Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang

menjadi suatu masalah kesehatan yang serius dan perlu di waspadai. Penyakit

darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada

pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang

berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi pada sepanjang pembuluh

darah yang dipompa oleh jantung. Tekanan darah umumnya diukur dengan

alatyang disebut sphygmomanometer. Tekanan darah normal adalah di bawah

120/80, tekanan darah antara 120/80 dan 139/89 di sebut pra-hipertensi,

tekanan darah 140/90 atau di atasnya dianggap tinggi. Tekanan darah tinggi

atau hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan

darah tinggi ditandai dengan keadaan tekanan darah yang tinggi secara terus-

menerus, yaitu 140/90 mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi menyebabkan

jantung harus ekstra memompa darah ke arteri sehingga pada akhirnya jantung

akan rusak.

WHO ( World Health Organization) menyebutkan bahwa hipertensi

menyerang 22% penduduk dunia, dan mencapai 36% angka kejadian di Asia

Tenggara. Hipertensi juga menjadi penyebab kematian dengan angka 23,7%

dari total 1,7 juta kematian di indonesia tahun 2016 (Anitasari, 2019).

Peningkatan prevelensi hipertensi berdasarkan cara pengukuran juga terjadi di


hampir seluruh provinsi di indonesia. Peningkatan prevelensi tertinggi terdapat di

provinsi DKI Jakaerta sebesar 13,4%, Kalimantan selatan sebesar 13,3% dan

sulawesi barat sebesar 12,3%.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa provinsi Kalimantan Selatan

memiliki prevelensi tertinggi sebesar 44,13% di ikuti oleh Jawa Barat sebesar

39,6%, Kalimantan Timur sebesar 39,3%. Provinsi papua memiliki prevelensi

hipertensi terendah sebesar 22,2% di ikuti oleh Maluku Utara sebesar 24,65%

dan Sumatera Barat sebesar 25,16%.

Profil kesehatan provinsi sulawesi selatan tahun 2016 menunjukkan

prevelensi kejadian hipertensi di kota Makassar yaitu sebesar 8% atau terdapat

8 kasus per 1000 penduduk.

Menurut Luluk dan Febriyanto menjelaskan bahwa hiperetensi

merupakan penyakit tidak menular yang menjadi suatu masalah kesehatan yang

serius dan perlu di waspadai di mana Gejala-gejala yang sering timbul antara lain

pusing, sakit kepala, mimisan secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal. Hipertensi

tidak menunjukan gejala awal, satu-satunya jalan untuk mengetahuinya adalah dengan

melakukan pengontrolan tekanan darah. Tekanan darah tinggi pada pasien

hipertensi dapat di atasi dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah

satu terapi non farmakologi adalah teknik relaksasi nafas dalam.

Relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana

cara melakukan nafas dalam selain dapat menurunkan intensitas nyeri, juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Beberapa teknik yang digunakan untuk menghilangkan atau menurunkan skala

nyeri dapat menggunakan terapi yaitu farmakologi dan nonfarmakologi.


Jika nyeri tidak teratasi dapat mengakibatkan pusing, nyeri pada kepala,

dan komplikasi oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

“Pengaruh Teknik Relaksasi (Nafas Dalam) Dalam penanganan Nyeri Pada

Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat

merumuskan masalah “Apakah Ada Pengaruh Teknik Relaksasi (Nafas Dalam)

Dalam penanganan Nyeri Pada Pasien Hipertensi?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi (Nafas Dalam) Dalam

penanganan Nyeri Pada Pasien Hipertensi

2. Tujuan Khusus

a. Diperolehnya pengalaman nyata tentang pengkajian pada klien dengan

Hipertensi

b. Diperolehnya pengalaman nyata dalam menegakkan diagnose

keperawatan pada klien dengan Hipertensi

c. Diperolehnya pengalamanan nyata dalam merencanakan intervensi pada

klien dengan Hipertensi

d. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pemberian implementasi pada klien

dengan Hipertensi

e. Diperolehnya pengalamanan dalam mengevaluasi asuhan keperawatan

yang dilaksanakan pada klien dengan Hipertensi.


D. Manfaat Penelitian

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat

Membudayakan pengelolaan dalam penganan nyeri pada pasien Hipertensi.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

penanganan nyeri pada pasien hipertensi

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang teknik relaksasi dalam penanganan nyeri pada

pasien Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah kesehatan yang sangat serius baik di dunia maupun di
Indonesia (Anggraini dalam Roshifani, 2017). Hipertensi ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Naziah dkk,
2018)).
Hipertensi adalah penigkatan tekanan darah di atas normal.Menurut
JNC (Joint National Commite). Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih
tinggi dari140/90mmHg.Sedangkan menurut WHO(1978) dalam (Febrianti,
2015).bahwa hipertensi adalah tekanan darah dengan sistolik > 160 mmHg
dan diastolic >95mmHg.Hipertensi merupakan golongan penyakit yang terjadi
akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan
tubuh.Apabila hipertensi tak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada
organlainyang berhubungan dengan system tersebut.Semakin tinggi tekanan
darah,lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit kardiovaskuler.Hipertensi
sering disebut sebagai “ silent killer” (pembunuh diam-diam)sebab seseorang
yang mengidap hipertensi sering tidak menyadari bahwa dirinya sedang
menderita sakit tersebut.Hal ini terjadi karena penyakit mematikan ini sering
sekali tidak menunjukkan gejala (Sumaryati, 2018).
Jadi hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh
sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskular).

2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu (Khairunnisa, 2019):
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal 120 – 129 80-84


3 HighNormal 130 – 139 85 – 89

4 Hipertensi

5 Grade1(ringan) 140 – 159 90 – 99

6 Grade2(sedang) 160 – 179 100 – 109

7 Grade3(berat) 180 – 209 100 – 119

8 Grade4(sangatberat) ≥210 ≥210

3. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan


besar yaitu
a. Hipertensi Esensial (hipertensi primer).
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya
gangguan tekanan darah atau hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya atau tanpa kelainan organ di dalam.Kurang lebih 90% - 95%
dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi
primer.
Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
primer adalah :
1) Faktor keturunan
Kasus yang sering muncul dimasyarakat terbukti bahwa seseorang
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.Beberapa peneliti
mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi
mekanismenya mungkin bersifat poligenik.
2) Ciriperseorangan
Ciriper seorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika semakin bertambah umur semakin meningkat tekanan
darahnya), jenis kelamin (Tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi
dibanding tekanan darah pada perempuan), dan ras (Pada orang yang
berkulit hitam tekanan darahnya lebih tinggi daripada orang kulit putih).

3) Kebiasaan hidup
Suatu kebiasaan dan gaya hidup yang serba instan sering
menyebabkan timbulnya hipertensi.Faktor-faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Konsumsi garam yang tinggi
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan diluar selagar tidak dikeluarkan,sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Tingginya konsumsi
garam mengakibatkan tekanan darah meningkat.Penelitian telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh
obat diuretic akan menurunkan tekanan darah.
b) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak
yang dinyatakan dalam Indeks MassaTubuh(IMT) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat
dalam meter.Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan
tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi.Berat badan
dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darahsistolik.Sedangkan, pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-33% memiliki bera tbadan lebih (overweight).
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi.Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar.Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan
lebih (overweight).

4) Stres atau Ketegangan Jiwa.


Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.
5) Pengaruh Lain
a) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan
proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi,dibuktikan kaitan eratan tara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah.Merokok
juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk di
suplai keotot-otot jantung.Merokok pada penderita tekanan darah
tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah
arteri.
b) OlahRaga
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner
melalui mekanisme penurunan denyut jantung,tekanan darah,
penurunan tonus simpatis,meningkatkan diameter arteri koroner,
system kolateralisasi pembuluh darah,meningkatkan HDL (High
Density Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein)
darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih
efisien.Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.Pada orang
tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun.
c) Konsumsi alcohol berlebih
Pengaruh alcohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alcohol
masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.
b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi sebagai akibat dari adanya


penyakit lain :

Pada sekitar 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder


dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan
tekanan darah.Pada kebanyakan kasus,disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang
paling sering.Obat-obat tertentu,baik secara langsung ataupun tidak,dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah.Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner,
diabetes dan kelainan system saraf pusat (Wahyuningsih, 2019).

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure(JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi
menjadi kelompok normal, prehipertensi,hipertensi derajat I dan derajat II.

4. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat Vasomotor pada Medulla di otak. Dari pusat Vasomotor ini
bermulajaras Saraf Simpatis, yang berlanjut kebawah ke Korda Spinalis dan
keluar dari Kolumna Medulla Spinalis ke Ganglia Simpatis di Toraks dan
Abdomen.Rangsangan pusat Vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang begerak kebawah melalui sistern Saraf Simpatis ke Ganglia Simpatis.
Pada titik ini,Neuronpre-ganglion melepaskan Asetilkolin, yang akan
merangsang serabut Saraf Pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannyaNorepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
Vasokonstiktor.Klien dengan Hipertensi sangat sensitif terhadap
Norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem Saraf Simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,kelenjar Adrenal juga
terangsang,mengakibatkan tambahan aktivitas Vasokonstriksi. Medulla
Adrenal menyekresi Epinefrin, yang menyebabkan Vasokonstriksi. Korteks
Adrenal menyekresi Kortisol dan Steroidlainnya, yang dapat memperkuat
respon Vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah keGinjal, menyebabkan pelepasan
Renin. Reninyang dilepaskan merangsang pembentukan AngiotensinI yang
kemudian diubah menjadi AngiotensinII, Vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi Aldosteron oleh Korteks Adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus Ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan Hipertensi (Dewi, 2019).
5. ManifestasiKlinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu:(Abu ardianto,
2018):
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekana darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terjadi jika tekanan arteri tidak teratur.
b. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai hipertensi
antara lain nyeri kepala, dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala yang terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pemeriksaan medis.
Tanda dan gejala dari beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala,pusing.
2) Lemas,kelelahan.
3) Sesaknapas.

4) Gelisah.
5) Mual,Muntah.
6) Epistaksis.
7) Kesadaranmenurun.

6. Penatalaksanaan Medik Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu (Khairunnisa, 2019):
a. Penatalaksanaan non Farmakologi diantaranya:
a) Diet rendah garam/ kolestrol/lemkjenuh
b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olahraga seperti senam aerobic atau jalan selama 30-45
sebanyak 3-4 kali seminggu
e) Berhenti merokok dan alkohol
b. Penatalaksanaan dalam Farmakologi
Terdapat banyak jenis obat anti hipentensi saat ini. Untuk pemelihan obat
yang tepat di harapkan menghubungi dokter di antaranya:

a) Deuretik

Bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh ( lewat kancing)


sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang mengkibatkan daya
pompa jantung lebih ringan. Contoh:Hidroklrotiazid
b) Penghambat Simpatetik
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh: metildopa,
klonidin,danresepin.
c) Beta Blocker
Mekanisme kerja obat anthipertensi ini adalahmelalui penurunan daya
pompa jantung dan tidak di anjurkan pada penderita yang mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronchial. Pada orangtua terdapat
gejala bronkospame (penyempitan saluran pernapasan), sehingga
pemberian obat harus berhati –hati. contoh: Metaprolol, propanplol dan
atenolol
d) Antagonis kalsium
Menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi
jantung (kontraktilitis) contoh: nifedipin, Diltiasemdan Verapamil.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu (Abu Ardianto, 2018):
a. Pemeriksaan yang segera seperti:
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan
darisel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi
/fungsi ginjal.
3) Glukosa:Hiperglikemi(DiabetesMelitusadalahpencetushipertensi)dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkanhipertensi).
4) Kaliumserum:Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi.
6) Kolesterol dan trigliserida serum:Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan adanya pembentukan plakateromatosa
(efekkardiovaskuler ).

7) Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi


dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum:untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
9) Urinalisa:Darah,protein,glukosa,mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10) Asam urat:Hiperuri semia telah menjadi implikasi factor resiko
hipertensi.
11) Steroidurin:Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
12) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
13) Photodada:apakah ada oedema paru(dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
areakatup,pembesaran jantung.
b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) (Sumaryati, 2018) :
1) IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batuginjal / ureter.
2) CTScan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti:Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinaltab,
CATscan.
5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien.
8. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan komplikasi padaorgan-organ
tubuh yaitu sebagai berikut (Sumaryati, 2018):
a. Komplikasi pada otak (Stroke).
Aliran darah diarteri terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan
gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau
angina. Apabila otak kekurangan oksigen dan nutrisi akibat pembuluh
darahdiotak tersumbat,maka akan mengakibatkan terjadinya stroke.
b. Komplikasi pada Mata.
Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri
dimata,sehingga menyebabkan kerusakkan pada retina.Keadan ini
disebut penyakit vaskuler retina.Jika berkepanjangan dapat
menyebabkan retinopati dan berdampak kebutaan.
c. Komplikasi pada Jantung.

Suatu keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat memompa


darah keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsi semakin memburuk,
maka akan timbul tekanan balik dalam system sirkulasi yang
menyebabkan kebocoran dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan
menimbulkan sesak napas dan menimbulkan pembengakkan dikaki dan
pergelangan kaki.
d. Komplikasi pada ginjal

Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut


(vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan
menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi
gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal terminal.

1. Konsep Dasar Nyeri

1. Defenisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan

yang bersifat sangat subyektif, karena perasaan nyeri berbeda pada setiap

orang dalam hal sekala atau tingkatannya dan hanya orang tersebut yang

bisa menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami. Nyeri muncul

atau datangnya sangat berkaitan erat dengan reseptor dan rangsangan.

Reseptor

nyeri adalah pengalaman holistik dan aspek psikologis pengalaman nyeri

merupakan bagian integral sensasi nyeri. Nyeri adalah sensorik yang tidak

menyenangkan dan emosional pengalaman terkait dengan kerusakan

aringan aktual atau potensial (Sharma, Prema, et.al 2019.136).

2. Jenis-jenis nyeri
Nyeri secara umum dibagi menjadi dua menurut suyono dan muliani (2019)
yaitu :

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi enam bulan ,serta ditandai dengan dengan

adanya peningkatan tekanan otot.

2) Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Yang

termasuk dalam kategori nyeri akut adalah nyeri terminal, sindrom nyeri

akut dan nyeri psikosomatis.

3. Tanda dan gejala nyeri akut

Menurut (PPNI, 2016) dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia tanda dan gejala nyeri akut dibagi menjadi dua yaitu:

1) Tanda dan gejala mayor

a) Subyektif

Klien mengeluh nyeri

b) Objektif
Klien tampak meringis, klien bersikap protektif ( misalnya waspada ,

posisi menghindari nyeri), klien tampak gelisah, frekuensi nadi klien

meningkat, sulit tidur.

2) Tanda dan gejala minor

a) Subjektif :-

b) Objektif

Tekanan darah klien meningkat, pola nafas klien berubah, nafsu

makan klien berubah, proses berpikir terganggu.

4. Penyebab nyeri akut


Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2016) penyebab dari
nyeri akut adalah

1) Agen pencedraan fisiologis (misalnya inflamasi , iskemia, neoplasma)

2) Agen pencederaaan kimiawi (misalnya terbakar bahan kimia iritan)

3) Agen pencederaan fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar,


terpotong, mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, lahitan fisik

berlebihan)

5. Cara- cara mengurangi nyeri

Berdasarkan buku Ilmu Keperawatan Dasar ada beberapa cara mengurangi

nyeri:

1) Melakukan teknik distraksi

Melakukan teknik distraksi disini yaitu dengan cara mengalihkan perhatian

klien pada hal- hal yang lain sehinggga klien akan lupa tehadap nyeri

yang dialami. Distraksi merupakan mengalihkan perhatian klien ke hal

yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri,

bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat

nyeri berdasarkan teori aktivitas retikular, yaitu menghambat stimulus

nyeri sehingga menyebabkan terhambatnya implus nyeri ke otak (nyeri

berkurang atau dirasakan oleh klien). Contoh teknik distraksi yaitu

mendengarkan musik, menonton TV, membayangkan hal-hal yang indah

sambil menutup mata.

2) Melakukan teknik relaksasi

Melakukan teknik relaksasi metode ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri.

Relaksasi yang sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,

kecemasan sehingga dapat mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.

Jika seseorang melakukan relaksasi, puncaknya adalah fisik yang segar

dan otak yang siap menyala lagi.


3) Melakukan pemijatan (masase)

Melakukan pemijatan ( masase) yang bertujuan untuk menstimulasi

serabut-serabut yang mentransmisikan sensasi tidak nyeri memblok atau

menurunkan transisi, implus nyeri. Masase merupakan stimulasi kutaneus

tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu.

Masase tidak spesifik menstimulasi reseptor yang sama seperti reseptor

nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem control desenden.

Masase dapat membuat klien lebih nyaman karena masase membuat

relaksasi otot.

6. Dampak nyeri

Dampak dari nyeri terhadap hal-hal yang lebih spesifik seperti pola tidur

terganggu, selera makan berkurang ,aktivitas keseharian terganggu,

hubungan dengan sesame manusia lebih mudah tersinggung, atau bahkan

terhadap mood (sering menangis dan marah), kesulitan berkonsentrasi pada

pekerjaan atau pembicaraan dan sebagainya.

7. Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan

terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien

digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini

mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi

nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat

menggunakan beberapa skala yaitu (W. I. Mubarak, Indrawati, & Susanto,

2015)

1) Skala Nyeri Deskripti

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat


keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala

pendeskripsian verbal / Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan garis

yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan

jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari “tidak

terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta untuk

menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (W. I.

Mubarak et al., 2015).

Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Gambar 1. Skala Nyeri Deskriptif

2) Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)

Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 —

10.Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat

yang tidak tertahankan. NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai

perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri

pasien terhadap terapi yang diberikan (W. I. Mubarak et al., 2015).

Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Gambar 2. Skala NyeriNumerical Rating Scale


3) Faces Scale (Skala Wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak

nyeri (anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan

gambar paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat

berat.Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok

dengan nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga

dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif (W. I. Mubarak

et al., 2015).

Sumber : (W. I. Mubarak et al., 2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.
Gambar 3. Wong Baker Faces Scale

C. Konsep Terapi Relaksasi Nafas Dalam

1. Definisi terapi relaksasi nafas dalam


Terapi relaksasi nafas dalam merupakan suatu betuk asuhan

keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat ( menahan inspirasi

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,

selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Nurman, 2017). Mekanisme relaksasi nafas dalam pada sistem pernafasan

berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi

pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan


regangan kardiopulmonari. Terapi relaksasi nafas dalam dapat dilakukan

secara mandiri, relatif mudah dilakukan dari pada terapi nonfarmakologis

lainnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk terapi, dan dapat mengurangi

dampak buruk dari terapi farmakologis bagi penderita hipertensi (Masnina &

Setyawan, 2018).

2. Tujuan terapi relaksasi nafas dalam

Relaksasi napas dalam bertujuan untuk mengontrol pertukaran gas agar

menjadi efisien, mengurangi kinerja bernapas, meningkatkan inflasi alveolar

maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas,

menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna,

melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap

serta mengurangi kerja bernapas (Nkad Paramita, 2021).

3. Manfaat terapi relaksasi nafas dalam

Beberapa manfaat terapi relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut:

(Nkad paramita, 2021)

a. Ketentraman hati

b. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah

c. Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah

d. Detak jantung lebih rendah

e. Mengurangi tekanan darah

f. Meningkatkan keyakinan

g. Kesehatan mental menjadi lebih baik

4. Pengaruh terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tekanan


darah

Relaksasi nafas dalam adalah tindakan yang disadari untuk mengatur


pernafasan secara dalam yang dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan

pernafasan spontan dilakukan oleh medulla oblongata. Relaksasi nafas

dalam dilakukan dengan mengurangi frekuensi bernafas 16-19 kali dalam

satu menit menjadi 6-10 kali dalam satu menit. Relaksasi nafas dalam akan

merangsang munculnya oksida nitrit yang akan memasuki paru-paru bahkan

pusat otak yang berfungsi membuat orang menjadi lebih tenang sehingga

tekanan darah yang dalam keadaan tinggi akan menurun (Wardani, 2015).

5. Prosedur tindakan terapi relaksasi nafas dalam


Langkah-Langkah teknik terapi relaksasi nafas dalam sebagai berikut:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang.

b. Usahakan tetap rileks dan tenang.


c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan.
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstremitas atas dan bawah rileks.
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan.
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.
h. Usahakan agar tetap konsentrasi.
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks.
j. Ulangi selama 15 menit, dan selingi istirahat singkat setiap 5 kali
pernafasan.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Metode Kasus

Desain yang digunakan adalah studi kasus berupa pendekatan asuhan

keperawatan focus asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan

asuhan keperawatan dengan tindakan untuk mengetahui pengaruh teknik

relaksasi dalam penanganan nyeri pada pasien hipertensi. Tujuannya adalah

untuk mendeskripsikan dan menelah secara mendalam mengenai kegiatan atau

proses-proses dengan desain studi kasus yang dilakukan pada pasien hipertensi

dalam penanganan nyeri.

B. Subyek Studi Kasus


Studi kasus ini berjumlah 5 orang pasien hipertensi yang harus di lakukan

dalan penanganan nyeri di rumah sakit Bhayangkara Makassar.

Dengan kreteria:

1. Kriteria inklusi :

a. Pasien Hipertensi yang berumur ≥ 50 tahun.

b. Pasien perempuan atau laki-laki yang di diagnosis Hipertensi.

2. Kriteria eksklusi :

Fokus studi pada kasus ini berfokus pada pasien yang tidak kooperatif,

tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

C. Fokus Studi Kasus


Peneliti studi kasus ini berfokus pada orang dewasa yang mengalami

nyeri dengan memerlukan teknik relaksasi dalam penanganan nyeri, klien di

observasi selama 3x24 jam dengan perlakuan yang sama.

D. Defenisi Operasional

1. Terapi relaksasi nafas dalam merupakan pernafasan pada abdomen

dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan

cara memejamkan mata saat menarik nafas.

2. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanandarah


di dalam arteri.Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa

gejala,dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko hipertensi,gagal jantung,serangan jantung dan

kerusakan.

E. Instrument Studi Kasus

Instrument studi kasus ini yang digunakan adalah format pengkajian

asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian nyeri.

Metode pengumpulan data pada studi kasus ini dengan cara wawancara

dan pemeriksaan fisik melalui pendekatan proses keperawatan.

Meliputi

a. Pengkajian

b. Diagnose

c. Perencanaan

d. Implementasi atau pelaksanaan

e. Evaluasi

F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus


1. Studi kasus ini dilakukan di ruang perawatan interna di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar

2. Waktu studi kasus

Studi kasus ini dilakukan pada bulan April-Mei 2022

G. Analisa Data dan Penyajian Data

Dalam penelitian ini analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah teknik analisis data reduction (reduksi data), data display (pengkajian

data), data coclusion draing atau ferification (penarikan kesimpulan). Ketiga

proses ini terjadi terus menerus selama pelaksanaan penelitian, baik pada

periode pengumpulan maupun setelah data terkumpul seluruhnya.

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan informasi verbal dari subyek studi kasus. Peneliti

melakukan reduksi data sejak proses pengumpulan data hingga menyisihkan

data (informasi) yang tidak relevan.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan pendeskripsian sekumpulan informasi yang

tersusun yang memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

3. Penarikan kesimpulan

Dilakukan untuk mengorganisir data-data yang diperoleh dalam wawancara,

observasi, dokumentasi dan yang lain sehingga dihasilkan sesuatu yang

bermakna. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik kualitatif, yaitu data
analisis sesuai dengan tujuan studi yang sudah ditentukan sesuai prosedur

tindakan hingga tujuan tindakan yang direncanakan selesai dilakukan.

H. Etika studi kasus

Etik yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informend consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipasi dengan

memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian

dilaksanakan. Tujuan informend consent adalah agar partisipasi mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika partisipan tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama respon


dan pada format pengumpulan data (kuisioner) yang di isi oleh responden,
tapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek di jamin oleh
peneliti.
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil studi kasus pada lima klien dengan
menggunakan instrument yang telah di buat meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
A. Hasil studi kasus

1. Pengkajian

a. Klien Ny.”M”

Pengkajian yang dilakukan pada masing masing subjek adalah sebagai berikut:
1) Indentitas Klien

Klien bernama nyonya “M” berumur 68 tahun, jenis kelamin perempuan,


agama kristen, suku makassar, pendidikan terakhir SMA dan sekarang bekerja
sebagai ibu rumah tangga, klien tinggal di Jl.Muda Villa Hartaco Indah , dengan
nomor rekam medik 21.59.51.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 7 mei 2022 dengan keluhan nyeri kepala,
mual dan muntah. ±1 minggu SMRS klien terjatuh dari tangga karena
merasakan sakit kepala berat,klien mengatakanmual tetapi tidak muntah, badan
klien terlihat lemas. Saat dibawa ke RS Penajam. Tekanan darah klien
190/100 mmHg
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit dari


keluarga.
5) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum posisi klien supine klien terpasang alat medis IVFD dengan
tingkat kesadaran composmentis E: 4 M: 5 V: 6, tanda-tanda vital klien Tekanan
Darah : 170/70 mmHg, Nadi :65x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36°C.

b. Klien Ny”S”

1) Indentitas Klien

Klien bernama Ny “S.” berumur 63 tahun, jenis kelamin perempuan, agama


Islam, suku Makassar, pendidikan terakhir SD dan sekarang bekerja sebagai ibu
rumah tangga, klien tinggal di Bonto Dusun, dengan nomor rekam medik 40.39.22
.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Saat bangun tidur klien merasa badan nya lemas, dan nyeri cekot-cekot pada
tengkuk klien mengatakan tidak mual dan muntah klien dibawah ke igd rsud
Bhayangkara Dikarenakan kondisi klien yang lemah, klien diharuskan mrs. Saat
pengkajian tanggal 07 Mei 2022 21.00, klien mengatakan pusing, nyeri cekot-
cekot pada tengkuk seperti tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan skala nyeri 6
terjadi secara mendadak. Ekspresi klien tampak menyeringai

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak pernah menderitah penyakit kronis selain hipertensi,


pasien juga mengatakan tidak pernah operasi sebelumnya, klien juga mengatakan
tidak mempunyai alergi apapun.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Anak klien mengatakan dalam anggota keluarga tidak pernah ada yang menderita
stroke sebelum nya, anak klien juga mengatakan lingkungan rumah klien bersih,
hubungan klien dengan tetangga juga baik, hubungan dalam keluarga juga
harmonis
5) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien yaitu lemah dengan tingkat kesadaran composmentis


E: 4 M: 5 V: 6, tanda-tanda vital klien Tekanan Darah : 169/105 mmHg, Nadi :
90x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36,7°C,.

c. Klien Ny.”A”

1) Indentitas Klien

Klien bernama nyonya “A” berumur 63 tahun, jenis kelamin perempuan,


agama Islam, suku Bugis, pendidikan terakhir SMA dan sekarang bekerja sebagai
ibu rumah tangga, klien tinggal di Jl.S, dengan nomor rekam medik 36.32.46
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan pusing, sakit kepala, leher


tenggang, merasa mual-mual.

3) Riwayat Kesehatn Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu.


4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga


5) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien yaitu lemas dengan tingkat kesadaran composmentis


E: 4 M: 5 V: 6, tanda-tanda vital klien Tekanan Darah : 150/80 mmHg, Nadi :
80x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36°C, .

d. Klien Ny.”C”

1) Indentitas Klien

Klien bernama nyonya “C” berumur 52 tahun, jenis kelamin perempuan,


agama Islam, suku Makassar, pendidikan terakhir SMA dan sekarang bekerja
sebagai ibu rumah tangga, klien tinggal di Dg.Tata Lama, dengan nomor rekam
medik 14.11.95.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan nyeri bagian kepala dan tengkuk serta pusing.


3) Riwayat Kesehatn Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu.


4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga

5) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien yaitu lemas dengan tingkat kesadaran composmentis


E: 4 M: 5 V: 6, tanda-tanda vital klien Tekanan Darah : 162/112 mmHg, Nadi :
98x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36,2°C,

e. Klien Tn”I”

1) Indentitas Klien
Klien bernama Tn “I” berumur 64 tahun, jenis kelamin Laki-Laki, agama
Islam, suku Makassar, pendidikan terakhir SMA dan sekarang bekerja sebagai
karyawan swasta, klien tinggal di Nuhung Dg.Bani Mata Allo, Bajeng, dengan
nomor rekam medik 40.48.14
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengeluh pusing berputar, oleng, mual (-),muntah(-).


3) Riwayat Kesehatn Masa Lalu

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu.


4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dari keluarga


5) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien yaitu lemah dengan tingkat kesadaran composmentis


E: 4 M: 5 V: 6, tanda-tanda vital klien Tekanan Darah : 175/80 mmHg, Nadi :
73x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36,4°C, .
36

Pemeriksaan Head To Toe


Pemeriksaan Klien
Head To Toe 1 2 3 4 5
Kepala Bentuk keapal Kulit kepala bersih, Bentuk keapal bentuk kepala Bentuk keapal
mesochepal, tidak tidak ada ketombe mesochepal, tidak panjang, simetris mesochepal, tidak
ada lesi, kulit dan tidak ada lesi. ada lesi, kulit kiri dan kanan, ada lesi, kulit
kepala cukup Penyebaran rambut kepala cukup warna rambut kepala cukup
hitam dan
bersih, rambut merata berwarna bersih, rambut bersih, rambut
panjang, tidak ada
klien tampak hitam dan putih klien tampak warna hitam tidak
lesi
lepek, pergerakan (uban), rambut lepek, pergerakan kaku dapat miring
tidak kaku dapat mudah patah, tidak tidak kaku dapat kanan dan kiri.
miring kanan dan bercabang, dan tidak miring kanan dan
kiri, warna ada kelainan kiri, warna
rambut hitam rambut hitam
putih.
Mata/ Bentuk mata Mata, konjungtiva Bentuk mata pupil isokor, Bentuk mata
Penglihatan simetris, fungsi anemis, sklera ikteris simetris, fungsi konjungtiva tidak simetris, fungsi
penglihatan putih, tidak ada penglihatan baik, anemis penglihatan baik,
menurun, pembesaran konjungtiva tidak konjungtiva tidak
konjungtiva tidak palpebra, tidak ada anamesi, sclera anamesi, sclera
anamesi, sclera sirabismus, putih, klien tidak putih, klien tidak
putih, klien tidak ketajaman memakai alat memakai alat bantu
memakai alat penglihatan bantu penglihatan.
bantu penglihatan.
penglihatan.
Hidung Bentuk hidung Hidung normal, Bentuk hidung keadaan kulit tidak Bentuk hidung
simetris, tidak aad mukosa hidung simetris, tidak aad ada lesi, tidak simetris, tidak aad
polip, fungsi bersih, tidak ada polip, fungsi polip, fungsi
penciuman baik, sekret, ketajaman penciuman baik, terdapat penciuman baik,
37

tidak ada penciuman normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada


peradangan. peradangan. lubang hidung peradangan.
simetris, tidak ada
sumbatan, tidak
terdapat nyeri
tekan pada tulang
hidung

Telinga Bentuk telinga Telinga, bentuk Bentuk telinga bentuk Bentuk telinga
simetris, tidak ada simetris antara kanan simetris, tidak ada normal,tidak simetris, tidak ada
edema, telinga dan kiri, tidak ada edema, telinga terdapat lesi, tidak edema, telinga
bersih tidak ada keluhan, ketajaman bersih tidak ada terdapat bersih tidak ada
kotoran,cairan
serumen, tidak pendengaran normal serumen,tidak serumen, tidak
atau Perdarahan
terdapat terdapat terdapat perdarahan
perdarahan perdarahan maupun cairan
maupun cairan maupun cairan pada lubang
pada lubang pada lubang telinga.
telinga. telinga.
Mulut Mukosa bibir Mulut bersih, Mukosa bibir mukosa bibir Mukosa bibir
tampak kering, mukosa bibir tampak kering, lembab,tidak lembab, gigi masih
tampak stomatitis, lembab, bentuk gigi masih utuh, terdapat lesi utuh, tidak ada
lidah tampak bibir normal, gigi tidak ada perdarahan, mulut
kotor, gigi tidak bersih, kebiasaan perdarahan, mulut tampak bersih.
lengkap. gosok gigi 2xsehari, tampak bersih.
tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada
kemerahan, tidak
38

ada
pembesaran tonsil
Leher Tampak simetris, Tidak ada Tampak simetris, bentuk leher Tampak simetris,
tidak terdapat pembesaran tidak terdapat simetris, tidak ada tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran pembesaran
kelenjer getah tidak ada kelenjer getah pembengkakan kelenjer getah
bening dan tiroid. pembesaran bening dan tiroid. bening dan tiroid.
kelenjar, parotis,
tidak ada luka
gangren, tidak ada
pus, tidak ada bau.
Kulit Warna kulit putih, Warna kulitputih, Warna kulitputih, Warna Warna kulit sawo
tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi, kulitputih, tidak matang, tidak
turgor kulit jelek. turgor kulit baik. turgor kulit baik. terdapat lesi, terdapat lesi, turgor
turgor kulit baik. kulit baik.
Abdomen Abdomen tampak Abdomen tampak Abdomen tampak Abdomen Abdomen tampak
simetris dan rata, simetris dan rata, simetris dan rata, tampak simetris simetris dan rata,
abdomen tampak abdomen tampak abdomen tampak dan rata, abdomen tampak
bersih , tidak ada bersih , tidak ada lesi bersih , tidak ada abdomen bersih , tidak ada
lesi, terdapat terdapat nyeri tekan lesi terdapat nyeri tampak bersih , lesi terdapat nyeri
nyeri tekan pada pada abdomen. tekan pada tidak ada lesi tekan pada
abdomen. abdomen. terdapat nyeri abdomen.
tekan pada
abdomen.
Ekstremitas Tidak terdapat Tidak terdapat lesi, Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat lesi,
atas dan lesi, tidak ada tidak ada edema, lesi, tidak ada lesi, tidak ada tidak ada edema,
bawah edema, pada pada tangan kanan edema, pada edema, pada pada tangan kiri
tangan kanan terpasang infuse RL tangan kanan tangan kanan terpasang infuse
terpasang infuse 20 tetes/menit terpasang infuse terpasang infuse RL 24 tetes/menit
39

RL 20 tetes/menit RL 24 RL 24
tetes/menit. tetes/menit.
Table 1.1
2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnose keperawatan pada subyek I, II, III, IV dan V adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedra fisiologis.
3. Intervensi Keperawatan

Adapun intervensi keperawatan pada masing masing subyek adalah sebagai


berikut :
a. Klien Ny”M”

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Ny”M” dengan Nyeri


Akut dapat di susun rencana keperawatan untuk mengatasi permasalahan tersebut
yang bertujuan yaitu: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah
nyeri pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau berkurang,
ekspresi wajah klien tampak rileks atau tenang.
Intervensi keperawatan yaitu :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

b. Klien Ny“S”

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Ny”S” dengan nyeri


dapat di susun rencana keperawatan untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang
bertujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri pada
klien dapat teratasi dengan kriteria nyeri hialang atau berkurang, ekspresi wajah
klien tampak tenang atau rileks.
Intervensi keperawatan yaitu :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

40
41

c. Klien Ny”A”

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Ny”A” dengan nyeri


dapat di susun rencana keperawatan untuk mengatasi permasalahan tersebut yang
bertujuan, yaitu : setelah dilaksanakan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah nyeri pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau
berkurang, ekspresi wajah klien tampak tenang atau rileks.
Intervensi keperawatan yaitu:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

d. Klien Ny”C”

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Ny”C” dengan nyeri


dapat di susun rencana keperawatan untuk mengatasi permasalahan tersebut yang
bertujuan, yaitu : setelah dilaksanakan tindakan asuhan keperawatan diharapkan
masalah nyeri pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau
berkurang, ekspresi wajah klien tampak tenang atau rileks.
Intervensi keperawatan yaitu:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

e. Klien Tn”I”

Permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada Tn”I” dengan nyeri dapat


di susun rencana keperawatan untuk mengatasi permasalahan tersebut yang
42

bertujuan, yaitu : setelah dilaksanakan tindakan asuhan keperawatan diharapkan


masalah nyeri pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau
berkurang, ekspresi wajah klien tampak tenang atau rileks.
Intervensi keperawatan yaitu:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

2) Identifikasi respons nyeri non verbal

3) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.

4) Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

4. Implementasi Keperawatan

Adapun implementasi keperawatan pada subyek I, II, III, IV dan V adalah


sebagai berikut:
a. Klien Ny”M”

Implementasi yang dilakukan pada subyek I dalam tiga hari sejak 06 Mei
2022-08 Mei 2022 yaitu: Pada hari Jumat tanggal 06 Mei 2022 pada pukul 10.30
peneliti melakukan implementasi di hari pertama pada Ny”M” di RS Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Adanya tekanan darah tiggi

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan di

tekan

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian kepala bagian belakang, leher,

dan tengkuk.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri sedang.


43

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 2 menit

2) Pada pukul 10.10, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

3) Pada pukul 10.15, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 10.20, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien sudah melakukan tekhik nafas dalam.

Pada hari Sabtu tanggal 07 Mei 2022 pada pukul 09.00 peneliti melakukan
implementasi di hari kedua pada Ny”M” di RS Bhayangkara Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Adanya tekanan darah tiggi

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan di

tekan

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian kepala bagian belakang, leher,

dan tengkuk.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 2 menit

2) Pada pukul 10.10, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

3) Pada pukul 10.15, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman


44

4) Pada pukul 10. 20, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien sudah melakukan tekhik nafas dalam.

Pada hari Minggu tanggal 08 Mei 2022 pada pukul 09.00 peneliti
melakukan implementasi di hari ketiga pada Ny”M” di Rs Bhayangkara Makassar
yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Adanya tekanan darah tiggi

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan di

tekan

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian kepala bagian belakang, leher,

dan tengkuk.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 2 menit

2) Pada pukul 10.10, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tidak meringis lagi

3) Pada pukul 10.15, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 10. 20, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien sudah melakukan tekhik nafas dalam.

b. Klien Ny”S”

Implementasi yang dilakukan pada subyek II dalam tiga hari sejak 07 Mei
2022 - 09 Mei 2022 yaitu : Pada hari Jumat tanggal 07 Mei 2022 pada pukul 10.00
peneliti melakukan implementasi di hari pertama pada Ny”S” di Rs
BhayangkaraMakassar yaitu:
45

1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri kepala

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 5 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

Pada hari Sabtu tanggal 08 Mei 2022 pada pukul 08.00 peneliti
melakukan implementasi di hari kedua pada Ny”S” di RS Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri kepala

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 5 dengan

skala nyeri sedang.


46

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 08.30, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

3) Pada pukul 08.35, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 09.00, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas

dalam.

Pada hari Minggu tanggal 09 Mei 2022 pada pukul 08.30 peneliti
melakukan implementasi di hari ketiga pada Ny.”S” di Rs Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri kepala

b) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 5 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman


47

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

c. Klien Ny”A”

Implementasi yang dilakukan pada subyek III dalam tiga hari sejak 8
Mei 2022-10 Mei 2022 yaitu : Pada hari Minggu tanggal 8 Mei 2022 pada
pukul 10.00 peneliti melakukan implementasi di hari pertama pada Ny”A” di
Rs Bhayangkara Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri terdapat di bagian kepala

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) nyeri seperti di tusuk-tusuk

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 4 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

4) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

5) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.
48

Pada hari Senin tanggal 9 Mei 2022 pada pukul 08.00 peneliti
melakukan implementasi di hari kedua pada Ny”A” di Rs Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri terdapat di bagian kepala

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) nyeri seperti di tusuk-tusuk

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 2 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien tidak

meringis.

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil klien mengatakan lingkungan nya sangat nyaman.

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

Pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2022 pada pukul 09.30 peneliti
melakukan implementasi di hari ketiga pada Ny”A” di RS Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri terdapat di bagian kepala

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan hilang timbul.

c) Region (R) nyeri seperti di tusuk-tusuk


49

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 2 dengan

skala nyeri sedang.

e) Time (T) nyeri dirasakan saat melakukan aktifitas berat.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien tidak

meringis.

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil klien mengatakan lingkungan nya sangat nyaman.

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

d. Klien Ny”C”

Implementasi yang dilakukan pada subyek IV dalam tiga hari sejak 08 Mei
2022- 10 Mei 2022 yaitu : Pada hari Jumat tanggal 08 Mei 2022 pada pukul 10.00
peneliti melakukan implementasi di hari pertama pada Ny”C” di Rs Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri bagian kepala

b) Quality (Q) kualitas nyeri seperti di tusuk-tusuk

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 7 dengan

skala nyeri berat.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.
50

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

Pada hari Sabtu tanggal 09 Mei 2022 pada pukul 08.00 peneliti
melakukan implementasi di hari kedua pada Ny”C” di RS Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri bagian kepala

b) Quality (Q) kualitas nyeri seperti di tusuk-tusuk

c) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri ringan.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak tenang.

3) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

4) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

Pada hari Minggu tanggal 10 Mei 2022 pada pukul 08.30 peneliti
melakukan implementasi di hari ketiga pada Ny.”C” di Rs Bhayangkara
Makassar yaitu:
3) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:


51

f) Provocative (P) Nyeri bagian kepala

g) Quality (Q) kualitas nyeri yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk

h) Region (R) lokasi nyeri berada pada bagian belakang (tengkuk)

i) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 2 dengan

skala nyeri ringan.

j) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

4) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tidak meringis lagi.

4) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil klien terlihat nyaman

5) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

e. Klien Tn”I”

Implementasi yang dilakukan pada subyek V dalam tiga hari sejak 8


Mei 2022 - 10 Mei 2022 yaitu : Pada hari Minggu tanggal 8 Mei 2022 pada
pukul 10.00 peneliti melakukan implementasi di hari pertama pada Tn”I” di Rs
Bhayangkara Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri dan pusing saat berubah posisi.

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan seperti berputar.

c) Region (R) nyeri di area kepala.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 6 dengan

skala nyeri sedang.


52

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien klien

tampak meringis.

4) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil telah di berikan lingkungan yang nyaman

5) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

Pada hari Senin tanggal 9 Mei 2022 pada pukul 08.00 peneliti
melakukan implementasi di hari kedua pada Tn.”I” di Rs Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri dan pusing saat berubah posisi.

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan seperti berputar.

c) Region (R) nyeri di area kepala.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri ringan.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien

tampak lemah.

4) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil klien mengatakan lingkungan nya sangat nyaman.

5) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.
53

Pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2022 pada pukul 09.30 peneliti
melakukan implementasi di hari ketiga pada Tn”I” di RS Bhayangkara
Makassar yaitu:
1) Melakukan pengkajian mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dengan hasil:

a) Provocative (P) Nyeri dan pusing saat berubah posisi.

b) Quality (Q) nyeri yang dirasakan seperti berputar.

c) Region (R) nyeri di area kepala.

d) Severity (S) skala nyeri yang dirasakan klien berada pada angka 3 dengan

skala nyeri ringan.

e) Time (T) nyeri dirasakan hilang timbul.

2) Pada pukul 10.15, peneliti respons nyeri non verbal dengan hasil klien

tampak tenang.

5) Pada pukul 10.20, peneliti mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri.dengan hasil klien mengatakan lingkungan nya sangat nyaman.

6) Pada pukul 10. 25, peneliti mengajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri. hasil klien mengikuti apa yang telah di ajarkan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan yang diharapkan nyeri setelah diberikan asuhan


keperawatan nyeri hilang atau berkurang,ekspresi wajah tampak tenang atau rileks.
a. Evaluasi yang didapatkan pada subyek I setelah dilakukan asuhan keperawatan

nyeri akut yaitu:

1) Tanggal 06 Mei 2022

Pada pukul 11.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, dan klien mengatakan susah
54

melakukan aktivitas. Data Objektif (O) klien tampak meringis menahan


kesakitan, klien tampak pucat. Assesment (A) nyeri akut (+). Planning (P)
lanjutkan intervensi.
2) Tanggal 07 Mei 2022

Pada pukul 11.20 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan nyeri mulai
berkurang. Data objektif (O) eksperesi klien mulai rileks. Assesment (A)
masalah nyeri klien teratasi. Planning (P) pertahankan intervensi.

3) Tanggal 08 Mei 2022

Pada pukul 10.30 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan nyeri
berkurang. Data objektif (O) eksperesi klien mulai rileks. Assesment (A) nyeri
klien teratasi. Planning (P) pertahankan intervensi.
b. Evaluasi yang didapatkan pada subyek II setelah dilakukan asuhan keperawatan

nyeri yaitu:

1) Tanggal 07 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri kepala bagian belakang , nyeri seperti tertusuk-tusuk, klien
mengatakan susah melakukan aktivitas,. Data Objektif (O) klien tampak
meringis menahan kesakitan. Assesment (A) Nyeri akut (+). Planning (P)
lanjutkan intervensi.
2) Tanggal 08 Mei 2022

Pada pukul 10.15 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri kepala bagian belakang, nyeri seperti tertusuk-tusuk, klien
mengatakan susah melakukan aktivitas. Data Objektif (O) klien tampak
meringis menahan kesakitan. Assesment (A) nyeri (+) Planning (P) lanjutkan
intervensi.
3) Tanggal 09 Mei 2022

Pada pukul 10.20 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan sudah tidak
nyeri kepaala bagian belakang. Data Objektif (O) klien tampak tenang (A)
masalah nyeri akut (-). Planning (P) Pertahankan intervensi.
c. Evaluasi yang didapatkan pada subyek III setelah dilakukan asuhan keperawatan

penanganan nyeri akut yaitu:


55

1) Tanggal 08 Mei 2022

Pada pukul 10.10 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan saat ini merasa sakit kepala, nyeri seperti tertusuk-tusuk. Data
Objektif (O) klien tampak meringis menahan kesakitan. Assesment (A) nyeri
akut (+). Planning (P) lanjutkan intervensi.
2) Tanggal 09 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri mulai berkurang, skala nyeri 3, Data Objektif (O) klien tampak
tenang . Assesment (A) nyeri akut (+). Planning (P) lanjutkan intervensi.
3) Tanggal 10 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri mulai berkurang, skala nyeri 2, Data Objektif (O) klien tampak
tenang . Assesment (A) nyeri akut (-). Planning (P) lanjutkan intervensi.
d. Evaluasi yang didapatkan pada subyek IV setelah dilakukan asuhan keperawatan

dalam penanganan nyeri akut pada pasien hipertensi yaitu:

4) Tanggal 08 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri bagian kepala, klien mengatakan belum mampu melakukan
aktifitas selama sakit, nyeri seperti tertusuk-tusuk,. Data Objektif (O) klien
tampak meringis menahan kesakitan. Assesment (A) Nyeri akut (+). Planning
(P) lanjutkan intervensi.
5) Tanggal 09 Mei 2022

Pada pukul 10.15 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri kepala bagian belakang sedikit berkurang, skala nyeri 3. Data
Objektif (O) klien tampak tenang. Assesment (A) nyeri akut (+) Planning (P)
lanjutkan intervensi.
6) Tanggal 10 Mei 2022

Pada pukul 10.20 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan sudah tidak
nyeri kepaala bagian belakang. Data Objektif (O) klien tampak tenang (A)
masalah nyeri akut (-). Planning (P) Pertahankan intervensi.
e. Evaluasi yang didapatkan pada subyek V setelah dilakukan asuhan keperawatan

dalam penanganan nyeri akut pada pasien hipertensi yaitu:


56

4) Tanggal 08 Mei 2022

Pada pukul 10.10 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan saat ini merasa sakit kepala, nyeri seperti tertusuk-tusuk. Skala nyeri
6 Data Objektif (O) klien tampak meringis menahan kesakitan. Assesment (A)
nyeri akut (+). Planning (P) lanjutkan intervensi.

5) Tanggal 09 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri mulai berkurang, skala nyeri 3, Data Objektif (O) klien tampak
tenang . Assesment (A) nyeri akut (+). Planning (P) lanjutkan intervensi.
6) Tanggal 10 Mei 2022

Pada pukul 10.00 didapatkan data Subjek (S) klien mengatakan masih
merasakan nyeri mulai berkurang, skala nyeri 2, Data Objektif (O) klien tampak
tenang . Assesment (A) nyeri akut (-). Planning (P) lanjutkan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai