Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERAWATAN KOLOSTOMI DAN ILEOSTOMI


KUMBAH LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE)

Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugraheni, S.Kep.,Ns, M.Kep

Penyusun :

Semester III Reguler B

1. Eka Viola Vernanda P27820119067


2. Jihan Novita Permata S. P27820119074
3. Novia Nuzula P27820119081
4. Silvia Kusumaningtyas P27820119092

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Patient
Safety tentang "Perawatan Kolostomi dan Ileostomi Kumbah Lambung (Gastric
Lavage)" dengan baik. Dalam kesempatan kali ini kami ucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns, M.Kep
yang telah membimbing kami baik moral maupun materi, dan teman-teman kami
yang telah memberi dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Patient
Safety yang telah ditugaskan oleh dosen yang bersangkutan. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
kami untuk lebih dimasa yang akan mendatang.

Surabaya, 06 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................


KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................

BAB 2 KOLOSTOMI
2.1 Definisi Kolostomi......................................................................................
2.2 Definisi Perawatan Kolostomi....................................................................
2.3 Tujuan Perawatan Kolostomi.....................................................................
2.4 Jenis-Jenis Kolostomi ................................................................................
2.4.1 Kolostomi Berdasarkan Lokasi........................................................
2.4.2 Kolostomi Berdasarkan Lama Penggunaan......................................
2.4.3 Kolostomi Berdasarkan Lubang ......................................................
2.5 Macam-Macam Kolostomi Bag..................................................................
2.6 Indikasi Kolostomi......................................................................................
2.7 Komplikasi..................................................................................................
2.8 Perawatan Pada Pasien Dengan Kolostomi................................................
2.8.1 Tahap Perawatan...............................................................................
2.8.2 Persiapan Alat...................................................................................
2.8.3 Langkah-langkah..............................................................................
2.8.4 Dokumentasi.....................................................................................
2.8.5 Evaluasi............................................................................................
....................................................................................................................................
2.9 Pendidikan Kesehatan Bagi Klien dengan Kolostomi Di Rumah.............
2.10 Diet Pada Klien dengan Kolostomi..........................................................
BAB 3 ILEOSTOMY
3.1 Definisi Ileostomy......................................................................................
3.2 Definisi Perawatan Ileostomy.....................................................................
3.3 Tujuan Perawatan Ileostomy......................................................................
3.4 Jenis-Jenis Ileostomy..................................................................................
3.5 Indikasi Ileostomy......................................................................................
3.6 Komplikasi Ileostomi..................................................................................
3.7 Macam Ileostomy Bag................................................................................
3.8 Perawatan Ileostomi....................................................................................
3.5.1 Tahap Perawatan...............................................................................
3.5.2 Persiapan Alat...................................................................................
3.5.3 Langkah-langkah..............................................................................
3.5.4 Dokumentasi.....................................................................................
3.5.5 Evaluasi............................................................................................
....................................................................................................................................
3.9 Pendidikan Bagi Pasien dengan Ileostomy Di Rumah...............................
3.10 Diet Pada Klien dengan Kolostomi..........................................................

BAB 4 KUMBAH LAMBUNG/GASTRIC LAVAGE


4.1 Pengertian Gastric Lavage
4.2 Tujuan Gastric Lavage
4.3 Indikasi Gastric Lavage
4.4 Kontraindikasi Gastric Lavage
4.5 Komplikasi Tindakan Gastric Lavage
4.6 Jenis Gastric Lavage
4.7 Standart Operasional Prosedur (SOP)
4.7.1 Persiapan Alat
4.7.2 Langkah & Rasional Gastric Lavage Intermitten/system terbuka.
4.7.3 Langkah & Rasional Gastric Lavage Continous/system tertutup.
4.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan
4.9 Dokumentasi
4.10 Evaluasi
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................24
5.2 Saran.......................................................................................................24

Daftar Pustaka (Penulisan HARVARD System)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker kolorektal merupakan penyakit ketiga terbanyak di dunia dengan
jumlah penderita baru pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 132.700 orang
(Siegel, et al, 2015). Insiden tertinggi terjadi di Amerika. Utara, Australia,
Selandia Baru, Eropa dan Jepang (Vonk-Klaassen, et al, 2015). Di Indonesia dari
data RS Dharmais, kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga dengan 269
kasus baru pada tahun 2013. Angka ini akan terus bertambah seiring perubahan
pola hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat (Info datin, 2015).
Meningkatnya jumlah penderita kanker kolorektal juga akan
meningkatkan jumlah penderita kolostomi maupun ileostomy. Di Amerika Serikat
dari semua penderita kanker kolorektal terdapat sekitar 800.000 orang dengan
kolostomi (ostomate) dan 100.000 ostomate baru setiap tahunnya (Sheetz, et al,
2014 dalam Davis, 2015). Menurut Nainggolan & Asrizal (2013) dalam
penelitiannya di RSUP H. Adam Malik Medan, didapatkan data jumlah penderita
kolostomi dari tahun 2009 sampai 2011 sebanyak 1.221 orang sedangkan di
RSUP Dr. M. Djamil Padang berdasarkan data rekam medis tahun 2015 terdapat
sekitar 117 penderita kolostomi.
Pembentukan kolostomi maupun ileostomy akan menimbulkan banyak
permasalahan pada penderitanya baik fisik, mental, emosional, sosial dan
ekonomi (Cohen, 1991 dalam Panusur, 2007). Menurut William, et al (2010)
dalam Burch (2013), dari beberapa masalah yang menjadi kekhawatiran
sedikitnya 54% ostomate mempunyai masalah tentang alat dan aksesoris
kolostomi, pola makan, masalah kulit sekitar stoma, psikologis dan bagaimana
melanjutkan kembali kehidupan secara normal. Komplikasi kolostomi dan
ileostomy bisa terjadi disepanjang hidup penderita walaupun secara umum
komplikasi sering terjadi dalam lima tahun pertama
Sejak pembentukan kolostomi (Jordan & Cristian, 2013). Penelitian
Herlufsen, et al (2006) terhadap 199 penderita stoma permanen, didapatkan hasil
bahwa 77 % penderita terdiagnosa ada masalah pada kulit sekeliling stoma ( skin
peristomal) karena kontak kulit dengan feses, 38% penderita mengetahui bahwa
mereka mengalami gangguan kulit sedangkan 80% penderita tidak menyadari
adanya masalah pada kulit karena kurangnya pengetahuan tentang permasalahan
mereka, sehingga mereka tidak berupaya untuk mencari bantuan tenaga kesehatan
profesional.
Penelitian yang dilakukan oleh Lyon, dkk (2000) terhadap 325 responden
pengguna kantong stoma, menemukan 73% penderita melaporkan adanya masalah
kulit yaitu dermatosis termasuk reaksi iritasi, terutama dari kebocoran urin atau
tinja (42%), penyakit kulit yang sudah ada terutama psoriasis, dermatitis
seborhoik dan eksim (20%), infeksi (6%), dermatitis kontak alergi (0,7%) dan
pyoderma gangrenosum (0,6%). Selanjutnya 15 % penderita mengalami
dermatitis persisten (berulang) yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti
(Nainggolan & Asrizal, 2013). Berbagai permasalahan yang terjadi sesudah
pembentukan kolostomi juga menimbulkan sikap negatif pada diri penderita
(Hong, et al, 2013).
Pengetahuan pasien tentang perawatan kolostomi dan ileostomy akan
berpengaruh terhadap kejadian komplikasi post kolostomi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Yuliansyah (2012), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pengetahuan orang tua yang rendah terhadap angka kejadian
komplikasi kolostomi pada anak. Pentingnya pengetahuan dalam perawatan
kolostomi juga dinyatakan oleh Cheng, et al (2013), bahwa pasien kolostomi yang
memiliki pengetahuan dan kemandirian yang tinggi dalam perawatan stoma juga
memiliki tingkat penyesuaian psikososial yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kolostomi dan bagaimana cara merawatnya?
2. Apa yang dimaksud dengan ileostomy dan bagaimana cara merawatnya?
3. Apa yang dimaksud dengan gastric lavage dan bagaimana SOP yang
benar dalam menanganinya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperaatan Medikal Bedah 1 dan serta
agar para pembaca bisa menambah wawasannya tentang kolostomi,
ileostomy dan kumbah lambung.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui dan memahami apa itu kolostomi dan bagaimana cara
perawatan yang baik serta mengetahui indikasi serta komplikasi yang ada
pada klien dengan kolostomi.
2. Mengetahui dan memahami apa itu ileostomy dan bagaimana cara
perawatan yang baik serta mengetahui indikasi serta komplikasi yang ada
pada klien dengan ileostomy
3. Mengetahui apa yang dimaksud kumbah lambung, dan cara melakukan
kumbah lambung yang baik dan bena sesuai dengan SOP.
BAB 2
KOLOSTOMI

2.1 Definisi Kolostomi


Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat
oleh tumor (Harahap, 2006). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat
oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M.
Bouwhuizen, 1991). Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu
hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah,
Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Kolostomi merupakan suatu tindakan membuat lubang pada kolon
tranversum kanan maupun kiri atau kolon utaneustomi yang disebut juga anus
prenaturalis yang dibuat sementara atau menetap. Kolostomi pada bayi dan anak
hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang patologis. Kolostomi pada bayi dan anak biasanya
bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan
konsep diri pasien. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kolostomi merupakan suatu pembuatan lubang di dinding perut dengan tujuan
untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara ataupun permanen.

2.2 Definisi Perawatan Kolostomi


Pasien kolostomi harus diajarkan bagaimana cara mengelola kolostomi
sejak awal pembentukan yaitu ketika mereka masih di rumah sakit. Sehingga
ketika pasien sudah meninggalkan rumah sakit mereka sudah mampu melakukan
perawatan kolostomi secara mandiri (Burch, 2013). Hal mendasar yang harus
diketahui pasien tentang perawatan kolostomi menurut Truven Health Analitic.inc
(2015) adalah meliputi penggantian dan pengosongan kantong kolostomi,
perawatan kulit sekeliling kolostomi serta pengelolaan diet untuk mencegah
timbulnya gas, bau, diare atau konstipasi pada kolostomi. Pengetahuan pasien
tentang perawatan kolostomi akan berpengaruh terhadap kejadian komplikasi post
kolostomi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliansyah (2012), yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua yang
rendah terhadap angka kejadian komplikasi kolostomi pada anak. Pentingnya
pengetahuan dalam perawatan kolostomi juga dinyatakan oleh Cheng, et al
(2013), bahwa pasien kolostomi yang memiliki pengetahuan dan kemandirian
yang tinggi dalam perawatan stoma juga memiliki tingkat penyesuaian psikososial
yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan pasien adalah
dengan pemberian edukasi. Edukasi pasien merupakan bagian dari asuhan
keperawatan dengan memberikan pendidikan kesehatan yang terintegrasi yang
berpusat pada masalah pasien (Potter, et al ,2013).

2.3 Tujuan Perawatan Kolostomi


Pemeriksaan kolostomi dilakukan bila usus besar, rektum, atau anus tidak
mampu berfungsi secara normal akibat penyakit, cedera, atau harus diistirahatkan
untuk sementara waktu. Tujuan pemeriksaan kolostomi :
1. Agar pasien tetap dapat mengeluarkan tinja dan gas dari saluran cerna
(kentut) dari dalam tubuh.
2. Menjaga kebersihan pasien
3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
5. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya.
Kolostomi umumnya dilakukan untuk menghentikan infeksi, mengatasi
penyumbatan, atau mencegah kerusakan lebih lanjut pada usus besar. Berikut ini
adalah beberapa kondisi medis yang memerlukan tindakan kolostomi:
1. Kanker, misalnya kanker usus besar dan kanker rektum
2. Penyumbatan atau cedera di usus besar
3. Penyakit radang usus, misalnya penyakit Crohn dan kolitis ulseratif
4. Polip kolorektal atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam usus besar
dan rektum
5. Perforasi atau robekan pada usus besar dan anus
6. Infeksi berat pada usus besar, misalnya diverkulitis
7. Kelainan bawaan pada saluran cerna, misalnya atresia ani dan penyakit
Hirschsprung

2.4 Jenis-Jenis Kolostomi


2.4.1 Kolostomi Berdasarkan Lokasi
Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya; transversokolostomi merupakan
kolostomi di kolon transversum, sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid,
kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden dan kolostomi asenden,
adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006).

2.4.2 Kolostomi Berdasarkan Lama Penggunaan


a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel (dengan satu ujung lubang).
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon
atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan
seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai
dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel.

2..3 Kolostomi Berdasarkan Lubang


Berdasarkan jumlah lubang yang dibuat, kolostomi dibedakan menjadi
dua, yaitu single barreled stoma dan double barreled stoma. Single barreled stoma,
terbuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal pada kolostomi ini dapat
dibuang atau ditutup
Sedangkan double barreled stoma memiliki 2 ujung kolon yang
dikeluarkan lewat dinding abdominal. Stoma distal mengalirkan mukus sedangkan
stoma proksima membantu mengalirkan feses.
2.5 Macam-Macam Kolostomi Bag
Kolostomi bag adalah sebuah sistem perangkat kantong yang menyediakan
sarana untuk pengumpulan limbah dari hasil sistem pembuangan biologis yang
sengaja dialihkan dengan jalan dioperasi seperti pada usus besar (colon), usus
kecil (ileum) dan kandung kemih (bladder) yang menghasilkan stoma. Sistem
perangkat kantong (sistem pouching) ini paling sering dikaitkan dengan
kolostomi, ileostomi dan urostomi. Secara mendasar, kolostomi bag dapat dibagi
menjadi dua tipe yatu: ujung terbuka atau open-end (drainable) dan ujung tertutup
atau closed end.
1. Kolostomi bag tipe ujung terbuka atau Open-end
Kolostomi tipe ujung terbuka atau Open-end memiliki ujung yang dapat
ditutup kembali setelah dibuka untuk menguras isi kantong ke toilet.
Ujung dengan baik dengan baiknya dapat ditutup menggunakan velcro
atau klip sederhana.
2. Kolostomi ujung tertutup
Menggunakan kolostomi bag tipe ujung tertutup harus diganti dengan
kantong baru setelah kantong dikosongkan atau dapat dibersihkan dan
dipakai kembali jika sistem nya two pieces (dua potong). Flange atau
wafer tidak perlu dilepas atau diganti, selama wafer tersebut masih kuat
menempel.

2.6 Indikasi Kolostomi


Indikasi kolostomi prinsipnya dilakukan bila ada obstruksi pada usus
besar, sehingga tekanan di segmen distalnya meningkat. Kondisi ini memerlukan
tindakan dekompresi dan pengalihan feses ke dinding perut karena pengeluaran
feses lewat anus tidak memungkinkan. Kolostomi mayoritas dilakukan dalam
kondisi gawat darurat seperti penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada
usus. Kolostomi juga bisa dilakukan dalam keadaan elektif atau kondisi infeksi
tertentu pada colon seperti :
1. Trauma kolon dan sigmoid
2. Diversi pada anus malformasi
3. Diversi pada penyakit Hirschsprung
4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal

2.7 Komplikasi
Komplikasi tindakan medis kolostomi dapat terjadi akibat infeksi yang
umumnya diperberat oleh kondisi pasien yang imunokompromais. Selain itu,
dapat juga disebabkan karena teknik pembuatan stoma. Beberapa komplikasi
kolostomi adalah:
1. Fistula mukokutan
yaitu fistula antara kolostomi dengan kulit peristomal. Kejadian ini sering
terjadi pada pasien dengan kondisi hipoalbuminemia, infeksi berat, atau
imunokompromise. Penanganannya adalah dengan perawatan luka dan mengisi
fistula dengan bubuk rawat luka, seperti hidrofiber atau kalsium alginate.
2. Nekrosis stoma
yaitu kematian jaringan pada stoma yang disebabkan hipoperfusi dan
biasanya muncul di awal. Penanganannya jika nekrosis muncul di permukaan
maka cukup dilakukan observasi, tetapi jika nekrosis muncul di bawah kulit maka
harus dilakukan tindakan debridement.
3. Retraksi stoma
yaitu adanya penarikan pada jaringan sekitar sehingga stoma tertarik ke
bawah kulit. Penanganannya adalah menyesuaikan sistem kantong stoma
4. Stenosis stoma
yaitu penyempitan atau kontraksi lubang stoma sehingga menghambat
pengeluaran feses. Penanganannya adalah dengan memodifikasi diet agar feses
yang keluar lebih lembut dan mengandung cairan lebih banyak
5. Prolaps stoma
yaitu stoma menjulur keluar di atas permukaan kulit. Penanganannya
adalah dengan menyesuaikan kantong stoma, menurunkan tekanan intraabdomen
dengan modifikasi faktor pencetus, dan menggunakan kompres dingin
6. Hernia peristoma
yaitu adanya bulging yang disebabkan oleh usus pada daerah sekitar
stoma. Penanganannya adalah dengan menyesuaikan kantong stoma, ataupun
dengan menggunakan spandex agar hernia tidak keluar
2.8 Perawatan Pada Pasien Dengan Kolostomi
2.8.1 Tahap Perawatan
1. Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan dari perawatan
kolostomi.
2. Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
3. Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien serta privacy dengan
(menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur),
mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar. Apabila pasien akan
pulang dan diperlukan untuk belajar perawatan kolostomi maka keluarga
dipersilakan untuk berada di sisi pasien untuk dapat belajar bagaimana
merawat kolostomi bila di rumah

2.8.2 Persiapan Alat


Persiapan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan kolostomi adalah :
1. Kolostomi bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat.
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.
3. Kapas kering atau tissue.
4. 1 pasang sarung tangan bersih.
5. Kantong untuk balutan kotor.
6. Baju ruangan / celemek.
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi.
8. Zink salep.
9. Perlak dan alasnya.
10. Plester dan gunting.
11. Bila perlu obat desinfektan.
12. Bengkok.
13. 1 Set alat ganti balut.
2.8.3 Langkah-langkah
Pelaksanaan dan Prosedur Perawatan kolostomi dengan :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien.
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll).
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien.
7. Meletakan kolostomi bag kotor dalam bengkok.
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma.
9. Membersihkan kolostomi dan kulit disekitar kolostomi dengan kapas
sublimat / kapas hangat (air hangat) / NaCl.
10. Mengeringkan kulit sekitar kolostomi dengan sangat hati-hati
menggunakan kassa steril.
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma.
12. Menyesuaikan lubang kolostomi dengan stoma kolostomi.
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical / horizontal /
miring sesuai kebutuhan pasien.
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi.
15. Merekatkan / memasang kolostomi bag dengan tepat tanpa udara
didalamnya.
16. Merapikan klien dan lingkungannya.
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran.
18. Melepas sarung tangan.
19. Mencuci tangan.
20. Membuat catatan perawatan.
2.8. 4 Dokumentasi
Catat tanggal dan waktu perawatan kolostomi pada pasien, jangan sampai
ada yang terlewat. Jika terjadi komplikasi atau hal lain, konsultasikan dengan
dokter yang bertanggung jawab atasnya.

2.8.5 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
1. Informasi kesehatan terpenuhi
2. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi
4. Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi
6. Kecemasan berkurang
7. Peningkatan konsep diri atai gambaran diri
8. Peningkatan aktivitas

2.9 Pendidikan Kesehatan Bagi Klien dengan Kolostomi Di Rumah


Beberapa panduan merawat luka kolostomi bagi pasien yang sedang
menjalani masa pemulihan di rumah:
1. Memperbanyak istirahat
Pasien dianjurkan untuk tetap beristirahat selama 6–8 minggu di rumah.
Selama masa ini, sebaiknya pasien tidak melakukan aktivitas berat seperti
berkendara, olahraga berat, atau mengangkat beban berat.
2. Memasang dan mengganti kantong kolostomi
Sebelum pulang ke rumah, perawat atau dokter akan menjelaskan dan
mengajari pasien mengenai prosedur pemasangan dan penggunaan kantong
kolostomi. Pastikan pasien memahami semua instruksi mengenai cara memasang
dan menggunakan kantong kolostomi. Bila perlu, pasien bisa mencoba
mempraktikkan sendiri cara memasang kantong kolostomi saat masih berada di
rumah sakit sambil dipantau oleh perawat.
3. Mengganti kantong kolostomi secara rutin
Beberapa jenis kantong dapat digunakan selama 3–7 hari. Namun, ada
juga jenis kantong yang perlu diganti setiap hari. Tanyakan pada dokter atau
perawat mengenai jenis kantong kolostomi yang perlu Anda gunakan. Anda harus
segera mengganti kantong ini ketika kotoran mulai merembes atau mengenai kulit
di sekitarnya. Anda juga disarankan untuk mengganti kantong kolostomi ketika
kotoran pada kantong sudah mencapai sepertiga dari kapasitas kantong.
4. Merawat lubang kolostomi dengan benar
Anda perlu selalu menjaga kebersihan lubang kolostomi di perut dan kulit
di sekitarnya. Cara membersihkannya adalah dengan lap yang sudah dibasahi
dengan air hangat dan sabun berbahan kimia lembut. Selanjutnya, bilas hingga
bersih dan keringkan dengan handuk.
5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan
Jangan lupa untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
prosedur perawatan luka kolostomi agar terhindar dari risiko infeksi. Anda juga
perlu selalu mencuci tangan ketika tangan bersentuhan dengan feses.
6. Menjalani diet khusus
Setelah menjalani kolostomi, Anda biasanya akan disarankan untuk
menjalani diet khusus, misalnya diet rendah serat. Anda juga dianjurkan untuk
tidak mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan produksi gas di saluran
cerna, seperti bawang, kembang kol, asparagus, brokoli, dan kubis.
7. Mengenali gejala infeksi atau komplikasi
Periksa kondisi lubang setiap kali Anda membersihkan kulit atau
mengganti kantong kolostomi. Periksa juga kemungkinan munculnya reaksi alergi
yang bisa disebabkan oleh bahan dari kantong kolostomi. Jika hal ini terjadi, coba
gunakan kantong kolostomi dengan bahan yang lain.
Normalnya, lubang kolostomi akan berwarna merah muda dan tampak
sedikit basah atau lembap selama beberapa minggu setelah tindakan kolostomi
dilakukan. Kolostomi yang terinfeksi atau mengalami komplikasi dapat ditandai
dengan perubahan pada bentuk, warna, bau, dan ukuran lubang. Biasanya,
perubahan tersebut disertai rasa mual atau muntah yang berkepanjangan, demam,
dan perdarahan pada lubang kolostomi. Anda perlu segera menghubungi dokter
jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Mengunakan kantong kolostomi di perut pada awalnya mungkin terasa
kurang nyaman. Namun, dengan perawatan yang tepat dan dukungan dari
keluarga serta dokter yang merawat Anda, kondisi Anda akan berangsur
membaik. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter mengenai kapan waktu yang
tepat untuk memulai beraktivitas dan hal-hal yang dapat mendukung aktivitas
Anda setelah menjalani operasi kolostomi.

2.10 Diet Pada Klien dengan Kolostomi


Selama sekitar 6-8 minggu setelah operasi, pasien disarankan untuk hanya
mengonsumsi makanan yang tawar dan rendah serat. Setelah itu, pembengkakan
pada usus diharapkan sudah membaik dan pasien bisa kembali makan seperti
biasa, tentunya secara perlahan dan dengan beberapa penyesuaian. Berikut anjuran
yang biasanya diberikan oleh dokter terkait diet untuk pasien kolostomi adalah:
1. Meningkatkan frekuensi makan hingga 3-5 kali sehari dengan porsi yang
lebih kecil. Porsi makanan yang sedikit namun sering lebih dapat diterima
oleh tubuh dan akan mengurangi produksi gas.
2. Menjadwalkan jam makan di waktu yang sama setiap harinya untuk
membantu usus beradaptasi dengan kondisi setelah kolostomi dan
melancarkan pergerakan usus.
3. Mengunyah makanan secara perlahan hingga benar-benar lumat, untuk
mencegah penyumbatan di usus.
4. Tidak menggunakan sedotan saat minum, mengurangi konsumsi permen
karet, dan menghentikan kebiasaan bicara saat makan, untuk mengurangi
gas dalam saluran cerna.
5. Mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih sekitar 8-10 gelas
per hari, namun jangan bersamaan dengan makan. Pasien kolostomi
berisiko kehilangan air yang lebih banyak karena fungsi usus besar untuk
menyerap air akan berkurang.
6. Membuat catatan terkait jenis makanan yang dikonsumsi, cara
mengolahnya, dan reaksi buruk yang muncul, misalnya diare, sembelit,
kembung, atau nyeri perut. Selain membantu pasien untuk memantau
dietnya, catatan ini juga akan membantu dokter gizi dalam memilih jenis
makanan yang cocok bagi pasien.
Jenis Makanan yang Direkomendasikan :
Berikut ini adalah jenis makanan yang disarankan untuk pasien kolostomi
dan cara mengonsumsinya:
1. Susu dan produk olahannya
Sarankan pasien untuk mengonsumsi susu atau produk susu, seperti keju
dan yoghurt, secara perlahan. Batasi konsumsi susu murni atau whole milk
dan olahannya, dan ganti dengan susu skim atau susu rendah lemak. Jika
mengalami diare setelah mengonsumsi susu sapi dan produk olahannya,
gantilah dengan susu kedelai, susu almond, atau susu bebas laktosa.
2. Makanan berprotein tinggi
Daging tanpa lemak, ikan, dan daging unggas tanpa kulit merupakan
sumber protein hewani yang baik untuk pasien setelah menjalani
kolostomi. Boleh mengonsumsi telur tetapi jangan terlalu banyak, cukup
satu butir sehari. Mengonsumsi Kacang-kacangan dan jamur dalam jumlah
sedikit dan mengunyahnya hingga halus sempurna, untuk menghindari
masalah pada usus.
3. Makanan rendah serat
Makanan rendah serat, seperti roti tawar dan nasi, baik untuk dikonsumsi
pasien kolostomi. Sedangkan makanan berserat tinggi, seperti nasi merah,
quinoa, dan roti gandum, sebaiknya dibatasi pada beberapa minggu awal
setelah operasi, lalu bisa mulai dikonsumsi satu per satu secara bertahap.
4. Sayuran
Jenis sayur yang dianjurkan adalah sayur tanpa kulit dan biji, seperti
wortel, buncis, tomat yang dikupas, dan selada. Sayur-sayuran tersebut
harus dimasuk dulu hingga matang. Sedangkan jenis sayur yang harus
dihindari adalah bawang, kembang kol, asparagus, brokoli, dan kubis,
karena dapat meningkatkan produksi gas.
5. Buah
Jenis buah yang baik untuk pasien kolostomi adalah pisang, semangka, dan
melon. Sementara apel, stroberi, bluberi, dan anggur boleh saja
dikonsumsi, asalkan dikupas dulu kulitnya.
6. Lemak
Pasien kolostomi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan
berkadar lemak tinggi, misalnya makanan yang digoreng atau daging yang
berlemak, karena dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
Lemak yang direkomendasikan adalah lemak sehat yang berasal dari
minyak zaitun dan minyak ikan.
BAB III
ILEOSTOMY

3.1 Definisi Ileostomy


Ileostomy adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dengan cara
menyambungkan ileum (bagian paling bawah usus halus) dengan permukaan
perut. Ileostomy dilakukan bagi orang yang mengalami gangguan fungsi usus
besar dan rektum. Pada prosedur ini akan dibuat sebuah stoma (lubang) pada
permukaan perut sehingga nantinya ujung ileum akan dijahit dekat stoma tersebut.
Hal ini bertujuan agar kotoran/sisa pencernaan makanan dapat dibuang langsung
tanpa melalui usus besar yang bermasalah. Ileostomy dapat dilakukan secara
sementara atau permanen.

3.2 Definisi Perawatan Ileostomy


3.3 Tujuan Perawatan Ileostomy
3.4 Jenis-jenis Ileostomy
1. Ileostomi standar (Brooks Ileostomy) : Ileum disambung ke dinding perut,
sehingga bagian dalamnya terekspos untuk membentuk stoma eksternal
yang halus. Pasien tidak akan bisa mengendalikan pembuangan kotoran
setelah prosedur, sehingga harus menggunakan kantung di luar tubuh
sebagai penampungan kotoran.
2. Continent Ileostomy : Penampungan kotoran dibuat di dalam perut namun
harus sering dikosongkan menggunakan kateter. Kantung eksternal tidak
dibutuhkan pada metode ini. Sebuah katup akan diletakkan di bukaan
perut untuk tempat masuknya kateter.
3. Ileo-anal reservoir (J-pouch, S-pouch, W-pouch atau pelvic
pouch) : Kotoran akan dibuang melalui jalur normal (melalui anus). Saat
pelaksanaan prosedur, dokter akan membuat kantung penampungan dari
ileum dan rektum untuk menampung kotoran yang kemudian akan
dikeluarkan melalui anus.
3.5 Indikasi Ileostomy
Ileostomy mungkin diperlukan pada orang yang mengalami kondisi di
bawah ini:
1. Inflammatory bowel disease (IBD)
2. Kanker usus besar atau rektum
3. Kondisi bawaan lahir yang disebut polyposis familial
4. Cacat usus bawaan lahir
5. Cedera pada usus
6. Penyakit Hirschsprung

3.6 Komplikasi Ileostomy


3.7 Macam Ileostomy Bag
3.8 Perawatan Ileostomy
3.8.1 Tahap Perawatan
3.8.2 Persiapan Alat
3.8.3 Langkah-langkah
3.8.4 Dokumentasi
3.8.5 Evaluasi
3.9 Pendidikan Bagi Pasien dengan Ileostomy di Rumah
BAB 1V
KUMBAH LAMBUNG / GASTRIC LAVAGE

4.1 Definisi Gastric Lavage


Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan
cara memasukan  dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan menggunakan
NGT (Naso Gastric Tube). Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), Bilas
lambung (gastric lavage) adalah aspirasi isi lambung dan pencucian lambung
dengan menggunakan selang lambung. Sedangkan menurut (Kholida dan Nila,
2013), kumbah lambung adalah membersihkan lambung dengan cara
memasukan dan mengeluarkan air dari lambung dengan menggunakan NGT
(Naso Gastric Tube)

4.2 Tujuan Gastric Lavage


Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), tujuan lavase lambung yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya menurunkan absorpsi
sistemik;
2. Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik;
3. Untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan hemoragi.

4.3 Indikasi Gastric Lavage


Indikasi dilakukannya bilas lambung yaitu:
1. Pasien keracunan makanan atau obat;
2. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung;
3. Persiapan operasi lambung;
4. Pasien dalam keadaan sadar;
5. Keracunan bukan bahan korosif dan kurang dari enam puluh menit;
6. Gagal dengan terapi emesis;
7. Overdosis obat/narkotik;
8. Terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada saluran pencernaan
atas;
9. Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut;
10. Dekompresi lambung;
11. Sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan endoskopi.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk mengambil
contoh racun dari dalam tubuh, sampai dengan menguras isi lambung sampai
bersih. Untuk mengetes benar tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus
didengarkan dengan menginjeksekan udara dan kemudian mendengarkannya. Hal
ini untuk memastikan bahwa tube tidak masuk ke paru-paru.

4.4 Kontraindikasi Gastric Lavage


Kontraindikasi dilakukannya bilas lambung yaitu:
1. Keracunan oral lebih dari 1 jam;
2. Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko
perforasi esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya:
hidrokarbon, pestisida, hidrokarbon aromatic, halogen);
3. Pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar)
membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.

4.5 Komplikasi Tindakan Gastric Lavage


Risiko komplikasi bilas lambung yang dapat terjadi meliputi:
1. Pneumonia aspirasi, yakni adanya sebagian isi lambung masuk ke paru.
Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan edema pada jaringan
paru, abses paru, atau pneumonia bakterialis.
2. Spasme atau kejang pada pita suara. Komplikasi ini bisa mengganggu
fungsi pernapasan pasien untuk sementara.
3. Selang yang salah masuk ke dalam saluran napas.
4. Selang menembus dan merobek kerongkongan.
5. Perdarahan.
Pneumonia aspirasi merupakan komplikasi gastric lavage yang paling
umum. Pasien perlu mewaspadai gejalanya yang meliputi, nyeri dada, mengi,
batuk berdahak, bercak kebiruan pada kulit, cepat lelah, serta demam.
4.6 Jenis Gastric Lavage
4.7 SOP (Standar Operasional Prosedur) Gastric Lavage
4.7.1 Persiapan Alat
4.7.2 Langkah & Rasional Gastric Lavage Intermitten/system terbuka.
4.7.3 Langkah & Rasional Gastric Lavage Continous/system tertutup
4.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan
4.9 Dokumentasi
4.10 Evaluasi

Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : EGC

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi
Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi Ostomate.


Staf Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.

Smeltzer, Suzanne C., 2001 , Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


dan Sudarth., Edisi 8 , EGC: Jakarta.
Eliastam, M., Sternbach, G., & Bresler, M. (1998). Buku saku : Penuntun
kedaruratan medis. ( edisi 5 ). Jakarta ; EGC.

Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach.


(7th edition). Lippincott : Philadelphia..
Thelan, et.al. (1994). Critical care nursing ; Diagnosis and management.
(2nd edition). St. louis ; Mosby Company.

https://idnmedis.com/ileostomi

Gastric
Mancini, Mary.1994.Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta:EGC
Kholida dan, Nila.2013.Prosedur Praktik Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:EGC
Smith, Jean.2010.Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan Edisi
5.Jakarta: EGC
Paula dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta : Trans Info
Media
Smeltzer, Suzzane C. dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
https://pdfslide.net/documents/makalah-kumbah-lambung.html

Anda mungkin juga menyukai