Anda di halaman 1dari 9

Pengalaman Pasien Pertamakali Terdiagnosis HIV/AIDS di Unit Rawat Jalan Poli VCT

RSUD Kota Bandung


Ika Hari Karti1, Yuyun Sarinengsih, S.Kep., M.Kep2, Agus Mi’raj D, S.Pd., S.Kep., Ners.,
M.Kes3
Program Sarjana Keperawatan, STIKes Bhakti Kencana Bandung, Indonesia
ika.harikarti@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien pertama kali


terdiagnosa HIV/AIDS di Unit Rawat Jalan Poli VCT RSUD Kota Bandung. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang berfokus
pada pemahaman arti pengalaman dari perspektif individu dengan teknik penentuan partisipan
menggunakan purpose sampling. Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui wawancara
formal tidak berstruktur dengan teknik wawancara mendalam yang dilakukan kepada lima
orang partisipan. Tahapan proses analisis data menggunakan model Colaizzi. Wawancara
direkam kemudian dibuat dalam bentuk transkrip data.
Hasil penelitian mengungkapkan berbagai respon yang ditunjukkan oleh partisipan
ketika pertama kali terdiagnosa HIV/AIDS. Semua partisipan dalam penelitian ini mengalami
proses berduka yang beragam serta membutuhkan waktu yang berbeda untuk melewatinya.
Tahapan marah merupakan tahapan yang paling mendominasi dalam penelitian ini, dimana
partisipan banyak menyalahkan diri sendiri dan lingkungan sosialnya. Hasil studi ini
diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam mendampingi pasien yang pertama kali
terdiagnosa HIV/AIDS dalam melewati proses berduka dengan cara yang positif agar dapat
meningkatkan kualitas hidupnya. Saran yang diberikan pada petugas kesehatan khususnya
perawat adalah memberi kesempatan kepada pasien yang pertama kali terdiagnosa HIV/AIDS
untuk melewati proses berdukanya dengan tetap memberi dukungan, motivasi, pemahaman
serta pendampingan seumur hidupnya.

Kata kunci: Berduka, HIV/AIDS, pengalaman pertama kali terdiagnosa.

ABSTRAK

The aim of this study was to explored the HIV/AIDS patients when they first diagnosed
at the Outpatient ward VCT RSUD Kota Bandung. This research was qualitative study with
phenomenology approach that focused on understanding the meaning of experience from an
individual perspective using purposive sampling technique. In this study data were collected
used unstructured indepth interviews to the five participants. The data was analize used
colaizzi models. The data recording were transform into the data transcript.
The results of this study expressed the various responses shown by participants when
they were first diagnosed with HIV / AIDS. All participants in this study experienced a variety
of grieving processes and required different times to pass through. Anger stage was the most
dominant stage in this research, where the participants blame themselves and social
environment. The result of the research are expected to be guide for accompanying the patient
who was first diagnosed HIV/AIDS on passing grieving proccess with positive ways for
increased quality of life. The recommendation for the nurses are giving the chance for patient
to pass the proccess, with supporting, motivation, for their along life.

Key words: Grieving, HIV / AIDS, experience first diagnosed


Pendahuluan komunitas/masyarakat atau pun tempat
Berdasarkan pengalaman peneliti pada kerja (Murni dalam Vitriawan, 2007).
saat bekerja di sebuah Rumah Sakit di Ketika pasien pertama kali terdiagnosis
Ruang Rawat Inap Umum Non-Bedah, HIV/AIDS, diperkirakan merupakan awal
peneliti merasa tertarik ketika ada seorang mula terjadinya proses berduka dan stres.
pasien yang tiba-tiba menolak makan, Pengalaman diagnosis suatu penyakit
mengeluh tidak bisa tidur, sesak napas dan kronis akan membangkitkan berbagai
meminta untuk pulang paksa. Setelah perasaan dan reaksi stres, frustasi,
dilakukan pendekatan, pasien berkata kecemasan, kemarahan, penyangkalan, rasa
bahwa ia merasa seakan-akan sedang malu, berduka, dan ketidakpastian dengan
tenggelam dan akan segera meninggal, dan adaptasi terhadap penyakit (Nursalam,
ia merasa sangat takut karena baru saja Kurniawati, 2009).
menerima hasil VCT dan dinyatakan positif Reaksi pertama kali yang ditunjukkan
mengidap HIV. setelah didiagnosis mengidap HIV adalah
Berdasarkan ketertarikan tersebut menolak (denial) dan shock (disbelief).
peneliti melakukan studi pendahuluan Mereka beranggapan bahwa sudah tidak
terhadap tiga orang pasien dengan ada harapan lagi dan merupakan
menggunakan metode wawancara bebas penderitaan sepanjang hidupnya. Hal
atau tidak terstruktur dan dilakukan dengan tersebut diperkirakan akan berdampak pada
tatap muka (face to face). Ketiga partisipan masalah fisik (gangguan pernapasan,
tersebut telah dilakukan tes VCT dan pencernaan, persyarafan dan integumen),
dinyatakan positif mengidap HIV/AIDS. masalah psikis (integritas ego, stres, respon
Seorang pria berusia 30 tahun psikologis: denial, marah, cemas, irritable),
menyampaikan “saya nggak percaya saya masalah sosial (minder, tak berguna,
bisa terkena penyakit ini, saya merasa perasaan terisolasi/di tolak) dan masalah
hancur dan takut”, Sementara seorang ibu ketergantungan seperti membutuhkan
muda berusia 24 tahun yang suaminya telah pertolongan orang lain (Nursalam,
meninggal setahun yang lalu mengatakan Kurniawati, 2009).
“saya punya anak yang masih kecil suster, Sementara itu di Indonesia, masih
gimana nasibnya kalau saya meninggal?” sangat sedikit informasi tentang pasien
dan seorang pemuda berusia 19 tahun HIV/AIDS yang menceritakan
mengatakan “saya ingin sembuh suster, pengalamannya saat pertama kali
tapi saya tau saya ga akan sembuh kan?” terdiagnosis. Hal lain adalah data mengenai
Setelah melakukan studi pendahuluan HIV/AIDS berupa “Fenomena Gunung Es”
peneliti melihat bahwa temuan tersebut artinya data yang terungkap hanya
sesuai dengan sejumlah penelitian yang menggambarkan apa yang dilaporkan, pada
dilakukan dan dipublikasikan, seperti akhir tahun 2002 telah dilaporkan sebanyak
penelitian yang dilakukan oleh Ollich 1.016 kasus HIV/AIDS. Jumlah yang
dalam Suratini (2011), mengidentifikasi tercatat tersebut sebenarnya jauh lebih kecil
infeksi HIV saat ini belum ditemukan dari pevalensi yang sesungguhnya
pengobatannya, sehingga sangat (Ardhiyanti, 2015). Sementara di RSUD
memungkinkan bagi pasien yang tidak Kota Bandung khususnya Poli VCT Unit
mempunyai koping individu efektif akan Rawat Jalan tercatat sebanyak 309 pasien
mengalami kecemasan dan depresi. yang terdata positif mengidap HIV
Yang perlu diperhatikan beberapa merupakan pasien kunjungan tetap
pasien mengalami kesulitan dengan penerima terapi ARV.
keterbukaan tentang status terinfeksi HIV- Berdasarkan fenomena yang terjadi di
nya terhadap keluarga, RSUD Kota Bandung, dimana belum ada
perlakuan khusus terhadap pasien yang
pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS yang mengatakan jumlah partisipan yang
mengalami stres fisik, psikologis dan sosial dijadikan sampel dalam penelitian kualitatif
yang didapat selama mereka menjalani sangat ditentukan oleh adanya pengulangan
sakit, dan masalah yang didapat dari hasil informasi atau saturasi data, dimana tidak
studi pendahululuan, peneliti tertarik untuk ada lagi informasi baru yang didapatkan
meneliti tentang “Pengalaman Pasien pada pertanyaan yang sama pada partisipan
Pertama Kali Terdiagnosis HIV/AIDS di berikutnya maka pengambilan data dapat
Unit Rawat Jalan Poli VCT RSUD Kota dihentikan (Moleong, 2011). Hal ini juga
Bandung Tahun 2017”. sesuai dengan rekomendasi menurur
Creswell dalam Reni prima gusti (2015),
jumlah partisipan yang ideal dalam
Metode
penelitian kualitatif dengan metode
Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yaitu 3-30 partisipan.
kualitatif karena metode ini memandang
suatu masalah secara holistik yang tidak
dapat difragmentasi ke dalam bagian- Hasil
bagian yang lebih kecil, sehingga mampu Gambaran Karakteristik Partisipan
menggali secara mendalam pengalaman Partisipan pada penelitian ini adalah pasien
pasien pertama kali terdiagnosis kunjungan tetap pengguna terapi ARV di
HIV/AIDS. Penelitian kualitatif adalah poli VCT RSUD Kota Bandung yang
sebuah pendekatan naturalistik dalam berusia 18-37 tahun (dewasa) dan tinggal di
penelitian yang berfokus pada pemahaman kota Bandung. Pekerjaan partisipan adalah
arti pengalaman dari perspektif individu LSM, pelajar, ibu rumah tangga, PSK dan
(Houser, 2011). satu orang lagi merahasiakan pekerjaannya.
Pendekatan yang digunakan dalam Partisipan telah terdiagnosis HIV/AIDS
penelitian ini adalah pendekatan dalam rentang waktu 6 bulan sampai
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi dengan 3 tahun dan dilakukan pemeriksaan
merupakan suatu strategi penelitian yang CD4 terakhir pada tahun 2017. Total
kritis dan menggali fenomena yang ada partisipan sebanyak lima partisipan.
secara sistematis. Pendekatan ini bertujuan
untuk mengerti respon manusia secara utuh
GAMBARAN BERBAGAI
pada suatu situasi. Metode kualitatif paling
PENGALAMAN PARTISIPAN
sesuai untuk menguraikan suatu
PERTAMA KALI TERDIAGNOSIS
pengalaman yang dipersepsikan secara
HIV/AIDS
terperinci dengan jumlah sampel kecil
(Patton dalam Moleong, 2000 dalam Lina Analisis Tematis
Safarina, 2013). Peneliti melalui 1) Setiap Pasien pertama kali terdiagnosis
pendekatan fenomenologi ini berusaha HIV/AIDS mengalami dampak
menggali secara sistematis pengalaman psikologis berupa proses berduka yang
pasien pertama kali terdiagnosis meliputi penyangkalan, marah dan
HIV/AIDS, sehingga dapat dipahami dan tawar menawar.
dikembangkan makna hidup pasien dalam Hal yang diungkapkan oleh beberapa
menjalani sakit serta harapan bagi pasien partisipan adalah sebagai berikut:
yang lebih baik. Fenomena yang perasaan saya waktu itu tuh,
mendasarinya adalah respon fisik, pokoknya bingung banget,
psikologis, dan sosial yang terjadi saat kayaa.. Perasaan itu nggak tau
pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS. Pada lah.. Terombang ambing
penelitian ini partisipan yang digunakan banget...pada bingung gituh
adalah ODHA dan sesuai dengan kriteria. gimana mau menggambarkan
Hal ini didukung dengan teori yang perasaannya. (P2)
Pas tau hasilnya positive.. dari HIV..HIV bakalan terus
Udah.. Apa ya? Ga bisa ngegerogotin tubuh gue, udah
digambarin lah.. Kayaknya ga banyak temen-temen yang.. yang
akan ada yang bisa kebayang meninggal karna HIV juga...jadi
kalo ga ngerasain sendiri, gelap saya lari ke.. ke.. jual diri!
lah.. Pokoknya. (P5) sekarang udah.. satu tahun, saya
kerja jadi jual diri. (P4)
Dari kelima responden empat orang
mampu melewati fase ini, tetapi pada Setelah melewati serangkaian fase,
partisipan ke-4 tampak terjadi pasien akhirnya mampu menerima
pengulangan fase marah dan membuat kenyataan tentang apa yang
ia mengambil keputusan yang tidak dialaminya. Mereka siap menghadapi
tepat. Seperti yang diungkapkan oleh segala kemungkinan di masa depan,
beberapa partisipan sebagai berikut: siap mengambil sikap, dan siap
Bener-bener udah... Ya udah menjalani hari baru. Pada partisipan
mangsa bodo lah, toh gue juga satu, dua, tiga dan lima
mati, masuk neraka, dikubur, ya mengungkapkan jika pada akhirnya
udah lah.. Udah bener-bener, mereka menerima dan bersedia
udahlah masa bodo, gue mau menjalani pengobatan dengan teratur
kayak gimana gimana juga... serta memiliki gambaran masa depan
mengatasi perasaan biar saya ga yang akan mereka perjuangkan.
kuatir itu, menjauh dari Hal yang diungkapkan oleh beberapa
keluarga, saya lari, kabur ke partisipan adalah sebagai berikut:
jogja sendirian.. udah.. satu Saya banyak-banyak ibadah,
tahun, saya kerja jadi jual seperti yaaa tobat gituh,
diri.(P4) meminta pada Allah, akhirnya
saya mendapatkan ketenangan
Hal terberat yang harus dilewati dalam disana, dan akhirnya saya berani
proses berduka adalah depresi, dimana untuk berobat. (P2)
pasien menyadari sepenuhnya apa
yang terjadi dengan dirinya dan 2) Berbagai mekanisme koping dan
kemungkinan-kemungkinan di masa adaptasi pasien pertama kali
depan yang menanti mereka. Pada fase terdiagnosis HIV/AIDS
ini juga mereka sadar tentang mengapa Harapan adalah bentuk dasar dari
hal ini terjadi pada mereka. Yang kepercayaan bahwa akan mendapatkan
menjadi penyulit dalam fase ini adalah apa yang diinginkan diwaktu yang
pasien merasa kehilangan seluruh akan datang. Harapan akan masa depan
harapannya. Hal tersebut diungkapkan memberikan ketenangan dan
oleh partisipan dua, empat dan lima keyakinan ODHA untuk terus berobat
sebagai berikut: dan menjaga kesehatannya. Hal itu
Gimana ya? rasanya itu udah diungkapkan oleh partisipan sebagai
kayak nggak ada.. hari buat aku berikut:
lagi gitu, .perasaan sih, ancur Kedepan memang saya ingin
banget, karna saya anak satu- kuliah lagi ada, karna emang
satunya, cara saya mengatasinya cita-cita saya ingin kuliah, tapi
dengan menjauh dari keluarga, waktu itu nggak kesampaian
saya lari, kabur ke jogja karna telat daftar. (P2)
sendirian, bener-bener, gue tuh
hina, gue nggak bakalan sembuh
Saya banyak-banyak ibadah, (dirahasiakan) dulu sama diri
seperti yaaa tobat gituh, sendiri, sampe sekarang pun sih
meminta pada Allah, akhirnya sebenernya skip. (P1)
saya mendapatkan ketenangan
disana. (P2) 4) Berbagai kebutuhan pelayanan
Buat kemasa depannya yaaa... keperawatan dan harapan pasien
Ya dijalani aja lah.. Soalnya pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS
mungkin ini udah takdirnya
Umumnya partisipan tidak
seperti ini, yang penting sehat,
menunjukkan sikap kecewa atau
dan menjaga pola makan. (P3)
menuntut lebih, tetapi ada ungkapan
yang menunjukkan jika mereka ingin
3) Setiap ODHA mengalami tekanan mendapatkan perhatian, dukungan
dalam menjalani kehidupan sosialnya. serta penjelasan lebih baik lagi ketika
Hukuman sosial atau stigma oleh pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS,
masyarakat merupakan masalah yang seperti ungkapan yang disampaikan
besar tetapi sulit diatasi di berbagai oleh partisipan sebagai berikut:
belahan dunia terhadap pengidap Kalau udah dikasih tau kayak
HIV/AIDS. Sering kali tindakan gini sih, pengennya langsung
pengasingan, penolakan, diskriminasi, dirangkul, langsung dikasih
dan penghindaran atas orang yang nasehat atau apalah? Suport,
diduga terinfeksi HIV/AIDS menjadi karna waktu itu pasti down
hal yang lebih berat dibandingkan banget, down dan butuh yang
penyakitnya itu sendiri. Respons namanya apasih? Semangat.
adaptif sosial dikembangkan peneliti (P2)
berdasarkan konsep dari Pearlin &
Aneshense (1986).
Selain itu, mereka dengan jelas
Dalam penelitian ini, pada ODHA menyampaikan jika mereka memiliki
sering muncul perasaan "tidak harapan agar masalah stigma dapat
diinginkan" oleh masyarakat yang teratasi sehingga dapat mengurangi
memandang mereka sebagai seseorang beban mereka.
yang "menular". Hal ini merupakan
suatu situasi emosional yang bisa
mengakibatkan ODHA untuk menarik Pembahasan
diri, tidak mengekspresikan perasaan Pada saat pertama kali terdiagnosis
mereka, dan menjadi terisolasi secara HIV/AIDS didalam penelitian ini
sosial. Hal tersebut diungkapkan oleh terungkap telah memberikan dampak yang
partisipan sebagai berikut: sangat besar dalam kehidupan seluruh
Mungkin buat masyarakat itu partisipan, diantaranya adalah dampak
HIV itu penyakit yang menular, psikologis, sosial, dan spiritual. Selain itu,
langka juga, karna penderita ketika seseorang telah berhasil melewati
HIV itu orang-orang yang proses berdukanya dengan baik, maka
sangat hina. (P4) mereka akan mulai memiliki harapan-
harapan untuk masa depan mereka.
Saya emang belum siap nyerita
Respon psikologis yang muncul
ke keluarga, takut mereka itu,
dalam penelitian ini teridentifikasi sesuai
mungkin nanti syok atau
dengan karakteristik tahapan berduka
gimana? (P2)
menurut Kubler-Ross (1969) yaitu
Dengan keluarga, temen, sebisa penyangkalan (denial), marah (anger),
mungkin ya..di skip tawar-menawar (bargaining), depresi
(depression) dan penerimaan (Acceptance). dilewati dalam proses penerimaan suatu
Empat orang partisipan dapat melewatinya kabar buruk adalah depresi, dimana
hingga tahap akhir atau tahapan seseorang menyadari sepenuhnya apa yang
penerimaan, tetapi ada satu partisipan yang terjadi saat ini dan kemungkinan apa yang
masih bertahan dan beradaptasi dalam akan terjadi pada masa depan mereka. Pada
beberapa tahapan. fase ini juga partisipan sadar penuh tentang
Peneliti menemukan pada saat mengapa hal demikian dapat terjadi pada
pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS, mereka. Yang membuat keadaan semakin
kelima partisipan menunjukkan buruk adalah, dalam fase ini, mereka bisa
karakteristik perilaku penyangkalan, saja kehilangan seluruh harapannya.
mereka gagal memahami dan mengalami Menurut teori psikoanalitik (Freud) dalam
makna rasional dan dampak emosional dari Tomb, David A. (2007) mengatakan bahwa
diagnosa. Penyangkalan ini dapat pasien depresi menderita kehilangan objek
disebabkan karena ketidaktahuan pasien cinta yang ambivalen baik nyata atau hanya
terhadap sakitnya atau sudah imajinasi, mereka bereaksi dengan
mengetahuinya dan mengancam dirinya. kemarahan yang tidak disadari dan
Penyangkalan merupakan tahapan pertama kemudian diarahkan kepada diri sendiri,
dalam proses berduka menurut teori dan ini menyebabkan penurunan harga diri
Kubler-Ross. dan depresi. Hal ini menunjukkan bahwa
Reaksi berikutnya yang dirasakan tahapan ini merupakan waktu terpenting
oleh tiga orang partisipan yaitu marah dalam proses berduka yang harus dilalui.
(anger). Menurut teori Kubler-Ross’e Menurut Kubler-Ross (Wikipedia,
(Sarafino, 2006), mengatakan bahwa reaksi 2017) Secara signifikan, mereka yang
ini timbul sebagai akibat pengaruh mengalami tahapan-tahapan ini seharusnya
gencarnya kampanye AIDS yang tidak memaksakan proses. Proses kedukaan
mengandung informasi menakutkan. Teori sangatlah pribadi dan tidak seharusnya
tersebut menjelaskan jika stigma terkadang tergesa-gesa ataupun diperpanjang, ia
timbul dengan sendirinya, baik dari selayaknya sadar bahwa tahapan-tahapan
pendapat pribadi seseorang, hasil dari tersebut akan lewat dengan sendirinya dan
searching internet bahkan dari pendidikan pada akhirnya tahapan “Penerimaan”
kesehatan yang di sampaikan oleh petugas (Acceptance) akan dicapai.
kesehatan yang berkompeten sekalipun, Victor H. Vroom dalam Nursalam
sehingga stigma tersebut menimbulkan (2008), mengetengahkan suatu teori yang
efek negatif dan kemarahan. disebutnya sebagai “Teori Harapan”.
Reaksi selanjutnya yang dialami oleh Menurut teori ini, motivasi merupakan
partisipan adalah bargaining atau tawar- akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai
menawar. Dalam tahapan ini partisipan oleh seorang dan perkiraan yang
berusaha untuk memupuk harapan, banyak bersangkutan bahwa tindakannya akan
berfikir, merenung, berkomunikasi dengan mengarah kepada hasil yang diinginkannya
diri sendiri, bertanya “mengapa?” serta itu. Artinya, apabila seseorang sangat
berusaha mencari jawaban atas menginginkan sesuatu, dan jalan
pertanyaannya tersebut. Pada tahap ini, tampaknya terbuka untuk memperolehnya,
partisipan sering kali mencari pendapat yang bersangkutan akan berupaya
orang lain. mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara
Depresi merupakan tahap keempat yang sangat sederhana, teori harapan
dari Kubler-Ross’s Stage of dying, yaitu berkata bahwa jika seseorang
suatu tahapan dimana seseorang yang menginginkan sesuatu dan harapan untuk
menghadapi suatu peristiwa kematian memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
menghabiskan banyak waktu untuk bersangkutan akan sangat terdorong untuk
menangis dan berduka. Titik terendah yang memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal tepat oleh mereka. Kendati demikian ada
yang diinginkannya itu tipis, motivasinya pula yang menyadari bahwa pada akhirnya
untuk berupaya akan menjadi rendah. mereka harus menyampaikan keadaan
mereka tetapi mereka tidak tahu bagaimana
Manusia hakekatnya adalah mahluk dan kapan waktu yang tepat untuk
sosial, oleh sebab itu beban psikososial berbicara dengan keluarganya.
yang dirasakan penderita HIV/AIDS akibat
stigma negatif dan diskriminasi masyarakat Harapan berasal dari kata harap yang
adakalanya sangat berat, sangatlah wajar berarti keinginan supaya sesuatu terjadi,
jika hal tersebut menimbulkan berbagai sehingga harapan dapat diartikan sesuatu
reaksi emosi yang berhubungan dengan yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat
kehidupan sosialnya. diartikan harapan itu menyangkut
Stewart (1997, dalam Nursalam, permasalahan masa depan.
2007) mengatakan bahwa stigma sosial Mudjiran, dkk (2007:152)
dapat memparah depresi dan pandangan menjelaskan konsep diri sebagai
yang negatif tentang harga diri pasien. keseluruhan (totalitas) dari pemahaman
Penderita HIV/AIDS sesungguhnya yang dimiliki seseorang terhadap dirinya,
menghadapi situasi yang kompleks. Selain sikap tentang dirinya, dan keseluruhan
menghadapi penyakitnya sendiri, ia juga gambaran diri.
harus menghadapi diskriminasi dan stigma Setiap manusia hakekatnya
dari keluarga dan masyarakat. Hal tersebut mempunyai harapan. Orang yang akan
tentunya menimbulkan kecemasan atau meninggal sekalipun mempunyai harapan,
rasa takut terhadap ancaman perubahan biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
lingkungan sosialnya sebagai individu. warisnya. Harapan tersebut tergantung
Ollich, dkk (dalam Winarto, 2007), pada pengetahuan, pengalaman,
infeksi HIV saat ini belum ditemukan lingkungan hidup dan kemampuan masing-
pengobatannya, sehingga sangat masing. Seorang penderita HIV/AIDS juga
memungkinkan bagi pasien yang tidak perlu untuk bersikap lapang dada, untuk
mempunyai koping individu efektif akan menerima kondisi tubuh apa adanya,
mengalami kecemasan dan depresi. penerimaan diri akan sangat membantu
Menurut WHO (2012), ketika seseorang untuk terus dapat memupuk semangat
telah didiagnosa terkena virus HIV ini hidup. Dalam hal ini kekuatan dari ‘Yang
dalam pengkajian psikososialnya klien Maha Tinggi’ adalah kekuatan yang besar
akan menarik diri dari lingkunganya. untuk dapat terus hidup berdamai dengan
Dari uraian diatas peneliti virus HIV (Yayasan Sekar Mawar-
menemukan bahwa ketika seseorang Bandung Pada Hari AIDS sedunia 1 Des
terdiagnosis HIV/AIDS maka respon sosial 2011).
yang mereka rasakan adalah takut jika
keadaannya diketahui oleh orang-orang
Kesimpulan
terdekat terutama keluarga sebagai tempat
mereka bergantung selama ini, hal tersebut Pengalaman seseorang yang pertama kali
terjadi karena mereka khawatir jika orang- terdiagnosis HIV/AIDS berdampak pada
orang terdekat mereka tidak paham dengan aspek psikologis, sosial dan spiritual seperti
penyakit HIV/AIDS dan tidak dapat mengalami stres dan melalui proses
menerima keadaan mereka. Mereka juga berduka. Selain itu pada seseorang yang
khawatir jika stigma turut serta pertama kali terdiagnosis HIV/AIDS juga
mempengaruhi penilaian keluarga terhadap timbul sejumlah harapan seperti harapan
diri mereka. Sehingga keputusan untuk untuk dapat diterima oleh keluarga dan
menyembunyikan atau merahasiakan lingkungan sekitarnya termasuk harapan
keadaan menjadi pilihan yang dianggap terhadap pelayanan kesehatan khususnya
perawat agar dapat membantu pasien _______.2015. Seri Buku Kecil Hidup
dengan HIV/AIDS meningkatkan kualitas dengan HIV/AIDS. Jakarta: Yayasan
hidupnya. Setiap partisipan yang pertama Spiritia.
kali terdiagnosis HIV/AIDS memiliki dan _______.2015. Lembaran Informasi
menggunakan berbagai mekanisme koping Tentang HIV dan AIDS Untuk Orang
dan adaptasi yang berbeda untuk mengatasi Yang Hidup Dengan HIV (ODHA).
berbagai masalah yang muncul sesuai Jakarta: Yayasan Spiritia.
dengan kepribadian dan keadaan Handayani, wiwik dan Haribowo, A.
lingkungan sosial yang dimilikinya. (2008). Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem
Referensi Hematologi. Jakarta: Salemba
Ardhiyanti, Lusiana, Megasari. (2015). Medika
Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Hartono, Y & Kusumawati, F. (2010).
Kebidanan. Yogjakarta: Deepublish. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Beck, T. A., & Alford, B. A. (2009). Jakarta; Salemba Medika
Depression: Causes and Treatment. Houser, J. (2011). Nursing Research:
Philadelphia: University of Reading, Using And Creating
Pennsylvania. Diunduh dari Evidence. Second edition. Jones &
http://books.google.co.id pada Bartlett Publishers.
tanggal 2 Maret 2017. Ignatavicius, Workman. (2010). Medical
Darmawan, Ruly. (2010). Pengalaman, surgical nursing patient centered
Usability, dan antarmuka Grafis: colaborative care. United States Of
Sebuah Penelusuran Teoritis. ITB J. America : Saunders Elseviers Inc.
Vis Art & Des, Vol. 4, No. 2, 2013, Kemenkes RI. (2011). Pedoman nasional
95-102. tatalaksana klinis HIV dan terapi
journals.itb.ac.id/index.php/jvad/arti antiretroviral pada orang dewasa.
cle/view/756. Diunduh pada tanggal Diunduh pada tanggal 20 Maret
5 Juni 2017. 2017. http//:spiritia.or.id
Daymon, Christine & Holloway, Immy. Kozier. (2004). Fundamental of Nursing:
(2008). Metode-metode riset Concepts, Process and Practice.
kualitatif dalam public realtions dan New Jersey: Pearson Prentice Hall.
marketing communication. Lubis, N. L. (2009). Depresi: Tinjauan
Yogjakarta: Bentang Pustaka. Psikologis. Jakarta; Prenada Media
Dewi, Sofia R. (2015). Buku Ajar Grup
Keperawatan gerontik. Yogjakarta: Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
Deepublish. Keperawatan Jiwa (Teori dan
Djuanda, Adhi. (2007). Ilmu Penyakit Aplikasi). Yogjakarta: CV Andi
Kulit Dan Kelamin. Edisi Kelima. Offset.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI Muslimah dan Aliyah. (2013). Tingkat
Green, Chris W. 2013. Seri Buku Kecil Kecemasan Dan Strategi Koping
HIV Kehamilan & Kesehatan Religius Terhadap Penyesuaian Diri
Perempuan. Yogyakarta: Yayasan Pada Pasien Hiv/Aids Klinik Vct
Spiritia . Rsud Kota Bekasi. www.ejournal-
Gymnastiar, A . (2008). Menggapai unisma.net/ojs/index.php/soul/article
derajat ihsan: Membangun pribadi /view/885 . Diperoleh pada tanggal 9
mulia untuk meraih bahagia dunia April 2017.
dan akhirat. (Ed. 1). Bandung:
Cahaya Iman
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Suratini. (2011). Pengalaman Orang
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Dengan Hiv/Aids (Odha)
Bandung: Rosdakarya Mendapatkan Perawatan Keluarga
Nursalam dan Kurniawati, Ninuk D. Di Wilayah Kabupaten Kulon Progo
(2009). Asuhan Keperawatan Pada Daerah Istimewa Yogyakarta Studi
Pasien Terinveksi HIV/AIDS. Fenomenologi.
Jakarta: Salemba Medika. lib.ui.ac.id/file?file=digital/2028262
7. Diperoleh pada tanggal 5 April
Nursalam dan Efendi, F. (2008).
2017
Pendidikan Dalam keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. Suryono. (2015). Bedah Dasar
Periodonsia. Yogyakarta:
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi
Deepublish.
Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi
Aksara. Taylor, S.E, Peplau, L.A., & Sears. D.O.
(2009). Psikologi Sosial. Edisi
Paputungan, K. (2010). Dinamika
Kedua Belas. Jakarta : Kencana
Psikologis Pada Orang Dengan HIV
Dan AIDS (Odha). Yogjakarta: Tomb, David A. (2007). Psikiatri. Jakarta:
Universitas Ahmad Dahlan. EGC
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Vitriawan. (2007). Pengalaman Pasien
Fundamental Keperawatan: Konsep, Pertama Kali Terdiagnosis
Proses, dan Praktik. Diterjemahkan Hiv/Aids: Studi Fenomenologi
oleh Agung Waluyo. Jakarta: ECG Dalam Perspektif Keperawatan.
id.portalgaruda.org/?ref=browse&m
Rossi Anita Sari. (2015). Pengalaman
od=viewarticle&article=128557.
Kehilangan (Loss) dan berduka
Diperoleh pada tanggal 10 Desember
(Grief) pada ibu preeklamsi yang
2016
kehilangan bayinya. UNDIP
Semarang. W Widiyanto. (2009). Strategi Koping
Penderita Hiv/Aids.
Safarino, E.P. (2006). Health Psychology:
http://eprints.ums.ac.id/4800/1/F100
Biopsychosocial Interaction Fifth
040102.PDF. Diperoleh pada
Edition. New York: John Wiley &
tanggal 2 April 2017.
Sons Inc.
Wikipedia. (2017).
Salim, Julian F.C.P. (2014). Proses
https://id.wikipedia.org/wiki/Model_
Berduka Akibat Kematian Orang
Kubler-Ross. 26 Januari 2017.
Yang dicintai Yang Dialami Oleh
Lansia Di Kabupaten Ngada. STIK Yayasan Sekar Mawar. (2011). Pada Hari
Sint Carolus, Jakarta. AIDS sedunia 1 Des 2011.
http://www.terapinarkoba.com/2011/
Santrock, J.W. (2007). A Topical
08/penderita-hiv-dan-harapan-
Approach to Life-Span Development.
hidup.html. Bandung: Diperoleh
New York: McGraw-
pada 19 Juni 2017.
Hill. ISBN 0073382647.
Zainudin, A. F. (2012). SEFT for Healing,
Sanders Carolyn. (2003). Application of
Success Happines, reatness(2nd ed.).
Colaizzi’s (1978) Phenomenological
Jakarta: Afzan Publishing.
Methode. Contemporary Nurse.
Copyright.
Sugiarto, Eko. (2015). Menyusun Proposal
Penelitian Kualitatif: Skripsi dan
Tesis. Yogjakarta: Suaka Media.

Anda mungkin juga menyukai