Anda di halaman 1dari 27

STASE KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. RS DENGAN MASALAH DEMAM THYPOID DI


RUANGAN IRINA E ATAS
RSUP. PROF. DR. R.D KANDOU MANADO

Di Susun Oleh :

Diane N.S Siswojo

210141040013

CT : Ns. Lenny Ganika, M. Kep

CI : Ns. Magreny Rantung, S. Kep

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MANADO 2022

KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik,
2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan
kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit sistemik yang bersifat akut, yang disebabkan oleh
bakteri jenis Salmonella typhi, penyakit ini sering dijumpai di negara yang beriklim tropis, untuk
salah satunya gejala awal penyakit ditandai dengan demam atau peningkatan suhu tubuh yang
berkepanjangan, demam thypoid merupakan satu satunya bentuk infeksi salmonella typhi sistemik
sebagai akibat dari bakteriemia yang terjadi, bakteremia tanpa perubahan pada sistem endotel atau
endokardial, invasi dan multiplikasi bakteri dalam sel pagosit mononuklear pada hati, limpa,
lymphnode dan plaque peyer (Sucipta, 2015).

2. ETIOLOGI
Menurut Inawati, (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada sistem saluran pencernaan (mulut,
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia
bersama bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
Penyebab utama demam typoid adalah Salmonella Typhi. Salmonella typhi sama dengan
Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri
dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis
luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik (Sumarmo, Herry, dkk,
2012).

3. MANIFESTASI KLINIS
 Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi
sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali.
 Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan
keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
 Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma
atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga
dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,
kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
Sedangkan menurut Sumarmo, Herry dan kawan-kawan (2012), pada anak, periode inkubasi
demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata 10- 14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat
bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala disebabkan faktor galur Salmonela, status nutrisi dan
imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya.
Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia,
nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Gejala gastrointestinal pada kasus demam
tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian disusul
episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan
ujungnya kemerahan.

4. KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
Komplikasi extra intestinal :
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dankolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis danperinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis danarthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,polineuritis perifer,
sindroma guillain bare dan sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang demam typhoid dapat dilakukan
dengan 5 cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukosit dapat
terjadi walaupun tanpa infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic
oyruvic transaminase) SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3) Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya anti body terhadap bakteri Salmonella tiphi. Uji
widal dimaksudkan untuk menetukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam typoid.
Akibat adanya infeksi oleh Salmonella tiphi maka penderita membuat antibody (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

5) Anti Salmonella Tiphi IgM


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella tiphi, karena
antibody IgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya demam. (Nurarif & Kusuma, 2015).

6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam thypoid yang dirawat di rumah sakit
terdapat pengobatan berupa suportif meliputi istirahat atau bedrest dan pengaturan diet makanan
yang dikonsumsi dan obat dalam pengobatan (medikamentosa). Pasien dengan demam thypoid
diharuskan untuk istirahat hal ini berguna untuk mencegah komplikasi penyakit yang lebih parah
serta istirahat dapat mempercepat dalam proses penyembuhan. Penderita harus menjalani istirahat
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 1 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, untuk program diet yang dikonsumsi
serta terapi penunjang lainnya, makanan yang diberikan pertama, pasien diberikan bubur saring,
selanjutnya diberikan bubur kasar dan nasi sesuai dengan tingkat kemampuan atau kesembuhan
pada pasien, selain itu juga pasien perlu untuk diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung
keadaan umum pasien (Widodo, 2014).
Kasus demam thypoid berat dapat diberi Seftriakson dengan dosis 50 mg/hari/berat badan dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/hari/berat badan sehari sekali, intravena, selama 5-7 hari. Bila
tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama 3 minggu sampai sebulan. Pengobatan
penyakit tergantung macamnya, untuk kasus berat dan dengan manifestasi neurologik menonjol,
diberi deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/hari/berat badan, intravena perlahan
(selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/hari/berat badan dengan
tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian (Widodo, 2014).

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam Thypoid Menurut
Nugroho (2011) yaitu :
a. Mencukupi kebutuhan pada cairan dan juga nutrisi :
1) Edukasi pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh
2) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, serta konsulkan kepada ahli
gizi.
3) Lakukan penimbangan BB secara berkala.
4) Ciptakan suasana yang dapat membangkitkan selera makan pada pasien seperti pada
mengatur susasana makan yang tenang, berada di lingkungan yang bersih, cara penyajian
makanan yang masih dalam keadaan hangat, penampilan makanan yang menarik, makan
bersama.
5) Pertahankan kebersihan mulut
6) Anjurkan klien yang mengalami nafsu makan untuk: makan makanan kering saat bangun,
makan kapan saja bila dapat ditoleransi, makan dalam porsi kecil tapi sering.
7) Pantau asupan makan klien dan pantau adanya tanda-tanda komplikasi seperti : perdarahan,
digestif dan abdomen tegang.
b. Gangguan termoregulasi (Hipertermi)
1) Kaji apa yang menjadi penyebab pasien mengalami hipertemi
2) Jelaskan kepada pasien dan juga keluarga untuk mempertahankan asupan cairan yang
adekuat yang berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
3) Ajarkan cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermi yaitu dengan
cara kompres hangat, memakai pakaian longgar dan kering, mengatur sirkulasi yang sesuai,
serta membatasi dalam aktivitas.
4) Jelaskan kepada pasien gejala yang dialami saat hipertermi yaitu seperti kepala terasa sakit,
nafsu makan berkurang, kulit kemerahan serta badan terasa letih.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, dan pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat berkurang, klien
mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa diperut dan diare, klien mengeluh
nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma Keadaan
umum : sakit ringan, sedang, berat
Tanda-tanda vital
2) Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. kesimetrisan, edema, lesi,
maupun gangguan pada indera.
c) Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeks : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan Perkusi
: suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
3) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB naik, pemantauan
kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu
tumbang anak
b) Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, lamadan anak yang lahir
dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang anak
c) Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala 50cm), LILA,
lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d) Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal pada lengan atas, pantat dan
paha mengetahui lemak subkutan), keadaan (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular),
tebal/ tipis dan / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia gangguan
lainnya.
e) Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari
dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang
bola dengan seimbang, egosentris menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti
dengan kata bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –
kotak.
4) Riwayat imunisasi
Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
d. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan, pengetahuan
tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan
preventif, ketaatan pada ketentuan media keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti
tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
2) Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe makanan dan
cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
3) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat penggunaan obat-
obatan.
4) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk
mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan kardiovaskuler serta
pernapasan saat melakukan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana kualitas dan
kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan untuk mengatasi gangguan
tidur.

6) Pola kognitif persepsi


Yang perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi tentang
kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri, diri dan peran diri.
Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional takut, cemas karena dirawat di RS.
8) Pola peran hubungan
Kaji kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana kemampuan dalam
menjalankan perannya.
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
10) Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai dan adanya
sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi sehingga sangat dibutuhkan peran
dari keluarga terutama orang tua untuk mendukung anak.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu tentang kepercayaan yang
dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang (Nurarif.2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermi b.d proses infeksi Indikator: 1. Identifikasi penyebab/
salmonella thypi · Suhu 36,5 – 37,5oC factor yang dapat
· Bibir lembab 2. menyebabkan
· Kulit tidak teraba 3. hipertermi
panas 4. Observasi cairan masuk
· Aktifitas sesuai dan keluar,
Kemampuan 5. hitung balance cairan
6. ·Beri cairan sesuai
kebutuhan bila tidak bila
kontraindikasi
7. ·Berikan kompres air
8. hangat.
9. Anjurkan pasien untuk
mengurangi aktifitas yang
berlebihan saat suhu naik /
bedrest total
10. Anjurkan pasien
menggunakan pakaian
yang mudah menyerap
keringat
11. ·Ciptakan lingkungan yang
nyaman
12. Kolaborasi : Pemberian
antipiretik Pemberian
antibiotic
Kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan 1. Pengelolaan cairan
berhubungan dengan Indikator: 2. Aktifitas: Pantau berat
muntah ·Keseimbangan intake dan badan biasanya dan
Defenisi : penurunan cairan output 24 jam kecendrungannya
intravaskuler intestinal dan atau ·Berat badan stabil 3. ·Mempertahankan intake
intraseluler, ·Tidak ada rasa haus yang dan output pasien
contohnya dehidrasi, berlebihan 4. ·Pantau ststus hidrasi
kehilangan cairan tanpa ·Elektrolit serum dalam 5. ·Memonitor status
perubahan sodium. batas normal hemodynamic termasuk
Batasan karakteristik : ·Hidrasi kulit tidak ada CVP, MAP, PAP, dan
Kelelahan, kehilangan PCWP
berat badan. 6. ·Pantau tanda-tanda vital
pasien
7. ·Pantau status nutrisi
pasien

Ketidakseimbangan Status nutrisi 1. Mengontrol Nutrisi


Nutrisi Kurang dari Indikator: 2. Aktivitas: Menimbang berat
Kebutuhan Tubuh ·Intake nutrisi badan pasien pada jarak yang
berhubungan dengan ·Intake makanan dan ditentukan
intake tidak adekuat cairan 3. ·Memantau gejala
Defenisi: ketidak ·Energi kekurangan dan
cukupan intake nutrisi ·Berat tubuh penambahan berat badan
untuk kebutuhan 4. ·Memantau respon
metabolik. Batasan emosional pasien ketika
karakteristik ditempatkan pada situasi
·Berat badan 20% yang melibatkan makanan
berkurang dari ideal dan makan
·Lemahnya kesehatan 5. ·Memantau interaksi orang
otot tua/anak selama makan, jika
· Tidak nafsu makan diperlukan
6. ·Mengontrol keadaan
lingkungan ketika makan
7. ·Mengontrol turgor kulit,
jika diperlukan
8. Memantau kekeringan,
tipisnya
9. rambut sehingga
10. mudah rontok
· Memantau gusi saat
menelan, karang gigi,
11. dan penambahan luka
· Mengontrol mual dan
12. muntah
· Memantau tingkat
13. energy, rasa tidak
14. nyaman, kelelahan, dan
kelemahan
15. Memantau jaringan yang
pucat, memerah, dan
kering
16. Memantau kemerahan,
bengkak, dan retak pada
mulut/bibir

DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam dkk, (2015), Asuhan Keperawatan bayi dan anak, Jakarta, Salemba
Medika.
2. Ngastiyah, (2015), Perawat Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.
3. Hidayat AA, (2016), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta,
Salemba Medika.
4. Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8volume
2.Jakarta.EGC.
5. Nurarif, A.H. & Kusuma, H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nic-Noc.Jogjakarta.Mediaaction
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R.S DENGAN MASALAH DEMAM
THYPOID DI RUANGAN IRINA E ATAS

I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Diane N.S Siswojo
NIM : 210141040013
Ruang : IRINA E ATAS
Tanggal Pengkajian : Senin, 07 November 2022
Tanggal Praktik : 07 November 2022 – 10 November 2022

A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 773236
Nama Klien : An RS
Tempat/tanggal Lahir : Tateli, 17-08-2020
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bahasa Yang Dimengerti : Bahasa Manado
Orangtua/Wali : Ny.SS
Pekerjaan Ayah/Ibu/Wali : IRT
Pendidikan : SMK
Alamat Ayah/Ibu/Wali : Desa Tateli

B. KELUHAN UTAMA
Demam naik turun, BAB cair

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sebelum MRS 30/10/2022 An.RS mulai mengalami demam naik turun, dan
demam turun saat diberi obat paracetamol. An.RS juga mengalami BAB cair
dengan frekuensi 4-5x sehari, mual muntah dengan frekuensi 3x sehari dengan
berisi makanan bercampur cairan berwarna kuning kurang lebih 300 cc,
sehingga orang tua membawa An.RS ke RS Kandou. Saat pengkajian tanggal
07/11/2022, Ny.SS mengatakan An.RS masih mengalami demam naik turun
dengan suhu 38.6, kulit teraba hangat, tampak pucat, anak rewel dan tampak
gelisah. Ny.SS juga mengatakan An.RS mengalami penurunan nafsu makan,
setiap kali diberi makan dan minum An.RS selalu mual dan muntah sebanyak
2x. Ny.SS mengatakan An.RS makan bubur hanya 2-3 sendok. Ny.SS juga
mengatakan sebelum sakit BB An.RS 11 kg dan saat pengkajian didapatkan
terjadi penurunan BB dengan BB 9 kg dalam kurun waktu 1 minggu. Ny.SS
mengatakan An.RS memiliki kebiasaan mengonsumsi cokelat dan snack setiap
hari serta meminum air kran sebelum masuk RS.
D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Prenatal
Ny SS mengatakan saat hamil mengalami mual muntah pada saat trimester 1, dan
sering memeriksaakan kehamilan di Puskesmas setiap bulan, Ny SS juga
mengatakan usia kehamilannya 9 bulan dengan nutrisi pada saat hamil Ny SS
mengonsumsi makanan seperti nasi, ikan, sayur, dan buah. Saat hamil Ny SS tidak
pernah sakit, mendapatkan radiasi, ataupun mengkonsumsi obat obatan.
2. Perinatal
Ny SS mengatakan persalinan dilakukan secara normal di rumah dengan penolong
bidan, selama proses persalinan Ny SS tidak mengonsumsi obat-obatan
3. Post Natal
Ny SS mengatakan saat An RS lahir berada dalam keadaan sehat dan tidak
mengalami komplikasi post partum, Ny SS juga mengatakan pada saat An RS
lahir, anak langsung berespon dengan tangisan dan gerakan aktif. Ny SS
mengatakan BB An RS saat lahir 3000 gram dan PB 47 cm.
4. Penyakit yang pernah diderita :
Ny SS mengatakan An RS hanya pernah mengalami demam yang diobati dengan
paracetamol, An RS tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun kejadian jatuh
dan sebelumnya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Ny SS mengatakan An RS
tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan
5. Imunisasi
Jenis Reaksi setelah
No Waktu Pemberian
Immunisasi pemberian

BCG 1 Bulan tidak ada


1.
2. DPT 2,3,4 bulan Demam

Polio
3. 2,3,4 bulan Demam

4. Campak 9 bulan Demam

5. Hepatitis 0 hari tidak ada


E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah dialami :Orang tua mengatakan didalam keluarga
memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu Hipertensi yang diderita oleh
kakek pasien dari pihak ayah dan ibu pasien.
2. Genogram

Tn DS/60 th Ny LP/57 th Tn IS/56 th Ny AW/50 th

Ny TS/27 th
th
Ny KS/30
3. Tn HS/31 th Ny ES/22 th
Ny VS/25 th Tn OS/28 th
Tn JS/29 th Ny PS/25

Ny.SS/29th Tn.BS/32th
An.RS/2th

KETERANGAN :
: Laki laki : meninggal : Pasien
: Perempuan : Tinggal serumah

narasi

F. RIWAYAT SOSIAL
a. An RS diasuh oleh kedua orang tuanya yaitu Ny SS dan Tn BS
b. Hubungan An RS dengan keluarganya baik
c. Ny SS mengatakan An RS sering berinteraksi ketika di ajak bermain
dengan teman sebayanya, orang sekitar maupun keluarga

G. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Demam Thypoid
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Obat obatan :
NAMA DOSIS RUTE WAKTU INDIKASI
OBAT
IVFD D5 ½ 500 ml IV 41 ml/jam Cairan infus yang digunakan
(12 jam ) sebagai terapi pengganti cairan
NS (HS)
tubuh saat mengalami dehidrasi
Ceftriaxone 500 mg IV 1 x 24 jam Antibiotik yang berguna untuk
pengobatan sejumlah infeksi
bakteri
Parasetamol 100 mg PO 1 x 8 jam Parasetamol adalah obat untuk
menurunkan suhu tubuh saat
seseorang mengalami demam.
Zinc 20 mg PO 1 x 24 jam Obat untuk membantu
memperkuat sistem kekebalan
tubuh dan mengatasi defisiensi
zinc pada kasus diare
Oralit 100 ml PO Tiap anak Larutan pengganti cairan dan
bab cair elektrolit yang ada didalam tubuh
karena diare.

4. Tindakan keperawatan : Pemasangan IVFD


5. Hasil Laboratorium ( 06 November 2022 )
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Leukosit 7.400 5.000-15.000
2 Hemoglobin 11.9 gr/dl 11-14 gr/dl
3 Hematokrit 33.3% 34-40%
4 Trombosit 193.000 200.000-490.000
5 Ureum serum 13 mg/dl 10-40mg/dl
6 Creatinine serum 0.2 mg/dl 0.5-1.5 mg/dl
7 Calsium total 9.12 mg/dl 8.62-10.31 mg/dl
8 Natrium serum 129 mmol/L 135-153 mmol/L
9 Kalium serum 2,9 mmol/L 3.5-5.1 mmol/L
10 Klorida serum 94 mmol/L 97-111 mmol/L

Nama Tindakan Hasil


Anti Dengue Ig G Negatif
Anti Dengue Ig M Negatif
Anti Salmonela IgM/tubex Positif

H. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI


1. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan
Ny.SS mengatakan ketika pasien sakit, biasanya langsung di bawah ke
puskesmas, mendapatkan obat diminum dan biasanya langsung
sembuh. Keluarga mengatakan akan lebih memperhatikan kesehatan
anaknya dan lebih memantau keadaan anak.
2. Nutrisi
Sebelum sakit : Ny.SS mengatakan anak biasanya rutin minum susu,
dan mendapat makanan 3 kali sehari yaitu makanan padat berupa nasi,
lauk, dan buah-buahan. An.RS juga sering mengonsumsi cokelat dan
jajanan setiap hari. Nafsu makan pasien baik.
Selama sakit : An.RS mengalami penurunan nafsu makan, anak
cenderung tidak mau makan/minum atau makanan tidak dihabiskan
hanya 2-3 sendok saja
3. Cairan
Sebelum sakit : orang tua mengatakan biasanya pasien masih minum
susu sekitar 2-3 kali dan air putih dalam jumlah setiap minum yaitu 2
liter.
Selama sakit : orang tua mengatakan pasien tidak mau minum
4. Aktivitas
Sebelum sakit : orang tua mengatakan pasien biasanya aktif untuk
bermain ketika dirumah bersama anggota keluarga bahkan teman-
teman seumurannya ketika sedang berkumpul bersama.
Selama sakit : orang tua mengatakan setiap kebutuhan pasien
semuanya dibantu, pasien hanya sering main gadget di tempat tidur,
pasien tampak lemas.
5. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : orang tua mengatakan pasien biasanya tidur dari jam
20.00-07.00, pasien selalu di tidurkan pada siang hari
Selama sakit : Orang tua mengatakan pasien lebih banyak tidur dari
pada beraktifitas seperti biasa karena keadaan badan yang terasa
lemah. Pola tidur dari pasien tidak menentu untuk durasi jamnya
karena pasien selalu tidur lalu bangun lagi dan tidur kembali.
6. Eliminasi
Sebelum sakit : Orang tua mengatakan An.RS tidak mengalami
gangguan BAB maupun BAK. BAB dalam bentuk padat 1 hari 1-2
kali.
Selama sakit : Orang tua mengatakan An.RS mengalami BAB cair
dengan frekuensi 4-5 kali dalam sehari.
7. Pola hubungan
Orang tua mengatakan pasien memiliki hubungan baik dengan
keluarga, selalu bersedia jika diajak bermain oleh anggota keluarga.
8. Kognitif dan Persepsi
Pasien memberikan respon ketika perawat ingin bermain dengan
pasien, pasien memberikan respon dengan menghadap perawat ketika
disentuh untuk diajak bermain, terkadang pasien mengeluarkan
suaranya ketika dipanggil. Pasien bisa menghadapkan wajahnya ketika
seseorang memanggilnya.
9. Seksual dan Menstruasi
Tidak dapat dikaji
10. Nilai
a. Perkembangan moral anak dan perilaku anak
An RS bertingkah laku dengan baik, dan tampak tenang.
b. Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
An RS beragama Kristen, Orang tua sangat berharap akan
kesembuhannya anaknya
I. PEMERIKSAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. TTV : TD. 100/70 mmHg, Nadi 71 x/menit, RR 30 x/menit, SB
: 38.6oC
c. Respon Nyeri : Pasien memberikan respon saat diberikan
rangsangan nyeri
d. BB sebelum sakit 11 kg, BB sekarang : 9 kg, TB : 83 cm
2. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat luka atau lesi, tidak
terdapat bintik-bintik kemerahan, orang tua mengatakan selalu
membersihkan area kulit pasien dengan tisu basah, kulit teraba hangat.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, pendek, kepala
tampak bersih, tidak adanya pembengkakan, luka/lesi
4. Mata
Mata tampak simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, refleks
cahaya baik, mata tampak cekung
5. Telinga
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen, tidak
terdapat lesi atau luka, tidak menggunakan alat bantu dengar, pasien
memberikan respon ketika namanya dipanggil.
6. Hidung
Kedua hidung tampak simetris, tidak terdapat secret, penciuman pasien
baik, tidak adanya luka atau pembengkakan.
7. Mulut
Mukosa mulut kering, tidak ada luka/sariawan, pasien tidak ada nafsu
makan
8. Leher
Tidak terdapat pembengkakakan kelenjar thyroid, tidak adanya
bendungan vena jugularis, tidak mengalami gangguan menelan.
9. Dada
Pergerakan dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan,tidak adanya luka atau nyeri tekan.
10. Paru-paru
Tidak ada suara nafas tambahan
11. Jantung
Tidak terdapat masalah pada jantung, suara jantung terdengar S1 dan
S2, tidak adanya bunyi jantung tambahan, pasien tidak memiliki
riwayat sakit jantung sebelumnya.
12. Abdomen
Tampak lemas, bentuk konkaf, tidak adanya nyeri tekan, turgor kulit
kembali lambat
13. Genitalia
Orang tua mengatakan sering membersihkan area genital pasien
dengan tisu, tidak terdapat luka atau lesi pada area genitalia, tampak
bersih.
14. Anus dan rectum
Tidak terdapat hemoroid, tidak terdapat lesi
15. Musculoskeletal
Tidak ada masalah pada bagian ekstremitas atas maupun bawah, dapat
digerakan secara bebas.
16. Neurologi
Pasien tidak mengalami masalah dalam sistem neurologi, mampu
menggerakkan seluruh tubuh, pasien tampak bisa digendong oleh
keluarga, pergerakan diarea ekstremitas atau keseluruhan tubuh baik.

J. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Membalik : 4 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 14 bulan
Tertawa : 3 bulan
Berceloteh : 2 bulan
Memanggil mama : 12 bulan
Memanggil papa : 12 bulan
ANALISA DATA

Data Etiology Masalah

Data Subjektif : Kehilangan cairan aktif Hypovolemia


 Orang tua mengatakan pasien dan kekurangan intake
mengalami BAB cair sejak 4 cairan
hari sebelum masuk RS
 Orang tua mengatakan An.RS
BAB cair dengan frekuensi 4-
5 kali sehari
 Orang tua mengatakan An.RS
riwayat mengonsumsi cokelat
dan jajanan setiap hari
 Orang tua mengatakan An.RS
riwayat sering mengonsumsi
air kran
Data Objektif :
 Mukosa mulut kering
 An.RS tampak lemas
 Turgor kulit kembali lambat
 Natrium serum 129 mmol/L
 Kalium serum 2,9 mmol/L
 Klorida serum 94 mmol/L

Data Subjektif : Proses penyakit Hipertermia


 Orang tua mengatakan An.RS (infeksi)
mengalami demam naik turun
Data Objektif :
 Keadaan umum lemah
 Pemeriksaan TTV:
TD 100/70 mmHg
N 71x/menit
SB 38.6oC
 Anti Salmonela IgM/tubex (+)
 An RS tampak pucat
 Kulit teraba hangat
Faktor Risiko : Faktor Psikologis : Risiko Defisit Nutrisi
 Orang tua mengatakan An.RS Keengganan untuk
mengalami mual muntah makan
 Orang tua mengatakan An.RS
mengalami penurunan nafsu
makan dan minum
 Orang tua mengatakan apabila
makan An.RS hanya
menghabiskan 2-3 sendok dari
porsi makanan Rumah Sakit
 BB sebelum : 11 kg
 BB sekarang 9 kg

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal ditandai dengan :


Data Subjektif :
 Orang tua mengatakan pasien mengalami BAB cair sejak 4 hari sebelum masuk
RS
 Orang tua mengatakan An.RS BAB cair dengan frekuensi 4-5 kali sehari
 Orang tua mengatakan An.RS riwayat mengonsumsi cokelat dan jajanan setiap
hari
 Orang tua mengatakan An.RS riwayat sering mengonsumsi air kran
Data Objektif :
 Mukosa mulut kering
 An.RS tampak lemas
 Turgor kulit kembali lambat

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan :


Data Subjektif :
 Orang tua mengatakan An.RS mengalami demam naik turun
Data Objektif :
 Keadaan umum lemah
 Pemeriksaan TTV:
TD 100/70 mmHg
N 71x/menit
SB 38.6oC
 An.RS tampak pucat
 Kulit teraba hangat

3. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan keengganan untuk makan ditandai dengan :
Faktor Risiko :
 Orang tua mengatakan An.RS mengalami mual muntah
 Orang tua mengatakan An.RS mengalami penurunan nafsu makan dan minum
 Orang tua mengatakan apabila makan An.RS hanya menghabiskan 2-3 sendok
dari porsi makanan Rumah Sakit
 BB sebelum : 11 kg
 BB sekarang 9 kg
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Hipovolemia bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia ( I. 03116 )
kehilangan cairan keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
aktif, kekurangan jam, diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
intake cairan keseimbangan cairan hypovolemia
meningkat dengan kriteria 2. Monitor intake dan output cairan
hasil : Terapeutik :
1. Asupan cairan meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
(skor 4) 4. Berikan asupan cairan oral (oralit,
2. Membran mukosa air mineral, susu )
membaik (skor 4) Edukasi :
3. Mata cekung membaik 5. Anjurkan memperbanyak asupan
(skor 4) cairan oral
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( glukosa 2,5%, Nacl
0,45%)
7. Kolaborasi pemberian obat ( Zinc
20 mg PO )
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 8 Observasi
proses penyakit jam, diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
(infeksi) termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh membaik Terapeutik
(skor 5) 4. Longgarkan pakaian
2. Pucat menurun (skor 4) 5. Berikan cairan (IVFD D5 ½ NS
(HS) 500 ml )
6. Ganti linen jika mengalami keringat
berlebih
7. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. kompres hangat pada dahi,
leher, dada, abdomen aksila)
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena (IVFD D5 ½ NS
(HS) 500 ml )
10. Kolaborasi pemberian obat
( Parasetamol 100 mg PO,
Ceftriaxone 500 mg IV )
3 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ditandai dengan keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
keengganan untuk jam, diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi alergi dan intoleransi
makan membaik dengan kriteria makanan
hasil : 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
1. Porsi makanan yang jenis nutrient
dihabiskan meningkat 3. Monitor asupan makanan
(skor 4) 4. Monitor berat badan
2. Nafsu makan membaik Terapeutik :
(skor 4) 5. Fasilitasi menentukan program diet
6. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
7. Berikan suplemen makanan
Edukasi :
8. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI - 1 ( Selasa, 08 November 2022 )
No DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Hipovolemia bd 08.00  Memeriksa tanda dan gejala Pukul 14.00
kehilangan cairan hypovolemia S:
aktif, kekurangan Hasil : membrane mukosa - Ny SS mengatakan An
intake cairan tampak kering, mata tampak RS masih mengalami
cekung, turgor kulit kembali muntah dan BAB cair
lambat O:
08.00  Memonitor intake dan output - Tampak membrane
cairan per 7 jam mukosa kering
Intake cairan - Mata anak tampak
Infus : 250 cc cekung
Minum : 250 cc - Turgor kulit Kembali
Makan : 50 cc lambat
Total : 550 cc - Total balance intake
Output cairan dan output = -100
Urin : 200 ml ml/7 jam
Muntah : 200 ml - Terpasang IVFD D5%
BAB : 250 ml dan ½ NS di tangan
Total : 650 ml kanan dengan 41ml/
Hasil : total balance intake – jam
output A:
550-650 = -100 - Hypovolemia belum
08.30  Mengitung kebutuhan cairan teratasi
Hasil : 900 ml P:
11.00  Memberikan asupan cairan Intervensi lanjut :
oral (oralit, air mineral ) - Memonitor intake dan
Hasil : pasien diberikan oralit output cairan per 7
100 ml jam
11.15  Menganjurkan - Memberikan asupan
memperbanyak asupan cairan cairan oral
oral - Menganjurkan
Hasil : Orang tua mengerti memperbanyak asupan
tentang anjuran yang cairan oral
diberikan - Berkolaborasi dalam
11.30  Berkolaborasi dalam pemberian cairan IV
pemberian cairan IV hipotonis hipotonis
( glukosa 2,5%, Nacl 0,45%) - Berkolaborasi
Hasil : terpasang IVFD D5% pemberian obat
dan ½ NS di tangan kanan
dengan 41ml/ jam
 Berkolaborasi pemberian obat
( Zinc 20 mg PO )
12.00 Hasil : anak diberikan obat
zinc 200 mg PO

2 Hipertermia
berhubungan dengan 08.05  Mengidentifikasi penyebab Pukul 14.00
proses penyakit hipertermia S:
(infeksi) Hasil : An.RS mengalami demam - Orang tua mengatakan
thypoid yang disebabkan karena anak masih demam
infeksi bakteri namun di alami naik
08.10  Memonitor suhu tubuh turun
Hasil : SB 38.6oC
08.20  Memonitor kadar elektrolit : O:
Hasil : Natrium serum 129 - SB 38oC
mmol/L, Kalium serum 2.9 - An.RS masih tampak
mmol/L, Klorida serum 94 pucat
mmol/L
08.22  Menganjurkan memberikan A:
pakaian yang longgar - Hipertermia belum
Hasil : An.RS dikenakan pakaian teratasi
longar
09.00  Menganjurkan dalam pemberian P:
cairan Lanjutkan Intervensi :
Hasil : Orang tua mengatakan - Memonitor suhu tubuh
An.RS diberikan air mineral - Menganjurkan
namun dimuntahkan memberikan pakaian
09.10  Menganjurkan memberikan yang longgar
kompres dengan air hangat ketika - Menganjurkan dalam
demam naik pemberian cairan
Hasil : Orang tua tampak - Menganjurkan
memberikan kompres air hangat memberikan kompres
kepada An.RS dengan air hangat
12.00 ketika demam naik
 Berkolaborasi pemberian obat
- Berkolaborasi
Hasil : Pasien mendapat
pemberian obat
paracetamol 100 mg PO

3 Risiko defisit nutrisi


ditandai dengan 09.00  Mengidentfikasi intoleransi Pukul 14.00
keengganan untuk makanan S:
makan Hasil : An.RS memuntahkan - Orang tua mengatakan
setiap makanan yang dikonsumsi An.RS masih
09.10  Mengidentifikasi kebutuhan mengalami penurunan
kalori dan jenis nutrien nafsu makan
Hasil : Pemenuhan nutrisi An.RS - Orang tua mengatakan
sesuai ahli gizi RS yang diberikan An.RS hanya mau
diit jenis makanan lunak 3x/hari makan 2-3 sendok saja
09.25  Memonitor asupan makanan - Orang tua mengatakan
Hasil : An.RS mengonsumsi An.RS muntah setelah
makanan lunak namun tidak diberikan makan
dihabiskan dan hanya makan 2-3 O:
sendok saja - Makanan tampak tidak
10.05  Memonitor berat badan dihabiskan
Hasil : BB 9 kg - An.RS diberikan jenis
10.10  Memfasilitasi program diet makanan lunak
Hasil : An.RS mendapatkan A:
program diet jenis makanan lunak - Porsi makanan belum
sesuai ahli gizi RS meningkat, nafsu
10.25  Berkolaborasi dengan ahli gizi makan belum
menetukan jumlah kalori dan membaik
jenis nutrien yang dibutuhkan P:
Hasil : Energi 980 kkal, protein Lanjutkan Intervensi :
22 g, lemak 98 g - Mongidentifikasi
intoleransi makanan
- Memonitor asupan
makanan
- Memfasilitasi program
diet
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai