MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Keperawatan Anak
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah....................................................1
1.4 Manfaat Penulisan Makalah..................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian .............................................................................3
2. Etiologi..................................................................................3
3. Patofisiologi...........................................................................3
4. Manifestasi klinik..................................................................4
5. Komplikasi………………………………………………….5
6. Penatalaksanaan.....................................................................5
7. Pencegahan............................................................................6
8. Pemeriksaan penunjang.........................................................6
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian............................................................................11
2. Diagnosa keperawatan..........................................................11
3. Perencanaan .........................................................................11
4. Evaluasi ...............................................................................11
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..............................................................................17
B.Saran........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................18
BAB I
PENDAHULAH
ii
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai
karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung
lebih kurang 3 mingguyang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa
dan erupsi kulit. Demam tifoid(termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman
Salmonella typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika
penyebabnya adalah S paratyphi, gejalanya lebihringan dibanding dengan
yang disebabkan oleh S typhi.
Pada anak- anak demam tifoid cukup sering ditemui, salah satu
penyebabnya selainsanitasi adalah system kekebalan atau imunitas yang
belum berkembang dengan baik.Komplikasi atau penyulit pun tidak jarang
terjadi seperti gangguan SSP (delirium sampaigangguan kesadaran) dan
perforasi usus yang menyebabkan peritonitis. Sedangkan pada bayi relative
jarang ditemukan karena masih mendapatkan perlindungan dari ASI
yangmengandung IgA sekretorik yang memberikan proteksi local khususnya
pada saluran cerna.Seringkali keterlambatan diagnosis dan ketidakpahaman
orang tua terhadap apayang dialami oleh anak menjadikan demam tifoid
cukup serius untuk ditangani
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep teoritis dari demam Typoid dari definisi Typoid,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala (manifestasi klinis),
pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2) Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien dengan
demam Typoid
C. Tujuan
Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap dapat menjadi masukan
dan pelajaran baru bagi para tenaga kesehatan, khususnya untuk kami sendiri.
D. Manfaat Penulisan
1) Menambah wawasan tentang demam typoid.
iii
2) Mengenalkan mahasiswa dengan demam typoid.
BAB II
iv
PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Etiologi
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.
Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih
mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam
ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier
sementara,sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang
menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal
(intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype. Kekambuhan
v
yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier
jenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
3. Patofisiologi
vi
4. Manifestasi Klinik
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak
enak di perut.
b. Minggu II
5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
vii
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
6. Penatalaksanaan
a. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
viii
7. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum
dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
c. Biakan darah
ix
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
x
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
xi
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu
titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai
nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan
ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil
titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
xii
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
xiii
c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
3. Perencanaan
Diagnosa. 1
Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam
batas normal, tanda-tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis
dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam,
ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal
seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum
xiv
banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien,
anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat
badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau
hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat antiemetik seperti (ranitidine).
Diagnosa 3
Tujuan
xv
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak
terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien,
beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,
temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang
dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 4
Tujuan
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan
otot.
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan
sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara
bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Diagnosa 5
xvi
Tujuan
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta febris.
Intervensi
Diagnosa 6
Tujuan
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup
dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensinya
xvii
belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa
yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang
dilakukan pada klien
4. Evaluasi
xviii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknya Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella
spp masuk bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang
mengurangi daya hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang
masuk. Daya hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan
lamung, sehingga Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus penderita dengan
lebih senang. Salmonella spp seterusnya memasuki folikel-folikellimfe yang
terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengancepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella spp.
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S
typhi masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan atau minuman yang
tercemar.
B. Saran
xix
- Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini
meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik.
- Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman
mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat
mengetahui cara pencegahan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid III,FKUI, Jakarta.Tarwono,
Wartonah, (2004), Kebutuhan Dasar Manusi dan Proses Keperawatan,Salemba
Medika, Jakarta.
Dangoes Marily E.1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi3.EGC, Jakarta
Lynda Juall, 2000, Diagnosa keperawatan, EGC. Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/23591220/Demam-Typhoid
xx