Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN DEMAM TYPHOID

Disusun oleh:

Tegar Prio Aji

2010144117089

PROGRAM DII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmat-Nya maka Penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Keperawatan Maternitasyang membahas tentang Makalah Pada Anak dengan
Demam Typhoiddan semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bilamana isi makalah ini ada kekurangan baik dalam isi maupun penulisan.Terima
kasih

Semarang, 17 Juni 2019

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian Demam Typid..........................................................................................2


B. Etiologi.......................................................................................................................2
C. Patofisiologi...............................................................................................................2
D. Pathway......................................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................5
F. Pengobatan.................................................................................................................5
G. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................5

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian..................................................................................................................7
B. Diagnose....................................................................................................................8
C. Intervensi....................................................................................................................8
D. Evaluasi......................................................................................................................11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam typhoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (FK, Unair 2011).
Penyakit typhus sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang
menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan
tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri
salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak
sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Prognosis demam typhoid pada anak baik asal pasien cepat berobat.Mortalitas pada
pasien yang dirawat ialah 6%.Prognosis menjadi tidak baik bila terdapat gambaran klinik
yang berat, seperti demam tinggi (hiperpireksi), febris kontinua, kesadaran sangat menurun
(spoor, koma, atau delirium), terdapat komplikasi yang berat, misalnya, dehidrasi, dan
asidosis, perforasi.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Utama
Untuk mengetahui seluk beluk tentang demam thypoid pada para pembaca
sehingga dapat menjadi referensi untuk pembelajaran atau upaya preventif mencegah
penyakit demam thypoid
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keperawatan ini adalah untuk :
Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang berhubungan
dengan penyakit demam thypoid untuk diusahakan mencari data-data beserta
pemecahnya kemudian mencocokan berdasarkan teori yang telah di peroleh dari kuliah
maupun literature.

4
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. PengertianDemam Typoid
Demam typoid/tipus terjadi karena infeksi bakteri salmonella typhi.penyakit yang
banyak terjadi pada anak anak ini dapat membahayakan nyawa jika tidak ditangani dengan
baik dan secepatnya tifus menular dengan cepat .infeksi dan demam typoid terjadi ketika
sesorang mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi, sejumlah kecil
tinja, atau yang lebih tidak umum, urine yang terinfeksi bakteri. Kontak langsung dengan
pengidap jaga dapat menyebabkan infeksi bakteri salmonella typhi.bakteri ini berkaitan
dengan bakteri salmonella penyebab keracunan makanan.

B. Etiologi
Etiolog dari demam tifoid adalah termasuk dalamSalmonella typhi, termasuk dalam
genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae.Salmonela besifat
bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-).Tahan
terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan
limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi, dan tinja.Salmonela mati pada suhu 54.4 o C
dalam 1 jam, atau 60o C dalam 15 menit.Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah
komponen dinidng sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H
(flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi, juga pada S. Dublin dan
S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

C. Patofsiologi
Penularan salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara yang dikenal
dengan 5F yaitu food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),
dan melalui feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan di konsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan

5
dan makan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut.
Kuman salmonella thyposa masuk ke saluran pencernaan, khususnya usus halus
bersama makanan, melalu pembuluh limfe.Kuman ini masuk atau menginvasi jaringan
lmfoid mensenterika. Disini akan terjadi nekrosis dan peradangan. Kemudian kuman
tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Kuman tersebut akan keluar dari
hati dan limpa, Kemudian kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan endotoksin yang
dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan berkembang biak disini. Kuman
salmonella thyposa dan endotoksin akan merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang
akhirnya beredar di darah dan mempengaruh pusat.

6
D. Pathway

salmonella thyposa

masuk ke dalam
pencernaan (usus
halus)

Nekrosis
Menginvasi
jaringan limfoid
Peradangan

Masuk peredaran
darah

Hati Limpa Pasien merasa nyeri


keluar

Pelepasan
Kembali ke usus
endotoksin
halus (berkembang Reinfeksi usus halus

Kuman dan endotoksin

merangsang Pelepasan
sisntesis

Mempengaruhi Demam
Beredar dalam
pusat termoregulasi
darah

Perdarahan
Menyebar ke Tukak mukosa
seluruh tubuh
Perforasi

7
E. Manifestasi Klinis

Masa tunas typhoid 10-14 hari

a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia, dan mual, batuk, epitaksis,
diare, dan perasaan tidak enak di perut
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah kotor yang khas
(putih, kotor dipinggirnya), hepatomegaly, penurunan kesadaran.

F. Pengobatan
Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin polisakarida suntikan dan oral.
1. Polisakarida suntikan adalah vaksin capsular Vi polysaccharide yaitu Typhim Vi (Aventis
Pasteur) diberikan pada usia >2 tahun ,ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
2. Tifoid oral Ty21a yaitu VIvotiv (Bema) diberikan pada umur >6 tahun ,dikemas dalam 3
dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3,dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap
3-5 tahun.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan peningkatan leukosit atau leukositosis
(20.000-25.000/mm). Laju endap darah meningkat dan terdapat gambaran leukosit
normokromik normositik.Selain itu, juga dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis
relative. Untuk memastikan diagnosis deman tifoid, pelu dilakukan pemeriksaan
bakteriologis dan pemeriksaan serologis.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses, urine, sumsum
tulang ataupun duodenum.Pada pasien demam tifoid, biasanya dilakukan biakan darah pada
minggu pertama, sedangkan biakan feses dilakukan pada minggu kedua, dan biakan urin
dilakukkan pada minggu ketiga.
Pada pemeriksaan serologis, yang digunakan, yang digunakan yaitu tes Widal, dengan
dasar reaksi aglutinasi antigen Salmonela typhosa dan antibody pada serum pasien. Tes

8
widal dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum bias dijadikan standar baku
untuk menentukan diagnosis deman tifoid, setiap rumah sakit mempunyai standar nilaiWidal
sendiri. Standar nilai untuk menentukan diagnosis demam tifoid tercantum pada tabel
dibawah ini.

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : sering di temukan pada anak berumur di atas satu tahun.
2. Kaji keluhan pasien : apakah pasien mengeluh lemas, tidak nafsu makan, tidak bergairah
untuk beraktivitas, dan sebagainya.
3. Kaji riwayat demam : apakah pasien mengalami demam pada sore dan malam hari, suhu
tubuh pasien turun pada pagi harin selama kurang lebih 3 minggu.
4. Kaji riwayat penyakit sekarang : sejak kapan mulai demam; mulai merasakan tidak
berselera makan, mual, muntah, lemas; apakah terdapat komplikasi misalnya perdarahan,
perforasi, peritonitis, dan sebagainya.
5. Kaji riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pernah menderita penyakit yang
sama, apakah anggota keluarga juga pernah sakit yang sama, apakah sebelumnya pasien
pernah sakit, apakah sampai di rawat, dan sakit apa.
6. Lakukan pemeriksaan fisik : kesadaran pasien dan pemeriksaan dari kepala sampai ujung
kaki.
a. Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), sementara ujung dan
tepinya berwarna kemerah, dan jarang disertai tremor.
b. Abdomen, dapat di temukan keadaan perut kembung (meteorismus). Bias terjadi
konstipasi, atau mingkin diare atau normal.
c. Hati dan limpa membesar di sertai dengan nyeri pada perabaan.
7. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative, dan
aneosinofilia pada permukaan kulit.
b. Darah untuk kultu (biakan, empedu) dan widal.
c. Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine dan faeces.
d. Pemeriksaan widal.

10
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat anti terhadap
antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukan kenaikan yang progresif.

B. Diagnosa
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
yang kurang.
3. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan
peningkatan suhu tubuh.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TT


D
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan demam (3740)
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 1. Pantau suhu dan TTV
penurunan persipasi jam diharapkan hipertermi 2. Monitor warna kulit
Definis : suhu inti berkurang dengan kriteria dan suhu
tubuh berada diatas hasil: 3. Kompres dengan air
kisaran normal diurnal Termoregulasi (0800) dingin biasa tanpa es
karena kegagalan 1. Peningkatan suhu kulit di (suhu ruang).
termoregulasi tingkatkan dari skala 3 4. Kenakan anak pakaian
Batasa karateritik: ringan ke skala 5 tidak tipis dan menyerap
 Postur abnormal ada. keringat.
 Apena 2. Hipertermi di tingkatkan 5. Berikan cairan yang

 Koma dari skala 2cukup adekuat. Jika perlu,

 Kulit kemerahan terganggu ke skala 5 tambahkan cairan


tidak ada. intravena.
 Hipotensi
3. Perubahan warna kulit di 6. Berikan anti piretik jika
 Gelisa
tingkatkan dari skala 3 perlu.
 Kejang
srdang ke skala 5 tidak
 Kulit terasa hangat
ada

11
dll
Faktor yang
berhubungan:
 Dehidrasi
 Pakean yang tidak
disukai
 Aktiitas berlebih
Kondisi terkait:
 Penurunan
perspirasi
 Penyakit
 Peningkatan laju
metabolisme
 Trauma dll
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 3x24 (1100)
kebutuhan tubuh jam diharapkan ketidak 1. Tentukan status gizi
berhubungan dengan seimbangan nutrisi dapat pasien dan
ketidakmampuan teratasi dengan kriteria kemampuan pasien
mengapsorbsi nutrisi hasil: untuk memenuhi
Definisi : Asupan Status nutrisi (1004) kebutuhan gizi
nutrisi tidak cukup
1. Asupan makanan di 2. Kaji keluhan mual
untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. tingkatakn dari skala atau nyeri pada anak.
Batasan karateristik :
3cukup menyimpang dari 3. Anjurkan keluarga
 Kram abdomen
 Ganggua sensasi rentang normal ke skala 5 untuk membawa
rasa
tidak menyimpang makanan favorit
 Berat badan
20% atau lebih 2. Asupan cairan di pasien
dibawa rentang
tingkatakn dari skala 3 4. Tawarkan makanan
berat badan
ideal cukup menyimpang dari ringan yang padat gizi
 Diare
rentang normal ke skala 5 5. Tambahkan suplemen
 Kurang minat
pada makanan tidak menyimpang untuk memenuhi

12
 Membramukosa 3. Energy di tingkatakn dari kebutuhan tubuh dan
pucat dll
skala 3 cukup meningkatkan selera
Faktor yang
berhubungan : menyimpang dari rentang makan
 Asupan diet normal ke skala 5 tidak 6. Pertahankan
kurang
Kondisi terkait : menyimpang kebersihan mulut
 Ketidak anak
mampuan
mengabsorsi 7. Anjurkan orang tua
nutrien untuk memberikan
 Ketidakmampu
an mencerna makan dengan porsi
makanan sedikit tapi sering
 Ketidak
mampan makan 8. Jelaskan pentingnya
 Gangguan nutrisi bagi kesehatan
pesikososial
dan kesembuhan
penyakit
Resiko devisit volume Setelah dilakukan tindakan Menegement cairan
cairan berhubungan keperawatan 3x24 jam (4120)
dengan kurangnya diharapkan resiko devisit 1. Monitor tanda-tanda
asupan cairan dan volume cairan dapat fital pasien berikan
peningkatan suhu berkurang dengan kriteria cairan dengan tepat
tubuh. hasil: 2. Monitor makanan atau
Definisi : rentan Hidrasi (0602) cairan yang
mengalami penurunan 1. Turgor kulit ditingkatkan dikonsusmsi
volume cairan intra dari skala 3 cukup 3. Kurangi kehilangan
veskuler, interstisial, terganggu ke skala 5 cairan yang tidak
adan /atau intrasseluer tidak terganggu terlihat dengan
yang dapat mengaggu 2. Membran mukosa mempertahankan suhu
kesehatan. lembab ditingkatkan dari normal
Faktor resiko: skala 3 cukup terganggu 4. Berikan susu 2 gelas
 Hambatan ke skala 5 tidak sehari
mengakses cairan terganggu 5. Berikan minum yang
 Asupan airan 3. Peningkatan suhu tubuh banyak sesuai anjuran

13
kurang ditingkatkan dari skala 2 dokter
 Kurang cukup berat ke skala 5 6. Jelaskan manfaat
pengetahuan tidak ada minum atau pemberian
tentang kebutuhan cairan bagi kesehatan
cairan tubuh
Kondisi terkait : 7. Anjurkan orang tua
 Kondisi caira aktif untuk selalu
 Gangguan memotivasi dan
mekanisme memberikan minum
pengaturan pada anak

 Angguan yang
menpengaruhi
absorpsi cairan
 Gangguan yang
mengarah asupan
cairan dll

D. Evaluasi

14
Masalah Keperawatan Tanggal Catatan keperawatan TTD
Hipertermi berhubungan S : klien mengatakan panas
dengan penurunan O : klien tampak sudah tidak panas
persipasi A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
Ketidakseimbangan S : klien mengatakan masih mual
nutrisi: kurang dari O : klien tampak tidak mual dan mau
kebutuhan tubuh makan
berhubungan dengan A : masalah teratasi
ketidakmampuan P : lanjutkan intervensi
mengapsorbsi nutrisi

Resiko devisit volume S : klien mengatakan tidak mau minum


cairan berhubungan O : klien menghabiskan minum jatah
dengan kurangnya asupan rumah sakit
cairan dan peningkatan A : masalah teratasi
suhu tubuh. P : lanjutkan intervensi

BAB IV

15
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit demam tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
menyebabkan infeksi, seringkali di sebabkan oleh salmonella typhosa.Kuman tersebut hidup
nyaman dalam suhu tubuh manusia.Penyakit ini ditandai oleh nyeri kepala hebat dan
gangguan saluran pencernaan, bahkan dapat terjadi gangguan kesadaran.
Demam sering sekali terjadi pada sore hari sampai malam hari, dan pada pagi hari
suhu tubuh menurun.Tanda khasnya adanya lidah tifoid.Lidah tifoid merupakan lidah yang
kotor, bagian belakang lidah tampak putih pucat dan tebal, serta bagian ujung dan tepi lidah
tampak kemerahan.Komplikasi yang ditimbulkan apabila penyakit ini tidak segera di tangani
diantaranya perdarahan, pervorasi, peritonitis, dan syok neurogenic.
B. Saran
Agar mencegah dari penyakit demam tifoid yaitu dengan pemberian vaksin.Vaksin
polisakarida (vaksin strain Salmonella yang dilemahkan) vaksin yang sering di berikan dan
efektif selama 3 tahun, sehingga perlu di ulang setiap 3 tahun.Selain vaksin perilaku hidup
sehat dan bersih perlu dilakukan setiap hari untuk mencegah penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

16
Sudarti, Afroh. 2012. Buku Ajar: ASUHAN KEBIDANAN Neonatus, Bayi dan Anak
Balita.Yogyakarta. Nuhamedika.

Marni., S.Kep., Ns., M.Kes. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta.
Erlangga.

DR. Nursalam, M.Nurs (Hons)., Susilaningrum Rekawati, SST., Utami Sri, S.Kep., 2008.
Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawatan dan Bidan).Jakarta. Aulia
Novianty.

Widagdo. 2011. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta. CV Sagung
Seto.

Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. 2018-2020 edisi 11

Dochterman, J,M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC), 5 th


ed. United States Of America : Elsevier

Dochterman, J,M., & Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Outcame Classification (NOC), 5 th ed.
United States Of America : Elsevier

17

Anda mungkin juga menyukai