF
: Dengue Haemorrhagic Fever
DIC
: Disseminated Intavascular Coagulation
ELISA
: Enzyme-linked immunosorbent assay
FKUP
: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
HIT
: Heparin-induced Thrombocytopenia
HLA
: Human leukocyte antigen
IgG
:
Immunoglobulin
G
IgM
:
Immunoglobulin M IL: InterleukinISK
: Infeksi Saluran Kemih
ISPA
: Infeksi Saluran Pernapasan Atas
N.Batang
: Netrofil Batang
N.Segmen : Netrofil Segmen
NAAT
: Nucleic acid-based tests
NLCR
: Neutrophil-Lymphocyte Count Ratio
NS-1
: Nonstructural protein 1
PT
: Prothrombin time
PTT
: partial thromboplastin time
RNA
: Ribonucleic acid
RNL
: Rasio Netrofil-Limfosit
RSHS
: Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
SPSS
: Statistical Package for the Social Sciences
SRD
: Sindroma Renjatan Dengue
WHO
: World Health Organization
xv
BAB I
PENDAHULUAN
luas seperti ke kota-kota baru bahkan sekarang ini sampai ke desa-desa. Lebih
dari 70% populasi yang beresiko terinfeksi dengue berada di daerah Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, seperti di Indonesia. Indonesia merupakan negara
tropis yang terletak di antara dua garis lintang isotherm Januari dan Juli. Daerah
diantara dua garis isotherm tersebut merupakan tempat yang sangat ideal untuk
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus sebagai
vektor virus dengue.
dengue dengan tanda bahaya dan dengue berat. Semua grup penyakit di atas
disebabkan oleh infeksi virus dengue (DENV). Virus dengue merupakan virus
famili Flaviviridae - genus Flavivirus. Secara antigenik DENV dibedakan atas 4
jenis serotipe, yaitu DENV-1. DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Penelitian Porter
K.R, dkk menyatakan infeksi primer DENV-1 dengan infeksi sekunder DENV-2
dapat menimbulkan dengue berat. Di Indonesia keberadaan keempat serotipe
dengan didominasi oleh DENV-2 pernah diidentifikasi oleh Alisjahbana B, dkk
berat seringkali sulit. Angka kematian penderita dengue berat 3 sampai 10 kali
4
lebih tinggi dibandingkan infeksi dengue tanpa tanda bahaya. Untuk membantu
mengelompokkan
penderita
dengan
kemungkinan
dengue
berat,
WHO
menentukan beberapa tanda bahaya seperti: sakit pada bagian perut, muntah terusterusan, akumulasi cairan klinis yang diberikan, perdarahan mukosa, letih lesu,
hepatomegali >2 cm, dan peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi) bersamaan
dengan penurunan drastis dari jumlah trombosit (trombositopeni), merupakan
salah satu kriteria laboratorium non-spesifik sebagai tanda bahaya yang terjadi
2
pada awal periode kritis. Trombositopeni yang terjadi pada hari ketiga-keempat
sakit akan mempermudah diagnosis infeksi dengue berikut dengan rencana
penanganannya.
2009, keadaan jumlah leukosit < 5000 sel/m (leukopenia) dimasukkan dalam
2
presumptive diagnosis. Selain jumlah leukosit yang perlu diamati, WHO Pakistan
menyatakan bahwa Rasio Netrofil-Limfosit (netrofil < limfosit) berguna untuk
6
dan hitung jenis leukosit pada infeksi dengue perlu diamati untuk dapat
memprediksi kebocoran plasma pada periode kritis, yang merupakan faktor
prognosis pada infeksi dengue.
Untuk penyakit yang penanganannya hanya berupa pemberian cairan,
tidak membutuhkan pengobatan dengan teknologi tinggi, angka kematian
penderita infeksi dengue masih tinggi. Dengan mengetahui perubahan jumlah
leukosit dan hitung jenis leukosit terhadap jumlah trombosit ketika penderita
dengue dirawat dapat membantu dalam peningkatan kewaspadaan pada periode
2,7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leukosit
Leukosit, sering disebut sel darah putih, merupakan sel darah yang
mengandung inti yang ada dalam tubuh manusia yang berfungsi mekanisme
8
pertahanan tubuh. Leukosit secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok,
yaitu granulosit jika dalam sitoplasmnaya terlihat granula, dan agranulosit jika
plasmanya tidak bergranuler. Jenis leukosit yang masuk kedalam leukosit
granulosit, antara lain netrofil, basofil, dan eosinofil, dan yang termasuk leukosit
agranulosit adalah monosit dan limfosit.
Untuk menjalankan
fungsi di atas, leukosit menggunakan metode cari dan serang, yaitu dengan cara
sel-sel tersebut pergi ke tempat yang terinvasi atau jaringan yang rusak. Alasan
utama mengapa leukosit terdapat di dalam darah adalah agar mereka dapat dengan
cepat diangkut dari tempat pembentukkannya dan penyimpanannya ke mana
9
mereka diperlukan.
orang dewasa normal kisaran jumlah leukosit sebesar 4.400- 11.300/L darah.
Nilai Absolut
(per m3)
N. Batang
3-5
100-650
N. Segmen
40-70
3000-7500
`1-6
0-450
Eosinofil
Basofil
0-1
0-200
Limfosit
30-45
1500-4500
Monosit
2-10
100-500
Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masingmasing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan dengan jumlah leukosit total (sel/l). Hitung jenis
leukosit berbeda-beda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak daripada
netrofil segmen, sedangkan pada orang dewasa kebalikannya. Dalam hitung jenis
leukosit juga terdapat variasi dari satu sediaan apus ke sediaan lainnya, dari satu
lapang pandang ke lapang pandang lainnya. Kesalahan karena distribusi ini dapat
mencapai 15%. Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih
dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/l perlu dikoreksi dengan
13
melakukan perhitungan pada apusan baru. Selanjutnya akan dibahas satu persatu
jenis-jenis leukosit yang terlibat dalam hitung jenis leukosit.
2.2.1 Basofil
Basofil jumlahnya 0-1 % dari leukosit darah, ukuran garis tengah 12 m,
inti satu, besar bentuk pilihan ireguler, umumnya bentuk huruf S, sitoplasma
basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali menutupi inti, bentuknya
ireguler
berwarna
metakromatik,
dengan
campuran
jenis
pewarnaan
11
2.2.2 Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-6 % leukosit darah, berukuran sama atau sedikit
11
10
2.2.3 Neutrofil
Neutrofil merupakan 43 -75 % dari leukosit yang beredar dan hanya
14
Netrofil yang terdapat pada apusan darah tepi biasa terdiri dari dua jenis,
yaitu netrofil batang dan netrofil tersegmentasi. Perbedaan utama dari
keduanya ialah jumlah lobus nukelusnya. Pada netrofil batang, lobus nukelus
terlihat seperti tapal kuda yang merupakan satu lobus, sedangkan pada netrofil
segment terdiri dari beberapa lobus (biasanya tiga lobus).
11
2.2.4 Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang berbentuk
sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil.
11
Berdasarkan fungsi, limfosit dibagi menjadi dua kelas, Limfosit B dan Limfosit
T, yang bertanggung jawab untuk imunitas humoral dan selular. Sebagian
besar limfosit adalah limfosit kecil, berukuran 7-10 m dengan diameter bulat
atau dengan sedikit indentasi heterokromatik inti yang hampir mengisi seluruh
sel dan lingkaran tipis sitoplasma yang mengandung butiran basofilik sedikit.
Limfosit akan teraktivasi dengan adanya kontak dengan antigen, kemudian
limfosit kecil mulai melakukan sintesis makromolekul dan membesar pada
sitoplasmanya sampai sel berukuran diameter 10-30 m, dan inti menjadi
kurang heterokromatik, mereka kemudian disebut sebagai limfosit besar. Selsel ini kemudian berdiferensiasi menjadi sel memori B dan T dan ke dalam
berbagai jenis sel efektor lainnya seperti: sel B menjadi sel plasma dan sel T
menjadi sel helper, sel sitotoksik, dan sel suppressor.
2.2.5 Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar, 2-9% dari jumlah leukosit
normal, diameter 9-10 m tapi pada sediaan darah kering diameter mencapai
11
20 m atau lebih.
berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak dengan pulasan wright berupa
biru abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil merupakan lisosom primer.
19
kanker kolrektal.
Perhitungan rasio netrofil-limfosit juga pernah digunakan pada penyakitpenyakit infeksi. Seperti yang dilakukan oleh de Jager pada tahun 2010 untuk
20
sistemik adalah lebih besar dari 10. Penelitian lainnya ialah penggunaan rasio ini
sebagai parameter untuk skrining pada infeksi virus influenza H1N1 oleh Ajit
21
Indavarapu pada tahun 2011. Ajit menemukan bahwa perhitungan rasio netrofillimfosit pada infeksi virus influenza H1N1 adalah lebih kecil dari 2.
2.4 Trombosit
Trombosit, disebut juga platelet, merupakan partikel menyerupai sel
(fragmen sel) yang berfungsi sebagai bagian dari mekanisme untuk menjaga
hemostasis darah dengan menghentikan perdarahan. Trombosit memiliki beberapa
komponen penting yang berfungsi dalam sistem pembekuan darah, diantaranya
adalah cincin mikrotubulus yang berada di tepinya dan lekukan membran yang
luas dengan sistem saluran kompleks
22
ekstraselular.
cairan
cukup dalam jumlah maupun kualitasnya. Trombosit yang berfungsi dengan baik
akan berkumpul pada daerah yang mengalami perdarahan untuk kemudian
diaktifkan. Setelah mengalami pengaktifan, trombosit akan melekat satu sama lain
dan menggumpal untuk membentuk sumbatan (plug) yang membantu menutup
pembuluh darah yang bocor dan kemudian menghentikan perdarahan. Pada saat
yang sama, trombosit melepaskan faktor-faktor yang membantu dalam
8
pembekuan darah.
11
antara 2-4 m, lebih kecil dari sel eritrosit dan leukosit. Waktu paruh trombosit
sekitar 4-7 hari. Trombosit yang berada dalam sistem sirkulasi berjumlah sekitar
70% dan sisanya 30% berada di dalam pembuluh darah kecil limpa sebagai
8,11
penghancuran platelet.
23
100.000/L pada masa infeksi virus. Setelah masa infeksi berakhir, jumlah
trombosit akan berangsur-angsur normal seiring keadaan penderita yang mulai
2
membaik. Meskipun demikian, jumlah trombosit perlu terus dipantau dan dijaga
pada kisaran tertentu agar tidak membahayakan kondisi penderita. Menurut WHO
tahun 2009, bila jumlah trombositnya kurang dari 60.000/L darah, penderita
2
(arthropod-bourne viruses).
24
dengan yang lainnya. . Infeksi DENV merupakan penyebab utama penyakit pada
daerah tropis dan suptropis, dengan perkiraan 50 juta infeksi muncul tiap
tahunnya dan lebih dari 2,5 miliar orang berada dalam resiko untuk terkena
infeksi.
1,2,24
Infeksi serotipe manapun oleh DENV bisa jadi tak bergejala pada banyak
kasus atau pada beberapa kasus menyebabkan gejala yang sangat luas, tidak
24
menjurus,
Dengue
[DD])
sampai
bentuk
paling
parah
dari
penyakit
ini,
yang
24
belum diduga multifaktorial dan sulit untuk melihatnya dalam satu kesatuan sudut
pandang. Meskipun demikian, beberapa teori yang sudah bermunculan dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan klinis.
24
Infeksi oleh DENV pada makrofag, sel hati, dan sel endotel
mempengaruhi bagaimana respon hemostasis dan repon imun tubuh merespon
terhadap DENV. Sebagian besar selsel yang terinfeksi akan mati dengan cara
apoptosis dan sebagian kecil
nekrosis akan menghasilkan produk toxin, yang akan mengaktifkan koagulasi dan
sistem fibrinolitik. Berdasarkan adanya infeksi pada sel stromal sum-sum tulang
27
24
trombositopenia yang parah dan disfungsi platelet. Pada saat bersamaan, infeksi
menstimulasi pembentukan antibodi spesifik dan respon imun selular (limfosit)
terhadap DENV. Ketika IgM antibodi yang bereaksi-silang dengan sel endotel,
trombosit dan plasmin terjadi, terbentuklah siklus yang terus memperparah
terjadinya koagulopati dan peningkatan permabilitas vaskuler. Sebagai tambahan,
IgG yang terbentuk berikatan dengan virus yang heterolog pada infeksi sekunder
dan menginduksi APC yang kemudian akan memberikan kontribusi pada
tingginya viral load pada viremia sekunder di beberapa penderita.
24
Lebih jauh lagi, tingginya viral load menstimulasi secara belebihan crossreactive T cell baik yang rendah maupun tinggi aviditasnya. Pada konteks HLA
haplotype tertentu, cross-reactive T cell akan mencegah pembersihan virus,
bersamaan dengan itu menghasilkan sitokin-sitokin proinflamasi dan mediatormediator lain yang banyak. Tingginya kedua faktor soluble tersebut kemudian
akan menginduksi sel endotel yang akan memperparah keadaan koagulopati
24
Gambar 2.1 Model Dengue Virus Pathogenesis: an Integrated View dari demam
dengue, demam berdarah dengue dan sindroma renjatan dengue
berdasarkan pandangan terintgrasi. Garis hitam menunjukkan proses
kejadian, kotak berwarna menunjukkan keadaan patologis yang
terjadi. Setiap proses kejadian akan memberi efek pada sel endotel,
maupun sistem hemostasis.
Sumber: Martina et al., 2009
2,6
memenuhi kriteria yang ketat dari klasifikasi yang lama tersebut membuat
klasifikasi lama ini dirombak ulang.
Kepraktisan
klasifikasi
2,6,24
WHO
2009
dapat
2,6
membantu
meningkatkan
kerusakan organ yang parah. Penderita yang termasuk dengue berat dari
klasifikasi WHO 2009 ini seperti DBD grade III dab grade IV pada klasifikasi
WHO 1997.
oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai
trombosit yang disertai atau segera disusul dengan peningkatan nilai hematokrit
sangat unik pada dengue berat dan kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat
suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit
dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh perdarahan.
Jumlah leukosit bisa kurang dari normal (leukopenia), limfositosis relatif
dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok
2
2,6
Sebelum hari kelima sejak gejala pertama muncul, selama periode demam,
infeksi dengue dapat didiagnosis dengan isolasi virus dalam kultur sel, dengan
deteksi RNA virus dengan tes amplifikasi asam nukleat (NAAT), atau dengan
deteksi antigen virus dengan ELISA atau rapid test. Virus dalam kultur sel isolasi
biasanya dilakukan hanya di laboratorium dengan infrastruktur yang mencukupi
dan keahlian teknis yang memadai.
Untuk kultur virus, penting untuk menjaga sampel darah didinginkan atau
dibekukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup virus selama transportasi
dari penderita ke laboratorium. Isolasi dan identifikasi virus dengue dalam kultur
sel biasanya memakan waktu beberapa hari. Tes deteksi asam nukleat dengan
karakteristik kinerja yang sangat baik untuk mengidentifikasi RNA virus dengue
dalam waktu 24-48 jam. Namun, tes ini membutuhkan peralatan dan reagen yang
mahal, dan untuk menghindari kontaminasi, tes harus mengamati prosedur
pengendalian mutu dan harus dilakukan oleh teknisi berpengalaman. Kit
pendeteksi antigen Nonsructural-1(NS-1) virus dengue sekarang tersedia secara
komersial dan dapat digunakan di laboratorium dengan peralatan yang terbatas
dan hasil didapatkan dalam beberapa jam. Rapid dengue antigen test dapat
2
digunakan di lapangan dan memberikan hasil dalam waktu kurang dari satu jam.
spesimen tidak menjadi masalah karena imunoglobulin stabil pada suhu kamar .
Gambar 2.3 Timeline jumlah antibodi dari infeksi primer dan sekunder dengue dan
metode diagnostik untuk mendeteksi infeksi dengue
Sumber: WHO Pakistan
penyakit: periode demam, periode kritis, dan periode penyembuhan . Dari periode
demam ke periode kritis, pengamatan klinis penderita sangat dibutuhkan dalam
upaya pencegahan ke arah dengue berat. Pemeriksaan laboratorium sederhana
yang meliputi hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah
trombosit merupakan prosedur standar yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan
darah yang mempunyai bermaknasi dalam menentukan pengelolan penyakit
antara lain pemeriksaan jumlah leukosit dan jumlah trombosit.
Sumber: Yip WCL. Dengue Hemorrhagic Fever: Current Approaches to Management. Medical
Progress October 1980.
sakit tenggorokan, faring dan injeksi konjungtiva. Hal tersebut terjadi juga pada
berbagai jenis penyakit infkesi lain, membuat kita sulit membedakan demam
dengue dari demam non-dengue pada periode ini. Tes tourniquet positif dalam
periode ini meningkatkan kemungkinan dengue. Tes torniket bernilai positif pada
kasus demam berdarah yang parah maupun yang ringan. Oleh karena itu
pemantauan untuk tanda bahaya dan parameter klinis lainnya
penting untuk
dan tetap di bawah angka ini, biasanya pada hari-hari 3-7 penyakit,
meningkat terjadi. Ini menandai awal periode kritis. Periode kebocoran plasma
yang bermakna secara klinis biasanya berlangsung 24-48 jam.
Leukopenia progresif diikuti dengan penurunan cepat jumlah trombosit
biasanya mendahului kebocoran plasma. Pada titik ini penderita tanpa
peningkatan permeabilitas kapiler akan membaik, sementara penderita dengan
peningkatan permeabilitas kapiler menjadi lebih buruk sebagai hasil volume
plasma yang bocor keluar. Nilai hematokrit yang tinggi mencerminkan keparahan
kebocoran plasma.
Syok terjadi ketika volum kritis plasma hilang melalui kebocoran. Hal ini
sering didahului oleh tanda bahaya. Suhu tubuh di bawah normal biasa terjadi saat
syok. Syok yang berkepanjangan secara tidak langsung akan menyebabkan
kerusakana organ, metabolic acidosis, dan DIC karena hipoperfusi. Hal ini
nantinya akan menyebabkan perdarahan yang parah menyebabkan penurunan
hematokrit pada syok berat. Bukan leukopenia yang akan terlihat selama periode
demam berdarah, malahan total jumlah sel putih dapat meningkat pada penderita
dengan perdarahan hebat. Selain itu, gangguan organ yang parah seperti hepatitis
yang parah, ensefalitis atau miokarditis dan atau pendarahan parah
juga dapat
demam berdarah dengan tanda bahaya. Kasus demam berdarah dengan tandatanda bahaya mungkin akan sembuh dengan rehidrasi intravena awal. Beberapa
kasus akan memburuk menjadi dengue yang berat.
2.11.3 Periode Pemulihan
Jika penderita bertahan periode kritis 24-48 jam, reabsorpsi bertahap
cairan kompartemen ekstravaskular terjadi dalam 48-72 jam berikutnya. Keadaan
umum membaik, nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal mereda, status
hemodinamik stabil dan diuresis kemudian terjadi. Beberapa penderita mungkin
memiliki ruam "pulau-pulau putih di laut merah pada periode ini.
Hematokrit stabil atau mungkin lebih rendah karena efek pengenceran dari
penyerapan cairan. Jumlah sel darah putih biasanya mulai segera naik setelah
defervescence tetapi pemulihan jumlah trombosit biasanya terjadi setelah itu.
Antipiretik
-
Jangan
komplikasi, sehingga tidak ada pengobatan khusus . Hanya cukup terus lakukan
29
pembuluh darah . Proses kebocoran plasma dari pembuluh darah ini akan
menimbulkan defisit plasma di dalam pembuluh darah.
Setelah diagnosis demam dengue dibuat, maka tetapkan terlebih dahulu
derajatnya keparahannya, apakah tidak disertai gangguan sirkulasi, ataukah sudah
disertai syok. Perlu ditegaskan bahwa untuk penatalaksanaan penderita demam
dengue yang harus dikuasai adalah pemberian cairan intravena, sebatas cukup
untuk mempertahankan sirkulasi yang efektif selama periode plasma leakage,
2,29
obat-obatan.
fatal.
31
Kina
Quinidine
Heparin
Unfractioned heparin
Low-molecular weight heparin
Gold salts
Antimikroba
Anti-inflammatory drugs
Acetaminophen
Salisilat
Aspiring
Difunisal
Natrium amiosalicylate
Sulfasalazine
Diklofenak
Fenoprofen
Ibuprofen
Indomethacin
Meclofenamat
e Mefanamic
asam
Naproxen
Oxyphebutaz
dan
diuretik
Digoxin
Digitoxin
Amiodaron
e
Procainami
de
Alprenolol
Oxprenolol
Captopril
Diazoxide
Alpha-metildopa
Acetazolamide
Chlorothiazide
Chlorthalidone
Furosemide
Hydrochlorothiaz
ide
Sprinolactone
Benzodiaze
pin
Diazepam
Obat anti
epilepsi
Carbamazepine
Fenitoin
Asam valproik
H2-antagonis
Cimetidine
Ranitidine
Obat
sulfonilurea
Chlorpropamid
Glibenclamide
Agen kontras
iodin
Retinoid
Isotretinoin
Etretinate
Anti-histamin
Antazoline
Chlorpheniram
ine
Obat illicite
Kokain
Heroin
Qunine
penahanan
Antidepres
an
Amitriptyli
ne
Desiprami
n Doxepin
Imipramin
e
Mianserine
Obat-obat
12,32
Levamizole
Promethazine
Chloramphinicol
Asetaminofen dan
kombinasi Perazine
Mebhydrolin
Ranitidine
Imipramine
Obat-obat lain
Fenitoin
Chlorthalidon
e
Sulphamethiz
ole
Norfloxacin
Naproxen
Clomipramine
Trazodone
Omeprazole
Alimemazine
Pirenzepine
Tiklopidin
Ibopamine
Hydralazine
Nifedipine
Asam
nalidiksat
Doksisiklin
Clindamycin
Gentamycin
Fusidic asam
Dapson
Azapropazone
Propyphenazo
ne Sulindac
Piroxicam
Pirprofen
Niflumic
asam
Allopurinol
Glafenine
Valproate
Levadopa dengan
carbidopa
Chlorpramazine
Haloperidol
spironolacto
ne
Zuclopenthi
xol
Zopiclone
Cinnarizine
Metronidazo
l
Kombinasi pirimetamin
Thophylline
penyakit: periode demam, periode kritis, dan periode penyembuhan . Dari periode
demam ke periode kritis, pengamatan klinis penderita sangat dibutuhkan dalam
upaya pencegahan ke arah dengue berat. Pemeriksaan laboratorium sederhana
yang meliputi hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, hitung jenis dan jumlah
trombosit merupakan prosedur standar yang dianjurkan oleh WHO. Pemeriksaan
darah yang mempunyai signifikansi dalam menentukan pengelolan penyakit
antara lain pemeriksaan jumlah leukosit dan jumlah trombosit.
Pada penderita infeksi dengue trombositopeni terjadi melalui tiga
mekanisme. Pertama, infeksi virus dengue yang menginfeksi sel endothelial yang
menyebabkan kerapuhan dari vaskular sehingga menyebabkan peningkatan
penggunaan trombosit.
33,34
menyebabkan nekrosis sel hati sehingga fungsi netralisasi racun tidak berjalan
dengan baik.
35
trombosit.
mengganggu
proses
pembentukan trombosit.
pembentukan
sel-sel
darah,
salah
satunya
adalah
38
2,6,39
Leukopenia pada infeksi dengue terjadi karena adanya kematian sel-sel imun yang
bekerja dengan cara fagositosis antigen.
40,41
lain yang menyebabkan penurunan sel darah putih adalah supresi sum-sum
24,42
tulang.
menurun.
Hal ini menjelaskan jumlah leukosit yang lebih tinggi pada infeksi
Pada infeksi virus dengue, sel T CD4 memproduksi sitokin unik yang
disebut faktor sitotoksik yang meningkat dan sangat tinggi pada dengue
berat.
24,43,44
11,12
Jadi,
pada infeksi dengue terjadi penghancuran leukosit yang terutama netrofil yang
menyebabkan penurunan jumlah absolut netrofil walaupun penurunan pada
jumlah relatif netrofil tidak sampai melewati rentang nilai normal.
Pada infeksi dengue, sel limfosit mengalami penurunan dalam jumlah
absolut,tetapi penurunan jumlah itu tidak begitu besar dan jika dilihat pada jumlah
relatif limfosit terlihat kenaikanmasih dalam batas normal. Hal ini terjadi
karena pada infeksi virus dengue terjadi penurunan dari jumlah leukosit secara
keseluruhan sehingga jumlah absolut limfosit ikut menurun.
24,45
Akan tetapi
24,26,46
Limfosit
Leukosit
Neutrofil
Jumlah Absolut
Jumlah Relatif
Pembentukan sel
imun spesifik
(Limfosit T dan
Limfosit B)
Jumlah Absolut
Jumlah Relatif
Jumlah Absolut
Jumlah Absolut Netrofil
Jumlah Absolut Limfosit
Jumlah Relatif
Rasio NetrofilLimfosit
Trombosit
BAB III
METODE PENELITAN
34
35
Pemeriksaan
Laboratoriumsaat masuk ke
rumah sakit:
-Leukosit
-Hitung jenis leukosit
-Trombosit
dengue
Yang diukur pertama kali saat pasien masuk Puskesmas dengan nilai
normal pada table 3.1.
12
Nilai Absolut
(per m3)
N. Batang
3-5
100-650
N. Segmen
40-70
3000-7500
Eosinofil
1-6
0-450
Basofil
0-1
0-200
Limfosit
30-45
1500-4500
Monosit
2-10
100-500
3. Rasio Netrofil-Limfosit
Rasio Netrofil-Limfosit, dihitung dengan cara membagi netrofil
dengan limfosit. Rasio Netrofil-Limfosit memiliki nilai >10 pada sepsis
sistemik.
20
3. Confidentiality (kerahasiaan).
Kerahasiaan informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi tersebut akan
peneliti sajikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(54,29%) dan subjek laki-laki sebanyak 16/35 (45,71%) , dan 42,86% subjek
41
42
penelitian berumur antara 16-25 tahun, serta 88,57% telah menderita demam
selama 5-6 hari sebelum dirawat.
Jumlah sampel
(n=35)
Umur
16-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
15
8
8
1
3
42,86
22,86
22,86
2,86
8,56
Jenis Kelamin:
Laki-laki
16
45,71
Perempuan
19
54,29
1
14
17
3
2,86
40,00
48,58
8,56
Diagnosis awal:
Dengue tanpa tanda bahaya
Dengue dengan tanda bahaya
25
10
71,43
28,57
14
40
21
60
Jumlah sampel
(n=35)
Pemeriksaan Hematologi:
Hb*
Ht*
Eritrosit*
Leukosit*
%Basofil*
%Eosinfil*
%Netrofil*
%Limfosit*
13, 5
39
4,74
3,1
0
1
49
43
(11,3
(31
(3,73
(1,5
(0
(0
(22
(24
- 17,3
- 50
- 5,78
- 6,8
-0
-6
- 71
- 76
)
)
)
)
%Monosit*
(1
- 14
Trombosit*
(0,8
- 14,5
) x 10
)
)
)
3
) x 10
Hasil pemeriksaan darah subjek penelitian ini yang memiliki nilai tengah
normal, yaitu: hemoglobin, persentase basofil, persentase eosinofil, persentase
netrofil, persentase limfosit, persentasi monosit. Dan yang memiliki nilai tengah
di bawah normal, yaitu hematokrit jumlah leukosit, dan jumlah trombosit.
Rata-rata
(x 104 /m3)
SD
Nilai
tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
8,11
4,43
10
5,56
10,67
4,40
2,41
4,4
3,30
5,49
Uji MannWhitney
P=0,01
(p<0,05)
100.000/L pada periode kritis, yaitu pada hari ketiga sampai hati ketujuh sakit.
Pada masa kritis terjadi penurunan cepat jumlah trombosit.
6,47
33,34
menyebabkan nekrosis sel hati sehingga fungsi netralisasi racun tidak berjalan
dengan baik.
35
trombosit.
mengganggu
proses
pembentukan trombosit.
pembentukan
38
sel-sel
darah,
salah
satunya
adalah
46
48-50
dengue primer dan sekunder pernah dilakukan oleh Pusparini pada penderita
infeksi dengue di Rumah Sakit Atma Jaya. Hasil penelitian itu menyatakan bahwa
4
3 51
dengan jumlah 3.100 sel/m Perbandingan antara nilai tengah jumlah leukosit
pada subjek dengan infeksi dengue sekunder dengan nilai tengah jumlah leukosit
pada subjek dengan infeksi dengue primer didapatkan nilai yang lebih tinggi pada
penderita dengue sekunder, seperti pada tabel 4.4, hasil uji Mann-Whitney
menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Rata-rata
SD
Nilai
tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
3,14
1,43
2,95
2,32
3,97
3,75
1,52
3,3
3,06
4,44
Uji MannWhitney
p>0,05
2,6,39
Leukopenia pada infeksi dengue terjadi karena adanya kematian sel-sel imun yang
bekerja dengan cara fagositosis antigen.
40,41
lain yang menyebabkan penurunan sel darah putih adalah supresi sum-sum
24,42
tulang.
menurun.
Hal ini menjelaskan jumlah leukosit yang lebih tinggi pada infeksi
Penelitian Limkittikul di
Thailand tahun 2005 menemukan bahwa pada infeksi dengue virus oleh DENV-2
3
terjadi leukopenia hingga 3.600 sel/m dan infeksi dengue virus oleh DENV-3
3 52
memiliki jumlah leukosit 2.000 8.000 sel/m . Jumlah leukosit pada DENV-2
serupa dengan hasil penelitian penulis, yaitu dengan jumlah leukosit 3.100
3
sel/m Hanya saja, pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan PCR untuk
mengetahui serotipe virus dengue yang menginfeksi penderita dengue pada
penelitian ini.
nilai normal.
Rata-rata
SD
Nilai
Batas bawah
Batas atas
50,21
9,85
Tengah
51,5
(CI 95%)
44,53
(CI 95%)
55,90
49,24
13,92
48
42,90
55,58
Uji
MannWhitney
p>0,05
Rata-rata
(x 103 sel/m3)
SD
Nilai
Tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
1,58
0,87
1,32
1,07
2,08
1,82
0,82
1,67
1,45
2,19
Uji MannWhitney
p>0,05
Pada infeksi virus dengue, sel T CD4 memproduksi sitokin unik yang
disebut faktor sitotoksik yang meningkat dan sangat tinggi pada dengue
berat.
24,43,44
11,12
Jadi,
pada infeksi dengue terjadi penghancuran leukosit yang terutama netrofil yang
menyebabkan penurunan jumlah absolut netrofil walaupun penurunan pada
jumlah relatif netrofil tidak sampai melewati rentang nilai normal.
Pada infeksi dengue sekunder penurunan jumlah netrofil tidak sebanyak
pada infeksi dengue primer karena pada infeksi dengue sekunder sudah terbentuk
antibodi spesifik yang menyebabkan penghancuran dari netrofil oleh faktor
sitotoksik pada infeksi dengue sekunder tidak separah pada infeksi dengue
24,40,44
primer.
52-
netrofil absolut pada penderita infeksi dengue yang dirawat (2.990 + 1.760
3
sel/m ) lebih rendah dengan yang tidak dirawat di rumah sakit (3.410 + 1,730
3 57
sel/m ).
normalcenderung meningkat,
yaitu
43%
(Normal:
30%-45%).
Perbandingan antara nilai tengah persentase hitung jenis limfosit pada subjek
dengan infeksi dengue primer dengan nilai tengah persentase hitung jenis limfosit
pada subjek dengan infeksi dengue sekunder didapatkan tinggi pada subjek
dengan infeksi dengue primer, seperti pada table 4.7, hasil uji Mann-Whitney
menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Rata-rata
Nilai
SD
tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
43,00
9,53
41,5
37,50
48,50
42,24
12,77
43
36,42
48,05
Uji MannWhitney
p>0,05
Rata-rata
SD
Nilai
tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
1,36
0,65
1,45
0,98
1,74
1,60
0,81
1,49
1,23
1,97
Uji MannWhitney
p>0,05
jumlah relatif limfosit terlihat kenaikanmasih dalam batas normal. Hal ini
terjadi karena pada infeksi virus dengue terjadi penurunan dari jumlah leukosit
secara keseluruhan sehingga jumlah absolut limfosit ikut menurun.
24,45
Akan
tetapi dalam persentase hitung jenis leukosit, persentase limfosit justru meningkat.
Peningkatan persentase ini terjadi karena pada infeksi dengue terjadi stimulasi
pembentukan sel limfosit sel limfosit, khusunya sel T.
24,26,46
Pada infeksi dengue sekunder jumlah absolut limfosit lebih tinggi pada
infeksi dengue primer. Hal ini terjadi karena pada infeksi dengue sekunder terjadi
stimulasi pembentukan-pembentukan antibodi yang membutuhkan sel limfosit,
24,26,46
khususnya sel B.
tubuh terhadap virus lebih cepat (karena sudah ada sel memori) sehingga jumlah
limfosit pada infeksi dengue sekunder lebih tinggi jika sama-sama diukur pada
periode kritis infeksi dengue.
24,46
Singapura.
sel/m . Persentase dan jumlah limfosit pada penelitian di Thailand ini serupa
dengan hasil penelitian ini.
4.4.3 Deskripsi Rasio Netrofil-Limfosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek penelitian adalah 1,23.
Perbandingan antara nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek dengan
infeksi dengue primer dengan nilai tengah Rasio Netrofil-Limfosit pada subjek
dengan infeksi dengue primer didapatkan lebih tinggi pada subjek dengan infeksi
dengue primer, seperti pada table 4.9, hasil uji Mann-Whitney menyatakan
perbedaan itu tidak bermakna. Rasio Netrofil-Limfosit pada seluruh subjek
penelitian ini berkisar antara 0,98 sampai 1,71 dengan CI 95%,
Rata-rata
SD
Nilai
tengah
Batas bawah
(CI 95%)
Batas atas
(CI 95%)
1,27
0,51
1,24
0,98
1,57
1,37
0,75
1,09
1,02
1,71
Uji MannWhitney
p>0,05
20
bahwa pada dengue primer ataupun sekunder Rasio Netrofil-Limfosit kurang dari
10, yaitu 1,23.
Penelitian lainnya ialah penggunaan Rasio Netrofil-Limfosit sebagai
parameter untuk skrining pada infeksi virus influenza H1N1 oleh Ajit Indavarapu
pada tahun 2011.
21
pada infeksi virus influenza adalah lebih kecil dari 2. Hasil penelitian Ajit ini
serupa dengan hasil penelitian ini. Hal ini mungkin terjadi karena sam-sama
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
4.4.4 Deskripsi Monosit pada Penderita Dengue
Nilai tengah persentase hitung jenis monosit pada subjek penelitian adalah
normal, yaitu 6% (Normal: 2% - 9%). Perbandingan antara nilai tengah persentase
hitung jenis monosit pada subjek dengan infeksi dengue primer dengan nilai
tengah persentase hitung jenis monosit pada subjek dengan infeksi dengue
sekunder lebih tinggi pada subjek dengan infeksi dengue sekunder, seperti pada
table 4.10, hasil uji Mann-Whitney menyatakan perbedaan itu tidak bermakna.
Rata-rata
SD
Nilai
Batas bawah
Batas atas
5,43
2,41
Tengah
5
(CI 95%)
4,04
(CI 95%)
6,82
6,57
3,82
4,83
8,31
Uji
MannWhitney
p>0,05
58
keseluruhan leukosit.
dengue.
Hal ini
serupa dengan nilai tengah hasil penelitian ini dimana persentase monosit kurang
dari 9%, yaitu 6 %.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Jumlah leukosit menurun pada saat jumlah trombosit turunperiode kritis
pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang dirawat di Ruang
Rawat Inap UPT Puskesmas DTP Beber.
a. Persentase hitung jenis leukosit: basfoil, eosinofil, netrofil,
limfosit, dan monosit berada dalam rentang normal
b. Nilai tengah jumlah absolut basofil, eosinofil, limfosit dan monosit
berada dalam rentang normal
c. Nilai tengah jumlah absolut netrofil jauh lebih rendah dari rentang
normal, netropeni.
d. Nilai tengah jumlah absolut limfosit sedikit lebih rendah dari
rentang normal, limfopeni.
2. Rasio Netrofil-Limfosit pada penderita dengan dugaan infeksi dengue yang
dirawat di Inap Rawat Inap UPT Puskesmas DTP Beber adalah 1,23.
5.2 Saran
1.
59
2.
3.
Data pasien berupa dasar diagnosis, hasil pemeriksaan fisik lengkap dan
hasil pemeriksaaan laboratorium perlu dicantumkan secara lengkap pada
rekam medis agar dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Setiatia TE, Wagenaarb JFP, Kruifb MDd, Albert T.A. Mairuhub, Gorpb ECMv,
Soemantria A. Changing Epidemiology of Dengue Haemorrhagic Fever in
Indonesia. Dalam: Editor, editor.^editors. Book Changing Epidemiology of
Dengue Haemorrhagic Fever in Indonesia. City2006.
2.
3.
Porter KR, Beckett CG, Kosasih H, Tan RI, Alisjahbana B, Rudiman PI, et al.
Epidemiology of dengue and dengue hemorrhagic fever in a cohort of adults
living in Bandung, West Java, Indonesia. Am J Trop Med Hyg. 2005
Jan;72(1):60-6.
4.
5.
Subawa AAN, Yasa IWPS. Pola Jumlah Trombosit Penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD) Pada Anak Anak Yang Pertanda Serologinya Positif. Journal
Penyakit Dalam. 2007;8.
6.
7.
8.
Guyton AC, Hall JE. Blood Cells, Immunity, and Blood Clotting. Textbook of
Medical Physiology. Edisi ke-11: Saunders; 2005.
9.
10.
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Acute and Chronic Inflammation. Robbins and
Cotran Pathologic Basis of Disease. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier; 2005.
11.
12.
13.
14.
60
61
15.
Walsh SR, Cook EJ, Goulder F, Justin TA, Keeling NJ. Neutrophil-lymphocyte
ratio as a prognostic factor in colorectal cancer. J Surg Oncol. 2005 Sep
1;91(3):181-4.
16.
Goodman DA, Goodman CB, Monk JS. Use of the neutrophil:lymphocyte ratio
in the diagnosis of appendicitis. Am Surg. 1995 Mar;61(3):257-9.
17.
Tamhane UU, Aneja S, Montgomery D, Rogers EK, Eagle KA, Gurm HS.
Association between admission neutrophil to lymphocyte ratio and outcomes in
patients with acute coronary syndrome. Am J Cardiol. 2008 Sep 15;102(6):653-7.
18.
19.
20.
de Jager CP, van Wijk PT, Mathoera RB, de Jongh-Leuvenink J, van der Poll T,
Wever PC. Lymphocytopenia and neutrophil-lymphocyte count ratio predict
bacteremia better than conventional infection markers in an emergency care unit.
Crit Care. 2010;14(5):R192.
21.
22.
23.
24.
25.
Kusuma MAN. Metabolisme Sari Kurma pada Pasien Demam Berdarah Dengue:
Studi Hematologis. Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2009.
26.
Lin YW, Wang KJ, Lei HY, Lin YS, Yeh TM, Liu HS, et al. Virus replication
and cytokine production in dengue virus-infected human B lymphocytes. J Virol.
2002 Dec;76(23):12242-9.
27.
28.
29.
Widodo D. Infeksi Virus Dengue. Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta
Ilmu Kesehatan Anak VI; Surabaya: FK UNAIR RSU Dr. Sutomo Surabaya;
2006.
30.
31.
32.
33.
34.
Oishi K, Saito M, Mapua CA, Natividad FF. Dengue illness: clinical features and
pathogenesis. J Infect Chemother. 2007 Jun;13(3):125-33.
35.
36.
Tan GK, Alonso S. Pathogenesis and prevention of dengue virus infection: stateof-the-art. Curr Opin Infect Dis. 2009 Jun;22(3):302-8.
37.
Van Gorp EC, Setiati TE, Mairuhu AT, Suharti C, Cate Ht H, Dolmans WM, et
al. Impaired fibrinolysis in the pathogenesis of dengue hemorrhagic fever. J Med
Virol. 2002 Aug;67(4):549-54.
38.
39.
40.
41.
42.
Rothwell SW, Putnak R, La Russa VF. Dengue-2 virus infection of human bone
marrow: characterization of dengue-2 antigen-positive stromal cells. Am J Trop
Med Hyg. 1996 May;54(5):503-10.
43.
pathogenesis,
Chaturvedi UC, Elbishbishi EA, Agarwal R, Mustafa AS. Cytotoxic factorautoantibodies: possible role in the pathogenesis of dengue haemorrhagic fever.
FEMS Immunol Med Microbiol. 2001 Apr;30(3):181-6.
45.
46.
Chareonsirisuthigul T, Kalayanarooj S, Ubol S. Dengue virus (DENV) antibodydependent enhancement of infection upregulates the production of antiinflammatory cytokines, but suppresses anti-DENV free radical and proinflammatory cytokine production, in THP-1 cells. J Gen Virol. 2007 Feb;88(Pt
2):365-75.
47.
Ingram PR, Mahadevan M, Fisher DA. Dengue management: practical and safe
hospital-based outpatient care. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2009
Feb;103(2):203-5.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
Chuang VW, Wong TY, Leung YH, Ma ES, Law YL, Tsang OT, et al. Review of
dengue fever cases in Hong Kong during 1998 to 2005. Hong Kong Med J. 2008
Jun;14(3):170-7.
54.
Tanner L, Schreiber M, Low JG, Ong A, Tolfvenstam T, Lai YL, et al. Decision
tree algorithms predict the diagnosis and outcome of dengue fever in the early
phase of illness. PLoS Negl Trop Dis. 2008;2(3):e196.
55.
56.
57.
Low JG, Ooi EE, Tolfvenstam T, Leo YS, Hibberd ML, Ng LC, et al. Early
Dengue infection and outcome study (EDEN) - study design and preliminary
findings. Ann Acad Med Singapore. 2006 Nov;35(11):783-9.
58.
Lei HY, Yeh TM, Liu HS, Lin YS, Chen SH, Liu CC. Immunopathogenesis of
dengue virus infection. J Biomed Sci. 2001 Sep;8(5):377-88.
59.
Potts JA, Gibbons RV, Rothman AL, Srikiatkhachorn A, Thomas SJ, Supradish
PO, et al. Prediction of dengue disease severity among pediatric Thai patients
using early clinical laboratory indicators. PLoS Negl Trop Dis. 2010;4(8):e769.
65
LAMPIRAN
Lama IgG
IgM
Jenis D
Hb
Ht
Eri
Leu
Thrombo B
8000 0
49 40 11
1.23
3.9 6200
32000 0
34 53 12
0.64
48000 0
48 44
1.09
14 40 4.75 2500
92000 0
67 24
2.79
93000 0
53 37
1.43
37 56
0.66
71 25
2.84
26000 0
46 44 10
1.05
12.9 37
22000 0
22 76
0.29
61 29
2.1
6322 2
55 39
1.41
97000 0
35 58
0.6
6348 1
45
2538 1
23
4662 2
11.9 32
22
2804 2
22
2846 2
29
3327 2
19
3742 1
27
4028 2
44
4563 2
37
5683 2
45
17
25
60
531
552
2600
NLCR
15.3 42
31000 0
47 43
1.09
54 43
1.26
24
1138 2
56 39
1.44
32
2337 2
58 40
1.45
40
9985 1
71000 0
61 34
1.79
29
9858 2
27000 0
66 29
2.28
15
9472 2
62 30
2.07
59
5036 2
42 49
0.86
28
6284 1
86000 0
64 26
2.46
18
9093 1
11.5 35
3.8 4300
25000 0
31 59
0.53
24
9084 2
50000 0
23 57 14
0.4
19
9012 1
15000 0
51 36 13
1.42
15
8990 1
13.5 40
4.7 1600
10000 0
45 45
24
8887 1
16 46 5.65 5800
30000 0
45 45
27
8683 2
62000 0
46 48
0.96
24
8341 1
51000 0
65 32
2.03
42
8132 2
18
7371 2
12.6 33
65
7100 1
44
6963 1
42
6906 1
33
6592 1
52
4601 1
28
602
5.4 6800
29000 0
43 49
0.88
49 46
1.07
55 41
1.34
48000 0
40 52
0.77
54000 0
60 32
1.88
59 34
1.74
37 55
0.67
65
66
66
Keterangan tabel
Umur
:
Medrec
JK
:
Lama
:
IgG
:
IgM
:
Jenis
:
Diagnosa
Hb
:
Ht
:
Eri
:
Leu
:
Thrombo
:
B
:
E
:
N
:
L
:
M
:
NLCR
:
Umur subjek
(tahun)
Nomor Medical
Record
Jenis Kelamin
(1101-.)
Hari lama
demam
sebelum ke
rumah
sakit
Immunoglobulin
G
Immunoglobulin
M
Jenis Infeksi
(hari)
diagnosa awal
saat
masuk
Kadar
hemoglobin
Kadar
hematokrit
Kadar sel darah
merah
Jumlah leukosit
(1=laki-laki,2=perempuan)
(0=negatif,1=positif)
(0=negatif,1=positif)
(1=primer,2=sekunder
IgG+IgM,3=sekunder IgG)
(1=dengue,2=dengue
dengan
tanda
bahaya,3=dengue
berat)
Jumlah trombosit
Basofil
(%)
Eosinofil
(%)
Netrofil
(%)
Limfosit
(%)
Monosit
(%)
Perhitungan
Rasio
Netrofil-Limfosit
b,c
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
primer_seku
nder
Leu1000
Trombo10000
pEosin
pNet
pLim
pMono
NLCR
Netrofil
Limfosit
Monosit
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
primer
.161
14
.200
.920
14
.217
sekunder
.141
21
.200
.947
21
.301
primer
.211
14
.090
.899
14
.109
sekunder
.167
21
.132
.911
21
.056
primer
.315
14
.001
.812
14
.007
sekunder
.338
21
.000
.699
21
.000
primer
.150
14
.200
.896
14
.097
sekunder
.142
21
.200
.956
21
.432
primer
.124
14
.200
.949
14
.551
sekunder
.129
21
.200
.952
21
.372
primer
.192
14
.172
.931
14
.318
sekunder
.088
21
.200
.961
21
.535
primer
.136
14
.200
.933
14
.339
sekunder
.179
21
.077
.930
21
.139
primer
.240
14
.027
.781
14
.003
sekunder
.101
21
.200
.955
21
.428
primer
.186
14
.200
.901
14
.117
sekunder
.120
21
.200
.953
21
.390
primer
.274
14
.005
.828
14
.011
sekunder
.165
21
.138
.908
21
.050
Test Statistics
Trombo10000
Monosit
73.500
113.500
112.500
304.500
218.500
217.500
-2.476
-1.129
-1.162
.013
.259
.245
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Leu1000
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.012
.263
.249
Test Statistics
pBaso
pEosin
pNet
pLim
pMono
Mann-Whitney U
147.000
138.000
144.000
135.500
121.500
Wilcoxon W
378.000
243.000
375.000
366.500
226.500
.000
-.325
-.101
-.387
-.864
1.000
.746
.920
.698
.388
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
1.000
.778
.934
Test Statistics
Netrofil
Limfosit
NLCR
Mann-Whitney U
115.000
120.000
146.000
Wilcoxon W
220.000
225.000
251.000
-1.077
-.909
-.034
.281
.363
.973
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.293
.377
.987
.702
.396
70
70