PENDAHULUAN
1
e. Menjelaskan akibat dari hipertensi ?
f. Bagaimana pencegahan hipertensi ?
g. Menjelaskan pengobatan hipertensi ?
2.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi.
b. Untuk mengetahui cara mengukur tekanan darah.
c. Untuk mengetahui penyebab hipertensi.
d. Untuk mengetahui gejala yang di timbulkan.
e. Untuk mengetahui akibat dari hipertensi.
f. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi.
g. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai
hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing :
a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
waktu berbaring > 130/90 mmHg.
b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90
mmHg
c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).
3
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi.
Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat
tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan
>220/140.
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :
4
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
2.4. ETIOLOGI
5
e. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)
2.5. MANIFESTASI KLINIS
2.6. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini
6
dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi
kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang
menetap atau berkala.
7
untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh
d) meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan
keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
8
2.7. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI EMERGENCY
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2
jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-
25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
9
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan pendek obat IV
dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 4.
10
Kerja
Sodium 0,25-10 mg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside kg / menit menit setelah panjang dapat menyebabkan
sebagai infus IV infus keracunan tiosianat,
methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena
obat mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit
sebagai infus IV min kepala, peningkatan tekanan
intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan
per 250 cc jam koroner
Glukosa 5%
mikrodrip
5-15 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit
Diltiazem ug/kg/menit min kepala, peningkatan tekanan
sebagi infus IV intrakranial; hipotensi
11
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika
hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita
dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti
hipertensi intravena ( IV ).
12
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1
jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v
bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central
ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk
mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi,
meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut
dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action
15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 –
20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action
3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v.
Onset of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping :
opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut
kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80
mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of
action 5 – 10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong,
sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of
action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons
unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action :
30 – 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test
( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset
of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang
disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose
dengan titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal
setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong,
13
mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat
menimbulkan sindroma putus obat.
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.
Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala,
mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan
penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut
menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang
dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat
dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik
bila tensi telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV
akan mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan
berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri
kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10
mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas.
Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota
bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan
perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan,
dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan
: Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.
5. Toksemia Gravidarum
14
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan :
Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.
Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik
dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau
Hidralazin.
2.9. KOMPLIKASI
15
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard.
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma
yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic
Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama
dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit kardiovaskuler
pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga
telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti
merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko
kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg,
kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak
dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).
2.10. DIAGNOSIS
Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan
:
16
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
3.1. PENGKAJIAN
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Gejala KH:
B. Pengkajian
1. Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
a. Airway
yakinkan kepatenan jalan napas
berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
17
Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan
bag-valve-mask ventilation
Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2
Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
Lakukan pemeriksan system pernapasan
Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru
c. Circulation
Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
Kaji peningkatan JVP
Monitoring tekanan darah
Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:
Sinus tachikardi
Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
right bundle branch block (RBBB)
right axis deviation (RAD)
Lakukan IV akses dekstrose 5%
Pasang Kateter
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid
d. Disability
kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICU.
e. Exposure
selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP
jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
18
Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
4. Integritas Ego
Tanda :
19
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
5. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal )
6. Makanan / Cairan.
Gejala :
Tanda :
7. Neurosensori
Gejala :
20
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optic
8. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
Gejala :
Tanda :
Gejala :
21
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcoho
22
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
3 sedang Penyuluhan untuk pasien/keluarga
4 ringan Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
5 tidak ada diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek
samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
Indicator 1 2 3 4 5
mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi
Ekspresi nyeri pada wajah
bila mengalami nyeri membandel.
Gelisah atau ketegangan otot
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika
Durasi episode nyeri
peredaan nyeri tidak dapat dicapai
Merintih dan menangis
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
Gelisah
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid
memperlihatkan teknik relaksasi secara individual (resiko ketergantungan atau overdosis)
yang efektif untuk mencapai kenyamanan Manajemen nyeri:
mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama
skala 0-10) akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi,
mengenali factor penyebab dan menggunakan terapi)
tindakan untuk memodifikasi factor tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan Aktivitas kolaboratif
melaporkan pola tidur yang baik Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang
terjadwal (missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
24
Manajemen nyeri:
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri
pasien dimasa lalu
Perawatan dirumah
Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah
Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang
diperlukan dalam pemberian obat
25
4 sering Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
5 selalu buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk
Indicator 1 2 3 4 5 kebutuhan untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-
Merencanakan strategi tugas yang telah dipelajari
koping untuk situasi berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti
penuh tekanan teman, tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga
Mempertahankan sukarelawan dan pusat rekreasi
performa peran informasikan tentang gejala ansietas
meredakan ansietas jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami
selama prosedur
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika
perlu
26
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk
mengurangi ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi
okupasi untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta
izinkan pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara
verbal dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat
diterima oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
penurunan ansietas (NIC);
gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
27
nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa
takut
berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan
ansietas
28
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:
Indikator 1 2 3 4 5 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
Saturasi oksigen saat Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi
beraktivitas yang perlu dilaporkan ke dokter
Frekuensi pernapasan Pentingnya nutrisi yang baik
saat beraktivitas Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
Kemampuan untuk Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
berbicara saat Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
beraktivitas fisik keluarga
Tindakan untuk menghemat energy
Mendemonstrasikan penghematan energy, yang Manajemen energy (NIC):
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri
1 tidak pernah yang akan meminimakan konsumsi oksigen
2 jarang Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
3 kadang-kadang untuk mencegah kelelahan
4 sering
5 selalu Aktivitas kolaboratif
Indikator 1 2 3 4 5 Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan
29
keterbatasan energy Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
Menyeimbangkan merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
aktivitas dan istirahat Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan
Mengatur jadwal jiwa dirumah
aktivitas untuk Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
menghemat energy pelayanan bantuan perawtan rumah, jika perlu
Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan
dengan penyakit jantung
Aktivitas lain
Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama
periode istirahat
Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat
dan latihan
Manajemen energy (NIC);
Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling
banyak
30
Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat
dan menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori
dan energy
Perawatan dirumah
Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas
Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga
dirumah
31
BAB III
3.1. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S.E
Tanggal Lahir : 10 Mei 1967
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Status : Cerai Mati
No. RM : 878914
Tanggal Masuk : 3/11/2017 jam 23.00
Tanggal Pengkajian : 4/11/2017 jam 16.30
Alamat : Simpangsari RT. 05 RW 01 Kel.
Sukamiskin, Kec. Arcamanik
Kota Bandung
31
c. Keluhan Utama
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-Laki
= Pasien
32
= Menderita penyakit yang sama
= Meninggal
= Menikah
= Hubungan darah
33
a. BAK
Frekuensi +
3-4 x/hr +
5-6 x/hr
Konsistensi N N
Warna Kuning Jernih Kuning jernih
Bau N N
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
Frekuensi 1 x/hr Belum BAB
Konsistensi lunak -
Warna N -
Bau N -
34
2) Sistem Pernafasan
36
simetris
· Gerakan kedua bola mata simetris ke arah superior,
inferior, medial, dan oblik inferior.
· Tidak ada nistagmus
1) Sistem Endokrin
37
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran KGB,
tidak ada masa dan tidak ada keluhan.
2) Sistem Genitourinaria
Ginjal tidak teraba membesar,tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri
saat perkusi. Bladder teraba kosong dan tidak terdapat nyeri tekan.
Terdapat bunyidalness pada kandung kemih
Klien mengatakan tidak terdapat benjolan atau nyeri di daerah genetalia
klien
Klien mengatakan BAK menggunakan pampers.
3) Sistem Muskuloskeletal
Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terjadi fraktur, edema
(-),kekuatan otot dalam batas normal, dan ditangan sebelah kiri
terpasang infus.
Kekuatan Otot : pasien dapat mengikuti perintah dengan baik
5 5
5 5
38
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan spirtus,
fungsi penciuman klien masih baik.
d. Perabaan
Turgor kulit baik, klien dapat membedakan panas dan dingin
g. Data Psikologis
1) Status Emosi
Emosional klien tampak stabil, tidak mudah marah dan sensitif.
2) Kecemasan
Klien tampak sedikit cemas
3) Pola Koping
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada tim medis tentang
kondisi penyakitnya. Dalam mengatasi masalah klien sering meminta
bantuan orang lain
4) Konsep Diri
a. Body Image :
Klien mengatakan klien paling suka dengan bagian kulit klien
karena kulit klien putih,
Klien mengatakan akan bersabar dalam menerima sakit yang di
derita
b. Harga Diri :
Klien berkata dengan keadaan klien saat ini klien tidak dapat
mengurus anaknya yang masih sekolah. Klien tau tentang
penyakitnya saat ini dan klien berharap klien akan cepat sembuh
dan dapat berkumpul kembali dengan keluarganya dan dapat
kembali mengurus anaknya.
c. Ideal Diri :
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak menginginkan apa-
apa, klien hanya berharap supaya ia bisa sembuh seperti semula.
d. Peran Diri :
Klien mengatakan bahwa selama dia dirawat kegiatannya sehari-
harinya sebagai ibu rumah tangga sudah tidak dapat dilakukannya
lagi, dan digantikan oleh adiknya dalam mengurus anaknya.
39
e. Identitas Diri :
Klien mengatakan dia adalah seorang perempuan. Anak ke 3 dari 4
bersaudara dan telah menikah, mempunyai 2 orang anak.
h. Data Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan 2 orang anak, dan saat ini
tinggal bersama kedua anaknya. Suami pasien sudah meninggal sejak 5
tahun yang lalu. Dalam menjawab pertanyaan klien relevan dan jelas dalam
mengucapkan kata-kata walapun sedikit terengah-engah. Gaya hidup klien
cukup sehat klien tidak pernah merokok dan minum-miinuman keras.
i. Data Spiritual
Klien beragama islam. Klien selaluu melaksanakan shalat dengan alasan
bahwa shalat itu adalah kewajibat setiap orang muslim meskipun dalam
keadaan sakit. Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya dan klien
menerima keadaannya saat ini sebagai peringatan dari Alla swt.
j. Data Penunjang
1) Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 3 November 2017
40
2) Pemeriksaan Penunjang Lainnya :
41
2. Analisa Data
42
oleh keluarga dan Suplai O2 otak menurun
perawat
Resistensi pembuluh
darah otak meningkat
Gangguan pola tidur
4 S: Pasien mengatakan tidak kurangnya informasi Kurang pengetahuan
tahu jika memiliki penyakit tentang proses penyakit
hipertensi dan tidak tahu
bagaimana cara
mengatasinya
O:-
A. Diagnosa Keperawatan
43
B. Perencanaan
Mampu mengontrol nyeri 3. Beri penjelasan cara untuk memblok respon simpatis
nyeri
Mampu mengenali nyeri
44
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal
2 Intoleransi aktivitas b.d NOC : NIC :
Kelemahan, Energy conservation Energy Management
ketidakseimbangan Self Care : ADLs 1. Observasi adanya
suplai dan kebutuhan Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
oksigen Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
45
yang mampu dilakukan
6. Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik,
emosi, social dan spiritual
46
2. Comfort level 2. Determinasi efek-efek
3. Pain level medikasi terhadap pola
4. Rest : Extent and Pattern tidur
5. Sleep : Extent an Pattern 3. Jelaskan pentingnya tidur
Kriteria Hasil : yang adekuat
1. Jumlah jam tidur dalam 4. Ciptakan lingkungan yang
batas normal 6-8 jam/hari nyaman
2. Pola tidur, kualitas dalam 5. Kolaborasikan pemberian
batas normal obat tidur
3. Perasaan segar sesudah 6. Diskusikan dengan pasien
tidur atau istirahat dan keluarga tentang
4. Mampu teknik tidur pasien
mengidentifikasikan hal-hal 7. Instruksikan untuk
yang meningkatkan tidur memonitor tidur pasien
8. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu
tidur
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari
dan jam
4 Kurang pengetahuan NOC : NIC : NIC :
47
berhubungan dengan Kowlwdge : disease 1. Tetapkan dan nyatakan 1. memberikan dasar untuk
kurangnya informasi process batas tekanan darah pemahaman tentang
tentang proses penyakit Kowledge : health normal. Jelaskan tentang peningkatan tekanan darah
Behavior hipertensi dan efeknya dan mengklarifikasikan
Kriteria Hasil : pada jantung, pembuluh istilah medis yang sering di
1. Pasien dan keluarga darah ginjal dan otak gunakan. Pemahaman bahwa
menyatakan pemahaman 2. Hindari mengatakan tekanan darah tinggi dapat
tentang penyakit, kondisi, tekanan darah normal dan terjadi tanpa gejalah ini
prognosis dan program gunakan istilah terkontrol adalah untuk memungkinkan
pengobatan dengan baik saat pasien untuk melanjutkan
2. Pasien dan keluarga menggambarkan tekanan pengobatan meskipun ketika
mampu melaksanakan darah pasien dalam batas merasa sehat
prosedur yang dijelaskan yang di inginkan. 2. karena pengobatan untuk
secara benar 3. Bantu pasien untuk hipertensi adalah sepanjang
3. Pasien dan keluarga mengidentifikasi faktor- kehidupan, maka dengan
mampu menjelaskan faktor resiko penyampaian ide terkontrol
kembali apa yang kardiovaskuler yang dapat akan membantu pasien untuk
dijelaskan perawat/tim di ubah misalnya obesitas, memahami kebutuhan untuk
kesehatan lainnya. diet tinggi lemak jenuh, melanjutkan pengobatan /
kolesterol, pola hidup medikasi.
monoton, merokok dan 3. faktor-faktor resiko ini telah
48
minum alcohol menunjukkan hubungan
4. Bahas pentingnya dalam menunjang hipertensi
menghentikan merokok dan penyakit kardiovaskulert
dan bantu pasien serta ginjal
membuatkan rencana 4. nikotin dapat meningkatkan
dalam menghentikan katekolamin, mengakibatkan
merokok peningkatan frekuensi
5. Sarankan pasien untuk jantung jantung, TD, dan
sering mengubah vasokontriksi, mengurangi
posisi,olah raga kaki saat oksigenasi jaringan dan
berbaring meningkatkan beban kerja
miokardium.
5. menurunkan bendungan
vena perifer yang dapat di
timbulkan oleh vasodilator
dan duduk/berdiriterlalu
lama.
49
50
C. Pelaksanaan
51
21.00 5. Melakukan kontrak waktu untuk prosedur
memandikan esok hari
7 Nov 2017 2 ika
07.00 1. Melakukan kontrak waktu
08.30 2. Memandikan pasien
3. Melakukan oral hygiene
4. Mengganti linen
5. Melepas infus 4
D. Evaluasi
52
TD: 130/80
N: 82 x/mt
S : 36 oC
A: Masalah teratasi
P : STOP
7/11/2017 4 S: Pasien mengatakan sudah mengerti tentang Ika
penyakitnya.
Pasien mengatakan akan berobat teratur
O: -
A: Masalah teratasi
P : STOP
53
BAB IV
3.1. Kesimpulan
Hipertensi adalah proses penyakit seumur hidup. Perawat membantu pasien
dalam mengontrol penyakit dengan meminta pasien untuk sering cek tekanan
darah, berkunjung ketempat pelayanan kesehatan secara rutin dan penyuluhan
kesehatan.
Telah dibuktikan oleh beberapa penyeidik bahwa dengan mengendalikan
tekanan darah angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Oleh karena itu,
meskipun etiologinya belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi dapat
dimulai. Yang masih menjadi masalah adalah penentuan saat mulainya pengobatan.
Hal ini penting karena pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup.
3.2. Saran
Sebaiknya masyarakat sadar akan kesehatannya seperti pola makan dan
olahraga teratur. Karena penyakit hipertensi ini dapat menyerang segala umur dan
untuk pengobatannya dilakukan selama seumur hidup.
54
DAFTAR PUSTAKA
55