Z
DENGAN DEMAM TYPHOID
Oleh
Silvia Kusumaningtyas
P27820119092
Tingkat II Reguler B
1.1 Pengertian
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang di
sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas berkepanjangan, di
topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch. ( Sumarmo S.dkk 2008 ).
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella Typhosa
dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak terdapat di kotoran,
tinja manusia dan makanan atau minuman yang terkena mikroorganisme yang di bawa
oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan
tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini
hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan minuman yang
tidak higenis Manifestas Klinik. ( Ngastiyah, 2005 ).
Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1 sampai 3 minggu terpapar
mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik yang muncul mulai dari demam
tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi atau diare, Rose-Spot pada dada dan
Hepatosplenomegali ( WHO, 2010 ). Rose spot adalah suatu ruam makulopapular yang
berwarna merah dengan ukuran 1 sampai 5 mm, sering kali di jumpai pada daerah
abdomen, thoraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tetapi tidak pernah
di laporkan di temukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7 sampai 10
dan bertahan selama 2 sampai 3 hari. ( Soedarmo et al. 2010 ).
Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5 sampai 40 hari dengan rata-
rata 10 sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak memerlukan perawatan, sedangkan
gejala klinis berat harus di rawat. Anak mengalami demam tinggi pada sore hingga
malam hari dan turun pada pagi hari. Banyak penderita demam typhoid yang di
akibatkan kurang masukan cairan dan makanan. ( Soedarmo et al. 2010 ).
1.2 Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram negatif
mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora fakultatif anaerob.
Mempunyai anti gensomatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang tediri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar
dari diding sel yang di namakan endotoksin.
Salmonella Typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor (R) yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multipel antibiotik. ( Sumarmo S.dkk 2008 ).
1.3 Patofisiologi
Patofisiologi demam typhoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti
organisme Yaitu: (1) Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch, (2)
mikroorganisme bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyer’s patch, nodus
limfatikus mesenterikus dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3)
mikroorganisme bertahan hidup di dalam aliran darah, (4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar CAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit
dan air ke dalam lumen intestinal. ( Soedarmo et al. 2010 ).
Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi. Sebagian
mikroorganisme di musnahkan dalam lambung dengan pH <2, sebagian lolos masuk ke
dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik maka mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel (terutama
sel M) dan selanjutnya ke lamina propia. Propia mikroorganisme berkembang biak dan
difagosit oleh makrorag. Mikroorganisme dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum Distal kemudian ke kelenjar
getah bening mesenterika. ( Sudoyo et al. 2009 ).
1.6 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicillin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) paracatamol
2. Keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
b. Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
c. Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
d. Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus.
e. Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
f. Diet
1) Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II.
Jakarta: EGC).
1.7 Komplikasi
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat
disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis,kolesistisis, ensefalopati, danlain-lain (Susilaningrum, Nursalam, &
Utami, 2013)
1.8 Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA ANAK DENGAN TYPHOID
2.1 PENGKAJIAN
1. Biodata Klien dan penanggungjawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat).
(YudiElyas 2013).
2. Riwayat Kesehatan (Utomo, 2017).
a. Keluhan utama : Biasanya klien dirawat dirumah sakit
dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan juga pusing
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Biasanya klien mengeluh kepala terasa
sakit, demam,nyeri dan juga pusing, berat badan berkurang, klien mengalami
mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan juga diare, klien
mengeluh nyeri otot.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah
menderita penyakit seperti ini sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Kaji adanya keluarga yan menderita
penyakit yang sama (penularan).
3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon (Aru, 2015).
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat,
pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan
media dan keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang
manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
b. Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe
makanan dan cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan,
pilihan makan.
c. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah poladefekasi klien, berkemih, penggunaan alat
bantu, penggunaan obat-obatan.
d. Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi,
kemampuan untuk mengusahakanaktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja), dan respon kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan
aktivitas.
e. Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam,
bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan
penggunaan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
f. Pola kognitif persepsi
Yang perlu dikaji adalah fungsi indraklien dan kemampuan persepsi klien.
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Yang perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi
klien tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal
diri, harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan
emosional seperti takut, cemas karena dirawat di RS.
h. Pola peran hubungan
Kaji kemampuan kliendalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana
kemampuan dalam menjalankan perannya.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
j. Pola koping dan toleransi stress
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai
stress dan juga adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk
mengatasi stress, sehingga sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama
orangtua untuk selalu mendukung anak.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu
mengerti tentang kepercayaan yangdianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari
orang tua.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian umum (Elyas, 2013).
a. Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dankoma
b. Keadaan umum : sakitringan, sedang, berat
c. Tanda-tanda vital,normalnya:
Tekanan darah : 95-120 mmHg
Nadi : 60-120 x/menit
Suhu : 34,7-37,3 0C
Pernapasan : 15-26 x/menit
2) Pengkajian Fisik (Muttaqin, 2014)
a. Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgortekstur dari kulit dan rambut pasien
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher.
Kaji kesimetrisan, edema, lesi, maupun gangguan pada indera
c. Pemeriksaan dada
1. Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani)
Auskultasi : suara paru
2. Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Auskultasi : frekuensi bising usus
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
e. Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
f. Musculoskeletal
Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya, dapat menggerakkan
ekstremitas secara penuh (Elyas, 2013).
Palpasi : periksa adanya edema atau tidak pada ekstremitas atas
dan bawah. Pada klien demam tifoid umumnya, akral
teraba hangat, nyeri otot dan sendi serta tulang (Elyas,
2013; Debora, 2013).
g. Kulit dan Kuku
Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya muka tampak pucat,
Kulit kemerahan, kulit kering, turgor kullit menurun
(Elyas, 2013).
Palpasi: Pada klien demam tifoid umumnya turgor kulit kembali <2 detik
karena kekurangan cairan dan Capillary Refill Time
(CRT) kembali <2 detik.
h. Genetalia dan Anus
Inspeksi :Bersih atau kotor, adanya hemoroid atau tidak, terdapat
perdarahan atau tidak, terdapat massa atau tidak. Pada
klien demam tifoid umumnya tidak terdapat hemoroid
atau peradangan pada genetalia kecuali klien yang
mengalami komplikasi penyakit lain
Palpasi : Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien demam
tifoid umumnya, tidak terdapat nyeri kecuali klien yang
mengalami komplikasi penyakit lain (Mutaqin, 2014).
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media
Aesculapius.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1. EGC. Jakarta Bare &
Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Brunner, Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Data Rekam Medis. 2018. Index Penyakit Demam Thypoid. Rumah Sakit Panti
Waluya : Malang.
Debora Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan. Jakarta : Salemba Medika.
Dermawan, Rahayuningsih. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (sistem pencernaan).
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Noer, Syaifullah. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta; EGC
Nursalam, Susilaningrum, R., and Utami, S. 2005.Asuhan Keperawatan Bayi danAnak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A, Perry, A.G, 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC..
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M, 2015. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Riyadi Sujono dan Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit.
Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Soedarmo,Sumarmo S. Poorwo.dkk, 2008.Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi
Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.Hal.155-18
Supartini. 2000.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta WHO,
2014.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. Z DENGAN DEMAM TYPHOID
4) Riwayat Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : anaknya demam selama 4
hari diserti mual muntah yang tidak kunjung membaik
b. Apakah dokter menceritakan kondisi anak : Ya
c. Perasaan orang tua saat ini : orang tua merasa sedih
karena harus melihat anaknya terbaring lemah di RS
d. Yang akan tinggal dengan anak : Ibu
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Anak merasa takut di rawat inap karena ia berfikir pasti akan disuntik. Anak
juga merasa sedih karena harus berpisah dari teman bermainnya
5) Sosial
1. Kultural / budaya : klien memiliki suku bangsa jawa sama dengan
orangtuanya
2. Pola interaksi : klien berinteraksi baik dengan keluarganya meskipun
saat sakit
3. Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih karena klien rajin membantu
ibunya membersihkan rumah
6) Spiritual
1. Anak : klien mengikuti tata cara beribadah yang sama dengan dengan
orangtuanya tetapi belum 5 waktu
2. Orang tua : orang tua klien menganut agama islam dan selalu sholat 5 waktu
8) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan kesadaran
Pasien datang dalam keadaan lemah dan pucat, kesadaran composmentis
TB : 120cm
BB sebelum sakit : 35kg
BB saat sakit : 25kg
2. TTV :
TD : 100/70mmHg
N : 81x/menit
RR : 24x/menit
S : 39°C
3. Kepala : bentuk kepala normal,rambut hitam, persebaran rambut merata,
kondisi rambut dan kulit kepala sedikit kotor tidak ada lesi atau massa
4. Telinga : telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada massa, tidak ada
serumen, tidak ada perdarahan, telinga bersih
5. Hidung : hidung tidak ada luka, tidak ada perdarahan, tidak ada polip,
tidak ada pernapasan cuping hidung.
6. Mulut : tidak ada karies gigi tidak ada peradangan, ada gigi berlubang,
mukosa bibir kering, dan pucat
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan pembesaran vena
jugularis
8. Dada : bentuk dada normal, simetris, irama napas reguler, tidak ada
suara napas tambahan, pada jantung tidak terlihat ictus cordis, bunyi jantung
tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan
9. Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada luka, bising usus 11x/menit
tidak ada nyeri tekan
10. Ekstremitas : tidak ada lesi, tidak ada oedem, akrak hangat, terdapat infus
pada tangan kanan, CRT < 2 detik
11. Punggung : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
12. Genetalia : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
13. Pinggul : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
14. Bokong : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
15. Anus : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
16. Tungkai : normal, tidak ada gangguan maupun kelainan pada punggung
klien
9) Tes Diagnostik
Hasil laboratorium menunjukkan :
Jumlah leukosit : L. 160
Jumlah eritrosit : 44.2
Jumlah trombosit : L. 135.000
Hemoglobin : 8.7
Hematokrit : 32.0
MCV : L. 72
MCH : L.19.7
MCHC : 27.2
Widal
S. thypi-O : (+¿) 1/160
S. thypi-S : (+¿) 1/80
ANALISA DATA
No
Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
.
1. Ds : Infeksi sekunder bakteri Hipertermia
1. Ibu mengatakan suhu Salmonela thyposa
tubh pasien naik dan
tubuhnya terasa
hangat Berkembang di sistem
2. Ibu mengatakan anak retikulo endoteal
menggigil
Do :
1. Suhu tubuh pasien Membebaskan endogen
yaitu 39°C pirogen
2. Pasien tampak pucat
3. Tubuh pasien teraba
hangat Leukosit menurun
No
Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
.
2. Ds : Infeksi Salmonell thyposa Defisit Nutrisi
1. Ibu mengatakan klien
tidak mau makan
2. Ibu mengatakan BB Basil masuk bersama
klien menurun makanan / minuman yang
3. Ibu mengatakan klien terkontminasi
mual dan muntah
Do :
1. Pasien tidak Terjadi infeksi pada
menghabiskan porsi saluran pencernaan
makan dari rumah
sakit
2. BB pasien sebelum Anoreksia, mual, muntah
sakit 35kg, saat sakit
ditimbang menjadi
25kg Ketidakseimbangan nutrisi
3. Pasien menolak kurang dari kebutuhan
makan tubuh
4. Mukosa bibir pasien
pucat
5. TTV
TD : 100/70 mmHg
RR : 24x/ menit
N : 81x/ menit
S : 39°C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan dan Tindakan
. Keperawatan Rasionalisasi
Kriteria Hasil Keperawatan
1. Hipertermia Setelah Manajemen Observasi
b.d proses dilakukan hipertermia (I. 15506) 1. Mengetahui
penyakit tindakan Observasi penyebab
(infeksi) d.d keperawatan 1. Identifikasi hipertermia
suhu tubuh selama 3x24 jam penyebab 2. Mengetahui
diatas nilai diharapkan hipertermia suhu tubuh
normal, kulit termoregulasi 2. Monitor suhu klien
terasa hangat membaik tubuh 3. Mengetahui
(D.. 0130) (L. 14134) 3. Monitor tingkat
Kriteria Hasil : keuaran urine dehidrasi
1. Menggigil Terapeutik klien
menurun 1. Sediakan Terapeutik
2. Suhu tubuh lingkungan 1. Membantu
membaik yang dingin mengurangi
3. Suhu kulit 2. Longgarkan hipertermi
membaik atau lepaskan 2. Membantu
pakaian klien agar
3. Basahi da tidak merasa
kipasi sesak
permukaan 3. Membantu
tubuh menurunkan
4. Berikan cairan hipertemi
oral dengan cara
5. Lakukan non
pendinginan farmakologis
eksternal 4. Menjaga
(misal keseimbanga
kompres n cairan klien
dingin) 5. Membantu
Edukasi menurunka
1. Anjurkan tirah hipertemi
baring Edukasi
Kolaborasi 1. Agar pasien
1. Kolaborasi dapat
pemberian beristirahat
cairan Kolaborasi
ntravena jika 1. Menjaga dan
perlu mencegah
kehllangan
cairan
2. Defisit nutrisi Setelah Manajemen Nutrisi (I. Observasi
b.d dilakukan 03119) 1. Mengetahui
ketidakmampu tindakan Observasi status nutrisi
an mencerna keperawatan 1. Identifikasi klien
makanan d.d selama 3x24 jam status nutrisi 2. Mencegah
berat badan diharapkan 2. Identifikasi alergi yang
menurun status nutrisi alergi dan disebabkan
minimal 10% membaik intolerasi oleh
dibawah (L. 03030) makanan makanan
rentang ideal, Kriteria Hasil : 3. Identifikasi 3. Membuat
nafsu makan 1. Porsi makanan yang lien berselera
menurun (D. makan disukai makan
0019) yang 4. Monitor 4. Mengetahui
dihabisk asupan sejauh mana
an makanan dan defisit nutrisi
meningk berat badan) klien
at 5. Monitor hasil 5. Menyesuaika
2. Berat pemeriksaan n hasil lab
badan laboratorium dengan nurisi
membaik Terapeutik yang
3. Nafsu 1. Sajikan diperlukan
makan makanan Terapeutik
membaik secara menarik 1. Menambah
2. Berikan nafsu makan
makanan klien
tinggi serat 2. Mencegah
untuk konstipasi
mencegah 3. Memenuhi
konstipasi kebutuhan
3. Berikan nurisi dan
makanan kalori
tinggi kalori Edukasi
dan tinggi 1. Agar
protein makanan
Edukasi dapat dicerna
1. Ajurka poisi dengan baik
duduk, jika Kolaborasi
mampu 1. Meredakan
Kolaborasi rasa nyeri
1. Kolaborasi dan tidak
pemberian nyaman pada
medikasi abdomen
sebelum 2. Menentukan
makan, jika gizi yag
perlu sesuai
2. Kolaborasi dengan klien
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhka, jika
perlu.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tindakan Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
1. Hipertermia b.d 19 Juni 2021
proses penyakit Pukul 07.00
(infeksi) d.d 1. Memonitor TTV
suhu tubuh a. TD : 100/70 mmHg
diatas nilai b. Nadi : 81x/menit
normal, kulit c. RR : 24x/menit
terasa hangat 2. Menidentifikasi penyebab
(D.. 0130) hipertermia (infeksi bakteri
Salmonella Thyposa)
3. Memonitor suhu tubuh ( 39°C)
4. Memonitor keluaran urine
Pukul 07.30
1. Menyediakan lingkungan yang
dingin
2. Melonggarkan atau lepaskan
pakaian
3. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
Pukul 07.45
1. Memberikan cairan oral
2. Melakukan pendinginan
eksternal (misal kompres dingin)
Pukul 08.00
1. Menganjurkan tirah baring
2. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
Defisit nutrisi 19 Juni 2021
b.d Pukul 08.15
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
mencerna 2. Mengidentifikasi alergi dan
makanan d.d intolerasi makanan (pasien tidak
berat badan memiliki alergi makanan)
menurun 3. Mengidentifikasi makanan yang
minimal 10% disukai (pasien mengatakan suka
dibawah rentang makan ayam goreng)
ideal, nafsu Pukul 08.30
makan menurun 1. Memonitor asupan makanan
(D. 0019) (pasien haya makan setengah
porsi) dan berat badan (BB
sebelum sakit = 35kg, saat sakit
BB =25kg)
2. 2. Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( hasil widal 1/160)
Pukul 08.45
1. Menyajikan makanan secara
menarik
2. Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
3. Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Pukul 09,00
1. Menganjurkan poisi duduk, jika
mampu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tindakan Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
Hipertermia b.d 20 Juni 2021
proses penyakit Pukul 07.00
(infeksi) d.d 1. Memonitor TTV
suhu tubuh a. TD : 100/70 mmHg
diatas nilai b. Nadi : 83x/menit
normal, kulit c. RR : 22x/menit
terasa hangat 2. Memonitor suhu tubuh ( 37,5°C)
(D.. 0130) 3. Memonitor keluaran urine
Pukul 07.30
1. 1. Menyediakan lingkungan yang
dingin
2. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
Pukul 07.45
1. Memberikan cairan oral
2. Melakukan pendinginan
eksternal (misal kompres dingin)
Pukul 08.00
1. Menganjurkan tirah baring
2. Defisit nutrisi 20 Juni 2021
b.d Pukul 08.15
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
mencerna (pasien makan ½ porsi dari
makanan d.d rumah sakit)
berat badan Pukul 08.30
menurun 1. Memonitor asupan makanan dan
minimal 10% berat badan (BB sebelum sakit =
dibawah rentang 35kg, saat ini BB =27kg)
ideal, nafsu 2. Memonitor hasil pemeriksaan
makan menurun laboratorium ( hasil widal 1/160)
(D. 0019) Pukul 08.45
1. Menyajikan makanan secara
menarik
2. Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
3. Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Pukul 09.00
1. Menganjurkan poisi duduk, jika
mampu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosa
Tindakan Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
Hipertermia b.d 21 Juni 2021
proses penyakit Pukul 07.00
(infeksi) d.d 1. Memonitor TTV
suhu tubuh a. TD : 100/70 mmHg
diatas nilai b. Nadi : 83x/menit
normal, kulit c. RR : 25x/menit
terasa hangat 2. Memonitor suhu tubuh ( 36,5°C)
(D.. 0130) 3. Memonitor keluaran urine
Pukul 07.30
1. 1. Menyediakan lingkungan yang
dingin
2. Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
Pukul 07.45
1. Memberikan cairan oral
2. Melakukan pendinginan
eksternal (misal kompres dingin)
Pukul 08.00
1. Menganjurkan tirah baring
2. Defisit nutrisi 21 Juni 2021
b.d Pukul 08.15
ketidakmampuan 1. Mengidentifikasi status nutrisi
mencerna (pasien makan ¾ porsi dari
makanan d.d rumah sakit)
berat badan Pukul 08.30
menurun 1. Memonitor asupan makanan dan
minimal 10% berat badan (BB sebelum sakit =
dibawah rentang 35kg, saat ini BB =30kg)
ideal, nafsu 3. Memonitor hasil pemeriksaan
makan menurun laboratorium ( hasil widal 1/80)
(D. 0019) Pukul 08.45
1. Menyajikan makanan secara
menarik
2. Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
3. Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Pukul 09.00
1. Menganjurkan poisi duduk, jika
mampu
EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
1. Hipertermia b.d Tanggal 19 Juni 2021
proses penyakit Pukul 18.00
(infeksi) d.d suhu S:
tubuh diatas nilai 1. Ibu mengatakan bahwa suhu
normal, kulit terasa kulit anaknya teraba hangat
hangat (D.. 0130) 2. Ibu mengatakan anak hanya
BAK 2 kali dalam sehari
O:
1. Haisl TTv didapatkan
TD : 100/70 mmHg
RR : 24x/menit
N : 81x/menit
S : 39°C
A : masalah hipertermia belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
2. Defisit nutrisi b.d Pukul 19.00
ketidakmampuan S:
mencerna makanan 1. Ibu mengatakan nafsu
d.d berat badan makan anaknya mneurun
menurun minimal 2. Ibu mengatakan BB anak
10% dibawah menurun
rentang ideal, nafsu O:
makan menurun (D. 1. Porsi makan yang
0019) dihabiskan hanya 1/ 4bagian
2. BB pasien sebelum sakit
35kg, tetapi setelah sakit
menjadi 25kg
3. Mukosa bibir pucat
4. Anak muntah setelah makan
A : masalah defisit nutrisi belum
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
1. Hipertermia b.d Tanggal 20 Juni 2021
proses penyakit Pukul 18.00
(infeksi) d.d suhu S:
tubuh diatas nilai 1. Ibu mengatakan bahwa suhu
normal, kulit terasa kulit anaknya teraba hangat
hangat (D.. 0130) 2. Ibu mengatakan anak hanya
BAK 3 kali dalam sehari
O:
1. Haisl TTv didapatkan
TD : 100/70 mmHg
RR : 22x/menit
N : 83x/menit
S : 37,5°C
A : masalah hipertermia teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2. Defisit nutrisi b.d Pukul 19.00
ketidakmampuan S:
mencerna makanan 1. Ibu mengatakan nafsu
d.d berat badan makan anaknya masih
menurun minimal mneurun
10% dibawah 2. Ibu mengatakan BB anak
rentang ideal, nafsu menurun
makan menurun (D. O:
0019) 1. Porsi makan yang
dihabiskan hanya 1/2 bagian
2. BB pasien naik menjadi
27kg
3. Mukosa bibir pucat
4. Anak mual setelah makan
A : masalah defisit nutrisi teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa
Evaluasi Keperawatan Tanda Tangan
. Keperawatan
1. Hipertermia b.d Tanggal 21 Juni 2021
proses penyakit Pukul 18.00
(infeksi) d.d suhu S:
tubuh diatas nilai 1. Ibu mengatakan bahwa suhu
normal, kulit terasa kulit anaknya teraba hangat
hangat (D.. 0130) 2. Ibu mengatakan anak hanya
BAK 4 kali dalam sehari
O:
1. Haisl TTV didapatkan
TD : 100/80 mmHg
N : 83x/menit
S : 36,5°C
A : masalah hipertermia teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2. Defisit nutrisi b.d Pukul 19.00
ketidakmampuan S:
mencerna makanan 1. Ibu mengatakan nafsu
d.d berat badan makan anaknya sudah
menurun minimal membaik
10% dibawah 2. Ibu mengatakan badan
rentang ideal, nafsu anaknya sudah terlihat segar
makan menurun (D. kembali
0019) O:
1. Porsi makan yang
dihabiskan hanya ¾ bagian
2. BB pasien naik menjadi 30
kg
3. Mukosa bibir baik
4. Anak tidak mual dan
muntah setelah makan
A : masalah defisit nutrisi teratasi
P : intervensi dihentikan