Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS UJIAN TENGAH SEMESTER

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU BERSALIN


PATOLOGI NY.F DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD SULTAN
ABDUL AZIZ SYAH PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR

Disusun Oleh :

Nama : Irma Wahyuni

NIM : 2101042027

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus Praktek Kebidanan Komprehensif pada ibu bersalin patologi Ny.F
dengan retensio plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten
Aceh Timur. Telah Disetujui Oleh Pembimbing Institusi Dan Pembimbing Lahan
Praktik.

Medan, Januari 2023

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

(MILDAWATI,Am.Keb) (Bd.MILA SYARI, SST.M.Keb)

Mengetahui Ka Prodi

( Bd.NOVY RAMINI HARAHAP,SST.M.Keb)

NIDN 101511840
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan
apapun. Laporan yang berjudul “Laporan Kasus Praktek Kebidanan
Komprehensif pada Ibu Bersalin Patologi Ny.F dengan Retensio Plasenta di
RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.

Laporan ini merupakan laporan individu selama melakukan praktik klinik


di RSUD Sultsn Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Bd.Novy Ramini Harahap,SST.M.Keb selaku Ka.Prodi Profesi Bidan.
2. Ibu Bd.Mila Syari,SST.M.Keb,selaku Dosen Pembimbing Institusi Prodi
Profesi Bidan
3. Ibu Mildawati,Am.Keb, selaku Pembimbing Lahan Praktik di RSUD Sultan
Abdul Aziz Syah Peureulak
4. Seluruh Staf Dosen Prodi Profesi Bidan yang telah membekali ilmu
pengetahuan, memberikan petunjuk dan nasehat selama penulis menjalani
pendidikan.
5. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Profesi Bidan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya
harapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga loparan ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Medan, ..................

Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Daftar Tabel.......................................................................................................iii
Daftar Lampiran...............................................................................................vi
Daftar Singkatan...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Ruang Lingkup Asuhan........................................................................6
C. Tujuan Penyusunan Laporan Kasus.......................................................6
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan...................................7
E. Manfaat..................................................................................................7
1. Bagi Penulis.
2. Bagi Klinik.
3. Bagi Institusi Pendidikan.
4. Bagi Klien.
BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................8
A. Kehamilan.....................................................................................................8
1. Pengertian Kehamilan.............................................................................8
2. Terjadinya Kehamilan.............................................................................8
3. Diagnosa Kehamilan...............................................................................14
a. Tanda dan gejala kehamilan.
b. Usia kehamilan
c. Asuhan kehamilan.
B. Persalinan......................................................................................................37
1. Pengertian Persalinan...............................................................................37
2. Prosedur Persalinan Normal…………………………………………….39
3. Tahapan Persalinan…………………………………….…………….…40
D. Retensio Placenta………………………………………….………...…41
1. Pengertian………………………………………………….……….…..41
2. Penyebab Retensio Placenta…………………………….……….….….42
3.Tanda / gejala klinik Retensio Placenta…………………………..……..42
4. Jenis-jenis Retensio Placenta……………………………………...……43
a. Placenta Adhesiva…………………………………………...……...…..44
b. Placenta Akreta…………………………………………………….…...44
c. Placenta Inkreta……………………………………………………...….44
d. PlacentaPerkreta…………………………………………………..….…44
e. Placenta Inkarserata………………………………………………...…...44
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelepasan Placenta………...….…..46
6. Penatalaksanaan Retensio Placenta…………………………..……....…46
7. Penanganan Retensio Placenta………………………………...…….….48
8. Metode Pelepasan Placenta………………………………………….….48
a. Metode Schulze……………………………………………………..…..50
b. Metode Duncan……………………………………………………..…..50
9. Tekhnik Pelepasan Plasenta……………………………………..…..….52
a. Kustner………………………………………………………………….54
b. Klein………………………………………………………….……..…..54
c. Strassman………………………………………………………………..54
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN......................55
1. Asuhan Kebidanan Kehamilan.......................................................................55
2. Asuhan Kebidanan Persalinan.........................................................................67
3. Asuhan Kebidanan Nifas.................................................................................79
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................90
1. Asuhan Masa Kehamilan................................................................................90
2. Asuhan Masa Persalinan.................................................................................91
3.Asuhan Masa nifas...........................................................................................93
BAB V PENUTUP.............................................................................................99
A. Kesimpulan.....................................................................................................99
B. Saran..............................................................................................................99
Daftar Pustaka
Dokumentasi
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang
diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas sampai pada bayi
baru lahir. Asuhan kebidanan ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui hal
– hal apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas ,
bayi baru lahir sampai dengan keluarga berencana serta melatih mahasiswa dalam
melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah
yang  mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan perencanaan dan
tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukakan evaluasi terhadap
tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) diseluruh dunia diperkirakan 216/100.000 kelahiran
hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan
jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian.
Dan angka kematian neonatal turun 47% antara tahun 1990-2015, yaitu dari
36/1000 kelahiran hidup menjadi 19/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka Kematian Ibu di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan
dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2018-2019 AKI di Indonesia
305/100.000 kelahiran hidup. Target MDGs 2015 untuk angka kematian ibu
adalah menurunkan rasio hingga tiga perempat dari angka 1990, sekitar 110
kematian ibu di setiap 100 ribu kelahiran. Padahal sampai sekarang Indonesia
masih berkutat diatas angka 305.
AKI di negara-negara ASEAN sudah menempati posisi 40-60 / 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015 masih menempati posisi 305 / 100.000 kelahiran hidup.
Sementara itu, data capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017
menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu. Jika di tahun
2015 AKI mencapai 4.999 kasus, maka di tahun 2017 mengalami penurunan
tajam menjadi sebanyak 1.712 kasus AKI. Meski mengalami penurunan,
nampaknya AKI masih menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia sehat.
Upaya menurunkan AKI yaitu dengan konsep Safe Motherhood yakni
mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol dan panduan pemberian
pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
ginekologis, layanan KB, serta layanan prenatal, delivery dan postpartum yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan ibu.
Safe Motherhood sendiri memiliki enam pilar utama, yaitu :
KB : Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses terhadap
informasi dan layanan KB untuk merencanakan waktu, jumlah dan jarak
kehamilan.

Perawatan AnteNatal : Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-


faktor resiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan, serta memastikan
bahwa segala bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini dan ditangani dengan
baik.

Perawatan Persalinan : Memastikan tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses


persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat kesehatan untuk
mendukung persalinan yang aman. Serta menjamin ketersediaan perawatan
darurat bagi perempuan yang membutuhkan terkait kasus-kasus kehamilan
beresiko dan komplikasi kehamilan.

Perawatan Postnatal ; Memastikan bahwa perawatan pasca persalinan diberikan


kepada ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan KB serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan bayi.

Perawatan Post aborsi : Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa


komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik. Membahas
Kesehatan Reproduksi lain yang dialami oleh pasien.

Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS.


Mendeteksi, mencegah dan mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS
kepada bayi. Menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk
mendorong upaya pencegahan, dan jika memungkinkan memperluas upaya
kontrol pada kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.

The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai


basis Program Gerakan Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI.
Program Gerakan Sayang Ibu merupakan sebuah gerakan untuk mengembangkan
kualitas perempuan, melalui percepatan penurunan AKI yang dilaksanakan
bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat. Berbeda dengan The Safe
Motherhood Initiative yang terkesan sangat struktural, program GSI justru
menekankan keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya menurunkan AKI.

Menurut Permenkes No. 97 Tahun 2014 Pasal 14 ayat (1) yang berbunyi
persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan Faslitas Pelayanan
pada Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) menjelaskan adanya 5 aspek dasar dalam
persalinan yang merupakan bagian dari standar Asuhan Persalinan Normal (APN),
yakni, membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan
infeksi, pencatatan (rekam medis) asuhan persalinan, dan rujukan pada kasus
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Semua aspek tersebut hanya dapat dilakukan
di Faslitas Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan laporan Riskesdes 2013 Kementerian Kesehatan, sebagian
besar kematian ibu terjadi pada masa nifas. Pelayanan masa nifas berperan
penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu yang diberikan selama
periode 6 jam sampai 42 hari setelah melahirkan. Periode masa nifas yang
beresiko terhadap komplikasi pasca persalinan terutama terjadi pada periode 3
hari pertama setelah melahirkan.
Dalam laporan capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017 lalu,
mengungkapkan bahwa jumlah kasus kematian ibu menurun. Angka kematian ibu
melahirkan di tahun 2015 berjumlah 4.999 kasus, sedangkan di tahun 2016
menjadi 4.912 kasus. Di tahun 2017 angkanya menurun lagi menjadi 1712 kasus.
Selama tiga tahun angka kematian ibu melahirkan menurun sekitar 3287 kasus.
Menurut Menkes Pelayanan kesehatan bagi ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan waktu pemeriksaan meliputi: 1 (Satu)
kali pada periode 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan.1 (Satu) kali pada
periode 4 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan. 1 (Satu) kali pada periode
29 hari sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Berdasarkan data Kematian Ibu yang diperoleh dari RSUD Sultan Abdul
Aziz Syah Peureulak periode Januari – Desember tahun 2022 sebanyak 2 orang
yang disebabkan oleh CHF dan Anemia berat.
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan masih adanya Kejadian
persalinan dengan retensio plasenta walaupun kejadiannya hanya sedikit, namun
memerlukan penanganan dengan tindakan kegawatdaruratan obstetrik khususnya
ibu bersalin patologi dengan Retensio Plasenta maka penulis bermaksud untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Laporan Kasus Praktek Kebidanan
Komprehensif pada Ibu Bersalin Patologi Ny.F dengan Retensio Plasenta di
RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.

1.2 Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Ruang lingkup asuhan kebidanan diberikan kepada Ny. F yakni
pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kehamilan, persalinan, dan nifas.

1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Kasus


1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan kebidanan komprehensif ibu bersalin patologi pada
Ny.F dengan Retensio Plasenta menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

1.3.2 Tujuan Khusus

1). Melakukan pengkajian terhadap ibu bersalin patologi Ny.F dengan Retensio
Plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
2). Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada ibu bersalin patologi pada Ny.F dengan Retensio Plasenta di
RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.

3). Merumuskan diagnosa potensial pada ibu bersalin patologi pada Ny.F dengan
Retensio Plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten
Aceh Timur.

4). Mengidentifikasi antisipasi atau tindakan segera pada ibu bersalin patologi
pada Ny.F dengan Retensio Plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah
Peureulak Kabupaten Aceh Timur.

5). Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian data pada
ibu bersalin patologi pada Ny.F dengan Retensio Plasenta di RSUD Sultan
Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.

6). Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologi pada
Ny.F dengan Retensio Plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak
Kabupaten Aceh Timur.

7). Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologi pada Ny.F
dengan Retensio Plasenta di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak
Kabupaten Aceh Timur.

1.4 Sasaran, Tempat Dan Waktu Asuhan Kebidanan


1. Sasaran
Sasaran subjek asuhan kebidanan diajukan kepada Ny.F dengan
memperhatikan continuity of care mulai hamil, bersalin, dan nifas.

2. Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada Ny.F
adalah di RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak Kabupaten Aceh Timur.
3. Waktu
Waktu yang diperlukan dalam melaksanakan Asuhan kebidanan Ibu Bersalin
Patologi pada Ny.F dengan Retensio Plasenta yaitu bulan Januari 2023

1.5 Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk meningkatkan pengalaman wawasan dan pengetahuan mahasiswi
dalam memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (Contuinity of
Care) pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat meningkatkan dan memberikan pelayanan yang berkesinambungan


(Contuinity of Care) pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

4. Bagi Klien
Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian pemeriksaan
dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada saat
hamil, bersalin dan nifas.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Kehamilan.

A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan kehamilan yang
alami akan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita
selama kehamilan normal dan itu bersifat fisiologis bukan patologis
(Pantiawati, 2015).
Kehamilan di defenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan. (Prawirohardjo,2010).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. (Dewi dan
Sunarsi,2011).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu (Saifuddin,2010)

B. Terjadinya Kehamilan.

Untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa, ovum dan


pembuahan (konsepsi) dan implantasi hasil konsepsi. (Prawiroharjo,2009).
1. Pembuahan (konsepsi).
Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel amni dan sel telur di
tuba fallopi,umumnya terjadi di ampula tuba,pada hari kesebelas sampai
keempat belas dalam siklus menstruasi. Dalam beberapa jam setelah
pembuahan, mulailah pembelahan zigot selama tiga hari sampai stadium
morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus
dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba. Hasil konsepsi tuba
dalam kavum uteri pada tingkat blastula (Ika pantiawati,dkk,2010).
Setelah lima sampai tujuh hari setelah terjadi ovulasi, blastosit tiba
dirahim dalam keadaan siap untuk implantasi. Kira-kira sembilan hari
setelah pembuahan, blastosit yang kini terdiri atas beratus-ratus sel, mulai
meletakkan dirinya ke dinding rahim dengan penjuluran berupa spon dari
sel-sel trofoblas. Sel-sel tersebut tumbuh menjadi viluscorionik, yang
belakangan akan berkembang menjadi plasenta. Blastosit perlu waktu kira-
kira 13 hari agar tertanam dengan kuat. (Ika pantiawati, dkk, 2010).

C. DIAGNOSA KEHAMILAN

1. Tanda dan Gejala Kehamilan.


Pada wanita hamil, tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3, yaitu
presumtif, tanda kemungkinan hamil dan tanda pasti hamil.
a. Tanda-tanda Persumptif:
Amenorea. Mual dan muntah. Mengidam (ingin makan khusus).
Pingsan. Tidak ada selera makan (anoreksia). Mastodinia.
Quickening. Sering kencing, konstipasi dan pigmentasi kulit.
(Kusmiyati,dkk,2009).
b. Tanda-tanda Kemungkinan Hamil :
Perut membesar, uterus membesar. Tanda Hegar. Tanda Goodells.
Tanda Chadwick. Tanda Piskaceks. Braxton Hiks. Teraba
Ballottement. Test kehamilan positif.
c. Tanda-tanda Pasti :
Denyut Jantung Janin (DJJ). Palpasi. Pada pemeriksaan USG
terlihat adanya kantong kehamilan ada gambaran embrio. Pada
pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16 minggu).
(Sulistyawati,2009).
2. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan.
a. Ultrasonografi (USG).
b. Fetal Electro Cardio Grafi (ECG).
c. Test Laboratorium.

3. Usia Kehamilan.
Menentukan usia kehamilan bisa dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah :
a. Rumus Naegle : Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ditambah
7,bulan dikurang 2,tahun ditambah 1. – Berdasarkan Tinggi
Fundus Uteri (TFU).
b. Rumus Mc.Donald : Fundus uteri diukur dengan pita. TFU x 2
dibagi 7 = umur kehamilan (bulan). TFU x 8 dibagi 7 = umur
kehamilan (minggu).
c. Mengukur Taksiran Berat Badan Janin (TBJ). (TFU dalam cm-n)
x 155 = berat janin (gram).
Keterangan : Jika kepala janin belum masuk panggul n-12. Jika
kepala janin sudah masuk panggul n- 11.
d. Ultrasonografi. (Kusmiyati, dkk, 2009).

D. Asuhan Kehamilan (Pantiawati dan Saryono, 2015)


Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7 T dan sekarang
menjadi 12 T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T,
yakni :

5T:

1. Ukur tinggi badan/berat badan


2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT
5. Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan.
7T;
6. Test terhadap penyakit menular sexual/VDRL
7. Temu wicara / konseling

14T:

8. Tes/pemeriksaan Hb
9. Tes/pemeriksaan urin protein
10. Tes reduksi urin.

11. Perawatan payudara (rekan pijat payudara)

12. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)


13. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic gondok)
14. Terapi obat malaria.

II. Persalinan.
A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Hidayat, 2015).

B. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Bersalin Pada Kala II (Yanti, 2015).


a. Terdapat 3 fase yaitu:
1. Fase I : Fase keredaan yaitu pembukaan lengkap sampai dengan saat
timbulnya keinginan untuk meneran atau permulaan dari usaha meneran.
2. Fase II : Fase fase peneraan aktif yaitu dari usaha untuk meneran sampai
dengan crowning.
3. Fase III : Fase perineal yaitu mulai dari crowing sampai dengan lahirnya
seluruh tubuh bayi.
b. Kontraksi persalinan

Kelahiran bayi dimungkinkan oleh gabungan kekuatan antara uterus dan


otot abdomen karena kekuatan tersebut membuka serviks dan mendorong janin
melewati jalan lahir.
c. Kontraksi uterus
Selama persalinan sama dengan gelombang di pantai, kontraksi tersebut
berirama, teratur, involunter, serta memiliki pola yang berulang.
1. Kontraksi bertambah lebih kuat, datang setiap 2-3 menit dan berlangsung
antara 50-100 detik.
2. Setiap kali otot berkontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian
presentase / kantong amnion didorong kedalam serviks. Serviks pertama-
tama menipis, mendatar dan kemudian membuka, dan otot pada fundus
menjadi lebih tebal.
d. Kontraksi otot abdomen
Setelah uterus terbuka, isinya dapat didorong keluar, otot abdomen,
dibawah control sadar kemudian dapat mengencangkan dan mengkompres rongga
abdomen, sampai serviks berdilatasi sempurna, tekanan abdomen hanya cukup
untuk merobek membrane amnion, setelah dilatasi upaya mengejan akan sangat
membantu akhir ekspulasi bayi,ketika bagian presentasi terdapat pada rectum dan
perenium, terjadilah keinginan tiba-tiba untuk mengejan.
e. Vulva dan anus
Saat kepala berada di dasar panggul, perenium menjadi menonjol dan
melebar dan anus membuka, selanjutnya labia mulai membuka dan kepala janin
tampak di vulva pada waktu his, perenium akan robek bila tidak ada tahanan.
f. Janin
Bagian janin turun pada kala II dan akan turun lebih cepat pada kala II
yaitu rata-rata 1,6 cm/ jam untuk primipara dan 5-4 untuk multipara, pada akhir
kala II tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul, perenium menonjol,
vulva menganga dan rectum membuka. Turunnya kepala janin dapat dilihat
melalui mekanisme persalinan.
C. Fisiologi Kala III (Yanti, 2015).
Pada kala III persalinan setelah bayi lahir, otot uterus segera tiba-tiba
berkontraksi mengikuti ukuran rongga uterus. Penyusutan tersebut mengakibatkan
berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta karena ukuran tempatnya
semakin mengecil ukuran plasenta tetap, maka plasenta menekuk menebal
kemudian lepas dari dinding uterus, setelah lepas plasenta akan turun dari dinding
uterus ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus sekitar di bawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti atau seperti buah pear atau alpukat dan
fundus berada di atas pusat.
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang (terjulur melalui vulva dan
vagina)
c) Semburan darah secara tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu gaya gravitasi. Semburan darah
yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul antara tempat
melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta, keluar melalui tepi
plasenta yang terlepas.

D. Fisiologi Kala IV (Hidayat, 2015).


Dalam kala IV ini Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayinya untuk
Memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan
yang tepat untuk melakukan stabilisasi.

E. Prosedur Persalinan Normal (Sujiyatini, 2017).


Tujuan asuhan persalinan norma adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui beberapa
upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin, asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah
yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi :
1. Membuat keputusan klinik
2. Asuhan sayang ibu dan bayi.
3. Pencegahan infeksi
4. Rekam Medik
5. Sistem rujukan.
F. Tahapan Persalinan ( Kala I, II, III, IV ) (Sujiyatini, 2017)
1. Kala I
Pada kala ini bermula HIS (kontraksi) yang teratur sampai dengan serviks
dipenuhi oleh bagian bawah janin.
a. Fase laten
 Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4 cm
 Kontraksi mulai teratur tapi lamanya masih diantara 20-30 detik
 Tidak terlalu mules
b. Fase aktif
 Kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit
 Lama kontraksi 40 detik atau lebih dan mules
 Pembukaan dari 4 cm sampai lengkap (10 cm)
 Terdapat penurunan bagian terbawah janin
2. Kala II
Pada kala ini biasanya pemeriksaan ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap atau
kepala janin tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

3. Kala III
Kala III adalah watu dari keluarnya bayi hingga pelepasan dan pengeluaran uri
(plasenta) yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir
untuk memantau kondisi ibu.

E. Retensio Placenta.
A. Definisi

1). Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta


hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir ( Prawirohardjo,
2011).

2). Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam
waktu 1 jam setelah bayi lahir (Pudiastuti, 2012).

3). Retensio plasenta adalah jika plasenta tidak keluar dalam waktu 30 menit
bidan dapat melakukan tindakan manual plasenta yaitu tindakan untuk
mengeluarkan atau melepaskan plasenta secara manual (menggunakan
tangan) dari tempat implatansinya dan kemudian melahirkan keluar dari
kavum uteri (Rukiyah, 2010).

Penyebab Retensio Plasenta :

1. HIS kurang kuat (penyebab terpenting).


2. Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya
(plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab
diatas disebut plasenta adhesiva.

Tanda / gejala klinik Retensio Plasenta.


1. Plasenta tidak lahir setelah 30 menit.
2. Perdarahan segera.
3. Kontraksi uterus lemah.
Selain tanda dan gejala yang selalu ada, berikut tanda gejala yang kadang-
kadang ada, antara lain :
a.Tali pusat putus akibat tarikan berlebihan.
b.Inversio terus akibat tarikan.
c.Perdarahan lanjutan.

B. Kalsifikasi Retensio Plasenta

1) Plasenta adhesive : perlekatan yang erat antara plasenta pada tempat


implatansinya.
2) Plasenta akreta : tertanamnya jontot korion plasenta pada dinding uteru
sampai permukaan lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta : tertanamnya jontot korion sampai lapisan serosa.
4) Plasenta inkareserata : terperangkapnya plasenta yang sudah dalam cavum
uteri akibat jepitan lingkaran konstriksi OUI.
C. Etiologi Menurut Pudiastuti (2012), Retensio Plasenta disebabkan oleh :
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih
dalam.
2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena antonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya lingkaran
konstriksi pada bagian bawah rahim akibat 13 kesalhan penanganan kala
III, yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
D. Penanganan Retensio Plasenta Menurut Walyani (2015), menyatakan
bahwa penanganan Retensio Plasenta atau sebagian Plasenta adalah:

1) Resusitasi (pemberian oksigen 100%). Pemasangan IV-line dengan kateter


yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila menungkinkan).
Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Tranfusi darah
apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat
atau NaCL 0,9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan
dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi
manual plasenta adalah: perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih
400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan
buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta.
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase.
Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.

E. Metode Pelepasan Plasenta :


1. Metode Schulze ;
Metode yang paling sering terjadi (80%), lepasnya seperti menutup payung,
biasanya perdarahan tidak ada sebelum plasenta lahir dan banyak setelah plasenta
lahir yaitu dimulai dari bagian tengah terlebih dahulu yang terlepas, kemudian
diikuti bagian lain yang terlepas.

2. Metode Duncan ;
Lepasnya plasenta dimulai dari bagian pinggir plasenta, diikuti bagian tengah
sampai lahir keseluruhan, kemudian darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban.

F. Tehnik Pelepasan Plasenta ;

Untuk memastikan plasenta sudah lepas dapat dilakukan pemeriksaan dengan 3


tehnik yaitu :
1. Kustner :
Yaitu dengan meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum lepas, tetapi bila
diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.

2. Klein :
Yaitu sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti
plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.

3. Strassman :
Yaitu dengan menegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar berarti plasenta
sudah lepas

G. Penatalaksanaan Plasenta Manual.


a. Pasang Sarung tangan DTT.
b. Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
c. Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah tali
pusat.
d. Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk kedalam kavum uteri, sementara
itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk
mencegah inversio uteri.
e. Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir plasenta.
f. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.
g. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
h. Gerakkan tangan ke kanan dan kekiri sambil bergeser ke kranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
i. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
j. Pindahkan tangan luar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan
k. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
l. Mengobservasi involusi uteri.
m. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup.
n. Memberikan obat oral pada ibu, yakni analgetik, antibiotik, SF, dan
metilergometri.

H. Asuhan persalinan 60 langkah APN, yaitu :


1. Melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 cc ke
dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastic.
4. Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun di air mengalir.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan untuk
periksa dalam.
6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi dengan oksitosin
dan letakkan kembali kedalam wadah partus set. Bila ketuban belum pecah,
pinggirkan ½ kocher pada partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT (basah) dengan
gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor
karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran).
8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran,
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya dibawah
bokong ibu.
16. Membuka tutup partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18. Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi
perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong, sementara tangan kiri
menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat
kepala lahir, (minta ibu untuk tidak meneran dengan nafas pendek-pendek).
Bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera setelah kepala lahir
lakukan penghisapan pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap
lendir De Lee.
19. Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir
dan darah.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan biparietal
kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai bahu anterior/depan
lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas sampai bahu posterior/belakang
lahir. Bila terdapat lipatan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat
putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan
perlindungan tangan kiri,pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut.
23. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin
bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan
ke empat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri
memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke arah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan
jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).
25. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan
sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong.nilai bayi,
kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah
dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilicus
bayi.Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem diantara
kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan
perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua
klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru
lahir.
29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih, membungkus
bayi hingga kepala.
30. Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.
31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.
32. Memberi tahu ibu akan disuntik.
33. Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus,
sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atau kain
kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva.
36. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan
kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorso kranial.Bila uterus tidak
segera berkontraksi, minta ibu atau keluarga untuk melakukan stimulasi
puting susu.
37. Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat bertambah
panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran
sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian
ke atas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva.
38. Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir,melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa bagian
maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
memasukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium yang
menimbulkan perdarahan aktif. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam,
pastikan kontraksi uterus baik.
43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5
%, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air
yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya.
44. Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan sampul mati
45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya.
46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi
larutan klorin 0, 5%.
47. Membungkus kembali bayi.
48. Berikan bayi pada ibu untuk disusui.
49. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan
pervaginam dan tanda vital ibu.
50. Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki kontraksi
baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi.
52. Memeriksa nadi ibu.
53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % dan
membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah yang di
sediakan
54. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan menggantikan
pakaiannya dengan pakaian bersih/kering.
55. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
56. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
58. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
59. Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.
60. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
BAB III

PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN KEBIDANAN


PATOLOGI PADA IBU BERSALIN NY.F DENGAN RETENSIO
PLASENTA

a. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Ny. F Nama : Tn. H
Umur : 29 Tahun Umur : 32 Tahun
Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani.
Alamat : Matang Gluem.

B. ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)


Pada tanggal : 16 Januari 2023 Pukul : 18.00 Wib Oleh : Irma Wahyuni
Tempat : RSUD Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak
Alasan kunjungan saat ini : □ Pertama □ Ulangan □Ada Keluhan
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke 3
pada tanggal 16 januari 2023 jam 16.45 wib dan ibu mengatakan cemas
karena plasentanya belum lahir
2. Tanda – Tanda Persalinan :
a). kontraksi sejak pagi pada jam 08.00 wib
b). Frekuensi 2x setiap 10 menit,lamanya 20 detik.Kekuatan lemah
lokasi nyeri perut pada bagian bawah menjalar ke pinggang.
3. RiwayatMenstruasi:
- Haid pertama : 15 tahun - Teratur : Ya
- Siklus : 28 hari - Lamanya : 5-7 hari
- Banyaknya : 2-3 kali ganti duck - Sifatdarah : Cair+Stolsel
- Dismenorrhoe : Tidak ada
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G : III P : II A : 0
Tgl Komplikasi BBL Nifas
Usia Jenis Tempat
lahir/ Penolong
No BB
Kehamilan Persalinan Persalinan Ibu Bayi Keadaan Laktasi Kelainan
Umur Lahir

3500
1. 4 tahun Aterm Normal Di Klinik - - Bidan Baik
gram Ada -
4500
2 3 tahun Aterm Normal Di Klinik - - Bidan Baik
gram Ada -

3. H A M I L I N I

4. Riwayat kehamilan ini :


 Hari 1 haidterakhir : 09 – 04 - 2022
 TaksiranPersalinan : 16 – 01 - 2023
 Keluhan-keluhan pada : Trimester I : Mual muntah
Trimester II : Tidak ada
Trimester III : Perut kembung.
 Pergerakan anak pertama sekali : ≥ 16 Minggu
 Pergerakananak 24 jam terakhir : ≥ 20 kali
 Keluhan yang dirasakan (Bilaadajelaskan) :
- Rasa lelah : Ada
- Mual dan muntah : Tidak ada
- Nyeri perut : Tidak ada
- Panas, menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala berat/terus menerus : Tidak ada
- Penglihatan kabur : Tidak ada
- Rasa nyeri/panaswaktu BAK : Tidak ada
- Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervagina : Tidak ada
- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
 Obat-obatan yang dikonsumsi : Tablet Fe
 Kekhawatiran khusus : Tidak ada
 Pola eliminasi
BAK : Frekuensi : 4-5 kali/hari Warna : Jernih
Keluhanwaktu BAK : Tidak ada
BAB : Frekuensi : 1 kali/hari
Konsistensi : lunak
 Pola aktifitas sehari-hari
Istirahat dantidur : Siang 1 jam,malam 6 jam
Seksualitas : 2 kali seminggu
 Imunisasi TT I tanggal : 20-10-2022 TT II tanggal: 20-11-2022
Kontrasepsi yang pernah di gunakan : pada kehamilan sebelumnya
ibu menggunakan alat kontrasepsi suntik 1 bulan.
5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
 Penyakit jantung : Tidak ada
 Penyakit ginjal : Tidak ada
 Penyakit asma/TBC paru : Tidak ada
 Penyakit hepatiti : Tidak ada
 Penyakit DM : Tidak ada
 Enyakithypertensi : Tidak ada
 Penyakitepilepsi : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
6. Riwayat penyakit keluarga
 Penyakit jantung : Tidak ada
 Penyakit hypertensi : Tidak ada
 Penyakit DM : Tidak ada
 Gemeli : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
7. Riwayat social ekonomi
 Status perkawinan : Sah
 Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Baik
 Dukungansuami / keluarga terhadap kehamilan : Baik
 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
 Pola makan / minum
Makan sehari-hari, frekuensi : 3 kali/hari Banyaknya : 1 porsi
Jenis makanan yang dimakan : Nasi, sayur, ikan dan buah
Perubahan makan yang dialami : ada
Minum : 7-8 gelas/hari
 Kebiasaan merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Mengkonsumsi obat terlarang : Tidak ada
 Kegiatan sehari-hari : Ibu Rumah Tangga

C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF) :


1. Status emosional : Stabil
2. Pemeriksaan fisik umum : BB :60 kg TB : 148 cm LILA : 28 cm
BB sebelum hamil : 53 kg
3. Tanda vital : TD : 110/80mmHgPols: 76 xx/i
RR : 22 x/i Temp : 36,7°C
4. Kepala : Kulit kepala : Bersih
Distribusi rambut : Merata
5. Wajah : Oedema : Tidak ada
Cloasma gravidarum: Tidak ada
Pucat : Tidak Pucat
6. Mata : Conjungtiva : Tidak Pucat
Sklera mata : Tidak ikterus
Odem palpebra : Tidak ada
7. Hidung : Polip : Tidak meradang
Pengeluaran : Tidak ada
8. Mulut : Lidah : Bersih
Stomatitis : Tidak ada
Gigi caries : ada
Berlubang : Tidak ada
Epulispadagusi : Tidak ada
Tonsil : Tidak meradang
Pharynx : Tidak meradang
9. Telinga : Serumen : Tidak ada
Pengeluaran : Tidak ada
10. Leher : Luka bekas operasi : Tidak ada
Kelenjar thyroid : Tidak membesar
Pembuluh limfe : Tidak membesar
11. Dada
 Mammae : Asimetris Kanan
 Areola mammae : Hyperpigmentasi
 Putting susu : Menonjol
 Benjolan : Tidak ada
 Pengeluaran dari puting: Tidak ada
12. Aksila :
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada
13. Abdomen :
 Pembesaran : Tidak ada pembesaran
 Linea : Nigra
 Striae : Albican
 Bekas luka operasi : Tidak Ada
 Pergerakan janin : Tidak ada pergerakan

Pemeriksaan khusus kebidanan :

- Palpasi : Kontraksi : Lemah


: TFU : 2 jari dibawah pusat

14. Lingkar panggul luar


- Distansia spinarum : Tidak dilakukan
- Distansia kristarum : Tidak dilakukan
- Conjungata eksterna : Tidak dilakukan
- Lingkar panggul luar : Tidak dilakukan
15. Genitalia
 Vulva : Pengeluaran : Darah
Varices : Tidak ada
Perdarahan : ada ± 150 cc
 Perineum : Bekas luka/luka parut : Tidak ada
16. Pinggang (Costoverteoral Angel Tengerness (CVAT) :
Nyeri : Tidak ada
17. Ekstremitas
Oedem pada jari tangan : Tidak ada
Oedem pada kaki bawah : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Refleks patella : (+) kanan dan kiri
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. HB : 11 gr/dl
2. Protein Urine : Negatif
3. Glukosa Urine : Negatif

II.INTERPRETASI DATA

Tanggal : 16 -01 – 2023 Pukul : 19.00 wib

Diagnosa : Ny.F G : III P : II A : 0 Umur 29 tahun inpartu kala III dengan


Retensio Plasenta.
- Data Dasar

Data Subjektif :

1) Ibu mengatakan rujukan bidan dan plasenta belum lahir


2) Ibu mengatakan merasa letih,lemah,menggingil dan mengeluarkan
keringat dingin serta merasa cemas karena pendarahan yang banyak

Data Objektif :

1). TTV : TD : 110/70 mmHg Temp : 36ºc

N : 82 x/mnt R : 22 x/mnt

2). Kontraksi : Lemah

3). TFU : 2 jari di bawah pusat

4). Vulva : Tali pusat terjulur keluar ± 30 cm

- Masalah :

Ibu mengatakan cemas karena plasenta belum lahir dan pendarahan yang
banyak

- Kebutuhan :
Memberikan dukungan moril pada ibu dan memberitahu ibu bahwa plasenta
akan segera dilahirkan serta menghentikan perdarahan.

III. ANTISIPASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Terjadinya Syok Haemorrhage

IV. TINDAKAN SEGERA


a.Pemasangan Infus

b.Manual Plasenta

V. KOLABORASI / RUJUKAN

Dengan dokter Obgyn

VI. PERENCANAAN

Tanggal : 16 – 01- 2023 Pukul : 19.10 wib

1. Beritahu ibu tentang keadaannya saat ini


2. Beritahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Lakukan inform consent dengan suami pasien atas persetujuan ibu
4. Melakukan manajemen aktif kala III
5. Kosongkan kandung kemih dengan kateterisasi
6. Lakukan traksi terkontrol atau perengangan tali pusat
7. Lakukann Manual Plasenta
8. Bersihkan ibu dan gantikan pakaian
9. Beritahu ibu bahwa tindakan telah selesai dilakukan
10. Berikan injeksi Mety[ergometrin 1 ampul secara IV
11. Observasi keadaan umun ibu,TTV,Kontraksi dan perdarahan

VII. PELAKSANAAN

Tanggal : 16 – 01- 2023 Pukul : 19.45 wib

1). Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami retensio


plasenta dan harus segera dikeluarkan dengan cara manual
plasenta.
2) Memberitahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan yaitu dengan memasukan tangan kedalam rahim ibu
untuk melahirkan plasenta agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi
3) Melakukan inform consent dengan suami pasien atas persetujuan
ibu.
4) Melakukan manajemen aktif kala III yaitu
a. Pemasangan Infus
b.Drip oksitosin 10 IU dalam 500 ml RL.
5) Mengosongkan kandung kemih dengan kateter nelaton.
6) Melakukan traksi terkontrol atau penegangan tali pusat.
7) Melakukan manual plasenta dengan cara :
1) Memakai handscoon panjang
2) Memastikan kandung kemih kosong
3) Tangan kiri menahan fundus uteri, tangan kanan menegangkan tali pusat
sejajar lantai.
4) Meminta asisten menegangkan klem tali pusat, kemudian tangan kanan
menelusuri sepanjang tali pusat masuk secara obstetri sehingga masuk
pada serviks.
5) Cari sisiran plasenta yang suda terlepas, setelah itu lakukan penyisiran
menggunakan sisiran tangan
6) Lakukan eksplorasi untuk mengecek adakah plasenta yang masih
melekat.
8) Lakukan massase uterus
9) Mengobservasi laserasi, perdarahan dan kontraksi
10) Memberikan cairan untuk mengatasi hipovolemia dengan
pemberian asupan minum pada ibu.
11) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, memasang
pembalut dan menggantikan pakaian
12) Memberitahu ibu bahwa tindakan telah selesai plasenta dapat lahir
dengan lengkap, kontraksi rahim baik dan tidak terjadi perdarahan.
13) Melakukan pemantauan pasca tindakan yaitu observasi keadaan
umum, TTV, kontraksi, TFU, perdarahan.
14) Memberikan injeksi Metylergometrin 1 ampul IV
VIII. EVALUASI
Tanggal : 16 – 01 - 2023 Pukul : 20.00 WI
a. Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya sehingga sedikit merasa tenang
dan ibu serta keluarga telah setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
dengan menandatangani lembar inform conset yang diwakilkan oleh suami
b. Plasenta lahir lengkap secara manual, panjang tali pusat ± 30 cm,PP ±60cc
c. Ibu sudah dalam keadaan bersih dan nyaman.
d. Hasil pemantauan pasca tindakan : ) Keadaan umum : baik
e. Kesadaran : composmentis
f. TTV : TD : 110/70 N : 82x/ mnt S : 36⁰ C R : 22x/mnt
g. TFU :2 jari di bawah pusat
h. Kontraksi : keras
i. Kandung kemih :kosong
j. PPV : lochea rubra ± 60 cc
Data Perkembangan
Tanggal : 16 – 01 2023 Pukul : 20.15 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan merasa senang karena plasentanya sudah lahir.

2. Ibu mengatakan agak capek.

3. Ibu mengatakan perutnya mules

4. Ibu mengatakan perdarahan tidak sur-suran.

O : Obyektif

4. KU : Baik

5. Kesadaran : Composmentis

6. TTV : TD : 110/70mmHg S : 36⁰ C

N : 82x/mnt R : 22x/mnt

7. Kontraksi uterus keras

8. TFU : 2 jari di bawah pusat

9. Perdarahan ± 60 cc

10. Perineum : ada laserasi dan sudah dijahit

A : Assesment

Ny. F PIII A0, umur 29 tahun, partu kala IV dengan riwayat retensio plasenta.

P : Planning

Tanggal : 16 -01 -2023

1. Mengobservasi tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada
jam kedua yaitu keadaan umum, TTV, TFU, kontrkasi, kandung kemih
dan perdarahan.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup agar tidak merasa lelah
misal ikut tidur jika bayi tidur.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa mules pada perut yang terjadi adalah hal
yang normal yang merupakan proses kembalinya ukuran rahim seperti
sebelum hamil dan menganjurkan ibu untuk BAK apabila terasa pipis agar
proses pengembalian ukuran rahim tidak terhambat.
4. Mengnjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu membersihkan
daerah kelamin dengan air bersih dari depan kebelakang kemudian
dikeringkan dan mengganti pembalut setiap habis BAK/BAB atau bila
pembalt terasa penuh serta cuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah menyentuh daerah kelamin.
5. Menganjurkan ibu dan keluargan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan
tidak pantang makanan apapun.
6. Memberitahu ibu tanda bahaya nifas yaitu perdarahan, keluar cairan
berbau busuk, sakit perut bagian bawah dan punggung, sakit kepala yang
hebat, nyeri ulu hati, bengkak pada muka,kak dan tangan, demam, nyeri
dan panas pada payudara, kehilangan nafsu makan, nyeri dan panas pada
betis, dan perasaan tidak mampu mengasuh bayi.
7. Mengnjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin sesuai
dengan kebutuhan bayi.
8. Memberitahu dan mengajari ibu untuk mobilitas dini mulai dari miring
kanan, kiri, duduk, berdiri dan berjalan.
9. Memberikan terapi obat yaitu :
a).Inbion 1 x 1
b).Asam mefenamat 3 x 1
c).Metylergometrin 3 x 1
d).Clindanycin 2 x 1
Evaluasi
Tanggal :16-01-2023 Pukul : 20.30 wib
1. Hasil observasi pemantauan kala IV pada 15 menit pertama
a. Kesadaran umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/70 S : 36⁰ WIB
N : 82x/mnt R : 22x/mnt
d. TFU : 2 jari bawah pusat
e. Kontraksi : keras
f. Kandung kemih : kosong
g. Perineum : ada laserasi derajat 2 dan sudah dijahit
h. PPV : lochea rubra ± 60 cc
2. Ibu mengatakan belum bisa tidur
3. Ibu sudah mengerti bahwa mules yang terjadi merupakan hal yang
normal.
4. Ibu sudah mengetahui cara menjaga kebersihan diri dan bersedia
melakukannya
5. Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas dan bersedia
segera ke bidan atau dokter bila mengalami salah satu tanda bahaya
tersebut.
6. Ibu mengatakan bersedia menyusui bayinya sesering mungkin sesuai
kebutuhan bayi dan bayi sudah mau menyusui.
7. Ibu sudah mengetahui cara mobilisasi dini dan bersedia untuk
melakukannya.
8. Ibu bersedia meminum terapi obat yang sudah di berikan.
DATA PERKEMBANGAN

Tangggal : 16-01-2023 Pukul : 21.30 WIB

Data Dasar :

S : Subyektif :

1. Ibu mengatakan kondisinya sudah membaik


2. Ibu mengatakana sudah bisa berjalan
3. Ibu mengatakan sudah makan dan minum obat
4. Ibu mengatakan ingin menyusui bayinya
5. Ibu mengatakan sudah ingin cepat pulang

O : Obyektif :

1. Keadaan Umum : baik


2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 110/70 mmHg R: 82x/menit
S : 36⁰ C N : 22 x/menit
4. Kontraksi uterus : keras
5. TFU : 2 jari dibawah pusat
6. Perdarahan : lochea rubra ± 30 cc

A : Assesment

Ny. F PIII A0 umur tahun post partum 1 hari dengan riwayat retensio plasenta

P : Planning
Tanggal : 16-01-2023

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaanya bahwa keadaan ibu sudah


membaik dan apabila ada keluhan dan merasa darah keluar banyak
menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan.
2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan dengan gizi seimbang dan
tidak ada pantangan makanan apapun.
3. Mengnjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, seperti
a. Mandi gosok gigi 2 kali sehari, keramas minimal 2 kali seminggu
b. Mengganti pembalut tiap ibu merasa basah dan penuh
c. Membersihkan vulva, perineum dari depan kebelakang dengan air bersih
tiap selesai BAB dan BAK.
4. Memberitahu ibu dan mengajarkan ibu dan keluarga cara perawatan bayi
sehari-hari yaitu perawatan tali pusat, memandikan bayi, menjaga
kehangatan bayi dan tanda bahaya bayi.
5. Mempersiapkan pasien pulang
6. Memberikan terapi obat
7. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi

Evaluasi

Tanggal : 16-01-2023

1. Ibu sudah mengetahui kondisinya baik dan bersedia segera ke bidan atau
ke dokter bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
2. Ibu bersedia untuk tetap makan makanan yang bergizi dan seimbang
serta tidak pantang makanan.
3. Ibu bersedia tetap menjaga kebersihan diri dirumah
4. Ibu dan keluarga sudah mengerti cara perawatan bayi sehari-hari dan
bersedia menerapkannya dirumah serta membawa anaknya ke bidan atau
dokter bila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut
5. Terapi obat telah di berikan yaitu
Inbion 1 x 1
Asam mefenamat 3 x 1
Metylergometrin 3 x 1
Clindanycin 2 x 1
6. Ibu bersedia kembali 1 minggu lagi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan meguraikan tentang kesenjangan-


kesenjangan yang terjadi pada kasus yang di ambil antara praktik yang dilakukan
di lahan dengan teori yang ada, dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan mulai dari pengkjian sampai evaluai. Pembahasan ini dimaksutkan agar
dapat suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan
yang terjadi sehingga dapat di gunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pasien ibu bersalin patologi
dengan retensio plasenta.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah menghimpun informasi tentang klien/ orang yang
meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data di mulai saat klien
masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan
kebidanan berlangsung. Data dapat di kumpulkan dari berbagai sumber
( Mufdlilah dkk, 2012). Data Subjektif adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien
(Matondang,2013). Keluhan utama pada kasus ini yaitu ibu bersalin
dengan retensio plasenta adalah mengalami perdarahan yang lebih
banyak, mengeluh lemah, letih, berkeringat dingin, menggigil
(Saifuddin, 2009). Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan
diliat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2011). Denyut nadi pada kasus
retensio plasenta antara 60-100 x/ menit (Prawirohardjo,2009).Pernafasan
pada kasus retensio plasenta adalah 18-24 x /menit
(Saifuddin, 2010).Suhu pada kasus retensio plasenta adalah 35,8⁰C-
37⁰C (Mandriwati, 2010). Pada kasus retensio plasenta batas normal
tekanan darah antara 110/60-140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2013).
Pada kasus ini di dapat data subjektif yaitu Ny. F dengan
retensio plasenta ibu mengatakan merasa lemah, berkeringat dingin, dan
cemas karena ari-arinya belum dapat lahir lebih dari setengah jam setelah
bayi lahir. Data objektif dari Ny. F adalah KU : Sedang, TD :
110/70 mmHg, Nadi : 82x/ menit, Suhu : 36⁰ C, Respirasi : 22x/menit,
Kontraksi lembek, Pengeluaran pervaginam ± 150 cc, panjang tali pusat
± 30 cm.
Pada kasus ibu bersalin pada Ny. F Umur 29 tahun dengan
retensio plasenta, hasil dari pengkajian tersebut dapat diambil
kesimpulan penulis tidak menemukan adannya kesenjangan antara teori
dengan kasus yang dilahan praktik.

2. Interpretasi Data
Menurut Mufdlilah (2009), Langkah ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien.Diagnosa
kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan (Mufdlilah dkk, 2009). Diagnosa kebidanan pada
kasus adalah ibu bersalin Ny. F Umur 29 tahun GIII PII A0 dengan
retensio plasenta. Masalah yang muncul pada ibu dengan retensio
plasentaadalah rasa cemas karena ari-ari belum lahir (Rohani dkk,
2011). Kebutuhan dalam bagian ini yaitu hal-hal yang dibutuhkan
pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan menalukan analisis data (Sulistyawati, 2011).
Kebutuhan yang diberikan pada ibu bersalin adalah informasi tentang
keadaan ibu dukungan dan suport mental (Rohani dkk, 2012).
Pada kasus ibu bersalin pada Ny. F diagnosa kebidanannya
adalah Ny. F GIII PII A0 umur 29 tahun inpartu kala III dengan Retensio
plasenta, sedangkan masalah yang muncul pada Ny. F adalah cemas
karena ari-arinya belum dapat lahir sehingga kebutuhan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah tentang informasi ibu tentang
keadaannya dan tindakan yang akan dilakukan, dukungan moril pada
ibu, pemenuhan kebutuhan cairan ibu.
Pada kasus ibu bersalin pada Ny. F umur 29 tahun dengan
retensio plasenta tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek di lahan.

3. Diagnosa potensial
Diagnosa Potensial adalah Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi
masalah dan diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap hal tersebut benar-
benar terjadi (Wulandari, 2011). Pada kasus bersalin dengan retensio
plasenta yang mungkin terjadi perdarahan postpartum dan
infeksi, namun pada Ny. F tidak terjadi perdarahan postpartum dan
infeksi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta tahap ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan prktik dilahan.
4. Antisipasi
Menurut Wulandari (2011), Langkah ini memerlukan
kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus retensio plasenta
antisipasi yang diperlukan adalah pemeriksaan keadaan umum ibu,
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu), kontraksi
uterus dan perdarahan, kemudian dilakukan pemberian oksitosin 20 unit
dalm 500 cc NS/RL dengan tetesan 40 tpm pemberian antibiotik
profilaksis (ampicilin 2 gram IV/oral + metronidazol 1 gram per oral)
serta dilakukan manual plasenta (Rohani dkk, dalam Nurmayanti 2012).
Pada kasus antisipasi yang di lakukan pada Ny. F umur 29
tahun GIII PII A0 dengan retensio plasenta adalah manual plasenta,
pemberian terapi obat injeksi oxytosin 10 IU dalam 500 cc dan
Ceftriaxon 1 gram IV/ 24 jam.Pada tahap ini di temukan kesenjangan
antara teori dan praktek yaitu dalam teori di berikan antibiotik
profilaksis (ampicilin 2 gram + metronidazol1 gram peroral ) pemberian
obat hanya di berikan terapi obat Ceftriaxon 1 gram IV/ 24 jam sebagai
obat pencegah infeksi.
5. Rencana Tindakan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa
yang terjadi berikutnya. Penyuluhan konseling dan rujukan untuk
masalah-masalah sosial, ekonomi atau masalah pisikososial (Wulandari,
2011). Rencana tindakan pada kasus retensio plasenta menurut
(Walyani, 2015) :
1) Resusitasi (pemberian oksigen 100%). Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid
(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat,
apabila menungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan
saturasi oksigen. Tranfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan ringer
laktat atau NaCL 0,9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: perdarahan pada kala tiga
persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit
anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi,
versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan
lahir, tali pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat
dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa
plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan
kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada
abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk
pencegahan infeksi sekunder.
Pada kasus di lahan perencanaan yang dilakukan meliputi :
a. Beritahu ibu tentang keadaannya saat ini.
b. Beritahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
c. Lakukan inform consent dengan suami pasien atas persetujuan ibu.
d. Melakukan menejemen aktif kala III.
e. Kosongkan kandung kemih dengan kateterisasi.
f. Lakukan traksi terkontrol atau penegangan tali pusat.
g. Lakukan manual plasenta.
h. Memberikan cairan.
i. Bersihkan ibu dan gantikan pakaian.
j. Beritahu ibu bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
k. Observasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi, perdarahan.
l. Berikan injeksi Metylergometrin 1 ampul IV.
Pada kasus Ny. F umur 29 tahun ini terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik yaitu pada teori di beri oksigen. Dikarenakan pada
kasus Ny. F dengan retensio plasenta ibu tidak di beri oksigen karena
tidak mengalami Syok.
6. Pelaksanaan

Menurut Wulandari (2011), Langkah ini merupakan pelaksanaan


rencan asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

Penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan retensio plasenta


disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat. Pada langkah
ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus yang
ada di lahan.

7. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah di lakukan bidan. Mengevalusi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses menejememn dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakn tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (wulandari, 2011).
Pada kasus ibu bersalin Ny. F dengan retensio plasenta, evaluasi
yang didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 2 hari di dapatkan
hasil yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV dalam
batas normal, pada pemeriksaan fisik conjungtiva pucat, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi lembek, perdarahan 30 cc, dan diagnosa
potensialnya tidak terjadi. Pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan ibu
bersalin patologi pada Ny. F GIII PII A0 Umur 29 tahun dengan Retensio Plasenta
di RSU Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak, maka penulis mengambil kesimpulan
dan saran yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan Khusunya
pada ibu bersalin dengan retensio plasenta.
A.Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan pada ibu bersalin patologi Ny. F GIII PII A0 umur 29
tahun dengan retensio plasenta di RSU Sultan Abdul Aziz Syah Peureulak, maka
penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta didapatkan
data subjektif dengan keluhan utama yaitu ibu rujukan dari bidan
mengatakan cemas karena perdarahan yang banyak, ari-arinya belum
lahir dan ibu merasa letih, lemah. sedangkan data objektif didapatkan
data keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : TD : 110/70
mmHg, N : 82 x/menit, S : 36°C, R : 22 x/menit, TB : 152 cm, BB
sebelum hamil : 45 kg, BB sekarang : 56 kg, LLA : 28 cm, perdarahan ±
150 cc, plasenta terjulur keluar + 30 cm.
2. Interpretasi data pada kasus ibu bersalin dengan retensio plasenta Pada
kasus ibu bersalin pada Ny. F diagnosa kebidanannya adalah Ny. F
GIII PII A0 umur 29 tahun inpartu kala III dengan Retensio plasenta,
sedangkan masalah yang muncul pada Ny. F adalah cemas karena ari-
arinya belum dapat lahir sehingga kebutuhan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah tentang informasi ibu tentang keadaannya dan tindakan
yang akan dilakukan, dukungan moril pada ibu, pemenuhan kebutuhan
cairan ibu.
3. Diagnosa potensial terhadap ibu bersalin kala III pada Ny. F umur 29
tahun GIII PII A0 dengan retensio plasenta Pada kasus bersalin dengan
retensio plasenta yang mungkin terjadi perdarahan postpartum dan
infeksi, namun pada Ny. F tidak terjadi perdarahan postpartum dan
infeksi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
4. Antisipasi ibu bersalin pada Ny. F umur 94 tahun GIII PII A0 dengan
retensio plasenta yaitu dilakukan manual plsenta, pemberian terapi obat
injeksi oxytosin 10 IU dalam 500 cc dan Ceftriaxon 1 gram IV/ 24 jam.
5. Rencana tindakan ibu bersalin pada Ny. F umur 29 tahun GIII PII A0
dengan retensio plasenta disesuaikan kebutuhan pasien yaitu beritahu
tentang keadaannya, tindakan yang akan dilakukan, lakukan inform
consent,kosongkan kandung kemih, lakukan traksi kontrol, manual
plsenta,memberikan cairan, bersihkan ibu dan ganti pakaian, beritahu
tindakan telah selesai dilakukan, observasi keadaan umum, TTV,
kontraksi, TFU,perdarahan, berikan terapi obat oral.
6. Pelaksanaan ibu bersalin pada Ny. F umur 29 tahun GIII PII A0 dengan
retensio plasenta dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan.
7. Evaluasi Ibu bersalin pada Ny. F umur 29 tahun GIII PII A0 dengan
retensio plasenta yang keadaan umum baik, kesadaran compposmentis,
TTV dalam batas normal, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras,
perdarahan setengan pembalut, dan diagnosa potensial ridak terjadi. Pada
tahap ini tidak terjadi kesenjagan anatara teori dan praktek.
B.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan


beberapa saran yaitu

1. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan agar lebih meningkatkan pelayanan dalam menangani
kasus persalinan patologis, baik dari segi sarana prasaran maupun
tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit.
2. Bagi Profesi
Diharapkan agara dapat lebih meningkatkan dalam pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan kebidanan
secara menyeluruh khususnya bagi ibu bersalin dengan retensio
plasenta agar tidak terjadi keterlambatan.
3. Bagi Pendidik
4. Diharapkan agar dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan baik teori
maupun praktek dilahan supaya mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan khususnya untuk persalinan patologis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astutik, 2015, Asuhan Kebidanan III (Nifas dan Menyusui), Cetakan I, Jakarta:
CV. Trans Info Media
2. Ambarwati dan Wulandari, 2010.Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta:Nuha
Medika
3. Aisyaroh N. Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan
Ketidaknyamanan Fisik yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas. Maj Ilm
Sultan Agung 2020;50(1270:67-81.
4. Cara penilaian pada pemeriksaan protein urine. http://teknologi-
profesional.blogspot.co.id/2012/10/cara-menguji-protein-didalam-uri
ne.html(Diakses 27 Maret 2018)
5. Dewi. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
6. Depkes RI, 2016, Profil Kesehatan Indonesia 2016.http:// Profil-Kesehatan-
Indo nesia2016.pdf.(Diakses 23 Maret 2018).
7. Hidayat, dan Sujiatini. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika
8. Kemenkes RI, 2017,http://waspada.co.id/sumut/angka-kematian-ibu-
melahirkan-turun-su mut-masih-kekurangan-dokter/( Diakses 26 Maret 2018 ).
9. Mulyani, 2013, Keluarga berencana dan alat kontrasepsi, Yogyakarta : Nuha
Medika
10.Niahamida,2015.UpayaPenurunanAKBhttps://niahamida.wordpress.com/2015/
06/02/strategi-efektif-penurunan-aki-dan-akb-di-indonesia/
11.Nurrizka RH, Saputra W. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKABA) di Indonesia. Perkumpulan Prakarsa;2016.
12. Organization World Health statistic 2016: Monitoring Health For the SDGs
Sustainable Development Goals. World Health Organization;2016.
13.Putri, 2014. Pengertian bayi baru lahir dan asuhan bayi baru lahir. http://
materi-bidan.blogspot.co.id/2014/11/definisi-dan-asuhan-bayi-baru-lahir-
bbl.html(Diakses 27 Maret 2018)
14.Pantiawati dan Saryono.2015. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Yogyakarta:
Nuha Medika
15. Rhaa, 2013,data angka kematian ibu nifas di Indonesia. https://www.acade
mia.edu/10723427/Data_nifas(Diakses 20 April 2018)
16. Sujiyatini, dkk, 2017, Asuhan kebidanan II (persalinan), Yogyakarta : Rohima
17. WHO, 2015,http://WHO%202015.pdf. (Diakses tanggal 13 Maret 2018).
18. Yanti, 2015, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Rihama.

Anda mungkin juga menyukai