DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK 6
ANGGOTA:
KHAERATUL MU’MININ
SHERLY SALOMI JULEY
HAMKA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah tentang
ILMU DASAR KEPERAWATAN. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.kami sadar makalah
ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat dibutuhkan.Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semua pihak.
Daftar Isi………………………...……………..................................….…………......i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………….…………………….……………...………....…ii
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan………………………………...…….………….....1
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………………………....................……………….…......….10
B. SARAN…………….……………………………………………………..…..…11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Riketsia atau tipus adalah infeksi bakteri yang disebarkan melalui kutu dan
tungau. Penyakit ini sering disamakan dengan tipes (tifus atau demam tifoid).
Padahal, penyebab tipes dan tipus berbeda. Tipes disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi, sedangkan penyakit riketsia atau tipus disebabkan oleh bakteri Rickettsia.
Tifus adalah infeksi yang disebabkan oleh beberapa spesies bakteri Rickettsia. Bakteri
ini bisa dibawa oleh ektoparasit seperti kutu, tungau dan caplak, kemudian
menginfeksi manusia.
Ektoparasit sering ditemukan pada hewan, seperti tikus, kucing, dan tupai. Beberapa
orang juga bisa membawa ektoparasit dari pakaian, sprei, kulit, atau rambut mereka.
Riketsia adalah bakteri kecil yang merupakan parasit intraseluler obligat dan
ditularkan ke manusia melalui artropoda, kecuali demam Q. Rickettsia merupakan
spesies yang dibawa oleh banyak kutu, dan menyebabkan penyakit pada manusia
seperti tipus, rickettsialpox, demam Boutonneuse, demam gigitan kutu Afrika, demam
Rocky Mountain, Australia Tick Tifus, Pulau Flinders Spotted Demam tifus dan
Queensland tick. Bakteri riketsia juga dikaitkan dengan berbagai penyakit tanaman.
Riketsia hanya tumbuh di dalam sel-sel hidup, sama seperti virus. Nama rickettsia
sering digunakan untuk setiap anggota Rickettsiales. Mereka dianggap sebagai
kerabat terdekat bakteri yang berasal dari organel mitokondria yang ada di dalam
sebagian besar sel eukariotik.
Infeksi ricketsia (rickettsioses) terjadi di seluruh dunia dan dikaitkan dengan pasien
yang telah digigit oleh ektoparasit seperti kutu, tungau, kutu, atau
kutu. Rickettsioses manusia disebabkan oleh beberapa genus bakteri
termasuk Rickettsiaspesies, Orientia tsutsugamushi dan Orientia chuto,
spesies Anaplasma, Ehrlichiaspesies,
dan Neoehrlichiaspesies.Genus Rickettsia biasanya dibagi menjadi kelompok demam
berbintik (the spotted fever group; SFG), di mana pasien dengan gejala demam dan
bintik-bintik, dan kelompok tifus (the typhus group ; TG).SFG terdiri dari banyak
spesies, sekitar 20 di antaranya dapat menyebabkan infeksi manusia. Spesies yang
berbeda terjadi di berbagai belahan dunia secara geografis: misalnya, demam
berbintik Mediterania yang disebabkan oleh Rickettsia conorii dan Queensland tick
typhus yang disebabkan oleh Rickettsia australis. SFG terutama ditransmisikan oleh
kutu(tick). TG terdiri dari dua spesies: Rickettsia prowazekiiyang ditularkan lewat
kutu tubuh manusia, dan Rickettsia typhi (murine typhus) yangyang ditularkan lewat
kutu hewan pengerat (misalnya: tikus).
A. Tujuan:
Melakukan upaya penyelesaian masalah pada kasus pasien demam thypoid yang
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan menggunakan pendekatan
proses asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif
B. Manfaat:
A. KONSEP TYPHOID
1. Definisi
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna,
dengan gejala demam kurang lebih satu minggu, biasanya terjadi gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan yang biasanya banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene
perorangan dan sanitasi lingkungan.kematian demam thypoid pada anak lebih
rendah bila di banding dengan dewasa (Dewi, 2011).
2. Etiologi
(Rasmilah 2012) mengatakan sumber penularan utama demam thypoid adalah
penderita itu sendiri dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman
Salmonella typhi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan.
Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam
air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu) 60oC
selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan, dan khlorinisasi (Harahap, 2011).
Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu:
1) Antigen O (Antigen Somatik), terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Mempunyai struktur kimia lipopolisakarida/endotoksin, tahan terhadap panas
dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
3) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, Salmonella
typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum.
Antigen Vi berhubungan
dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam
antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan
menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim
disebut aglutinin (Harahap, 2011).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi bila
dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda
klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam thypoid pada anak,
terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada thypoid kongenital ataupun
thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa
inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari.Dikatakan bahwa masa inkubasi
mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum atau status
gizi serta status imunologis penderita.
Secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan:
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada
umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,
konstipasi.Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.Pada
minggu kedua, gejala atau tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,
pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai gangguan kesadaran dari
yang ringan sampai berat.
4. Pemeriksaan Diagnostik
(Arif Mansjoer, 2003) mengatakan biakan darah yang positif memastikan demam
thypoid, sedangkan biakan darah negatif tidak menyingkirkan
demamthypoid.Peningkatan titer uji widal tes 4 kali lipat selama 2-3 minggu
memastikan diagnosis demam thypoid.Reaksi widal tes tunggal
dengan titer antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis
demam thypoid.Widal Tes
Nilai sensitifitas, spesifisitas serta reaksi widal tes sangat bervariasi dari satu
laboratorium dengan laboratorium lainnya.Disebut tidak sensitif karena adanya
sejumlah penderita dengan hasil biakan positif tetapi tidak pernah dideteksi
adanya antibodi dengan tes ini, sehingga sulit untuk memperlihatkan kenaikan
titer yang berarti.Widal sebaiknya tidak dilakukan hanya satu kali saja melainkan
perlu satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai
standart setempat.
5. Patofisiologi
Proses infeksi diawali dengan masuknya kuman salmonella thypimelalui
makanan dan minuman yang sudah tercemar. Setelah sampai di lambung,
sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian kuman yang masih
bertahan hidup melintasi sawar lambung mencapai usus halus dan mencapai
jaringan limfoid plaque payeri yang mengalami hipertrofi, setelah mengadakan
multiplikasi di usus halus.Salmonella thypiyang sudah mengadakan multiplikasi
mengakibatkan inflamasi pada daerah setempat yang dapat mempengaruhi
mekanisme kerja usus dan mengiritasi mukosa usus.Peningkatan pristaltik
ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat, sehingga diruang usus terisi
udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat terjadi peningkatan asam
lambung dan mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada
penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
Penanganan demam thypoid menurut (Rampengan, 2008) adalah:
Penderita yang dirawat dengan diagnosis demam thypoid harus dianggap
dan dirawat sebagai penderita demam thypoid yang secara garis besar ada 3
bagian yaitu:
1) Perawatan
Penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk observasi serta
pengobatan.Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah
baring. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, pada penderita dengan kesadaran yang
menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi.Untuk lamanya perawatan
sampai saat ini sangat bervariasi tidak ada keseragaman, tergantung kondisi
penderita adanya komplikasi atau tidak.
2) Diet
Penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring terlebih dahulu kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi.Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat
dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi
kualitas dan kuantitas dapat diberikan dengan aman. Pemberian makanan padat
dini banyak memberikan keuntungan, seperti dapat menekan turunnya berat
badan selama perawatan, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum
dan dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan.
3) Obat-obatan
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi
sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak adanya obat antimikroba
terutama kloramfenikol angka kematian menurun secara drastis (1-4%).
a) Kloramfenikol
b) Tiamfenikol
c) Kotrimoksasol
Kelebihan kotrimoksasol antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten
terhadap kloramfenikol, penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral yang dianjurkan
adalah 30-40 mg/kgBB/hari sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgBB/hari untuk
trimetropim, diberikan dalam 2 kali pemberian, selama 10-14 hari.
d) Ampisilin dan Amoksilin
1) Seftriakson
Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dibagi dalam 2
dosis IV.
2) Sefotaksim
Dosis yang dianjurkan adalah 150-200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis IV.
3) Siprofloksasin
Dosis yang dianjurkam 2x200-400 mg oral pada anak berumur lebih dari 10
tahun.
4) Kortikosteroid
Diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat menyebabkan perdarahan usus dan
relaps. Tetapi, pada kasus berat penggunaan kortikosteroid secara bermakna
menurunkan angka kematian.
Pencegahan :
a) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat. Air minum bersih tidak mengandung
kuman atau racun, atau minuman ringan yang tidak mengandung zat mineral
b) Pembuangan kotoran manusia yang higienis. Manusia yang sehat dapat terpapar
dengan bakteri atau kuman pada kotoran sehingga dapat menimbulkan berbagai
penyakit jika lingkungan tidak higienis.
c) Pemberantasan lalat
Lalat merupakan salah satu hewan yang lebih cepat dalam penyebaran kuman, karena
setelah hinggap ditempat kotor lalat dapat terbang dan hinggap di makanan yang akan
dikonsumsi.
Anak-anak yang khususnya harus lebih memperhatikan makanan yang akan dibeli dan
dimakan, karena anak-anak belum tau mana makanan yang layak dikonsumsi atau
tidak.
a) Imunisasi
Vaksin yang terbuat dari salmonella yang dilemahkan dari strain Ty 21a pada
pemberian oral memberikan perlindungan 87-95% selama 36 bulan.
Jika dapat megetahui dan menemui penyebab pembawa penyakit akan lebih mudah
untuk mengobati.
Masyarakat dapat lebih mengenal demam thypoid itu sendiri dan jika terjangkit dapat
mengenali tanda gejala sehingga dapat melakukan pencegahan awal.
Definisi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak
cukup memenuhi kebutuhan metabolik (Springfield, 2015).
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika
individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan
yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang
tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito Lynda Juall, 2007).
Faktor yang mempengaruhi menurut (Suardi, 2008), yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola
konsumsi makan, hal tersebutdapatdisebabkanolehkurangnyainformasisehinggadapat
terjadikesalahanpemenuhankebutuhangizi.
2) Kebiasaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.
3) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi status gizi karena penyediaan makanan bergizi
membutuhkan pendanaan yang lebih.
4) Usia
Usia 0-10 tahun metabolisme basal bertambah dengan cepat sehubungan dengan
faktor tumbuh kembang. Sedangkan setelah usia 20 tahun relatif konstan karena sel-
sel sudah tidak bertumbuh secara cepat saat seperti golden age.
5) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar daripada wanita.
2. Riwayat penyakit
Keluhan Utama :
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan. Tidak mau makan
hanya minum susu yang terkadang dimuntahkan.
Imunisasi :
Ibu klien mengatakan klien sudah mendapatkan imunisasi hepatitis, DPT, BCG, polio
dan campak. Sedangkan imunisasi lanjutan hepatitis dan campak belum dilakukan
karena dilakukan pada sekolah dasar bekisar usia 7-9 tahun.
Tahap kognitif :
Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat misal 2+ 3 = 5.
Riwayat keluarga :
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit diabetes maupun hipertensi.
- Di rumah :Ibu klien mengatakan sebelum sakitklien makan 3x/hari dengan menu
nasi, sayur danlauk pauk sesuai keinginan klien, ibu klien juga mengatakan anaknya
suka jajan makanan ringan seperti ciki-ciki dan mie. Minum air putih ±600ml/ hari
dan minum susu setiap hari. Tetapi sekitar 6 hari yang lalu nafsu makan dan minum
susu berkurang karena mual dan lidah terasa pahit saat makan.
nafsu makan menurun karena mual, muntah, lidah terasa pahit saat makan dan
lidah kotor, saat di rumah sakit hanya mau sedikit minum susu dan tidak mau
makan.
- Eliminasi :
Di rumah :
Ibu klien mengatakan klien BAK dirumah kurang lebih 8x /hari, warna kuning
jernih dan BAB 1x/ hari, warna kuningdengan konsistensi padat.
Di RS :
Ibu klien mengatakan ketika dirumah sakit klien mengatakan BAK 5x/ hariwarna
kuning jernih dan BABkurang teratur.
- Personal hygiene
Di rumah :
Ibu klien mengatakan klien mandi 2x/hari, menggosok gigi,ganti pakaian, keramas
3x seminggu dan memotong kuku setiap Minggu.
Di RS :
Ibu klien mengatakan bahwa selama di RS klien hanya di seka 2x/hari dan
ganti baju, klien tidak mau menggosok gigi.
Pola aktivitas:
Di rumah :
Ibu klien mengatakan saat di rumah klien melakukan aktivitas seperti belajar
bersama orang tuanya,bermain dengan teman-temannya, bahkan bermain sendiri
dengan mainan yang di milikinya.
Di RS :
Ibu klien mengatakan klien lebih sering diam, berbaring juga duduk di
tempat tidurnya. Klien kadang bercanda dengan ibunya dan bermain mainan yang
dibawakan dari rumah seperti mobil dan robot.
4. pemeriksaan fisik
keadaan umum :Lemah
Kesadaran: Composmentis (GCS : 4 5 6)
TTV :
TD : 90/50 mmHg
N : 114x/menit
S : 37,4oC
R : 25x/menit
a. Kepala
Rambut tipis dan lurus, rambut agak kemerahan dan kulit kepala bersih tapi mudah
patah,tidak ada benjolan dan lesi pada kepala,wajah simetris, gerakan pipi normal,
tidak ada bendungan Vena jugularis,tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan dapat
bergerak normal ke kanan kiri atas dan bawah.
b.Mata
Mata tidak strabismus, alis mata simetris, pupil isokor, reflek cahaya (+), mata
cowong, konjungtiva pucat.
c.hidung
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan,mukosa lembap, tidak ada lesi, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
Mukosa kering, bibir pecahpecah, lidah kotor dan hiperemesis, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada faringitis.
e.Telinga
Daun telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri, tidak ada lesi dan benjolan ,
pendengaran normal.
g.jantung
Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, CRT < 3 detik.
h.abdomen
Bentuk simetris, supel, tidak ada lesi, auskultasi timpani,tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba massa dan tidak ada pembesaran hepar, terdapat peningkatan bising usus.
Data psikososial:
Klien sering merengek dan rewel. Klien menangis Klien jika akan dilakukan tindakan
seperti injeksi.Hubungan dengan orang lain baik mampu berikteraksi.
Dampak hospitalisasi:
Ibu klien mengatakan klien rewel sejak MRS, sering mengajak ibunya ataupun
tetangga yang menjenguk untuk pulang dan klien sering meminta mainan bar
5. Terapi
Infus D5 ½ NS 1000 cc/24 jam
Injeksi Meropenem 3x300 mg (IV)
Injeksi Calsan 3x300 mg (IV)
Paracetamol 3x15 cc (oral)
Analisa data
- Keadaan umum
lemah
- Klien tampak pucat
- Mata cowong
- Konjungtiva pucat
- Lidah kotor
- Sering muntah saat
makan
- Albumin : 3,1 gr
- TTV :
TD : 90/50 mmHg
N : 114x/menit
S : 37,4 C
R : 25x/menit
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Implementasi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari 08.00
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mau makan dan maul muntah 1. membina hubungan saling percaya
pada klien dan keluarga klien untuk
menjalin kerjasama yang baik
09.30
2. menimbang berat badan untuk
memonitor penurunan dan kenaikan
berat badan
09.50
3. memonitor tanda rambut
kering,kusam, mudah patah
10.00
4. memonitor konjungtiva yang kering
10.20
5. memonitor turgor kulit
10.30
6. memonitor kulit kering
10.45
7. melakukan identifikasi apnormalitas
eliminasi bowel
10.50
8. melakukan identifikasi perubahan
nafu makan
11.25
9. melakukan oral hygiene
11.40
10. memonitor mual muntah
12.00
11. melakukan kolaborasi dengan tim
dokteruntuk pemberian terapi:
a) memonitor tetesan caira
infus D5 ½ NS 1000cc/24
jam
b) injeksi meropenem 3x300
mg
c) injeksi calsan 3x300 mg
d) paracetamol 3x15cc
12.15
12. mengkaji kebutuhan nutrisi
parebteral.
12.20
12. menciptakan lingkungan
menyenangkan
12.30
13. memastikan makanan lembut
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Evaluasi
O:
1) keluarga klien,klien dan perawat
dapat bekerja sama dalam proses
asuhan keperawatan
2) berat badan turun
3) rambut tipis,lurus dan kemerahan
4) konjungtiva pucat
5) turgor kulit kering
6) klien tidak mengalami konstipasi
atau diare
7) lidah tampak kotor
8) klien makan tapi tidak habis satu
porsi
9) BAB klien belum teratur
10) Klien tidak mau makan hanya
makan hanya minum susu
Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan apa yang penulis dapatkan pada laporan studi kasus pembahasan
asuhan keperawatan klien yang mengalami thypoid dengan masalah
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh di ruang Seruni RSUD
Jombang, maka penulis mengambil kesimpulan:
- Pengkajian
didapatkan keluhan utama dan tanda gejala sesuai dengan tanda gejala yang
terdapat pada penderita penyakit thypoid. Tetapi, ada keluhan lain yang muncul
dan tidak sesuai dengan tanda gejala penderita thypoid yaitu pada klien muncul
batuk.
- Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian klien anak R penulis mengambil diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mau makan dan
mual muntah. Penulis memprioritaskan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh pada urutan pertama karena apabila masalah tidak
segera ditangani dengan cepat dan tepat maka semua kebutuhan klien akan selalu
memerlukan bantuan dari keluarga dan orang lain.
- Intervensi Keperawatan
Pada anak R intervensi keperawatan yang digunakan bersumber :NANDA NIC-
NOC, 2015. Intervensi yang digunakan adalah NOC status nutisi : manajemen
nutrisi, adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, tidak terjadi
penuruan berat badan yang berarti, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, berat badan
ideal sesuai dengan tinggi badan. Pada tahap ini penulis mendapatkan tidak ada
kesenjangan antara teori dan fakta, hal ini dikarenakan intervensi yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien.Sehingga intervensi yang dibuat dapat
mengatasi masalah yang dialami.
- Implementasi Keperawatan
Pada klien intervensi keperawatan yang digunakan adalah intervensi NOC dan
NIC. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi, tetapi
intervensi mengenai kolaborasi dengan tim dokter mengenai terapi dan tim gizi
mengenai diet klien mendapat terapi yang sama dalam pengobatan penyakit
thypoid. Implementasi yang dapat dilakukan oleh peneliti dengan hasil secara
umum kondisi kesehatan klien membaik atau sudah pulih.
- Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada anak R didapatkan pada hari pertama dan kedua
mengeluh tidak nafsu makan, setiap makan hanya 3-4 sendok kadang
dimuntahkan.
B. SARAN
3. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan tambahan bahan ajar untuk mahasiswa tentang asuhan keperawatan
thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
4. Penulis
Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara maksimal sesuai
peraturan dan etika yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA