Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA KLIEN An. S


DENGAN DEMAM THYPOID DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI DI RUMAH SAKIT
ROYAL PRIMA MEDAN

OLEH:

Nama : Sarah Clarita Manurung


NIM : 223302070014
Semester : I (Profesi Ners)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada saluran cerna bagian
bawah (usus halus) dengan gejala demam kurang lebih satu minggu disertai
gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. penyakit ini
disebabkan oleh Salmonella thypi A, B , dan C.
Demam tifoid atau thypus abdominalis banyak ditemukan dalam
kehidupan masyarakat kita, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Penyakit ini
sangat erat hubungannya dengan kualitas yang mendalam dari hygiene pribadi
dan sanitasi lingkugan seperti higieneperorangan, dan hygiene penjamah
makanan yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat
umum yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung perilaku
sehat.
Demam thypoid disebabkan oleh kuman salmonella thypi.
Penularan kemanusia melaluimakan atau minuman yang tercemar dengan feces
manusi yang mengandung bakteri salmonella. Setelah melewati lambung
kuman mencapai usus dan dan invasi ke jaringan limfoid yang merupakan
tempat predileksi untuk berkembang biak. Kuman salmonella thypi
menghasilkan endotoksin yang merupakan kompleks lipoposakarida dan
dianggap berperan penting pada patogenesis dalam thypoid.endotoksin bersifat
pirogenik serta memperbesar reaksi peradangan dimana kuman salmonella.
Penyakit demam tipoid atau thypus abdominalis sangat erat
hubungannya dengan perilaku masyarakat yang kurang bersih baik
masyarakat perkotaan maupun pedesaan dan juga sanitasi msyarakat seperti
lingkuan kumuh, sumber air bersih yang tidak memadai. Penyebab utamanya
adalah bakteri salmonella thypi yang masuk melalui mulut dan berkembang
biak didalam usus dan masuk ke pembulu darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam pembuatan makalah
asuhan keperawatan ini adalah: “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan kasus demam thypoid di Rumah Sakit Royal Prima Medan”.
1.3 Tujuan Penulisan
3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien anak demam thypoid
3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian pada pasien demam thypoid
b. Untuk menegakan diagnosa pada pasien demam thypoid
c. Untuk menyusun rencana keperawatn pada pasien demam thypoid
d. Untuk melakukan implementasi pada pasien demam thypoid
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien demam thypoid

1.4 Manfaat Penulisan


a. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Penulisan ini bertujuan untuk mengembangan ilmu pengetahuan
tentang keperawatan anak. Untuk profesi sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan demam typhoid.
b. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
dalam melaksanakan studi kasus, khususnya dalam melakukan
asuhan keperawatan pada anak dengan demam typhoid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Medis

2.1 Definisi

Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat


akut yang disebabkan salmonella thipi. Penyakit ini ditandai dengan panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur
endothelelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multipaksi kedalam sel
fagosip monocular dari hati, limpa, kelenjar limpa, limfe usus dan peyer’s patcah
dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi.
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam
thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus
halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari,
2013).

2.2 Etiologi
Salmonella thypi sama dengan salmonella lain adalah bakteri gram
negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak berbentuk spora,
fakultatif anerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligo
sakarida, flagella antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen
(K) yang terdiri dari poli sakarida. Mempunyai makro molekuler
lipoposakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan
dinakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat diperoleh flasmid fator-R
berkaitan dengan resistensi terhadap multiple.
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan
rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius)
dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan,
sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi,
formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).

2.3 Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk keusus halus kejaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vilis usus halus, kemudian kuman
masuk kedalam peredaran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel
retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lain
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir pada sel-sel
retikulo endoteleal, melepaskan kuman kedalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia, untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk
kebeberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kantung empedu.
Pada minggu pertama sakit terjadi hyperplasia plaks player, terjadi pada
kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu
ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Minggu keempat terjadi penyembuhan
ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.
2.4 Gejala Klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan,
lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul
gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari Titik, 2016)
2.4.1 Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali.
2.4.1 Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya
kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati
dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


2.5.1 Pemeriksaan darah tepi
Leucopenia, limpositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia
2.5.1 Pemeriksaan sumsung tulang belakang
Menunjukan gambaran hiperaktif sumsung tulang
2.5.5 Pemeriksaan widal
Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangakan titer terhadap anti gen H walaupun tinggi tapi tidak bermakna untuk
menegakan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan
imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan pada pendertia thypoid adalah sebagai berikut :
A. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Minimal 7 hari bebas demam/ ± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai
dengan pulihnya kekuatan pasien. Tingkatkan personal hygiene,
kebersihan tempat pakaian, dan peralatan oleh pasien. Ubah posisi
minimal tiap 2 jam untuk menurunkan risiko terjadi dekubitus dan
pneumonia hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan
karena kadang terjadi obstipasidan retensi urin, isolasi penderita dari
desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.
B. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan
dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap dari mulai bubur
saring, bubur kasar hingga rasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja
usus sehingga risiko perforasi usus lebih tinggi.
C. Pemberian antibiotikum, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik
1) Pemberian antibiotika
a) Amoxicilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.
b) Cotrimoxazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10
hari.
c) Ceftriaxon 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari
d) Cefiexim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari
e) Untuk anak usia dini pilihan antibiotika yang utama adalah
cloramfenicol selama 10 hari dan diharapkan terjadi
pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.
2) Anti radang (antiinflamas). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi 3
dosis hingga kesadaran membaik.
3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.
4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.

2.7 Komplikasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
2. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
3. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
4. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
5. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan
kolesistitis.
6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.

B. Keperawatan

2.8 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam


memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data
tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat
menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan masalah-masalah yang
dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010)
Menurut sodikin 2012 pengkajian pada anak demam typhoid antara lain:
1. Identifikasi, sering ditemukan pada anak berumur diatas satu tahun.
2. Keluhan Utama
Berupa perasaan yang tidak enak badan, lesu, nyeri kapala, pusing dan
kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa
inkubasi). Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris remiten, dan suhu tubuhnya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur baik setiap harinya biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu
kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ke tiga, suhu
beragsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke tiga.
3. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan Head to toe

2.9 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis,
dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. (Hutahaean Serri, 2010)
Berdasarkan Nanda NIC NOC 2016 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi.
4. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan cairan.
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, prosedur-prosedur tindakan.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

2.10 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan diberikan pada penderita demam thypoid yang
mengalami masalah gangguan pemenuhan nutrisi. Adapun bentuk
intervensi yang diterapkan adalah :
Tujuan NOC : Nutrion status
Intervensi NIC
1) Terapi Nutrisi
a) Sediakan pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein
b) Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
c) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan

2.11 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun.
Perawat mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam
rencana asuhan keperawtan. Dimana tujuan implementasi keperawatan
adalah meningkatkan kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan
memfasilitasi koping klien (Hutahaean Serri, 2010).
Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak demam
typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga dalam
pemberian kompres hangat, menganjurkan klien memakai pakaian tipis,
mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan output klien, dan
membantu keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.

2.12 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan
pasien terhadap tindakan keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data
dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macam-macam
evaluasi: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada catatan
perawatan.
BAB III
STUDI KASUS

I. IDENTITAS DATA
Nama : An. S
Tempat/Tgl Lahir : 11 Juni 2011
Nama Ayah/ Ibu : Tn.R/Ny.H
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Jl. Sendok No. 10, Medan Petisah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SD

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan anaknya demam sudah sejak 6 hari yang lalu disertai mual
muntah.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Prenatal : Masa kehamilan ibu selama 9 bulan
2. Intranatal : Ibu melahirkan di Rumah Sakit Royal Prima Medan dan bayi
lahir sehat
3. Post natal : Bayi lahir dengan 2900 gr dengan PB 50 cm

III. RIWAYAT MASA LAMPAU


1.Penyakit waktu kecil
Tidak ada
2. Pernah dirawat dirumah sakit
Tidak pernah
3. Obat-obatan yang digunakan
Tidak ada
4. Tindakan operasi
Tidak pernah
5. Alergi
Tidak ada
6. Kecelakaan
Tidak pernah
7. Imunisasi
Lengkap
8. Aktifitas
Sehari-hari pergi kesekolah
9. Tindakan keperawatan
- Ivfd RL 20 tpm
- Injeksi Ceftriaxon 2 gram
- NaCL 0,9% (sebagai pelarut Ceftriaxon)
10. Hasil Lab
No Nama pemeriksaan Hasil Rujukan
1 Widal: a. 1/320 Negatif
a. salmonella typhi O b. 1/320 Negatif
b. salmonella typhi H c. negatif
c. salmonella paratyphi d. negatif
AH
d. salmonella paratyphi
BH

11. Foto rontgen


Tidak ada
12. Lain-lain
Tidak ada

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Pasien nampak berbaring dengan ekspresi murung
2.TB/ BB : 128 cm/ BB anak sebelum sakit yaitu 23 kg, selama sakit
BB anak menurun yaitu 21 kg, IMT yaitu 12,81 (kurus)
3. Lingkar Kepala : 32 cm
4. Kepala : Normal
5. Mata : Normal
6. Leher : Normal
7. Telinga : Normal
8. Hidung : Normal
9. Mulut : Normal
10. Dada : Normal
11. Paru-paru : Normal
12. Jantung : Normal
13. Perut : Normal
14. Punggung : Normal
15. Genetalia : Normal
16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Normal
b. Ektremitas bawah : Normal
17. Tanda Vital
a. RR : 20x/menit
b. HR : 72x/menit
c. TD : 110/70mmHg
d. Temp : 38ºC

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian bergaul
Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada keluarga dan perawat
2. Motorik halus
Pasien dapat mengikuti perintah yang diberikan
3. Motorik kasar
Pasien dapat menangkap bola dengan kedua tangan dan dapat menjaga
keseimbangan

GENOGRAM
V. GENOGRAM

Keterangan

VI. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang Mengasuh
Kedua orangtua
2.Hubungan dengan angota keluarga
Anak kandung
3. Hubungan dengan teman sebaya
Baik
4. Pembawaan secara umum
Baik dan sopan
5. Lingkungan rumah
Baik

VII. KEBUTUHAN DASAR


1. Makanan:
* Makanan yang disukai/ tidak disukai:
Jenis makanan yang disukai pasien yaitu ikan dan makanan yang pedas
dan makanan yang tidak disukai yaitu sayur-sayuran
* Selera Makan:
Selama sakit nafsu makan pasien menurun, pasien hanya memakan
2 sendok dari porsi yang disediakan.
* Alat makan yang dipakai:
Piring dan sendok
* Pola makan/ minum / Status nutrisi
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya makan 3xsehari dengan porsi
makan yang dihabiskan, tidak ada gangguan nafsu makan sebelum sakit.
Intake cairan selama sakit ibu pasien mengatakan anaknya lebih banyak meminum
air putih yaitu ± 7 gelas ditambah susu 1 gelas di pagi hari. Sebelum sakit problem
pemasukan nutrisi pasien tidak mengalami gangguan.
2. Pola tidur
* Kebiasaan sebelum tidur ( perlu mainan, bercerita, benda yang dibawah tidur:
Kepala dielus-elus
* Tidur Siang
1 jam/hari
* Tidur Malam
7 jam/hari
3. Mandi:
2 kali/hari
4. Aktifitas bermain
Bermain dengan teman sebaya
5. Eliminasi
* BAB (buang air besar)
1 kali /hari
* BAK (buang air kecil)
4 kali/hari

VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Thypoid Fever
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status cairan : Intake cairan selama sakit ibu pasien mengatakan selama
sakit anaknya hanya minum air putih saj, ± 5 gelas air
minum yang diminum selama sehari ditambah 1 gelas
susu di pagi hari
4. Obat-obatan : Ivfd RL 20 tpm, Injeksi Ceftriaxon 2 gram, NaCL 0,9%
(sebagai pelarut Ceftriaxon)

XI. INFORMASI LAIN


Memantau TTV dan terapi dilanjutan

XII. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Mempertimbangkan proteksi Thypoid fever/ diagnosa keperawatn terhadap klien
selama dirawat

XIII. MASALAH KEPERAWATAN


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak adekuat

XIV. MASALAH KOLABOR


Tidak ada
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


DS: Invasi Salmonela typhi Ketidakseimbangan
- Ibu pasien mengatakan
anaknya demam sudah sejak 6
↓ nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
hari yang lalu disertai mual dan Saluran pencernaan
muntah ↓
- An.S mengatakan ia tidak Usus halus
menyukai makanan yang ada di
rumah sakit, karena merasa ↓
makanan yang dimakannya Inflamasi
terasa tidak enak serta cepat
merasa kenyang

- Ibu pasien mengatakan Mual muntah
menghabiskan 2 sendok makan ↓
dari porsi yang diberikan Intake nutirisi tidak adekuat
- Sebelum pasien dibawak ke
rumah sakit, ibu pasien ↓
mengatakan anaknya sudah Ketidakseimbangan nutrisi
demam sejak 6 hari yang lalu kurang dari kebutuhan tubuh
disertai mual dan muntah,
demam terjadi dimalam hari dan
suhu badan naik turun.
- Ibu pasien mengatakan BB
anaknya sebelum sakit yaitu 23
kg

DO:
- Nampak porsi makanan tidak
dihabiskan (3/4 makanan habis
dari porsi yang disediakan)
- BB pasien selama sakit 21 kg
- TB: 128 cm
- TTV :
Suhu : 38ºC
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 20x/menit
- Mukosa bibir nampak kering
dan pecah-pecah
- IMT: 12.81 (kurus)
- Therapy:
1) Ivfd RL 20 tpm
2) Injeksi Ceftriaxon 2 gram
3) NaCL 0,9% (sebagai
pelarut Ceftriaxon)
DIAGNOSA KEPERAWATAN ( P E S ) BERDASARKAN PRIORITAS
Berdasarkan data-data yang diperoleh maka penulis menegakkan diagnosa
keperawatan adalah
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan:
DS:
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam sudah sejak 6 hari yang lalu disertai
mual dan muntah
- An.S mengatakan ia tidak menyukai makanan yang ada di rumah sakit, karena
merasa makanan yang dimakannya terasa tidak enak serta cepat merasa kenyang
- Ibu pasien mengatakan menghabiskan 2 sendok makan dari porsi yang diberikan
- Sebelum pasien dibawak ke rumah sakit, ibu pasien mengatakan anaknya sudah
demam sejak 6 hari yang lalu disertai mual dan muntah, demam terjadi dimalam
hari dan suhu badan naik turun.
- Ibu pasien mengatakan BB anaknya sebelum sakit yaitu 23 kg
DO:
- Nampak porsi makanan tidak dihabiskan (3/4 makanan habis dari porsi yang
disediakan)
- BB pasien selama sakit 21 kg
- TB: 128 cm
- TTV :
Suhu : 38ºC
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 20x/menit
- Mukosa bibir nampak kering dan pecah-pecah
- IMT: 12.81 (kurus)
- Therapy:
1) Ivfd RL 20 tpm
2) Injeksi Ceftriaxon 2 gram
3) NaCL 0,9% (sebagai pelarut Ceftriaxon)
INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan/ Kritera Intervensi Rasionalisasi


O
1 Ketidakseimbanga Tujuan: Manajemen nutrisi 1) Makanan yang
n nutrisi kurang Setelah tindakan 1) Kaji adanya membuat alergi
dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 alergi pada pasien
tubuh berhubungan jam kebutuhan nutrisi terhadap akan
dengan asupan pasien terpenuhi makanan menyebabkan
nutrisi tidak 2) Monitor perubahan selera
adekuat ditandai Kriteria Hasil: adanya makan pada
dengan 1) Memperlihatkan perubahan pasien
adanya selera BB 2) Untuk
DS: makan 3) Kolaborasi mengetahui
- Ibu pasien 2) Tidak terjadi dengan ahli perubahan BB
mengatakan penurunan berat gizi untuk yang terjadi
anaknya demam badan yang berarti menentukan 3) Untuk
sudah sejak 6 hari (yaitu dari BB 21 nutrisi yang membantu
yang lalu disertai kg menjadi 20 kg) dibutuhkan dalam
mual dan muntah pasien pencegahan
- An.S mengatakan 4) Anjurkan penurunan BB
ia tidak menyukai keluarga pasien
makanan yang ada untuk 4) Makanan favorit
di rumah sakit, membawa pasien dapat
karena merasa makanan membantu
makanan yang favorit pasien dalam
dimakannya terasa 5) Bantu pasien menambah nafsu
tidak enak serta makan (jika makan pasien
cepat merasa diperlukan) 5) Untuk
kenyang 6) Anjurkan memantau nafsu
- Ibu pasien pasien untuk makan pasien
mengatakan meningkatkan 6) Dengan
menghabiskan 2 mengonsumsi mengonsumsi
sendok makan dari protein dan protein dan
porsi yang vitamin vitamin mampu
diberikan 7) Berikan menambah
- Sebelum pasien informasi sistem
dibawak ke rumah tentang pertahanan
sakit, ibu pasien kebutuhan tubuh
mengatakan nutrisi 7) Untuk
anaknya sudah 8) Tentukan memudahkan
demam sejak 6 status gizi dalam
hari yang lalu pasien pengaturan diet
disertai mual dan 9) Anjurkan pasien
muntah, demam makan sedikit 8) Memudahkan
terjadi dimalam tapi sering dalam
hari dan suhu 10) Sarankan pemberian terapi
badan naik turun. kebiasaan 9) Makan dalam
- Ibu pasien oral hygiene porsi kecil tapi
mengatakan BB sebelum dan sering
anaknya sebelum sesudah memudahkan
sakit yaitu 23 kg makan organ
11) Kolaborasi pencernaan
DO: pemberian dalam
- Nampak porsi obat metabolisme
makanan tidak 10) Membantu
dihabiskan (3/4 dalam
makanan habis dari pencegahan
porsi yang penurunan BB
disediakan) secara signifikan
- BB pasien selama
sakit 21 kg
- TB: 128 cm
- TTV :
Suhu : 38ºC
Nadi :
72x/menit
Pernapasan :
20x/menit
- Mukosa bibir
nampak kering dan
pecah-pecah
- IMT: 12.81
(kurus)
- Therapy:
1) Ivfd RL 20
tpm
2) Injeksi
Ceftriaxon
2 gram
NaCL 0,9%
(sebagai pelarut
Ceftriaxon
Catatan Perkembangan
Nama Pasien : An.S
Umur : 11 Tahun
No. Register : 165103
Diagnosa : Thypoid fever

No Hari/ tanggal Jam Implementasi Evaluasi


No.DX
Keperawatan
1 Selasa/ 28 15:00 1. Kaji adanya alergi S:
November 2022 makanan pada pasien 1. Pasien mengatakan
Hasil: Ibu pasien tidak menyukai
mengatakan anaknya tidak makanan yang ada di
memiliki alergi terhadap rumah sakit
makanan 2. Pasien mengatakan
2. Menimbang BB pasien masih merasa mual
Hasil: BB 21 kg 3. Pasien mengatakan
3. Tentukan status gizi pasien makanan yang
Hasil: Status gizi pasien dimakan rasanya
termasuk dalam kategori pahit
gizi kurang (kurus) O:
4. Observasi kebutuhan 1. Keadaan umum
nutrisi pasien yang pasien lemah
dibutuhkan 2. Nampak ½ porsi
Hasil: Pasien kooperatif makan tidak
5. Membantu pasien dalam dihabiskan
memberikan makan peroral 3. Turgor kulit kering,
seperti membawakan mukosa bibir kering
makanan kesukaan pasien 4. BB: 41 kg
Hasil: Pasien nampak A: Masalah belum teratasi
masih kurang nafsu makan P: Intervensi dilanjutkan
6. Mengkolaborasi pemberian
obat
Hasil: Infus RL 20 tpm
pemberian botol kedua,
Injeksi Ceftriaxon 2 gram
2 Rabu/ 29 14:30 1. Menganjurkan kepada S:
November 2022 pasien/ibu pasien untuk 1. Ibu pasien
makan sedikit tapi sering mengatakan
Hasil: Ibu pasien mengikuti anjuran
mengatakan anaknya sudah perawat dengan
mulai mau makan jika memberikan
diberikan makanan makanan kesukaan
kesukaannya pasien
2. Menganjurkan pasien/ibu 2. Pasien mengatakan
pasien untuk meningkatkan setelah melakukan
mengonsumsi protein dan oral hygiene nafsu
vitamin makannya mulai
Hasil: Ibu pasien membaik
mengatakan akan 3. Pasien mengatakan
mengikuti anjuran perawat mualnya sudah
3. Menganjurkan ibu pasien berkurang
untuk membantu pasien 4. Pasien mengatakan
dalam melakukan oral menyukai makanan
hygiene sebelum dan yang diberikan oleh
sesudah makan ibunya, yaitu nasi dan
Hasil: Ibu pasien ayam
mengatakan selama sakit 5. Ibu pasien
pasien jarang melakukan mengatakan anaknya
oral hygiene diberikan makan
4. Mengkolaborasi pemberian sedikit tapi sering,
obat seperti pemberian roti
Hasil: Injeksi Ceftriaxon sebagai makanan
selingan
O:
1. Keadaan umum
pasien mulai
membaik
2. Nampak porsi makan
yang diberikan
hampir habis
A: Masalah sebagian teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 Kamis/ 30 11:30 1. Menganjurkan ibu pasien S:
November 2022 untuk meningkatkan 1. Pasien mengatakan
pemberian konsumsi sudah mulai
protein dan vitamin pada menghabiskan
anaknya makanan yang
Hasil: Ibu pasien diberikan dari rumah
mengatakan sudah sakit, meskipun
memberikan anaknya jeruk makan dalam jumlah
dan susu sebagai makanan sedikit tapi sering
selingan 2. Pasien mengatakan
2. Menyarankan kepada sudah tidak mual lagi
pasien atau dengan bantuan 3. Ibu pasien
ibu pasien untuk mengatakan
melakukan kebiasaan oral memberikan anaknya
hygiene sebelum makanan selingan
dansesudah makan sebagai seperti roti, buah-
dischard planning buahan dan susu
Hasil: Pasien mengatakan O:
sudah melakukan oral 1. Keadaan umum
hygiene dan dibantu oleh pasien mulai
ibunya membaik
3. Menimbang berat badan 2. Nampak mukosa
Hasil: BB 21 kg bibir mulai lembab
4. Memberikan He kepada 3. BB 41 kg
ibu pasien mengenai 4. Nampak kenaikan
kepentingan nutrisi pada berat badan
anaknya, seperti pemberian A: Masalah sebagian teratasi
makanan bergizi sebagai P: Lanjutkan intervensi
makanan selingan pasien sebagai dischard planning
Hasil: Ibu pasien nampak karena pasien sudah
kooperatif dibolehkan untuk pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab sebelumnya penulis memaparkan tinjaun teori mengenai
demam typoid dan kebutuhan nutrisi. Pada pembahasan ini penulis akan
membahas tentang perbandingan antara teori dan hasil studi kasus yang
ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien An. S
berumur 11 tahun dengan demam thypoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada tanggal 28 November sampai dengan tanggal 30 November 2022 dengan
menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yang meliputi :
Pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.(Budiono & Pertami,S 2015).
Menurut teori demam thypoid adalah penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh virus salmonella thipi. Penyakit ini ditandai dengan panas
berkepanjangan. Beberapa tanda dan gejala pada penderita demam thypoid
yaitu demam tinggi pada minggu pertama, mual dan muntah, lidah Nampak
kotor (berselaput) dan kembung. Sedangkan pada tahap pengkajian penderita
demam thypoid keluhan yang akan dirasakan salah satunya panas atau
demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, kepala pusing, mual dan muntah,
terjadi penurunan BB dan mukosa nampak kering. Berdasarkan teori tersebut,
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Dimana dapat dibuktikan
dari hasil pengkajian yang ditemukan pada An. S berdasarkan data subjektif
yaitu Ibu pasien mengatakan anaknya demam sudah sejak 6 hari yang lalu
disertai mual dan muntah, demam terjadi dimalam hari. Ibu pasien
mengatakan sebelum sakit timbangan anaknya 23 Kg. Sedangkan data
objektif yang dapat di lihat yaitu lidah nampak kotor disertai perut kembung, BB
selama sakit menjadi 21 kg, nampak mukosa bibir kering.
Berdasarkan teori yang telah di paparkan dan hasil pengkajian yang
penulis dapatkan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan hasil
pengkajian yang dimana keluhan yang dirasakan pasien sebagian besar sama
dengan teori yang telah dipaparkan.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan aktual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab. Pada
pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada An. S tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan hasil studi kasus dimana diagnosa keperawatan
yang ditegakan penulis yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
a. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic dengan
batasan karakteristik:
1) Kurang makan
2) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
3) Membrane mukosa pucat
Faktor yang berhubungan:
a) Faktor biologis
b) Faktor ekonomi
c) Gangguan psikososial
d) Ketidakmampuan makan
e) Ketidakmampuan mencerna
f) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
g) Kurang asupan makanan

Berdasarkan batasan karakteristik yang ditemukan pada teori dan


kasus tidak ditemukan kesenjangan. Dimana batasan karakteristik yang
didaptkan pada kasus yaitu nampak pasien lemah, mukosa bibir kering.
Pasien mengatakan tidak menyukai makanan di Rumah Sakit, Ibu pasien juga
mengatakan anaknya hanya menghabiskan 2 sendok makan dari satu
porsi yang diberikan selama sakit. Dibuktikan dari timbangan bb pasien
sebelum sakit yaitu 23 kg, dan selama sakit bb menjadi 21 kg. Dari data tersebut
dapat dilihat adanya penurunan bb akibat nafsu makan yang kurang.

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi atau Perencanaan adalah pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.
Berdasarkan teori, intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah
kebutuhan Nutrisi yaitu :
1) Intervensi keperawatan NIC :
(a) Kaji adanya alergi makanan
(b) Monitor adanya perubahan berat badan
(c) Tingkatkan intake makanan melalui pemberian makan peroral
(d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
(e) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
(f) Tentukan status gizi pasien
(g) Sarankan kebiasaan oral hygine sebelum dan sesudah makan
(h) kolaborasi pemberian obat
Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakan oleh penulis maka
intervensi yang dilakukan pada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien. Hasil
intervensi yang dilakukan oleh pasien sesuai dengan teori yang dipaparkan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan nutrisi pasien.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi
respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
yang baru. Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan. Implementasi keperawatan dilaksanakan
selama tiga hari dimulai dari tanggal 28 November sampai 30 November
2022, dimana semua tindakan yang dilaksankan selalu berorientasi pada
rencana yang telah dibuat berdasarkan teori NIC sehingga dapat tercapai
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan.
Pada implementasi keperawatan yang ditetapakan, tidak semua
dilaksanaka pada pasien setiap harinya. Implementasi dilakukan mengikuti
perkembangan pasien. Implementasi yang hampir tiap hari dilakukan yaitu
menganjurkan pasien/ibu pasien untk meningkatkan pemberian makan peroral
pasien, seperti menganjurkan makan sedikit tapi sering, menganjurkan untuk
memberikan makanan kesukaan pasien. Implementasi ini dilakukan sesuai
dengan tujuan pada teori yaitu mencegah penurunan bb yang berarti.
Pengukuran BB dilakukan pada hari pertama dan hari ketiga, sebagai tolak
ukur dalam mengetahui apakah terdapat penurunan bb yang lebih drastis atau bb
tetap.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum yaitu:
a. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
b. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi
c. Memperlihatkan adanya selera makan
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari Kamis tanggal 30 November
2022 pukul 11:30 WITA setelah tiga hari perawatan. Berdasarkan hasil
evaluasi keperarawatan yang dilakukan setiap hari didapatkan data bahwa pada
hari peratama tindakan evaluasi yang didapatkan pasien mengatakan tidak
menyukai makanan yang ada di RS, pasien mengatakan masih mual 1 porsi
makan tidak dihabiskan. Keadaan umum pasien lemah, nampak ½ porsi
makan tidak dihabiskan, mukosa bibir kering, BB : 21 Kg. pada hari kedua
tindakan keperawatan hasil evaluasi yang didapatkan : Ibu pasien
mengatakan mengikuti anjuran peneliti dengan makan sedikit tapi sering,
keadaan umum mulai membaik, pasien mengatakan mualnya sudah
berkurang, nampak porsi makanan yang diberikan sudah mulai dihabiskan.
Pada hari ketiga perawatan didapatkan hasil evaluasi: pasien
mengatakan sudah tidak mual lagi,pasien mengatakan mulai menghabiskan
makanan yang ada di RS, nampak mukosa bibir pasien mulai lembab. BB 21 kg.
Berdasarkan teori dan data yang ditemukan tidak ada kesenjangan antara teori
dan hasil penelitian karena berdasarkan teori evaluasi keperawatan pada
kebutuhan nutrisi diharapkan Terpenuhnya kebutuhan nutrisi pasien ditujukan
dengan tidak adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan, Tidak ada
tanda – tanda mal nutrisi, Memperlihatkan adanya selera makan, dan tidak
terjadi penurunan berat badan yang berarti. Teori tersebut sesuai dengan
evaluasi yang dilakukan pada pasien, pasien mengatakan sudah tidak mual
lagi, sudah mampu menghabiskan satu porsi makanan dari RS meskipun
makannya diberikan secara sedikit tapi sering, dan setelah dilakukan
penimbangan berat badan tidak ditemukan penurunan bb yang berarti. Ini
sesuai dengan tujuan dari intervensi yang ditetapkan yaitu salah satunya
mencegah penurunan bb secara berarti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan pada pasien
demam thypoid dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1. Pengkajian keperawatan
Hasil pengkajian pada pasien didapatkan data yaitu pasien mengatakan
tidak menyukai makanan yang ada di RS, pasien mengatakan merasa cepat
kenyang ketika makan dan masih mual. Nampak mukosa bibir kering, lidah
nampak kotor dan BB 21 kg.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang yang diangkat oleh peneliti berdasarkan
data yang didapatkan yaitu ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan untuk diagnosis ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan
adalah pemberian makan peroral dengan menganjurkan pasien makan
sedikit tapi sering, menganjurkan ibu pasien untuk memberikan makanan
favorit pasien, sebagai cara untuk meningkatkan pemberian makan peroral pada
pasien.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan selama tiga hari yaitu
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan nutrisi pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan pada diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurangdari
kebutuhan tubuh yaitu tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan.

5.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat memberikan pengetahuan pada
penderita demam thypoid yang mengalami gangguan nutrisi.
2. Bagi pengembangan ilmu keperawatan
Dapat dijadikan bahan bacaan diperpustakaan untuk menambah
wawasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien demam
thypoid yang mengalami gangguan nutrisi.
3. Bagi penulis
Dapat memberikan pengetahuan dan mengaplikasikan pada pasien
penderita demam thypoid yang mengalami gangguan nutrisi.
Departemen kesehatan. (2015). Uji Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan
Dengan Kultur Darah Sebagai Baku Emas Untuk Diagnosis Demam Tifoid.
Indonesia. Maret, 20, 2018. Dari web
https://www.scribd.com/doc/142788100/DEMAM-TIFOID-DEPKES-3
Dinas kesehatan provinsi Sulawesi tenggara. (2016). Profil kesehatan provinsi
Sulawesi tenggara. Sulawesi tenggara. Maret, 20, 2018. Dari web
http://dinkes.sultraprov.go.id/wp-content/uploads/Profile-Dinkes-2016-1.pdf
Purba Elisabeth. 2016, Program Pengendalian Demam Tifoid. Indonesia
https://www.researchgate.net/publication/313680646_Program_Pengendalia
n_Demam_Tifoid_di_Indonesia_Tantangan_dan_Peluang
Reski Yanti Batubara. (2014). Abdominal Typhoid management in women 22
years with no diet regularly and knowledge of the less phbs especially
washing hands before eating. J Medula Unila.Vol 3 no 1.
Riset Kesehatan Dasar. (2013) (pp.50-59). Indonesia. maret, 20, 2018, dari web
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
202013.pdf
Suriadi, & yuliani, R. (2010). Asuhan keperawatan pada anak (cet. Ke-2) (pp.
254-258). Jakarta : Sagung seto
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai